KOPERASI & UKM No. 07 - September.2017 KOPERASI MENEMBUS GENERASI MILENIAL H.03 H.7 H.14 Koperasi Menembus Generasi Milenial Seluruh Koperasi Wajib RAT Mulai 2018 Cegah Koperasi Jadi Wadah Pencucian Uang @KemenkopUKM Daftar isi 2 DAFTAR ISI 3 LIPUTAN KHUSUS 7 SELURUH KOPERASI WAJIB RAT MULAI 2018 8 BELUM OPTIMALNYA UMKM MANFAATKAN HAK CIPTA 9 PERLU PENDAMPING USAHA DI SETIAP KECAMATAN 17 TOKOH: Korporatisasi Petani Ala Luwarso 10 APLIKASI LAMIKRO.COM SEGERA DILUNCURKAN 15 INSPIRASI UKM: Perjuangan Sukses Pembuat Roti Gaplek G enerasi milenial menjadi generasi yang saat ini digadang-gadang menjadi bagian penting dalam perkembangan negara Indonesia. Apalagi jika melihat pada prediksi periode bonus demografi yang pada tahun 2020 s/d 2030, usia produktif lebih banyak dibandingkan usia yang non-produktif. Namun apakah koperasi sadar akan hal ini? Bisa dikatakan saat ini koperasi merupakan barang antik yang perlu dikenalkan ke generasi milenial. Mengingat koperasi saat ini sudah berusia 70 tahun, perlu adanya pembaruan brand dari koperasi agar kembali dikenal oleh generasi tersebut. Dimulai dari adanya keinginan koperasi untuk dapat menyesuaikan dengan era saat ini. Era dimana teknologi dan informasi menjadi komiditi utama dalam pergerakan ekonomi global. Sudah seharusnya koperasi 11 MEMBANGUN KOORDINASI STRATEGIS MEMBENTUK JAMKRIDA mengembalikan kejayaannya yang pernah ada pada jaman orde baru, dimana koperasi menjadi poros dalam setiap kegiatan ekonomi di perkantoran pemerintah, di setiap desa, bahkan di setiap sekolah. Generasi milenial yang kini terbiasa dengan kecepatan arus informasi menjadi alasan mengapa koperasi perlu berbenah diri, terutama dalam mengimplementasikan teknologi dalam kegiatan koperasi. Koperasi yang kini hanya dijadikan pelengkap buku pelajaran perlu diubah menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat. Terutama dimulai dari sekolah dan perguruan tinggi dimana koperasi perlu menyatukan dirinya ke dalam budaya dan lingkungan generasi milenial. Kebiasaan dari generasi itu perlu dipelajari dan disesuaikan sehingga koperasi bukan lagi menjadi barang yang jadul. Misalnya dengan membuat akun di 20 SUKABUMI, KETIKA KOPERASI DAN UKM TUMBUH SEIRING media sosial yang memperkenalkan diri bahwa koperasi tidak diisi hanya oleh orang tua saja. Koperasi juga mampu bermain dalam gelombang teknologi dan informasi. Oleh karena itu koperasi perlu memberikan added value yang dibutuhkan oleh anak-anak muda saat ini. Budaya generasi milenial yang sering membentuk komunitas juga bisa menjadi peluang untuk rebranding koperasi. Acara yang sekedar ngumpul bisa ditambahkan nilainya jika membuat koperasi. Selain menambah keeratan hubungan antar sesama (anggota), kumpulan ini menjadi legal dan bisa dikembangkan untuk usaha yang produktif. Maka tepat jika membuat koperasi bak menyelam sambal minum air. Untuk itu rebranding koperasi menjadi bagian penting yang harus dilakukan sehingga koperasi tetap hidup dalam pusaran generasi milenial. Penanggung Jawab: Hardiyanto, Redaktur: Darmono, Redaktur Pelaksana: Bambang Sunaryo, Penyunting/Editor: M.Maulana, S.I.Kom, Edy Haryana, S.Sos, Desain: Muhammad Ali, Adhiguna Suryadi, Mulyadi, Fotografer: Timbul Priyono, Topik, Kurniawan, Sekretariat: Nurlailah, Fira Desiana Nasril, Suhandi, Imam Ahmad Al Hushori, Sutarsono. S.sos, Ali Imron Rasidi, Rr. Dwitya Suci, Pradityo Ariwibowo, Nur Sholeh, M. Kamal, Wira Suanda 2 2017 Liputan Khusus KOPERASI MENEMBUS GENERASI MILENIAL (Dok.Humas Kemenkop UKM) Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan arahan saat membuka workshop Pendidikan 3700 Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Walisongo di Semarang, Senin 28 Agustus 2017. H arus diakui, suka atau tidak suka, nama, makna, dan peran koperasi dalam kancah perekonomian nasional, belum terlalu popular khususnya di kalangan kaum milenial atau mereka yang lahir pada kurun akhir 1990-2000an. Sampai-sampai, ada sebuah survei yang menyebutkan bahwa generasi milenial usia 17-30 tahun yang jumlahnya bisa mencapai 60% dari total penduduk Indonesia, tidak paham dan tidak tertarik pada koperasi. Tentu saja, fenomena dan fakta itu menggelitik Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga. Untuk itu, mantan Wakil Gubernur Bali dan Walikota Denpasar itu pun mengge lontorkan program strategis bertajuk Re-Branding Koperasi. “Saya berharap mahasiswa bisa menjadi ikon dalam upaya Re-Branding koperasi di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa. Tujuan Re-Branding itu agar generasi muda tahu, paham, dan tertarik berkoperasi,” tandas Menkop. Menkop menyebutkan, mahasiswa yang mampu bicara tentang koperasi itu kini menjadi sesuatu yang langka. “Saya berharap mahasiswa mampu menjadi motor dalam Re-Branding koperasi di kalangan generasi muda,” imbuh Puspayoga. Namun, Puspayoga mengakui, tidak bisa begitu saja mengajak mahasiswa dan generasi milenial lainnya untuk mengenal koperasi dengan cara ceramah, seminar, atau pun workshop. “Kami di Kemenkop UKM sedang merancang cara yang jitu dan tepat, agar Re-Branding koperasi bisa berhasil. Oleh karena itu juga, saya berharap mahasiswa yang sudah aktif berkoperasi bisa mengajak yang lainnya untuk mengenal dan memahami eksistensi koperasi,” kata Puspayoga. Hanya saja, lanjut Menkop, langkah awal dari Re-Branding koperasi sudah dimulai dengan menggulirkan program Reformasi Total Koperasi. Dimana nantinya dengan dimunculkannya koperasi-koperasi yang berkualitas akan membukakan mata kalangan generasi milenial tentang peran koperasi sebagai tulang punggung perekonomian nasional. “Saat ini, tak usah heran bila banyak koperasi sudah memiliki aset ratusan miliar hingga triliunan rupiah. Termasuk Kopma, bila dikelola dengan baik dan benar, bukan tidak mungkin bisa menjadi besar,” kata Puspayoga. Untuk itu, Puspayoga takkan terlalu gundah karena sudah ada dua Koperasi Mahasiswa (Kopma), yaitu Kopma UGM Yogyakarta dan UIN Walisongo Semarang, yang bakal jadi motor penggerak program re-Branding Koperasi di kalangan generasi milenial. “Di satu sisi, banyak generasi milenial tidak tahu dan paham benar tentang koperasi, namun di sisi lain saya menyaksikan ada Kopma Walisongo menerima 3.700 mahasiswa sebagai anggota baru koperasi,” kata Puspayoga. Puspayoga pun akan menjadikan Kopma Walisongo sebagai koperasi percontohan dalam mengembangkan Kopma-Kopma di seluruh Indonesia. “Untuk mengawal keberadaan 2017 3 Kopma, khususnya Kopma Walisongo, Kementerian Koperasi dan UKM akan membantu dalam melakukan pendampingan,” imbuh Menkop. Bagi Menkop, Indonesia saat ini tidak membutuhkan jumlah koperasi besar dalam kuantitas secara badan hukum. Melainkan terus mendorong koperasi berkualitas meski jumlahnya tidak banyak. “Salah satu indikator koperasi berkualitas itu apabila jumlah anggotanya selalu meningkat setiap tahun. Itu yang kita canangkan dalam program Reformasi Total Koperasi di seluruh Indonesia yang mencakup rehabilitasi koperasi, reorientasi koperasi, dan pengembangan koperasi,” kata Puspayoga. Selain pendampingan, lanjut Puspayoga, Kemenkop dan UKM juga akan memberikan pelatihanpelatihan bagi Kopma Walisongo di antaranya, pelatihan kewirausahaan dan manajemen perkoperasian. Tujuannya, agar mahasiswa mampu berkoperasi dengan baik dan benar. “Sedangkan dengan pelatihan kewirausahaan, saya berharap agar para mahasiswa setelah lulus nanti bisa mengubah pola piker dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja sebagai wirausaha,” papar Puspayoga. Kiprah kopma pun tak perlu diragukan lagi, Ketua Kopma UGM Akhmad Faqihuddin misalnya, mengungkapkan bahwa pihaknya pada 28 Oktober 2017 menyelenggarakan Olimpiade Koperasi Siswa Nasional 2017 di Kampus UGM. Pesertanya dating dari berbagai Koperasi Siswa se-Indonesia. “Materi yang dilombakan diantaranya semua tentang perkoperasian, dari mulai aturanaturan hukum (UU, Peraturan Menteri), hingga pengenalan koperasi,” katanya. Dia menambahkan, saat ini Kopma UGM memiliki anggota sebanyak 1.064 mahasiswa UGM dari berbagai fakultas. Selain itu, Kopma UGM 4 2017 (Dok.Humas Kemenkop UKM) Foto bersama Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga dengan pengurus Koperasi Mahasiswa UGM. juga memiliki beberapa unit usaha yang dikelola. Diantaranya, swalayan (minimarket) di kampus UGM, Warparpostel (logistik) kerja sama dengan JNE dan PT Pos dalan jasa pengiriman, konveksi untuk keperluan kampus dan sekolah-sekolah di sekitar kampus UGM, serta kafetaria atau semacam foodcourt di kampus UGM. “Kita juga baru mengembangkan program yang dinamakan Wirausaha Anggota. Dimana Kopma mendorong para mahasiswa anggota Kopma untuk menjadi wirausaha. Di samping itu, Kopma UGM di usianya yang 35 tahun aktif dan rutin mengadakan RAT,” tukas Faqihuddin. Sementara itu, Ketua Kopma Walisongo UIN Semarang Edi Hermawan menjelaskan, Kopma Walisongo terus mengalami peningkatan kinerja unit usahanya, seperti UKM Mart, fotocopy, produksi aksesoris, penjualan dan persewaan toga, katering Kopma, kafe, konter pulsa dan deposit. “Bahkan, saat ini, kami memiliki unit usaha baru seperti jasa service computer dan Galeri UIN. Ini merupakan sebuah inovasi berbasis keterampilan anggota. Jadi, usaha service komputer dan Galeri UIN merupakan buah dari keterampilan anggota Kopma Walisongo,” jelas Edi. Dengan jumlah anggota Kopma Walisongo lebih dari 14 ribu anggota, Edi mengatakan bahwa Kopma Walisongo memiliki rencana ke depan, yaitu ingin mengembangkan Kopma tidak hanya bergerak di dalam kampus. “Tapi, kita berupaya untuk mengembangkan Kopma di luar kampus. Yang mana, ini akan memberikan peluang buat Kopma agar bisa mengembangkan Kopma menjadi lebih maju dan dapat mensejahterakan anggota,” kata Edi Edi menjelaskan bahwa pihaknya memiliki beberapa strategi khusus dalam upaya menyosialisasikan koperasi di kalangan mahasiswa. Diantaranya, mengadakan kerja sama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan BEM tingkat universitas untuk melakukan sosialisasi koperasi. “Ini sangat penting, karena biasanya mahasiswa berkumpul dalam organisasi-organisasi tingkat kampus. Selanjutnya, kami juga melakukan kegiatan Pendidikan Anggota sesuai dengan standar Lembaga Pendidikan Perkoperasian (Lapenkop),” jelas Edi. Sayangnya, Edi mengakui, dukungan pihak kampus masih sangat minim. Mulai dari dukungan secara material maupun secara moral, pihak kampus masih belum memihak dengan koperasi secara nyata. Ditambah lagi, adanya Pusat Pengembangan Bisnis yang dibentuk pihak kampus, membuat gerak koperasi semakin sempit. “Selain itu, juga adanya kebijakan-kebijakan baru, sehingga koperasi mendapat perhatian yang minim dari kampus,” tandas Edi. Edi pun berharap Kementerian Koperasi dan UKM dapat memberikan perlindungan dan perhatian kepada Kopma, ketika ada kebijakan yang berpotensi kurang baik terhadap perkembangan dari Kopma. “Karena, masalah kebijakan dari instansi kampus sebagian besar perguruan tinggi cenderung memberikan dampak yang kurang baik terhadap kemajuan Koperasi Mahasiswa,” pungkas Edi.• Suroto Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis ( AKSES) Re-branding Koperasi Butuh Pembaharuan Regulasi K emenkop dan UKM telah menggulirkan konsep rebranding koperasi bagi generasi milenial. Ini upaya bagus untuk merehabilitasi kembali gerakan koperasi agar tidak ditinggalkan anak-anak muda. Untuk mengakomodir hal ini maka perlu langkah perbaikan regulasi. Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 1992 sudah tidak memadai untuk memberikan stimulasi daya tarik bagi pengembangan koperasi bagi generasi milenial di Tanah Air. Contoh paling kongkrit adalah mengenai keanggotaan koperasi. Menurut UU untuk mendirikan koperasi itu diperlukan 20 orang sebagai syarat awal. Akibatnya, anak-anak muda yang mau memulai bisnis menggunakan jalur koperasi tidak muncul. Mereka yang sudah aktif di Koperasi Mahasiswa (Kopma) waktu masih kuliah juga pada akhirnya tidak mau mengembangkan koperasi karena hambatan ini. Mereka pada akhirnya hanya jadi pekerja atau berbisnis secara kapitalis. Padahal, di luar negeri untuk mendirikan bisnis koperasi itu hanya perlu 2 orang saja. Ini juga diatur dalam International Co-operative Law Guidance. Maka idealnya dalam RUU koperasi yang sedang dibahas di parlemen harus mengakomodir ini. Perbedaan paling mendasar adalah kalau dalam perusahaan koperasi itu setiap orang mempunyai hak satu suara. Sedang di perseroan itu mereka yang mempunyai saham mayoritas maka merekalah yang tentukan keputusan perusahaan. Koperasi kalau ingin jadi alternatif bisnis secara natural dan ingin berperan besar dalam perekonomian maka harus mampu membongkar masalah ini. Kalau tidak, nanti ujungnya hanya akan terus terjebak dalam model koperasi lama yang orientasinya pada sekadar simpan pinjam terus-menerus. Paling tidak dalam UU perkoperasian yang baru nanti, untuk pengembangan jalur koperasi pekerja (worker co-op) dimana setiap pekerja jadi pemilik perusahaan yang cocok untuk anak muda itu diberikan pasal eksepsi dengan bunyi pasalnya yang dapat ditentukan oleh Menteri Koperasi dan UKM. Perubahan regulasi ini juga akan merombak paradigma masyarakat kalau akan mendirikan koperasi itu semudah mendirikan perseroan, namun tetap menjalankan prinsip koperasi. Hingga akhirnya koperasi dapat berkembang bukan sekadar sebagai figuran seperti sekarang ini namun pemeran utama dalam pembangunan bangsa. • 2017 5 Sekretariat UKM Harus Lebih Kompetitif dan Adaptif di Era Digital S aat ini, telah terjadi perubahan mindset, baik dalam pola pikir maupun dalam pola tindak, yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi digital di era digitalisasi. Untuk itu, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram berharap, perencanaan wilayah dan kota ke depan harus tetap pro terhadap koperasi dan UKM. “Artinya, simpul-simpul distribusi jasa dan produk harus benar-benar berbasis koperasi dan UKM. Jangan sampai dengan adanya jasa berbasis digital, kemudian produk-produk UKM men- jadi tersingkirkan,” kata Agus. Agus mengakui, bahwa pemerintah belum maksimal mengontrol aktivitas usaha di dunia maya, tentang produk mana saja yang dijual. Maka dari itu, menurut Agus, para UKM harus lebih kompetitif dan memiliki daya saing yang lebih kuat di era digital seperti saat ini. “Misalnya dengan memberikan sertifikasi dan standarisasi produk. Sehingga di dalam perkembangan wilayah dan kota ini, UKM bisa mengantisipasi dengan lebih adaptatif. Karena jika di era digital seperti ini, kemudian UKM masih menggunakan pola konvensional, maka dia akan tereliminir secara pelan-pelan,” tandasnya. Untuk itu, Agus mengharapkan, agar UKM dapat berkembang ke arah digital, khususnya UKM yang berbisnis di wilayah perkotaan. Karena menurut Agus, UKM saat ini sudah tidak lagi ketergantungan terhadap ruang, waktu dan jarak. “Jadi, walaupun di dalam ruang yang kecil, mereka bisa memiliki usaha dengan adanya teknologi digital, dan UKM juga harus mampu mengantisi6 2017 (Dok.Humas Kemenkop UKM) Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram memberikan sambutan sekaligus membuka Seminar Nasional “Perencanaan Wilayah dan Kota di Era Digital” di Aula Timur ITB. 23/9/17 pasi perkembangan wilayah dan kota yang semakin cepat. Dengan adanya Smart City itu, maka UKM juga harus smart,” harap Agus. Hingga saat ini, Kemenkop dan UKM juga terus melakukan sosialisasi guna menunjang percepatan UKM menuju digital. Salah satunya yaitu dengan menggelar pelatihan, seperti pelatihan e-commerce dan penggunaan teknologi digital dalam usaha. Upaya percepatan tersebut juga dimaksudkan agar kedepan, UKM sudah maksimal dalam berbisnis dengan memanfaatkan teknologi digital. Namun, Agus mengeluhkan sikap pengelola wilayah dan kota yang sudah jarang