busana sebagai kajian komunikasi artifactual

advertisement
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
BUSANA SEBAGAI KAJIAN KOMUNIKASI ARTIFACTUAL
(Nurhamidah Siregar)*
ABSTRAK
BUSANA SEBAGAI KAJIAN KOMUNIKASI ARTIFACTUAL
Salah satu Evaluasi peserta terhadap Widyaiswara adalah keserasian
Berbusana.Hal ini menandakan bahwa kesesuaian dan keserasian berbusana bukanlah hal
yang sederhana tetapi harus diperhatikan dengan serius.Perhatian ini bukan hanya
merupakan kapasitas yang hanya tertuju kepada widyaiswara tetapi lebih besar tertuju
kepada pemerintah.Dengan adanya respons dari pemerintah khususnya internal
kementerian agama maka diharapkan seluruh widyaiswara kementerian agama
meggunakan busana yang sama atau style yang sama ketika melakukan tatap muka di depan
kelas.
Busana dirancang dengan mempertimbangkan latarbelakang historis,
kedinasan,kenyamanan,design dan warna sehingga hasil rancangan dinas tidak sia-sia dan
mendapat respon dari peserta ataupun masyarakat dengan tanggapan yang positif,dan
pandangan yang elegan.
Feedback dari komunikasi artifaktual ini akan mengantarkan Widyaiswara pada
pemahaman fungsi retoris baju dinas dan dapat menentukan tempat dan ruang gerak
widyaiswara dalam memelihara perannya sebagai pendidik dan pelatih
Kata kunci
: Pakaiyan dinas,komunikasi artifactual,pengelolaan kesan
PENDAHULUAN
Hampir bisa dipastikan semua pakar komunikasi berpedapat bahwa seorang
komunikator memang harus dipersiapkan segalanya dari a’ sampai z’ termasuk di
dalamnya dalam hal penampilan. Seorang sosok komunikator bisa dijadikan teladan
oleh
komunikan.Segala
perilakunya
harus
mencerminkan
nilai-nilai
etika
formal,maupun informal atau bahkan mengandung unsur agama tidak terkecuali
dengan cara berpakaian dan model busana.
Pakaian merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia.pakaian menunjukkan suatu bentuk peradaban dan menjadi sebuah identitas
seseorang.Thomas Carlyle mengatakan pakaian menjadi “perlambang jiwa” (emblems
of the soul).Pakaian bisa menunjukkan siapa pemakainya.Dalam kata-kata tersohor
dari Eco, “I speak through my clotches” (aku berbicara lewat pakaianku).Pakaian
yang kita kenakan membuat pernyataan tentang diri kita,bahkan jika kita bukan tipe
orang yang peduli dengan penampilan bisa saja disaat berinteraksi dengan orang lain
menafsirkan bahwa komunikator sengaja mengolah pesan dan kesan dengan
penampilan saat komunikasi berlangsung. Salah satunya ditunjukkan oleh pakaian
dinas
dimana
kecenderungan
manusia
untuk
membentuk
identitas
bagi
kelompok.Dengan menggunakan dinas seseorang akan mendapatkan kesan
kepemilikan
terhadap
kelompoknya
sehingga
1
loyalitas
seseorang
terhadap
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
kelompoknya semakin tinggi.Dalam hal ini Negara juga mengatur tata busana atau
pakaian sipil untuk pegawai negeri sipil yang di atur dalam keputusan Presiden RI
Nomor 18 Tahun 1972 yang berisi tentang pengaturan pakaian pria dan wanita untuk
menghadiri acara-acara kenegaraan atau acara resmi atau Peraturan Menteri Dalam
Negeri no 60 Tahun 2007 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.Dan khususnya dikementerian
agama belum ada peraturan yang secara jelas dan tegas mengatur busana ini.
