Analisis Perbandingan Usahatani Rumput Laut antara Sistem Integrasi Ikan Bandeng dan Tanpa Ikan Bandeng di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota palopo Dharma Fidyansari dan Wildanah Rafli Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Abstrak: Ikan bandeng dan rumput laut secara biologis memiliki sifat-sifat yang dapat bersinergi sehingga budidaya polikultur semacam ini dapat dikembangkan karena merupakan salah satu bentuk budidaya polikultur yang ramah terhadap lingkungan. Polikultur ikan bandeng dan rumput laut juga sangat berpengaruh dalam produktivitas rumput laut itu sendiri. Sehingga perlu dikaji tentang teknik polikultur ikan bandeng dan rumput laut sehingga dapat meningkatkan pengetahuan petani dalam meningkatkan produksi rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pendapatan yang diperoleh antara petani rumput laut dengan integrasi ikan bandeng dengan tidak menggunakan ikan bandeng di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo. Penentuan sampel pada penelitian ini dengan mengambil sebanyak 10 sampel petani, dimana masing – masing 5 responden petani rumput laut dengan integrasi ikan bandeng dan tanpa ikan bandeng. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November tahun 2014 sampai pada bulan Januari tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan dan penilaian hasil produksi dengan menggunakan metode secara kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan mengumpulkan variabel yang dianalisis dalam penelitian yang diperoleh langsung dari responden. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif untuk mengetahui perbandingan rumput laut yang mengunakan integrasi ikan bandeng dan tanpa ikan bandeng. Hasil penelitian menunjukan tingkat pendapatan petani rumput laut dengan integrasi ikan bandeng sebanyak Rp6.400.000.00 dengan jumlah produksi 800 kg dalam sekali pemanenan dan tanpa integrasi ikan bandeng sebanyak Rp4.547.166.00 dengan jumlah produksi 586 kg dalam sekali pemanenan. Dimana usahatani yang menggunakan sistem integrasi ikan bandeng, jumlah produksi dan pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani rumput laut tanpa sistem integrasi ikan bandeng. Kata kunci: perbandingan, produktivitas, ikan bandeng, rumput laut. budidaya di tambak untuk ikan PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan bandeng dan atau udang (Hariati et al., 1995). kawasan yang mempunyai karakteristik tertentu dan subur, Kota palopo memiliki potensi sehingga memiliki daya tarik yang sumberdaya besar sebagai tujuan wisata dan yang terdiri dari tambak seluas pengembangan kegiatan perikanan 1.566,5 ha. Khusus untuk hasil serta tujuan lain yang menghasilkan budidaya rumput laut gracillaria banyak keuntungan finansial. sampai saat ini menjadi primadona Kegiatan perikanan wilayah karena rumput laut gracilaria sp perikanan merupakan jenis rumput laut yang pesisir adalah usaha di perikanan budidaya dapat dibudidayakan muara Ikan bandeng dan rumput laut sungai, maupun di tambak, meskipun secara biologis memiliki sifat-sifat habitat awalnya berasal dari laut, hal yang ini budidaya polikultur semacam ini di di karenakan tingkat dapat bersinergi toleransi hidup yang ini sampai pada dapat batas salinitas 15 per mil Bahkan 10 merupakan per mil, dan memiliki kualitas yang budidaya terbaik di Asia. terhadap lingkungan. Polikultur ikan Pembudidayaan merupakan kegiatan ikan memelihara, dikembangkan sehingga salah satu polikultur karena bentuk yang ramah bandeng dan rumput laut juga sangat berpengaruh dalam produktivitas