tugas akhir perancangan ballast elektronik frekuensi tinggi untuk

advertisement
TUGAS AKHIR
PERANCANGAN BALLAST ELEKTRONIK FREKUENSI
TINGGI UNTUK LAMPU TL (FLUORESCENT) HEMAT
ENERGI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Stara Satu (S1)
Disusun oleh :
Nama
NIM
Program Studi
: Ahmad Yani
: 4140411-164
: Teknik Elektro
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Ahmad Yani
NIM
: 4140411-164
Program Studi
: Teknik Elektro
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul
: Perancangan Ballast Elektronik Frekuensi Tinggi
Untuk Lampu TL (Fluorescent) Hemat Energi
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Tugas Akhir yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keaslianya. Apabila ternyata dikemudian hari
penulisan Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang
lain,maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus besedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
( Ahmad Yani )
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN BALLAST ELEKTRONIK FREKUENSI TINGGI
UNTUK LAMPU TL (FLUORESCENT) HEMAT ENERGI
Disusun oleh :
Nama
NIM
Program Studi
: Ahmad Yani
: 4140411-164
: Teknik Elektro
Koordinator TA / KAPRODI
Pembimbing
( Yudhi Gunardi ST,MT )
( Yudhi Gunardi ST,MT )
ABSTRAKS
Kepopuleran dan banyaknya penggunaan dari jenis lampu fluorescent adalah karena lebih hemat
dan menghasilkan cahaya yang lebih terang. Kelemahan yang paling utama dan mendasar sekali dari
penggunaan jenis lampu fluorescent adalah bahwa lampu ini tidak dapat bekerja sendiri (tidak dapat
dihubungkan langsung dengan sumber jala-jala listrik). Untuk mengatasi masalah ini, maka dibutuhkan
suatu rangkaian Ballast.
Adanya rangkaian ballast yang terhubung dengan lampu fluorescent, jelas mempengaruhi
keluaran cahaya yang dihasilkan oleh lampu, dan efeknya mempengaruhi kualitas daya listrik yang di
konsumsi (masalah efisiensi, masalah harmonik, dan masalah faktor daya). Untuk itu, diperlukan suatu
metode dalam perancangan rangkaian ballast agar kualitas keseluruhan sistem menjadi lebih baik.
Perancangan Ballast Elektroinik yang terbaik adalah dengan ragkaian elektronik (disebut : ballast
elektronik) dan teknik pengoperasiannya dilakukan dengan menggunakan Rangkaian Resonansi.
Ballast elektronik dikembangkan untuk mengatasi kekurangan akibat penggunaan ballast
elektromagnet, yang mana keunggulannya dapat menghemat penggunanaan energi lisrik,adanya pengaturan
(regulasi ) tegangan dapat dioperasikan pada frekuensi tinggi, beratnya lebih ringan,dapat memberikan
umur lampu yang lebih lam, dan didukung oleh perkembangan teknologi semikonduktor.
Dari pengujian yang dilakukan terhadap prototipe Ballast Elektronik hasil rancangan terdapat
beberapa penyimpangan (tidak sesuai) dengan hasil perancangan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya faktor ketidaklinieran komponen yang digunakan, adanya harmonik, dan adanya masalah
toleransi nilai komponen yang digunakan, yang mana perhitungan dalam perancangan semuanya
menggunakan komponen yang dianggap ideal dan diabaikannya masalah harmonik. penyimpangan pada
Tegangan keluaran rectifier sebesar 5% dari nilai perhitungan yang dihasilkan (diramalkan) dalam
perancangan, kesalahan pada Tegangan keluaran Half Bridge Inverter sebesar 30% dan kesalahan nilai
frekuensi dalam kondisi running sebesar 5,7% , dan kesalahan pada Tegangan pada lampu fluorescent
sebesar 13,19%..
Dari perbandingan pengujian performance (efisiensi ballast) antara pengoperasian lampu
fluorescent yang menggunakan protototipe Ballast Elektronik hasil rancangan jauh lebih baik performancenya (efisiensi ballast rata-rata 85%) dari pada dengan yang menggunakan Ballast Elektromagnet (efisiensi
ballast rata-rata 74%.)
Kata kunci : fluorescent efesiensi, perancangan, frekuensi tinggi, ballast elektronik
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,yang mana dengan rahmat
dan hidayah-Nya, telah membimbing dan menyertai penulis dalam menyelesaikan
penyusunan tugas akhir ini.
Penyusunan tugas akhir ini mengambil tema perancanagan ballast elektronik
frekuensi tinggi untuk lampu TL (fluorescent) hemat energi dengan sitem kendali
menggunakan IC IR 21571.
Dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini penulis telah mendapatkan banyak
ide, gagasan dan pemikiran serta dorongan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang telah melahirkan, membesarkan dan
memberikan dukungan serta doa restunya kepada penulis.
2. Bapak otong suratman yang telah membantu dengan segenap tenaga dan
fikiran serta membimbing/mendampingi penulis selama ini.
3. Bapak Yudhi Gunardi, ST, MT selaku dosen pembimbing atas arahan dan
bimbingannya selama penyusunan tugas akhir ini.
4. Bapak Yudhi Gunardi, ST, MT selaku koordinator tugas akhir dan ketua
program studi Tehnik Elektro Universitas Mercu Buana.
5. Segenap pimpinan, dosen, staf dan karyawan Universitas Mercu Buana atas
arahan, bantuan dan bimbingannya kepada penulis.
6. Kawan-kawan Tehnik Elektro angkatan ke-5
tahun 2004 yang telah
membantu dan memberikan semangat serta dorongan sehingga penulisan
tugas akhir ini dapat segera terselesaikan.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat banyak
Kesalahan dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun dalam penulisan.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dimasa mendatang.
Akhir kata penulis hanya mengharapkan semoga penyusunan tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Nopember 2009
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAAN .................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1.
Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3.
Hipotesis ............................................................................................ 3
1.4.
Batasan Masalah ................................................................................ 4
1.5.
Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.6.
Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1.7.
Sistematika Penulisan ........................................................................ 6
BAB II. DASAR TEORI ……………………………………………………….... 8
2.1.
Teori Lampu Fluorescent ………………………………………….. 8
2.1.1. Prinsip Kerja Terjadinya Cahaya pada
Lampu Fluorescent …………………………………...……. 9
2.1.2. Karakteristik Lampu Fluorescent ……………………...…. 12
2.1.3. Sekilas Pendahuluan Mode Pengoperasian Lampu
Fluorescent Yang Menggunakan Ballast Elektromagnet
(Kumparan Induktor) ........................................................... 14
2.2.
Ballast Elektronik Frekuensi Tinggi ................................................. 15
2.3.
Rangkaian Resonant Inverter ........................................................... 17
2.3.1. Rangkaian Resonansi : Tangki L-C dan
Lampu Fluorescent .............................................................. 17
2.3.2. Rangkaian Inverter : Half-Bridge Inverter .......................... 22
2.4.
Rangkaian Kontrol Ballast Elektronik (Resonant Inverter) :
Implementasi Dengan Menggunakan IC, IR21571 ........................ 24
2.5.
DC Power Supply : Rangkaian Konverter AC-DC (Rectifier) ……. 26
BAB III. PERANCANGAN BALLAST ELEKTRONIK FREKUENSI TINGGI
3.1. Perosedur perancangan Rangkaian Ballast Elektronik ........................ 29
3.1.1. Perosedur perancangan Rangkaian DC Power Supplly …...... 29
3.1.2. Perosedur perancangan Rangkaian Resonant Inverter ……... 30
3.1.3. Perosedur perancangan Rangkaian Kendali
Ballast Elektronik ................................................................... 31
3.2 Perancangan Aktual Prototipe Ballast Elektronik .............................. 33
3.2.1. Perancangan DC Power Supplly ............................................. 33
3.2.2. Perancangan Rangkaian Resonant Inverter …….....……..…. 34
3.2.3. Perancangan Rangkaian Kendali Ballast Elektronik .............. 35
3.3. Metode Evaluasi Performance Lampu Fluorescent dan
Ballast Elektronik ............................................................................... 39
BAB IV. PENGUJIAN PROTOTIPE BALLAST ELEKTRONIK ....................... 40
4.1.
Peralatan Pengukuran Yang Digunakan ..........................................40
4.2.
Perbandingan Pengujian antara Ballast Elektronik dan Ballast
Elektromagnet ........................................... ........................................42
4.2.1
Pengujian dan Perhitungan Performance pada Pengoperasian
Lampu Fluorescent dengan menggunakan Prototipe Ballast
Elektronik ........................................................... ......................42
4.2.2
Pengujian dan Perhitungan Performance Pada Pengoprasian
Lampu Fluorescent Dengan Menggunakan Ballast
Elektromagnet (Kumparan) ..................... ............................... 52
4.2.3
Analisa Perbandingan Pengujian Performance antara
Ballast Elektronik dengan Ballast Elektromagnet ........... ........57
BAB V. KESIMPULAN ....................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 60
LAMPIRAN ............................................................................................................. 61
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Keadaan Saklar Pada Rangkaian Half Bridge VSI ………...………...23
Tabel 3.1.
Daftar Komponen Rangkaian Ballast Elektronik ............................... 37
Tabel 4.1
Data Hasil Pengukurn Ballast Referensi (Merk Philips) .................... 42
Tabel 4.2.
Data Hasil Pengukuran Ballast Elektronik hasil perancangan .......... .42
Tabel 4.3.
Data Hasil perhitungan Performance Ballast Elektonik ..................... 51
Tabel 4.4.
Data Hasil Pengukuran Ballast Elektromagnet ................................... 52
Tabel 4.5.
Data Hasil Perhitungan performance Ballast Elektromagnet ............ 56
Tabel 4.6
Data Hasil Rata-Rata Perbandingan Ballast Elektronik dengan
Ballast Elektromagnet..........................................................................57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Kontruksi Lampu Fluorescent …………………………...……………… 8
Gambar 2.2.
Proses dasar terjadinya cahaya didalam Tabung Lampu Fluorescent….. 10
Gambar 2.3.
Kurva Impedansi Negatif Lampu Fluorescent......................................... 12
Gambar 2.4.
Rangkaian Ballast Elektromagnet untuk Lampu Fluorescent.................. 15
Gambar 2.5.
Diagram Blok Rangkaian Konverter Daya untuk lampu Fluorescent...... 16
Gambar 2.6.