Widyaiswara kementerian agama yang dibebankan tugas untuk mendidik dan
melatih PNS di kementerian agama dituntut tampil untuk prima dan professional hal
ini akan berimbas dalam penampilan selama melakukan tatap muka dengan peserta
diklat.Seyogyanya Pilihan Busana,Style dan warna bisa mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri widyaiswara sehingga dengan pemenuhan psikologi ini mempunyai
efek kepada pemahaman dan kesan peserta diklat.
Sebagai perbandingan,jika kita perhatikan TIM ESQ misalnya,mereka
memilih busana hitam untuk setiap moment dalam event-event mereka,Karyawan
BRI dengan birunya,dinas polisi dengan dinasnya kejaksaan ,atau yang sifatnya
organisasi keagamaan yaitu Ust.Arifin Ilham dengan busana putihnya semuanya
sifatnya sudah menasional dan dikenal publik. Widyaiswara yang notabene adalah
sebuah posisi yang mempunyai prestise sangat tinggi di kementerian agama
sepertinya kurang diperhatikan kebersamaan dalam berbusana ini, sehingga atraksi
widyaiswara pada saat mengajar berbagai macam warna,style yang didasarkan
kepada kemampuan, pemahaman dan selera widyaiswara sendiri.Hal ini berakibat
pada penilaian peserta terhadap widyaiswara pada poin kerapian berpakaian sangat
variatif dan fluktuatif karena peserta tdk punya standard penilaian hanya didasarkan
subyektivitas peserta.
Namun sebenarnya tidak semua orang menganggap penampilan adalah
penting untuk diperhatikan.Adapun penilaian widyaiswara tertuju pada aspek
Penguasaan
materi,sistimatika
penyajian,kemampuan
menyajikan/memfasilitasi
program diklat,penggunaan Metode dan sarana,sikap dan perilaku,cara menjawab
pertanyaan
dari
peserta,penggunaan
bahasa,
pemberian
motivasi
kepada
peserta,pencapaian tujuan.Memang belum ada laporan bahwa widyaiswara yang
berpakaian sopan dan menarik,misalnya berpakaian pantas dan wajar contoh
misalnya jas/jas mini lengkap dengan kemeja dan dasinya , rambut rapi dengan
kopiah lebih berhasil dari pada widyaiswara yang berpenampilan apa adanya
misalnya berpakaian kemeja lengan pendek,tanpa dasi dan kopiah.
Bukan pesimis namun bisa digambarkan sosok widyaiswara dari segi lahiriah,
sudah barang tentu harus segera berbenah dengan mencoba mengkaji atraksi trainertrainer swasta yang pada saat jumpa pertama sudah sangat meyakinkan kalau
2
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
mengutip bahasa orang sekarang kelihatan sangat professional.Kesan ini adalah kesan
yang lumrah diterima karena busana ataupun pemilihan aksesoris ataupun kode-kode
tertentu adalah termasuk komunikasi artifactual yang bersifat non verbal.Dengan
tidak meninggalkan persiapan non lahiriah seperti kesiapan pengetahuan yang
sifatnya materi pesan(penguasaan materi) dan penggunaan metode dan sarana
komunikasi. Penampilan lahiriah yang harus dipersiapkan ,selain akan akan cukup
menarik bagi sasaran komunikasi yang hal ini adalah peserta diklat
juga akan
dikatakan bahwa penampilan yang tampak adalah bagian integrasi kepribadian
widyaiswara.
Dalam penelitian ini penulis akan mencoba mengkaji pengaruh faktor atraksi
dalam hal penampilan widyaiswara (komunikator) terhadap efek penyampaian pesan
(komunikasi) komunikasi komunikasi (komunikan,audien).
