hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku

advertisement
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK
DI KELURAHAN PUCANGSAWIT SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DODI NAWAN SANTOSA
G0004086
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN
FORMAL IBU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE PADA
ANAK DI KELURAHAN PUCANGSAWIT SURAKARTA
Dodi Nawan Santosa, NIM/Semester: G0004086/x
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari
, Tanggal
April 2009
Pembimbing Utama
Nama : Sumardiyono, SKM., Mkes.
NIP : 160 045 694
(
)
Pembimbing Pendamping
Nama : Anik Lestari, dr.,Mkes.
NIP : 132 297 281
(
)
Penguji Utama
Nama : Vitri Widyaningsih, dr.
NIP : 132 327 441
(
)
Anggota Penguji
Nama : Sulistyo Santoso, dr.
NIP : 130 604 669
(
)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Sri Wahyono, dr., Mkes.
Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS.
NIP : 030 134 646
NIP : 030 134 565
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,……………………………
Nama………………………………..
NIM.
iii
ABSTRAK
Dodi Nawan Santosa, G0004086, 2009. Hubungan antara Tingkat Pendidikan
Formal Ibu dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Anak di Kelurahan
Pucangsawit Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Diare infeksi merupakan penyakit yang masih perlu diwaspadai
menyerang anak dan merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada
anak di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Faktor yang mempengaruhi
diare ini, salah satunya adalah pengetahuan ibu atau tingkat pendidikan ibu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan
Pucangsawit Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode analitik non eksperimental dengan
pendekatan cross sectional study. Subyek penelitian adalah warga di salah satu
daerah endemis diare yaitu di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Perilaku
masyarakat diukur dengan menggunakan kuesioner yang meliputi kuesioner
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan diare yang
terdiri atas 30 item pertanyaan.
Hasil penelitian dari total 30 sampel didapatkan skor rata-rata perilaku
pencegahan sebesar 109,83, dari skor sempurna yaitu 150, sedangkan untuk latar
belakang pendidikan formal yaitu tamat SD sebanyak 30%, tamat SMP 36,67%,
tamat SMA 26,67%, Perguruan Tinggi 6,67%.
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan, dengan tingkat
korelasi kuat, antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan
diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta. Dari uji Korelasi Rank
Spearman didapatkan r = 0,611. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
baik juga perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit
Surakarta.
Kata kunci : Tingkat pendidikan formal ibu, perilaku pencegahan diare pada
anak
iv
ABSTRAK
Dodi Nawan Santosa, G0004086, 2009. The relation between mother’s formal
education level with diarrhea preventing behaviour for children in Pucangsawit
region of Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University.
Infection diarrhea is a primary disease in children and it is named to be
the main mortality and morbidity cause in developing country including
Indonesia. One of the factor that influence this disease is parent’s knowledge or
educational level. The purpose of this study is to know the relation between
mother’s formal education level with diarrhea preventing behaviour for children
in Pucangsawit region of Surakarta.
This research uses non experimental analytic method with cross
sectional study approach. The subject of the study is the Pucangsawit residents,
one of diarrhea endemic region in Surakarta. The resident’s behaviour is measured
using questionare which include knowledge, attitude, and behaviourial
questionare of the resident to prevent the diarrhea that includes 30 items of
question.
The result of the research from 30 samples is an average score of
preventing behaviour 109,83 points from maximum score 150 points, The formal
educational backgrounds of the respondents are 30%, 36,67%, 26,67% and 6,67%
consecutively for elementary high school, junior high school, senior high school,
and university.
From this research , we conclude that there is a relation, with strong
correlation, between mother’s formal education level with diarrhea preventing
behaviour for children in Pucangsawit region of Surakarta. The Spearman Rank
correlation test result for the research is r = 0,611. The higher formal education
level of parent’s also makes the diarrhea preventing behaviour done better for
children in Pucangsawit region of Surakarta
Keywords : mother’s formal education level, diarrhea preventing behaviour for
children.
v
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Perilaku
Pencegahan Diare pada Anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta”. Skripsi
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat
sarjana dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sri Wahjono,dr.,M Kes selaku Ketua Tim Skripsi.
3. Bapak Sumardiyono, SKM., Mkes., selaku Pembimbing Utama, atas segala
bimbingan, bantuan, dan pengarahan materi yang telah diberikan kepada
penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Anik Lestari, dr., Mkes., selaku Pembimbing Pendamping, atas segala
bimbingan, arahan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan
skripsi ini.
5. Ibu Vitri Widyaningsih, dr., selaku Penguji Utama, yang telah berkenan
menguji, memberi nasehat, koreksi, kritik dan saran sehingga penyusunan
skripsi ini semakin sempurna.
6. Bapak Sulistyo Santoso, dr., selaku Anggota Penguji, yang telah berkenan
menguji, memberi nasehat, koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Seluruh staf IKM FK UNS yang telah banyak membantu dalam
pelaksanaan skripsi ini.
8. Kedua orang tua, kakak dan adikku yang tercinta, atas segala kasih sayang,
nasehat, dan dukungan baik secara material maupun spiritual selama
penyusunan skripsi ini.
9. Seseorang yang telah memijamkan laptopnya dan membantu dalam penelitian
ini.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2004.
11. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun, yang
berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi
semua
Surakarta, April 2009
Dodi Nawan Santosa
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI ................................................................................... 4
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 4
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................20
C. Hipotesis .........................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 22
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 22
C. Subyek Penelitian .......................................................................... 22
D. Teknik Sampling ........................................................................... 22
E. Rancangan Penelitian .................................................................... 23
F. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 24
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 24
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 26
A. Data Hasil Penelitian ..................................................................... 26
B. Analisis Statistik ........................................................................... 28
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 34
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 37
A. Simpulan ....................................................................................... 37
B. Saran .............................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Skor Klinis Metode Daldiyono
10
Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal Ibu
26
Tabel 3.
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan
26
Tabel 4.
Distribusi Responden Menurut Sumber Informasi yang Didapat
27
Tabel 5.
Distribusi Responden Menurut Informasi Pencegahan Diare
27
Tabel 6.
Skor Perilaku Pencegahan Diare
27
Tabel 7.
Uji Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan dan
Perilaku Pencegahan Diare
Tabel 8.
28
Uji Korelasi Rank Spearman Antara Jenis Pekerjaan dan
Perilaku Pencegahan Diare
Tabel 9.
30
Uji Korelasi Rank Spearman antara Sumber Informasi dan
Perilaku Pencegahan Diare
31
Tabel 10. Uji Korelasi Rank Spearman antara Belum atau Sudahnya
Mendapat Informasi diare dan Perilaku Pencegahannya
Tabel 11. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi
ix
32
33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.
Lampiran B.
