Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan Gender dalam

advertisement
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan Gender dalam Adaptasi Perubahan
Iklim (PUG-API)
&
Kajian Awal: Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender (IKKG) dan
Indikator Kelembagaan
g
Pengarusutamaan
g
Gender ((IKPUG))
Nina Sardjunani
Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan­Bappenas
Disampaikan pada Peluncuran Dokumen Kebijakan Responsif Gender
Peluncuran Dokumen Kebijakan Responsif Gender
Jakarta, 28 November 2012
Si t
Sistematika
tik
1. Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan G d d l
Gender dalam Adaptasi Perubahan Iklim Ad
i P b h Ikli
(
(PUG‐API); );
2. Kajian Awal: Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender (IKKG) dan Indikator dl
d (
)d
dk
Kelembagaan Pengarusutamaan Gender
Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG).
2
Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan Gender dalam Adaptasi Perubahan Iklim (PUG­API)
1.
1
2
2.
3.
4.
Latar belakang; L
t b l k
Tujuan;
Dampak perubahan iklim spesifik gender;
Adaptasi perubahan iklim tidak netral gender;
gender
5. Lima alasan PUG API;
Lima alasan PUG API;
6. Rekomendasi.
3
L t B l k
Latar Belakang
1. Kertas Kebijakan: Pengarusutamaan G d d l
Gender dalam Adaptasi Perubahan Iklim Ad
i P b h Ikli
(
(PUG‐API); );
2. Kajian Awal: Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender (IKKG) dan Indikator dl
d (
)d
dk
Kelembagaan Pengarusutamaan Gender
Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG).
4
TUJUAN TUJUAN
1 Meningkatkan
1.
Meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan gender pemahaman tentang kesetaraan gender
dalam perubahan iklim, termasuk pengurangan resiko bencana khususnya dalam konteks Indonesia
bencana, khususnya dalam konteks Indonesia.
2. Mengidentifikasikan isu‐isu gender yang prioritas untuk diintegrasikan ke dalam kebijakan perubahan , te asu pe gu a ga es o be ca a
iklim, termasuk pengurangan resiko bencana.
3. Merumuskan rekomendasi kebijakan perubahan iklim yang responsif gender di Indonesia, khususnya terkait if
d di I d
i kh
t k it
dengan Rencana Aksi Nasional dan kebijakan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK) dan sebagai masukan untuk RAN Adaptasi Perubahan Iklim (API).
5
LATAR BELAKANG (1)
LATAR BELAKANG (1)
1) Komitmen
K it
P
Pemerintah
i t h Indonesia
I d
i dalam
d l
RPJMN
2010-2014:
• Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan
dilakukan dengan memperhatikan aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam menyusun
kerangka strategis
strategis, struktur kelembagaan,
kelembagaan strategi
dan kebijakan nasional, sektoral dan wilayah, serta
d l
dalam
proses perencanaan d
dan pelaksanaan
l k
kegiatan pembangunan, dengan memperhatikan
permasalahan strategis lingkungan dan sosial yang
ada.
6
LATAR BELAKANG (2)
LATAR BELAKANG (2)
1) K
Komitmen
it
Pemerintah
P
i t h Indonesia
I d
i dalam
d l
RPJMN
2010-2014:
• Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan
adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi
kesenjangan antara penduduk laki-laki dan
perempuan Indonesia dalam mengakses dan
mendapatkan manfaat pembangunan, serta
meningkatkan
i k k partisipasi
ii id
dan mengontroll proses
pembangunan. Pengarusutamaan gender (PUG)
dilakukan dengan mengintegrasikan perspektif
(sudut pa
pandang)
da g) ge
gender
de ke da
dalam
a p
proses
oses
pembangunan di setiap bidang.
7
LATAR BELAKANG (3)
LATAR BELAKANG (3)
2) K
Komitmen
it
IInternasional
t
i
lP
Pemerintah
i t h Indonesia:
I d
i
• Ratifikasi Konvensi PBB tentang Hak Politik dan Sipil
(ICCPR) Æ UU N
No. 68/1958
• Ratifikasi Konvensi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) Æ UU No.
7/1984
• Ratifikasi UNFCCC Æ 1994
• Ratifikasi Protocol Kyoto
y
Æ 2004
• Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya (ICESR) Æ 2005
• Ratifikasi Konvensi PBB tentang Kerangka Perubahan Iklim
(UNFCCC) Æ Rencana Aksi Bali,
Bali 2007
2007.
8
LATAR BELAKANG (4)
LATAR BELAKANG (4)
Berdasarkan
B
d
k komitmen-komitmen
k it
k it
t
tersebut,
b t dan
d
mengingat bahwa kesetaraan gender adalah hal yang
penting untuk memastikan dipertimbangkannya
yang
g berbeda dari perempuan
p
p
dan laki-laki
kebutuhan y
dalam menangani dampak perubahan iklim, maka
Kedeputian Bidang Sumber Daya Manusia dan
Kebudayaan-Bappenas, bekerja sama dengan UN
Women dan didukung oleh UNDP Indonesia,
Indonesia
menyusun:
Kertas Kebijakan tentang Pengarusutamaan Gender
dalam
da
a Adaptasi
daptas Perubahan
e uba a Iklim
k
di Indonesia
d
do es a ((PUGUG
API).
