BAB II LANDASAN TEORI “Penganggaran modal (capital budgeting) merupakan proses mengidentifikasi, menganalisa dan menyeleksi kegiatan-kegiatan investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun.” (Salemba Empat, 1998, 324) 2.1. Pentingnya Capital Budgeting Dalam mengambil keputusan yang menyangkut capital budgeting, seorang manajer dihadapkan pada sejumlah faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah satu faktor yang cukup penting ialah berkaitan dengan jangka waktu capital budgeting yang relatif lama sehingga pengambilan keputusan akan menjadi kurang fleksibel. Sebagai contoh, pembelian aktiva dengan umur ekonomis 10 tahun akan memerlukan periode yang lebih lama sebelum hasil akhir dari tindakan tersebut dapat diketahui. Lebih jauh lagi, karena penambahan aktiva terkait erat dengan perkiraan penjualan di masa mendatang, maka keputusan untuk membeli aktiva yang diharapkan akan terpakai selama 10 tahun memerlukan adanya perkiraan penjualan untuk masa 10 tahun mendatang. 10 11 Capital budgeting yang efektif akan membantu untuk menetapkan saat yang tepat untuk memperoleh aktiva dan meningkatkan mutu aktiva yang dibeli. Perusahaan yang telah memperkirakan kebutuhan aktiva tetapnya jauhjauh hari akan mempunyai cukup waktu luang untuk membeli dan memasang peralatannya sebelum penjualan mencapai kapasitas penuh. Pada akhirnya, capital budgeting juga penting karena penambahan aktiva tetap lazimnya memerlukan pengeluaran yang besar, dan sebelum perusahaan membelanjakan uang dalam jumlah besar, diperlukan penyusunan rencana yang matang dan tepat. 2.2. Pengumpulan Ide mengenai Kegiatan investasi Pertumbuhan dan kemajuan perusahaan, bahkan kemampuannya untuk tetap berdaya saing dan bertahan hidup, tergantung pada mengalirnya gagasan secara terus-menerus untuk menciptakan produk baru dan meningkatkan mutu produk yang ada, atau memproduksinya dengan biaya yang lebih murah. Karena itu, perusahaan yang dikelola dengan baik akan mencurahkan banyak waktu dan sumber daya untuk mengembangkan usulan capital budgeting yang lebih baik. Rencana bisnis strategis (strategic business plan) adalah rencana jangka panjang yang menyajikan garis besar dari strategi dasar perusahaan 12 untuk 5 hingga 10 tahun mendatang. Dalam pengembangan bisnis, perusahaan menetapkan target-target bisnis yang dituangkan dalam rencana bisnis strategis perusahaan yang menjadi pedoman umum bagi para eksekutif operasi yang harus mencapainya. Para eksekutif ini selanjutnya akan mengupayakan produk-produk baru, menggariskan rencana ekspansi untuk memperkecil biaya produksi dan distribusi. 2.3. Klasifikasi Kegiatan Investasi Untuk jenis kegiatan investasi tertentu harus dilakukan analisis yang lebih detail, sementara kegiatan investasi lainnya analisis yang dilakukan dapat lebih sederhana mengingat pertimbangan biaya dan manfaat. Oleh sebab itu, perusahaan pada umumnya mengelompokkan dan menganalisis kegiatan investasi yang ada ke dalam kategori-kategori berikut sbb : Pembelian produk baru/penambahan dan perluasan dari produk atau fasilitas yang sudah ada. Penggantian peralatan atau gedung yang sudah ada dengan peralatan atau gedung yang baru. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan perusahaan. Eksplorasi sumber daya alam maupun hal-hal yang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Lain-lain (misalnya pembelian alat keamanan, pembelian alat pengontrol polusi seperti alat untuk mendaur ulang limbah, dll). 13 Pada umumnya, untuk kategori penggantian, analisis/perhitungan yang dilakukan cukup secara sederhana saja dan dokumen pendukung yang dibutuhkan pun tidak terlalu banyak. Analisis yang lebih rinci diperlukan untuk penelitian dan pengembangan, maupun eksplorasi yang akan dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan karena untuk penelitian dan pengembangan maupun eksplorasi yang dilakukan, belum diketahui hasil yang akan diperoleh perusahaan. Selain dibedakan berdasarkan kategorinya, jenis investasi dapat juga dikelompokkan berdasarkan besarnya nilai investasi yang diperlukan. Untuk keputusan mengenai pembelian/penambahan produk baru, pada umumnya tidak tersedia data statistik yang memadai, karena itu penilaian atau judgement-lah yang menjadi elemen kunci dalam pengambilan keputusan ini, bukan data biaya yang terinci. 2.4. Langkah-langkah dalam Capital Budgeting Secara konseptual, capital budgeting mencakup lima langkah yaitu : 1. Menghasilkan proposal kegiatan investasi yang sesuai dengan tujuan strategis perusahaan. 2. Memperkirakan arus kas operasi tambahan setelah pajak bagi kegiatan investasi-kegiatan investasi investasi. 3. Melakukan evaluasi arus kas tambahan dari kegiatan investasi. 14 4. Memilih kegiatan investasi berdasarkan kriteria nilai yang memaksimalkan nilai. 5. Melakukan evaluasi setelah kegiatan investasi dilakukan dan melakukan pemeriksaan audit setelah kegiatan investasi selesai, secara berkesinambungan. 