Lampiran C.
Lampiran D.
Kuesioner Penelitian
Tabel Distribusi Responden dan Skor Perilaku Pencegahan
Surat Ijin Penelitian dari Fakultas
Surat Ijin Penelitian dari DKK
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diare merupakan masalah umum yang ditemukan diseluruh dunia.
Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi
masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya
dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare
infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne
infections dan waterborne infections. Di negara berkembang, diare infeksi
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anakanak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding dinegara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun (Depkes RI,
2007).
Setiap tahun diperkirakan terdapat lebih dari satu milyar kasus diare
infeksi pada anak di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.
Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode
per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per
anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh
Deartemen kesehatan diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301
per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun
1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi
1
kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%
dengan peringkat 2 (Depkes RI, 2007)
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang
datang ke rumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan,
Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001
penyebab utama diare infeksi pada anak di Indonesia adalah Shigella,
Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba
histolytica. Diare berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadangkadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Beberapa faktor epidemiologis penting
dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi.
Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik,
HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi
pasien berisiko tinggi untuk diare infeksi (Irianto, 2000)
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan tenaga
kesehatan dan masyarakat dalam mencegah diare secara terpadu disetiap
jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti
RSU, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas
pembantu, serta posyandu (Depkes RI, 2007).
Kasus diare akut juga terjadi di wilayah kerja Kelurahan Pucangsawit
kecamatan Ngoresan, Surakarta. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas
pembantu Pucang Sawit pada tahun 2006 terdapat 1263 kasus, tahun 2007
terdapat 1066 kasus, dan tahun 2008 sampai pada bulan oktober 823 kasus,
2
dengan perincian kasus lama, kasus kambuh, dan kasus baru. Kasus diare
termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan dalam kelurahan Pucangsawit,
kecamatan Ngoresan, Surakarta.
Dari data tersebut di atas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian
diare pada anak, faktor tersebut salah satunya adalah tingkat pendidikan
formal ibu. Faktor tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat
diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki faktor risiko tersebut diharapkan
dapat menekan angka kesakitan dan kematian diare pada anak (Slamet, 1994).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengetahui
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak di
Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Ngoresan, Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan
perilaku pencegahan diare pada anak ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui peran serta ibu dalam upaya pencegahan dan
penanganan diare pada anak
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan
perilaku pencegahan diare pada anak
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan bukti-bukti empiris tentang pencegahan diare pada daerah
endemis khususnya di kelurahan Pucangsawit Surakarta.
2. Manfaaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
oleh petugas kesehatan maupun dinas terkait dalam program pecegahan
diare.
4
BAB II
DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan Formal
Pendidikan secara etiologis berasal dari bahasa yunani yaitu
paedugogie yang berarti membimbing anak. Secara luas pendidikan adalah
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar
sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan formal adalah
pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti
syarat-syarat tertentu, pendidikan ini berlangsung di sekolah (Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyanti,1991).
Menurut sifatnya , pendidikan di bagi menjadi :
a. Pendidikan informal,yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan seharihari maupun dalam masyarakat.
b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,
bertingkat
dan
mengikuti
syarat-syarat
tertentu
secara
ketat,
pendidikan ini berlangsung di sekolah.
c. Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara
teratur dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
Menurut tingkat dan system persekolahan di Indonesia pendidikan di
kelompokan menjadi :
5
a. tingkat pra sekolah
b. tingkat sekolah dasar
c. tingkat sekolah menengah pertama
d. tingkat sekolah menengah atas: maupun kejuruan STM,SMEA
e. tingkat perguruan tinggi dbedakan menjadi jalur gelar (S-1,S-2,S-3)
dan jalur non gelar (D-1,D-2,D-3).
(Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti,1991)
2. Diare
a. Definisi
Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gr atau 200 ml/24 jam dengan frekwensi lebih dari
3x per hari. Biasa disertai atau tanpa lendir dan darah (Simadibrata, 2006).
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang
usus besar. Diare bisa disebabkan oleh berbagai macam penyebab antara
lain: enteritis, faktor psikologis, (radang usus), colitis ulserativa, infeksi,
dll.(Guyton, 2002).
b. Klasifikasi Diare
Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi:
1) Diare akut
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari menurut World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih
6
dari normal, dan berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebab
terbesarnya adalah infeksi (Hendarwanto, 1997)
2) Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari, dengan etiologi/penyebab
yang beraneka ragam (bisa karena infeksi atau non infeksi misal
alergi susu sapi (Simadibrata, 2006).
c. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan, efek
obat, imunodefisiensi dan keadaan-keadaan tertentu. (Mansjoer et al,
2000; Asnil et al, 2003).
1) Infeksi
bisa disebabkan oleh:
a) Virus
: rota virus (anak terbanyak), enterovirus,dll.
b) Bakteri
: E. coli, salmonella, shigella, staphylococcus,dll.
c) Parasit
: entamoeba, cryptosporidium,dll.
2) Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa. makanan laut
terutama yang mentah, rumah makan cepat saji,dll.
3) Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik,
antasid
4) Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur,
terutama Candida
7
5) Non spesifik pada keadaan tertentu, misal karena makan makanan
pedas, makanan asing yang sebelumnya tidak pernah dimakan, dll.
d. Patofisiologi
Orang yang terinfeksi
agent
Feses
Air sungai
serangga
Makanan/minuman
Oral-gasrointestinal-
Peningkatan motilitas usus
diare
Gambar 1. Diagram Mekanisme terjadinya diare.
( sumber : Buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Simadibrata, tahun 2006)
Infeksi merupakan penyebab utama diare, terdiri dari faktor penyebab
(agent) dan faktor pejamu (host). Cara penularan paling sering adalah
melalui fekal-oral yang berasal dari air minum atau makanan yang
8
tercemar dengan perantaraan lalat atau serangga lainnya. Tetapi bisa juga
terjadi penularan langsung seperti mandi di sungai, mencuci sayuran
dengan air kotor, dan lain-lain (Simadibrata, 2006).
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme seperti:
1) Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak : terjadi
gangguan
pembentukan micelle empedu.
2) Defek system pertukaran anion/transport ion aktif (pada Na, K, ATPase) di enterosit, gangguan absorbsi Na+ dan air.
3) Motilitas dan waktu transit usus abnormal : terjadi motilitas yang lebih
cepat, tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi.
4) Gangguan permeabilitas usus : terjadi kelainan morfologi usus pada
membrane epithel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus
dan colon terhadap air dan garam/elektrolit terganggu.
