BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif, yakni penelitian yang dipusatkan secara intensif pada satu objek tertentu yang mempelajari sebagai suatu kasus (Raharjo, 2010), dengan wawancara secara mendalam (indepth interview) terhadap 8 orang ibu yang mengalami abortus spontan. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik snow balling, yaitu mengumpulkan data berdasarkan informasi informan sebelumnya untuk mendapatkan informan berikutnya sampai mendapatkan ‘data jenuh’ atau tidak terdapat informasi baru lagi (Endaraswara, 2006). 3.2 UNIT ANALISA Penelitian ini berfokus pada mekanisme koping ibu usia produktif yang pernah mengalami abortus spontan di desa Tunua, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 30 Table 3.1. Definisi operasional dari Variabel Penelitian No Variabel Definisi Operasional 1. Mekanisme Koping Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal khususnya yang melelahkan atau melebihi sumber individu. 2. Abortus Insipiens Adalah keguguran yang sedang berlangsung, dengan ostium yang sudah terbuka dan ketuban yang sudah teraba. 2. Abortus Kompletus Abortus kompletus atau abortus komplit yang biasanya disebut dengan istilah keguguran lengkap adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidual dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, atau Abortus yang seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus dan telah dikenali. 3. Abortus Inkomplet Abortus inkomplet atau keguguran bersisa adalah abortus yang hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikelurkan, yang tertinggal adalah desidual atau plasenta. 4. Abortus Iminens Dalam keadaan ini, terjadi perdarahan ringan per vagina, serviks menutup, ukuran uterus sesuai dengan usia gestasi dan dapat disertai dengan nyeri pelvis ringan. 5. Missed Abortion Missed abortion ini adalah keadaan yang menunjukkan janin sudah mati, tetapi berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 31 berminggu-minggu. 6. Abortus Inevitable Abortus tidak terhindarkan atau abortus inevitable ditandai oleh pecahnya ketuban yang nyata disertai dengan pembukaan serviks. Abortus ini sering ditandai oleh robekan luas membran disertai pembukaan serviks. Pada keadaan ini, abortus hampir pasti terjadi. Kontraksi uterus biasanya segera timbul, atau jika tidak maka mungkin terdapat infeksi. 7. Abortus Habitual Jenis abortus ini biasa disebut sebagai abortus berulang, dan spontan dengan penyebab yang tidak diketahui, dimana penderita mengalami abortus secara berturut-turut 2 kali atau lebih. 3.3 PARTISIPAN PENELITIAN/SUMBER DATA Penelitian ini dilakukan langsung di desa Tunua, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan 8 orang riset partisipan dari rentang usia 23 hingga 43 tahun, keluarga terdekat ibu dalam hal ini suami dan kakak ipar yang benar-benar mengetahui kronologis terjadinya abortus spontan pada riset partisipan. Peneliti tidak melakukan dokumentasi rekam medik pasien, dikarenakan saat melakukan proses pengambilan data dokumentasi tahunan di Puskesmas Kecamatan yang terletak di desa O’Besi tidak ditemukan pasien abortus spontan yang berasal dari desa Tunua. 32 Peneliti kemudian langsung mencari informasi sendiri secara langsung ke bidan desa Tunua, namun peneliti tidak mendapatkan catatan dokumentasi dari pasien abortus spontan di desa tersebut, dengan alasan belum pernah ada pasien abortus spontan yang pernah melaporkan diri. Selanjutnya peneliti mencari informasi ke kepala desa Tunua, dan kader posyandu desa. Dari hasil informasi yang diberikan oleh kepada desa dan kader posyandu, terdapat 8 orang ibu usia produktif yang pernah mengalami abortus spontan dan bersedia untuk diwawancarai, dari 8 orang ibu tersebut peneliti juga melakukan proses wawanca dengan suami, mertua dan kakak ipar. Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama dua bulan, sejak tanggal 24 januari 2012 hingga tanggal 15 Maret 2012. 