Topologi Rangkaian Resonansi................................................................ 17
Gambar 2.7.
Grafik Magnitudo Fungsi Transfer Tegangan Rangkaian Resonansi...... 20
Gambar 2.8.
Topologi Rangkaian Half Bridge VSI........................................................22
Gambar 2.9.
Bentuk gelombang keluaran Half bridge VSI........................................... 23
Gambar 2.10. Diagram rangkaian pengendali Ballast Elektonik ................................... 25
Gambar 2.11. Rangkaian konverter AC ke DC .............................................................. 26
Gambar 3.1.
DC Power Supply...................................................................................... 29
Gambar 3.2.
Rangkaian Resonant Inverter.................................................................... 30
Gambar 3.3.
Rangkaian kendali Ballast Elektronik ..................................................... 31
Gambar 3.4.
Flowcart untuk mem Power Up IR 21571 dan sistem setting Proteksi…32
Gambar 3.5.
Skema rangkaian Ballast Elektronik ........................................................ 37
Gambar 3.6.
Foto Prototipe Ballast Elektronik ............................................................ 38
Gambar 4.1.
Foto peralatan yang digunakan untuk pengujian Ballast Elektronik ....... 41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Adanya krisis energi yang diakibatkan oleh masalah kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tidak terpenuhinya akan kebutuhan energi
dalam jumlah yang besar, menyebabkan pemakaian energi harus dikurangi atau
dibatasi penggunaannya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan melakukan suatu Program Konservasi Energi (Program Hemat Energi).
Mengingat semakin rumit dan kompleks-nya permasalahan energi dan segala hal
yang ditimbulkan akibat penggunaannya, maka cara yang paling sesuai dan yang
paling direkomendasikan untuk membantu terlaksananya Program Konservasi
energi ini adalah dengan cara menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Modern dalam merancang peralatan-peralatan yang lebih hemat dan lebih efisien
dalam pemakaian energinya.[
]
Seperti dalam kasus akan kebutuhan sumber penerangan (pencahayaan),
kebanyakan manusia dalam melakukan aktifitasnya menggunakan sumber cahaya
buatan yang berasal dari peralatan lampu yang memakai energi listrik (disebut :
Lampu Listrik). Dapat diasumsikan bahwa, sekitar 25% dari jumlah total energi
listrik yang dibangkitkan di seluruh dunia (khususnya, di Indonesia), semuanya
dikonsumsi untuk kebutuhan akan pencahayaan yang menggunakan lampu listrik.[
]
Dengan asumsi diatas, dan dengan memperkirakan bahwa kita dapat merancang
suatu peralatan lampu listrik yang penggunaan energi listriknya lebih hemat 10%
dari lampu listrik yang ada sekarang, maka kita sudah dapat menghemat dan
mendapatkan cadangan 10% dari total penggunaan energi listrik yang
dibangkitkan.oleh seluruh Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik yang ada di dunia
sekarang ini. Tentu nilai penghematan energi listrik ini sudah lebih dari cukup
untuk
mengatasi masalah krisis energi, dan satu masalah yang lebih penting lagi
adalah dapat menunda pembangunan Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik yang
baru,sehingga dengan demikian biaya investasi untuk pembangunannya dapat
dialihkan untuk investasi bidang lain yang lebih penting dan lebih membutuhkan.
Dewasa ini, perkembangan penggunaan lampu listrik sudah mengarah
pada penggunaan jenis lampu fluorescent. Kepopuleran dan banyaknya
penggunaan dari jenis lampu fluorescent ini adalah karena lebih hemat dan
menghasilkan cahaya yang lebih terang (warna cahayanya lebih lembut dan tidak
sakit ke mata manusia), jika dibandingkan dengan cahaya yang dihasilkan oleh
jenis lampu incandescent (lampu pijar).[
]
Kelemahan yang paling utama dan mendasar sekali dari penggunaan jenis
lampu fluorescent adalah bahwa lampu ini tidak dapat bekerja sendiri (tidak dapat
dihubungkan langsung dengan sumber jala-jala listrik). Untuk mengatasi masalah
ini, maka dibutuhkan suatu rangkaian listrik bantu, yang mana fungsi dari
rangkain bantu ini adalah untuk mengendalikan
arus dan tegangan listrik,
sehingga lampu fluorescent dapat beroperasi secara normal. Rangkaian bantu
inilah apa yang biasa disebut dengan rangkaian Ballast.[
]
Adanya rangkaian ballast yang terhubung dengan lampu fluorescent, jelas
mempengaruhi keluaran cahaya yang dihasilkan oleh lampu, dan efeknya
mempengaruhi kualitas daya listrik yang di konsumsi (masalah efisiensi, masalah
harmonik, dan masalah faktor daya). Untuk itu, diperlukan suatu metode dalm
perancangan rangkaian ballast.agar kualitas keseluruhan sistem menjadi lebih
baik.
Salah satu pilihan metode yang terbaik dalam merancang rangkaian
ballast adalah dengan menggunakan rangkaian elektronik, yang mana alasan
utama dipilihnya metode ini adalah karena didukung oleh perkembangan yang
sangat pesat dari teknologi semikonduktor modern dan kemudahan dalam aksi
pengendaliannya.[
]
Oleh karena itu, dalam peneltian ini akan di bahas bagaimana caranya
merancang ballast yang menggunakan rangkaian elektronik (atau biasa disebut
juga dengan: Ballast Elektronik). Dalam perancangannya, akan diaplikasikan
teknologi modern dengan menggunakan rangkaian terpadu khusus (Application
Specific Integrated Circuit, ASICs) yang memberikan kemudahan dalam aksi
pengendaliannya dan juga dilengkapi dengan sistem proteksi, baik itu terhadap
gangguan listrik maupun dari kegagalan lampu fluorescent.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarankan latar belakang masalah yang telah di jelaskan diatas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Adanya karakteristik khusus pada pengoperasian lampu
fluorescent
menyebabkan diperlukannya rangkaian ballast, Masalahnya adalah teknik
atau mode pengoperasian rangkaian ballast bagaimana yang dapat
mengoperasikan lampu fluorescent dengan baik ?
2. Apakah benar, dengan meancang dan menggunakan rangkaian ballast
elektronik frekuensi tinggi akan menghasilkan efisiensi alat secara
keseluruhan (efisiensi total) menjadi lebih baik ?
3. Bagaimana cara merancang ballast elektronik frekuensi tinggi ?
1.3.
Hipotesis
Terdapat beberapa perkiraan awal mengenai hasil penelitian yang akan
dilakukan :
1
Pada dasarnya, perancangan rangkaian ballast elektronik frekuensi tinggi
adalah perancangan rangkaian suplai dayanya, dimana suplai tegangan AC
jala-jala listrik diubah menjadi tegangan DC (oleh rangkian rectifier),
kemudian diubah lagi menjadi tegangan AC berfrekuensi tinggi oleh
rangkaian inverter. Jadi dengan kata lain, ballast elektronik adalah rangkaian
konverter daya listrik.
2. Karena lampu fluorescent dioperasikan menggunakan tegangan suplai AC
pada frekuensi tinggi (diatas 20 kHz), maka nilai dan ukuran dari komponenkomponen yang digunakan untuk rangkaian konverter dayanya akan relatif
lebih kecil (karena impedansi rangkainan AC adalah fungsi dari frekuensi),
terutama sekali nilai dan ukuran induktor L, sehingga ukuran dari keseluruhan
rangkaian bisa dibuat lebih kecil, beratnya rendah, dan lebih kompak.
3. Karena menggunakan nilai dan ukuran komponen yang lebih kecil, maka
penggunaan daya listriknya akan menjadi lebih hemat.
4. Dengan mode pengoperasian frekuensi tinggi akan menghasilkan keluaran
cahaya lampu fluorescent yang lebih terang.
5. Adanya aksi Pengendalian, (lebih stabil) terhadap perubahan suplai tegangan
AC jala-jala, dan adanya sistem proteksi teerhadap kegagalan dan gangguan
llistrik.
1.4.
Batasan Masalah
Untuk mempersingkat pembahasan dan agar masalahnya tidak meluas,
maka perlu adanya pembatasan masalah, yang diantaranya adalah :
1. Pembahasan dalam Teori Dasar Penunjang hanya difokuskan pada pembahasan
rangkaian atau komponen yang dibutuhkan dan yang berhubungan langsung
dengan masalah perancangan ballast elektronik.
2.. Persamaan-persamaan matematis yang digunakan untuk menentukan besarnya
nilai komponen rangkaian
yang dibutuhkan dalam perancangan, diambil
langsung dalam bentuk jadi, tidak membahas bagaimana persamaan
matematis tersebut diturunkan. Untuk mendapatkan yang lebih lengkap, dapat
dibaca pada literature yang disediakan oleh daftar pustaka.
3. Karena perancangan rangkaian ballast tergantung pada tipe lampu fluorescent
yang digunakan, maka sebagai acuan dalam perancangan dan pembuatan
prototipe aktual ballast elektronik, lampu fluorescent yang digunakan adalah
tipe TLD T8/36W yang berbentuk tabung memanjang, dengan datasheet
yang disediakan dan diberikan oleh pabrik pembuat (manufacture) merk
Philips.
4. Sebenarnya karakteristik operasi lampu fluorescent adalah tidak linier, namun
dalam pendekatan perancangan rangkaian ballast, operasi lampu diasumsikan
linier yang mana dalam hal ini dimodelkan oleh rangkaian ekivalen resistor
linier, yang besar nilai resistansinya tertentu untuk kondisi menyala, dan besar
nilai resistansinya tak terhingga (open circuit) untuk kondisi tidak menyala,
juga diasumsikan bahwa besarnya nilai dari resistansi elektroda filamen lampu
fluorescent diabaikan.
5. Untuk keperluan analisa, pendekatan perancangan diasumsikan menggunakan
komponen-komponen yang dianggap ideal.
6. Pembahasan Ragkaian kendali ballast elektronik hanya menjelaskan rangkaian
kendali khusus yang menggunakan IC IR21571.
7. Tidak membahas masalah timbulnya harmonik. Adanya harmonik yang
dihasilkan menambah kerumitan dalam analisa rangkaian, oleh karena itu
untuk kesederhanaaan dalam pendekatan perancangan, analisa yang dilakukan
hanya mengambil respon dari komponen dasar (orde 1) saja dari deret
harmonik.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah, antara lain :
1. Merancang dan membuat prototipe ballast elektronik frekuensi tinggi
untuk lampu fluorescent.
2. Untuk memberikan prosedure perancangan ballas elektronik secara detail
dan lengkap.
3. Untuk membuktikan kualitas dari prototipe ballast elektronik hasil
perancangan, dan membandingkannya dengan jenis produk ballast
elektromagnet.
4. Untuk memberikan ide dan inspirasi awal dalam peneltian-peneltian yang
lebih lanjut tentang penggunaan teknologi modern, terutama penggunaan
IC khusus (ASICs) dalam merancang peralatan untuk pemecahan masalah
dalam kasus Konservasi Energi.
1.6.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada peneltian ini adalah diperolehnya suatu