5) Eksudasi cairan, elektrolit dan mucous berlebihan : terjadi peradangan
dan kerusakan mukosa usus (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,
1998)
e. Diagnosis
1) Anamnesis
:
a) Lamanya (waktu: < 14 hari atau > 14 hari)
b) Wujud tinja
Seperti air, banyak : usus halus
Kecil, tapi sering : colon
c) nausea, muntah, demam, berdarah, nyeri abdomen : infeksi
9
d) penilaian derajat dehidrasi berdasarkan rasa haus, jumlah urin,
keringat, kekeringan mukosa (bibir, mata, hidung) (Sarbini,
2007).
2) Pemeriksaan fisik
Penilaian derajat dehidrasi secara klinis terbagi atas 3
tingkatan, yaitu:
a) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya
turgor kurang, suara serak (vox cholerica), rasa haus, mulut dan
lidah masih basah, penderita masih dalam kondisi kesadaran
yang baik / belum jatuh dalam keadaan preshock.
b) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara
serak, pasien jatuh dalam preshock atau shock, mata cekung,
pasien gelisah, rewel, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c) Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) tanda dehidrasi
sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma),
lesu, mata dan ubun-ubun cekung, turgor sangat jelek, otot-otot
kaku, sianosis ( Schwartz, 2005 )
3) Pemeriksaan penunjang
a) pemeriksaan darah tepi (Hb, Hct, Leukosit, hitung jenis
leukosit)
b) pemeriksaan tinja
c) ELISA (mendeteksi giardiasis dan test serologis amoebiasis)
d) X-ray photo abdomen
10
e) Sudan III: pemeriksaan lemak
f) Ureum dan kreatinin untuk memeriksa adanya kekurangan
volume cairan dan mineral tubuh.
g) Biakan
h) Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa terdapat
inflamasi berat.
i) Klinitest-pH
(Simadibrata, 2006)
f. Penatalaksanaan
Dampak yang perlu diperhatikan pada pasien diare adalah munculnya
dehidrasi. Bahkan keadaan dehidrasi akibat diare terutama pada bayi dan
orang lanjut usia bisa menyebabkan kematian.
Bila pasien keadaan umum baik, tidak dehidrasi, asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik
asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral
dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau starch harus
diberikan. Terapi rehidrasi oral, murah, mudah dan lebih efektif dari terapi
intravena.
Cairan oral
: pedialit,oralit,dll.
Cairan infus
: ringer laktat,dll.
Cairan diberikan antara 50-200ml/kgBB/24jam tergantung kebutuhan dan
status dehidrasi.
11
1) Cairan
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
Macam-macam pemberian cairan:
a) BJ plasma dengan rumus
Kebutuhan cairan =
BJ plasma-1,025 x BBx 4 ml
0,001
b) Metode Pierce berdasarkan klinis
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan :5%xBB(kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan :8%xBB(kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan
:10%xBB(kg)
c) Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis:
kebutuhan cairan = skor x10%xkg BBx 1 liter
15
12
Tabel 1. skor klinis metode Daldiyono
Klinis
Skor
a. haus/muntah
R
b. Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg
1
c. Tekanan darah sistolik <60 mmHg
2
d. Frekuensi nadi >120X/menit
1
e. Kesadaran apatis
1
f. Kesadaran somnolen, sopor atau koma
2
g. Frekuensi napas >30X/menit
2
h. Fasies kolerika
1
i. Vox cholerica
1
j. Turgor kulit menurun
1
k. ”washer woman’s hand” tangan keriput
2
1
seperti kena air
l. Ekstremitas dingin
1
m. Sianosis
2
n. Umur 50-60 tahun
1
o. Umur >60 tahun
2
(Sumber : Simadribata, 2006)
Penilaian : bila skor <3 dan tidak ada syok : diberi cairan peroral
sebanyak mungkin, sedikit demi sedikit. Jika skor lebih dari sama
dengan 3 : diberi cairan per intravena.
13
d) Kebutuhan cairan perhari menurut BB
s/d 10kg
: 100ml/kgBB/24jam
>10-20 kg pertama
: 50ml/kgBB/24jam
>20kg
: 20ml/kg BB/24jam
ingat
keperluan
maksimum
anak-anak
sekitar 2000ml/hari
(Darrow, Formula)
e) Koreksi Defisit Kalium
3,5 KCl padat x BB x 0,4 + 2 meq/kgBB/dalam 4 jam
3,3 KCl x BB x 0,4 + 1,6x2 meq/kg BB/dalam 20 jam
oral : 75 mg/kgBB/hari (Simadibrata, 2006).
2) Diet
Harus segera diberikan bila pasien mau. Pasien tidak dianjurkan
puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat, justru pasien dianjurkan
minum teh, minuman tidak mengandung gas, makanan mudah cerna
seperti nasi, keripik, sup.
Hindarkan susu sapi pada bayi yang menderita diare karena adanya
defisiensi lactase transient yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
Hindarkan dari minuman beralkohol dan berkafein karena dapat
meningkatkan motilitas dan sekresi usus (Pudjarwanto, 1996).
3) Antibiotik atas indikasi
4) Usaha promotif
a) penggunaan air bersih
b) penggunaan jamban
14
c) cuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah buang air
besar/buang air kecil, dll.
5) Obat anti diare
Obat ini dapat mengurangi gejala untuk diare non spesifik
a) Derivate opioid misal loperamide (tidak adiktif dan efek samping
kecil)
b) Obat yang mengeraskan tinja attapulgite 4x2 tablet/hari. Smectite
3x1 saset tiap diare encer sampai berhenti
c) Obat anti sekretorik atau anti enkepalinase : hidrasec 3x1 tablet/
hari ( Istiantoro, 1995 ).
g. Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada balita dari pada anak
yang lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Prevalensi diare yang tinggi di negara
berkembang merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,
kekurangan protein yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh
(Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, 1999).
Penurunan angka kejadian diare pada bayi di negara-negara maju,
erat kaitannya dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh
kurangnya pencemaran minum anak dan sebagian lagi karena faktor
15
pencegahan imunologik dari ASI (Asnil et al, 2003). Perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare antara lain, tidak memberikan ASI secara penuh untuk 46 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan
makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang
tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar (Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1999).
h. Prognosis
Bila kondisi dehidrasi akibat diare dapat diatasi dengan baik,
umumnya pasien memiliki prognosis baik pula. Tapi apabila kondisi
dehidrasi cukup berat, terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun
dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2007).
3. Perilaku Pencegahan Diare
Diare bukan merupakan suatu penyakit yang asing bagi masyarakat
Indonesia. Usaha pencegahan dan penangulangan diare membutuhkan
partisipasi dari rakyat itu sendiri.