2.5. Kriteria Penetapan Peringkat atas Capital Budgeting Ada delapan (8) metode utama untuk menetapkan peringkat kegiatan investasi dan untuk memutuskan apakah kegiatan investasi bersangkutan dinilai layak untuk dimasukkan dalam anggaran modal. Metode pemeringkatan (rangking methods) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran untuk pengadaan modal. Kedelapan metode tersebut adalah : 1. Periode pengembalian atau pelunasan (Payback Period = PBP) 2. Periode pengembalian yang didiskontokan (Discounted Payback Period = DPBP) 3. Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return = ARR) 4. Nilai tunai netto (Net Present Value = NPV) 5. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR) 6. Tingkat pengembalian internal termodifikasi (Modified Internal Rate of Return = MIRR) 15 7. Indeks profitabilitas (Profitability Index = PI) 8. Tingkat pengembalian perpetuitas (Perpetuity Rate of Return = PRR) Metode pemeringkatan (ranking methods) yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Nilai sekarang bersih (NPV = Net Present Value) 2. Tingkat pengembalian hasil intern (IRR = Internal Rate of Return) 3. Indeks Profitabilitas (PI = Profitability Index) 4. Periode pengembalian (PBP = Payback Period) Metode tersebut menggunakan teknik arus kas diskonto (discounted cash flow) . Metode arus kas diskonto memungkinkan pemisahan perbedaan dalam waktu arus kas dari berbagai proyek dengan mendiskontokan arus-arus kas tersebut ke dalam nilai sekarang. 2.5.1. Nilai Tunai Netto (Net Present Value = NPV) Mengingat adanya kelemahan-kelemahan dalam metode periode pengembalian, metode-metode baru dikembangkan untuk memperbaiki evaluasi kegiatan investasi. Upaya pengembangan ini mengarah pada apa yang disebut teknik arus kas yang didiskontokan (DCF techniques), dimana nilai waktu dari uang ikut dipertimbangkan. DCF techniques adalah metode yang digunakan untuk menyusun peringkat dari usulan investasi dengan menerapkan konsep nilai waktu dari uang; dua diantaranya adalah metode 16 nilai sekarang dan metode internal rate of return. Salah satu dari metode DCF adalah metode nilai tunai netto (NPV method) adalah metode untuk menetapkan peringkat dari usulan investasi dengan menggunakan NPV, yaitu nilai sekarang dari arus kas bersih di masa mendatang dengan didiskontokan terhadap biaya modal marjinal. Langkah-langkah penerapan dan kriteria penerimaan dari metode ini adalah sebagai berikut : 1. Hitung nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas masuk maupun keluar, dengan faktor diskonto sebesar biaya modal kegiatan investasi. 2. Jumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut; hasil penjumlahan inilah yang disebut NPV kegiatan investasi. 3. Jika NPV positif, kegiatan investasi dapat disetujui; jika NPV negatif, kegiatan investasi sebaiknya ditolak; dan jika kegiatan investasi-kegiatan investasi yang dikaji bersifat mutually exclusive, maka kegiatan investasi yang menghasilkan NPV terbesar harus dipilih NPV dari suatu kegiatan investasi adalah nilai sekarang dari arus kas bersih kegiatan investasi dikurangi dengan arus keluar kas awal kegiatan investasi. NPV dapat dinyatakan sebagai berikut: (2-1) n CFt NPV = ∑ − IO t t = 0 (1 − k ) 17 = ∑ CFt (PVIFk ,t ) − IO n t =0 dimana : CFt = the annual free cash flow in time period t; arus kas tahunan dalam jangka waktu kegiatan investasi k = the appropriate discount rate; the required rate of return or cost of capital; tingkat biaya modal yang disesuaikan I0 = the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali n = the project’s expected life; umur kegiatan investasi yang diharapkan 2.5.2. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR) Metode internal rate of return (IRR) adalah metode pemeringkatan usulan investasi dengan berpatokan pada IRR dari aktiva bersangkutan, dimana IRR dihitung dengan menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa mendatang dengan nilai sekarang dari biaya investasi. IRR untuk kegiatan investasi merupakan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa depan (CFs) dengan arus keluar kas awal (Initial Cash Outflow = ICO). Oleh karena itu, IRR dapat diasumsukan sebagai tingkat bunga yang mendiskontokan aliran arus kas di masa depan untuk menyamakan nilai sekarang arus keluar kas awal. 18 IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan PV (present value) dari arus kas masuk kegiatan investasi dengan PV dari biaya kegiatan investasi tersebut. PV arus kas masuk = PV biaya biaya investasi Dengan mentransposnya, kita mendapatkan: PV arus kas masuk – PV biaya investasi = 0 Yang bisa dinyatakan sebagai: n CFt ∑ (1 + IRR ) t t =0 = IO (2-2) Yang selanjutnya bisa ditulis sebagai: ∑ CF (PVIF ) = IO n t =0 t IRR ,t (2-3) Kriteria Penerimaan Kriteria penerimaan dalam IRR adalah membandingkan IRR sesungguhnya dengan IRR yang diminta, hal ini dikenal dengan tingkat batas (hurdle rate). Selanjutnya diasumsikan tingkat pengembalian yang diminta sudah diketahui. Jika IRR melebihi tingkat pengembalian yang diminta maka kegiatan investasi akan diterima, jika tidak kegiatan investasi akan ditolak. 