membesarkan dan memanen hasilnya rumput laut itu sendiri. Sehingga dalam lingkungan yang terkontrol. perlu Pembudidayaan ikan dapat dilakukan polikultur ikan bandeng dan rumput secara laut sehingga dapat meningkatkan polikultur yaitu, dikaji tentang pembudidayaan ikan lebih dari satu pengetahuan jenis meningkatkan produksi rumput laut. secara terpadu. Budidaya petani tekhnik dalam polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan dikaji karena TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini dapat meningkatkan kulitas air. Diintegrasikannya rumput laut (Gracilaria sp) ke dalam kegiatan polikultur ikan bandeng (Chanoschanos Forskal) secara terpadu. Pada umumnya pembudidayaan secara tradisional selalu mengedepankan luas lahan, pasang surut, intercrop dan tanpa pemberian makanan tambahan sehingga makanan bagi komoditas yang dibudidayakan harus tersedia secara alami dalam jumlah yang cukup (Hariati et al., 1995). yaitu: 1. Untuk mengetahui produktivitas rumput laut tanpa integrasi ikan bandeng di Kelurahan Balandai Kota Palopo? 2. Untuk mengetahui produktivitas rumput intergrasi laut ikan dengan sistem bandeng di Kelurahan Balandai Kota Palopo? 3. Untuk mengetahui perbandingan produktivitas rumput laut dengan sistem integrasi ikan bandeng dan tanpa ikan bandeng di Kelurahan Balandai Kota Palopo? 4. Bagian – bagian rumput laut secara umum adalah holdfast dan TINJAUAN PUSTAKA thallus. Profil Rumput Laut 5. Rumput laut berkembang secara Rumput Laut atau bisa disebut vegetative dan generatif. dengan seaweed merupakan tanaman makro alga yang hidup di laut yang Klasifikasi tidak memiliki akar, batang dan daun Gracilaria.sp sejati. Pada umumnya rumput laut rumput laut Klasifikasi rumput laut hidup di dasar perairan. Rumput laut Gracilaria.sp adalah sebagai berikut: disebut tanaman karena memiliki Domain : Eukaryota Filum : Rhodophyta Kelas : Florideophyceae Ordo : Gracilariales Famili : Gracilariaceae Genus : Gracilaria Species : Gracilaria Sp. (Cavalier Smith,1998) klorofil (zat hijau daun), sehinggah bisa berfotosintesis. Rumput laut juga sering disebut sebagai alga atau ganggang pada daerah-daerah tertentu di Indonesia (Tim Selasar Ilmu, 2010). Jadi Morfologi rumput laut secara umum dapat Gracilaria.sp dikatakan bahwa (Tim Selasar Ilmu, Ciri umum dari Gracilaria sp. 2010) adalah mempunyai bentuk thallus 1. Rumput laut merupakan makro silindris atau gepeng dengan alga yang hidup di dasar perairan percabangan termasuk dalam golongan sederhana sampai pada yang rumit tanaman tingkat rendah dan rimbun, di atas percabangan (thallopyta). 2. Rumput laut tidak memiliki akar, mulai dari yang umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil, batang dan daun yang sejati, permukaannya halus atau berbintil- fungsi dari ketiga organ tersebut bintil, digantikan oleh thallus. antara 0,5–2 mm. Panjang dapat diameter thallus berkisar 3. Rumput laut mendapatkan atau mencapai 30 cm atau lebih dan menyerap nutrisi dari thallusnya. Glacilaria tumbuh di rataan terumbu Nutrisi di peroleh dari aliran air karang dengan air jernih dan arus laut yang menerpa rumput laut. cukup dengan salinitas ideal berkisar 3. Chlorophyceae (ganggang hijau) 20-28 ppm. 4. Cyanophyceae Seperti pada alga kelas lainnya, (ganggang biru) (Anggadiredja et al. 2010). morfologi rumput laut gracilaria Untuk jenis alga laut dari marga tidak memiliki perbedaan antara Gracilaria yang terdapat di perairan akar, batang dan daun. Tanaman ini laut Indonesia adalah Gracilaria berbentuk cacalia (J.Ag) Dawson, Gracilaria