Usaha-usaha tersebut antara lain:
a. Peningkatan taraf kesehatan masyarakat,
Salah satu cara yang ditempuh untuk mewujudkan hal itu adalah
memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
16
1). Pemberian ASI
Asi adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna diserap secara optimal oleh bayi. Asi saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi steril, berbeda
dengan sumber susu lain : susu formula atau cairan lain disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian Asi saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh. Bayi-bayi harus disusui
secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian Asi harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). Asi
mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Asi turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir pemberian
Asi secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap
diare daripada pemberian Asi yang disertai dengan susu botol.
Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyabab diare. Pada bayi yang tidak diberi Asi secara
penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare
17
adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara
lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula,
biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2). Makanan Pendamping Asi
Pemberian makanan pendamping Asi adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada
masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab
perilaku pemberian makanan pendamping Asi dapat menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
Asi yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana
makanan pendamping Asi diberikan. Ada beberapa saran yang
dapat meningkatkan hasil pemberian makanan pendamping Asi
yang lebih baik yaitu :
a). perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi teruskan pemberian Asi. Tambahkan macam-macam
makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering (4x sehari) setelah anak berumur 1 tahun,
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6x sehari
teruskan pemberian Asi bila mungkin.
b). Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur,
18
ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau kedalam makanannya, cuci tangan sebelum
menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan
sendok yang bersih.
c). Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada anak.
3). Menggunakan air bersih yang cukup.
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fekal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja
misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan
dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang
terjangkau
oleh
penyediaan
air
yang
bener-bener
bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat
dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga
a). Ambil air dari sumber air yang bersih
b). Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup
serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air
19
c). Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang
dan untuk mandi anak-anak
d). Gunakan air yang direbus
e). Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih
dan cukup
4). Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.
5). Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat, dan keluarga harus buang air
besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a). Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b). Bersihkan jamban secara teratur
c). Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke
tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh
20
dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta
lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar
tanpa alas kaki. Membuang tinja bayi yang benar banyak orang
beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya , hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara
bersih dan benar. Yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah
kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke
jamban, bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih
dan mudah dijangkau olehnya, bila tidak ada jamban pilih
tempat untuk membuang tinja anak seperti didalam lubang atau
di kebun kemudian ditimbun, bersihkan dengan benar setelah
buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.
6). Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu
berilah anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.
b. Mewaspadai waham diare yang terjadi pada bayi.
1). bahwasannya anak diare karena anak akan bertambah pintar atau
anak diare cair dikarenakan terlalu banyak minum merupakan
waham yang salah.
2). Waspadai masa oral anak 6 bulan – 12 bulan
21
3). Waspadai anak yang baru beralih dari ASI ke susu sapi/susu
formula
4). Memberitahukan kepada masyarakat tentang pentingnya cairan
(oralit) untuk penderita diare. Cairan ini bisa digantikan oleh
larutan garam dan gula pada dehidrasi yang ringan (Notoadmodjo ,
2003).
c. Program pemerintah
Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil
dan merata. Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010
telah ditetapkan Sistem. Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu
Subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat.
Kebijakan Nasional Promosi kesehatan untuk mendukung upaya
peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi
Kesehatan
sesuai
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI.
No.
1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2010” (PHBS 2010). Untuk melaksanakan program Promosi
Kesehatan di Daerah telah ditetapkan Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No.1114/Menkes/SK/VIII/2005.
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau
22
permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada
Standar. Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ada 10
indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator
lingkungan. Dengan rincian sebagai berikut :
1) Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya
3) Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)
4) Anggota keluarga tidak merokok
5) Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur
6) Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap
hari)
7) Tersedia air bersih
8) Tersedia Jamban
9) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
10)Lantai rumah bukan dari tanah
4. Hubungan pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare
Salah satu sendi yang berkaitan erat dengan upaya untuk mewujudkan
pola hidup bersih dan sehat sebagai sikap hidup dan budaya bangsa
sehingga terbentuk keluarga dan masyarakat yang sehat, harus dimulai dari
tingkat keluarga (Suherman,1995).
Tindakan dalam pencegahan diare yang di lakukan oleh ibu rumah
tangga dengan perbaikan keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber
air minum yang bersih, penggunaan jamban, pembuangan sampah pada
23
tempatnya, sanitasi perumahan dan penyediaan tempat pembuangan air
limbah yang layak. Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti
pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun, perbaikan cara menyapih,
kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang
tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi (Andrianto,
1995).
Perilaku pencegahan diare
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
kondisi ekonomi, sosial budaya dan pola hidup. Pengetahuan pendidikan
formal ibu merupakan parameter keadaan sosial sehingga dapat sangat
menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari
penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan,
sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat
(Slamet, 1994).
Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut
diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut
tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan
tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga,
tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan
vektor, tidak terbuka kena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu
(Notoatmodjo , 2003).
- Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan
pengetahuan pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan
24
bukan semata-mata kekurangan dalam ukuran ekonomi, tapi juga
melibatkan
kekurangan dalam ukuran kebudayaan dan kejiwaan
(Suburratno, 2004).
Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada
anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk
mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung
memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Sehingga
anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih
tinggi untuk hampir semua penyakit (Dian.dan Wien, 1996). Frekuensi
relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 2 kali lebih besar
menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), 3 kali lebih tinggi risiko
imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak
karena penyakit dibanding anak yang orangtuanya berpenghasilan cukup
(Behrman, 1999).
Pendidikan
masyarakat
yang
rendah
juga
memungkinkan
timbulnya waham yang tidak benar dimasyarakat. Sebagai contoh tentang
waham diare dianggap sebagai ngenteng-ngentengi, mau tambah pandai
dll. Dan juga pemberian minum berlebihan pada anak diare dianggap akan
menyebabkan diare tambah lebih hebat ( Subagyo, 1996).
Peranan orang tua saat anak diare sangatlah penting terutama ibu yang
paling dekat dengan anaknya, bila orang tua mempunyai pengetahuan
cukup dalam merawat anak sakit sehingga dapat membantu proses
penyembuhan (Gorendo dan Blandina. 2005). Orang tua biasanya
25
mengangap diare bukan masalah serius, atau mengangap pada anak-anak
bisa sembuh dengan sendirinya, padahal diare bisa berlangsung selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bila orang tua mengetahui tandatanda dehidrasi lebih awal akan cepat untuk mengobatinya (Martina,
2007).