prosedur perancangan dan pembuatan prototipe ballast elektronik frekuensi tinggi
untuk lampu fluorescent yang memenuhi standar kualitas yang lebih baik. Dengan
demikian nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan untuk
keperluan sistem penerangan baik itu pada sektor industri, komersil, maupun
untuk perumahan. Selain itu, dengan adanya masalah krisis energi, diharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan ide untuk penelitianpenelitian yang lebih lanjut dalam menyelesaikan masalah dibidang Konservasi
Energi, khususnya dalam merancang peralatan-peralatan yang lebih efisien (lebih
hemat) akan penggunaan energinya..
1.7.
Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari babbab, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menerangkan latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis, batasan
masalah batasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TEORI DASAR PENUNJANG
Pebahasan karakteristik lampu fluorescent yang melatarbelakangi mengapa
rangkaian ballast diperlukan, sekilas pendahuluan tentang mode pengoperasian
dan pengendalian lampu fluorescent yang menggunakan Ballast Elektromagnet,
Teori Rangkaian Resonansi dan Rangkaian Inverter sebagai
prinsip dasar
terbentuknya Rangkaian Ballast Elektronik, dan terakhir adalah menjelaskan
Rangkaian DC Power Supply dan permasalahannya.
BAB III METODE PERANCANGAN BALLAST ELEKTRONIK
Menerangkan kriteria dan persyaratan dalam perancangan ballast elektronik,
menjelaskan prosedur perancangan, dan terakhir adalah perancangan aktual dari
ballast elektronik yang akan dibuat protipenya.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA PROTOTIPE BALLAST ELEKTRONIK
Menerangkan prosedur dalam pengujian protipe ballast elektronik, mengujI,
mengukur,mengukur efisiensi prototipe ballast elektronik dan efisiensi total
sistem, dan terakhir adalah, membandingkan hasil pengujian dengan yang
menggunakan ballast elektromagnet.
BAB V KESIMPULAN
Memberikan kesimpulan, apakah tujuan penelitian dalam Tugas Akhir telah
dicapai.
BAB II
DASAR TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan pokok-pokok bahasan penting yang
berhubungan langsung dengan masalah perancangan ballast elektronik. Agar
lebih mudah memahaminya, pembahasan dimulai dari urutan penjelasan teori
lampu fluorescent yang melatarbelakangi mengapa ballast diperlukan, Sekilas
penggunaan ballast elektromagnet (kumparan induktor) sebagai salah satu mode
dalam pengendalian dan pengoperasian lampu fluorescent. teori rangkaian
Resonant Inverter sebagai rangkaian dasar terbentuknya Ballast Elektronik, dan
terakhir adalah membahas bagaimana rangkaian DC Power supply dibentuk.
2.1.
Teori Lampu Fluorescent
Lampu fluorescent atau disebut juga lampu tabung (lampu TL, Tube
Lamp) adalah jenis lampu gas, yang mana prinsip kerja untuk menghasilkan
cahayanya adalah dengan menggunakan prinsip pelepasan muatan listrik di dalam
gas (gs dischrge). Gambar 2.1 adalah kontruksi lampu fluorescent, yang terdiri
dari tabung lampu, yaitu berfungsi sebagai tempat terjadinya konversi energi
listrik menjadi energi radiasi gelombang elektromagnet dalam bentuk radiasi
cahaya ultra violet (yang tidak terlihat oleh mata).
Gambar 2.1. Konstruksi Lampu Fluorescent
Tabung lampu terbuat dari bahan gelas/kaca, dimana dinding bagian
dalamnya dilapisi oleh bahan posfor yang berfungsi sebagai tempat terjadinya
konversi cahaya ultara violet menjadi cahaya yang terlihat mata (tampak).
Kedua elektroda filament ditempatkan dibagian ujung-ujung tabung.
Kemudian tabung lampu di isi dengan suatu campuran antara uap logam
merkuri(Hg) dan suatu gas inert (gas mulia).
2.1.1. Prinsip Kerja Terjadinya Cahaya pada Lampu Fluorescent
Ketika elektroda lampu fluorescent diberikan tegangan listrik, maka
filament lampu akan panas dan kemudian elektron terlepas, sehingga terjadi
pancaran (emisi) elektron dari elektroda filament. Karena didalam lampu ada
pengaruh medan listrik yang dihasilkan oleh elektroda yang berada di kedua
ujung tabung lampu, maka elektron tersebut akan bergerak dipercepat dan
bertumbukan dengan campuran uap logam merkuri dan atom-atom gas mulia
(yang tadinya telah berada didalam tabung lampu). Tumbukkan yang terjadi,
bergantung sekali dengan energi kinetik yang dimiliki oleh elektron, dan dengan
cara tumbukan antara elektron dan atom gas inilah, proses konversi atau transfer
energi listrik menjadi energi cahaya dapat berlangsung.
Prinsip dasar proses terjadinya cahaya didalam lampu fluorescent, secara
umum diilustrasikan oleh gambar 2.2, dan dijelaskan melalui tiga proses berikut :
1. Proses Pre-heat (Proses Pembangkitan Energi Panas).
Ketika energi kinetik yang dimiliki oleh elektron rendah, maka tumbukan
antara elektron dan atom-atom gas yang terrjadi, hanya mentransfer sebagian
energi kinetik yang dimiliki oleh elektron ke atom gas. Hasil dari jenis
tumbukan ini adalah terbentuknya energi panas, dan selanjutnya digunakan
untuk menaikkan temperatur gas didalam lampu fluorescent. Jadi dalam kasus
ini, energi listrik yang dikonsumsi hanya digunakan untuk menghasilkan
energi panas, yang selanjutnya digunakan untuk menaikkan energi kinetik
yang dimiliki oleh elektron. Proses ini penting sekali dalam menentukan titik
temperatur optimum, sehingga proses senjutnya yang terjadi didalam tabung
lampu bisa terjadi.
Gambar 2.2. Proses Dasar Terjadinya Cahaya di dalam Tabung Lampu Fluorescent
2. Proses Eksitasi Atom Gas dan Radiasi Elektromagnet
Setelah energi kinetik yang dimiliki oleh elektron cukup tinggi, maka
tumbukan yang terjadi, akan cukup untuk menghasilkan energi yang dapat
diserap oleh atom gas, dan selanjutnya energi tumbukkan yang diserap ini
digunakan oleh atom gas untuk mengeluarkan elektron yang terikat (yang
dipunyai oleh atom gas) dari tingkat orbit yang rendah ke tingkat orbit yang
lebih tingi. Dalam kondisi ini, keadaan atom gas cenderung menjadi tidak
stabil dan selalu ingin mengembalikan keadaan elektronnya menjadi
keadannya semula. Pada saat elektron dari atom gas bergerak kembali dari
tingkat orbit yang tinggi ke tingkat orbit yang rendah, maka atom gas tersebut
melepaskan energi (yang diserapnya tadi sewaktu tumbukan) dalam bentuk
energi radiasi elektromagnet (yang berupa cahaya ultra violet). Agar bisa
digunakan secara langsung untuk membangkitkan cahaya yang dapat terlihat
oleh mata, maka radiasi cahaya ultara violet ini perlu di konversi lagi. Dalam
kasus lampu fluorescent, biasanya bagian dalam tabung dilapisi dengan bahan
posfor sehingga energi radiasi cahaya ultra violet yang dipancarkan akan
mengenai atom-atom posfor yang berada di lapisan dalam dinding tabung,
sehingga menyebabkan lapisan bahan pospor tersebut menjadi berpendar
(fluorescent), dan selanjutnya menghasilkan spektrum cahaya yang dapat
terlihat oleh mata.
3. Proses Ionisasi Atom Gas.
Dalam kasus yang sangat ekstrim, dimana elektron sudah mempunyai energi
kinetik yang sangat tinggi sekali, maka energi tumbukan antara elektron dan
atom-atom gas, menyebabkan elektron yang terikat (pada orbit atom gas) akan
terpental (terlepas) ke luar dari atom gas tersebut (karena terjadinya
tumbukkan yang sangat keras sekali), dan selanjutnya elektron terikat dari
atom gas yang terpental tadi, berubah keadaannya menjadi elektron bebas.
Dalam kondisi ini, atom gas menjadi kehilangan elektron terikatnya (karena
berubah menjadi elektron bebas), dan atom gas ini akan mengalami proses
ionisasi dan ia berubah menjadi ion positif (atom gas menjadi bermuatan
positif karena kehilangan elektronnya). Kemudian elektron bebas yang
dilepaskan oleh atom gas tadi selanjutnya akan bertumbukkan lagi dengan
atom-atom gas lainnya (terjadinya tumbukkan berantai) dan secara cepat
proses yang sama diulangi lagi dari awal, dan terakhir, elektron-elektron bebas
yang dihasilkan akan ditangkap oleh elektroda yang berada dijung tabung
lampu.
Terbentuknya ion positif dan terbentuknya elektron bebas dari atom gas,
sangat berperan penting sekali dalam proses ignition (penyalaan awal lampu)
dan operasi pada kondisi normal (running), yang mana fungsinya adalah
untuk memperahankan lampu fluorescent agar tetap menyala. Oleh karena itu,
ion positif dan elektron bebas yang berasal dari atom gas, keberadaannya
sangatlah dibutuhkan, terutama sekali untuk mempertahankan kekontinyuan
aliran arus listrik pembawa (current carrier) di dalam tabung lampu
fluorescent.
2.1.2. Karakteristik Lampu Fluorescent
Elektron bebas dan ion positif dari atom gas yang dihasilkan seperti dalam
proses yang telah dijelaskan diatas, dapat meningkat jumlahnya secara cepat
(derastis) sekali, hal ini disebabkan oleh karena terjadinya proses ionisasi yang
yang tidak terkendali, berlangsungnya sangat singkat, dan terjadinya secara terusmenerus (kontinyu). Oleh karena itu, kejadian ini akan menghasilkan jumlah arus
listrik yang tidak terbatas (avalanche, longsoran elektron), yang akhirnya terjadi
suatu kondisi hubung singkat (short circut) didalam tabung lampu. Situasi/kondisi
ini tidaklah diharapkan dalam suatu pengoperasian lampu fluorescent, karena
dengan arus hubung singkat yang sangat besar dapat merusak lampu dan juga
dapat merusak sisi suplai input. Dengan penjelasan ini, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa lampu fluorescent mempunyai ”Impedansi Negatif”,
ditunjukkan oleh Gambar 2.3.
Gmbr 2.3. Kurva mpedansi Negatif Lampu Fluorescent
Karakteristik ini timbul akibat dari kenyataan bahwa, gas yang berada
didalam tabung lampu fluorescent adalah suatu bahan isolator (yaitu suatu bahan
yang sulit sekali menghantarkan arus listrik (atau disebut juga mempunyai nilai
resistansi yang tak terhingga), dan untuk menghantarkannya dibutuhkan suatu
tegangan tinggi awal sesaat (yang mana fungsinya adalah untuk mem-breakdown
gas yang berada di dalam lampu) sehingga terjadi loncatan/percikan bunga api
listrik, kemudian terjdinya proses ionisasi, dan dilanjutkan dengan adanya arus
listrik pembawa yang terus membesar(akibat dari tumbukkan berantai), dan
akhirnya tegangan lampu menjadi drop/turun.
Dengan adanya karakteristik khusus lampu fluorescent tersebut diatas,
jelas lampu tidak dapat beroperasi sendiri (tidak dapat dihubungkan langsung
dengan
sumber
tegangan
jala-jala
listrik).
Oleh
karena
itu,
untuk
mengoperasikannya dibutuhkan suatu rangkaian ballast, yang mana fungsi
utamanya adalah untuk membantu dan mengendalikan beroperasinya lampu
fluorescent secara normal.