batang yang disebut dengan thallus (jamak, thalli) dengan crassa berbagai purpurascens Secara bentuk alami percabangannya. gracilaria Hary, Gracilaria (Hary) J.Ag, hidup Gracilaria arcuata Zahard, dengan melekatkan (sifat benthic) Gracilaria blodgettii (Hary), thallusnya Gracilaria foliifera (Forssk) B.rg. pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman METODE PENELITIAN Metode Penentuan Sampel Teknik metode pengambilan sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan mengandung garam air yang laut pada konsentrasi sekitar 12-30o/o. Sifatsifat oseanografi, seperti sifat kimiafisika air dan substrat, macamnya substrat serta dinamika atau pergerakan air, merupakan faktorfaktor yang sangat menentukan pertumbuhan Glacilaria sp. sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan purpose sampling yaitu metode teknik pengambilan sampel secara sengaja. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 10 orang, 5 orang yang budidaya melakukan rumput laut teknik dengan menggunakan sistem integrasi ikan bandeng, dan 5 sampel lainnya tidak Jenis-jenis Rumput Laut Pengelompokkan Rumput Laut menggunakan sistem integrasi ikan bandeng. Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokan ke dalam Sumber dan Jenis Data Dalam penelitian ini, data yang empat kelas, yaitu: 1. Rhodophyceae (ganggang merah) diperoleh berasal dari dua sumber, 2. Phaeophyceae (ganggang coklat) yaitu: (1) Data Primer, data yang diperoleh secara lapangan yang langsung bersumber di HASIL PENELITIAN dari Letak Geografis dan Luas Wilayah informan, dengan memakai teknik Kelurahan Balandai termasuk pengumpulan data berupa in-depth dalam wilayah Kecamatan Bara, interview (wawancara mendalam), yang memiliki luas wilayah serta observasi km², jarak dari pusat kota ke (pengamatan langsung); (2) Data kabupaten adalah tujuh km, jarak sekunder, data yang diperoleh atau dari dikumpulkan yang kecamatan adalah satu km dan jarak melakukan penelitian dari sumber- ke pusat kota Provinsi 360 km. Yang sumber yang telah ada. Data ini memiliki batas-batas wilayah sebagai biasanya diperoleh dari perpustakaan berikut: atau dari laporan-laporan peneliti a. Sebelah Utara melakukan oleh orang terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia/ pendukung. pusat kota ke wilayah : Kel. Temmalebba b. Sebelah Timur : Teluk Bone c. Sebelah Selatan Teknik Analisis Data Pengamatan 5,60 : Kel. Salubulo dan penilaian d. Sebelah Barat : Kel. Lebang hasil produksi dilakukan dengan menggunakan metode secara Topografi Wilayah kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan mengumpulkan topografi di yang Kelurahan Balandai yang memiliki dianalisis dalam penelitian yang ketinggian 5–15 m dpl dengan diperoleh langsung dari responden. kelembapan 7–80℃. Jumlah bulan Hasil dalam penelitian ini disajikan basah per tahunnya selama 8 bulan, dalam untuk mempunyai curah hujan 23–72 mm, rumput dan memiliki suhu rata-rata harian bentuk mengetahui variabel Keadaan deskriptif perbandingan laut yang mengunakan integrasi ikan 27- 32℃. bandeng dan tanpa ikan bandeng, yang kemudian data diolah dengan menggunakan program Keadaan Penduduk Penduduk komputer dengan aplikasi Microsoft Excel. yang mendiami merupakan suatu orang wilayah. Keberadaan penduduk pada suatu wilayah atau suatu daerah akan dari segi luas maupun komoditi yang mempengaruhi besarnya nilai usaha diusahakan. Jumlah Penduduk Tabel 1. Jumlah penduduk di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo No Nama Kelurahan 1. Balandai Jumlah Penduduk ( jiwa ) 5057 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1182 Sumber: Kantor Kelurahan Balandai Tahun (2012) Dari tabel 2, di atas sebanyak 5057 jiwa dengan jumlah menunjukan bahwa jumlah penduduk kepala keluarga 1182 KK. yang yang tinggal di Kelurahan Balandai terdiri dari 5 RW dan 17 RT. Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Balandai Kecamtan Bara Kota Palopo No Nama Kelurahan 1. Balandai Sumber: Kantor Kelurahan Balandai (2012) Berdasarkan 3, Pendidikan merupakan proses jumlah pengubahan sikap dan tata tingkah penduduk secara keseluruhan yang laku seseorang atau kelompok orang bermukim atau tinggal menetap di dalam usaha mendewasakan manusia Kelurahan Balandai sebanyak 5057 melalui jiwa pelatihan. Pendidikan disini ada dua memperlihatkan yang tabel Jumlah Penduduk ( jiwa ) Laki-Laki Perempuan 2417 2640 keadaan terdiri dari laki-laki upaya pengajaran sebanyak 2417 jiwa atau sebesar jenis 48%, perempuan peroleh di dalam sekolah atau biasa sebanyak 2640 jiwa atau sebesar disebut formal, dan pendidikan di 52%. Ini menunjukkan bahwa jumlah luar sekolah atau biasa disebut penduduk yang ada di Kelurahan pendidikan non formal. sedangkan Balandai lebih banyak perempuan yaitu pendidikan dan Dalam yang di perkembangan suatu dari pada laki-laki dengan selisih 223 masyarakat sangat ditentukan oleh jiwa dengan jumlah penduduk yang tingkat ada. tersebut. Oleh sebab itu pendidikan pendidikan masyarakat dapat dijadikan sebagai alat dan Jumlah Penduduk Tingkat Pendidikan Menurut sarana untuk mengikuti suatu perkembangan baik berupa teknologi bertindak dalam pergaualan maupun informasi yang berkembang lingkungan masyarakat. di di tengah-tengah masyarakat modern Untuk melihat gambaran tingkat khususnya menyangkut pola pikir, pendidikan masyarakat yang ada di adaptasi kelurahan Balandai Kecamatan Bara lingkungan, serta cara dapat dilihat tabel 4 di bawah ini. Tabel 2. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Balandai Kota Palopo. Laki – Laki Tingkat Pendidikan Belum Sekolah Tidak Pernah Sekolah Sedang TK Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Diploma Sarjana Perempuan 241 5 53 419 607 718 94 280 Jumlah 2417 Sumber: Kantor Kelurahan Balandai (2012) Dari data tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa jumlah Jumlah (jiwa) Persentase (%) 155 11 69 428 499 1056 172 250 396 16 122 847 1106 1774 266 530 7,83 % 0,33 % 2,41 % 16,74 % 21,87 % 35,08 % 5,26 % 10,48 % 2640 5057 100% berpendidikan rendah yaitu sebanyak 847 jiwa atau sebesar 16,74% yang penduduk yang berpendidikan dan hanya telah mengenyam atau menginjakkan pendidikannya ditingkat dasar atau kaki SD, di bangku sekolahan di dapat dan juga menyelesaikan masih dijumpai Kelurahan Balandai sebanyak 4523 beberapa masyarakat yang tidak jiwa atau sebesar 89,44% dari total pernah sekolah sebanyak 16 jiwa jumlah penduduk yang bermukim di atau sebesar 0.33%. Dari jumlah Kelurahan Rampoang sebanyak 5057 penduduk tersebut selebihnya dapat jiwa. Dari jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan ditingkat mampu studinya SMP sebanyak 1106 jiwa atau sampai kejenjang sarjana adalah sebesar 21,87%, sedangkan ditingkat sebanyak SMA sebanyak 1774 jiwa atau menyelesaikan 530 jiwa atau sebesar 10,48%. sebesar 35.08%. Jumlah memiliki penduduk pendidikan atau yang yang Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur Komposisi penduduk menurut beban tanggungan dan jumlah umur bagi suatu masnyarakat sangat penduduk usia produksi serta jumlah penting penduduk usia sekolah. baik dalam kerangka biologis, ekonomi, maupun