26
B. Kerangka Pemikiran
Kejadian diare
Pencegahan dan
penanggulangan
Progam Pemerintah
Peran Serta Masyarakat
Tingkat Pendidikan
Pola Hidup
kondisi ekonomi
Sosial Budaya
Perilaku Pencegahan
Pasif
Pengetahuan
Sikap
Aktif
Persepsi
Keterangan :
: faktor yang tidak di teliti
: faktor yang di teliti
Gambar 2. skema kerangka pemikiran
27
Tindakan Nyata
C. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku
pencegahan diare pada anak di Kelurahan Pucangsawit Surakarta
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik non eksperimental dengan pendekatan cross
sectional. Metode ini digunakan karena variabel bebas dan tergantung
diobservasi
hanya
sekali
pada
saat
yang
sama
tanpa
follow
up
(Taufiqqurohman, 1997).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu daerah endemis di Surakarta yaitu
Kelurahan Pucangsawit Surakarta.
C. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah 30 orang ibu di ambil dari populasi 157 orang
yang bertempat tinggal di kelurahan Pucangsawit, dengan kriteria inklusi :
1. wanita yang mempunyai anak balita
2. wanita yang pernah menempuh pendidikan formal minimal tingkat pra
sekolah
3. wanita berusia 18 - 40 tahun
4. wanita yang mempunyai anak maksimal 2
5. pendapatan keluarga antara Rp 500.000-Rp 1.000.000
6. bersedia dijadikan subyek penelitian
D. Teknik Sampling
29
Sampel diambil secara purposive quota sampling berdasarkan kriteriakriteria inklusi diatas, individu yang memenuhi kriteria dalam populasi diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel
E. Rancangan Penelitian
Populasi
Sampel
Tingkat Pendidikan Formal Ibu
SD
Perilaku
SMP
SMA
PT
Perilaku
Perilaku
Perilaku
baik
baik
Sedang
sedang
kurang
baik
kurang
sedang
sedang
kurang
kurang
Gambar 3. Skema Rancangan penelitian
30
baik
F. Definisi Operasional Variabel
1. variable bebas : Tingkat Pendidikan formal ibu
a. definisi
: yaitu Tingkat pendidikan formal terakhir yang telah
diselesaikan sampai saat penelitian dilakukan yang ditandai dengan
ijazah kelulusan.
b. alat ukur : kuesioner
c. Skala
: ordinal
2. Variabel terikat : Perilaku Pencegahan Diare
a. Definisi
: yaitu kegiatan-kegiatan manusia yang dapat dilihat dan
berguna untuk mencegah terjadinya diare.
b. Alat ukur : kuesioner
c. Cara pengukuran : melalui metode wawancara dengan panduan
kuesioner, metode ini dilakukan agar responden lebih mudah dalam
memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Respon atau reaksi
manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, sikap, persepsi) maupun
tindakan nyata atau praktek (Notoatmodjo, 2003). Skor untuk
pertanyaan pengetahuan, sikap, perilaku pencegahan apabila menjawab
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju masingmasing adalah 5, 4, 3, 2, 1 (Sarwono, 2006)
d. Skala
: Ordinal
31
3. Variabel perancu :
a. Sosial budaya
b. pola hidup
c. kondisi ekonomi
G. Teknik Analisis Data
Ada tidaknya hubungan antara pendidikan formal ibu dengan perilaku
pencegahan diare diuji dengan korelasi Rank Spearman. Data akan diolah
dengan SPSS 13 for windows. Patokan pengambilan keputusan :
1. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05, hubungan kedua variable
signifikan.
2. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05, hubungan kedua variabel tidak
signifikan
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data hasil Penelitian
Penelitian yang di lakukan di wilayah Kelurahan Pucang Sawit selama
bulan Februari-Maret 2009 pada 30 responden didapatkan skor perilaku
pencegahan Diare. Skor ini kemudian dihubungkan dengan lama menempuh
pendidikan formal.
Tabel 2. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal ibu
No
Tingkat pendidikan
Cakupan
Persentase (%)
1
Tamat SD
9
30
2
Tamat SMP
11
36,67
3
Tamat SMA
8
26,67
4
Perguruan Tinngi
2
6,67
30
100
jumlah
Sumber : data primer, 2009
Jumlah responden ditinjau dari pendidikan formal, yang terbanyak
adalah tamat SMP/ sederajat yaitu dengan persentase 36,67%, kemudian tamat
SD yaitu dengan persentase 30%. Tamat SLTA dengan persentase 26,67%,
tamat Perguruan Tinggi dengan persentase 6,67%..
33
Tabel 3. Distribusi responden menurut jenis pekerjaan
No
Jenis pekerjaan
Cakupan
Persentase (%)
1
Ibu rumah tangga
16
53,34
2
Wiraswasta
8
26,67
3
Buruh
5
16,67
4
Pegawai
1
3,34
30
100
Jumlah
Sumber : data primer, 2009
Menurut jenis pekerjaannya wiraswasta, buruh, dan pegawai masingmasing sebanyak 26,67%, 16,67%, 3,34%. Sedangkan sisanya adalah ibu
rumah tangga sebanyak 53,34%.
Tabel 4. Distribusi responden menurut sumber informasi yang didapat.
No
Sumber informasi
Cakupan
Presentase(%)
1
Radio
3
10
2
Televisi
21
70
3
Koran
1
3,34
4
Radio dan televisi
4
13,34
5
Televisi dan koran
1
3,34
30
100
jumlah
Sumber : data primer,2009
Berdasarkan tabel 3 diatas sumber informasi yang sering didapat adalah
dari televisi yaitu sebanyak 70%, sedangkan dari radio sebanyak 10%, koran
34
sebanyak 3,34%, dari radio dan televisi sebanyak 13,34% dan dari televisi dan
koran sebanyak 3,34%.
Tabel 5. Distribusi responden menurut informasi pencegahan diare
No
Informasi pencegahan diare
Cakupan
Presentase
1
Pernah mendapatkan
14
46,67
2
Belum pernah
16
53,33
30
100
jumlah
Sumber : data primer, 2009
Hampir setengah responden pernah menerima penyuluhan tentang diare
sebanyak 46,67%, sedangkan sisanya belum pernah mendapat penyuluhan
tentang diare sebanyak 53,33%.
Tabel 6. Skor perilaku pencegahan diare
No
Skor perilaku pencegahan Cakupan
Presentase
diare
1
Tinggi
14
46,67
2
Sedang
15
50
3
Rendah
1
3,33
30
100
jumlah
Sumber : data primer, 2009
Skor perilaku
pencegahan diare diperoleh melalui kuesioner yang
berjumlah 30 pertanyaan yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan persepsi
yang masing-masing berjumlah 10 pertanyaan. Jumlah skor apabila benar
seluruhnya adalah 150. Dari data yang diperoleh rata-rata untuk skor perilaku
35
pencegahan diare adalah 109,83 dengan rentang nilai antara 30-150. Dalam
hasil data di lapangan skor nilai paling tinggi adalah 130 sedangkan skor nilai
paling rendah adalah 68. Nilai untuk skor perilaku tinggi antara 110-150
sebanyak 46,67%, nilai untuk skor perilaku sedang antara 70-110 sebanyak
50%, nilai untuk skor perilaku rendah antara 30-70 sebanyak 3,33%.
B. Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS 13 for
windows untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan
formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak.
Tabel 7. Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pendidikan dan perilaku
pencegahan
Correlations
pendidikan
Spearman's rho
pendidikan Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Skor
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1. Menentukan hipotesis
36
skor
1.000 .611(**)
.
.000
30
30
.611(**)
1.000
.000
.
30
30
H0: tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan
perilaku pencegahan diare
H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku
pencegahan diare
2. Patokan Pengambilan Keputusan
Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel
signifikan.
Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak
signifikan
Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan
dengan skor perilaku
a. tingkat signifikan (α) : 0,05
b. hasil uji statistik Sig : 0,000
karena sig = 0,000<0,05, H0 di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan
diare pada anak.
Dilihat dari hasil penghitungan, maka korelasi antara variabel tingkat
pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare menunjukan angka
sebesar 0,611. Angka positif ini menunjukan adanya korelasi yang searah. Ini
berarti, jika variabel tingkat pendidikan formal ibu tinggi, maka variabel
perilaku pencegahan diare semakin besar pula.
Dalam analisis kolerasi terdapat suatu angka yang disebut dengan
koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien kolerasi
37
(r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada
variabel dependen dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel
independen (Sugiyono, 2005). Pada perhitungan diperoleh hasil r = 0,611
maka r2 = 0,6112 = 0,373. Hal ini berarti perilaku pencegahan diare pada anak
37,3% ditentukan oleh tingkat pendidikan formal ibu dan sisanya sebanyak
62,7 % ditentukan oleh faktor lain.
Tabel 8. Uji korelasi Rank Spearman antara jenis pekerjaan dan perilaku
pencegahan diare pada anak.
Correlations
Spearman's rho
pekerjaan
skor
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
pekerjaan
1.000
.
30
.466**
.009
30
skor
.466**
.009
30
1.000
.
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1. Menentukan hipotesis
H0: tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan ibu dengan perilaku
pencegahan diare
H1: ada hubungan antara jenis pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan
diare
2. Patokan Pengambilan Keputusan
Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel
signifikan.
38
Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak
signifikan
Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan
dengan skor perilaku
p. tingkat signifikan (α) : 0,05
q. hasil uji statistik Sig : 0,09
karena sig = 0,09>0,05, H0 di terima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan ibu dengan perilaku
pencegahan diare pada anak.
Tabel 9. Uji Korelasi Rank Spearman antara sumber informasi dengan
perilaku pencegahan.
Correlations
Spearman's rho
sumber
skor
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
sumber
1.000
.
30
.476**
.008
30
skor
.476**
.008
30
1.000
.
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1. Menentukan hipotesis
H0: tidak ada hubungan antara sumber informasi yang didapat ibu dengan
perilaku pencegahan diare
H1: ada hubungan antara sumber informasi yang didapat ibu dengan
perilaku pencegahan diare
2. Patokan Pengambilan Keputusan
39
Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel
signifikan.
Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak
signifikan
Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan
dengan skor perilaku
a. tingkat signifikan (α) : 0,05
b. hasil uji statistik Sig : 0,09
karena sig = 0,08>0,05, H0 di terima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan perilaku
pencegahan diare pada anak.
Tabel 10. Uji Korelasi Rank Spearman antara belum atau sudahnya mendapat
informasi diare dan perilaku pencegahannya.
Correlations
Spearman's rho
informasi
skor
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
informasi
1.000
.
30
.518**
.003
30
skor
.518**
.003
30
1.000
.
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1. Menentukan hipotesis
H0: tidak ada hubungan antara belum atau sudahnya mendapat informasi
tentang diare dengan perilaku pencegahannya
H1: ada hubungan antara belum atau sudahnya mendapat informasi tentag
diare dengan perilaku pencegahannya
40
2. Patokan Pengambilan Keputusan
Jika probabilitas atau signifikan < 0,05, hubungan kedua variabel
signifikan.
Jika probabilitas atau signifikan > 0,05, hubungan kedua variabel tidak
signifikan
Statistik pengujian korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan
dengan skor perilaku
a. tingkat signifikan (α)
: 0,05
b. hasil uji statistik Sig
: 0,03
karena sig = 0,03<0,05, H0 di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara belum atau sudahnya mendapat informasi tentang diare
dengan perilaku pencegahan diare pada anak.
Dilihat dari hasil penghitungan, maka korelasi antara belum atau
sudahnya mendapat informasi tentang diare dengan perilaku pencegahannya
menunjukan angka sebesar 0,518. Angka positif ini menunjukan adanya
korelasi yang searah.
Pada perhitungan diperoleh hasil r = 0,518 maka r2 = 0,5182 = 0,268. Hal
ini berarti perilaku pencegahan diare pada anak 26,8% ditentukan oleh belum
atau sudahnya mendapat informasi tentang diare dan sisanya sebanyak 73,2%
ditentukan oleh faktor lain.
41
Tabel 11. Interprestasi terhadap koefisien korelasi
Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
(Sugiyono, 2005)
Dari hasil perhitungan statistik didapatkan korelasi 0,611 maka dapat
diketahui adanya tingkat hubungan kuat antara tingkat pendidikan formal
ibu dengan perilaku pencegahan diare.
42
BAB V
PEMBAHASAN
Dari Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang ibu-ibu yang
memiliki anak balita yang berada di Kelurahan Pucangsawit, didapatkan 6,67
tingkat pengetahuan ibu rendah, 66,67 % tingkat pengetahuan ibu sedang, dan
26,67 % dengan pengetahuan tinggi. Sedangkan untuk pengetahuan rendah dan
tinggi hanya sedikit. Rata-rata tingkat pengetahuan ibu-ibu sedang karena
sebagian sudah pernah mendapatkan informasi dari posyandu melalui kegiatan
penyuluhan oleh para kader tentang diare tersebut.
Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan
kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan
pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan
lingkungan sosialnya menjadi sehat. Pada balita yang belum dapat menjaga
kebersihan dan menyiapkan makanan sendiri, kualitas makanan dan minuman
tergantung pada ibu sebagai pengasuh utama. Perilaku ibu dalam menjaga
kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih. Sehingga
dengan pengetahuan ibu yang baik diharapkan dapat mengurangi angka kejadian
diare pada anak balitanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
joko, yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu sebagai faktor utama yang
menyebabkan terjadinya diare pada anak balita. Jadi untuk memutuskan rantai
penularan diare ini diperlukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan ibu secara
43
lebih berkala oleh petugas kesehatan dan kader posyandu, seperti langsung
mempraktikan dengan alat peraga dan gambar (Slamet, 1994).