B.PEMBAHASAN
Pakaian merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia.Dalam teori Maslow tentang Konsep hirarki kebutuhan disebutkan
kebutuhan manusia yang pertama adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan
biologis(Physiological needs) seperti sandang,pangan dan papan.Hal ini merupakan
sebuah sinyalemen bahwa sandang(pakaian) menempati urutan pertama dalam
kebutuhan manusia.pada posisi ini fungsi pakaian atau sandang adalah untuk
melindungi tubuh dari cuaca yang buruk(safety),gigitan serangga dll.Sejalan dengan
teori hirarki dari Abraham Maslow (1943) yang mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk berkeinginan,yang selalu menginginkan lebih banyak,keinginan ini terus
menerus dan hanya akan berhenti bila akhir hayatnya tiba.tak terkecuali dengan
keinginan manusia terhadap sandang semakin meningkatnya pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi maka kebutuhan sandang ini perlahan naik menjadi kebutuhan
affiliation atau sense of belonging atau kebutuhan dapat berperan dan perasaan
diterima oleh orang lain dan kelompoknya . bahkan pada class tertentu busana ini
sudah sampai pada tahap penghargaan dan prestise(esteem or status needs) ditandai
dengan munculnya butik-butik (branded)merek tertentu yang menjual busana dengan
harga tinggi.Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif.Busana, pakaian,
kostum
dan
dandanan
adalah
bentuk
komunikasi
artifactual
(Artifactual
Communication).Komunikasi Artifactual didefenisikan sebagai komunikasi yang
berlangsung melalui pakaian dan penataan artefak,misalnya : pakaian, dandanan,
barang perhiasaan, kancing baju, atau furniture di rumah atau dekorasi ruang.
Di samping itu pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi oleh karena
“memilih pakaian,baik di toko maupun di rumah berarti mendefenisikan dan
menggambarkan diri kita sendiri”(Lurie,1992).Namun dalam hal ini untuk busana
3
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
PNS sebagai pelayan masyarakat Negara berkepentingan untuk menggunakan kodekode busana atau baju dinas tertentu untuk mengurangi individualitas guna
memaksakan identitas kolektif.Sebagai contoh Peraturan Menteri Dalam Negeri no
60 thn 2007 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen
Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.Selain itu baju dinas juga menjadi symbol
profesi bagi orang yang memakainya.Pakaian dinas yang dimiliki oleh sebuah
organisasi biasanya lebih dari satu dan setiap dinas memiliki fungsi penggunaannya
masing-masing didasarkan kepada hari penggunaan maupun acara yang resmi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.Selain fungsi,ada beberapa prinsip dalam
menentukan baju dinas,yaitu:
1) Latar Belakang
Dalam menentukan baju dinas,terdapat latar belakang yang berisi maksud
dan tujuan dibuatnya suatu dinas tertentu.Melalui prinsip latarbelakang
ini,baju dinas akan memiliki filosofi sehingga tidak hanya menjadi
sekedar untuk dikenakan,tetapi pakaian yang saat memakainya menjadi
bagian dari pencapaian latar belakang baju dinas tersebut.Contoh: Seorang
veteran yang memakai baju dinas disaat Upacara Proklamasi Hari
Kemerdekaan.
2). Kesamaan,
Kedinasan identik dengan kesamaan sifat dan karakteristik manusia
yang heterogen sehingga menjadikan pemakainya merasa esprit de corps di
kalangan mereka.Perasaan ini akan menjadikan suatu kelompok merasa
lebih kokoh dan kuat.oleh karena itu dalam menentukan pakaian dinas
diperlukan pertimbangan bentuk kesamaan atas kedinasan apa yang
diciptakan.Contoh Pemakaian Baju Korpri Bagi PNS pada hari Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus.dan pemakaian Pada Hari Kesadaran nasional
pada tgl 17 setiap bulannya.
3).Kenyamanan
Pakaian dinas merupakan pakaian yang dibuat dalam jumlah
banyak,meski demikian dalam membuat baju dinas perlu diperhatikan
prinsip kenyamanan.Nyamannya sebuah baju dinas akan membuat
pemakainya senang menggunakan pakaian tersebut sesuai dengan
fungsinya.Kenyamanan bisa berasal dari pilihan warna atau bahannya.