9
Dampak Utama Perubahan p
Iklim Spesifik Gender
1. Hilangnya:
–
–
–
akses dan kontrol laki‐laki dan perempuan terhadap p
p
p
sumber daya alam dan ekosistem yang berkualitas baik.; akses dan kontrol laki‐laki dan perempuan terhadap sumber sumber produksi dan livelihood; dan
sumber‐sumber produksi dan livelihood; dan
pemukiman yang aman dan kondisi kehidupan yang sehat.
2 Hal
2.
Hal ini menimbulkan dampak spesifik gender ini menimbulkan dampak spesifik gender
terhadap: kesehatan manusia, survival, hak dasar manusia, peningkatan yang signifikan dalam beban ,p
g
y g g
kerja, keterbatasan untuk kesempatan pembangunan, peningkatan kemiskinan, dan penurunan keamanan pribadi, otonomi, dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan.
10
Adaptasi perubahan iklim tidak netral gender, karena:
• Perempuan dan laki‐laki memiliki kapasitas yang berbeda dan berkontribusi terhadap adaptasi secara berbeda; dan perempuan, sebagaimana laki‐laki, dapat menjadi agen perubahan dan pemimpin yang kuat d l
dalam mendorong adaptasi. d
d t i
• Perempuan dan laki‐laki memiliki perbedaan kebutuhan (strategis maupun praktis) dan minat dalam
kebutuhan (strategis maupun praktis) dan minat dalam upaya‐upaya beradaptasi.
• Strategi dan tindakan adaptasi, di sisi lain, dapat Strategi dan tindakan adaptasi di sisi lain dapat
memiliki dampak yang berbeda terhadap perempuan dan laki‐laki,
dan laki
laki, dan berpotensi untuk dan berpotensi untuk
meningkatkan/mengurangi kesenjangan yang ada.
11
Lima Alasan Pengarusutamaan Gender g
dalam Adaptasi Perubahan Iklim
Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim mendapatkan banyak manfaat dari Pengarusutamaan Gender:
1. Mengkapitalisasikan bakat, kapasitas, dan kontribusi perempuan dan laki‐laki, yang masing‐masing sekitar 50% dari total penduduk, sehingga kebijakan tersebut dapat lebih berhasil, efisien, dan efektif.
hi
k bij k t
b td
t l bih b h il fi i d
f ktif
2. Menghindari peningkatan efek yang tidak diinginkan dari kebijakan API dan aksi‐aksi
API dan aksi
aksi dalam ke (tidak) setaraan gender dan kemiskinan.
dalam ke (tidak) setaraan gender dan kemiskinan
3. Saling menguntungkan: kebijakan dan aksi API dapat memberdayakan, meningkatkan kualitas hidup, dan livelihood g
perempuan, keluarganya, dan seluruh masyarakat.
4. Memastikan harmonisasi dengan kebijakan sosial/gender yang ada d k
dan kewajiban HAM, sehingga berkontribusi terhada kesetaraan jib HAM hi
b k
ib i h d k
gender dan pencapaian MDGs.
5 Merupakan tindakan sensitif gender, sebagai 5.
Merupakan tindakan sensitif gender sebagai ‘pembuka
pembuka wawasan
wawasan’ untuk dimensi sosial lainnya dalam perubahan iklim.
12
R k
Rekomendasi (1)
d i (1)
1. Kebijakan API harus:
–
–
–
–
–
Memasukkan tujuan kesetaraan yang spesifik Memasukkan
tujuan kesetaraan yang spesifik
gender, dan sejalan dengan kebijakan gender dan sosial.
Menyusun gender assessment dari peraturan dan rencana aksi API.
Memastikan tersedianya informasi dengan data terpilah jenis kelamin.
Menyesuaikan terhadap kebutuhan dan prioritas k
h d k b h d
adaptasi bagi perempuan dan laki‐laki.
M
Memastikan partisipasi dan keterlibatan yang tik
ti i i d k t lib t
berarti dari perempuan dan laki‐laki.
13
R k
Rekomendasi (2)
d i (2)
2. Lembaga‐lembaga API harus:
–
–
–
–
–
Mendorong kesetaraan gender sebagai prinsip Mendorong
kesetaraan gender sebagai prinsip
kelembagaan.
M i k tk k t
Meningkatkan ketersediaan keahlian gender di
k hli
d
secara luas.
M
Memastikan peningkatan kepedulian dan ik
i k
k
d li d
peningkatan kapasitas terkai isu tersebut.
Menyusun, menggunakan, dan menerapkan k d
k
pedoman kebijakan gender.