berkomunikasi dengan masyarakat dalam perencanaan wilayah dan kota. “Karena planning process itu butuh komunikasi langsung. Artinya, dia terjun ke masyarakat. Tetapi karena ini eranya digital, maka komunikasi langsung juga bisa dilakukan tanpa face to face,” keluhnya. Maka, menurut Agus, UKM harus memikirkan masa depan usahanya dengan perkembangan wilayah dan kota. Bahwa kedepan, akses untuk berbisnis akan jauh lebih mudah dengan adanya digital dan transportasi baru yang akan mempercepat proses distribusi produk. • Kelembagaan Seluruh Koperasi Wajib RAT Mulai 2018 M enuju koperasi sehat pada 2019 memerlukan tahapantahapan untuk pencapaiannya. Salah satu tahapan krusial yang juga menjadi target Deputi Kelembagaan Kemenkop dan UKM, adalah seluruh koperasi wajib melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) mulai 2018. Saat ini, dari 152 ribu koperasi yang terdata, setengahnya dalam kondisi kurang sehat, setengahnya lagi dalam kondisi sehat. Selain itu, sebanyak 40 ribu lebih koperasi sudah dibubarkan karena tidak aktif, hanya papan nama, dan abal-abal. “RAT sangat penting dan harus dilakukan oleh koperasi sebagai fungsi kontrol, misalnya ketika ada tindak penyimpangan maka anggota dapat mengetahui sehingga pengurus koperasi bisa segera mempertanggungjawabkannya,” kata Meliadi. Diakui Meliadi, meski sudah melakukan RAT, bukan jaminan bahwa koperasi tersebut sehat, karena harus dilihat dulu partisipasi anggota maupun aktivitas koperasi yang bersangkutan. Partisipasi anggota koperasi dalam RAT harus tinggi karena anggota merupakan elemen yang menentukan keberhasilan koperasi. “Anggota koperasi adalah pemilik koperasi sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi,” ungkapnya. Sebagai pemilik maka anggota berkewajiban untuk berpartisipasi dalam penyertaan modal koperasi dengan membayar simpanan, mengawasi, dan memegang kekuasaan tertinggi dalam rapat anggota. Sedangkan sebagai pengguna jasa atau pelanggan, anggota koperasi wajib untuk memanfaatkan fasilitas, layanan, dan jasa yang disediakan (istimewa) oleh koperasi.”Dalam RAT itulah partisipasi anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi dapat dimaksimalkan,” jelasnya. Namun pada kenyataannya partisipasi anggota koperasi dalam RAT masih rendah, terindikasi dari pelaksanaan RAT yang tampak masih sebatas acara seremonial, anggota cenderung tidak mencermati laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas, termasuk rencana program kerja koperasi, dan RAT sistem perwakilan belum menggambarkan demokrasi di koperasi.”Seharusnya didahului dengan rapat anggota kelompok dan pendapat dari kelompok dibawa ke RAT pleno oleh wakil yang ditunjuk kelompok bukan oleh pengurus,” katanya. Ada juga indikasi dalam pelaksanaan RAT masih banyak terjadi pengurus menjadi pimpinan sidang sekaligus menyampaikan laporan pertanggungjawabannya, padahal seharusnya pimpinan sidang dipilih dari anggota yang hadir sesuai Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 19/2015. Selain itu, kata dia, anggota belum memahami pemanfaatan fungsi kontrol yang melekat pada dirinya sebagai pemilik koperasi. Pembubaran Koperasi Pemerintah masih memberi ruang bagi koperasi bila keberatan dibubarkan. Penyampaian keberatannya dapat langsung ditujukan ke Kementrian Koperasi dan UKM, melalui Dinas Koperasi Wilayah/kab/ kota. Hanya saja peluang itu dibatasi selama enam bulan. Bila tidak mengajukan keberatan berarti setuju dengan keputusan pembubaran. Deputi Meliadi Sembiring mengatakan koperasi dapat dibubarkan jika tidak melaksanakan RAT selama tiga tahun berturut. RAT disebutnya merupakan kewajiban bagi koperasi dengan diikuti seluruh anggota. Kemudian kegiatan koperasi tidak boleh vakum selama tiga tahun. Aktivitas atau jenis usaha yang dijalankan harus tetap berjalan berkesinambungan. Pihaknya mencatat sampai saat ini dari 62.000 koperasi yang tidak aktif, koperasi yang sudah dibubarkan sebanyak 40.013 koperasi, terdiri 7.237 dibubarkan di tingkat dinas koperasi, dan 32.690 koperasi melalui pusat. “Jadi masih ada 12.000 koperasi tak aktif yang sedang kita teliti dan memberikan kesempatan pada pengurus untuk melakukan sanggahan,” kata Meliadi. • 2017 7 Produksi & Pemasaran Belum Optimalnya UMKM Manfaatkan Hak Cipta dan tenun untuk mendapatkan hak cipta. "Mereka yang mendapatkan fasilitas hak cipta adalah UMKM yang mampu memproduksi karya seni dan hasil kreativitas yang mencakup seni (Dok.N.Agung Nugroho) S ejatinya peluang bagi UMKM untuk mengurus hak cipta dan hak merek atas produknya telah dibuka lebar-lebar. Pemerintah melakui Kementerian Koperasi dan UKM misalnya secara khusus memberikan fasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual (hak cipta dan hak merek) atas produk dan desain UMKM untuk kegiatan dalam negeri dan luar negeri bagi UMKM. Sayangnya, program itu belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku UMKM di Tanah Air. Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM I Wayan Dipta mengatakan tercatat saat ini jumlah UKM di Indonesia setidaknya telah mencapai lebih dari 58 juta pelaku. Namun dari angka tersebut, yang mendaftarkan pembuatan hal cipta dan merek secara nasional kurang dari 3.000 setiap tahunnya. "Padahal, kami mempunyai fasilitas untuk membantu pelaku UKM untuk memperoleh hak cipta dan merek," katanya. Meski biayanya sudah digratiskan kata dia, namun kemauan pelaku UKM untuk mematenkan merek dan hak cipta masih belum optimal. Hal itu disadari juga, UKM yang memerlukan hak cipta dan merek di Indonesia memang tidak begitu banyak. Menurut dia, hal itu juga karena produk 8 2017 UKM di Indonesia banyak yang berada di sektor pertanian dan jasa. "Umumnya yang memerlukan hak cipta dan merek itu UKM yang berada di sektor kerajinan. Termasuk yang hasil produksinya dinilai masih original,” kata I Wayan Dipta. Produk-produk seperti ini yang rawan untuk ditiru, karena itu dibutuhkan perlindungan terhadap hak cipta dan hak mereka produk yang bersangkutan. Misalnya saat pameran di luar negeri, produk UMKM yang tak terlindungi hak mereka dan hak cipta, akan susah melakukan protes atau komplain atas produk mereka yang ditiru. Sehingga bisa dituntut di badan arbitrase misalnya dalam perkara sengketa dagang yang kemudian akan susah kalau tidak memiliki bukti-bukti otentik. Kemenkop UKM sendiri memfasilitasi untuk proses hak merek dan hak cipta para pelaku UKM. Tercatat setiap tahunnya, ada sebanyak 3.000 UKM yang mengajukan hak merek. Sementara untuk hak cipta, setiap tahunnya difasilitasi untuk sebanyak 600 UKM. Total yang difasilitasi pemerintah sejak 2015 mencapai sebanyak 1.500 hak cipta. UMKM yang mengurus di antaranya yang bergerak di bidang usaha pakaian dan batik, perhiasan dan aksesoris, kerajinan tangan, tas dan sepatu, serta songket rupa, seni gambar, seni lukis, seni patung, seni motif, karya rekaman suara, dan komposisi musik," kata Wayan. Ia mengatakan, standarisasi dan sertifikasi produk merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk KUMKM baik di pasar internasional dan dalam negeri. Hak cipta dan hak merek adalah salah satu bentuk sertifikasi produk yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Kekayaan intelektual inilah yang akan menjadi aset yang sangat berharga bagi UMKM dalam berinovasi dan berkreasi. Oleh karena itu, pemerintah memberi perlindungan terhadap kekayaan intelektual, khususnya terhadap produk-produk yang diperdagangkan. Waktu pendaftaran hak cipta yang semula selambat-lambatnya tiga bulan berubah menjadi selambatlambatnya 11 hari. Bahkan, secara online apabila dokumen lengkap dapat diselesaikan dalam waktu satu hari. Produk KUMKM yang strategis memiliki daya saing yang diprioritaskan diberi HKI, antara lain, pakaian dan batik, perhiasan dan aksesoris, kerajinan tangan, furniture, tas dan sepatu, serta songket dan tenun. Sedangkan untuk hak merek produk UMKM diprioritaskan pada produk UMKM yang telah memiliki pasar potensial. Sehingga, produk UMKM memiliki perlindungan karena memiliki merek dagang sendiri. • Restrukturasi Usaha Perlu Pendamping Usaha di Setiap Kecamatan K ementerian Koperasi dan UKM mengoptimalisasikan peran pendamping usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan memberdayakan koperasi di Tanah Air. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan daya saing KUMKM sehingga tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala lebih besar atau ‘naik kelas’ sekaligus dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Berdasarkan data Kemenkop dan UKM, tercatat 59.267.759 unit usaha mikro atau sekitar 99 persen, usaha kecil sebanyak 681.522 unit atau 1,15 persen, usaha menengah sebanyak 59.263 unit atau 0,10 persen dan 4.987 unit usaha besar atau 0,1 persen. Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Abdul Kadir Damanik mengatakan dengan jumlah pelaku usaha tersebut, terlihat adanya struktur ketidakseimbangan antara jumlah pelaku usaha mikro dengan usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. "Untuk itu, perlu dibantu mewujudkan pola kemitraan antara UMKM dan usaha berskala besar, sehingga UMKM mampu memperbesar omset dan meningkatkan pendapatan bagi karyawannya. Setidaknya bisa mencapai upah minimum di daerahnya," kata Abdul Kadir Damanik. Dia juga mengatakan, dengan jumlah UMKM yang besar dan sebarannya yang luas mencakup 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota dan sumber daya pembina yang terbatas, tenaga pendamping sangat strategis dan dibutuhkan. Saat ini, jumlah tenaga pendamp- (Dok.Humas Kemenkop UKM) Pelaku UKM di Sukabumi mendapat masukan dari pakar untuk mendorong peningkatan bisnis melalui PLUT. ing yang mampu direkrut oleh Kemenkop dan UKM sebanyak 4.242 orang terdiri dari PNS dan non PNS. Melalui sinergi dengan BDS di seluruh Indonesia terdapat tambahan tenaga pendamping sebanyak 2.253 orang sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 6.495 orang. "Tapi ini masih di bawah jumlah kecamatan yang ada sebanyak 7.000an. Baiknya 1 kecamatan 1 pendamping usaha," ujar Damanik. Terkait program peningkatan kualitas dan kapasitas tenaga pendamping di lingkungan UMKM, telah terbit Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor: 02/Per/M.KUKM/1/2016 Tentang Pendampingan KUMKM dan Permenkop Nomor 24/Kep/M.KUKM/ VIII/2016 Tentang Komite Standar Kompetensi Bidang Koperasi dan UMKM. Kemudian, atas kerja sama semua pihak juga terbit Kepmen Ketenagakerjaan Nomor:181 tanggal 19 Juni 2017 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional. "Ke depan, tentunya kegiatan masih harus terus dilanjutkan dengan penyusunan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang akan ditetapkan dengan keputusan Menteri Koperasi dan UKM," tukas dia. Hingga saat ini Kemenkop dan UKM telah memfasilitasi pembangunan PLUT sebanyak 51 unit, terdiri dari 24 unit PLUT tingkat provinsi dan 27 PLUT tingkat Kabupaten/Kota. Sementara untuk tahun 2017, Kemenkop dan UKM bekerja sama dengan Pemprov Kaltim mengembangkan program PLUT Mandiri dan akan direplikasi secara lebih luas pada tahun-tahun berikutnya. Lingkup pelayanan PLUT KUMKM meliputi SDM melalui pelatihan. Produksi sendiri dilakukan melalui akses bahan baku, pengembangan produk, diversifikasi produk, standarisasi dan sertfikasi produk, serta aplikasi teknologi. Sementara pembiayaan meliputipenyusunan rencana bisnis, proposal usaha, fasilitasi dan mediasi ke lembaga keuangan bank dan non bank, pengelolaan keuangan, dan advokasi permodalan. Pemasaran meliputi informasi pasar, promosi, peningkatan akses pasar, pengembangan jaringan, pemasaran dan kemitraan, pemanfaatan IT, serta pengembangan database yang terkait pengembangan KUMKM. • 2017 9 Sumber Daya Manusia Aplikasi Lamikro.com Segera Diluncurkan (Istimewa) K eresahan para pelaku usaha mikro terkait sulitnya mengakses dana atau pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya karena dinilai belum bankable segera teratasi. Pasalnya, dalam waktu dekat Kementerian Koperasi dan UKM dalam hal ini Deputi bidang Pengembangan umber Daya Manusia akan meluncurkan sebuah aplikasi keuangan sederhana berbasis cyber yang diberi nama Laporan Akuntansi Usaha Mikro atau Lamikro. Aplikasi online www.lamikro. com ini dapat diakses melalui handphone android, iphone, laptop. Dengan mengklik www.lamikro.com, pelaku usaha mikro dapat dengan mudah belajar bahkan langsung praktik membuat laporan keuangan dengan baik dan benar. Deputi bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM, Prakoso BS 10 2017 menjelaskan, aplikasi ini dirancang dengan sangat sederhana dan ramah digunakan, sehingga pelaku usaha mikro diharapkan dapat dengan mudah belajar tentang membuat laporan keuangan, dari pembukuaan harian hingga membuat neraca rugi/laba. Prakoso menuturkan, latar belakang dibuatnya aplikasi ini karena selama ini dalam berbagai pelatihan yang digelarnya, pelaku usaha mikro banyak mengeluhkan tentang susahnya membuat pembukuan atau akuntasi keuangan dengan benar yang disyaratkan lembaga keuangan. Akibatnya, mereka selalu ditolak saat mengajukan pinjaman ke bank atau lembaga keuangan lainnya. “Atas dasar keluhan tersebut, kami berinsiatif membuat aplikasi ini (www.lamikro.com). Dengan aplikasi yang dibuat sangat sederhana dan mudah ini diharapkan mereka (pelaku usaha mikro) dapat belajar dan langsung praktik membuat laporan keuangan,” kata Prakoso. Dengan bisa membuat laporan akuntasi keuangan yang baik dan benar, kata Prakoso, pelaku usaha mikro dapat memenuhi persyaratan yang diwajibkan oleh perbankan atau lembaga keuangan lainnya saat mereka akan mengajukan pinjaman. “Kami berharap dengan memdapat pinjaman atau tambahan modal, pelaku usaha mikro segera naik kelas menjadi usaha kecil hingga menengah,” harapnya. Selain itu, lanjutnya, melalui aplikasi berbasis internet tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM dapat memperoleh data yang valid tentang keberadaan usaha mikro di Tanah Air. Bukan hanya itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga dapat memantau perkembangan mereka. Asisten Deputi bidang Kewirausahaan dan Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM, Budi Mustopo menambahkan, aplikasi tersebut sebenarnya sudah bisa diakses, namun masih dalam tahap uji coba. Sampai saat ini sudah ada sekitar 200-an pelaku usaha mikro yang memanfaatkan fasilitas ini. “Kami rencanakan aplikasi ini dapat di luncurkan secara resmi paling lambat akhir tahun ini,” katanya. Budi menambahkan, dengan menggunakan Aplikasi Laporan Keuangan Akuntansi ini diharapkan para pelaku usaha mikro seluruh Indonesia dapat memonitoring aktivitas keuangannya. “Aplikasi pembukuan ini dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Dan sengaja dirancang untuk menjadi fleksibel dengan banyak pilihan berbasis pengguna,” pungkasnya. • Layanan Pembiayaan Membangun Koordinasi Strategis Membentuk Jamkrida H ingga kini porsi kredit UMKM pada perbankan nasional tercatat hanya sebesar 20,4% atau sekitar Rp900,39 triliun, dari total keseluruhan yang mencapai Rp4.413,41 triliun. Artinya, UMKM masih diidentifikasi sebagai unit bisnis yang berisiko tinggi, tidak terkelola dengan baik, lemah dalam administrasi, dan tidak memiliki agunan yang disyaratkan perbankan. Dengan kondisi seperti itu, maka kehadiran perusahaan penjaminan kredit atau Jamkrida di seluruh Indonesia, ibarat sebuah jantung di tubuh manusia. Sayangnya, masih ada 16 provinsi yang hingga kini belum memiliki Jamkrida. Ke-16 provinsi yang belum memiliki Jamkrida adalah Aceh, Sumatra Utara (Sumut), Kepulauan Riau (Kepri), Lampung, Bengkulu, Jambi, DI Yogyakarta, Kalimantan Utara (Kaltara), Sulawesi Utara (Sulut), Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Tenggara (Sultra), Sulawesi Tengah (Sulteng), Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. “Padahal, pembentukan Jamkrida merupakan social engineering yang nyata bagi UMKM agar memiliki akses ke lembaga perbankan terkait perkuatan permodalan,” papar Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Yuana Sutyowati. Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian Dalam Negeri dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan koordinasi strategis guna pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) atau Jamkrida di 16 provinsi yang belum memiliki perusahaan penjamin tersebut. “Kami akan melakukan penguatan akses kelembagaan secara sistemik, termasuk membangkitkan komitmen para kepala daerah khusus- nya Gubernur, untuk segera mendirikan Jamkrida,” kata Yuana. Sampai saat ini, telah terbentuk 21 perusahaan Penjaminan Kredit, dimana 18 diantaranya dimiliki Pemda seperti Jawa Timur (Jatim), Bali, Riau, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat (Jabar), Sumatra Barat (Sumbar), Kalimantan Selatan (Kalsel), Sumatera Selatan (Sumsel), Kalimantan Tengah (Kalteng), Bangka Belitung (Babel), Banten, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur (Kaltim), Papua, Jawa Tengah (Jateng), DKI Jakarta, Kalimantan Barat (Kalbar), dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Secara nasional, total aset seluruh Jamkrida sebesar Rp16 triliun, dimana Rp14 triliun merupakan aset Perum Jamkrindo. Selebihnya, sebesar Rp2 triliun adalah aset 18 PT Jamkrida. Tercatat Jamkrida dengan asset terbesar adalah PT Jamkrida DKI Jakarta sebesar Rp316 miliar. Hanya saja, kata Yuana, dengan jumlah aset itu, kinerja yang diukur dari jumlah kredit yang dijamin belumlah optimal. “Untuk itu, lembaga keuangan khususnya perbankan diharapkan memanfaatkan potensi yang dimiliki PT Jamkrida untuk meningkatkan akses pembiayaan UMKM. Dengan demikian, target pemerintah terkait kredit berjaminan pada 2019 sejumlah 25% dapat tercapai,” tukas Yuana. Menurut Yuana, penjaminan kredit di daerah merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses kredit yang berfungsi sebagai penambah keyakinan kreditur terhadap potensi risiko kredit. “Dampak yang ditimbulkan adanya penjaminan kredit adalah peningkatan jumlah kredit yang disalurkan kreditur terhadap debitur khususnya KUMKM, yang diukur dari besaran Gearing Ratio,” kata Yuana. Sementara itu, Kepala Biro Hukum Kemendagri Widodo Sigit Pudjianto menegaskan tahun ini ditargetkan semua provinsi sudah memiliki Jamkrida. “Karena ini merupakan amanah Presiden RI yang tertuang dalam Nawacita, dimana negara harus hadir dalam pemberdayaan UMKM di seluruh Indonesia,” tandas Widodo. Dengan adanya Jamkrida, lanjut Widodo, maka manfaat besar bisa diambil oleh UMKM di antaranya, usaha mikro dan kecil lebih berkesempatan mendapatkan kredit tanpa harus menyediakan jaminan atau agunan yang kerap kali tidak dimiliki oleh para pelaku UMKM. Dengan begitu, mereka tidak akan lagi terjerat rentenir yang mencekik. • 2017 11 LPDB KUKM LPDB-KUMKM Menuju Lembaga Inklusif juga mengungkapkan bahwa LPDB sedang fokus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis syariah yaitu dengan meluncurkan (Dok.Humas Kemenkop UKM) Dirut LPDB KUMKM Braman Setyo memberikan sambutan dalam acara sosialisasi Direktorat Pembiyaan Syariah LPDB KUMKM. L embaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) di bawah kepemimpinan Braman Setyo mengusung paradigma baru yakni ingin menjadikan LPDB-KUMKM sebagai lembaga yang inklusif. Selanjutnya diharapkan dengan paradigma baru itu LPDB-KUMKM bisa menjalin kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders yang membidangi koperasi dan UKM di daerah dalam program penyaluran dana bergulir. “Hal yang ingin saya sampaikan bahwa selama ini timbul kesan di tataran dinas bahwa LPDB itu eksklusif. Oleh karena itu, saya ingin lembaga ini inklusif, tidak eksklusif. Kalau ekslusif, kita tidak akan punya teman,” kata Braman. Braman akan menjadikan dinas koperasi dan UKM sebagai ujung tombak untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev), sekaligus mengupayakan pengembalian dana bergulir yang telah disalurkan kepada mitra LPDB-KUMKM. Menurut dia, selama ini LPDB terkesan sangat eksklusif. Dinas yang mempunyai kewenangan membina koperasi 12 2017 dan UKM di daerah serinngkali tidak dilibatkan dalam program penyaluran dana bergulir. Sehingga praktis nilai bantuan perkuatan modal yang diberikan tidak diketahui jumlahnya. “Ini nanti kita lakukan bersama. Saya inginkan nanti ketika koperasi yang ada di lingkup daerah masingmasing setelah dapat persetujuan dari LPDB, akan kami informasikan berapa dana yang dikucurkan LPDB kepada dinas setempat,” ungkap Braman. Ia ingin dana bergulir yang disalurkan bisa tepat sasaran, yakni kepada mitra yang benar-benar memenuhi syarat kelayakan sebagai penerima. Misalnya koperasi yang berkualitas dan UKM yang kegiatan usahanya produktif. Maka keterlibatan dinas untuk menilai kelayakan koperasi dan UKM sangat diperlukan, kata Braman. “Banyak kasus terjadi saat ini. Jadi saya berharap dinas kiranya bisa kita sinergikan tentunya agar kita bisa bekerja sama dalam rangka penyaluran dana bergulir sehingga tidak terhambat,” tandasnya. Mantan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur itu direktorat khusus pembiayaan syariah. Upaya ini diharapkan dapat menjadi opsi bagi pelaku UKM termasuk koperasi untuk mengembangkan sayap bisnisnya. Namun diakuinya penyerapan dana bergulir dari LPDB yang pada 2017 ini sebesar Rp1,5 triliun faktanya memang masih kurang merata. Mayoritas program pembiayaan ini masih terfokus di Sumatra dan Jawa. Sementara di wilayah lain seperti Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan lainnya masih tergolong rendah. Sementara untuk mendukung gerakan wirausaha pemula, pihaknya juga memformulasikan program bantuan pendanaan yang spesifik. Dia juga mengharapkan konsep pembiayaan bagi bisnis start up itu dapat segera digulirkan. Kepala Dinas koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur Mas Purnomo Hadi mengusulkan perlunya penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU), ataupun Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam membentuk mitra strategis yang dimaksud. Dengan begitu jenjang pembinaan mulai dari tingkat kabupaten-kota, hingga provinsi dapat terarah. “Saya pikir lebih baik dilakukan (PKS) untuk meningkatkan kualitas pelayanan di semua lini, sehingga semua bisa berjalan lancar, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyaluran dana bergulir,” tukas Mas Purnomo. • LLP-KUKM SMESCO Gandeng UMN Kembangkan Kewirausahaan M elibatkan perguruan tinggi untuk menumbuhkan lebih banyak wirausaha baru dianggap sebagai salah satu cara yang sangat efektif, sebab perguruan tinggi selama ini terbukti menjadi wadah bibit-bibit unggul generasi muda yang akan memimpin masa depan bangsa. Oleh karena itulah Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM) sebagai pengelola Smesco Indonesia menggandeng salah satu perguruan tinggi ternama di ibukota yakni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) untuk bersama-sama mengembangkan dan mencetak wirausaha muda. Terlebih sebagai perguruan tinggi berplatform modern, UMN dinilai sangat ideal untuk bisa menjadi wadah bibit wirausaha muda yang mumpuni di bidang teknologi dan informasi. Direktur Utama LLPKUKM Emilia Suhaimi mengatakan kerja sama dengan UMN salah satunya akan mencakup soal pengembangkan laboratorium kewirausahaan. ’’UMN kami gandeng sebagai mitra kerja baru untuk mengembangkan kewirausahaan dan mendukung Smesco sebagai tulang punggung dan menjadikan laboratorium kewirausahaan,” ujar Emilia. Bahkan, kata Emilia, kerja sama tersebut diperkuat dengan nota kesepahaman yang bertujuan untuk memperkuat sinergi dan menyelaraskan program serta kegiatan kewirausahaan kemahasiswaan khususnya untuk bidang KUMKM. Selain