Dalam perancangannya, ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh
rangkaian ballast dalam pengoperasian lampu fluorescent, yaitu :
1. Ballast harus bisa menyediakan arus yang dapat digunakan untuk
memanaskan elektroda filamen lampu (dengan spesifik waktu tertentu)
sedemikian sehingga pancaran (emisi) elektron dari filamen dapat terjadi.
Pengoperasian ini disebut juga dengan kondisi Preheat.
2. Ballast harus bisa memberikan tegangan tinggi sesaat (instans) awal yang
dapat digunakan untuk mem-breakdown gas, yang kemudian dilanjutkan
untuk menghasilkan terjadinya proses ionisasi untuk menghasilkan arus
pembawa (carrier current), sehingga penyalaan awal (starting) lampu bisa
terjadi dan berlanjut. Pengoperasian ini disebut juga dengan kondisi
Ignition (penyalaan).
3. Sekali lampu sudah dinyalakan (ignited), maka lampu akan tetap menyala,
namun hal ini akan menghasilkan arus discharge pembawa yang sangat
besar (tegangannya turun). Oleh karena itu, ballast harus bisa membatasi
besarnya arus
yang mengalir didalam tabung lampu dan menjaga
kestabilan tegangannya , sehingga kondisi pada titik operasi normal lampu
bisa dicapai. Pengoperasian ini disebut juga dengan kondisi Running.
2.1.3. Sekilas Pendahuluan Mode Pengoperasian Lampu Fluorescent
Yang Menggunakan Ballast Elektromagnet (Kumparan Induktor)
Ballast elektromagnet merupakan sebuah rangkaian kumparan induktor
(choke), dimana prinsip kerja untuk memenuhi kondisi persyaratan dan
pengendalian lampu fluorescent adalah dengan menggunakan prinsip induksi
elektromagnet.
Prinsip kerja dasar dari ballast elektromagnet
dalam mengoperasikan
lampu fluorescent dapat dijelaskan dan diilustrasikan oleh gambar 2.4.
Ketika suplai tegangan jala-jala listrik (asumsikan frekuensinya 50 Hz)
dihubungkan ke rangkaian, dan pada awalnya saklar starter (saklar yang terbuat
dari bahan logam bimetal) dalam keadaan tertutup (on), maka arus listrik yang
mengalir digunakan oleh induktor (ballast elektromagnet) untuk menyimpn energi
dalam bentuk medan magnet, setelah itu, arus listrik ini terus mengalir lagi tetapi
tidak melalui lampu (karena lampu yang tidak menyala dianggap mempunyai
resistansi yang tak terhingga nilainya atau open circuit), akan tetapi mengalir
melalui elektroda filamen lampu dan memanasinya, sehingga terjadi emisi
elektron (untuk memenuhi kondisi persyaratan preheat). Beberapa saat
kemudian, disisi lain, karena ada arus listrik yang mengalir pada saklar bimetal,
maka logam bimetal menjadi panas dan memuai, sehingga menyebabkan saklar
starter bimetal menjadi terbuka (off). Kejadian ini menyebabkan energi (dalam
bentuk energi medan magnet) yang disimpan didalam ballast harus dilepaskan
kembali ke rangkaian, dan ini akan menghasilkan tegangan puncak transien sesaat
yang sangat tinggi timbul pada elektroda lampu (perubahan medan magnet
menghasilkan tegangan induksi), dan menyebabkan terjadi breakdown dalam gas
(tegangan tembus yang menyebabkan terjdinya proses ionisasi dan arus listrik
mengalir dalam gas) pada lampu (untuk memenuhi kondisi persyaratan ignition),
dan setelah itu, arus mulai dan tetap mengalir di dalam lampu, yang mana
besarnya dibatasi oleh impedansi ballast dan impedansi lampu. Sekali lampu
dinyalakan (ignited), maka lampu akan tetap menyala, dan juga saklar starter
akan tetap terbuka (off), pada kondisi ini lampu akan berjalan normal (untuk
memenuhi kondisi persyaratan running).
Gambar 2.4. Rangkaian ballast elektromaget yang digunakan untuk
suplai Lampu Fluorescent pada frekuensi rendah (50 Hz)
Kapasitor yang dipasang terhubung paralel dengan saklar starter berfungsi
untuk mengurangi terjadinya interferensi dengan frekuensi gelombang radio
selama proses starting lampu berlangsung. Karena ballast elektromagnet bersifat
induktif, biasanya dipasang juga kapasitor yang terhubung paralel dengan suplai
tegangan jala-jala, yang mana fungsinya adalah untuk memperbaiki PF/faktor
daya (power faktor) dari suplai input.
Kelemahan yang utama dari penggunaan ballast elektromaget ini adalah
adanya rugi-rugi yang besar dan tidak adanya aksi pengendalian. Selain itu,
karena dioperasikan pada frekuensi rendah (50 Hz), maka keluaran cahaya dari
lampu fluorescent kurang begitu terang.
2.2.
Ballast Elektronik Frekuensi Tinggi
Ballast Elektronik dikembangkan untuk mengatasi kekurangan akibat
penggunaan Ballast Elektromagnet, yang mana keunggulanya adalah dapat
menghemat penggunaan energi listrik, adanya aksi pengaturan (regulasi)
tegangan, dapat dioperasikan pada frekuensi tinggi, beratnya lebih ringan, dan
dapat memberikan umur lampu yang lebih lama..
Ballast Elektronik merupakan rangkaian, dimana prinsip kerja untuk
memenuhi kondisi persyaratan dalam pengendalian dan pengoperasian lampu
fluorescent adalah dengan menggunakan prinsip pengubahan frekuensi dari
rangkaian Resonant Inverter (yaitu suatu rangkaian gabungan dari rangkaian
inverter dan rangkaian resonansi). Jadi secara umum, Ballast Elektonik adalah
Rangkaian Resonant Inverter.
Gambar 2.5 adalah diagram blok ballast elektronik, yang mana prinsip
kerja dasarnya adalah sebagai berikut, sumber tegangan AC (bolak-balik) dengan
frekuensi 50 Hz dari jala-jala listrik diubah (dikonversi) menjadi sumber tegangan
DC (searah) oleh rangkaian rectifier.
Gambar 2.5. Diagram Blok Rangkaian Konverter Daya untuk Suplai Lampu Fluorescent
Selanjutnya, tegangan DC ini diubah (dikonversi) lagi menjadi tegangan AC
yang berfrekuensi tinggi (>20 kHz) oleh rangkaian Halft-Bridge Inverter, Dan
terakhir, adalah output tegangan AC berfrekuensi tinggi yang berasal dari
rangkaian Half-Bridge Inverter disuplaikan ke rangkaian resonansi tangki L-C
dan lampu Fluorescent. Untuk memenuhi kondisi persyaratan operasi lampu,
maka frekuensi dari tegangan AC dari keluaran Half-Bridge Inverter diubah-ubah
besarnya yang secara otomatis dilakukan oleh rangkaian kontrol Ballast.
2.3.
Rangkaian Resonant Inverters:
2.3.1. Rangkaian Resonansi : Tangki L-C dan Lampu Fluorescent
Gambar 2.6 adalah topologi dari rangkaian Resonansi R-L-C, yang terdiri
dari rangkaian tangki L-C , Tahanan R dari rangkaian ekivalen lampu fluorescent,
dan Vs adalah sumber tegangan AC berfrekuensi tinggi yang berbentuk
gelombang persegi yang berasal dari rangkaian inverter (akan dibahas pada
bagian sub 2.3.2). Diasumsikan dalam analisa ini nanti, bahwa besarnya tegangan
VS adalah nilai amplitudo komponen dasar (orde 1) dari gelombang persegi, dan
ini artinya adalah bahwa deret harmonik orde yang lebih tinggi dari tegangan
gelombang persegi diabaikan.
Gambar 2.6. (a). Topologi Rangkaian Resonansi
(b). Rangkaian Resonansi Ekivalen pada Kondisi Pre-heat dan Ignition
(c) Rangkaian Resonansi Ekivalen Kondisi Running , lampu menyala
Untuk memenuhi kondisi pengoperasian (kondisi preheat, ignition, dan
kondisi running) lampu fluorescent, maka pengendaliannya dilakukan dengan
cara mengubah besarnya frekuensi dari tegangan inverter Vs , yang mana
pengendaliannya dilakukan oleh rangkaian kontrol ballast (dibahas pada BAB
III). Dengan cara demikian, maka besarnya tegangan dan arus yang diberikan
pada lampu dapat dikendalikan
sedemikian rupa sehingga semua kondisi
persyaratan dalam pengoperasian lampu fluorescent dapat terpenuhi.
Untuk menentukan besarnya tegangan dan arus yang memenuhi kondisi
dalam pengoperasian lampu fluorescent, maka besarnya pengubahan frekuensi
dari tegangan inverter Vs , dilakukan dan ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1. Untuk kondisi persyaratan preheat,
Pada kondisi ini, lampu TL tidak konduksi/tidak menyala (berarti besarnya
resistansi lampu dianggap tak terhingga, rangkaian lampu menjadi open
circuit), dan pada kondisi ini rangkaian resonansi ekivalen ditunjukkan oleh
gambar 2.6(b), yang mana ini disebut juga dengan rangkaian resonnsi seri LC.
Selama kondisi preheat, dan dengan mengabaikan resistansi filamen
lampu, maka besarnya frekuensi tegangan inverter Vs ditentukan oleh
besarnya frekuensi tegangan output pada kapasitor (karena lampu open
circuit), yaitu : f ph =
I ph
2πCV ph
Hz ....................................................... (2.1)
Dan besarnya Fungsi Transfer rangkaian (tegangan output pada lampu dibagi
tegangan suplai input) pada kondisi preheat, adalah :
V ph
Vs
=
1
4 LCπ f ph − 1
2
...........................................................................(2.2)
Penyelesaian persamaan (2.1) dan (2.2) didapat :
2
V ph
V
L 2
V 
= − s +  s  + I ph
............................................................ (2.3)
2
C
 2
Dimana :
Vs = Besarnya tegangan AC input komponen dasar (orde 1) yang berasal
dari inverter (Volt)
Vph = Besarnya tegangan output lampu pada kondisi preheat (Volt)
Iph = Besarnya Arus lampu pada kondisi preheat (A)
fph = Besarnya frekuensi tegangan AC input yang berasal dari inverter
pada kondisi preheat (Hz)
L = Besarnya induktansi rangkaian resonansi (Henry)
C = Besarnya kapasitansi angkaian resoansi (Farad)
2. Untuk kondisi persyaratan ignition
Pada kondisi ini lampu masih tetap belum menyala, dan rangkaian resonansi
ekivalennya ditunjukkan oleh Gambar 2.6(b). Besarnya frekuensi tegangan
inverter Vs pada kondisi ignition didapat dari persamaan (2.2), yaitu
f ign = −
1+
1
+
2π
Vs
Vign
LC
:
............................. (2.4)
Besarnya arus ignition yang mengalir dalam rangkaian, yaitu :
I ign = 2π f ign C Vign ............................................................................ (2.5)
Dimana :
Vign = Besarnya tegangan output lampu pada kondisi ignition (Volt)
Iign = Besarnya arus yang mengalir dalam rangkaian resonansi pada
kondisi ignition (Ampere)
fign = Besarnya frekuensi tegangan AC input yang berasal dari inverter
pada kondisi ignition (Hz)
3. Untuk kondisi persyaratan running
Setelah proses ignition dilalui, lampu akan mulai menyala (starting), dan
sekali lampu telah dinyalakan, maka lampu akan tetap menyala, sehingga
besarnya resistansi lampu adalah : R =
2
Vrun
Ohm .......................... (2.6)
2 Prun
Karena adanya resistansi R dari lampu, maka rangkaian resonansi ekivalen
berubah menjadi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.6(c).
Besarnya Fungsi Transfer rangkaian pada kondisi running, adalah :
Vrun
=
Vs
1
L2
(1 − ω LC ) + 2 ω 2
C
2
2
.......................................................... (2.7)
Besarnya frekuensi tegangan dari inverter Vs pada kondisi running adalah
f run =
1
2π
V
1 −  s
2
1
1
1 
 1
 Vrun
−
+
−
−