Mendukung pembangunan SDM yang sensitif gender.
14
R k
Rekomendasi (3)
d i (3)
3. Mekanisme keuangan dan jasa API harus:
– D
Dapat diakses, terjangkau, dan dikontrol oleh t di k
t j
k d dik t l l h
perempuan individu, maupun organisasinya.
– Memastikan bahwa perempuan, laki‐laki, dan anak‐anak setempat mendapatkan manfaat dari ini.
– Dapat tersedia dalam bentuk jasa pembiayaan p
j
p
y
mikro, dan asuransi perubahan iklim yang terjangkau dan menguntungkan.
terjangkau dan menguntungkan.
– Memastikan primary informed consent.
15
R k
Rekomendasi (4)
d i (4)
4. Peningkatan kapasitas dan pengembangan pengetahuan harus:
pengetahuan harus:
–
–
–
–
–
Membangun pengetahuan dan keahlian gender ( )
dan (A)PI.
Meningkatkan kepedulian tentang hubungan antara kesetaraan gender dan (A)PI.
Diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan dan kurikulum.
Mendukung riset tentang aspek gender pada (A)PI.
Mendukung partisipasi perempuan dalam d k
d l
pengetahuan, praktek, dan disiplin teknologi PI.
16
R k
Rekomendasi (5)
d i (5)
5. Praktek API‐program dan kegiatan harus:
–
–
–
–
–
Bermanfaat bagi laki‐laki dan perempuan di g
p
p
masyarakat.
Memasukkan analisis gender di seluruh desain dan perencanaan.
Memastikan bahwa perbedaan pertimbangan perempuan dan laki‐laki mendasari program dan
perempuan dan laki‐laki mendasari program dan siklus kegiatan.
Melembagakan data terpilah jenis kelamin dan g
p
j
melakukan riset (termasuk melalui pemantauan dan evaluasi).
M i k tk d
Meningkatkan dan memungkinkan peran dan ki k
d
partisipasi yang bermakna dari perempuan dan laki‐
laki dalam inisiatif‐inisiatif API.
17
Kajian Awal: Indeks Kesetaraan dan Keadilan j
Gender (IKKG) dan Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG)
1.
2.
3
3.
4.
5.
6.
Tiga dasar penyusunan IKKG;
g
p y
;
Konsep Pengembangan IKKG;
K
Kerangka perhitungan IKKG;
k
hi
IKKG
p
g
;
Keterbatasan perhitungan IKKG 2007 dan 2010;
Hasil Perhitungan IKKG;
Rekomendasi.
k
d
18
Pembangunan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan P
Perempuan dalam RPJPN 2005­2025 & RPJMN 2010­2014
d l RPJPN 2005 2025 & RPJMN 2010 2014 (1)
Masalah dan
Tantangan RPJPN
2005 2025
2005-2025
Arah Kebijakan
RPJPN 2005-2025
Kualitas Hidup
p Perempuan
p
Rendah
- Kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai
bidang pembangunan masih rendah
kekerasan, eksploitasi dan
- Tingginya tingkat kekerasan
diskriminasi terhadap perempuan
Pembangunan Pemberdayaan Perempuan
- Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan di
berbagai bidang pembangunan
- Penurunan jumlah tindak kekerasan kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan
- Penguatan
P
t kelembagaan
k l b
dan
d jjaringan
i
Pengarusutamaan Gender (PUG)
Strategi Kebijakan…
Pengarusutamaan Gender (PUG) …
Sasaran Kebijakan…
Meningkatnya kesetaraan gender …
19
Pembangunan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan P
Perempuan dalam RPJPN 2005­2025 & RPJMN 2010­2014
d l RPJPN 2005 2025 & RPJMN 2010 2014 (2)
Masalah dan
Tantangan RPJPN
Kualitas Hidup Perempuan Rendah
Arah Kebijakan RPJPN
Pembangunan Pemberdayaan Perempuan
P
Pengarusutamaan
t
Gender
G d (PUG)
• Melakukan harmonisasi peraturan perundangan dan pelaksanaannya di semua
tingkat pemerintahan, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, untuk
Strategi Kebijakan
meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan.
pembangunan
RPJMN 2010-2014 • Melakukan berbagai upaya-upaya pencegahan, pelayanan, dan pemberdayaan
bagi perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan.
• Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.
perempuan
Meningkatnya kesetaraan gender
• Meningkatnya kualitas hidup perempuan terutama di bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan
politik.
g
y p
persentase cakupan
p perempuan
p
p
korban kekerasan yang
y g mendapat
p
Sasaran Kebijakan • Meningkatnya
penanganan pengaduan.
RPJMN 2010-2014
• Meningkatnya efektivitas kelembagaan PUG dalam perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan,
p
p
dan evaluasi kebijakan
j
dan program
p g
pembangunan
p
g
yang responsif gender di tingkat nasional dan daerah.
