HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK DI KELURAHAN PUCANGSAWIT SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DODI NAWAN SANTOSA G0004086 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK DI KELURAHAN PUCANGSAWIT SURAKARTA Dodi Nawan Santosa, NIM/Semester: G0004086/x Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari , Tanggal April 2009 Pembimbing Utama Nama : Sumardiyono, SKM., Mkes. NIP : 160 045 694 ( ) Pembimbing Pendamping Nama : Anik Lestari, dr.,Mkes. NIP : 132 297 281 ( ) Penguji Utama Nama : Vitri Widyaningsih, dr. NIP : 132 327 441 ( ) Anggota Penguji Nama : Sulistyo Santoso, dr. NIP : 130 604 669 ( ) Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Sri Wahyono, dr., Mkes. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS. NIP : 030 134 646 NIP : 030 134 565 ii PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta,…………………………… Nama……………………………….. NIM. iii ABSTRAK Dodi Nawan Santosa, G0004086, 2009. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diare infeksi merupakan penyakit yang masih perlu diwaspadai menyerang anak dan merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Faktor yang mempengaruhi diare ini, salah satunya adalah pengetahuan ibu atau tingkat pendidikan ibu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode analitik non eksperimental dengan pendekatan cross sectional study. Subyek penelitian adalah warga di salah satu daerah endemis diare yaitu di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Perilaku masyarakat diukur dengan menggunakan kuesioner yang meliputi kuesioner pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan diare yang terdiri atas 30 item pertanyaan. Hasil penelitian dari total 30 sampel didapatkan skor rata-rata perilaku pencegahan sebesar 109,83, dari skor sempurna yaitu 150, sedangkan untuk latar belakang pendidikan formal yaitu tamat SD sebanyak 30%, tamat SMP 36,67%, tamat SMA 26,67%, Perguruan Tinggi 6,67%. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan, dengan tingkat korelasi kuat, antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Dari uji Korelasi Rank Spearman didapatkan r = 0,611. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik juga perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Kata kunci : Tingkat pendidikan formal ibu, perilaku pencegahan diare pada anak iv ABSTRAK Dodi Nawan Santosa, G0004086, 2009. The relation between mother’s formal education level with diarrhea preventing behaviour for children in Pucangsawit region of Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University. Infection diarrhea is a primary disease in children and it is named to be the main mortality and morbidity cause in developing country including Indonesia. One of the factor that influence this disease is parent’s knowledge or educational level. The purpose of this study is to know the relation between mother’s formal education level with diarrhea preventing behaviour for children in Pucangsawit region of Surakarta. This research uses non experimental analytic method with cross sectional study approach. The subject of the study is the Pucangsawit residents, one of diarrhea endemic region in Surakarta. The resident’s behaviour is measured using questionare which include knowledge, attitude, and behaviourial questionare of the resident to prevent the diarrhea that includes 30 items of question. The result of the research from 30 samples is an average score of preventing behaviour 109,83 points from maximum score 150 points, The formal educational backgrounds of the respondents are 30%, 36,67%, 26,67% and 6,67% consecutively for elementary high school, junior high school, senior high school, and university. From this research , we conclude that there is a relation, with strong correlation, between mother’s formal education level with diarrhea preventing behaviour for children in Pucangsawit region of Surakarta. The Spearman Rank correlation test result for the research is r = 0,611. The higher formal education level of parent’s also makes the diarrhea preventing behaviour done better for children in Pucangsawit region of Surakarta Keywords : mother’s formal education level, diarrhea preventing behaviour for children. v PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sri Wahjono,dr.,M Kes selaku Ketua Tim Skripsi. 3. Bapak Sumardiyono, SKM., Mkes., selaku Pembimbing Utama, atas segala bimbingan, bantuan, dan pengarahan materi yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 4. Ibu Anik Lestari, dr., Mkes., selaku Pembimbing Pendamping, atas segala bimbingan, arahan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Ibu Vitri Widyaningsih, dr., selaku Penguji Utama, yang telah berkenan menguji, memberi nasehat, koreksi, kritik dan saran sehingga penyusunan skripsi ini semakin sempurna. 6. Bapak Sulistyo Santoso, dr., selaku Anggota Penguji, yang telah berkenan menguji, memberi nasehat, koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak/Ibu Seluruh staf IKM FK UNS yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan skripsi ini. 8. Kedua orang tua, kakak dan adikku yang tercinta, atas segala kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik secara material maupun spiritual selama penyusunan skripsi ini. 9. Seseorang yang telah memijamkan laptopnya dan membantu dalam penelitian ini. 10. Seluruh teman-teman angkatan 2004. 11. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun, yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua Surakarta, April 2009 Dodi Nawan Santosa vi DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ......................................................................................................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3 BAB II DASAR TEORI ................................................................................... 4 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 4 B. Kerangka Pemikiran .......................................................................20 C. Hipotesis .........................................................................................21 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 22 B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 22 C. Subyek Penelitian .......................................................................... 22 D. Teknik Sampling ........................................................................... 22 E. Rancangan Penelitian .................................................................... 23 F. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 24 G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 24 vii BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 26 A. Data Hasil Penelitian ..................................................................... 26 B. Analisis Statistik ........................................................................... 28 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 34 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 37 A. Simpulan ....................................................................................... 37 B. Saran .............................................................................................. 37 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38 LAMPIRAN ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Skor Klinis Metode Daldiyono 10 Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal Ibu 26 Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan 26 Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Sumber Informasi yang Didapat 27 Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Informasi Pencegahan Diare 27 Tabel 6. Skor Perilaku Pencegahan Diare 27 Tabel 7. Uji Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan dan Perilaku Pencegahan Diare Tabel 8. 28 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Jenis Pekerjaan dan Perilaku Pencegahan Diare Tabel 9. 30 Uji Korelasi Rank Spearman antara Sumber Informasi dan Perilaku Pencegahan Diare 31 Tabel 10. Uji Korelasi Rank Spearman antara Belum atau Sudahnya Mendapat Informasi diare dan Perilaku Pencegahannya Tabel 11. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi ix 32 33 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Lampiran B. Lampiran C. Lampiran D. Kuesioner Penelitian Tabel Distribusi Responden dan Skor Perilaku Pencegahan Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Surat Ijin Penelitian dari DKK x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan masalah umum yang ditemukan diseluruh dunia. Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections. Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anakanak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding dinegara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun (Depkes RI, 2007). Setiap tahun diperkirakan terdapat lebih dari satu milyar kasus diare infeksi pada anak di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Deartemen kesehatan diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi 1 kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2 (Depkes RI, 2007) Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang ke rumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab utama diare infeksi pada anak di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Diare berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadangkadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli (EIEC). Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien berisiko tinggi untuk diare infeksi (Irianto, 2000) Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan tenaga kesehatan dan masyarakat dalam mencegah diare secara terpadu disetiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti RSU, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, serta posyandu (Depkes RI, 2007). Kasus diare akut juga terjadi di wilayah kerja Kelurahan Pucangsawit kecamatan Ngoresan, Surakarta. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas pembantu Pucang Sawit pada tahun 2006 terdapat 1263 kasus, tahun 2007 terdapat 1066 kasus, dan tahun 2008 sampai pada bulan oktober 823 kasus, 2 dengan perincian kasus lama, kasus kambuh, dan kasus baru. Kasus diare termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan dalam kelurahan Pucangsawit, kecamatan Ngoresan, Surakarta. Dari data tersebut di atas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, faktor tersebut salah satunya adalah tingkat pendidikan formal ibu. Faktor tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki faktor risiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian diare pada anak (Slamet, 1994). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Ngoresan, Surakarta. B. Perumusan Masalah Adakah hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui peran serta ibu dalam upaya pencegahan dan penanganan diare pada anak 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak 3 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memberikan bukti-bukti empiris tentang pencegahan diare pada daerah endemis khususnya di kelurahan Pucangsawit Surakarta. 2. Manfaaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan oleh petugas kesehatan maupun dinas terkait dalam program pecegahan diare. 4 BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Formal Pendidikan secara etiologis berasal dari bahasa yunani yaitu paedugogie yang berarti membimbing anak. Secara luas pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu, pendidikan ini berlangsung di sekolah (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti,1991). Menurut sifatnya , pendidikan di bagi menjadi : a. Pendidikan informal,yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan seharihari maupun dalam masyarakat. b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat, pendidikan ini berlangsung di sekolah. c. Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara teratur dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Menurut tingkat dan system persekolahan di Indonesia pendidikan di kelompokan menjadi : 5 a. tingkat pra sekolah b. tingkat sekolah dasar c. tingkat sekolah menengah pertama d. tingkat sekolah menengah atas: maupun kejuruan STM,SMEA e. tingkat perguruan tinggi dbedakan menjadi jalur gelar (S-1,S-2,S-3) dan jalur non gelar (D-1,D-2,D-3). (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti,1991) 2. Diare a. Definisi Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gr atau 200 ml/24 jam dengan frekwensi lebih dari 3x per hari. Biasa disertai atau tanpa lendir dan darah (Simadibrata, 2006). Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar. Diare bisa disebabkan oleh berbagai macam penyebab antara lain: enteritis, faktor psikologis, (radang usus), colitis ulserativa, infeksi, dll.(Guyton, 2002). b. Klasifikasi Diare Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi: 1) Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih 6 dari normal, dan berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebab terbesarnya adalah infeksi (Hendarwanto, 1997) 2) Diare kronik Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari, dengan etiologi/penyebab yang beraneka ragam (bisa karena infeksi atau non infeksi misal alergi susu sapi (Simadibrata, 2006). c. Penyebab Diare Diare disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan, efek obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu. (Mansjoer et al, 2000; Asnil et al, 2003). 