2 2
LC 2 R 2 C 2
L2 C 2
 LC 2 R C 



2
....... (2.8)
Dimana :
Vrun = Besarnya tegangan output lampu pada kondisi running (Volt)
frun = Besarnya frekuensi tegangan AC input yang berasal dari inverter
pada kondisi running (Hz)
Prun = Besarnya daya output lampu pada kondisi running (Watt)
Gambar 2.7 adalah grafik dari magnitude fungsi transfer dari rangkaian
Resonansi.
s
Persam
aan 2.2
f
Persam
aan 2.7
Gambar 2.7. Grafik Magnitudo Fungsi Transfer Tegangan Rangkaian Resonansi
Pendekatan Perancangan Rangkaian Resonansi
Untuk keperluan perancangan rangkian ballast elektronik, maka besarnya
nilai L yang dibutuhkan, harus dihitung berdasarkan pada daya lampu selama
kondisi running.[
]
Transfer daya optimum terjadi pada frekuensi resonansi dari rangkaian
Gambar 2.6(c), dan Teorema Transfer Daya Maksimum menyatakan bahwa,
untuk mendapatkan transfer daya maksimum ke beban (lampu), maka haruslah
besarnya tegangan jatuh pada komponen induktor L sama dengan setengah kali
besarnya tegangan input Vs (lihat pada Gambar 2.6(c)), atau dinyatakan dalam
bentuk persamaan arus input Is , adalah :
Is =
1/2 . Vs
V
Vs
= s =
.......................................................... (2.9)
XL
2ωL 2 π f run L
Daya input yang berasal dari inverter Vs adalah :
Ps =
Vs I s
2
..................................................................................... (2.10)
Atau dalam bentuk persamaan efisiensi :
η=
Daya Output pada lampu kondisi running Prun
=
.......................(2.11)
Daya input dari inverter
Ps
Substitusikan persamaan (2.9), (2.10), dan (2.11), maka didapat besarnya
nilai induktansi L yang dibutuhkan berdasarkan daya lampu pada kondisi running,
yaitu : L
Vs2 η
2 2 π f run Prun
Dimana :
............................................(2.12)
= Efisiensi ballast elektronik, yang harus mencakup rugi-rugi
switching dan rugi panas pada inverter, serta rugi-rugi pada
komponen induktor (%)
Prun = Daya lampu pada kondisi running (Watt)
Untuk menentukan besarnya nilai kapasitor C, dilakukan dengan cara
iterasi dari persamaan 2.1 dan 2.4, sedemikian sehingga memenuhi fph > fign
2.3.2. Rangkaian Inverter : Half-Bridge Inverter
Ada dua bentuk topologi dasar dari rangkaian inverter, yaitu Votage
Source Inverter (VSI) dan Current Source Inverter (CSI). Pada sub bab ini,
pembahasan hanya menjelaskan VSI.
Gambar 2.8(a) adalah rangkaian Half Bridge VSI, dimana dua buah
kapasitor (C+ dan C-) dengan nilai kapasitansi yang besar, disediakan untuk
membuat sebuah titik netral N dan juga berfungsi untuk menahan atau mensaring
(filter) arus harmonik orde rendah. Gambar 2.8.(b) adalah bentuk topologi yang
sama seperti Gambar 2.8.(a), dimana Saklar S+ dan S- diganti dan direalisasikan
oleh komponen semikonduktor MOSFET.
Rangkaian inverter dioperasikan dengan cara saklar S+ dan S- di-on dan dioff secara bergantian, sehingga memberikan tegangan konstan sebesar ½ VDC
pada tiap-tiap kapasitor . Untuk menghindari keadaan hubung singkat pada
tegangan sumber DC, maka saklar S1 dan S2 tidak boleh on secara
Gambar 2.8. Topologi Rangkaian Half Bridge VSI
Ada dua kondisi keadaan saklar yang perlu diperhatikan , yaitu kondisi
terdefinisi (state 1 dan state 2) dan kondisi tak terdefinisi (state 3), seperti yang
ditunjukkan pada tabel 1. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya hubung
singkat pada bus DC dan untuk menghindari kondisi tegangan keluaran AC yang
tidak terdefinisi, maka diperlukan suatu teknik switching (yaitu dengan
memberikan sinyal input frekuensi tinggi yang berbentuk pulsa pada bagian gate
dari MOSFET) yang biasanya menggunakan sinyal PWM/Pulse Width
Modulation, lihat gambar 2.8.(b)), yang harus menjamin bahwa pada sembarang
keadaan baik itu saklar S+ atau S- , harus ada dalam keadaan on.
Tabel 2.1. Keadaan Saklar pada rangkaian Half Bridge VSI
Keadaan
State
Vs
S+ on dan S- off
1
+½ VDC
S- on dan S+ off
2
-½ VDC
S+ dan S- keduanya off
3
-½ VDC
Gambar 2.9 adalah bentuk gelombang keluaran rangkaian Half Brigde VSI
yang berbentuk gelombang persegi. Dengan menggunakan analisa Deret Fourrier,
besarnya keluaran Amplitudo tegangan komponen dasar (orde 1) dari deret
harmonisa gelombang persegi adalah[ ] : Vo =
π  VDC 

 ..... (2.13)
4 2 
Gambar 2.9. Bentuk gelombang keluaran Half Bridge VSI
2.4.
Rangkaian Kontrol Ballast Elektronik (Resonant Inverter) : Implementasi
Dengan Menggunakan IC, IR21571
Rangkaian terpadu (IC, Integrated Circuits) IR21571 adalah rangkaian
yang disedikan khusus digunakan untuk mengendalikan dan mengoperasikan
rangkaian ballast elektronik. Pengoperasian dan penjelasan kaki (pin) dari IC
dibeikan oleh datasheets dan dapat dibaca pada bagian lampiran.
Gambar 2.10 adalah bentuk rangkaian pengendali ballast elektronik
frekuensi tinggi yang digunakan untuk mengoperasikan lampu fluorescent.
Rangkaian ini menggunakan IC (Integrated Circuit) IR21571 sebagai pusat
pengendalian dalam pengoperasian lampu fluorescent, yaitu dengan cara
memprogram secara fleksibel oleh komponen luar pada sisi masukkannya, yang
mana tujuannya adalah untuk menghasilkan keluaran frekuensi operasi lampu
yang bisa diubah-ubah berdasarkan kondisi persyaratan preheat, ignition, dan
running dari pengoperasian lampu fluorescent. Peralihan (transisi) dari setiap titik
nilai frekuensi operasi berjalan sangat mulus (smooth). Selain itu, IR21571 juga
menyediakan masukan (input) untuk memproteksi rangkain dari berbagai macam
gangguan seperti, proteksi arus lebih (over current), proteksi tegangan lebih
(overvoltage), proteksi
dari tegangan kurang (udervoltage), mendeteksi
terputusnya elektroda filamen lampu Tl, dan mendeteksi keberadan lampu
fluorescent yang terpasang.
Prosedur yang dilakukan untuk memprogram masukkan (input) pada
IR21571 adalah dengan memilih parameter-parameter masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran pada titik frekuensi operasi yang diinginkan.
Penentuan besarnya nilai komponen luar yang terhubung pada IR21571
dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut : [
RT =
Rrun
]

1,33  1
0,56.R DT CT  Ohm ...................................................... (2.14)

CT  2 f ign

 1


− t deadtime 
 2 f run

=
Ohm .............................................. (2.15)

1  1

1−
− t deadtime 
RT CT  2 f run

C ph =
1
CT
t ph
515 . 10 6
...................................................................................... (2.16)
RDT =
1,41 t deadtime
.................................................................................. (2.17)
CT
RCS =
ROC 50 µA
................................................................................... (2.18)
I ign
C ign =
R ph
t ign
3R ph
............................................................................................. (2.19)

1,33  1
− 0,56 R DT CT 

CT  2 f ph

=
................................................ (2.20)

1,33  1
1−
− 0,56 R DT CT 

RT CT  2 f ph

Gambar 2.10. Diagram rangkaian pengendali ballast elektronik
Parameter-parameter tph , tdeadtime , tign , dan CT
semuanya dipilih dan
disesuaikan dengan perancangan yang diniginkan. Komponen lain yang
dibutuhkan seperti dioda, kapasitor, dan resistor (yang ditunjukkan oleh gambar
2.10) semuanya digunakan untuk Power-up, snubbing, bootstrapping, dan DC
blocking. Dan dalam penentuannya harus disesuaikan dengan datasheets IC yang
disediakan oleh manupakture.
2.5.
DC Power Supply : Rangkaian Konverter AC-DC (Rectifier)
Gambar 2.11(a) adalah topologi rangkaian Power Supply DC, yaitu
rangkaian konverter AC-DC (Rangkaian dioda jembatan) yang menggunakan
filter R-C. Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah, ketika setengah gelombang
positif dari tegangan sesaat sumber vs lebih tinggi dari pada tegangan kapasitor
v L , dioda D1 dan D2 konduksi, maka kapasitor C akan di isi muatannya
(charging) sampai tegangannya sama dengan besar tegangan maksimum sumber.
Dan ketika tegangan sumber v s mulai turun dibawah besarnya nilai tegangan
kapasitor, dioda D1 dan D2 tidak konduksi (dibias balik oleh tegangan kapasitor),
maka kapasitor akan melepaskan muatannya (discharging) ke beban melalui
resistor R.
(a)
Gambar 2.11. Rangkaian konverter AC ke DC,
(a) dengan filter kapasitor C,
(b). Bentuk gelombang keluaran,
(b)
Ketika setengah gelombang negatif dari tegangan sesaat sumber v s , dioda
D3 dan D4 konduksi, maka kapasitor C yang sedang melepaskan muatannya
(belum seluruh muatannya habis) sudah di isi kembali (charging) sampai
tegangannya sama dengan tegangan maksimum sumber. Dan ketika tegangan
sumber v s mulai turun dibawah besarnya nilai tegangan kapasitor, dioda D3 dan
D4 tidak konduksi (dibias balik oleh tegangan kapasitor), maka kapasitor akan
melepaskan muatannya (discharging) ke beban melalui resistor R. Begitu
seterusnya proses diulangi lagi dari awal.
Besarnya tegangan kapasitor
vL
nilainya bervariasi antara nilai
maksimum v m dan nilai minimumnya ( v m - v r ( pp ) ), seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 2.11(b), dimana vr ( pp ) adalah tegangan ripple puncak ke puncak.
Dalam perancangannya, jika diinginkan tegangan ripple yang kecil, maka
v r ( pp ) dapat diaproksimasi oleh[ ] :
v r ( pp ) =
Vm
,............................................................................. (2.21)
f r RC
dimana f r adalah frekuensi ripple
Karena itu, tegangan keluaran rata-rata

1 
 ................................................................. (2.22)
Vdc = Vm 1 −
2 f r RC 