itu, kata Emilia, UMN yang berbasis IT sepakat bersama Smesco mempersiapkan technopre- (Dok.Humas Kemenkop UKM) Direktur Utama LLP-KUKM Emilia Suhaimi MoU dengan Universitas Multimedia dalam hal mengembangkan dan mencetak usaha. neur yang potensial dan menjadikan Smesco Gallery Indonesia WOW sebagai laboratorium kewirausahaan. “Smesco bersama UMN juga akan menjalin dan mengembangkan hubungan bisnis para start-up entrepreneur,’’ kata Emilia. Emilia juga berharap kerja sama tersebut mendorong semakin banyak mahasiswa di Indonesia secara umum agar bisa mengubah paradigm dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Menurut Emilia, kini sudah banyak kemudahan yang disediakan pemerintah untuk membantu wirausaha pemula semakin berkembang. “Untuk pemasaran misalnya, mereka bisa menjadi mitra Smesco yang akan terus dibimbing dan dibina sampai bisa terjun ke pasar ekspor. Untuk ekspor pun beberapa kami fasilitasi termasuk untuk berpromosi dalam pameran baik di dalam maupun di luar negeri,” katanya. Emilia sekaligus berharap ke depan Smesco Indonesia bisa menjadi salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan generasi muda yang ingin menjadi wirausaha untuk mengembangkan usahanya. Sebelumnya, Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Ninok Laksono mengatakan salah satu usaha yang dapat bisa diciptakan lulusan sarjana adalah membuat perusahaan rintisan atau startup. Namun, kata dia, membuat startup perlu inovasi dan menggunakan teknologi yang tinggi, sehingga dapat bersaing dengan startup dari negara lain. “Jadi membuat startup itu jangan hanya punya saja, tetapi harus terus berinovasi dan menggunakan teknologi. Ini adalah tahap yang paling canggih. Dan kita harapkan adanya terobosan dari startup yang sudah ada,” tandasnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah wirausaha Indonesia sebanyak 7,9 juta atau 3,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 252 juta orang. Jumlah wirausaha tersebut tergolong masih kecil dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang sudah mencapai sebesar 5 persen dari penduduknya. • 2017 13 Pengawasan Cegah Koperasi Jadi Wadah Pencucian Uang M odus kejahatan di industri jasa keuangan dan koperasi semakin beragam seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Maka untuk meminimalisasi masalah tersebut tidak berkembang, Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM mengeluarkan kebijakan untuk penangkal kejahatan di industri tersebut, khususnya koperasi. Kebijakan tersebut berupa Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/V/2017 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Koperasi yang Melakukan Kegiatan Simpan Pinjam. Kepmen ini salah satunya bertujuan untuk mencegah dan melindungi koperasi dari tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Permenkop itu memiliki ruang lingkup pengawasan aktif pengurus, pengelola dan pengawas, kebijakan dan prosedur, pengendalian internal sistem informasi dan pelaporan, dan SDM serta peningkatan kapasitas bagi koperasi. “Dalam pelaksanaannya, regulasi baru ini dilakukan secara berjenjang sesuai dengan cakupan wilayah keanggotaan koperasi,” kata Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM, Suparno pada acara sosialisasi bertema pencegahan dan penindakan 14 2017 investasi ilegal tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris bagi koperasi, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Pihaknya menyatakan akan mengawasi koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas provinsi. Untuk wilayah keanggotaan lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi pengawasan akan dilakukan oleh Gubernur. Sedangkan koperasi yang keanggotaannya hanya dalam satu wilayah kabupaten/kota pengawasannya akan dilakukan oleh Bupati/Walikota. Sebagai anggota komite TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang), lanjut Suparno, Kemenkop dan UKM bertanggung jawab untuk turut serta menjaga nama Republik Indonesia sehingga dapat memenuhi rekomendasi yang disampaikan oleh Financial Action Task Force (FATF). “Untuk itu, kami sudah melakukan beberapa upaya. Di antaranya, penandatanganan MoU pencegahan pencucian uang dengan PPATK pada 17 Oktober 2016, kerja sama pelatihan dengan PPATK di beberapa daerah bagi koperasi yang mempunyai kegiatan usaha simpan pinjam,” paparnya. Selain itu, juga telah disiapkan beberapa koperasi yang telah dilatih oleh Kemenkop dan UKM dan PPATK dalam rangka persiapan kunjungan dari Tim FATF. “Kita juga telah melakukan kegiatan sosialisasi Permenkop ini di tiga tempat, yaitu Jambi, Tasikmalaya, dan Jember,” imbuh Suparno. Di samping itu, kata Suparno, untuk melindungi KSP, Kemenkop dan UKM sudah menjalin kerja sama pemberantasan investasi bodong dalam Satuan Tugas Waspada Investasi. Satgas ini beranggotakan OJK, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti), Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Bareskrim Mabes Polri, Kejaksaan Agung, Kemenkop dan UKM, Kominfo, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). “Satgas ini pula yang nantinya akan dimaksimalkan memberantas koperasi yang jadi wadah pencucian uang. Selain Satgas di pusat, pengawasan pencegahan pencucian uang juga akan dilakukan di daerah-daerah dengan pembentukan Satgas Pengawasan Koperasi di provinsi dan kabupaten/kota,” tandas Suparno. Untuk mencegah koperasi masuk dalam kategori investasi bodong dan pencucian uang, menurut dia, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, legalitas koperasi dimana koperasi harus memiliki izin usaha sesuai dengan bidang usahanya. Misalnya, KSP atau unit simpan pinjam. Kedua, harus sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi berdasarkan hasil keputusan RAT. Ketiga, koperasi harus fokus untuk kesejahteraan anggotanya, bukan ke luar dari fokus ke anggota. Dengan begitu maka ke depan diharapkan koperasi tidak menjadi wadah pencucian uang bahkan pendanaan terorisme. • Inspirasi UKM Perjuangan Sukses Pembuat Roti Gaplek (Dok.Pribadi) S uatu kesuksesan tidak akan datang secara tiba- tiba. Kesuksesan bisa diraih dengan ketekunan, keuletan, kerja keras, penuh perjuangan, pengorbanan dan pantang menyerah dalam menjalani setiap proses. Maka sukses memerlukan perjalanan panjang. Itulah prinsip hidup yang dipegang teguh oleh Yadi Putra Prima yang sering dipanggil dengan Mas Yadi, warga Desa Tangulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Yadi yang pernah mendapatkan bantuan Wirausaha Pemula (WP) dari Kementerian Koperasi dan UKM ini, kini bisa dibilang telah meraih sukses menjadi pengusaha roti berbahan baku gaplek bermerek “Mutiara Prima Bakerry” yang sekarang beromset ratusan juta perbulan. Kesuksesan ini tidak diraih dengan mudah, namun butuh perjuangan dan perjalanan panjang. Mas Yadi yang lahir di Wonogiri, 23 Oktober 1975 itu pernah bekerja menjadi buruh bangunan di Jakarta. Pada 1990 ia pulang lalu melanjutkan sekolah di MTs di Madiun Jatim. Yadi bisa melanjutkan sekolah, berkat tak malu untuk ngenger (ikut orang) pemilik Yayasan Nurul Iman di Dusun Ngendut, Desa Pucanganom, Kebonsari, Madiun. Selama tiga tahun sekolah, Yadi bekerja membantu pemilik yayasan mengolah lahan pertanian. Setelah lulus MTs Yadi pulang ke Jatisrono dan melanjutkan sekolah di STM Pancasila 2 Jatisrono jurusan mesin industri hingga lulus pada 1998. Setelah itu Yadi bekerja sebagai kondektur Bus PO Sri Mulyo Agung Plaosan Magetan selama setahun. Pada 2001 ia banting setir bekerja sebagai sales roti. Dagangan roti dari Solo diloper ke wilayah Jatisrono dan sekitarnya, dengan mobil Suzuki Carry truntung (ST20). Mulai saat itu perlahan tetapi pasti Yadi belajar merintis jaringan. Setiap hari pelanggannya bertambah dan terus berkembang. Pada 2004 Yadi memberanikan diri untuk mulai memproduksi sendiri di rumah orang tuanya berupa roti semir seharga Rp500 perbuah. Omset