sosial, Untuk melihat gambaran yang erat kaitanaya dengan angka- tingkat umur di Kelurahan Balandai, angka kematian, kelahiran, rasio maka dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo Usia Jumlah (jiwa) 0 -12 bulan 72 1-5 tahun 469 6 -10 tahun 420 11-15 tahun 518 16-20 tahun 1097 21-25 tahun 631 26-30 tahun 373 31-35 tahun 315 36-40 tahun 310 41-45 tahun 277 46 -50 tahun 182 51 ke atas 397 Jumlah 5057 Sumber: Kantor Kelurahan Balandai (2012) Persentase (%) 1.42 9.27 8.30 10.24 21.69 12.47 7.37 6.22 6.13 5.47 3.19 7.85 100% Dari tabel 5, terlihat keadaan jumlah Penduduk secara keseluruhan yang bermukim di Kelurahan Balandai sebanyak 5057 jiwa, yang tergolong 16-20 tahun sebanyak 1097 jiwa atau 21,69% memiliki jumlah yang besar dan yang memiliki jumlah paling kecil 0-12 bulan sebanyak 72 jiwa atau 1,42% dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Balandai. Keadaan Wilayah Salah satu faktor utama yang dibutuhkan dalam proses produksi adalah lahan, yang merupakan media penting untuk proses pembudidayaan tanaman pertanian maupun perikanan. Adapun penggunaan atau pemanfaatan Balandai wilayah Kelurahan Kecamatan Bara Kota Palopo. Tabel 4. Luas wilayah menurut penggunaanya di Kelurahan Balandai Kota Palopo No 1. Jenis penggunaanya Perkebunan Luas (ha) 46,20 Persentase (%) 82,5% 2. 3. 4. Kuburan Perkarangan Perkantoran Jumlah Sumber: Kantor Kelurahan Balandai (2012) Data menunjukan pada tabel 6, bahwa penggunaan 2,45 7.27 0.08 4.38% 12.98% 0.14% 56.0 ha 100% berkembang karena tersedianya sarana yang digunakan. lahan terluas dialokasikan untuk perkebunan seluas 46,20 ha atau 82.5% dari total luas lahan yang ada, PEMBAHASAN Identitas Responden Mengenai identitas responden kemudian perkarangan menempati urutan berikutnya dengan luas 7.27ha atau 12.98%, sealnjutnya untuk kuburan seluas 2.45 ha atau 4.38%, dan untuk perkantoran seluas 0.08 ha atau 0.14% yang ada di Kelurahan Balandai. yang akan di bahas lebih lanjut adalah menyangkut umur responden, pengalaman pendididkan Umur merupakan salah satu dan prasarana ada dalam suatu wilayah. Dalam pengembangan ekonomi dan /daerah kegiatan demi pembangunan kelancaran disuatu sangat wilayah ditentukan oleh tersedianya sarana dan prasarana terutama yang erat kaitannya dengan perekonomian, pendidikan dan sosial budaya, serta kemajuan suatu semakin lengkap pendukung memungkinkan tanggungan Umur Responden merupakan suatu unsur mutlak yang upaya jumlah tingkat keluarga, dan luas lahan usaha tani. Sarana dan Prasarana Sarana berusahatani, mencerminkan daerah dimana infrastruktur maka sautu semakin daerah faktor yang memepengaruhi keterampilan petani dalam mengelola usahataninya. Petani yang berumur tua akan mempunyai lebih banyak pengalaman dalam berusahatani akan tetapi dilain pihak jika ia secara langsung masih mengelolah usahataninya maka akan dipengaruhi oleh tenaga/kemampuan fisik yang terbatas sedangkan petani yang mudah akan lebih mudah menerima inovasi baru walaupun belum di tunjang oleh pengalaman usahatani yang memadai. Umur petani responden bervariasi dari umur 30 tahun sampai 50 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8. mengenai umur petani responden Tabel 5. Umur petani responden di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo 2015 No Kelompok Umur Jumlah Petani (tahun) ( Orang) 1. 30-40 4 2. 41-50 4 3. 