3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penelitian dilaksanakan di desa Tunua, Kec. Mollo Utara, Kab. TTS, provinsi Nusa Tenggara Timur selama kurun waktu kurang lebih dua bulan, yakni bulan Januari sampai dengan pengambilan Maret data, 2012. peneliti Sebelum memohon melakukan izin kepada Pemerintah Kab. TTS melalui Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Badan 33 Kesbangpollinmas). Peneliti diizinkan dengan diberikan surat izin penelitian ke Kec. Mollo Utara sebagai tempat dilakukannya penelitian. Dari kecamatan tersebut peneliti diberikan rekomendasi untuk melakukan pengambilan data di Puskesmas Kec. Mollo Utara. Dari Puskesmas Kec.Mollo Utara yang berlokasi di desa O’Besi, dilakukan penyalinan data, yaitu dokumentasi tahunan Puskesmas. Data yang didapat dari dokumentasi Puskesmas yakni data kasus abortus spontan tahun 2011 sebanyak 17 orang diantaranya 6 orang ibu dari Kapan dengan kasus missed abortions, abortus habitual dan abortus immiens, 3 orang ibu dari desa O’Besi dengan kasus abortus kompletus, abortus inkomplet dan abortus tidak terhindarkan, 3 orang ibu dari desa Eonbesi dengan kasus abortus kompletus dan abortus inkomlpet, 2 orang ibu dari desa Ajaobaki dengan kasus abortus kompletus dan abortus iminens, 2 orang ibu dari Sikkam dengan kasus abortus habitual dan abortus tidak terhindarkan, 1 orang ibu dari desa Netpala dengan kasus abortus iminens. Peneliti mengalami kesulitan dalam menemukan responden dengan jenis kasus abortus kompletus dari desa Tunua sebagai lokasi penelitian, dikarenakan pada dokumentasi tahun 2011 tidak terdapat kasus tersebut yang 34 berasal dari desa tersebut, dan petugas Puskesmas hanya mau memberikan dokumentasi pada tahun lainnya ketika petugas pemegang data tahunan telah kembali. Hal tersebut membuat peneliti langsung menuju ke lokasi penelitian untuk pengambilan data dengan cara bertanya kepada masyarakat setempat, kepala desa, ketua RT, dan kader posyandu. Setelah mendapatkan informasi mengenai ibu usia produtif yang pernah mengalami abortus spontan, peneliti mencari tempat tinggal ibu tersebut untuk melakukan proses wawancara mendalam. Dari informasi yang didapat peneliti hanya menemukan kasus abortus spontan jenis kompletus dan habitual, sehingga kasus abortus spontan jenis lainnya seperti abortus inkompet, insipiens, iminens, missed abortions, dan abortus tidak terhindarkan tidak dapat diteliti karena katiadaan kasus tersebut di lokasi penelitian. Untuk setiap hal yang perlu diklarifikasi pada pihak ketiga, peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga terdekat ibu. Instrumen pangambilan data wawancara adalah panduan wawancara, tape recorder dan alat tulis. 35 3.5 ANALISA DATA Proses pengumpulan awal analisis data dengan data cara dimulai dengan mewawancarai riset partisipan, dan keluarga terdekat secara mendalam. Untuk memudahkan proses analisis data, diberikan istilah ibu 1 sampai 8 (I1-I8) kepada ibu yang dijadikan riset partisipan, K1 sampai K8 istilah yang digunakan kepada keluarga terdekat riset partisipan yang ada di wilayah desa Tunua. Hasil mentah dokumentasi dan wawancara dikembangkan dalam bentuk yang formal. Masing-masing isi rekaman awalnya disalin ke dalam lembar salinan wawancara kemudian isi rekaman yang menggunakan dialeg asli Timor akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu hasil dokumentasi lagsung diketik ke dalam komputer. Hasil dokumentasi tersebut digunakan ketika menganalisis tema-tema yang muncul dari pemaknaan verbatim. Setelah proses penyalinan dan penerjemahan, kemudian dilanjutkan dengan memberikan kode pada tiap-tiap pertanyaan menjadi sebuah verbatim yang utuh. 36 3.6 UJI KEABSAHAN Uji keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi, yakni dengan mencari sumber data ketiga untuk mengklarifikasi suatu pendapat. Triangulasi yang dilakukan pada kasus ibu 1 sampai ibu 6 dilakukan kepada suami ibu tersebut, kasus ibu 7 dan 8 dilakukan triangulasi kepada mertua dan kakak ipar. Kemudian dari semua data yang didapat akan dikategorikan mana data yang sama, yang berbeda, dan yang spesifik dari sumber-sumber data tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. 37