BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam buku Mix methodologi : dalam penelitian komunikasi (Ishak, 2011) dijelaskan Guba dan Lincoln, mendefinisikan paradigma sebagai serangkaian keyakinan – keyakinan dasar (basic beliefs) atau metafisika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip utama atau prinsip-prinsip pokok. Macam paradigma itu sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln menyebut 4 (empat) macam paradigma: positivisme; post positivisme; konstruktivisme; dan teori kritis. Dalam perkembangannya kemudian, Guba dan Lincoln menambahkan paradigma partisipatori. Neuman menegaskan 3 (tiga) paradigma (pendekatan) dalam ilmu pengetahuan sosial: positivisme; interpretif; dan kritis. Sarankatos menyebut 3 (tiga) paradigma dominan (perspektif): positivisme; ilmu pengetahuan sosial intepretif; dan teori kritis. Creswell membedakan 2 (dua) macam paradigma: kuantitatif dan kualitatif. Baxter dan Babbie, berbicara mengenai dasar-dasar dalam penelitian komunikasi menyebut ada 4 (empat) macam paradigma: positivis; sistem; interpretif; dan kritis. 1. Penelitian dalam paradigma positivisik ditandai oleh beberapa hal: adanya keyakinan pada realitas objektif yang dapat diketahui hanya melalui observasi empirik; mengkaji variabel; mengembangkan teori yang memungkinkan prediksi, eksplanasi dan kontrol; mencari hukum-hukum umum; dan observasi dalam bentuk data kuantitatif. 2. Penelitian dalam paradigma sistem mempunyai karakteristik: mengasumsikan komunikasi sebagai sebuah sistem karena terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi secara keseluruhan; adanya kesalingtergantungan antara anggota sistem; keseluruhan bukan sekedar penjumlahan bagian-bagian; keseimbangan dinamik (dynamic equilibrium); terbuka pengaruh luar; mempunyai beberapa kesamaan dengan paradigma positivisik dalam hal mengakui adanya realitas objektif, meneliti variabel, sering menggunakan data kuantitatif, dan bersifat nomotetik (meski ada juga yang ideografik); 33 34 mempunyai penjelasan tidak bersifat sebab-akibat, tapi penjelasan fungsional holistik. 3. Penelitian dalam paradigma interpretif mempunyai beberapa ciri, antara lain: keyakinan adanya realitas subyektif sebagai bagian dari kapasitas reflektif agen manusia yang dalam tindakannya bersifat purposif; tujuan untuk pemahaman makna; metode kualitatif. 4. Penelitian dalam paradigma kritis mempunyai beberapa karakteristik: meyakini bahwa reflei dan kritik metode untuk menghasilkan pengetahuan bukan melalui observasi; lebih dari sekedar data kunatitatif dan kualitatif; ideologi dan kekuasaan ada dalam pengalaman sosial; tujuan penelitian untuk perubahan sosial. Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma interpretif, dimana adanya tindakan yang bersifat purposif dan tujuannya adalah pemahaman makna terhadap objek penelitian. 3.2 Jenis Penelitian Terdapat dua pendekatan dalam penelitian (Sarwono 2006) yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif, Menurut Cathrine Marshal, kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuantemuan yang tidak diperoleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantitatif lainnya (Ahmadi, 2014). Menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Ahmadi, 2014). Jenis penelitian kualitatif digunakan dalam "Pengkayaan Unsur Budaya Dalam Proses Produksi Program Dialog “Obrolan Budaya” TVRI” untuk dapat menjelaskansuatu proses untuk mendapat pemahaman dan tidak menggunakan data statistik atau alat-alat kuantitatif. 3.3 Metode Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun 35 fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepetasi yang tepat. Penelitian deskriptif memepelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatankegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir 2006). Metode penelitian deskriptif sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Karena dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah menjabarkannya secara menyeluruh masalah yang ingin peneliti ketahui dari proses produksi, pengkayaan budaya dalam program Obrolan Budaya dari episode 30 april 2015 dengan tema “membangkitkan ke-arifan lokal melalui seni pertunjukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif bukan angka. Data dapat berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang kemudian dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. Jika dilihat dari jenisnya, maka dapat dibedakan data kualitatif sebagai data primer dan data sekunder (Sarwono, 2006). 