50 ke atas 2 Jumlah 10 Sumber: Kantor Kelurahan Balandai (2014) Pada tabel 8 memperlihatkan bahwa pada responden umumnya berada pada Persentase (%) 40% 40% 20% 100% petani. Pendidikan yang relative petani tinggi dan umur muda menyebabkan usia petani lebih cepat berkembang produktif. Dengan demikian dapat di dibandingkan yang berpendidikan katakan bahwa petani responden rendah, dapat diperoleh dari 2 sumber yaitu formal bekerja usahataninya tentunya secara di mengelolah atau mengelolah efektif dan harapkan dapat usahataninya secara pendidikan petani dapat dan non formal. Untuk melihat jenjang pendidikan yang pernah di peroleh produktif. petani responden dapat di lihat pada Tabel 9. Pendidikan Responden Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir Tabel 6. No 1. 2. 3. Pendidikan petani responden di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo 2015 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Jumlah Petani 3 3 4 Jumlah 10 Sumber: Kantor Kelurahan Balandai (2014) Persentase (%) 20% 30% 30% 100% Pada tabel 9 terlihat bahwa pendidikan SMA dengan jumlah 4 tingkat pendidikan formal petani orang atau 40%. Ini menunjukan responden didominasi oleh tingkat bahwa petani memiliki pola yang baik karena segi pendidikan banyak sehingga petani akan selalu menunjukan bahwa mereka telah berusaha untuk meningkatkan menempuh pendidikan selama 12 usahataninya. Selain Tahun di bangku sekolah. tanggungan itu, jumlah keluarga adalah merupakan sumber tenaga kerja yang Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga senantiasa siap setiap waktu untuk ikut dialokasikan. petani dapat dijadikan motivasi untuk bekerja lebih baik, oleh karena jumlah yang harus dinafkahi cukup Tabel 7. Jumlah tanggungan keluarga dari responden di Kelurahan Balandai dapat dilihat pada Tabel 10. Jumlah tanggungan keluarga petani responden di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo 2015. No Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah Petani Persentase (%) 2 8 10 20% 80% 100% 1. 2. 1-2 3-5 Jumlah Sumber: Data Hasil Penelitian (2014) Pada tabel 10 terlihat bahwa jumlah mengambil tanggungan kebijaksanaan mengenai usahatani keluarga terbanyak keputusan dimiliki petani adalah 3-5 orang yang sebanyak mempertimbangkan resiko produksi responden 8 orang atau dikelolahnya dan mungkin terjadi selalu 80%, dan yang terendah berada pada yang yang jumlah tanggungan keluarga 1-2 senantiasa didasarkan pada asumsi orang sebanyak 2 orang responden bahwa sesuatu yang baru akan atau sebesar 20%. memberikan suatu dampak baik yang positif maupun yang negatif. Dimana Pengalaman Berusahatani setiap petani mempunyai perbedaan Secara umum kegiatan dan manajemen pengelolaan usahatani banyak dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani. Petani dalam kemampuan dalam menerima resiko tersebut, di mana perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani. Tabel 8. Pengalaman berusaha tani petani responden di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo 2015 No Pengalaman usahatani (tahun) 1. 2. Jumlah petani ( orang) 30-35 36-40 Jumlah Persentase (%) 8 2 10 80% 20% 100% Sumber: Data Hasil Penelitian (2014) Berdasarkan tabel 11, terlihat bahwa responden yang memiliki pengalaman berusahatani semangat berusaha yang lebih tinggi dalam usahataninya. yang terbesar berapa pada interval 30 Luas Lahan Petani Responden Status petani responden lahan selama 30-35 tahun atau sebanyak 8 orang. Sedangkan yang terendah berada pada interval pengalaman berusahatani 36-40 tahun yang hanya Hal ini menandakan bahwa petani di kelurahan balandai dalam rumput laut telah digeluti dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian, kegagalan-kegagalan yang pernah dialami selama usahataninya melaksanakan akan