20
Ti D
Tiga Dasar Penyusunan IKKG
P
IKKG
1. IKKG dipersiapkan secara khusus untuk mengevaluasi kebijakan pembangunan lintas bidang & antarprovinsi di I d
Indonesia.
i
2. IKKG mengukur pencapaian kesetaraan dan keadilan dalam variabel variabel output atau outcome, bukan dalam variabel‐variabel output
atau outcome bukan
input, sehingga dalam penggunaannya perlu dilengkapi g
g
g
dengan Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender (IKPUG) yang mengukur variabel input/proses.
3. IKKG dibangun sebagai perluasan dari Indeks K id k
G d (U
)
Ketidaksetaraan Gender (UNDP).
21
Konsep Pengembangan IKKG
STRATEGI
Pengarusutamaan Gender
KESETARAAN GENDER
Meningkatnya peran dan kualitas
p perempuan
p
p
dalam
hidup
pembangunan
Aspek Dasar
Kualitas Hidup
Aspek
Kesehatan
Reproduksi
Aspek
Pendidikan
Aspek
Ekonomi
Menurunnya tindak kekerasan
dan diskriminasi
Meningkatnya efektivitas
kelembagaan PUG
Aspek Dasar
Perlindungan terhadap
Kekerasan
Aspek
Keterwakilan
Aspek
Kekerasan
IKKG
IKPUG
Indikator Output/Outcome
Indikator Proses22
Indikator­indikator dalam IKG/GII (5 Indikator) Indikator
indikator dalam IKG/GII (5 Indikator) dan IKKG (12 Indikator)
Aspek
Indikator IKG/GII
Indikator IKKG
23
Kerangka Perhitungan IKKG
Aspek
Indikator
Indeks
Perlindungan terhadap
Kekerasan
Kualitas Hidup
Sasaran
Pembangun
Kesehatan
p
Reproduksi
Pendidikan
Angka Pendidika Rata-rata
Pertolonga
Kelahira n Minimal
Lama
n
Sekolah
Persalinan n Remaja SLTP
Ekonomi
Keterwakilan
TPAK Status Upah Parlemen Eksekutif Yudikatif Domestik Publik
Kerja
Indeks
Indeks
Indeks
Indeks
Indeks
Indeks
Reproduksi Pendidikan Ekonomi Keterwakila Kekerasan Pendidika
Perempuan
Perempuan Perempuan Perempuan
n
n
Perempuan
Laki laki
Laki-laki
Indeks
Gender
Indeks Kesetaraan
d K
dan
Keadilan
dil G
Gender
d
Kekerasan
Indeks Gender
Perempuan
Indeks
Ekonomi
Laki-laki
Indeks
Indeks
Keterwakila Kekerasan
n
Laki-laki
Laki laki
Laki-laki
Indeks Gender
Laki-laki
IKKG
24
Struktur IKKG
Aspek
Kesehatan
Reproduksi
Pendidikan
Ek
Ekonomi
i
Indikator
Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
Angka kelahiran remaja (AKR) usia 15-19 tahun
Proporsi penduduk perempuan dan laki-laki usia 25 tahun pendidikan
minimal tamat SLTP
Rata-rata lama bersekolah penduduk usia 25 tahun ke atas
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
P
Proporsi
i status
t t kkerja
j sebagai
b i pekerja
k j dib
dibayar
Rata-rata upah pekerja
Keterwakilan
dalam Jabatan
P blik
Publik
Kekerasan
Sumber Data
Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), 2007
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI), 2007
Susenas 2007 dan 2010
Susenas,
g
Kerja
j Nasional
Survei Angkatan
(Sakernas), 2007 dan 2010
Persentase keterwakilan perempuan dibanding laki-laki di dalam lembaga
legislatif/parlemen tingkat nasional dan provinsi
Komisi Pemilihan Umum
Umum, 2009
Persentase keterwakilan perempuan dibanding laki-laki di dalam lembaga
eksekutif
Badan Kepegawaian Nasional
Persentase keterwakilan perempuan dibanding laki-laki di dalam lembaga
yudikatif
Mahkamah Agung RI
Rasio
R
i kekerasan
k k
yang di
dialami
l i perempuan atau
t llaki-laki
ki l ki di luar
l rumahh atau
t
di tempat kerja (publik)
Rasio kekerasan yang dialami perempuan atau laki-laki di dalam rumah
(domestik)
Susenas, 2006
25
I t
Interpretasi Nilai IKKG
t i Nil i IKKG
1. Nilai
1
Nilai IKKG berkisar antara 0 hingga 1. IKKG berkisar antara 0 hingga 1
2. Nilai 0 menggambarkan adanya kesenjangan yang sempurna antara laki‐laki dan perempuan dalam kelima aspek p
p
p
pembangunan yang diukur.
3. Nilai 1 menggambarkan adanya kesetaraan gender yang sempurna antara laki‐laki dan perempuan dalam kelima l ki l ki d
d l k li
aspek pembangunan yang diukur. 4 Dengan demikian, nilai IKKG yang semakin tinggi 4.
