KOMPETENSI SOSIAL ANAK GIFTED Oleh: L. Rini Sugiarti, S.Psi, M.Si, Psikolog* Ada dugaan, bahwa anak yang cerdas dan berbakat (gifted child), memiliki kompetensi social yang rendah. Artinya, pintar tapi kuper. Bagaimana sebenarnya psikologi membedah masalah ini, artikel ini akan menjelaskan pertanyan mengenai kompetensi social anak berbakat. Perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu , yaitu perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan yang lain. Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang terus berlanjut sepanjang hidup (Santrock, 2007). Anak, pada umumnya berkembang secara normal. Normal dalam hal ini dapat diartikan sebagai adanya kesesuaian antara pertumbuhan dan perkembangan dengan usia. Namun demikian, dalam kenyataannya ditemukan juga anak yang tergolong berbeda dengan anak normal. Anak yang tergolong luar biasa ini secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dalam fungsi kemanusiaannya. Dalam dunia pendidikan, anak – anak tersebut dikategorikan sebagai anak luar biasa atau berkebutuhan khusus, karena menyimpang dari rata – rata anak normal dalam hal ciri – ciri mental, kemampuan fisik, perilaku sosial dan emosional, kemampuan komunikasi, maupun kombinasi dari hal – hal yang disebutkan di atas (Mangunsong, 2009), atau dapat ditemukan pula dalam hal prestasi akademik (Schanella dan Mc Carthy, 2009). SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS Anak gifted tergolong anak berkebutuhan khusus. Dikategorikan anak berkebutuhan khusus karena berbeda dengan anak lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada adanya cirri – cirri yang khas, yang menunjukkan pada keunggulan diri. Namun keunggulan yang menyebabkan ia disebut sebagai anak berkebutuhan khusus, selain sebagai kekuatan dalam dirinya sekaligus juga bisa menjadi kelemahan (Mangunsong, 2009). Gifted berarti adanya perbedaan dengan individu lain (Fornia, G.L., dan Frame, M.W., 2001). 1 Anak gifted merupakan sekelompok anak dengan kategori kecerdasan tertentu, yang dalam suatu populasi termasuk sebagai anak dengan kapasitas intelektual diatas rata – rata. Dengan kapasitas intelektual yang berada di atas rata – rata, pada umumnya anak gifted tergolong memiliki kemampuan yang lebih dalam menangkap materi pelajaran di sekolah dan tentunya dengan prestasi akademik yang menonjol pula. Pengertian anak gifted dari sudut pandang psikologi adalah anak yang memiliki keunggulan dalam beberapa hal dibandingkan dengan anak lainnya (Sternberg, 2011). Keunggulan tersebut diantaranya berupa kemampuan dalam hal menerima berbagai macam pengetahuan, daya ingat yang kuat, kreatif dan secara umum mampu mengeluarkan ide – ide baru, serta keingin tahuan yang besar, perkembangan perilaku sosial yang cepat, memiliki rasa humor, dan juga memiliki jiwa kepemimpinan yang relatif tinggi dibandingkan dengan anak normal. Lebih lanjut menurut Sternberg pula, anak gifted memiliki kemampuan istimewa dan superior dibandingkan dengan teman – teman seusianya. Keistimewaan tersebut dapat bervariasi mulai dari kecerdasan, kreativitas, kebijaksanaan, maupun keterampilan – keterampilan lainnya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jackson, dkk ( 2009) yang menyampaikan bahwa anak gifted dibekali dengan kemampuan perkembangan yang lebih besar dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, baik dari sisi fisik, intelektual, imajinasi maupun emosional. TERLALU FOKUS INTELEKTUAL, LUPA DIMENSI AFEKSI Memahami begitu besarnya potensi yang dimiliki anak gifted, tentu saja peluang untuk mendapatkan kesuksesan dan masa depan yang lebih baik relatif lebih besar dibandingkan dengan anak – anak normal pada umumnya. Potensi kapasitas tersebut tentu saja disadari oleh orang tua dan para guru. Namun demikian, terdapat situasi tertentu bahwa lebih memfokuskan pendidikan anak gifted pada orang tua dan guru pada umumnya kemampuan intelektual yang dimiliki, dibandingkan dengan perkembangan kondisi emosi dan sosial mereka (Bailey, 2012). Oleh karenanya muncullah kegagalan dalam perkembangan emosi dan sosial, yang cenderung berpengaruh pada pencapaian prestasi akademik juga, karena seperti diketahui bahwa perkembangan yang optimal seutuhnya merupakan proses yang dinamis antara aspek kognitif dan emosional didalamnya. 2 Akibat dari hal tersebut, terjadi ketimpangan dalam perkembangan psikososial anak gifted. Anak gifted didorong dan di dukung dengan berbagai hal untuk mengoptimalkan kapasitas intelektual yang dimiliki, seperti pengayaan materi pelajaran, percepatan dalam menyelesaikan tugas belajar, tuntutan untuk menghasilkan prestasi belajar / akademik yang membanggakan, dan juga mengikuti berbagai macam lomba dan kompetisi untuk menggali bakat – bakat yang dimiliki. Di sisi lain, kadang kurang disadari, bahwa kekuatan tersebut dipengaruhi berbagai hal pula termasuk pengembangan aspek emosional , kepribadian dan sosial (Fornia dan Frame, 2001). Aspek – aspek non intelektual tersebut tidak kalah pentingnya dari aspek intelektual atau kemampuan akademik, karena untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai hal kehidupan di masa depan, selain dipengaruhi oleh kapasitas intelektual, juga didukung oleh aspek – aspel lainnya, dimana kondisi emosi dan kepribadian termasuk di dalamnya ( Goleman, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa untuk meraih keberhasilan di masa depan, selain membutuhkan aspek intelektual, individu juga diharapkan memiliki kapasitas kepribadian yang memadai serta memiliki kehidupan yang selaras dengan lingkungan sosialisasinya. Oleh karenanya, agar anak gifted dapat berkembang secara ideal, maka selain mengoptimalkan aspek intelektual akademik, juga diharapkan mengimbangi diri dengan berbagai skill maupun kecakapan. PERLU DIKEMBANGKAN KEHIDUPAN SOSIAL Salah satu hal yang dirasa perlu dikembangkan oleh anak gifted adalah terkait dengan kompetensi sosial untuk menguatkan kehidupan sosialnya. Seperti yang diungkapkan Hurlock (1980) bahwa anak harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas dan relatif baru, karena tidak hanya dengan keluarga saja tetapi sudah mulai meluas ke lingkup sosial yang lebih luas. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, anak banyak harus banyak membuat penyesuaian. Dari banyak penyesuaian yang harus dilakukan, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri terhadap nilai sosial yang baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial dan afeksi menjadi semakin penting ketika anak – anak mengakhiri masa kanak – kanaknya dan mulai memasuki dan menginjak masa remaja, dan berkesinambungan sampai dengan masa dewasa dan lanjut usia. Kompetensi sosial merupakan suatu proses di mana individu memperoleh pengetahuan, 3 keterampilan, dan berbagai hal yang memampukan individu tersebut untuk berpartisipasi secara efektif sebagai anggota masyarakat. * Dosen Fak. Psikologi USM 4