1) Infeksi bisa disebabkan oleh: a) Virus : rota virus (anak terbanyak), enterovirus,dll. b) Bakteri : E. coli, salmonella, shigella, staphylococcus,dll. c) Parasit : entamoeba, cryptosporidium,dll. 2) Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa. makanan laut terutama yang mentah, rumah makan cepat saji,dll. 3) Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik, antasid 4) Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama Candida 7 5) Non spesifik pada keadaan tertentu, misal karena makan makanan pedas, makanan asing yang sebelumnya tidak pernah dimakan, dll. d. Patofisiologi Orang yang terinfeksi agent Feses Air sungai serangga Makanan/minuman Oral-gasrointestinal- Peningkatan motilitas usus diare Gambar 1. Diagram Mekanisme terjadinya diare. ( sumber : Buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Simadibrata, tahun 2006) Infeksi merupakan penyebab utama diare, terdiri dari faktor penyebab (agent) dan faktor pejamu (host). Cara penularan paling sering adalah melalui fekal-oral yang berasal dari air minum atau makanan yang 8 tercemar dengan perantaraan lalat atau serangga lainnya. Tetapi bisa juga terjadi penularan langsung seperti mandi di sungai, mencuci sayuran dengan air kotor, dan lain-lain (Simadibrata, 2006). Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme seperti: 1) Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak : terjadi gangguan pembentukan micelle empedu. 2) Defek system pertukaran anion/transport ion aktif (pada Na, K, ATPase) di enterosit, gangguan absorbsi Na+ dan air. 3) Motilitas dan waktu transit usus abnormal : terjadi motilitas yang lebih cepat, tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi. 4) Gangguan permeabilitas usus : terjadi kelainan morfologi usus pada membrane epithel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan colon terhadap air dan garam/elektrolit terganggu. 5) Eksudasi cairan, elektrolit dan mucous berlebihan : terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1998) e. Diagnosis 1) Anamnesis : a) Lamanya (waktu: < 14 hari atau > 14 hari) b) Wujud tinja Seperti air, banyak : usus halus Kecil, tapi sering : colon c) nausea, muntah, demam, berdarah, nyeri abdomen : infeksi 9 d) penilaian derajat dehidrasi berdasarkan rasa haus, jumlah urin, keringat, kekeringan mukosa (bibir, mata, hidung) (Sarbini, 2007). 2) Pemeriksaan fisik Penilaian derajat dehidrasi secara klinis terbagi atas 3 tingkatan, yaitu: a) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak (vox cholerica), rasa haus, mulut dan lidah masih basah, penderita masih dalam kondisi kesadaran yang baik / belum jatuh dalam keadaan preshock. b) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam preshock atau shock, mata cekung, pasien gelisah, rewel, nadi cepat, nafas cepat dan dalam. c) Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), lesu, mata dan ubun-ubun cekung, turgor sangat jelek, otot-otot kaku, sianosis ( Schwartz, 2005 ) 3) Pemeriksaan penunjang a) pemeriksaan darah tepi (Hb, Hct, Leukosit, hitung jenis leukosit) b) pemeriksaan tinja c) ELISA (mendeteksi giardiasis dan test serologis amoebiasis) d) X-ray photo abdomen 10 e) Sudan III: pemeriksaan lemak f) Ureum dan kreatinin untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. g) Biakan h) Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa terdapat inflamasi berat. i) Klinitest-pH (Simadibrata, 2006) f. Penatalaksanaan Dampak yang perlu diperhatikan pada pasien diare adalah munculnya dehidrasi. Bahkan keadaan dehidrasi akibat diare terutama pada bayi dan orang lanjut usia bisa menyebabkan kematian. Bila pasien keadaan umum baik, tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral, murah, mudah dan lebih efektif dari terapi intravena. Cairan oral : pedialit,oralit,dll. Cairan infus : ringer laktat,dll. Cairan diberikan antara 50-200ml/kgBB/24jam tergantung kebutuhan dan status dehidrasi. 11 1) Cairan Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan: a) BJ plasma dengan rumus Kebutuhan cairan = BJ plasma-1,025 x BBx 4 ml 0,001 b) Metode Pierce berdasarkan klinis Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan :5%xBB(kg) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan :8%xBB(kg) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan :10%xBB(kg) c) Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis: kebutuhan cairan = skor x10%xkg BBx 1 liter 15 12 Tabel 1. skor klinis metode Daldiyono Klinis Skor a. haus/muntah R b. Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1 c. Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2 d. Frekuensi nadi >120X/menit 1 e. Kesadaran apatis 1 f. Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2 g. Frekuensi napas >30X/menit 2 h. Fasies kolerika 1 i. Vox cholerica 1 j. Turgor kulit menurun 1 k. ”washer woman’s hand” tangan keriput 2 1 seperti kena air l. Ekstremitas dingin 1 m. Sianosis 2 n. Umur 50-60 tahun 1 o. Umur >60 tahun 2 (Sumber : Simadribata, 2006) Penilaian : bila skor <3 dan tidak ada syok : diberi cairan peroral sebanyak mungkin, sedikit demi sedikit. Jika skor lebih dari sama dengan 3 : diberi cairan per intravena. 13 d) Kebutuhan cairan perhari menurut BB s/d 10kg : 100ml/kgBB/24jam >10-20 kg pertama : 50ml/kgBB/24jam >20kg : 20ml/kg BB/24jam ingat keperluan maksimum anak-anak sekitar 2000ml/hari (Darrow, Formula) e) Koreksi Defisit Kalium 3,5 KCl padat x BB x 0,4 + 2 meq/kgBB/dalam 4 jam 3,3 KCl x BB x 0,4 + 1,6x2 meq/kg BB/dalam 20 jam oral : 75 mg/kgBB/hari (Simadibrata, 2006). 2) Diet Harus segera diberikan bila pasien mau. Pasien tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat, justru pasien dianjurkan minum teh, minuman tidak mengandung gas, makanan mudah cerna seperti nasi, keripik, sup. Hindarkan susu sapi pada bayi yang menderita diare karena adanya defisiensi lactase transient yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Hindarkan dari minuman beralkohol dan berkafein karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus (Pudjarwanto, 1996). 3) Antibiotik atas indikasi 4) Usaha promotif a) penggunaan air bersih b) penggunaan jamban 14 c) cuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah buang air besar/buang air kecil, dll. 5) Obat anti diare Obat ini dapat mengurangi gejala untuk diare non spesifik a) Derivate opioid misal loperamide (tidak adiktif dan efek samping kecil) b) Obat yang mengeraskan tinja attapulgite 4x2 tablet/hari. Smectite 3x1 saset tiap diare encer sampai berhenti c) Obat anti sekretorik atau anti enkepalinase : hidrasec 3x1 tablet/ hari ( Istiantoro, 1995 ). g. Epidemiologi Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Prevalensi diare yang tinggi di negara berkembang merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999). Penurunan angka kejadian diare pada bayi di negara-negara maju, erat kaitannya dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran minum anak dan sebagian lagi karena faktor 15 pencegahan imunologik dari ASI (Asnil et al, 2003). Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare antara lain, tidak memberikan ASI secara penuh untuk 46 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999). h. Prognosis Bila kondisi dehidrasi akibat diare dapat diatasi dengan baik, umumnya pasien memiliki prognosis baik pula. Tapi apabila kondisi dehidrasi cukup berat, terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2007). 3. Perilaku Pencegahan Diare Diare bukan merupakan suatu penyakit yang asing bagi masyarakat Indonesia. Usaha pencegahan dan penangulangan diare membutuhkan partisipasi dari rakyat itu sendiri. Usaha-usaha tersebut antara lain: a. Peningkatan taraf kesehatan masyarakat, Salah satu cara yang ditempuh untuk mewujudkan hal itu adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 16 1). Pemberian ASI Asi adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh bayi. Asi saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi steril, berbeda dengan sumber susu lain : susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian Asi saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh. Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian Asi harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). Asi mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Asi turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir pemberian Asi secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian Asi yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare. Pada bayi yang tidak diberi Asi secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare 17 adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. 2). Makanan Pendamping Asi Pemberian makanan pendamping Asi adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping Asi dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping Asi yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping Asi diberikan. Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan hasil pemberian makanan pendamping Asi yang lebih baik yaitu : a). perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi teruskan pemberian Asi. Tambahkan macam-macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari) setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6x sehari teruskan pemberian Asi bila mungkin. b). Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, 18 ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya, cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih. c). Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. 3). Menggunakan air bersih yang cukup. Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bener-bener bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga a). Ambil air dari sumber air yang bersih b). Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air 19 c). Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak d). Gunakan air yang direbus e). Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup 4). Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. 5). Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat, dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a). Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. b). Bersihkan jamban secara teratur c). Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh 20 dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. Membuang tinja bayi yang benar banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya , hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban, bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya, bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti didalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun, bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun. 6). Pemberian Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu berilah anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan. b. Mewaspadai waham diare yang terjadi pada bayi. 1). bahwasannya anak diare karena anak akan bertambah pintar atau anak diare cair dikarenakan terlalu banyak minum merupakan waham yang salah. 2). Waspadai masa oral anak 6 bulan – 12 bulan 21 3). Waspadai anak yang baru beralih dari ASI ke susu sapi/susu formula 4). Memberitahukan kepada masyarakat tentang pentingnya cairan (oralit) untuk penderita diare. Cairan ini bisa digantikan oleh larutan garam dan gula pada dehidrasi yang ringan (Notoadmodjo , 2003). c. Program pemerintah Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem. Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010). Untuk melaksanakan program Promosi Kesehatan di Daerah telah ditetapkan Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.1114/Menkes/SK/VIII/2005. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau 22 permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar. Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan. Dengan rincian sebagai berikut : 1) Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan 2) Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya 3) Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM) 4) Anggota keluarga tidak merokok 5) Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur 6) Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari) 7) Tersedia air bersih 8) Tersedia Jamban 9) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 10)Lantai rumah bukan dari tanah 4. Hubungan pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare Salah satu sendi yang berkaitan erat dengan upaya untuk mewujudkan pola hidup bersih dan sehat sebagai sikap hidup dan budaya bangsa sehingga terbentuk keluarga dan masyarakat yang sehat, harus dimulai dari tingkat keluarga (Suherman,1995). Tindakan dalam pencegahan diare yang di lakukan oleh ibu rumah tangga dengan perbaikan keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air minum yang bersih, penggunaan jamban, pembuangan sampah pada 23 tempatnya, sanitasi perumahan dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak. Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun, perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi (Andrianto, 1995). Perilaku pencegahan diare dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, sosial budaya dan pola hidup. Pengetahuan pendidikan formal ibu merupakan parameter keadaan sosial sehingga dapat sangat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Slamet, 1994). Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo , 2003). - Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan pengetahuan pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan 24 bukan semata-mata kekurangan dalam ukuran ekonomi, tapi juga melibatkan kekurangan dalam ukuran kebudayaan dan kejiwaan (Suburratno, 2004). Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit (Dian.dan Wien, 1996). Frekuensi relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 2 kali lebih besar menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), 3 kali lebih tinggi risiko imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak karena penyakit dibanding anak yang orangtuanya berpenghasilan cukup (Behrman, 1999). Pendidikan masyarakat yang rendah juga memungkinkan timbulnya waham yang tidak benar dimasyarakat. Sebagai contoh tentang waham diare dianggap sebagai ngenteng-ngentengi, mau tambah pandai dll. Dan juga pemberian minum berlebihan pada anak diare dianggap akan menyebabkan diare tambah lebih hebat ( Subagyo, 1996). Peranan orang tua saat anak diare sangatlah penting terutama ibu yang paling dekat dengan anaknya, bila orang tua mempunyai pengetahuan cukup dalam merawat anak sakit sehingga dapat membantu proses penyembuhan (Gorendo dan Blandina. 2005). Orang tua biasanya 25 mengangap diare bukan masalah serius, atau mengangap pada anak-anak bisa sembuh dengan sendirinya, padahal diare bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bila orang tua mengetahui tandatanda dehidrasi lebih awal akan cepat untuk mengobatinya (Martina, 2007). 26 B. Kerangka Pemikiran Kejadian diare Pencegahan dan penanggulangan Progam Pemerintah Peran Serta Masyarakat Tingkat Pendidikan Pola Hidup kondisi ekonomi Sosial Budaya Perilaku Pencegahan Pasif Pengetahuan Sikap Aktif Persepsi Keterangan : : faktor yang tidak di teliti : faktor yang di teliti Gambar 2. skema kerangka pemikiran 27 Tindakan Nyata C. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Metode ini digunakan karena variabel bebas dan tergantung diobservasi hanya sekali pada saat yang sama tanpa follow up (Taufiqqurohman, 1997). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu daerah endemis di Surakarta yaitu Kelurahan Pucangsawit Surakarta. C. Subyek Penelitian Subyek Penelitian ini adalah 30 orang ibu di ambil dari populasi 157 orang yang bertempat tinggal di kelurahan Pucangsawit, dengan kriteria inklusi : 1. wanita yang mempunyai anak balita 2. wanita yang pernah menempuh pendidikan formal minimal tingkat pra sekolah 3. wanita berusia 18 - 40 tahun 4. wanita yang mempunyai anak maksimal 2 5. pendapatan keluarga antara Rp 500.000-Rp 1.000.000 6. bersedia dijadikan subyek penelitian D. Teknik Sampling 29 Sampel diambil secara purposive quota sampling berdasarkan kriteriakriteria inklusi diatas, individu yang memenuhi kriteria dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel E. Rancangan Penelitian Populasi Sampel Tingkat Pendidikan Formal Ibu SD Perilaku SMP SMA PT Perilaku Perilaku Perilaku baik baik Sedang sedang kurang baik kurang sedang sedang kurang kurang Gambar 3. Skema Rancangan penelitian 30 baik F. Definisi Operasional Variabel 1. variable bebas : Tingkat Pendidikan formal ibu a. definisi : yaitu Tingkat pendidikan formal terakhir yang telah diselesaikan sampai saat penelitian dilakukan yang ditandai dengan ijazah kelulusan. b. alat ukur : kuesioner c. Skala : ordinal 2. Variabel terikat : Perilaku Pencegahan Diare a. Definisi : yaitu kegiatan-kegiatan manusia yang dapat dilihat dan berguna untuk mencegah terjadinya diare. b. Alat ukur : kuesioner c. Cara pengukuran : melalui metode wawancara dengan panduan kuesioner, metode ini dilakukan agar responden lebih mudah dalam memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Respon atau reaksi manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, sikap, persepsi) maupun tindakan nyata atau praktek (Notoatmodjo, 2003). Skor untuk pertanyaan pengetahuan, sikap, perilaku pencegahan apabila menjawab sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju masingmasing adalah 5, 4, 3, 2, 1 (Sarwono, 2006) d. Skala : Ordinal 31 3. Variabel perancu : a. Sosial budaya b. pola hidup c. kondisi ekonomi G. Teknik Analisis Data Ada tidaknya hubungan antara pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare diuji dengan korelasi Rank Spearman. Data akan diolah dengan SPSS 13 for windows. Patokan pengambilan keputusan : 1. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05, hubungan kedua variable signifikan. 2. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data hasil Penelitian Penelitian yang di lakukan di wilayah Kelurahan Pucang Sawit selama bulan Februari-Maret 2009 pada 30 responden didapatkan skor perilaku pencegahan Diare. Skor ini kemudian dihubungkan dengan lama menempuh pendidikan formal. Tabel 2. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal ibu No Tingkat pendidikan Cakupan Persentase (%) 1 Tamat SD 9 30 2 Tamat SMP 11 36,67 3 Tamat SMA 8 26,67 4 Perguruan Tinngi 2 6,67 30 100 jumlah Sumber : data primer, 2009 Jumlah responden ditinjau dari pendidikan formal, yang terbanyak adalah tamat SMP/ sederajat yaitu dengan persentase 36,67%, kemudian tamat SD yaitu dengan persentase 30%. Tamat SLTA dengan persentase 26,67%, tamat Perguruan Tinggi dengan persentase 6,67%.. 33 Tabel 3. Distribusi responden menurut jenis pekerjaan No Jenis pekerjaan Cakupan Persentase (%) 1 Ibu rumah tangga 16 53,34 2 Wiraswasta 8 26,67 3 Buruh 5 16,67 4 Pegawai 1 3,34 30 100 Jumlah Sumber : data primer, 2009 Menurut jenis pekerjaannya wiraswasta, buruh, dan pegawai masingmasing sebanyak 26,67%, 16,67%, 3,34%. Sedangkan sisanya adalah ibu rumah tangga sebanyak 53,34%. Tabel 4. Distribusi responden menurut sumber informasi yang didapat. No Sumber informasi Cakupan Presentase(%) 1 Radio 3 10 2 Televisi 21 70 3 Koran 1 3,34 4 Radio dan televisi 4 13,34 5 Televisi dan koran 1 3,34 30 100 jumlah Sumber : data primer,2009 Berdasarkan tabel 3 diatas sumber informasi yang sering didapat adalah dari televisi yaitu sebanyak 70%, sedangkan dari radio sebanyak 10%, koran 34 sebanyak 3,34%, dari radio dan televisi sebanyak 13,34% dan dari televisi dan koran sebanyak 3,34%. Tabel 5. Distribusi responden menurut informasi pencegahan diare No Informasi pencegahan diare Cakupan Presentase 1 Pernah mendapatkan 14 46,67 2 Belum pernah 16 53,33 30 100 jumlah Sumber : data primer, 2009 Hampir setengah responden pernah menerima penyuluhan tentang diare sebanyak 46,67%, sedangkan sisanya belum pernah mendapat penyuluhan tentang diare sebanyak 53,33%. Tabel 6. Skor perilaku pencegahan diare No Skor perilaku pencegahan Cakupan Presentase diare 1 Tinggi 14 46,67 2 Sedang 15 50 3 Rendah 1 3,33 30 100 jumlah Sumber : data primer, 2009 Skor perilaku pencegahan diare diperoleh melalui kuesioner yang berjumlah 30 pertanyaan yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan persepsi yang masing-masing berjumlah 10 pertanyaan. Jumlah skor apabila benar seluruhnya adalah 150. Dari data yang diperoleh rata-rata untuk skor perilaku 35 pencegahan diare adalah 109,83 dengan rentang nilai antara 30-150. Dalam hasil data di lapangan skor nilai paling tinggi adalah 130 sedangkan skor nilai paling rendah adalah 68. Nilai untuk skor perilaku tinggi antara 110-150 sebanyak 46,67%, nilai untuk skor perilaku sedang antara 70-110 sebanyak 50%, nilai untuk skor perilaku rendah antara 30-70 sebanyak 3,33%. B. Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS 13 for windows untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Tabel 7. Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pendidikan dan perilaku pencegahan Correlations pendidikan Spearman's rho pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Skor Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 1. Menentukan hipotesis 36 skor 1.000 .611(**) . .000 30 30 .611(**) 1.000 .000 . 30 30 H0: tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare 2. Patokan Pengambilan Keputusan Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan. Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan skor perilaku a. tingkat signifikan (α) : 0,05 b. hasil uji statistik Sig : 0,000 karena sig = 0,000<0,05, H0 di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Dilihat dari hasil penghitungan, maka korelasi antara variabel tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare menunjukan angka sebesar 0,611. Angka positif ini menunjukan adanya korelasi yang searah. Ini berarti, jika variabel tingkat pendidikan formal ibu tinggi, maka variabel perilaku pencegahan diare semakin besar pula. Dalam analisis kolerasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien kolerasi 37 (r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel independen (Sugiyono, 2005). Pada perhitungan diperoleh hasil r = 0,611 maka r2 = 0,6112 = 0,373. Hal ini berarti perilaku pencegahan diare pada anak 37,3% ditentukan oleh tingkat pendidikan formal ibu dan sisanya sebanyak 62,7 % ditentukan oleh faktor lain. Tabel 8. Uji korelasi Rank Spearman antara jenis pekerjaan dan perilaku pencegahan diare pada anak. Correlations Spearman's rho pekerjaan skor Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N pekerjaan 1.000 . 30 .466** .009 30 skor .466** .009 30 1.000 . 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 1. Menentukan hipotesis H0: tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan diare H1: ada hubungan antara jenis pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan diare 2. Patokan Pengambilan Keputusan Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan. 38 Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan skor perilaku p. tingkat signifikan (α) : 0,05 q. hasil uji statistik Sig : 0,09 karena sig = 0,09>0,05, H0 di terima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Tabel 9. Uji Korelasi Rank Spearman antara sumber informasi dengan perilaku pencegahan. Correlations Spearman's rho sumber skor Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N sumber 1.000 . 30 .476** .008 30 skor .476** .008 30 1.000 . 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 1. Menentukan hipotesis H0: tidak ada hubungan antara sumber informasi yang didapat ibu dengan perilaku pencegahan diare H1: ada hubungan antara sumber informasi yang didapat ibu dengan perilaku pencegahan diare 2. Patokan Pengambilan Keputusan 39 Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan. Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan skor perilaku a. tingkat signifikan (α) : 0,05 b. hasil uji statistik Sig : 0,09 karena sig = 0,08>0,05, H0 di terima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Tabel 10. Uji Korelasi Rank Spearman antara belum atau sudahnya mendapat informasi diare dan perilaku pencegahannya. Correlations Spearman's rho informasi skor Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N informasi 1.000 . 30 .518** .003 30 skor .518** .003 30 1.000 . 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 1. Menentukan hipotesis H0: tidak ada hubungan antara belum atau sudahnya mendapat informasi tentang diare dengan perilaku pencegahannya H1: ada hubungan antara belum atau sudahnya mendapat informasi tentag diare dengan perilaku pencegahannya 40 2. Patokan Pengambilan Keputusan Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan. Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan skor perilaku a. tingkat signifikan (α) : 0,05 b. hasil uji statistik Sig : 0,03 karena sig = 0,03<0,05, H0 di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara belum atau sudahnya mendapat informasi tentang diare dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Dilihat dari hasil penghitungan, maka korelasi antara belum atau sudahnya mendapat informasi tentang diare dengan perilaku pencegahannya menunjukan angka sebesar 0,518. Angka positif ini menunjukan adanya korelasi yang searah. Pada perhitungan diperoleh hasil r = 0,518 maka r2 = 0,5182 = 0,268. Hal ini berarti perilaku pencegahan diare pada anak 26,8% ditentukan oleh belum atau sudahnya mendapat informasi tentang diare dan sisanya sebanyak 73,2% ditentukan oleh faktor lain. 41 Tabel 11. Interprestasi terhadap koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat (Sugiyono, 2005) Dari hasil perhitungan statistik didapatkan korelasi 0,611 maka dapat diketahui adanya tingkat hubungan kuat antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare. 42 BAB V PEMBAHASAN Dari Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang ibu-ibu yang memiliki anak balita yang berada di Kelurahan Pucangsawit, didapatkan 6,67 tingkat pengetahuan ibu rendah, 66,67 % tingkat pengetahuan ibu sedang, dan 26,67 % dengan pengetahuan tinggi. Sedangkan untuk pengetahuan rendah dan tinggi hanya sedikit. Rata-rata tingkat pengetahuan ibu-ibu sedang karena sebagian sudah pernah mendapatkan informasi dari posyandu melalui kegiatan penyuluhan oleh para kader tentang diare tersebut. Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat. Pada balita yang belum dapat menjaga kebersihan dan menyiapkan makanan sendiri, kualitas makanan dan minuman tergantung pada ibu sebagai pengasuh utama. Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih. Sehingga dengan pengetahuan ibu yang baik diharapkan dapat mengurangi angka kejadian diare pada anak balitanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh joko, yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu sebagai faktor utama yang menyebabkan terjadinya diare pada anak balita. Jadi untuk memutuskan rantai penularan diare ini diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan ibu secara 43 lebih berkala oleh petugas kesehatan dan kader posyandu, seperti langsung mempraktikan dengan alat peraga dan gambar (Slamet, 1994). Selain itu tingkat pengetahuan ini juga dipengaruhi oleh multifaktor seperti tingkat pendidikan, peran penyuluhan kesehatan, akses informasi yang tersedia dan keinginan untuk mencari informasi dari berbagai media. Mayoritas responden hanya tamatan SMP. Sehingga dimaklumi kalau tingkat pengetahuan yang mereka peroleh masih minim. Pendidikan orang tua, terutama ibu merupakan salah satu kunci perubahan sosial budaya. Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki praktek yang lebih baik terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga terutama anak balita (Widjaja, 2003) Faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena dengan pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi terutama dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas cakrawala berpikir sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah terjangkitnya suatu penyakit dan memperoleh perawatan medis yang kompeten (Ebrahim,1996). Dapat dilihat semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula nilai skor perilaku yang didapat. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seorang ibu terhadap suatu penyakit maka akan semakin kecil resiko anak balitanya menderita penyakit tersebut. Pada penelitian ini rata-rata ibu-ibu memiliki pengetahuan sedang, hal ini dikarenakan bahwa akses informasi kesehatan kadang-kadang tidak sampai ke mereka misalnya lewat penyuluhan, media massa, dll. 44 Hasil uji statistik dapat dilihat, bahwa antara tingkat pendidikan forml ibu dan perilaku pencegahan diare pada anak terdapat korelasi yang signifikan dan sangat nyata, terlihat dari nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 atau praktis 0. Artinya hipotesis penelitian diterima, terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka semakin baik tindakan pencegahan diare pada anak. Angka korelasi antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak adalah 0,611. Hal ini menunjukkan cukup kuatnya korelasi antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak. Artinya jika tingkat pendidikan ibu dapat ditingkatkan maka tindakan perilaku pencegahan diare pada anak akan semakin baik pula ini. Koefisien determinasi sebesar 37,3 % menunjukkan bahwa kontribusi tingkat pendidikan ibu 37,3 %, sedangkan 62,7 % lagi disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti belum atau sudahnya mendapat informasi tentang diare sebesar 26,8%. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan ibu bukanlah satu-satunya faktor resiko dari kejadian diare akut pada anak balita ini. 45 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada hubungan dengan tingkat korelasi kuat, antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit, Surakarta (r= 0,611) 2. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki semakin baik pula perilakupencegahan terhadap penyakit diare. B. Saran 1. Masyarakat Pucangsawit diharapkan lebih berperan aktif dalam usaha peningkatan pendidikan ibu sehingga dengan tingginya tingkat pendidikan ibu diharapkan perilaku pencegahan diare pada anak dapat diterapkan dengan baik. 2. Kepada petugas kelurahan atau dinas terkait supaya menghimbau kepada masyarakat Pucangsawit Surakarta agar dapat meningkatkan tingkat pendidikan sebagai usaha untuk mengurangi kejadian diare 46 DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti, 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Andrianto P, 1995. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare akut, edisi 2. Jakarta : EGC. pp: 1-2, 29-33 Asnil P, Noerasid H, Suraatmadja S, 2003. Gastroenteritis akut. Dalam: Suharyono, Boediarso aswitha, Halimun EM (editors). Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai penerbit FKUI. pp: 51-68 Bagian Ilmu kesehatan anak FK UI, 1998. Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1. Jakarta : Infomedika Jakarta. pp: 283-288 Behrman RE,1999. Anak dengan resiko tertentu. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin. (editors). Ilmu Kesehatan anak Nelson Vol I, Edisi 15. Jakarta : EGC. pp:169-171 Departemen Kesehatan RI, 2007. Laporan perkembangan pencapaian tujuan pembangunan mileniun Indonesia,. http;//w3.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG BI Goal4.pdf ( 3 Oktober 2008) Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, 1993. Pemukiman. Buku Ajar Diare. Jakarta : Depkes RI. pp: 3-11, 53-59, 71-80 Ebrahim, G. J., 1996. Perawatan Anak Yogya : Yayasan Essentia Medica. p: 193197 Gorendo Putro., Blandina Loko Ebo. 2005. Hubungan perilaku bersih dan sehat ibu dan Penggunaan Sarana Air Bersih terhadap Kejadian Diare pada Balita. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo. 7(2):66 Guyton Arthur C, 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta, EGC. p: 609 Hendarwanto, 1997. Diare Akut Karena Infeksi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi 3. pp: 451-452 47 Irianto J, 2000 . Prediksi Keparahan Diare Menurut faktor-faktor yang berpengaruh pada anak balita di Indonesia. Center for research and development of health ecology. http : // digilib.3w Litbang. Depkes. Go. Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2000-joko-1085-diare ( 3 September 2008) Istiantoro Y.H., 1995. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru, Jakarta. pp: 51-56 Martina Lestari, 2007. Pengetahuan Orang Tua Tentang Diare pada Anaknya yang Dirawat di Ruang Menular Anak RSU Dr Soetomo. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo. 9(2):82 Mansjoer A, Suorohaita, 2000. Wardhani W, Setiawula W. Kapita selekta kedokteran, edisi 3. Jakarta: Media aresculapius. pp: 470-476 Notoatmodjo S. 2003 Ilmu Kesehatan Masyarakat .Jakarta: Rineka Cipta. Pudjarwanto Triatmodjo, 1996. Infeksi Bakteri Enteropatogen pada Balita Penderita Diare di Jawa Barat dan Pola Resistensinya terhadap Beberapa Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran. 109:13-17 Schwartz M.William, 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta.EGC. pp: 33-35 Sarbini A.M., 2007. Diare. http://www.Mer_C_diare.htm. ( 3 Oktober 2008 ) Sarwono Jonathan, 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta :Andi. Pp: 43-49 Simadibrata, 2006. ‘’ Diare Akut & Diare Kronik ‘’ Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. FK UI, Jakarta. pp : 5-14 Slamet SJ, 1994. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, p:57 Subagyo Bambang, 1996. Diare Pada Anak. Buku Pegangan Kuliah Fakultas Kedokteran, UNS, IKA I. p: 3 Suburratno, 2004. Riau dalam arus perubahan. Pekanbaru: Alaf Riau. pp: 56-60 48 Sugiyono, 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. pp: 250-259 Suherman, 1995. Pendidikan Kesehatan Keluarga sebagai Pilar Utama Dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. pp: 99-107 Sundari Dian., Winarno M. Wien,1996. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran. 109:25-30 Taufiqqurohman M.A, 1997. Pengantar Metodologi Penelitian Kedokteran. Solo ; Bagian Skripsi FK UNS. pp: 71-76 Widjaja M.C, 2003. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Jakarta : Kawan pustaka. pp : 1-6 49 Lampiran A. Kuesioner Penelitian I. Identitas 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : 6. Media informasi : Radio Televisi Koran 7. Penghasilan per bulan : 8. Pernah mendapat penyuluhan tentang diare : a. Ya II. Kuesioner A. Pengetahuan 1. Diare adalah berak lebih dari 3x sehari dan encer a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. tidak sangat setuju 2. Penyebab diare adalah bakteri, virus, parasit a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. tidak sangat setuju 3. Balita sering terkena diare a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. tidak sangat setuju 50 b. tidak 4. Bahaya yang bisa ditimbulkan oleh daire adalah dehidrasi a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. tidak sangat setuju 5. Salah satu program PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) adalah mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan air bersih (air sumur) a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 6. Kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh melalui mulut a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 7. Contoh diare yang disebabkan oleh kuman adalah mengkonsumsi makanan yang kotor a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 8. Kasus diare banyak ditemukan pada balita yang tidak penuh diberi asi selama 4-6 bulan pertama a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 9. Penderita diare mempunyai potensi menyebarkan kuman melalui kotoran (berak) a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 51 10. Kriteria rumah sehat menurut PHBS adalah selalu dibersihkan , penghuni rumah tidak terlalu banyak, lantai bukan dari tanah a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju skor no 1-10 : a. Sangat setuju = 5 b. setuju = 4 c. netral = 3 d. tidak setuju = 2 e. sangat tidak setuju = 1 52 B. Sikap 1. Diare harus di waspadai dan di cegah a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 2. Diare seluruhnya adalah tanggung jawab pemerintah a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 3. Lingkungan rumah yang bersih dapat mencegah terjadinya diare pada anak a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 4. Setiap keluarga bertanggung jawab atas pencegahan diare a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e.sangat tidak setuju 5. Kalau anak sakit diare diberi minum air yang banyak a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 6. Pemberian air yang banyak malah membuat penyakit diare bertambah parah a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 53 7. Kebiasaan buang air besar di jamban dapat mengurangi terjadinya diare a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 8. Memakan makanan dan minuman yang telah di masak matang dapat mencegah terjadinya diare a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 9. Peranan orang tua saat anak terkena diare sangatlah penting a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju 10. Kalau anak diare berarti bahwa anak tersebut mau tambah pandai a. sangat setuju b. setuju c. netral d. tidak setuju e. sangat tidak setuju skor no 1,3,4,5,7,8,9 = a. Sangat setuju = 5 b. setuju = 4 c. netral = 3 d. tidak setuju = 2 e. sangat tidak setuju =1 skor no 2,6,10 = a. Sangat setuju = 1 b. setuju = 2 c. netral = 3 d. tidak setuju = 4 e. sangat tidak setuju = 5 54 C. Persepsi 1. Jika anak terkena diare, memberikan cairan yang lebih banyak a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 2. Mencuci terlebih dahulu sebelum memasak sayuran a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 3. Ketika mencuci sayuran mengunakan air bersih yang mengalir a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 4. Buang air besar di jamban a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 5. Jika diare anak tidak sembuh setelah diberi oralit, dibawa ke dokter a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 6. Ketika bayi anda diare, tetap diberi ASI a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 7. Mencuci tangan menggunakan air bersih yang mengalir dan memakai sabun sebelum makan a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 55 8. Menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 9. Melarang anak anda jajan di sembarang tempat a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah 10. Sering membersihkan rumah a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. hampir tidak pernah e. tidak pernah skor no 1-10 = a. Selalu = 5 b. sering = 4 c. kadang-kadang = 3 d. hampir tidak pernah = 2 e. tidak pernah = 1 56 Lampiran B. Tabel tingkat pendidikan dan skor perilaku pencegahan No Sample Nama ibu Usia Tingkat (Tahun) Pendidikan Skor Perilaku Pencegahan Pengetahuan Sikap Persepsi Jumlah 1 Sri Lestari 34 SD 31 35 40 106 2 Agustina NF 31 SLTA 36 38 44 118 3 Sri Nur H 19 SMP 37 37 38 112 4 Wiji Yanti 25 SMP 33 41 45 110 5 Suci M 23 SMA 34 35 47 116 6 Desi RC 30 SMP 39 41 32 112 7 Diana S 21 SD 35 40 33 108 8 Asih Pujiati 30 SD 35 29 38 102 9 Titis M 28 SLTA 36 39 41 116 10 Suryani 28 SMP 40 38 42 120 11 Sri Maryani 25 SLTA 39 43 44 126 12 Mesrini 21 SMP 31 38 38 107 13 Yulianti 23 SMP 33 39 38 110 14 Harmini 27 SLTA 45 37 42 124 15 Anik 24 SMP 38 37 34 109 16 Anis 24 SMP 32 35 31 98 17 Rohani 24 SD 37 30 39 106 18 Darmi 36 SD 33 35 40 108 19 Cristiana 31 SLTA 36 31 33 100 20 Happy P 37 SMP 37 39 34 110 21 Ester 21 SD 32 34 39 105 22 Parti 33 SD 17 28 23 68 23 Suparmi 35 SD 31 34 31 96 24 Suryani 22 SMP 39 37 40 116 25 Siti Khasanah 28 PT 42 43 45 130 26 Shinta W 19 SMP 24 27 31 82 27 Supatmi 32 SD 36 36 40 112 28 Dwi Jayanti 28 SMA 39 42 44 125 29 Sani 29 SMA 30 30 36 96 30 Sumarni 32 PT 40 43 45 128 34,9 36,37 38,23 109,83 Mean 57 58 59 60