Struktur APBN

advertisement
Struktur APBN
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
 Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat,
pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus
memiliki rencana yang matang. Rencana tersebut akan dipakai
sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan tugas negara termasuk
pula dalam hal pengurusan keuangan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
 Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana
triliunan rupiah melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan
rangkaian aktifitas yang melibatkan banyak pihak termasuk
departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal ini
sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar dana APBN
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
 Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk Undang-
undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban menyusun dan
mengajukan Rancangan APBN kepada DPR. RAPBN memuat
asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan
penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan
defisit dan kebijakan pemerintah.
Ruang Lingkup APBN
 APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang
ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening
Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank
Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening
tersebut.
Ruang Lingkup APBN
• Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang
terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan
pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan kata lain
pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi
penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan
dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN
adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran “on budget”
Perkiraan APBN
Perkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:
 penerimaan
 pengeluaran
 transfer
 surplus/defisit dan
 pembiayaan
Sejarah Format APBN
Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000
APBN menggunakan format T-account.
Format ini dirasakan masih mempunyai
kelemahan antara lain tidak memberikan
informasi yang jelas mengenai pengendalian
defisit dan kurang transparan sehingga perlu
disempurnakan
Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi Iaccount, disesuaikan dengan Government Finance
Statistics (GFS)
Tujuan Perubahan Format APBN
Tujuan perubahan format dari T-account ke Iaccount adalah :
Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN
Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan
pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN
Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan)
dengan budget negara lain
Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang
lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat
ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU
No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
T-Account
Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda
T-account mengikuti anggaran yang berimbang dan
dinamis
Dalam versi T-account, format seimbang dan dinamis
diadopsi. Seimbang berarti sisi penerimaan dan
pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama.
Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada
jumlah penerimaan, kemudian kekurangannya
ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari
sumber-sumber dalam atau luar negeri
T-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah
pusat dan pemerintah daerah
Versi T-account tidak menunjukan dengan jelas
komposisi anggaran yang dikelola pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan
akibat dari sistem anggaran yang terpusat
Pada format T-account, pinjaman luar negeri dianggap
sebagai penerimaan pembangunan dan
pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap
sebagai pengeluaran rutin
I-Account
Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran tidak dipisahkan atau
dalam satu kolom
I-account menerapkan anggaran
defisit/surplus
Dalam versi I-account, anggaran
surplus/defisit diadopsi. Perubahan –
perubahan itu dengan jelasnya
digambarkan oleh posisi overall
balance
I-Account (Cont’d)
Defisit/surplus adalah perbedaan antara
jumlah penerimaan dan hibah, dan
jumlah pengeluaran. Perbedaan negatifjumlah pengeluaran lebih besar daripada
jumlah penerimaan- berarti defisit.
Jika perbedaan adalah positif –jumlah
penerimaan dan hibah lebih besar dari
jumlah pengeluaran- itu berarti surplus.
Sumber – sumber pembiayaan untuk menutup
defisit mungkin berasal dari pembiayaan
dalam dan luar negeri
I-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
versi I-account dengan jelas menunjukan
komposisi jumlah anggaran yang
dikelola oleh pemerintah daerah
I-account, pinjaman luar negeri dan
pembayaran cicilannya dikelompokan
sebagai pembiayaan anggaran
Format I-Account APBN
Dengan format baru ini pinjaman luar
negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga
jumlahnya harus sekecil mungkin karena
pembayaran kembali bunga dan cicilan
pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN
di masa yang akan datang
Format I-Account APBN
A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak
II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan
II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri
II. Luar Negeri
Penjelasan Komposisi APBN
A.Penerimaan
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yang
meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya
yang merupakan sumber utama penerimaan APBN.
Selanjutnya Penerimaan Non Pajak, diantaranya penerimaan
dari sumber daya alam, laba BUMN
Penjelasan Komposisi APBN
B.Pengeluaran
Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun
anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun
anggaran yang sama. Berbeda dengan anggaran penerimaan
negara yang diperlakukan sebagai target penerimaan
pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran
pengeluaran merupakan batas pengeluaran yang tidak boleh
dilampaui.
B.Pengeluaran (Cont’d)
Secara Umum, proses terjadinya pengeluaran melalui 4 tahap,
yaitu:
1. Kewenangan Anggaran
2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran
3. Kewajiban
4. Realisasi Pengeluaran (outlays)
Penjelasan Komposisi APBN
C.Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dalam rangka program
desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil
penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus
Penjelasan Komposisi APBN
D.Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang
memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan
daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi
yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di
wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi
ketertinggalan dari propinsi lainnya.
Penjelasan Komposisi APBN
F. Defisit dan Surplus
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut
defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran
disebut surplus.
Penjelasan Komposisi APBN
G.Keseimbangan
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran,
yaitu : keseimbangan primer, dan keseimbangan umum.
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi
belanja tidak termasuk pembayaran bunga, sedangkan
Kesembangan Umum adalah total penerimaan dikurangi
total pengeluaran termasuk pembayaran bunga
Penjelasan Komposisi APBN
H.Pembiayaan
Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran.
Beberapa sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah
pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi,
penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri
meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang,
pinjaman program dan penjadwalan kembali utang
Proses Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)
Penyusunan APBN
Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama
Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan
penyusunan APBN. Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin.
Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan
bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan
anggaran belanja pembangunan
Penyusunan APBN
Proses penyusunan APBN dapat dikelompokkan
dalam dua tahap, yaitu:
1. Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR
2. Pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN
Penyusunan APBN
1.Pembicaraan Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara
pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal
pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan
rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi
penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan
pengeluaran. Tahapan ini diakhiri dengan finalisasi penyusunan
RAPBN oleh pemerintah
Penyusunan APBN
2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
Hal ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan Panitia
anggaran, maupun antara komisi dengan departemen. Hasil
pembahasan ini adalah UU APBN yang memuat alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan
yang disebut satuan 3.
2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana per departemen/lembaga,
sektor, sub sektor, program dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan
Menteri Membahas detail pengeluaran rutin berdasarkan
pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya yang
dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Untuk pengeluaran
pembangunan, Dirjen Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis
membahas detail pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan.
2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah
tersebut , maka pemerintah menggunakan APBN tahun
sebelumnya. Hal ini berarti maksimum yang dapat dilakukan
pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.
Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam dokumen-dokumen
berikut:
• Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku sebagai otorisasi untuk
pengeluaran rutin pada masing-masing unit organisasi.
• Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku sebagai otorisasi untuk
pengeluaran pembangunan untuk masing-masing proyek pada unit
organisasi.
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR), dokumen yang
menetapkan besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan
kerja di daerah yang selanjutnya akan dibahas anatara Kantor Wilayah DJA
dan Instansi Vertikal Departemen/ Lembaga untuk kemudian dituangkan
dalam DIK.
Lanjutan..
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Pembangunan (SPAAP),
dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan
untuk setiap proyek/bagian proyek yang selanjutnya akan dibahas
antara Kantor wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas untuk
kemudian dituangkan dalam DIP.
• Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dokumen otorisasi untuk
penyediaan dana kepada departemen/lembaga/pemerintah daerah
dan pihak lain yang berhak baik untuk rutin maupun pembangunan.
PERATURAN PELAKSANAAN:
 PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
 PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005
 PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
 PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis
Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
 PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran
dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2005
 PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL
PERUBAHAN FORMAT
ANGGARAN BELANJA
PEMERINTAH PUSAT :
1.
Penerapan sistem penganggaran terpadu
(unified budged), melalui penyatuan
anggaran belanja rutin dan anggaran belanja
pembangunan yang sebelumnya dipisahkan;
dan
2.
Reklasifikasi rincian belanja negara menurut
organisasi, fungsi dan jenis belanja, yang
sebelumnya dirinci menurut sektor dan jenis
belanja.