Dengan demikian nilai IKKG yang semakin tinggi
menunjukkan pencapaian pembangunan yang semakin baik.
5. IKKG berbanding terbalik dengan interpretasi nilai IKG UNDP, g
g
p
,
karena nilai IKG justru memperlihatkan besarnya kegagalan/kerugian (loss) yang terjadi dalam aspek‐aspek pembangunan yang diukur akibat adanya ketidaksetaraan
pembangunan yang diukur akibat adanya ketidaksetaraan gender.
26
Indikator­Indikator IKKG Ideal & IKKG Tahun 2007 dan 2010
Aspek
IKKG 12 Indikator
(Ideal)
IKKG 10 Indikator
(2007,2010)
27
Keterbatasan perhitungan IKKG 2007 & 2010
1. IKKG 2007 dan 2010 dihitung hanya dengan 10 g
y
g
indikator yang tersedia datanya hingga tingkat provinsiÆtidak menggunakan persentase keterwakilan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
2. Keterbatasan data: –
–
–
data kekerasan yang diperoleh dari Modul Kekerasan (
,
,
hasil Susenas 2006 (underestimate, laki‐laki usia 0‐18 th, perempuan semua umur);
data keterwakilan perempuan dan laki‐laki di lembaga eksekutif dan yudikatif untuk tingkat provinsi belum tersedia;
data Angka Kematian Ibu (AKI) untuk level provinsi belum tersedia, sehingga dipakai proksi proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih.
28
Hasil Perhitungan IKKG 2007 dan 2010
1.
2.
3
3.
4.
Tahun 2007, tingkat pencapaian KKG di Indonesia dalam lima aspek pembangunan yang diukur adalah sebesar 79,3 persen (nilai k
b
di k
d l h b
79 3
( il i
IKKG sebesar 0,793) Æ mengindikasikan adanya 20,7 persen kerugian/kegagalan pencapaian pembangunan manusia akibat d i d
dari adanya ketidaksetaraan gender
k id k
d terkait dengan kualitas hidup k i d
k li hid
dan perlindungan terhadap kekerasan di Indonesia.
Kesenjangan gender bervariasi antarprovinsi, berkisar antara yang
Kesenjangan gender bervariasi antarprovinsi, berkisar antara yang tertinggi 87,5 persen di DKI Jakarta, hingga yang terendah 39,6 persen di Bali.
Tah n 2010 IKKG sebesar 0 796 Æ tidak adanya perbaikan yang Tahun 2010, IKKG sebesar 0,796 Æ
tidak adan a perbaikan ang
cukup berarti dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan gender dalam 3 tahun pembangunan, kesenjangan hanya berkurang sebesar 0,3 persen.
b
03
Pencapaian kesetaraan dan keadilan gender (IKKG) tidak selalu selaras dengan pencapaian pembangunan manusia (IPM).
selaras dengan pencapaian pembangunan manusia (IPM). Pembangunan manusia secara umum tidak menjamin bahwa manfaat pembangunan tersebut diterima secara setara antara laki‐laki
laki
laki dan perempuan.
dan perempuan
29
Tren Kesetaraan dan Keadilan Gender di Indonesia 2007­2010
30
Peringkat 33 Provinsi di Indonesia Berdasarkan Nilai IKKG 2007 & 2010
31
Ket.: Angka 1 mencerminkan kesetaraan penuh dan angka 0 ketidaksetaraan penuh.
Indeks Kesehatan Reproduksi Perempuan 33 Provinsi di Indonesia, 2007
32
Indeks Pencapaian Pendidikan Laki­laki dan Indeks Pencapaian Pendidikan Laki
laki dan Perempuan di 33 Provinsi di Indonesia, 2010
33
Indeks Pencapaian Ekonomi Laki­laki dan Indeks Pencapaian Ekonomi Laki
laki dan Perempuan di 33 Provinsi di Indonesia, 2010
34
Indeks Pencapaian Keterwakilan dalam Jabatan Publik Laki­laki dan Perempuan di 33 Provinsi di Indonesia, 2010
35
Indeks Perlindungan terhadap Kekerasan Laki­laki dan Indeks Perlindungan terhadap Kekerasan Laki
laki dan Perempuan di 33 Provinsi di Indonesia, 2010
36
Kesenjangan Gender dalam Aspek Pencapaian Pendidikan di 33 Provinsi di Indonesia, 2007 dan 2010
Keterangan:
Nilai yang ada
merupakan selisih
antara indeks
pendidikan laki-laki dan
indeks pendidikan
perempuan Semakin
perempuan.
besar nilai
memperlihatkan
k
kesenjangan
j
yang
semakin lebar, sehingga
peringkat provinsi
semakin rendah. Nilai
yang positif menunjukan
indeks laki-laki lebih
besar dari indeks
perempuan, dan
y untuk nilai
sebaliknya
yang negatif.