4. Desain
Sebagai sebuah dinas tidak terlepas dari tren fashion utamanya
design/model.Desain baju dinas sebaiknya merupakan desain yang netral
4
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
dan banyak digemari orang .desainnya sederhana namun tetap eleghan dan
menarik.
Dengan menggunakan dinas akan mempunyai kecenderungan untuk
membentuk identitas suatu kelompok dan meningkatkan loyalitas seseorang terhadap
kelompoknya akan semakin tinggi.Dengan loyalitas yang lebih tinggi diharapkan
akan menghasilkan kinerja yang baik sehingga masyarakat terkesan dengan bentuk
pelayanan yang telah diberikan.
1.Pengelolaan kesan
Impression management is goal directed activity of controlling or regulating
information in order to influence the impression formed by audience.It is a goaldirected conscious or unconscious attempt to influence the perception of other people
about person,object,or event by regulating and controlling information in social
interaction.
Impression Management
refers to work on maintain the desired
impression,artinya, pengelolaan kesan adalah sebuah kerja untuk mencapai kesan
yang diinginkan. Senada dengan itu,mulyana (2001: 112) menyebutkan bahwa
impression management adalah tehnik-tehnik yang ditempuh untuk memupuk kesankesan tertentu dalam situasi tertentu sehingga gambaran diri yang disajikan dapat
diterima oleh orang lain. Terkait dengan busana orang lain akan membuat kesimpulan
tentang siapa anda dan lewat apa yang anda pakai.terbukti akurat atau tidak busana
ini akan mempengaruhi penafsiran oranglain kelas social, sikap, keseriusan,
kesantaian, afiliasi politik dan sense of style atau mungkin oranglain akan menilai
kreatifitas bahkan kemampuan walaupun sifatnya sementara.
Dari defenisi di atas menyiratkan bahwa pengelolan kesan merupakan upaya
untuk memanfaatkan berbagai sumber daya komunikasi guna mencapai sebuah efek
tertentu,yakni kesan yang diinginkan,Kerja mengelola sumber daya komunikasi itulah
yang merupakan bagian dari kerja manejemen komunikasi.
Impression management is neither good or nor bad,it is an integral part of
social interaction and everyone gets involved in it everyday. Dalam pandangan
Goffman,pencetus teori Dramaturgi yang di dalamnya dijelaskan impression
management,manusia dalam berinteraksi melakukan salah satu kalimat dalam lagu
“panggung sandiwara” yang dinyanyikan oleh nicky Astria,”Ada peran wajar,dan ada
peran berpura-pura”.
5
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
a.
Pengaruh Atraksi fisik.
Bagi seorang widyaiswara,selain dituntut memiliki pengetahuan dan
berpandangan luas serta kemampuan menyajikan yang mumpuni,juga dituntut
memiliki bentuk yang bagus,penampilan yang elok serta berpakaian yang pantas,tidak
berlebihan dan wajar.Hal ini pernah dialami seorang yahudi yang bernama Sa’id bin
Al-hasan yang masuk Islam karena melihat khotib yang sedang khutbah
jum’at,dimana si khotib berpakaian jubah cukup anggun.Keadaan tersebut ternyata
telah membuat jiwa Sa’id gemetar yang kemudian masuk Islam,sebagaimana
dipaparkan Syihata (1986:28)dalam bukunya “Ad Dakwatul islmiyah Wal I’lamud
Diin”.