Selain itu tingkat pengetahuan ini juga dipengaruhi oleh multifaktor seperti
tingkat pendidikan, peran penyuluhan kesehatan, akses informasi yang tersedia
dan keinginan untuk mencari informasi dari berbagai media. Mayoritas responden
hanya tamatan SMP. Sehingga dimaklumi kalau tingkat pengetahuan yang mereka
peroleh masih minim. Pendidikan orang tua, terutama ibu merupakan salah satu
kunci perubahan sosial budaya. Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki
praktek yang lebih baik terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga terutama anak
balita (Widjaja, 2003)
Faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena dengan
pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi terutama dalam
menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas cakrawala berpikir sehingga
lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah terjangkitnya suatu penyakit
dan memperoleh perawatan medis yang kompeten (Ebrahim,1996).
Dapat dilihat semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula
nilai skor perilaku yang didapat. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi
pengetahuan seorang ibu terhadap suatu penyakit maka akan semakin kecil resiko
anak balitanya menderita penyakit tersebut. Pada penelitian ini rata-rata ibu-ibu
memiliki pengetahuan sedang, hal ini dikarenakan bahwa akses informasi
kesehatan kadang-kadang tidak sampai ke mereka misalnya lewat penyuluhan,
media massa, dll.
44
Hasil uji statistik dapat dilihat, bahwa antara tingkat pendidikan forml ibu
dan perilaku pencegahan diare pada anak terdapat korelasi yang signifikan dan
sangat nyata, terlihat dari nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 atau
praktis 0. Artinya hipotesis penelitian diterima, terdapat hubungan yang positif
antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku pencegahan diare pada
anak. Berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka semakin baik
tindakan pencegahan diare pada anak.
Angka korelasi antara tingkat pendidikan formal ibu dengan perilaku
pencegahan diare pada anak adalah 0,611. Hal ini menunjukkan cukup kuatnya
korelasi antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pencegahan diare pada
anak. Artinya jika tingkat pendidikan ibu dapat ditingkatkan maka tindakan
perilaku pencegahan diare pada anak akan semakin baik pula ini. Koefisien
determinasi sebesar 37,3 % menunjukkan bahwa kontribusi tingkat pendidikan ibu
37,3 %, sedangkan 62,7 % lagi disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti belum
atau sudahnya mendapat informasi tentang diare sebesar 26,8%. Hal ini terjadi
karena tingkat pendidikan ibu bukanlah satu-satunya faktor resiko dari kejadian
diare akut pada anak balita ini.
45
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada
hubungan dengan tingkat korelasi kuat, antara tingkat pendidikan formal
ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak di Kelurahan
Pucangsawit, Surakarta (r= 0,611)
2. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki semakin baik pula
perilakupencegahan terhadap penyakit diare.
B. Saran
1. Masyarakat Pucangsawit diharapkan lebih berperan aktif dalam usaha
peningkatan pendidikan ibu sehingga dengan tingginya tingkat pendidikan
ibu diharapkan perilaku pencegahan diare pada anak dapat diterapkan
dengan baik.
2. Kepada petugas kelurahan atau dinas terkait supaya menghimbau kepada
masyarakat Pucangsawit Surakarta agar dapat meningkatkan tingkat
pendidikan sebagai usaha untuk mengurangi kejadian diare
46
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti, 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Andrianto P, 1995. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare akut, edisi 2.
Jakarta : EGC. pp: 1-2, 29-33
Asnil P, Noerasid H, Suraatmadja S, 2003. Gastroenteritis akut. Dalam:
Suharyono, Boediarso aswitha, Halimun EM (editors). Gastroenterologi
anak praktis. Jakarta : Balai penerbit FKUI. pp: 51-68
Bagian Ilmu kesehatan anak FK UI, 1998. Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1. Jakarta :
Infomedika Jakarta. pp: 283-288
Behrman RE,1999. Anak dengan resiko tertentu. Dalam : Behrman, Kliegman,
Arvin. (editors). Ilmu Kesehatan anak Nelson Vol I, Edisi 15. Jakarta :
EGC. pp:169-171
Departemen Kesehatan RI, 2007. Laporan perkembangan pencapaian tujuan
pembangunan
mileniun
Indonesia,.
http;//w3.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG BI Goal4.pdf ( 3
Oktober 2008)
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan, 1993. Pemukiman. Buku Ajar Diare. Jakarta : Depkes RI.
pp: 3-11, 53-59, 71-80
Ebrahim, G. J., 1996. Perawatan Anak Yogya : Yayasan Essentia Medica. p: 193197
Gorendo Putro., Blandina Loko Ebo. 2005. Hubungan perilaku bersih dan sehat
ibu dan Penggunaan Sarana Air Bersih terhadap Kejadian Diare pada
Balita. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo. 7(2):66
Guyton Arthur C, 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta,
EGC. p: 609
Hendarwanto, 1997. Diare Akut Karena Infeksi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I Edisi 3. pp: 451-452
47
Irianto J, 2000 . Prediksi Keparahan Diare Menurut faktor-faktor yang
berpengaruh pada anak balita di Indonesia. Center for research and
development of health ecology. http : // digilib.3w Litbang. Depkes. Go.
Id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2000-joko-1085-diare ( 3 September
2008)
Istiantoro Y.H., 1995. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru, Jakarta. pp: 51-56
Martina Lestari, 2007. Pengetahuan Orang Tua Tentang Diare pada Anaknya
yang Dirawat di Ruang Menular Anak RSU Dr Soetomo. Buletin
Penelitian RSU Dr Soetomo. 9(2):82
Mansjoer A, Suorohaita, 2000. Wardhani W, Setiawula W. Kapita selekta
kedokteran, edisi 3. Jakarta: Media aresculapius. pp: 470-476
Notoatmodjo S. 2003 Ilmu Kesehatan Masyarakat .Jakarta: Rineka Cipta.