3.4.1 Data Primer Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti. 1. Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau tidak langsung dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan data secara langsung dilaksanakan terhadap subjek sebagaimana adanya di lapangan, atau dalam suatu percobaan baik di 36 lapangan atau di dalam laboratorium. Cara pengamatan langsung dapat digunakan pada penelitian eksploratori atau pada penelitian untuk menguji hipotesis. Peneliti, dalam mengadakan pengamatan langsung, dapat menjadi anggota kelompok subjek (partisipan), dan dapat pula berada di luar subjek (nonpartisipan) (Nazir, 2006). Peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung dengan mengikuti proses produksi program dialog “Obrolan Budaya”. Peneliti mengikuti tahap dari pra-produksi, produksi, dan paska-produksi (evaluasi). Peneliti melihat langsung dan mengamati seluruh yang dilakukan oleh subjek penelitian dalam melaksanan proses produksi. 2. Wawancara Mendalam Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam sebuh topik. Pengertian di atas, wawancara mendalam adalah penggalian secara mendalam terhadap satu topik dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pelaksanaan wawancara berisi seorang pewawancara dan informan yang terlibat. Pewawancara adalah pemimmpin proses wawancara baik dari penentuan topik, pertanyaan dan menentukan waktu kapan wawancara dimulai dan diakhiri. Materi dan pertanyaan terlebih dahulu ditentukan dan disusun untuk menjawab pertanyaan yang diteliti (Sugiyono, 2012) Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam terhadap informan untuk mendapatkan hasil yang menyeluruh dan juga peneliti mengikuti informan dalam kegiatannya untuk mendapatkan hasil dari wawancara. 3.4.2 Data Sekunder Dijelaskan dalam buku Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif (Sarwono, 2006) Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data ini biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya. Termasuk dalam kategori data tersebut ialah: - Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk - Data bentuk gambar: foto, animasi, billboard - Data bentuk suara: hasil rekaman kaset 37 - Kombinasi teks, gambar dan suara: film, video, iklan di televisi dll. Dalam penelitian ini data sekunder adalah dokumen-dokumen current affairs TVRI mengenai program Obrolan Budaya, copy tayang episode 30 april 2015 yang bertema “membangkitkan ke-arifan lokal melalui seni pertunjukkan”. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsepkonsep dan pembagangunan suatu teori baru, model dari analisis kualitatif adalah analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan (grounded theory research). (Sarwono, 2006) Menurut strauss dan Corbin analisis data kualitatif, khususnya dalam penelitian Grounded Theory terdiri atas tiga jenis pengkodean (coding) utama yaitu: (Emzir, 2012) 1. Pengkodean terbuka (open coding) Peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari 2. Pengkodean berporos (axial coding) Peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisikondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut. 3. Pengkodean selektif (selective coding) Peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori didalam model axial coding Dalam penelitian ini menggunakan open coding, axial coding, dan selective coding untuk menganalisa hasil wawancara yang didapat dari informan dan dilakukan selective coding untuk mengidentifikasikan dan mengintegrasikan kategori. 3.6 Teknik Keabsahan Data Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin membedakan 4 macam trianggulasi 38 sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2009). 1. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu bisa dicapai dengan jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang - orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Trianggulasi dengan metode, menurut Patton, terdapat 2 strategi : 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Trianggulasi penyidik dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4. Trianggulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan menurut Patton berpendapat bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelas banding (rival exlplanation). Dalam penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data Trianggulasi sumber, untuk membandingkan sumber data, hasil wawancara key informan produser dengan informan lain yaitu redaktur, untuk mendapatkan keabsahan data dari produser.