Masalah penampilan fisik yang dalam ilmu komunikasi disebut atraksi
bukanlah sekedar kepantasan tetapi menyangkut kepribadian,integrasi ajaran Islam
dengan pribadinya.Seorang komunikator (widyaiswara) haruslah seorang yang
mempunyai
integritas
kepribadian,yaitu
kepribadian
yang merupakan
hasil
bersatunya iman,ilmu dan amal (akhmad,1983:294).Dari pribadi yang demikian inilah
nantinya terpancar satu kekuatan yang cukup mengagumkan.Atraksi merupakan daya
tarik fisik yang berupa wajah tampan atau cantik,pakaian rapi dan penampilan yang
baik.Dalam satu hal, tidak sepenuhnya apa yang disampaikan seorang widyaiswara
mempengaruhi komunikannya (peserta diklat),tetapi juga dapat berupa keadaan dari
orang yang menyampaikannya: wajahnya,pakaiannya,penampilan disertai dengan
gesturenya atau mungkin juga factor yang lain “ He doesn’t communicate what he
says,he communicate what he is.”
Namun dalam kenyataannya memang harus diakui bahwa tidak semua sasaran
komunikasi atau peserta diklat hanya melihat apa yang disampaikan,tapi juga melihat
siapa yang menyampaikan dan bagaimana keadaannya.
b.Pengaruh warna
Banyak
orang
yang
menyakini
bahwa
warna
memiliki
bahasanya
sendiri.Warna dapat merangsang perasaan dan emosi spesifik.Menurut Mudie &
Cottam (1999),di dalam sebuah warna terkandung tiga unsur pokok yaitu:
a. Hue (corak warna),yaitu nama suatu warna,seperti merah,biru,hijau,kuning.
b. Value( Nilai warna),yaitu terang atau gelapnya suatu warna
c. Chroma,yakni intensitas kekuatan atau kemurnian warna.
Warna mempengaruhi perasaan dan tindakan setiap orang(Craighless,et al.,
1995).Tidak semua warna berdampak sama pada semua orang.Sebagian besar warna
justru menghasilkan respons berbeda-beda.Warna-warna pada spectrum yang lebih
terang (warm),seperti merah menyala (bright red),menyebabkan kelenjar dibawah
6
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
otak memproduksi adrenalin. Karenanya,exposure (penajaman ) pada warna merah
bisa menyebabkan orang menjadi lebih aktif secara fisik,dan itulah sebabnya kita
sarankan untuk tidak melambai-lambaikan bendera atau kain merah pada seekor
banteng.
Exposure pada spectrum warna yang lebih cool (lembut),seperti biru dan hijau,
menghasilkan dampak sebaliknya,yaitu berkurangnya aliran adrenalin.Oleh sebab
itu,warna dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan,misalnya untuk
meningkatkan
efisien
dalam
ruangan
kerja,menimbulkan
kesan
rileks,dan
meningkatkan nafsu makan saat makanan dihidangkan.Implikasinya,warna yang
dipergunakan untuk interior fasilitas jasa perlu diselaraskan dengan efek
cahaya,perbedaan dengan warna-warna relatif (warna yang coraknya hampir
sama),efek ruangan bersangkutan,dan efek emosional dan warna yang dipilih.
Berdasarkan riset selama beberapa tahun yang hasilnya dibukukan dalam the
Colour Eye,Cumming dan Porter (dikutip dalam Mudie & Cottam,1999) mengungkap
sejumlah wawasan penting mengenai psikologi warna,di antaranya:
a. Merah merupakan warna api dan gairah.Warna merah menggambarkan
aktivitas,energy, dan kegembiraan.Oleh sebab itu,warna ini banyak digunakan
para perancang interior untuk menambah tingkat kenyamanan unheated rooms
dan merancang desain restoran (khususnya restoran siap haji)
b. Oranye
merupakan
warna
yang bisa
menambah
semarak
perilaku
social,membangkitkan semangat,dan mengurangi rasa permusuhan dan
kemarahan.