Besarnya nilai komponen R ditentukan berdasarkan daya rating PR dari komponen
resistor tersebut, yaitu :
Vdc2
R=
....................................................................................... (2.23)
PR
Dapat dilihat pada gambar 2.11(b), bahwa sudut konduksi
tiap dioda
akan semakin kecil ketika besarnya keluaran tegangan ripple v r ( pp ) mengecil,
sehingga akibat dari kondisi ini, komponen dioda penyearah akan sangat
menderita akibat adanya hantaman surja arus puncak (surge peak current) yang
sangat tinggi secara berulang-ulang. Dan ini akan menyebabkan adanya masalah
harmonik pada jaringan distribusi listriknya. Selain itu, kondisi ini akan
menyebabkan diode rectifier akan cepat rusak.
BAB III
PERANCANGAN BALLAST ELEKTRONIK FREKUENSI TINGGI
Dalam perancangan dan pembuatan prototIpe rangkaian ballast elektronik,
perancangan dibagi menjadi 3 bagian blok, yaitu blok DC Power Supply, blok
rangkaian resonant inverter, dan blok rangkaian kontrol ballast elektronik.
Pembahasan dimulai dari cara menentukan prosedure dalam perancangan tiap
blok rangkaian, setelah itu, perancangan aktual dari ballast elektronik yang ingin
dibuat prototipenya, dan terakhir adlaah menjelaskan besaran-besaran yang
digunakan untuk pengujian dan mengukur performance dari prototipe ballast
elektronik.
3.1.
Perosedur perancangan Rangkaian Ballast Elektronik
3.1.1. Perosedur perancangan Rangkaian DC Power Supplly
Gambar 3.1 adalah blok rangkaian DC Power Supply yang akan
dirancang.
Gambar 3.1. DC Power Supply
Langkah-langkah yang diperlukan dalam perancangannya adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan besarnya keluaran (output) tegangan Vdc yang diinginkan
2. Tentukan besarnya daya rating resistor PR , dan hitung besarnya nilai
resistor R menggunakan persamaan 2.23.
3. Hitung besarnya nilai kapasitor C menggunakan persamaan 2.22.
4. Hitung besarnya nilai tegangan ripple peak-peak menggunakan
persamaan 2.21.
5. Tentukan besarnya rating arus dari rangkaian penyearah dioda
jembatan (Bridge diode rectifier).
3.1.2. Perosedur perancangan Rangkaian Resonant Inverter
Gambar 3.2. Rangkaian Resonant Inverters
Perancangan blok rangkaian resonant inverters didasarkan pada
model rangkaian ekivalen seperti yang ditunjukkan oleh gambar
3.2.diatas.Langkah
langkah
yang
diperlukan
dalam
menentukan
parameter-parameter dari rangkaian resonant inverter adalah :
1. Diinginkan perancangan Rangkaian Resonant Inverter dengan
kondisi sebagai berikut : besarnya nilai frekuensi pada kondisi
running adalah frun , dan besarnya nilai efisienssi rangkaian resonant
inverter (ballast elektronik) yang dihasilkan adalah .
2. Tentukan besarnya tegangan keluaran dari Half Bridge Inverter VS
menggunakan persamaan 2.13.
3. Pilih dan tentukan tipe lampu Fluorescent yang akan digunakan
dalam perancangan, dan tentukan Prun , Vrun , Vph , Vign Max , dan Iign
Max
yang diberikan oleh Datasheets lampu fluorescent yang
digunakan.tersebut.
4. Dengan lampu fluorescent dalam kondisi running, tentukan :
• Besarnya nilai Resistansi lampu fluorescent Rlamp menggunakan
persamaan 2.6.
•
Besarnya nilai Induktansi L menggunakan persamaan 2.12.
• . Untuk menentukan nilai
C yang terbaik, iterasi dan hitung
frekuensi fph , fign , dan frun dengan menggunakan persamaan
(2.1), (2.4), dan (2.8), sehingga nilai-nilainya memenuhi kondisi
persyaratan : fph - fign > 5 kHz.
3.1.3. Perosedur perancangan Rangkaian Kendali Ballast Elektronik
Setelah besarnya nilai Rlampu , L , C , fph , fign ,frun , Vph , Vign , dan
Iign ditentukan, maka selanjutnya adalah merancang paramaeter-parameter
input untuk rangkaian kendali ballas elektronik.
Gambar 3.3 adalah blok rangkaian kendali ballast elektronik yang
menggunakan IC (rangkaian terpadu) IR21571.
Gambar 3.3. Rangkaian Kendali Ballast Elektronik
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mem-program input-an
IC IR21571 dalah dengan menentukan besarnya nilai komponenkomponen yang terhubung ke kaki (pin) input IC, yaitu besarnya nilai CPH
, CRAMP , RPH , RT , RRUN
, CT ,dan RDT yang ditentukan dengan
menggunakan persamaan (2.14) sampai dengan persamaan (2.20).
Untuk kaki-kaki (pin) IC yang lain adalah digunakan untuk setting
sistem proteksi dan untuk mem-Power Up IC IR21571. Ini ditentukan
berdasarkan
rekomendasi
dari
datasheet
IC
manufacture,
penentuannya berdasarkan flowchart dari gambar 3.4 dibawah ini.
Gambar 3.4. Flowchart untuk mem-Power Up IR21571 dan setting sistem proteksi
dan
3.2.
Perancangan Aktual Prototipe Ballast Elektronik
3.2.1. Perancangan DC Power Supplly
Perancangan mengacu pada blok rangkaian pada Gambar 3.1.
1. Dinginkan keluaran (output) tegangan DC dari perancangan Power
Supplly adalah sebesar VDC = 300 Volt (DC), dan daya keluarannya
PDC = 45 Watt.
2. Diketahui Tegangan AC sumber jala-jala listrik 220 Volt (RMS) dan
frekuensi 50 Hz., maka tegangan AC maksimum-nya :
Vm = 2 VRMS = 2 . 220 = 311,13 Volt.
3. Pilih nilai rating daya resistor sebesar ½ Watt, maka dengan
menggunakan persamaan 2.23, besarnya nilai resistor filter Adalah
R=
2
V DC
300 2
=
= 180.000 = 180 kΩ
P
1/ 2
4. Dengan menggunakan persamaan 2.22, besarnya nilai kapasitor filter

1
adalah : V dc = V m  1 −
2 fRC

C=
1
 V
2 fR1 − DC
Vm




=



1
300 

2 . 50 . 180000 1 −

311,13 

= 1,55 µF
5. Dengan menggunakan persamaan 2.21., besarnya tegangan ripple
peak-peak, v r ( pp ) =
Vm
311,13
=
= 22.3 Volt
fRC 50 . 180. 10 3 1,55. 10 −6
6. Pemilihan nilai rating arus penyearah dioda jembatan (Bridge diode
rectifier) adalah : I DC =
PDC
45
=
= 0,15 Ampere .
VDC 300
Pilih nilai rating arus penyearah diode jembatan sebesar 1 Ampere.
3.2.2. Perancangan Rangkaian Resonant Inverter
Perancangan mengacu pada blok rangkaian pada Gambar 3.2.
1. Dinginkan perancangan Rangkaian Resonant Inverter dengan kondisi
sebagai berikut : besarnya nilai frekuensi pada kondisi running adalah
frun = 35 kHz , dan besarnya nilai efisienssi rangkaian resonant
inverter (ballast elektronik) yang dihasilkan adalah
= 95%
2. Besarnya tegangan keluaran (output) dari Half Bridge Inverter VS
adalah ; dengan menggunakan persamaan 2.13. didapat :
VS =
π  VDC 
3,14 300
= 157 Volt

=
4 2 
4
2
3. Datashets lampu fluorescent
Lampu fluorescent yang digunakan adalah dari tipe TLD T8/36W
merk Philips, dengan Datashets sebagai berikut :
Arus Preheat,
Iph
Tegangan Preheat maksimum,
Vph Max = 300 V
Tegangan Ignition maksimum,
Vign Maks = 550 V
Daya Running,
Prun
= 36 W
Tegangan Running,
Vrun
= 144 V
= 0,6 mA
4. Dengan lampu fluorescent dalam kondisi running, tentukan :
a
Besarnya nilai Resistansi lampu fluorescent Rlamp menggunakan
persamaan 2.6, yaitu :
R Lampu
2
Vrun
144 2
=
=
= 288 Ohm
2 Prun 2 . 36
b. Besarnya nilai Induktansi L menggunakan persamaan 2.12.,
L=
Vin2 η
f run
2 π 2 Prun
=
300 2. 0,95
35.10 3. 2 . 3,14 2 . 36
c. Besarnya nilai Kapasitansi C,
didapat C = 10 nF.
= 4,6 mH
menggunakan persamaan 2.8,
3.2.3. Perancangan Rangkaian Kendali Ballast Elektronik
Perancangan mengacu pada blok rangkaian pada Gambar 3.3
1. Menentukan parameter komponen luar yang digunakan untuk
memprogram input-an pada kaki (pin) IR21571
Untuk memprogram input IC IR21571 kita menggunakan persamaan
(2.14) sampai dengan persamaan (2.20), dan konstanta yang
ditentukan dan direkomendasikan oleh datasheet IC dari manufactur,
yaitu :
tph
= 1,0 detik (s)
tdeadtime= 1. 10--6 detik
tign
= 0,15 detik
CT
= 470 pF
Dengan data diatas didapat parameter-parametr komponen yang
dibutuhkan adalah :
=
RDT
1,41 t deadtime
CT
1,41. 10 −6
=3k
=
470. 10 −12
RT
R ph
=
1,33  1
0,56.R DT CT
CT  2 f ign
=
1,33
470 . 10 −12