37
Kesenjangan Gender dalam Aspek Partisipasi Ekonomi di 33 Provinsi di Indonesia, 2007 dan 2010
Keterangan:
Nilai yang ada
merupakan selisih
antara indeks partisipasi
ekonomi laki-laki dan
indeks partisipasi
ekonomi perempuan
perempuan.
Semakin besar nilai
memperlihatkan
k
kesenjangan
j
yang
semakin lebar, sehingga
peringkat provinsi
semakin rendah. Nilai
yang positif menunjukan
indeks laki-laki lebih
besar dari indeks
perempuan, dan
y untuk nilai
sebaliknya
yang negatif.
38
Kesenjangan Gender dalam Aspek Keterwakilan dalam Jabatan Publik di 33 Provinsi di Indonesia, 2007 & 2010
Keterangan:
Nilai yang ada
merupakan selisih
antara indeks
keterwakilan laki-laki
dan indeks keterwakilan
perempuan Semakin
perempuan.
besar nilai
memperlihatkan
k
kesenjangan
j
yang
semakin lebar, sehingga
peringkat provinsi
semakin rendah. Nilai
yang positif menunjukan
indeks laki-laki lebih
besar dari indeks
perempuan, dan
y untuk nilai
sebaliknya
yang negatif.
39
Kesenjangan Gender dalam Aspek Kekerasan di 33 Provinsi di Indonesia, 2007 dan 2010 (data 2006)
Keterangan:
Nilai yang ada
merupakan selisih antara
indeks kekerasan laki
lakilaki dan indeks
kekerasan perempuan.
S
Semakin
ki b
besar nilai
il i
memperlihatkan
kesenjangan yang
semakin lebar, sehingga
peringkat provinsi
semakin rendah. Nilai
yang positif menunjukan
indeks laki-laki lebih
besar dari indeks
perempuan, dan
sebaliknya untuk nilai
yang negatif.
tif
40
Nilai IPM dan IKKG 33 Provinsi di Indonesia, 2007
41
R k
Rekomendasi (1)
d i (1)
Peran kebijakan dalam mencapai kesetaraan dan keadilan Peran
kebijakan dalam mencapai kesetaraan dan keadilan
gender menjadi sangat pentingÆmenjadi salah satu alat koreksi yang dapat digunakan oleh negara untuk mengurangi
koreksi yang dapat digunakan oleh negara untuk mengurangi kesenjangan gender yang ada di berbagai aspek p
pembangunan, seperti: g
, p
1. Kesehatan reproduksi: kebijakan perlu diarahkan untuk tidak saja memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan
tidak saja memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, tetapi juga pembangunan infrastruktur daerah. 2. Pendidikan: kebijakan perlu diarahkan untuk memastikan pembangunan pendidikan yang lebih merata
memastikan pembangunan pendidikan yang lebih merata antara daerah, dengan tetap menjamin adanya pe g ata pe capa a pe d d a ba pada a a
peningkatan pencapaian pendidikan baik pada laki‐laki maupun perempuan. 42
R k
Rekomendasi (2)
d i (2)
3.
4
4.
5.
Ekonomi: kebijakan perlu diarahkan bukan saja untuk menutup kesenjangan j
p
j
p
j g
gender yang terjadi di aspek ini, tetapi juga untuk meningkatkan partisipasi ekonomi khususnya pada perempuan. Keterwakilan dalam jabatan publik: kebijakan perlu diarahkan untuk kebijakan perlu diarahkan untuk
meningkatkan keterlibatan perempuan di parlemen (dan juga lembaga eksekutif dan yudikatif), mendorong adanya reformasi internal dalam partai politik untuk mempertimbangkan aspek kesetaraan dan keadilan gender, li ik
k
i b
k
kk
d k dil
d
melakukan penguatan kapasitas perempuan dengan berjenjang dan terencana secara baik, serta memastikan platform dari partai‐partai politik responsif terhadap isu‐isu gender. Perlindungan terhadap kekerasan: kebijakan secara khusus perlu diarahkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap
diarahkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan. Hal ini terutama perlu dilakukan dengan memastikan tersedianya pusat‐pusat pelayanan secara merata di luar Pulau Jawa, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat
yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, yang dapat menjalankan fungsinya dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait.
43
R k
Rekomendasi (3)
d i (3)
3.
4
4.
5.