Pudjarwanto Triatmodjo, 1996. Infeksi Bakteri Enteropatogen pada Balita
Penderita Diare di Jawa Barat dan Pola Resistensinya terhadap Beberapa
Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran. 109:13-17
Schwartz M.William, 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta.EGC. pp: 33-35
Sarbini A.M., 2007. Diare. http://www.Mer_C_diare.htm. ( 3 Oktober 2008 )
Sarwono Jonathan, 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta
:Andi. Pp: 43-49
Simadibrata, 2006. ‘’ Diare Akut & Diare Kronik ‘’ Dalam : Ilmu Penyakit
Dalam. FK UI, Jakarta. pp : 5-14
Slamet SJ, 1994. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, p:57
Subagyo Bambang, 1996. Diare Pada Anak. Buku Pegangan Kuliah Fakultas
Kedokteran, UNS, IKA I. p: 3
Suburratno, 2004. Riau dalam arus perubahan. Pekanbaru: Alaf Riau. pp: 56-60
48
Sugiyono, 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. pp: 250-259
Suherman, 1995. Pendidikan Kesehatan Keluarga sebagai Pilar Utama Dalam
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. pp: 99-107
Sundari Dian., Winarno M. Wien,1996. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat
Diare di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran. 109:25-30
Taufiqqurohman M.A, 1997. Pengantar Metodologi Penelitian Kedokteran. Solo
; Bagian Skripsi FK UNS. pp: 71-76
Widjaja M.C, 2003. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Jakarta :
Kawan pustaka. pp : 1-6
49
Lampiran A. Kuesioner Penelitian
I. Identitas
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Pendidikan
:
4. Pekerjaan
:
5. Alamat
:
6. Media informasi
: Radio
Televisi
Koran
7. Penghasilan per bulan :
8. Pernah mendapat penyuluhan tentang diare : a. Ya
II. Kuesioner
A. Pengetahuan
1.
Diare adalah berak lebih dari 3x sehari dan encer
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
tidak sangat setuju
2. Penyebab diare adalah bakteri, virus, parasit
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
tidak sangat setuju
3. Balita sering terkena diare
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
tidak sangat setuju
50
b. tidak
4. Bahaya yang bisa ditimbulkan oleh daire adalah dehidrasi
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
tidak sangat setuju
5. Salah satu program PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) adalah mencuci
tangan dengan sabun dan menggunakan air bersih (air sumur)
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
sangat tidak setuju
6. Kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh melalui mulut
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
sangat tidak setuju
7. Contoh diare yang disebabkan oleh kuman adalah mengkonsumsi
makanan yang kotor
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
sangat tidak setuju
8. Kasus diare banyak ditemukan pada balita yang tidak penuh diberi asi
selama 4-6 bulan pertama
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
sangat tidak setuju
9. Penderita diare mempunyai potensi menyebarkan kuman melalui
kotoran (berak)
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
sangat tidak setuju
51
10. Kriteria rumah sehat menurut PHBS adalah selalu dibersihkan ,
penghuni rumah tidak terlalu banyak, lantai bukan dari tanah
a.
sangat setuju
b.
setuju
c.
netral
d.
tidak setuju
e.
sangat tidak setuju
skor no 1-10 : a. Sangat setuju = 5
b. setuju = 4
c. netral = 3
d. tidak setuju = 2
e. sangat tidak setuju = 1
52
B. Sikap
1. Diare harus di waspadai dan di cegah
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
2. Diare seluruhnya adalah tanggung jawab pemerintah
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
3. Lingkungan rumah yang bersih dapat mencegah terjadinya diare pada
anak
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
4. Setiap keluarga bertanggung jawab atas pencegahan diare
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e.sangat tidak setuju
5. Kalau anak sakit diare diberi minum air yang banyak
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
6. Pemberian air yang banyak malah membuat penyakit diare bertambah
parah
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
53
7. Kebiasaan buang air besar di jamban dapat mengurangi terjadinya diare
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
8. Memakan makanan dan minuman yang telah di masak matang dapat
mencegah terjadinya diare
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
9. Peranan orang tua saat anak terkena diare sangatlah penting
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
10. Kalau anak diare berarti bahwa anak tersebut mau tambah pandai
a. sangat setuju
b. setuju
c. netral
d. tidak setuju
e. sangat tidak setuju
skor no 1,3,4,5,7,8,9 = a. Sangat setuju = 5
b. setuju = 4
c. netral = 3
d. tidak setuju = 2
e. sangat tidak setuju =1
skor no 2,6,10 = a. Sangat setuju = 1
b. setuju = 2
c. netral = 3
d. tidak setuju = 4
e. sangat tidak setuju = 5
54
C. Persepsi
1. Jika anak terkena diare, memberikan cairan yang lebih banyak
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
2. Mencuci terlebih dahulu sebelum memasak sayuran
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
3. Ketika mencuci sayuran mengunakan air bersih yang mengalir
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
4. Buang air besar di jamban
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
5. Jika diare anak tidak sembuh setelah diberi oralit, dibawa ke dokter
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
6. Ketika bayi anda diare, tetap diberi ASI
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
7. Mencuci tangan menggunakan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun sebelum makan
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
55
8. Menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
9. Melarang anak anda jajan di sembarang tempat
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
10. Sering membersihkan rumah
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. hampir tidak pernah
e. tidak pernah
skor no 1-10 = a. Selalu = 5
b. sering = 4
c. kadang-kadang = 3
d. hampir tidak pernah = 2
e. tidak pernah = 1
56
Lampiran B. Tabel tingkat pendidikan dan skor perilaku pencegahan
No
Sample
Nama ibu
Usia
Tingkat
(Tahun)
Pendidikan
Skor Perilaku Pencegahan
Pengetahuan
Sikap
Persepsi
Jumlah
1
Sri Lestari
34
SD
31
35
40
106
2
Agustina NF
31
SLTA
36
38
44
118
3
Sri Nur H
19
SMP
37
37
38
112
4
Wiji Yanti
25
SMP
33
41
45
110
5
Suci M
23
SMA
34
35
47
116
6
Desi RC
30
SMP
39
41
32
112
7
Diana S
21
SD
35
40
33
108
8
Asih Pujiati
30
SD
35
29
38
102
9
Titis M
28
SLTA
36
39
41
116
10
Suryani
28
SMP
40
38
42
120
11
Sri Maryani
25
SLTA
39
43
44
126
12
Mesrini
21
SMP
31
38
38
107
13
Yulianti
23
SMP
33
39
38
110
14
Harmini
27
SLTA
45
37
42
124
15
Anik
24
SMP
38
37
34
109
16
Anis
24
SMP
32
35
31
98
17
Rohani
24
SD
37
30
39
106
18
Darmi
36
SD
33
35
40
108
19
Cristiana
31
SLTA
36
31
33
100
20
Happy P
37
SMP
37
39
34
110
21
Ester
21
SD
32
34
39
105
22
Parti
33
SD
17
28
23
68
23
Suparmi
35
SD
31
34
31
96
24
Suryani
22
SMP
39
37
40
116
25
Siti Khasanah
28
PT
42
43
45
130
26
Shinta W
19
SMP
24
27
31
82
27
Supatmi
32
SD
36
36
40
112
28
Dwi Jayanti
28
SMA
39
42
44
125
29
Sani
29
SMA
30
30
36
96
30
Sumarni
32
PT
40
43
45
128
34,9
36,37
38,23
109,83
Mean
57
58
59
60
Download