19 2.5.3. Indeks Profitabilitas (Profitability Index = PI) Indeks profitabilitas atau rasio manfaat biaya dari suatu kegiatan investasi adalah rasio dari nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan terhadap arus keluar kas awal. “PI hanya menyatakan tingkat keuntungan relatif.” (Salemba Empat, 1998, 346) Maksudnya, PI menghasilkan suatu ukuran relatif dari hasil yang diinginkan dalam suatu kegiatan investasi. Hal ini merupakan perbandingan nilai saat ini dari keuntungan yang didapatkan pada masa mendatang dari nilai awalnya. PI dapat dinyatakan sebagai berikut: n CFt ∑ (1 + k ) t t =0 IO = PI (2-4) dimana: CFt = the annual free cash flow in time period t; arus kas dalam jangka waktu kegiatan investasi k = the appropriate discount rate; the required rate of return or cost of capital; tingkat biaya modal yang disesuaikan I0 = the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali n = the project’s expected life; umur kegiatan investasi yang diharapkan PI = profitability index; indeks profitabilitas 20 2.5.4. Periode Pengembalian Yang Didiskontokan (Discounted Payback Period) DPBP (Discounted Payback Period) adalah jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah arus kas yang didiskontokan dengan k, biaya modal, sama dengan nilai sekarang pengeluaran awal. Kita dapat menggunakan data kegiatan investasi A untuk mengilustrasikan perhitungannya. Tabel 2.1. Contoh Perhitungan Pengembalian Yang Didiskontokan Tahun Arus Kas PVIF @ 10% Nilai A Sekarang (PV) 0 ($1,500) 1,000 ($1,500) 1 300 0.909 273 2 450 0.826 372 3 750 0.751 563 4 750 0.683 512 5 900 0.621 559 Nilai Sekarang Kumulatif ($1,500) (1,227) (855) (292) 220 779 Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas maka periode pengembalian yang didiskontokan adalah : 292 = 3 + 0,57 = 3,57 tahun 512 atau dapat dikatakan bahwa 3,57 tahun adalah 3 tahun 7 bulan. Discounted Payback Period = 3 + Arus masuk kas yang didiskontokan sama dengan pengeluaran investasi awal dalam tahun keempat sehingga periode DPB adalah antara 3 dan 4 tahun. 21 Metode pengembalian kas yang didiskontokan memang memperhitungkan nilai waktu dari uang. Akan tetapi, metode ini tetap mempunyai kelemahan yaitu tidak mempertimbangkan seluruh arus kas. Dalam contoh kita, arus masuk kas yang terbesar terjadi setelah periode DPB. 2.6. Estimasi Arus Kas Langkah terpenting, tetapi juga tersulit, dalam analisis kegiatan investasi adalah mengestimasi arus kas. Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas masuk bersih setiap tahun setelah kegiatan investasi beroperasi. Banyak variabel terkait dengan estimasi arus kas, dan banyak perorangan serta departemen berperan serta dalam proses tersebut. Misalnya, prakiraan jumlah unit yang terjual dan harga jual pada umumnya dilakukan oleh kelompok pemasaran berdasarkan pengetahuan mereka atas elastisitas harga, pengaruh iklan, keadaan perekonomian, reaksi para pesaing dan kecenderungan selera pelanggan. Begitu juga, dengan taksiran jumlah pengeluaran untuk penganggaran modal yang ditujukan untuk menghasilkan produk baru pada umumnya diperoleh dari staf rekayasa dan pengembangan produk, sedangkan biaya-biaya operasi diestimasi oleh akuntan biaya, staf produksi, staf personalia, staf pembelian, dan sebagainya. 22 Peranan staf keuangan dalam proses prakiraan adalah: untuk mengkoordinasi usaha-usaha dari departemen lain, seperti rekayasa dan pemasaran untuk menjamin agar setiap orang yang terlibat dengan prakiraan tersebut menggunakan asumsi-asumsi ekonomi yang konsisten untuk memastikan bahwa tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan (bias) dalam prakiraan. 2.7. Mengidentifikasi Arus Kas yang Relevan Arus kas dibagi ke dalam dua kelompok : (1) arus kas operasi dan (2) arus kas lainnya. Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari operasi normal perusahaan, yang pada dasarnya merupakan selisih antara hasil penjualan dan beban tunai, termasuk pajak yang dibayarkan. Arus kas lainnya berasal dari penerbitan saham, pinjaman, atau dari penjualan aktiva tetap, seperti penjualan Dryden Press (penerbit buku dalam edisi asli/ Inggris) oleh CBS dan penjualan operasi buku teks lainnya kepada Harcourt Brace Jovanovich seharga $550 juta. Salah satu elemen penting dalam estimasi arus kas adalah mengidentifikasi arus kas yang relevan, yaitu arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan. Di sini sering kali ditemukan kesalahan, tetapi ada dua kaidah penting yang dapat membantu untuk 23 menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada analisis keuangan, antara lain: 1. Keputusan penganggaran barang modal harus didasarkan pada arus kas, bukan pada laba akuntansi. 