c. Kuning dipandang sebagai warna yang bisa menimbulkan dua dampak
kontradiktif.Di satu sisi,warna kuning di nilai bisa memberikan dampak
stmulatif saat orang membutuhkan konsentrasi.Namun sebaliknya,jika warna
ini digunakan terlampau banyak,ada kemungkinan orang justru menjadi stress
d. Hijau melambangkan kealamiahan atau keasrian dan diyakini membawa ksan
terang.Warna ini sangat sesuai untuk tempat-tempat yang membutuhkan
situasi santai untuk beristirahat.Bersama warna biru,warna kuning bisa
membangkitkan nafsu makan,sehingga cocok digunakan untuk warna desain
ruang makan
e. Biru melambangkan wibawa dan secara tidak langsung meyiratkan
kearifan,kebijaksanaan dan kebenaran.Warna ini sangat ideal untuk dunia
perbankan.
f. Ungu dinilai sebagai warna yang secara psikologis “kompleks” atau
ruwet.Sebuah penelitian di Swedia menunjukkan bahwa ungu merupakan
warna yang paling tidak disukai untuk dipakai dalam desain tata lingkungan.
Berbusana yang serasi dan menarik akan memudahkan seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Hal itu menyebabkan dia tidak canggung dalam
7
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan dapat menimbulkan rasa
percaya diri. Arti serasi menunjukan bahwa setiap bagian atau keseluruhan
mempunyai hubungan yang seimbang satu sama lain. Dengan demikian
berbusana serasi berarti apa yang dipakai pada suatu penampilan yang terdiri
atas busana, pelengkap busana, dan tata rias diri mempunyai hubungan yang
seimbang.
3.Keserasian Warna Kulit dan Warna Pakaian
Dalam menyelaraskan warna kulit (secara keseluruhan) dengan warna
pakaian, ada 3 cara yang ditempuh oleh para ahli:
a. Keselarasan
yang
didapat
dengan
pengulangan
(repetition)
Yang dimaksud dengan teknik pengulangan yaitu apabila mengambil
warna yang dominan dari kulit seseorang. Hubungan warna dipakai dalam
1 corak warna (monogromatic). Misalnya, seorang yang kulitnya coklat
(panas) mengambil kebaya panjang dengan warna yang sama coklat, juga
sering kali ada baiknya jika orang itu merasa warna coklat akan
menambah baik cahaya kulitnya yang coklat. Tetapi cara yang seperti ini
untuk warna kulit yang lain belum tentu baik dan serasi misalnya,
seseorang yang mempunyai kulit yang dingin (kekuning-kuningan)
mengambil pakaian dengan warna yang sama, mungkin hasilnya kurang
baik,
karena
tidak
memberi
cahaya
pada
muka.
Jadi untuk kulit yang temperaturnya panas cara ini ada baiknya,
sebaliknya untuk kulit yang temperatur dingin terasa kurang baik. Untuk
mengatasi hal ini jika mengallami teknik pengulangan value dari warna
haruslah mendapatkan perhatian mulai dari tingkat teerang, sedang dan
gelap. Corak yang sama denagn value kulit mungkit baik untuk orang
yang kulitnya panas, tapi tidak untuk orang yang kulitnya dingin. Untuk
orang yang berkulit dingin memilih warna dengan value yang sedang dan
gelap .
b. Keselarasan yang dimaksud dengan teknik persamaan (Similarity) adalah
: apabila mengambil warna pakaian, mengambil warna dominan dari kulit
seseorang tetapi dapat dalam hubungan beberapa corak warna yang
berdekatan dalam lingkaran warna (analoguos). Jadi dalam teknik
persamaan, seseorang akan lebih leluasa memilih warna pakaian yang
sesuai dengan keinginannya. Misalnya, seseorang yang mempunyai kulit
yang panas (merah tembaga) dapat mengambil warna yang panas seperti
jingga, kuning jinggga. Demikian juga seseorang yang mempunyai warna
8
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
kulit yang dingin (putih dapat mengambil warna biru, biru violet, dan
violet.
c.
Keselarasan
yang
didapat
dengan
perlawanan
(contrast)
Yang dimaksud denagn teknik berlawanan ialah apabila mengambil
warna pakaian, mengambil warna yang berlawanan denagn warna kulit.