penjualan 1 bulan kala itu sekitar Rp8 jutaan. Usaha itu dikerjakan oleh Yadi, 2017 15 (Dok.Pribadi) istri, dan adiknya. Namun, proses produksi hanya bertahan selama setahun. Pada 2005 ia berhenti berproduksi dan beralih ke usaha peternakan. Ia beternak sapi dan kambing dengan modal Rp20 juta. Namun, usaha ini tak memberikan hoki kepadanya, ia bahkan bangkrut ketika itu. Akhirnya Yadi kembali menekuni usaha roti dengan mengunakan merek “Mutiara Prima”. Kali ini Yadi melakukan terobosan melayani pesanan roti untuk pesta, hajatan, acara pengajian, dan lainnya. Produknya beragam mulai dari roti bolu gulung, mandarin, hingga krumpul sebagai bingkisan tamu undangan. Omset pun perlahan mulai naik. Yadi dan istri juga turut serta untuk memasarkan. Karena kerepotan menangani pesanan ia merekrut 3 karyawan bagian produksi. “Omset perbulan perlahan-lahan mulai naik mencapai Rp100 juta. Setiap tahun berkembang terus,” katanya. Kala itu untuk operasional pemasaran ia mengunakan mobil Suzuki 16 2017 Carry keluaran 1986. Sejak itu setiap tahun omset naik dan karyawan terus bertambah. “Saat ini sudah ada 27 karyawan,” kata Yadi. Karyawan terdiri dari bagian produksi 20 orang, 7 orang sales dengan kendaraan operasional sebanyak tiga unit mobil boks dan 1 unit mobil blind-fan (mini bus) untuk distribusi wilayah Wonogiri, Ponorogo, Madiun Magetan, Pacitan, Wonosari, Boyolali, dan Soloraya. “Omset perbulan mencapai Rp250300 juta. Merek dagang Mutiara Prima kini memiliki 17 jenis produk roti kering dan basah,” ujarnya. Yadi pun terus berusaha mengembangkan pemasaran produknya yang terbuat dari tepung mokaf atau gaplek. Pada Agustus 2017, ia mengikuti Festival Indonesia Moscow, Rusia. Dalam festival yang digelar di Kedutaan Besar Indonesia di Moscow ini, Yadi berhasil membuat warga Rusia terkesan. Kala itu Yadi membawa produk unggulannya, yakni roti kering kemasan kaleng yang dia beri nama Inagiri, akronim dari Indonesia Wonogiri. Sebanyak 100 kaleng Inagiri yang dibawanya langsung ludes pada hari pertama kegiatan. Hari berikutnya, Yadi hanya dapat mempromosikan produk melalui selebaran berisi profil tempat usaha (company profile), katalog, kartu nama, dan melakukan business machting. “Inagiri ini memang bukan sembarang roti. Inagiri produk gluten free murni dari bahan tepung mokaf yang dipadukan dengan rempah asli, seperti cengkih, kayu manis, jahe, pala, dan sebagainya. Sebelum dipasarkan Inagiri sudah melalui tes laboratorium Balai Industri Semarang,” ungkapnya. Karena itu, tak heran jika dalam festival tersebut, Inagiri masuk 10 besar nominasi Food Start Up Indonesia. “Saya mendapat sambutan luar biasa dari Kedubes karena dinilai bisa mandiri dan semangat untuk go international. Selain itu warga Rusia sangat antusias menikmati Inagiri,” kata Yadi dengan bangga. • Tokoh Korporatisasi Petani Ala Luwarso (Dok.Humas Kemenkop UKM) P ersoalan ketahanan pangan, minimnya kesejahteraan petani, produksi rendah, rantai pasok yang sarat dengan pemburu rente menjadi masalah pertanian yang paling klassik. Bak benang kusut, masalah itu menjadi beban tersendiri bagi pemerintah. Adalah BUMR Pangan Terhubung di desa Sukaraja, Kabupetan Sukabumi, Jawa Barat yang berhasil mengurai kerumitan persoalan pertanian dan pangan itu. BUMR Pangan Terhubung ini pemiliknya bukan pengusaha kaya tapi para petani. Sahamnya dimiliki lebih dari 1.200 petani melalui Koperasi Ar-rohmah. BUMR Pangan adalah usaha produksi beras dari hulu hingga hilir, dari penanaman padi hingga pemasaran dalam satu sistem yang dikelola dalam skala industri. Otak dibalik berdirinya BUMR Pangan itu adalah Luwarso. Pria berkacamata ini mengisahkan membangun BUMR Pangan Terhubung melalui proses yang sangat panjang dimulai sejak 1994. Dia bercerita, awalnya dirinya hanya seorang penjual nasi goreng. Sebagai penjual nasi goreng, Luwarso wajib mendapatkan suplai beras yang 2017 17 (Dok.Humas Kemenkop UKM) Luwarso berfoto bersama Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga sambil memegang beras Caping Gunung produksi BUMR Pangan Terhubung. stabil. Namun kenyataan, seringkali kualitas beras yang didapat berbedabeda dan pasokannya kadang tidak menentu. Kondisi ini lantas mendorongnya membeli beras langsung dari penggilingan padi. Sejak itu, Luwarso mendapatkan kualitas beras secara konsisten. Bahkan dia memasarkan 100% produksi beras dari penggilingan padi tersebut ke sesama penjual nasi goreng, warung makan dan hotel. Namun, sejalan waktu, bisnis menjual beras diterpa badai. Penggilingan padi tersebut hendak dijual pemiliknya. Ini membuatnya harus memutar otak kembali, apalagi dia sudah terikat kontrak dengan perusahaan katering. Mau tidak mau, agar bisnis menjual 18 2017 berasnya berjalan terus, Luwarso memberanikan diri membeli penggilingan padi tersebut. “Penggilingan padi itu akhirnya kami miliki. Saya pikir masalah sudah selesai. Tetapi kenyataannya, muncul masalah lagi, gabah dari petani ajrutajrutan. Suplai gabah dari petani malah tidak menentu,” tutur Luwarso. Agar menjamin pasokan gabah lancar, dia langsung mencari petani dan membuat kesepakatan akan memasok ke penggilingan padinya. Di sini, Luwarso menemukan fakta berbagai masalah petani yang menyebabkan ketidakstabilan panen. Ternyata petani menghadapi berbagai faktor kendala, antara lain kekurangan modal untuk biaya produksi dan ke- mampuan teknis bertani yang masih rendah. Dia mengatakan, harus ada jalan keluar agar petani berproduksi dengan baik. Luwarso lantas mengajak para petani mendirikan BMT Rohmah. Lewat BMT Rohmah ini, petani yang kekurangan modal bisa mendapatkan pinjaman untuk membeli benih, pupuk dan lainnya. Dananya berasal dari hasil penggilingan padi. “Kami tidak mengenakan bunga atas semua pinjaman itu, berapa yang dipinjam petani sebesar itu juga yang dikembalikan. Hanya administrasi saja. Sumber dananya dari penggilingan padi,” kata Luwarso seraya mengatakan BMT Rohmah kemudian berubah menjadi Koperasi Ar-rohmah. Untuk memperkuat produksi, sebelumnya juga dibentuk Gapoktan SAPA (Sentra Pelayanan Agribisnis) sebagai wadah untuk mengembangkan pertanian dengan sekala yang lebih besar, sekaligus sebagai wadah dalam pengembangan sumberdaya manusia (petani anggota). Selain itu, badan usaha “PB. Tunggal Jaya” sebagai penyedia sarana produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan saprotan. Luwarso mengatakan banyak belajar bagaimana mengembangkan bisnis pertanian agar mampu menyejahterakan petani. Melalui SAPA, dikembangkan sistem IT pertanian, lembaga riset, badan usaha prosesing. Line Bisnis Setelah melalui proses yang cukup lama dan melihat keberhasilan pengelolaan SAPA, koperasi kemudian mendirikan PT BUMR Pangan Terhubung pada 2016 yang fokus pada pengembangan bidang pangan. Dalam wesbiste resminya, disebutkan BUMR adalah solusi terhadap kelemahan struktural koperasi, usaha kecil dan mikro untuk menjadi lembaga pelaku ekonomi yang memiliki posisi yang sejajar dengan badan-badan usaha lain sesuai dengan strategi pemberdayaan ekonomi Pancasila. BUMR Pangan Terhubung ini menjadi line bisnis koperasi. BUMR Pangan membeli seluruh panen petani, mengolahnya hingga distribusi dan pemasaran. Harga gabah dibeli diatas HPP, yakni 4.000 per kg. Selain itu ada unit riset pangan, unit pembiayaan, Saat ini ada lebih 1.200 petani dengan luas lahan 1.000 hektar yang tergabung dalam koperasi Ar-rohmah. Koperasi Ar-rohmah juga mengaplikasikan teknologi dalam proses produksi berasnya. Usaha tersebut memanfaatkan quadcopter nirawak untuk memeriksa keadaan tanaman padi dan juga aplikasi digital dalam perawatan tanaman. “BUMR Pangan menangani bisnisnya, sedangkan koperasi Ar-Rohmah berperan mewadahi petani, melakukan pendampingan kepada petani, memberikan pembiayaan kepada petani,” jelas Luwarso, yang merupakan ketua Koperasi AR-rohmah. Dia menyebut skala ekonomi dalam satu klaster