SASARAN PERUBAHAN
FORMAT ANGGARAN BELANJA
NEGARA
:
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan belanja negara, melalui:

a.
Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan
penganggaran dalam belanja negara
b.
Meningkatkan keterkaitan antara keluaran (output)
dan hasil (outcomes) yang dicapai dengan
penganggaran organisasi
Penyesuaian dengan klasifikasi internasional
PENELAAHAN RKA-KL DAN DIPA 2005
 Kementerian Keuangan cq. DJAPK menelaah kesesuaian RKA-KL
dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan maju; dan
 Bappenas menelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan
RKP.
Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua
Juli sampai dengan awal Agustus
 Kementerian Keuangan cq DJPbn menelaah kesesuaian antara
DIPA dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (yang diterbitkan
selambat-lambatnya November 2005)
PENYUSUNAN RKA-KL 2006 DAN
DIPA 2006
 Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan (cq DJAPK) dan Bappenas
dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus 2005
 Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat November
2005)
 Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling lambat minggu
kedua Desember 2005
 Kementerian Keuangan cq Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan
penelaahan kesesuaian antara konsep DIPA yang diajukan oleh
kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006
 Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat 31
Desember 2005
 Pelaksanaan APBN 2006 mulai 1 Januari 2006
Reformasi penganggaran :
a.
Unifikasi anggaran, yang mengkonsolidasi
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan;
b.
Penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah
(medium term expediture framework/MTEF), yang
mempererat perencanaan dan penganggaran serta
meningkatkan derajat prediksi kemampuan anggaran
jangka menengah; dan
c.
Penerapan penganggaran berbasis kinerja dan untuk
tingkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
pemerintah.
Struktur APBD
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan
peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan
Struktur APBD
Secara garis besar, struktur APBD terdiri atas pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah
• Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening
kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali
oleh daerah.
• Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah
dalam satu tahun anggaran
• Pembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah untuk
menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus
Struktur APBD
Pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD), dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
– PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
– Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil (Pajak dan Sumber
Daya Alam), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK).
– Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup hibah (barang
atau uang dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi
kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus,
serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.
Struktur APBD
Belanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak
langsung dan belanja langsung.
– Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini
terdiri atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
– Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan
terdiri dari belanja pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa,
dan belanja modal.
Struktur APBD
Surplus APBD
Surplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:
• Untuk pembayaran pokok utang
• Penyertaan modal (investasi) daerah
• Pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah
lain
• Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial, yang diwujudkan
dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang dianggarkan pada SKPD. Pembentukan dana cadangan juga
dapat dilakukan ketika terjadi surplus
Defisit APBD
•
•
•
•
•
Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat
bersumber dari:
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran
sebelumnya,
Pencairan dana cadangan,
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
Penerimaan pinjaman,
Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan
piutang
Klasifikasi APBD
Untuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi,
struktur APBD diklasifikasikan menurut
• urusan pemerintahan daerah
– 25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan daerah
– 8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerah
• organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Struktur APBD
A.Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah didefinisikan sebagai semua penerimaan uang
melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana,
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu
dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas:
 pendapatan asli daerah
 dana perimbangan
 lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pendapatan Asli Daerah
Kelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri atas
pajak daerah,
retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
–
–
–
–
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek
pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan
retribusi daerah. Sedangkan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
•
•
•
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat
Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak
daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dimasukkan ke dalam jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
jasa giro
pendapatan bunga
penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah
penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
pendapatan denda pajak
pendapatan denda retribusi
pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
pendapatan dari pengembalian
fasilitas sosial dan fasilitas umum
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan
Dana Perimbangan
Kelompok pendapatan daerah yang kedua adalah Dana
Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri
atas:
 dana bagi hasil (DBH)
 dana alokasi umum (DAU)
 dana alokasi khusus (DAK)
Lain-lain Pendapapatan yang Sah
Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang
mencakup:
 hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/




organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga
luar negeri yang tidak mengikat
dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/ kerusakan
akibat bencana alam
dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota
dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
Struktur APBD
B.Belanja Daerah
Untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, pemerintah daerah
membuat anggaran belanja setiap tahunnya. Belanja daerah ini meliputi
semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi
ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Struktur APBD
Dalam APBD, belanja daerah dirinci menurut
 urusan pemerintahan
(urusan wajib atau urusan pilihan)
 organisasi
 program
 kegiatan
 kelompok
 jenis
 obyek dan rincian obyek belanja
Belanja Daerah
Belanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak
langsung dan belanja langsung,
 Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak
langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
 Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja
yang terdiri dari:
 belanja pegawai,
 belanja barang dan jasa, dan
 belanja modal
Ketiga jenis belanja langsung untuk melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah ini dianggarkan pada belanja
SKPD bersangkutan.
Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut fungsi, bertujuan untuk keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Pengklasifikasian menurut fungsi
ini terdiri dari:









pelayanan umum
ketertiban dan ketentraman
ekonomi
lingkungan hidup
perumahan dan fasilitas umum
kesehatan
pariwisata dan budaya
pendidikan
perlindungan sosial
Struktur APBD
C.Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Dalam APBD,
pembiayaan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
pembiayaan.
Pembiayaan Daerah
Pembiayaan terdiri atas:
 Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima
kembali balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan mencakup:
 sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
 pencairan dana cadangan
 hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
 penerimaan pinjaman daerah
 penerimaan kembali pemberian pinjaman
 penerimaan piutang daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:
 pembentukan dana cadangan
 penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah
 pembayaran pokok utang
 pemberian pinjaman daerah
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu
menyusun:
– Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan
menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah
 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. RKPD ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah
Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:
– Rancangan kerangka ekonomi daerah
– Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah (mempertimbangkan prestasi capaian
standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan)
– Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum
tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD
berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:
 Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan
pemerintah dengan pemerintah daerah
 Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran
berkenaan
 Teknis penyusunan APBD
 Hal-hal khusus lainnya
Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD, kepala
daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang
dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan kebijakan umum
APBD yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah
selaku koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala
daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.
Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada
DPRD untuk dibahas paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran
berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun
anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah
Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan Kebijakan Umum
APBD yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum
APBD paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati,
pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan tahapan
sebagai berikut:
– Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan
– Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
– Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing
program
Kepala daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon
anggaran sementara yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas
paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah
bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas
selanjutnya disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran
sementara paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Kebijakan umum APBD serta PPAS yang telah disepakati
masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang
ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD
Download