Hubungan warna pakaian dan warna kulit diambil secara berlawanan
(complementary).
Mengambil warna kulit dengan teknik berlawanan bertujuan :
-Untuk mengurangi /manambah efek warna dari kulit, misalnya untuk
seorang yang mempunyai kulit merah tembaga / coklat (panas) untuk
mengurangi kesan dari panasnya warna kulit dapat mengambil warna
dingin seperti hijau, biru, hijaukebiruan. Dengan contoh ini orang akan
mudah mendapat kesimpulan bahwa warna (value) yang terang dan
sedang baik untuk orang yang kulitnya gelap. Warna (value) yang sedang
dan gelap baik untuk orang yang kulitnya terang. Untuk memberi tekanan
yang tertentu pada muka, misalnya seorang yang mempunyai kulit yang
dingin hendak memberi tekanan pada wajah yang cantik, mengambil
warna-warna panas yang berlawanan dengan kulit yang dekat dengan
muka, umpama kerah-kerah, dasi-dasi. demikian juga dapat sebaliknya
untuk orang-orang yang mempunyai kulit yang panas. Mengambil dua
warna untuk memberi tekanan yang harus diperhatikan adalah bahwa
sebagian besar dari luas haruslah dari warna-warna yang suram dan
sebagian kecil dari warna yang bercahaya.Untuk mencapai keselarasan
dalam hubungan warna untuk sebagian tekanan, haruslah ada hubungan
yang menyenangkan antara blus, kerah, dan topi, atau antara kain, kebaya
dan selendang.
Secara teori ketika seorang dihadapkan kepada suatu hal,ide,perilaku
atau keadaan tertentu (objek sikap) pada diri orang tersebut akan terjadi
perubahan sikap.Demikian juga widyaiswara dengan ditetapkannya dinas
yang
diberlakukan
secara
nasional
maka
kemungkinan
secara
performance akan keliatan lebih professional dan dikenal oleh
masyarakat.dan utamanya pesan moral dari dinas resmi akan lebih berat
tanggungjawabnya daripada pakaian biasa.
Penutup
Busana atau pakaian adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan paling jelas
dari
penampilan
luar.dengan
penampilan
ini
orang
lain
akan
cepat
mengidentifikasi kelompok tertentu.Hal ini sangat bermanfaat untuk akselerasi
9
http://sumut.kemenag.go.id/
04/02/2015
proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan atau antara
widyaiswara dengan peserta baik dalam situasi formal dan informal yang
berlangsung dibalai diklat sendiri.Disamping mempercepat pengenalan tentu akan
berimbas kepada proximity/kedekatan diantara keduanya,terciptanya saling
menghormati dan dengan berwibawa akan menciptakan rasa segan terhadap
komunikator.Dan kepada komunikator yang pada pembahasan ini adalah
widyaiswara
dinas ini akan mempunyai tanggung jawab moral ,dan
menumbuhkan untuk berdedikasi lebih baik lagi dalam pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Onong Uchjana, 2004. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya
Bandung, cet. 6. Bandung.
Ibrahim,Idi Subandi,2007.Budaya Populer Sebagai komunikasi,Jalasutra.Yogyakarta
Liliweri, Alo,. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Penerbit Mandar Maju
Bandung. Cet. 1. Bandung.
Little John SW. 1996. Theoris of Human Communicaion. Fifth edition. New York.
Wadsworth Publishing Company.
M.T.Myers & G.E. Myers, 1987. Teori-Teori Manajemen Komunikasi, alih bahasa ;
A. Hasymi Ali, cet.1 Jakarta. Bahana Aksa,
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Deddy Mulyana, (Ed.) 2002. Komunikasi
Organisasi (Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan), cet.4. Bandung, Remaja
Rosdakarya,
Rakhmat, Jalaludin., 2000. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Rosda Karya
Bandung. cet. 8.
* Penulis adalah Widyaiswara Balai Diklat Keagaamaan Medan
10
Download