pangan seharusnya dengan luasan lahan 5.000 hektar. Dengan konsep klaster pangan yang dibangun, Luwarso mengatakan banyak petani yang ingin tergabung, sehingga dia yakin target 5.000 hektar lahan dapat tercapai. BUMR Pangan Terhubung kini memiliki unit usaha penggilingan padi modern, dengan produksi 1,5 ton beras per jam, unit jaringan pemasaran yang luas, dan unit sistem pertanian terpadu. Jaringan pemasaran dilakukan oleh BUMR langsung ke konsumen yang disebut dengan supply chain management end to end. Pemasarannya dengan sistem online langsung ke konsumen, rumah makan, warteg, restoran, katering dan perhotelan. Dengan sistem ini, Luwarso mengatakan, pihaknya bisa mengelola stok dengan tepat sesuai kebutuhan konsumen. Beras dengan merek Caping Gunung itu, memiliki lima varian, yakni blue label, black label, gold (Dok.Widiarso Arso) label, green label dan red label. “Kami tidak pakai gudang. Panen hari ini, digiling hari ini, distribusikan hari ini. Jadi 23 jam harus sampai konsumen, Kalau ada gudang berarti saya harus ada ongkos logistik. Orang makan tiap hari kenapa harus disimpan di gudang,” kata Luwarso yang menjadi Founder di BUMR Pangan Terhubung. BUMR ini juga sudah memproduksi sendiri benih, pupuk, pestisida. Selain itu, melalui unit riset hendak dikembangkan produk ready to eat. Targetnya 30% dari total produksi menjadi produk siap saji. Untuk itu, pihaknya melakukan bekerjasama riset dengan lebih dari 10 perguruan tinggi. Dipuji Presiden Sistem bisnis pangan yang dibangun oleh Luwarso ini membuat banyak pihak tertarik. PT Pertamina (Persero) turun memberikan pembiayaan kepada petani dengan nilai Rp 13,4 juta per petani. Bahkan membuat Presiden Jokowi juga kepincut. Saat berkunjung ke BUMR Pangan Terhubung baru-baru ini, Presiden memuji BUMR itu karena konsep korporasi petani dilakukan secara menyeluruh dari mulai pengolahan sampai pemasarannya. Presiden bahkan meminta konsep koperasi dan BUMR Pangan direplikasi ke daerah lain. “Ini adalah sebuah pengkorporasian petani, ya ini. Contoh yang sudah konkret dan sudah saya lihat sejak awal sampai akhir, ini yang saya cari,” kata Jokowi. Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga mengatakan konsep BUMR Pangan akan dibangun di 65 klaster pangan di seluruh Indonesia. Puspayoga mengatakan koperasi harus menjadi basis ketahanan pangan nasional. Untuk mewujudkannya pengelolaan koperasi perlu direformasi dengan pengembangan ke arah korporatisasi. Sehingga pertanian tidak lagi hanya bicara soal teknis tapi juga bisnis. Dengan konsep ini, kluster pangan yang didirikan adalah berbasis koperasi yang beranggotakan petani. Koperasi kemudian mendirikan BUMR pangan berbentuk perseroan terbatas (PT) untuk menampung dan memasarkan produk petani. Dengan konsep kluster pangan, pertanian dari hulu hingga hilir dikelola dalam satu sistem sehingga tidak memberi celah masuknya tengkulak pangan. Luwarso yakin dalam satu tahun 65 klaster pangan yang ditargetkan dapat tercapai, jika koperasi mau serius dan pemerintah konsisten memfasilitasi dan mencari sistem pembiayaan. Investasi untuk membangun satu klaster diperkirakan mencapai Rp 48 miliar. Dia sudah menghitung, jika 65 klaster pangan, dengan skala ekonomi 5.000 hektar lahan terwujud akan memiliki nilai buku mencapai Rp 900 triliun pada tahun 2020. Cita-citanya, semua BUMR Pangan itu membentuk holding yang selanjutnya akan melantai di bursa saham. • 2017 19 Kabar Daerah Sukabumi, Ketika Koperasi dan UKM Tumbuh Seiring (Dok.Humas Kemenkop UKM) Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM meninjau stand UKM pada saat pameran Forum Kewirausahaan Pemuda Kabupaten Sukabumi. D alam sejarahnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan salah satu wilayah penggerak koperasi yang aktif. Bahkan ada saat ketika koperasi di kabupaten tersebut mencatatkan jumlah yang terbanyak dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat. Sayangnya seiring berjalannya waktu, banyak koperasi yang terhempas dan tak mampu bersaing, tidak melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), dorman, hingga tertinggal papan namanya saja. Meski beberapa koperasi yang lain mampu merespon perkembangan zaman dengan lebih baik. Kini, jumlah koperasi yang aktif di Kabupaten Sukabumi tertinggal sekitar 360 unit. Jumlahnya relatif kecil mengingat secara keseluruhan koperasi di Kabupaten Sukabumi mencapai 1.800 unit. Di sisi lain, jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di Kabupaten Sukabumi tumbuh terus dan kini mencapai 27.000 unit usaha. Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten 20 2017 Sukabumi Asep Jafar mengatakan saat ini cukup banyak jumlah koperasi di Kabupaten Sukabumi yang tercatat, namun yang koperasi aktif kurang tidak lebih dari 400 unit. “Meskipun kondisinya seperti itu dengan dukungan Bupati, kami akan terus mendorong pelaku koperasi agar bisa meningkatkan kualitas koperasi yang ada di Kabupaten Sukabumi,” katanya. Untuk mendukung upaya perkuatan permodalan koperasi misalnya, setiap koperasi biasanya mengajukan bantuan ke pemerintah pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM. Dan agar dana bantuan tak disalahgunakan, Asep menekankan, instansi yang dipimpinnya selalu ikut mengawasi. Namun bentuk pengawasannya pun kadang sulit dilakukan. “Cukup sulit memang. Mereka sudah pandai mencari bantuan dari pusat,” tambah Asep. Ke depan Asep mengaku akan lebih memperketat proses seleksi bagi koperasi yang akan mengajukan bantuan ke pusat. Langkah itu perlu dilakukan agar bantuan yang diberikan bisa dipergunakan seb- agaimana mestinya sesuai peruntukkan. “Kalau untuk pembekuan bagi koperasi yang tersandung hukum belum bisa kita lakukan. Yang diduga terlibat itu mungkin hanya ketua dan beberapa pengurus lainnya,” ucapnya. Asep mengatakan pihaknya akan terus mendampingi setiap koperasi. Utamanya membantu pengembangan koperasi agar lebih maju. “Jika dikelola dengan baik, tentunya konsep pemberdayaan masyarakat dengan koperasi bisa berdampak baik, khususnya dari sisi kesejahteraannya,” katanya. Berbanding terbalik dengan koperasi, saat ini ribuan usaha rakyat di Kabupaten Sukabumi bermunculan seiring dengan berkembangan media digital, khususnya media sosial. Kini tak kurang dari 27.000 UMKM yang tercatat di Kab Sukabumi. “Faktor utama keberlangsungan UKM produksi adalah modal dan pasar. Saat ini banyak yang mencoba namun gagal karena kedua faktor tersebut. Kita sedang inventarisir agar Pemkab Sukabumi bisa memberikan bantuan,” jelas Asep Jafar Dari 27.000 UKM di Kabupaten Sukabumi, 30 persennya adalah sektor produksi seperti perajin. Dari jumlah ini hanya 60 persennya yang baru bisa diakomodir promosinya oleh pemerintah daerah melalui gerai Dekranasda. Perkembangan UMKM di Kabupaten Sukabumi, juga didukung oleh PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) Kabupaten Sukabumi, yang merupakan salah satu PLUT teraktif. • Galeri Foto MENTERI KOPERASI DAN UKM PUSPAYOGA MENYERAHKAN AKTA KOPERASI DAN BANTUAN PEMERINTAH BAGI WIRAUSAHAWAN PEMULA DI PONDOK PESANTREN AL-MASTHURIYAH DIDAMPINGI PIMPINAN PONDOK PESANTREN AL MASTHURIYAH K.H. ABDUL AZIZ DI SUKABUMI. 31 Agustus 2017 MENTERI KOPERASI DAN UKM PUSPAYOGA BERFOTO BERSAMA PADA ACARA GEBYAR PENDIDIKAN 3700 ANGGOTA (PAG) XIV KOPERASI MAHASISWA WALISONGO, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG, JAWA TENGAH, SENIN (28/8). 2017 21 Galeri Foto MENTERI KOPERASI DAN UKM, AAGN PUSPAYOGA BERDIALOG DENGAN PENGURUS KOPERASI SIMPAN PINJAM PATUH ANGEN DI DESA LENDANG BATU, KAYANGAN, KABUPATEN LOMBOK UTARA, NUSA TENGGARA BARAT, SABTU (16/9/217). SEKRETARIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM AGUS MUHARRAM BERFOTO BERSAMA DENGAN KOPMA PEMENANG LOMBA PADA PENUTUPAN JAMBORE KOPERASI MAHASISWA (KOPMA) NASIONAL 2017 DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI), KAMIS (14/9/17). 22 2017