Ekonomi: kebijakan perlu diarahkan bukan saja untuk menutup kesenjangan j
p
j
p
j g
gender yang terjadi di aspek ini, tetapi juga untuk meningkatkan partisipasi ekonomi khususnya pada perempuan. Keterwakilan dalam jabatan publik: kebijakan perlu diarahkan untuk kebijakan perlu diarahkan untuk
meningkatkan keterlibatan perempuan di parlemen (dan juga lembaga eksekutif dan yudikatif), mendorong adanya reformasi internal dalam partai politik untuk mempertimbangkan aspek kesetaraan dan keadilan gender, li ik
k
i b
k
kk
d k dil
d
melakukan penguatan kapasitas perempuan dengan berjenjang dan terencana secara baik, serta memastikan platform dari partai‐partai politik responsif terhadap isu‐isu gender. Perlindungan terhadap kekerasan: kebijakan secara khusus perlu diarahkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap
diarahkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan. Hal ini terutama perlu dilakukan dengan memastikan tersedianya pusat‐pusat pelayanan secara merata di luar Pulau Jawa, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat
yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, yang dapat menjalankan fungsinya dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait.
44
Konsep Pengembangan IKPUG
45
IKPUG mengukur sejauh mana penguatan kelembagaan PUG sudah dapat tercapai.
1. Istilah ‘kelembagaan’ didefinisikan secara harfiah sebagai hal‐hal yang terkait dengan lembaga.
2. Kata ‘lembaga’ di dalam kajian ini dimaksudkan untuk mencakup: –
–
–
software dari pembangunan yaitu segala bentuk
peraturan perundang‐undangan, termasuk kebijakan; h d
hardware
pembangunan yaitu bentuk dan kondisi b
i b
k d k di i
institusi‐institusi penggerak dan pelaksana PUG, unit‐unit penunjang PUG; dan
penunjang PUG; dan user pembangunan yaitu sumber daya manusia pemerintahan, serta organisasi dan badan hukum di masyarakat termasuk dunia usaha yang berpartisipasi k
kd
h
b
dalam PUG maupun dalam pencapaian kesetaraan dan keadilan gender.
keadilan gender.
46
Empat Komponen dan 14 Indikator dalam IKPUG
Komponen
Indikator Kelembagaan PUG
47
Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender di Indonesia, 2011­1
Komponen
Kelembagaan
Kebijakan dan
Peraturan
Perundangundangan
Indikator
1.
Jumlah Kebijakan dan Peraturan Perundangundangan yang responsif gender (Nasional dan Belum tersedia datanya
Daerah)
2
2.
g
Jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemda yang 13 Kementerian/Lembaga
26 Provinsi
telah melaksanakan kebijakan yang responsif
69 Kabupaten
gender
27 Kota
1.
Institusi
Data
2.
12 Kementerian/Lembaga
Jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemda yang 27 Provinsi
58 Kabupaten
memiliki Focal Point/Kelompok
p Kerja
j PUG
27 Kota
Jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemda yang 11 Kementerian/Lembaga
23 Provinsi
memakai alat analisis gender dalam
35 Kabupaten
perencanaan
16 Kota
Sumber Data
KPP PA,
Kemendagri, dan
Komnas Perempuan
KPP PA
KPP PA
KPP PA
48
Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender di Indonesia, 2011­2
Komponen
Kelembagaan
Indikator
3.
Institusi
4.
5
5.
6.
Data
5.652 lembaga
Terdiri atas:
21 PKT di RSU/RSUD/RS
Swasta
42 PPT di RS Polri
P li
Jumlah lembaga penyedia layanan (P2TP2A
305 UPPA di Polda dan
dan Unit PPA) terkait perlindungan perempuan
Polres
terhadap kekerasan
187 P2TP2A
22 RPTC
15 RPSA
24 Satgas/ Kemlu
5.035 BP4 di KPP PA
Jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemda yang 13 Kementerian/Lembaga
21 Provinsi
memiliki dan memanfaatkan data terpilah
45 Kabupaten
berdasarkan jenis kelamin
22 Kota
Sumber Data
KPP PA
KPP PA
Jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemda yang 10 Kementerian/Lembaga
KPP PA
28 Provinsi
memiliki data kekerasan
Prevalensi kekerasan di daerah konflik dan
42 kasus
kasus*
Komnas Perempuan
bencana terhadap perempuan dan laki-laki
49
Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender di Indonesia, 2011­3
Komponen
Kelembagaan
Institusi
Indikator
7.
1.
Sumber Daya
Manusia
Data
15 Kementerian/Lembaga
Jumlah Kementerian/Lembaga dan pemda yang 19 Provinsi
menerapkan Anggaran Responsif Gender (ARG) 24 Kabupaten
14 Kota
16 Kementerian/Lembaga
K
t i /L b
Jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemda yang 26 Provinsi
52 Kabupaten
sudah melatih komponen perencananya
20 Kota
K t
2.
Proporsi penegak hukum (hakim, jaksa, polisi)
yang telah dilatih tentang PUG
3.
Proporsi perempuan dalam kepengurusan parpol Belum tersedia datanya
13 Kementerian/Lembaga
Jumlah lembaga masyarakat dan dunia usaha
26 Provinsi
yang bermitra dengan Kementerian/Lembaga dan
60 Kabupaten
Pemda dalam pelaksanaan PUG
24 Kota
16 Women Crisis Center
Jumlah lembaga pelayanan berbasis masyarakat
(WCC)
yang menangani kekerasan terhadap perempuan
di 9 Provinsi
Jumlah lembaga masyarakat yang mendukung
176 LSM di 33 Provinsi
pemajuan hak asasi perempuan
1.