1

0,56 . 3 . 10 3 . 470 . 10 −12  = 33 kΩ
3
 2 . 40 . 10


1,33  1
− 0,56 RDT CT 

CT  2 f ph

=

1,33  1
− 0,56 R DT CT 
1−

RT CT  2 f ph

R ph


1

− 0,56 . 3 . 10 3 . 470 . 10 −12 
3
 2 . 48 . 10

=


1,33
1

1−
− 0,56 . 3 . 10 3 . 470 . 10 −12 
3
−12 
3
33 . 10 . 470 . 10  2 . 48 . 10

1,33
470 . 10 −12
= 51 kΩ
RCS =
ROC 50 µA
I ign
RCS =
30 . 10 3. 50 . 10 −6
2
C ph =
C ign =
t ph
515 . 10
t ign
3R ph
6
=
=
= 0,75 Ω
1
515 . 10 6
0,15
3 . 51 . 10 3
= 200 nF
= 1 µF
Gambar 3.5 adalah diagram perancangan aktual ballast elektronik yang
akan dibuat prototipenya.Komponen lain yang ditunjukkan oleh Gambar
3.5. adalah komponen yang dibutuhkan untuk mem-power up IC IR
21571, dan besarnya disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh IC
datasheets dari manufaktur.
Tabel 3.1 adalah daftar semua komponen yang dibutuhkan dalam
perancangan ballast elektronik aktual.
Gambar 3.5. Skema Rangkaian Ballast Elektronik
Tabel 3.1. Daftar Komponen Rangkaian Ballast Elektronik
Jml
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
Tipe Komponen
Bridge Rectifier
Capacitor
DC Bus Capacitor
Capacitor
Capacitor
Preheat Time Capacitor
Capacitor
Resonant Capacitor
Capacitor
Capacitor
Capacitor
Capacitor
Capacitor
Fast Recovery Diode
Diode
Diode
Fuse
Ballast Control IC
Resonant Inductor
Half-Bridge MOSFET
Current Sense Resistor
Resistor
Deadtime Resistor
Nilai
1:00 AM
100 nF
27 uF
220 pF
100 nF
200 nF
1 uF
10 nF
1.5 nF
10 nF
470 pF
4.7 uF
330 nF
600 V
17 V
1N4148
2:00 AM
IR21571
1.9 mH
IRF720
0.75 Ohm
100 KOhm
3 KOhm
Rating
1000V
25V
450V
25V
400V
25V
25V
1500V
630V
25V
25V
25V
25V
1A
500mW
Tol
5%
1%
250VAC
5%
1%
1%
Referensi
BR1
CBOOT, COC, CSD,CVCC1
CBUS
CCS
CDC
CPH
CRAMP
CRES
CSNUB
CSTART
CT
CVCC2
CVDC
DBOOT
DCP1
DCP2
F1
IC BALLAST
LRES
MHS, MLS
RCS
RDC, RSD
RDT
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Resistor
Resistor
Resistor
Resistor
Preheat Frequency Resistor
Resistor
Resistor
Resistor
Oscillator Timing Resistor
Resistor
20 Ohm
1 KOhm
10 Ohm
30 KOhm
51 KOhm
1 M Ohm
33 KOhm
270 KOhm
33 KOhm
56 KOhm
5%
1%
1%
1%
1%
RHO, RLO
RLIM1
RLIM2, RLIM3
ROC
RPH
RPU, RVAC
RSTART
RSUPPLY
RT
RVDC
Gambar 3.6. Foto Prototipe Ballast Elektronik Hasil Rancangan
3.3.
Metode Evaluasi Performance Lampu Fluorescent dan Ballast Elektronik
Besaran-besaran
berikut
adalah
besaran
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi performance dari lampu fluorescent dan rangkaian ballast, dimana
tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menentukan kualiatas dari hasil rancangan,
yaitu :
1. Kuat Fluks Cahaya Lampu, adalah total keluaran cahaya dari lampu. Diukur
dalam satuan Lumen
2. Luminous Efficacy, adalah efisiensi pencahayaan, dan didefinisikan sebagai
perbandingan antara Keluaran Cahaya Lampu terhadap Daya Input yang
dikonsumsi oleh lampu, diukur dalam satuan Lumen/Watt.
Atau,
Keluaran Cahaya Lampu
Daya Input
=
Lumen
Watt
3. Ballast Factor, BF, adalah perbandingan keluaran cahaya lampu yang
menggunakan ballast yang akan
di uji terhadap keluaran cahaya lampu,
dengan yang menggunakan ballast referensi.
Lampu yang digunakan adalah sama.,satuannya dalam Persen (%)
BF
=
Keluaran Cahaya lampu dengan Ballast yang akan di uji Lumen
=
x 100%
Keluaran Cahaya dengan Ballast Referensi
Lumen
4. Ballast Efficacy Factor, BEF,
adalah efisiensi ballast, dan didefinisikan
sebagai perbandingan antara Ballast Factor terhadap daya input. Satuannya
Persen/Watt.
=
BEF
BF
DayaInput
=
%
Watt
5. Power Factor, PF, adalah faktor daya, dan didefinisikan sebagai perbandingan
antara Daya Nyata (Watt) terhadap Daya Apparent (Volt Ampere).
PF
=
P (Watt )
S (VA)
BAB IV
PENGUJIAN PROTOTIPE BALLAST ELEKTRONIK
Untuk mengetahui kualitas dari hasil perancangan, maka protototipe Ballast
Elektronik perlu di uji, yang mana tujuannya adalah untuk melihat apakah hasil
rancangan telah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pengujian dilakukan dalam dua tahap, dimana tahap yang pertama adalah,
mengukur tegangan keluaran DC dari penyearah (Rectifier), mengukur tegangan keluaran
dari Half Bridge Inverter, dan mengukur tegangan pada lampu fluorescent.
Pengujian tahap kedua adalah, membandingkan beberapa pengukuran parameter
performance dari prototipe ballast Elektronik hasil rancangan dengan ballast
elektromagnet (kumparan induktror)
4.3.
Peralatan Pengukuran Yang Digunakan
Peraltan yang digunakan untuk pengukuran dalam pengujian prototipe
rangkaian ballast elektronik adalah sebagai berikut :
1. Amperemeter
2. Voltmeter
3. Multitester
4. Wattmeter
5. Luxmeter
6. Osiloskop
7. Autotransformator
Gambar 4.1 adalah foto alat ukur yang digunakan untuk pengujian
rangkaian ballast elektronik.
Osiloskop
Watt,ampere,volt meter
Autotransformator
Multitester
Luxmeter
4.2. Pengukuran Tegangan keluaran Rectifier
4.2 Perbandingan Pengujian antara Ballast Elektronik dan Ballast
Elektromagnet
Tabel 4.1 adalah data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap ballast
referensi, dimana ballast referensi yang digunakan adalah dari jenis ballast
elektronik merk Phlips yang ada tersedia di pasaran bebas.
Tabel 4.1 Data Pengukuran Ballast Referensi (Merk Philips)
Vinput
Ballast
(Volt)
230
220
210
200
190
180
170
160
150
Poutput
Ballast
(Watt)
34
34
34
32
30
28
26
24
22
Output
Cahaya Lampu
(Lumen)
1850
1775
1725
1675
1575
1525
1475
1350
1250
4.2.1 Pengujian dan Perhitungan Performance pada Pengoperasian Lampu
Fluorescent dengan Menggunakan Prototipe Ballast Elaktronika.
Tabel 4.2 adalah hasil pengukuran pada pengoperasian lampu fluorescent
dengan yang menggunakan prototipe ballast elektronik hasil rancangan.
Tabel 4.2. Data Hasil pengukuran Ballast Elektronik
Vinput
Ballast
(Volt)
230
220
210
200
190
180
170
160
Iinput
Ballast
(Amp)
0.18
0.18
0.18
0.18
0.18
0.18
0.18
0.18
Pinput
Ballast
(Watt)
42
40
38
36
36
36
34
32
Voutput
Ballast
(Volt)
65
64
64
64
64
70
72
75
Ioutput
Ballast
(Amp)
0.28
0.27
0.26
0.26
0.24
0.22
0.21
0.2
Poutput
Ballast
(Watt)
35
35
32
31
30
30
28
28
Output
Cahaya Lampu
(Lumen)
2000
1975
1925
1875
1850
1800
1775
1700
Dari data pada Tabel 4.2 dapat dilakukan beberapa perhitungan untuk
mengukur dan melihat beberapa parameter unjuk kerja (performanace) dari
prototipe ballast elektronik hasil rancangan, yaitu dengan menggunakan rumusrumus seperti yang telah dijelaskan pada Sub-Bab 3.3, diantaranya adalah ;
Efisiensi Total
, Luminous Efficacy (LE), Ballast Factor (BF), dan Ballast
Efficacy Factor (BEF).
Hasil perhitungan Performance Ballast Elektronik, adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Efisiensi Total
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100%
Dari data pada Tabel 4.2, perhitungan Efisiensi Total , adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 42 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 35 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
35 W
x 100% = 83,0 %
42 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 40 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 35 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
35 W
x 100% = 87,5 %
40 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 38 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 32 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
32 W
x 100% = 84,2 %
38 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 200 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 36 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 31 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
31 W
x 100% = 86,1 %
36 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 190 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 36 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 30 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
30 W
x 100% = 83,3 %
36 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 180 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 36 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 30 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
30 W
x 100% = 83,3 %
36 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 170 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 34 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 28 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
28 W
x 100% = 85,2 %
34 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 160 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 32 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 28 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
28 W
x 100% = 87,5 %
32 W
2. Perhitungan Luminous Efficacy (LE), disebut juga Efisiensi Pencahayaan
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu
Daya Input ke Lampu (Daya Output Ballast)
=
Lumen
Watt
Dari data pada Tabel 4.2, Perhitungan Luminous Efficacy (LE) adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 42 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 2000 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 2000 Lumen
=
= 47,6 Lumen / W
Daya Input
42 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 40 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1975 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1975 Lumen
=
= 49,4 Lumen / W
Daya Input
40 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 38 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1925 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1925 Lumen
=
= 50,7 Lumen / W
Daya Input
38 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 200 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 36 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1875 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1875 Lumen
=
= 52,1 Lumen / W
Daya Input
36 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 190 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 36 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1850 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1850 Lumen
=
= 51,4 Lumen / W
Daya Input
36 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 180 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 36 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1800 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1800 Lumen
=
= 50,0 Lumen / W
Daya Input
36 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 170 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 34 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1775 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1775 Lumen
=
= 52,2 Lumen / W
Daya Input
34 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 160 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 32 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1700 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1700 Lumen
=
= 53,1 Lumen / W
Daya Input
34 Watt
3. Perhitungan Ballast Factor (BF)
BF
=
Keluaran Cahaya lampu dengan Ballast yang akan di uji
x 100%
Keluaran Cahaya dengan Ballast Referensi
Dari data pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, Perhitungan Ballast Factor (BF)
adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1850 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 2000 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
BF
=
2000 Lumen
x 100% = 108,11%
1850 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1775 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1975 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
BF
=
1975 Lumen
x 100% = 111,27%
1775 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1725 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1925 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
BF
=
1925 Lumen
x 100% = 111,59%
1725 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 200 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1675 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1875 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
BF
=
1875 Lumen
x 100% = 111,94%
1675 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 190 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1575 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1850 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
=
BF
1850 Lumen
x 100% = 117,46%
1575 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 180 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1525 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1800 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
=
BF
1800 Lumen
x 100% = 118,03%
1525 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 170 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1475 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1775 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
=
BF
1775 Lumen
x 100% = 120,33%
1475 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 160 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1350 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast Prototipe Hasil Rancangan adalah sebesar 1700 Lumen.,
maka Ballast Factor (BF) adalah,
=
BF
1700 Lumen
x 100% = 125,93%
1350 Lumen
4. Perhitungan Ballast Efficacy Factor (BEF), disebut juga Efisiensi Ballast
BEF
=
BF
Daya Input
=
%
Watt
Dari data pada Tabel 4.1 dan dari hasil perhitungan Ballast Faktor pada
poin 3 diatas, maka Perhitungan Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 108,11 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 42 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
108,11 %
BF
=
= 2,57 % / W
Daya Input
42 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 111,27 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 40 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
111,27 %
BF
=
= 2,78 % / W
Daya Input
40 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 111,59 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 38 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
111,59 %
BF
=
= 2,94 % / W
Daya Input
38 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 200 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 111,94 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 36 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