2. Hanya pertambahan arus kas yang relevan untuk memutuskan apakah kegiatan investasi akan disetujui atau ditolak 2.7.1. Arus Kas vs Laba Akuntansi Arus kas umumnya berkaitan dengan laba akutansi, yaitu laba bersih sebagaimana dilaporkan pada laporan keuangan. Perusahaan yang memperoleh laba akutansi yang besar pada umumnya juga menghasilkan arus kas yang relative tinggi, tetapi hubungan tersebut tidak selalu demikian. Pada kenyataannya, arus kas operasi berbeda dari laba akutansi. Investor harus lebih memperhatikan proyeksi arus kas daripada laba yang dilaporkan, karena uang kas dan bukan laba menurut pembukuan yang dibagikan sebagai dividen dan yang disetor kembali ke perusahaan untuk membiayai pertumbuhannya. Dalam analisis penganggaran modal, yang digunakan adalah arus kas tahunan, bukan laba akuntansi. Arus kas bersih didefinisikan sebagai: Arus kas bersih = laba bersih setelah pajak + penyusutan = “laba” atas modal + “pemulihan” modal (2-5) 24 Keterangan : “laba” atas modal = return on the invested capital “pemulihan” modal = return of part of invested capital 2.7.2. Arus Kas Inkremental Pada arus kas sebuah kegiatan investasi harus digunakan perhitungan dalam bentuk inkremental. Untuk memastikan arus kas suatu kegiatan investasi adalah dengan melihat apa yang terjadi pada arus kas yang dipastikan dengan dan tanpa sebuah kegiatan investasi. Perbedaan diantar keduanya mencerminkan arus kas incremental dapat digunakan dalam kegiatan investasi. Arus kas inkremental merupakan perhitungan akan perubahan yang terjadi, dipusatkan hanya pada arus kas bebas. itu adalah, incremental atau perbedaan setelah pajak pada arus kas yang melekat pada proposal investasi itu . Kewaspadaan akan arus kas sangat diperlukan dalam mengalihkan produk yang ada, mencari efek yang sinergis ataupun kebetulan, mempertimbangkan kebutuhan modal usaha, mempertimbangkan biaya inkremental, mengabaikan biaya-biaya tertanam, meliputi biaya oportunis, biaya umum, dan mengabaikan pembayaran bunga dan arus pembiayaan. 25 Dalam mengevaluasi penganggaran modal, kita hanya perlu memperhatikan arus kas yang dihasilkan langsung oleh kegiatan investasi tersebut. Arus kas ini, yang disebut arus kas inkremental (incremental cash flow) adalah perubahan jumlah arus kas total perusahaan sebagai akibat langsung dari pelaksanaan atau penolakan atas suatu kegiatan investasi. Empat masalah khusus dalam penentuan arus kas inkremental dibahas berikut ini: 1. Biaya tertanam (sunk cost). Biaya terpendam tidak sama dengan biaya inkremental, dan biaya tersebut tidak dipertimbangkan dalam melakukan analisis. Biaya tertanam adalah pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya (committed) atau yang telah terjadi, sehingga hal itu tidak dipengaruhi oleh keputusan yang diambil saat ini. 2. Biaya oportunitis (opportunity cost) adalah hasil terbaik dari alternative penggunaan aktiva, yaitu hasil terbaik yang tidak diperoleh jika dana yang ada diinvestasikan pada kegiatan investasi tertentu. 3. Eksternalitas adalah pengaruh suatu kegiatan investasi terhadap arus kas pada bagian lain perusahaan tersebut. 4. Biaya pengiriman dan pemasangan. Apabila perusahaan membeli peralatan, sering kali perusahaan tersebut harus menanggung biaya pengiriman dan pemasangan dalam jumlah besar atas aktiva tersebut. Biaya-biaya ini kemudian ditambahkan ke harga faktur dari peralatan tersebut guna menentukan biaya kegiatan investasi. 26 2.8. Perubahan Modal Kerja Bersih Lazimnya, operasi yang baru memerlukan tambahan persediaan, dan peningkatan penjualan juga akan menyebabkan naiknya piutang usaha. Kenaikan dari kedua jenis aktiva ini tentunya harus dibiayai. Tetapi di pihak lain, utang usaha dan pos-pos akrual juga akan bertambah secara spontan dengan adanya perluasan usaha, dan hal ini akan mengurani kas bersih yang diperlukan untuk membiayai persediaan dan piutang. Perubahan modal kerja bersih (change in net working capital) adalah kenaikan aktiva lancar yang diakibatkan oleh kegiatan investasi baru dikurangi dengan kenaikan kewajiban lancar yang terjadi secara spontan. Jika perubahan ini positif, sebagaimana umumnya untuk kegiatan investasi perluasan, maka selain pendanaan untuk aktiva tetap, masih diperlukan tambahan dana lainnya untuk membiayai kenaikan aktiva lancar. Menjelang berakhirnya kegiatan investasi, persediaan dijual dan tidak diganti lagi, dan piutang juga dikonversi menjadi kas. Pada saat terjadinya perubahan ini, perusahaan menerima arus kas “akhir kegiatan investasi” yang sama dengan kebutuhan modal kerja bersih yang timbul ketika kegiatan investasi dilaksanakan. 27 2.9. Evaluasi atas Kegiatan Investasi dengan Capital Budgeting Analisis arus kas dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran modal. Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengaruh analisis arus kas dengan menyimak dua jenis keputusan penganggaran modal, yaitu analisis kegiatan investasi perluasan dan analisis kegiatan investasi penggantian. 2.9.1. Analisis Kegiatan Investasi Perluasan Analisis kegiatan investasi perluasan (expansion project analysis) adalah analisis kegiatan investasi yang membutuhkan investasi dalam fasilitas baru guna menaikkan penjualan. 