antara lain sebagai petani pemilik adalah dijadikan mengendalikan usahataninya. Begitu pula dengan keberhasilan yang telah tentu akan petani yang secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor-faktor produksi memberikan baik berupa tanah, peralatan, dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri . luas lahan yang dikelolah petani responden umumnya mengelola lahan usahataninya rata-rata 1 ha. Untuk pengalaman yang berharga didalam dicapai golongan memiliki lahan dan dia pulalah yang dijumpai 2 0rang atau 20%. berusahatani yang digarapnya dapat dibedakan besarnya melihat gambaran luasan lahan usahatani petani responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 9. Luas Kepemilikan Lahan Usahatani Petani Responden di Kelurahan Balandai Kecamatan Bara Kota Palopo 2015. No 1. 2. Luas Lahan (ha) 0,5-1.0 1,1-1.5 Jumlah Sumber: Data Hasil Penelitian (2014) Jumlah Petani (Orang) 6 4 Persentase (%) 60% 40% 10 100 % Data pada tabel 12 sedangkan rumput laut sebagai menunjukan bahwa petani responden penghasil atau penyuplai pada luas lahan 0,5-1.0 ha lebih besar tempat berlindung ikan bandeng, berjumlah menyerap degradasi bahan organik 6 orang atau 60%, oksigen, sedangkan luas lahan 1,1-1,5 ha lebih air rendah, yaitu berjumlah 4 orang atau pertumbuhan 40%. Dengan demikian hal ini begitupun sebaliknya kotoran ikan menggambarkan bahwa lahan yang bandeng merupakan sumber hara dimiliki petani yang dimanfaatkan oleh rumput laut petani cukup luas, maka mampu menghasilkan yang akan di perlukan untuk ikan bandeng untuk pertumbuhan. produksi yang besar pula. Sehingga secara umum, kehadiran rumput laut dalam tambak Produksi Rumput Laut dengan Sistem Integrasi Ikan Bandeng berdampak positif dan dengan Produksi rumput laut dengan sistem integrasi ikan bandeng sangat menguntungkan bandeng dibandingkan dengan rumput laut tanpa ikan bandeng. Dimana ikan bandeng dan rumput laut merupakan salah satu budidaya menggunakan sistem polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan tambak dan pendapatan pembudidaya secara berkesinambungan serta berpengaruh dalam produktivitas rumput laut. komoditas yang bernilai ekonomis tinggi, karena sangat bearti dalam pemenuhan gizi pangan masnyarakat serta dapat hidup. meningkatkan Rumput Produksi Rumput Laut Tanpa Integrasi Ikan Bandeng taraf Produksi rumput laut tanpa laut banyak dibudidayakan dengan sistem dihasilkan berbeda dengan polikultur bandeng karena menggunakan integrasi ikan bandeng ini saling hal ini disebabkan karena saling bandeng ikan komoditas berkesinambungan menguntungkan atau dimana ikan integrasi ikan bandeng berperan yang yang ikan sebagai pengendali plankton yang berlebihan bandeng berperan sebagai pengendali dalam perairan itu terhadap terhadap kelebihan plankton Sehingga pertumbuhan rumput laut dalam tambak (Pemakan Plakton), menjadi terhambat tidak dan hal ada. ini mempengaruhi hasil produksi rumput laut juga menjadi rendah. Ikan bandeng merupakan jenis ikan yang sangat cocok di padukan (polikultur) dalam satu lahan dengan tumbuhan rumput laut karena sistem polikultur tersebut, saling berkesinambungan atau menguntungkan. Bandeng dan Tanpa Sistem Ikan Bandeng. Produksi rumput laut tanpa dan adanya ikan perbedaan bandeng jumlah pendapatan. memiliki produksi Untuk dan melihat perbandingan tingkat produktivitas rumput laut dengan sistem integrasi ikan bandeng dan tanpa ikan bandeng dapat dilihat pada tabel 13. Perbandingan Produksi Rumput Laut dengan Sistem Integrasi Ikan Tabel 10. Perbandingan tingkat produktivitas rumput