111,94 %
BF
=
= 3,11 % / W
Daya Input
36 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 190 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 117,46 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 36 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
117,46 %
BF
=
= 3,26 % / W
Daya Input
36 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 180 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 118,03 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 36 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
BF
118,103%
=
= 3,27 % / W
Daya Input
36 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 170 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 120,33 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 34 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
120,33 %
BF
=
= 2,54 % / W
Daya Input
34 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 160 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 125,93 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 32 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
125,93 %
BF
=
= 2,95 % / W
Daya Input
36 Watt
Dari beberapa hasil perhitungan Performance diatas, hasilnya dapat
diringkas dan direkap, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Performance
Ballast Elektronik
LE
BF
BEF
Vinput
(%)
(Volt)
Total
(Lumen/Watt)
(%)
(% / Watt)
230
220
210
200
190
180
170
160
83,0
87,5
84,2
86,1
83,0
83,3
85,2
87,5
47,6
49,4
50,7
52,1
51,4
50,0
52,2
53,1
108,11
111,27
111,59
111,94
117,46
118,03
120,33
125,93
2,57
2,78
2,94
3,11
3,26
3,27
3,54
3,95
Keterangan Hasil Pengujian dan Perhitungan Performance:
Dari hasil pengujian pada Tabel 4.2
terlihat bahwa Tegangan
pengoperasian lampu fluorescent dapat divariasikan tegangan input-nya sekitar
antara 230 – 160 volt dan menghasilkan arus masukkan yang konstan sebesar 0,18
Ampere.
Hasil rekapitulasi perhitungan pada Tabel 4.3, didapat beberapa nilai rataratanya, yaitu :
1. Efisiensi Total Rata-rata dari pengoperasian lampu fluorescent dengan yang
mengggunakan Prototipe Ballast Elektronik hasil rancangan adalah :
η Rata −rata =
83,0 + 87,5 + 84,2 + 86,1 + 83,0 + 83,3 + 85,2 + 87,5
= 85 %
8
2. Luminous Efficacy (Efisiensi Pencahayaan) Rata-rata adalah :
LE Rata − rata =
47,6 + 49,4 + 50,7 + 52,1 + 51,4 + 50,0 + 52,2 + 53,1
= 50,8 Lum / W
8
3. Ballast Factor (BF) Rata-rata adalah :
108,11 + 111,27 + 111,59 + 111,54 + 117,46 + 118,03 + 120,33 + 125,93
8
= 115,53 %
BFRata −rata =
4. Ballast Efficacy Factor (BEF) Rata-rata adalah,
BEFRata − rata =
2,57 + 2,78 + 2,94 + 3,11 + 3,26 + 3,27 + 3,54 + 3,95
= 3,18 % / W
8
4.2.2 Pengujian dan Perhitungan Performance pada Pengoperasian Lampu
Fluorescent dengan Menggunakan Ballast Elektromagnet (Kumparan)
Tabel 4.4 adalah hasil pengukuran pada pengoperasian lampu fluorescent
dengan yang menggunakan ballast elektromagnet yang sudah ada tersedia di
pasaran bebas.
Tabel 4.4. Data Hasil pengukuran Ballast Elektromagnet
Vinput
Ballast
(Volt)
230
220
210
200
190
180
170
160
Iinput
Ballast
(Amp)
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
Pinput
Ballast
(Watt)
45
42
39
0
0
0
0
0
Voutput
Ballast
(Volt)
110
100
210
200
190
180
170
160
Ioutput
Ballast
(Amp)
0,22
0.22
0.22
0
0
0
0
0
Poutput
Ballast
(Watt)
32
31
31
31
30
30
28
28
Output
Cahaya Lampu
(Lumen)
1500
1475
1460
Off
Off
Off
Off
Off
Dari data pada Tabel 4.4 dapat dilakukan beberapa perhitungan untuk
mengukur dan melihat beberapa parameter unjuk kerja (performanace) dari
ballast elektromagnet, yaitu dengan menggunakan rumus-rumus seperti yang
telah dijelaskan pada Sub-Bab 3.3, diantaranya adalah ; Efisiensi Total
,
Luminous Efficacy (LE), Ballast Factor (BF), dan Ballast Efficacy Factor
(BEF).Hasil perhitungan Performance Ballast Elektromagnet, adalah :
1. Perhitungan Efisiensi Total
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100%
Dari data pada Tabel 4.2, perhitungan Efisiensi Total , adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 45 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 32 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
32 W
x 100% = 71,0 %
45 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 42 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 31 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
31 W
x 100% = 73,0 %
42 W
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Daya Masukkan
pada ballast sebesar Pinput = 39 Watt, dan Daya Keluaran ballast sebesar Poutput
= 31 Watt., maka Efisiensi Total , adalah,
η=
Daya Keluaran Ballast ( Poutput )
Daya Masukkan Ballast ( Pinput )
x 100% =
31 W
x 100% = 79,0 %
39 W
2. Perhitungan Luminous Efficacy (LE), disebut juga Efisiensi Pencahayaan
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu
=
Daya Input ke Lampu (Daya Output Ballast)
Lumen
Watt
Dari data pada Tabel 4.2, Perhitungan Luminous Efficacy (LE) adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 45 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1500 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1500 Lumen
=
= 33,30 Lumen / W
Daya Input
45 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 42 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1475 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1475 Lumen
=
= 35,10 Lumen / W
Daya Input
42 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Daya Masukkan
ke lampu dan ballast sebesar Pinput = 39 Watt, dan Kuat Fluks Cahaya dari
Keluaran Lampu sebesar 1460 Lumen., maka Luminous Efficacy (LE) adalah,
LE =
Keluaran Kuat Fluks Cahaya Lampu 1460 Lumen
=
= 37,43 Lumen / W
Daya Input
39 Watt
3. Perhitungan Ballast Factor (BF)
BF
=
Keluaran Cahaya lampu dengan Ballast yang akan di uji
x 100%
Keluaran Cahaya dengan Ballast Referensi
Dari data pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, Perhitungan Ballast Factor (BF)
adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1850 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast elektromagnet adalah sebesar 1500 Lumen., maka
Ballast Factor (BF) adalah,
BF
=
1500 Lumen
x 100% = 81,0%
1850 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1775 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast elektromagnet adalah sebesar 1475 Lumen., maka
Ballast Factor (BF) adalah,
BF
=
1475 Lumen
x 100% = 83,%
1775 Lumen
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Keluaran
Cahaya dari lampu dengan yang menggunakan ballast Referensi adalah
sebesar 1725 Lumen, dan Keluaran Cahaya dari lampu dengan yang
menggunakan ballast elektromagnet adalah sebesar 1460 Lumen., maka
Ballast Factor (BF) adalah,
=
BF
1460 Lumen
x 100% = 84,0%
1725 Lumen
4. Perhitungan Ballast Efficacy Factor (BEF), disebut juga Efisiensi Ballast
BEF
=
BF
Daya Input
=
%
Watt
Dari data pada Tabel 4.1 dan dari hasil perhitungan Ballast Faktor pada
poin 3 diatas, maka Perhitungan Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah :
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 230 Volt, didapat Balasst Factor
BF =81,0 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 45 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
81,0 %
BF
=
= 1,80 % / W
Daya Input 45 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 220 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 83,0 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 42 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
83,0 %
BF
=
= 1,97 % / W
Daya Input 42 Watt
* Untuk Tegangan input ballast Vinput = 210 Volt, didapat Balasst Factor
BF = 84,0 %, dan Daya Masukkan ke Lampu dan Ballast Pinput = 39 Watt,
maka Ballast Efficacy Factor (BEF) adalah,
BEF
=
84,0 %
BF
=
= 2,15 % / W
Daya Input 39 Watt
Dari beberapa hasil perhitungan Performance diatas, hasilnya dapat
diringkas dan direkap, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Performance
Ballast Elektromagnet
LE
BF
BEF
(%)
VAC
Total
(Volt)
(Lumen/Watt)
(%)
(% / Watt)
230
220
210
200
190
180
170
160
71
73
79
0
0
0
0
0
33,3
35,1
37.43
0
0
0
0
0
81
83
84
0
0
0
0
0
1,8
1,97
2.15
0
0
0
0
0
Keterangan Hasil Pengujian dan Perhitungan Performance:
Dari hasil pengujian pada Tabel 4.4
terlihat bahwa Tegangan
pengoperasian lampu fluorescent dapat divariasikan tegangan input-nya hannya
sekitar antara 230 – 210 volt, dan menghasilkan arus masukkan yang konstan
sebesar 0,22 Ampere. Untuk tegangan input dibawah 200 volt lampu fluorescent
sudah tidak dapat dioperasikan (tidak menyala)
Hasil rekapitulasi perhitungan pada Tabel 4.5, didapat beberapa nilai rataratanya, yaitu :
1. Efisiensi Total Rata-rata dari pengoperasian lampu fluorescent dengan yang
mengggunakan
η Rata −rata =
Ballast
Elektromagnet
71 + 73 + 79
= 74,33 %
3
2. Luminous Efficacy (Efisiensi Pencahayaan) Rata-rata adalah :
33,30 + 35,10 + 37,43
= 35,28 Lumen / Watt
3
Ballast Factor (BF) Rata-rata adalah :
LE Rata − rata =
3
BFRata − rata =
81 + 83 + 84
= 82,67 %
3
4. Ballast Efficacy Factor (BEF) Rata-rata adalah,
BEFRata − rata =
1.80 + 1,97 + 2,15
= 1,97 % / W
3
adalah
:
4.2.3 Analisa Perbandingan Pegujian Performance antara Ballast Elektronik
dengan Ballast Elektromagnet
Tabel 4.6 adalah hasil perbandingan pengoperasian lampu fluorescent yang
menggunakan prototipe ballast elektronik hasil rancangan dengan yang
menggunakan ballast elektromagnet.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Perbandingan Ballast Elektronik dengan
Ballast Elektromagnet
BEF
LE
Variasi Tegangan
(%)
BF (%)
input (volt)
Total
(Lumen/Watt)
(% / Watt)
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
230 -160
230 - 210
85
74,33
50,80
35,28
115,53
82,67
3,18
1,97
Keterangan Tabel :
A : adalah Pengoperasian Lampu Fluorescent yang menggunakan Ballas Elektronik
B : adalah Pengoperasian Lampu Fluorescent yang menggunakan Ballas
Elektromagnet
Terlihat dari Tabel 4.6 diatas, bahwa secara keseluruhan, pengoperasian
lampu fluorescent yang menggunakan ballast elektronik Performance-nya jauh
lebih baik dari pada pengoperasian lampu fluorescent dengan yang menggunakan
ballast elektromagnet.
Pengoperasian lampu fluorescent dengan yang menggunakan ballast
elektromagnet, hanya bisa dioperasikan pada tegangan input diatas 210 – 230
Volt, pengoperasian dibawah 210 Volt keadaan lampu sudah tidak dapat menyala
(padam), sedangkan pengoperasian lampu fluorescent dengan yang menggunakan
ballast elektronik lampu akan padam pada tegangan operasi dibawah 160 Volt.
Keluaran (output) cahaya yang dihasilkan oleh lampu fluorescent yang
dioperasikan dengan menggunakan ballast elektronik jauh lebih terang dari pada
keluaran cahaya lampu fluorescent dengan yang menggunakan ballast
elektromagnet, ini dibuktikan dengan nilai Ballast Factor (BF) diatas 100 %, dan
ini juga membuktikan bahwa cahayanya lebih terang dari pada yang
menggunakan ballast referensi (Ballast Elektronik Merk Philip).
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil perancangan dan pembuatan protototipe Ballast Elektronik beserta
pengujian performance, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Terlihat pada Tabel 4.6, bahwa Nilai Rata-rata Performance dari pengoperasian
lampu fluorescent yang menggunakan ballast elektronik jauh lebih baik dari pada
pengoperasian
lampu
fluorescent
dengan
yang
menggunakan
ballast
lampu
fluorescent
dengan
yang
menggunakan
ballast
elektromagnet
2. Pengoperasian
elektromagnet, hanya bisa dioperasikan pada tegangan input antara 210 – 230
Volt, pengoperasian dibawah 210 Volt keadaan lampu sudah tidak dapat menyala
(padam), sedangkan untuk pengoperasian lampu fluorescent dengan yang
menggunakan Prototipe ballast elektronik Hasil Rancangan lampu akan padam
pada tegangan operasi dibawah 160 Volt.
3. Nilai Rata-rata Efisiensi Total dari pengoperasian lampu fluorescent yang
menggunakan Prototipe ballast elektronik Hasil Rancangan adalah 85 %,
sedangkan Nilai Rata-rata Efisiensi Total dari pengoperasian lampu fluorescent
yang menggunakan ballast elektromagnet adalah 74,33 %.
4. Keluaran (output) cahaya yang dihasilkan oleh lampu fluorescent yang
dioperasikan dengan menggunakan Prototipe ballast elektronik Hasil Rancangan
jauh lebih terang dari pada keluaran cahaya lampu fluorescent dengan yang
menggunakan ballast elektromagnet, ini dibuktikan dengan nilai Ballast Factor
(BF) diatas 100 %. Dimana Ballast Factor (BF) untuk Prototipe Ballast Elektronik
Hasil Rancangan adalah 115,53 % , sedangkan Ballast Factor (BF) untuk Ballast
Elektromagnet adalah 82,67 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agrawal K. C, 2001, "Industrial Power Engineering and Applications", Plant A
Three, British..
2. George M. Chute, Robert D. Chute, 1971, “Electronics in Industry” , Fourth
Edition, Mc Graw Hill Kogakusha, Tokyo
3. Jack Cassaza, Frank Delea, 2003., "Understanding Power Systems", A John Wiley
& Sons, Inc Publication.
4. Malvino,1999, “Prinsip-prinsip Elektronik” , Edisi kedua, Terjemahan : Hanapi
Gunawan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
5. Man-Chung Wong, Zheng-Yi Zhao, Ying-Duo Han and Liang-Bing Zhao, 2001,
“Three-Dimensional Pulse-Width Modulation Technique in Three-Level Power
Inverters for Three-Phase System” , IEEE Trans.On Power Electronic, Vol .16.
6. Michael Balzarande, 2000, "Electronic Lamp Ballast Design", On Semiconductor
Publisher,
7. Mounir Zeraoulia, El Hachemi Benbouzid, 2006 ” Electric Motor Drive Selection
issues for HEV propulsion System: A study Comparative” , IEEE Transactions on
Vehicular Technology, Vol.55, No.6.
8. Muhammad H. Rashid, 2001 , “Power Electronics Handbook” , Academic Press,
San diego.
9. Thomas J. Ribarich, 2001, "New Prosedure for High Frequency Electronic Ballast
Design", IEEE Industry Aplication.
10. Supriyono, I nyoman setiawan, September2005, "Peningkatan Kinerja Lampu TL
(Fluorescent) Pada Catu Daya dena Regulasi Tegangan Buruk", Jurnal Teknik
Elektro Vol. 5 No. 2.
11. Zainal Salam, 2003, “Power Electronics and Drives” , UTMJB.
12. Zuhal, 1997, “Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya” , Erlangga
Download