2.9.2. Analisis Kegiatan Investasi Penggantian Analisis Kegiatan investasi Penggantian (replacement project analysis) adalah analisis dalam mengkaji keputusan sehubungan dengan akan diganti tidaknya peralatan yang masih produktif saat ini dengan peralatan baru. 2.10. Penilaian Risiko Analisis risiko penting untuk semua keputusan keuangan, khususnya yang berkaitan dengan penganggaran modal. Dalam bagian ini akan dibicarakan prosedur: 28 1. Untuk mengukur risiko dari kegiatan investasi penganggaran modal yang potensial 2. Untuk memadukan informasi tentang risiko tersebut ke dalam keputusan penganggaran modal Ada 3 (tiga) jenis risiko kegiatan investasi yang terpisah dan berbeda satu sama lain: 1. Stand alone risk adalah risiko khusus dari suatu kegiatan investasi atas aktiva tanpa dikaitkan sama sekali dengan kegiatan investasi aktiva lain yang mungkin dimiliki perusahaan; risiko ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva atau kegiatan investasi bersangkutan. 2. Within firm risk yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi portfolio dari pemegang saham; risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan investasi tertentu. 3. Market or beta risk yaitu bagian dari risiko kegiatan investasi yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi; risiko ini diukur dengan koefisien beta kegiatan investasi. 29 2.11. Teknik Mengukur Stand Alone Risk Titik awal untuk menganalisis stand alone risk dari suatu kegiatan investasi adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas kegiatan investasi. Analisis ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari pertimbangan informal sampai dengan analisis ekonomi dan statistik yang rumit, yang melibatkan model-model komputer yang berskala besar. Keadaan dari distribusi masing-masing arus kas, dan korelasinya satu sama lain, menentukan distribusi NPV dan, karena itu, juga mempengaruhi stand alone risk kegiatan investasi. Teknik untuk memperkirakan stand alone risk kegiatan investasi terbagi atas 3 tiga jenis analisis: 1. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV dan tingkat pengembalian (laba). 2. Analisis Skenario Analisis scenario (scenario analysis) adalah reknik untuk menganalisis risiko dengan membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas scenario dasar (semacam situasi normal) dengan keadaaan yang “baik” dan “buruk”. 30 • Skenario terburuk (worst case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua variabel masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan perkiraan yang wajar. • Skenario terbaik (best case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua variabel masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang wajar. • Skenario dasar (base case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan 3. Simulasi Monte Carlo Simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis risiko dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa mendatang disimulasikan dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. 2.12. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti: (1) dapat meneliti rasio antar waktu (katakanlah untuk 5 tahun terakhir) untuk meneliti arah pergerakkannya; dan (2) dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. 31 Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan. Kadang-kadang mengacu pada standar ukuran yang sederhana, seperti misalnya benchmark, rasio dapat menstandarisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat pembandingan antaraperusahaan dengan ukuran yang berbeda. Analisis ini banyak digunakan oleh para decision maker dalam perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut. Ada dua kelompok yang menganggap rasio keuangan ini berguna. Pertama terdiri dari manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan melacaka kinerja perusahaan sepanjang wktu. Fokus utama dari analisis mereka sering berkaitan dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sudut pandang pemilik. Kelompok kedua pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang merupakan pihak eksternal bagi perusahaan. Contoh kelompok ini adalah petugas pemberi pinjaman dari bank komersial yang ingin menentukan kelayakan kredit si pemohon pinjaman. Di sini analisis lebih ditekankan pada sejarah penggunaan utang oleh perusahaan serta kemampuannya untuk membayar bunga dari pokok pinjamannya. 2.12.1. Standar Rasio Keuangan Untuk mengambil manfaat dari rasio-rasio keuangan diperlukan standar-standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi. Pendekatan ini 32 didasarkan pada premis bahwa beberapa kekuatan ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusahaan dalam suatu industri untuk berperilaku serupa. Walaupun juka ini benar, tetap mungkin rasio keuangan perusahaan kecil berbeda dengan rasio perusahaan besar. Misalnya, suatu perusahaan besar lebih mungkin terintegrasi vertikal atau bersifat lebih intensif modal. 2.12.2. Tinjauan Atas Hubungan Keuangan Suatu tinjauan atas hubungan analisis keuangan dapat dibagi kedalam tiga (3) kelompok besar, yaitu: Ukuran Kinerja (Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measures), dan Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial Policy Measures). Logika urutan ini adalah memulai dengan hasil keseluruhan kemudian menganalisis determinandeterminannya. Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok: Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi. 33 Ukuran penilaian (valuation measures) mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas. Ukuran-ukuran kinerja mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi, dan pembiayaan. Strategi meliputi bidang-bidang keputusan penting seperti pemilihan daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan operasinya, apakah akan menekan penurunan biaya atau diferensiasi produk, apakah akan memfokuskan pada area produk terpilih atau mencoba mencakup sekelompok besar pembeli potensial dan sebagainya. Karakterisasi strategi tidak secara langsung bertanggung jawab atas ukuranukuran keuangan tetapi mempunyai dampak yang mengesampingkan hasilhasil kinerja. Disini dua perangkat rasio terlibat: Manajemen aktiva dan investasi (asset and investment management) mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber dayanya. Manajemen biaya (cost management) mengukur bagaimana masingmasing elemen biaya dikendalikan. Kelompok ketiga dalam hubungan keuangan merupakan keputusan kebijakan keuangan. Ini tentu saja harus berhubungan dengan keputusan strategis dan dengan manajemen investasi serta manajemen biaya. Ukuran kebijakan keuangan terdiri dari dua jenis utama: 34 Rasio leverage (Leverage ratio) mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Rasio likuiditas (Liquidity ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo. 2.12.3. Keterbatasan dari Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat digunakan untuk memahami posisi keuangan perusahaan, namun siapapun yang bekerja dengan rasio ini pasti akan menyadari keterbatasan dalam penggunaannya. Berikut merupakan beberapa kelemahan penting yang dapat ditemukan dalam menghitung dan menginterprestasikan rasio keuangan: 1. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri di mana perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha. 2. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Contohnya, rasio lancar yang melebihi norma industrinya menyiratkan adanya kelebihan likuiditas, yang menghasilkan penurunan laba perusahaan secara keseluruhan jika dikaitkan dengan investasi perusahaan dalam aktiva. Sebaliknya, rasio lancar yang berada di bawah norma industri menunjukkan kemungkinan perusahaan kurang likuid dan mungkin di masa depan tidak mampu membayar taggihannya tepat waktu. 3. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rsio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam suatu industri. Itu tidak berarti 35 suatu nilai rasio yang ideal atau terbaik. Jadi kita dapat memilih untuk membandingkan rasio perusahaan dengan sekelompok pembanding yang telah ditentukan sendiri oleh perusahaan atau bisa juga dengan pesaing tunggalnya. 4. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya. Jadi pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan. Untuk menghindari masalah ini, maka metode saldo rata-rata haruslah digunakan (untuk beberapa bulan tau kuartal, sepanjang tahun) dan bukan saldo total pada akhir tahun. Contohnya, ratarata saldo persediaan akhir bulan dapat digunakan untuk menghitung rasio perputaran persediaan perusahaan jika perusahaan mengalami situasi musiman yang dominan dalam penjualannya (dan akibatnya juga pada investasinya dalam persediaan). Di luar keterbatasannya, rasio keuangan dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Namun kelemahan yang potensial terjadi juga harus disadari saat melakukan analisis rasio. Manfaat sesungguhnya yang dihasilkan dari menganalisis rasio keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut memberitahukan peneliti akan pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan. 36 2.13. Ukuran-ukuran Kinerja (Performance Measures) Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran arus kas yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang sesuai. Secara tradisioal, analisis aliran arus kas yang akan datang yang diharapkan ini dimulai dengan analisis profitabilitas, kategori pertama dalam ukuran kinerja. 2.13.1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas memperlihatkan hubungan aktiva lancar perusahaan terhadap kewajiban lancarnya, dan sekaligus menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi utangnya pada saat jatuh tempo. Dalam rasio likuiditas terdapat dua macam rasio yang lazim digunakan, yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio Lancar/ Current Ratio. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yang masih harus dibayar (terutama gaji dan upah). Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan 37 memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Perhitungan rasio lancar sebagai berikut: Current Ratio = Current Asset Current Liabilities (2-6) Rasio Cair (quick ratio acid test). Rasio cair dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cair merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Perhitungan rasio cair sebagai berikut: Quick Ratio = Current Asset − Inventory Current Liabilities (2-7) 38 2.13.2. Rasio Leverage Tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan, atau yang disebut leverage keuangan, menyiratkan tiga hal penting. (1) Dengan menaikkan dana melaui utang, pemilik dapta mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. (2) Kreditor mensyaratkan adanya ekuitas, atau dana yang disediakan oleh pemilik (Owner supplied funds), sebagai marjin pengaman; jika pemilik dana hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan dipikul terutama oleh kreditornya. (3) Jika perusahaan memperoleh tingkat laba yang lebih tinggi atas dana pinjamannya daripada tingkat bunga yang dibayarkan atas dana tersebut, maka pengembalian atas modal pemilik diperbesar, atau “diungkit” (leveraged). Rasio leverage terdiri atas total debt to equity ratio, total debt to total asset ratio, dan time interest earned ratio. Rasio-rasio leverage memiliki sejumlah implikasi sebagai berikut: a. Para kreditur memandang ekuitas atau dana yang dipasok pemilik sebagai suatu pelindung atau basis penggunaan hutang. Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan sebagian besar ditanggung oleh kreditur b. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh manfaat dari dari memegang kendali atas perusahaan dengan komitmen yang terbatas. 39 c. Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperesar baik keuntungan maupun kerugian bagi pemilik d. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan jatuh tempo yang tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam praktik, leverage dicapai dengan dua cara: Meneliti rasio-rasio neraca dan menentukan sejauh mana dana pinjaman telah digunakan untuk membiayai perusahaan. Mengukur risiko hutang dengan rasio perhitungan rugi laba yang dirancang untuk menentukan berapa kali biaya tetap tertutupi oleh laba operasi. Total Debt to Equity Ratio Rasio ini sebenarnya merupakan angka yang menunjukkan bagaimana performance dari pihak management dalam mengatur jumlah utang mereka dibandingkan dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai balance antara total debt dan total ekuitas. Formulasi dari total debt to equity ratio adalah sebagai berikut: Total Debt to Equity = Total Debt Total Equity (2-8) 40 Total Debt to Total Asset Ratio Rasio ini sebenarnya menunjukkan sejauh mana pinjaman kredit digunakan untuk membiayai investasi yang ada. Jika sebuah perusahaan mempunyai rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio rata-rata dari industri yang bersangkutan, maka perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan. Formulasi dari total debt to total asset ratio adalah sebagai berikut: Total Debt to Total Asset Ratio = Total Debt Total Asset (2-9) Time Interest Earned Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana gross profit atau EBIT (earnings before interests and taxes) perusahaan dapat digunakan untuk membayar annual interests payment dari pinjaman kredit. Formulasi dari time interest earned ratio adalah sebagai berikut: Time Interest Earned Ratio = EBIT Annual Interest Payment (2-10) 2.13.3. Rasio Aktifitas Rasio aktifitas atau operational ratio yang menggunakan ukuran perputaran untuk menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam 41 operasinya dan penggunaan dari total asset yang ada. Rasio aktifitas biasanya terdiri dari total asset turnover ratio, receivables turnover ratio, collection period turnover ratio, dan inventory turnover ratio. Total Asset Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu perusahaan dalam menghasilkan penjualan/sales dengan asset yang ada. Formulasi dari total asset turnover ratio adalah sebagai berikut: Total Asset Turnover Ratio = Sales Total Asset (2-11) Receivables Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran yang dapat dihasilkan oleh piutang dagang selama 1 tahun operasi. Semakin tinggi perputaran maka semakin pendek waktu yang dibutuhkan antara penjualan dan penagihan uang cash dari piutang dagang. Formulasi dari receivables turnover ratio adalah sebagai berikut: Re ceivables Turnover Ratio = Net Sales Average Account Re ceivables (2-12) 42 Collection Period Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk menagih accounts receivables (number of days of sales in receivables). Formulasi dari collection period turnover ratio adalah sebagai berikut: Collection Period Turnover Ratio = Average Account Re ceivables × 360 days Sales (2-13) Inventory Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan berapa kali perputaran dari inventory dalam 1 tahun operasi. Pada umumnya inventory turnover yang tinggi merupakan sebuah indikator inventory management yang baik, namun rasio yang tinggi juga dapat menunjukkan kekurangan inventory. Sedangkan turnover yang rendah menunjukkan overstocking atau inventory yang pasif. Formulasi inventory turnover ratio adalah sebagai berikut: Inventory Turnover Ratio = Cost of Good Sold Average Inventory (2-14) 2.13.4. Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari 43 likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas pada intinya menunjukkan dan mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan margin analysis dan menunjukkan return on sales dan capital yang terpakai. Rasio profitabilitas biasanya terdiri atas gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on asset, dan return on equity. Gross Profit Margin Rasio ini merupakan indikator berapa jumlah profit yang didapat dari produk tanpa mempertimbangkan beban administrasi dan beban penjualan. Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut: Gross Pr ofit M arg in = Total Sales − Cost of Good Sold Total Sales (2-15) Operating Profit Margin Rasio ini menunjukkan efektifitas dari management dalam mengatur income statement dari suatu perusahaan dengan mengukur operating profit relatif terhadap sales. 44 Formulasi operating profit margin adalah sebagai berikut: Operating Income Total Sales Total Sales - COGS - G & A Expenses - Marketing Expenses = Total Sales Operating Profit Margin = Operating Pr ofit M arg in = = Operating Income Total Sales Total Sales − COGS − G & A Expenses − Marketing Expenses Total Sales (2-16) Net Profit Margin Rasio ini mengukur berapa profit yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang ada. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut: Net Pr ofit M arg in = Net Pr ofit Total Sales (2-17) Return On Asset Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditempatkan. Formulasi dari return on asset adalah sebagai berikut: Re turn on Asset = Net Pr ofit Total Asset (2-18) 45 Return On Equity Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh stockholders dengan cara membandingkan net profit dengan common equity. Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut: Re turn on Equity = Net Pr ofit Common Equity (2-19) Return On Capital Employed Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh stockholders dengan cara membandingkan net profit dengan modal yang ditanamkan pada perusahaan (equity dan hutang jangka panjang). Formulasi dari return on capital employed adalah sebagai berikut: Re turn on Capital Employed = EBIT Total Asset − Current Liabilities (2-20) Cash Ratio Selain dari rasio-rasio yang dijelaskan diatas, terdapat ukuran rasio lainnya yang sekarang ini, sering dipakai oleh konsultan dalam menganalisa suatu kegiatan investasi. Cash ratio menunjukkan tingkat suatu perusahaan dapat secara cepat melikuidasi asset-asset yang ada dan dapat menutupi shortterm liabilities yang ada. Cash ratio ini juga dapat digunakan untuk 46 menunjukkan seberapa besar kegiatan investasi ini dapat men-generate cash untuk perusahaan atau penanam modal. Cash Ratio = = Cash Equivalents + Cash Current Liabilities Cash Equivalents + Cash Accruals + Accounts Payable + NotesPayable (2-21) 2.14. Analisis SWOT Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah alat perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, lawan dan ancaman meliputi dalam proyek atau dalam spekulasi bisnis. Ini melibatkan obyek yang spesifik pada spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor didalam dan faktor di luar yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan dalam mencapai obyek tersebut. Teknik tersebut dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada universitas Stanford pada tahun 1960 dan 1970 menggunakan data dari Fortune 500 companies. 47 Gambar 2.1. SWOT Analysis Analisis SWOT adalah suatu strategic framework analysis yang digunakan untuk company level atau pun business unit-nya. Jadi analisis dilakukan terhadap suatu entity, dapat berupa perusahaan, produk, seseorang, dan lain-lain dimana Strengths, dan Weaknesses, merupakan internal analisisnya, sedangkan Opportunities dan Threats adalah external analisisnya. Namun SWOT analysis tidaklah berguna jika tidak ada action plan. Oleh karena itu dari SWOT analysis yang telah dilakukan sebaiknya ditransformasikan menjadi strategy identification dan sebaiknya hal ini dapat di realisasikan terhadap value chain perusahaan yang ada dan dapat di modify terhadap short, mid dan long term plan dari perusahaan tersebut. 48 Agak meluas dari SWOT adalah Industry analysis, karena SWOT tidak akan berjalan jika tidak melihat the big picture alias Industry-nya. Dalam menganalisa suatu perusahaan, diperlukan analisa-analisa pendahuluan. Secara singkat, step by step analisa yang perlu dilakukan adalah sbb : (SWOT analysis ada di step ke-5) 1. Industry dan Competitor Analysis : kita identify Dominant Industry Characterisctis 2. Competitive Analysis: bisa menggunakan Michael Porter's Five Forces Analyis 3. Competitive Position of Major Companies: yang bisa narrow down menjadi 5 sampai 2 competitor terbesar 4. Competitor Analysis: dengan identify Industry Key Suscces Factores, dan hasilnya adalah berupa Strategic Group Map yaitu positioning kita terhadap competitor lainnya 5. Company Situation Analysis: dengan identify Strategic Performance Indicatior dan SWOT analysis 6. Competitive Strength Assessment: di rate berdasarkan Key Success Factor 7. Strategy Identification: kemudian me-modify current value chain