laut dengan integrasi ikan bandeng dan tanpa ikan bandeng 2015 No Sistem Integrasi Rumput Laut 1. Integrasi Ikan Bandeng 2. Tanpa Integrasi Ikan Bandeng Jumlah Sumber: Data Hasil Penellitian (2015) Berdasarkan tabel Jumlah Produksi (Kg) 800 Kg 568 kg Jumlah Pendapatan (Rp) Rp 6.400.000.00 Rp 4.547.166.00 Rp 1.407.470.00 13, dalam sebulan dan jenis pupuk yang menunjukan bahwa jumlah produksi digunakan yaitu urea, serta dosis rumput laut dengan integrasi ikan yang sama 1 sak atau 25 kg pupuk bandeng yang diperoleh lebih besar urea. yaitu 800 kg dengan pendapatan (keong) sebesar Rp6.400.000.00 dalam sekali insektisida yang sama, yaitu drosban pemanenan, dibandingkan dengan dengan dosis dalam pemakaian 1 produksi rumput laut tanpa integrasi botol dalam sebulan. ikan bandeng yang diperoleh sebesar 568 kg dengan pendapatan Dalam penanganan menggunakan hama jenis Hal ini menunjukan bahwa ikan bandeng dalam budidaya polikultur Rp4.547.166.00 dalam sekali panen tersebut sangat dan keuntungan yang berbeda pula. terhadap produktivitas rumput laut Dimana sistem budidayanya yang itu sama mulai dari pengolahan lahan, budidayanya sama antara yang tidak pemeliharaan, pupuk menggunakan integrasi ikan bandeng dengan dosis yang sama yaitu 2 kali dan yang menggunakan integrasi pemberian sendiri berpengaruh besar meskipun perlakuan ikan bandeng, serta ikan bandeng yang memiliki nilai jual yang tinngi, perkilo Rp15.000 sampai Rp25.000 yang terdiri dari 2 sampai 3 ekor. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat produktivitas rumput laut menggunakan petani dengan integrasi ikan bandeng memperoleh produksi 800 kg dengan Rp6.400.000.00 pendapatan dalam setiap pemanenan. 2. Tingkat produktivitas petani rumput laut tanpa menggunakan ikan bandeng produksi memperoleh 568 pendapatan kg dengan Rp4.547.166.00 dalam setiap pemanenan. 3. Perbandingan pendapatan yang diperoleh antara petani rumput laut dengan integrasi menggunakan ikan bandeng lebih besar, dibandingkan dengan tidak menggunakan integrasi ikan bandeng. DAFTAR PUSTAKA Anggadiredja. Jana T. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta Anggadiredja, Jana T. dkk. 2010. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Cavalier, Smith. 1998. The Taxonomic. Universal Taxonomic Service Hariati, A.M., D.G.R. Wiadnya, A. Prajitno, M.Sukkel, J.H. Boon, M.C.J. Verdegem. 1995. Perkembangan Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Putih (Penaeus merguiensis) di Jawa Timur. Bulletin Perikanan. Edisi 5. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Meiyana, M., Evalawati, dan Prihaningrum, A. 2001. Biologi Rumput Laut. Teknologi Budidaya Rumput Laut (Kappaphicus alvarezii). DIRJENKANBUD BBL. Lampung. Murti, I. (2011). Khasiat Rumput Laut si Pengganti Garam. www.jakarta lantern.com. Tanggal akses 12 Mei 2012 Mujidman. 1991. Teknik Budidaya Bandeng dan Udang di Tambak. Swadaya. Jakarta. Muracman Oseanografi.lipi.go.id (Oseana Vol XV/4, 1990);; rumput laut gracilaria. Prahasta, A. dan Hasanawi M. 2009. Agribisnis Bandeng. Pustaka Grafika. Bandung. J . Ravianto . 1985. Produktivitas dan Manajemen. UGM PRESS: yogyakarta. Tim Selasar Pelopor Ilmu. 2010. Desa Budidaya Rumput Laut. Sarana ilmu pustaka, bandung Winarno, 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Penerbit Sinar Harapan. Jakarta. Winarno, F.G., 1990. Tempe, Misteri Gizi dari Jawa, Info Pangan. Teknologi Pangan dan Gizi, Fatameta, IPB, Bogor. Izzati. 2004. Desain Pengelolaan Air Limbah pada Kawasan Industri Pertambakan http://digilib.biitb.ac.id [12 Juli 2008].