Partisipasi
Masyarakat dan
2.
Dunia Usaha
3.
Belum tersedia datanya
Sumber Data
KPP PA
KPP PA, Kemendagri,
dan K/L terkait
KPP PA, Komnas
Perempuan, Polri,
Kejaksaan MA,
Kejaksaan,
MA dan
Kemenag
KPU
KPP PA
Komnas Perempuan
Komnas Perempuan
50
Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender di 3 Provinsi, 2011
Komponen
Kelembagaan
Sumatera Selatan
Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur
Kebijakan dan
Perundangundangan
- Sudah ada kebijakan dan peraturan
di tingkat provinsi dan kab/kota
berupa peraturan perundangan di
tingkat provinsi/kab/kota.
- Sudah ada komitmen yang cukup
tinggi dari pemerintah setempat.
Komitmen kuat tercermin dalam
Sudah ada Surat Keputusan
berbagai peraturan dan
kebijakan, baik dalam bentuk SK, Gubernur/Walikota, namun
Pergub, maupun di dalam RPJMD kurang ditindak lanjuti SKPD
dan Renstrada.
Institusi
- Ada Kelompok Kerja yang
menanganii masalah
l h gender
d
bekerjasama dengan KPP&PA dan
perguruan tinggi setempat.
- Mulai melakukan analisis gender
dalam perencanaan dan
penganggaran.
- Mulai memanfaatkan data terpilah
dalam perencanaan kebijakan,
program dan kegiatan termasuk
penganggaran
penganggaran.
- Kelompok Kerja PUG dan
- Ada Kelompok Kerja PUG dan
Gender Focal Point telah
Gender Focal Point,, namun
terbentuk dengan SK Gubernur belum aktif.
dan cukup aktif.
- Belum menggunakan analisis
- Sudah mulai menerapkan
gender dalam perencanaan
dan penganggaran.
perencanaan dan
penganggaran responsif gender - Belum paham manfaat dan
belum menggunakan data
sejak TA 2011. Data Terpilah:
terpilah dalam perencanaan
sudah mulai ditangani, dengan
kebijakan, program dan
adanya Surat Edaran, namun
kegiatan termasuk
belum semua SKPD
melaksanakan.
penganggaran.
51
Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan Gender di 3 Provinsi, 2011
Komponen
Kelembagaan
Sumatera Selatan
Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur
- Pemahaman tentang
konsep gender dan PUG
- Telah melakukan pelatihan
- Rendahnya pemahaman
cukup baik pada para
PUG, termasuk PPRG bagi
pengambil
p
g
kebijakan,
j
,
g konsep
p gender
g
dan
tentang
f l point
focal
i t pada
d seluruh
l h SKPD
perencana, pelaku program.
PUG pada para pengambil
Pemprov, sejak tahun 2010,
- Sudah melakukan analisis
kebijakan, perencana,
namun belum mencakup
gender dengan pendekatan
pelaku program.
program
pelatihan bagi staf perencana
Kapasitas SDM keragaman budaya
- Belum ada data untuk
masing-masing SKPD.
setempat.
aparat hukum yang telah
p
- Belum ada data untuk aparat
- Belum
B l ada
d d
data
t untuk
t k
dil tih PUG dan
dilatih
d data
d t
hukum yang telah dilatih PUG
aparat hukum yang telah
keterwakilan perempuan
dan data keterwakilan
dilatih PUG dan data
dalam kepengurusan
perempuan dalam
parpol.
keterwakilan perempuan
kepengurusan parpol.
dalam kepengurusan
parpol.
Kerjasama dan jejaring
Partisipasi
Melibatkan PT, LSM dan
Melibatkan PT, LSM dan tokoh
antara pemerintah dan
Masyarakat & tokoh masyarakat dalam
masyarakat dalam proses
masyarakat belum terjalin
Dunia Usaha
proses pelaksanaan PUG.
pelaksanaan PUG.
secara kokoh.
52
Kesimpulan dan Rekomendasi
p
1. Kondisi pendataan yang tidak memadai. Khusus untuk p
y g
isu perlindungan kekerasan terhadap perempuan, tidak satupun dari ketiga provinsi yang dapat menyediakan data yang memadai, baik terkait ketersediaan layanan perlindungan, pelatihan aparat hukum, maupun bentuk partisipasi masyarakat. 2. Diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai p
j y g
g
pemilihan besaran unit indikator dan penyediaan data secara terstandarisasi untuk setiap indikator terpilih. p
p
3. Perlu dikaji kemungkinan pengembangan indikator komposit yang menggabungkan keempat komponen
komposit yang menggabungkan keempat komponen Kelembagaan PUG sehingga perkembangannya lebih terukur sesuai periode RPJMN. p
53
54
Download