SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA SILATURAHMI KERJA NASIONAL DEWAN MASJID INDONESIA Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Ketua Dewan Masjid Indonesia; Yth. Para Peserta Silaknas; Hadirin & Hadirat yang berbahagia. Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini dalam rangka melaksanakan Silaturahmi Kerja Nasional Dewan Masjid Indonesia. Shalawat dan salam kita sampaikan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Allah SWT berfirman: Hanya mereka yang memakmurkan masjid-masjid Allah-lah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah. 9: 18) Kontribusi masjid dalam pembentukan peradaban Islam tak terbantahkan. Bahkan, dalam sejarah Islam awal, masjid merupakan pusat peradaban. Betapa tidak, ketika Rasulullah Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, pertama kali yang dilakukan adalah membangun masjid, lalu kemudian pasar. Dengan kata lain, peradaban Islam pada fase awal dimulai dengan terbentuknya masyarakat masjid. Masyarakat masjid inilah yang menjadi pilar utama peradaban Islam, untuk selanjutnya, peradaban Islam mendominasi peradaban dunia selama tujuh abad lamanya sebelum kemudian terganggu dengan berbagai persoalan yang mengakibatkan kemunduran pada masyarakat muslim. Seperti ditegaskan bahwa fungsi masjid pada zaman Rasulullah bukanlah sekedar sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah ritual semata-sholat-tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai madrasah bagi orang-orang Muslim untuk melakukan pembelajaran tentang Islam dan berbagai persoalannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, sebagi tempat untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan. Wajah lain sangat jauh berbeda bila dibandingkan tentang peranan masjid zaman sekarang ini, akan terlihat sangat ironis bahkan shaf (barisan) salat hanya terdiri dari satu dua baris yang kadang tidak penuh, akan kita temui di seluruh pelosok kota maupun desa-desa kita. Sementara pada zaman Nabi Saw dan para Sahabatnya shaf salat selalu penuh dan rapih tanpa ada jarak antara satu tumit dan tumit lainnya. Namun dalam konteks Indonesia, peranan masjid tak kalah urgennya. Pusat-pusat Islam di Nusantara pada umumnya berada di kisaran masjid, madrasah dan pesantren. Kekuatan rakyat Indonesia melawan penjajahan, tak lepas dari peranan masjid. Dari masjid, wacana kemerdekaan didengungkan. Namun, perkembangan kemudian setelah Indonesia relatif lebih baik, masjid tereduksi fungsinya. Masjid hanya untuk kegiatan ibadah mahdloh: untuk salat Jum'at dan lima waktu. Wacana-wacana tentang masjid sebagai sumber peradaban, memotivasi umat agar makmur dan sejahtera, relatif kurang terdengar. Lambat laun nilai-nilai kemasjidan dalam masyarakat terus berkurang. Akhirnya, seperti sekarang ini, peradaban umat manusia berada pada posisi ketidakseimbangan. Kriminalitas merajalela di mana-mana, maksiat menyerang semua panca indera kita. Manusia kembali ke perilaku jahiliyah. Seperti ditegaskan Lembaga Takmir Masjid yang tertuang dalam visinya bahwa Masjid sebagai pusat peradaban dengan mengintegerasikan aspek ubudiyah, mu'amalah (iqtishodiyah/ekonomi), ijtima'iyah (social) dan tarbiyah (education) . Untuk merealisasikan visi tersebut, maka misi yang ditargetkan adalah Menjadikan masjid sebagai gerakan moral dengan meningkatkan iman dan takwa dan menjadi pusat gerakan mencerdaskan umat. Menjadikan masjid sebagai inspirasi membangun peradaban umat dalam mewujudkan Islam rahmatan lil'lamin. Menjadikan masjid sebagai pusat konsolidasi ukhuwah diniyah, ukhuwah insaniyah dan ukhuwah wathaniyah. Menjadikan masjid sebagai instrumen mewujudkan kemaslahatan umat. Menjadikan masjid sebagai pusat beribadah dan juga sebagai solusi terhadap segenap persoalan yang berkembang dalam masyarakat. Dari sekian banyak keinginan yang diharapkan oleh lembaga Takmir masjid Indonesia akan dapat terealisir seperti saat Nabi dan para sahabatnya menjadikan masjid sebagai media dalam meningkatkan kualitas iman dan amal seseorang sehingga menjadi insane al-kamil. Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini. Akhirnya saya ucapkan selamat bersilaknas. Saya berharap dari forum ini akan muncul gagasan-gagasan tentang pemberdayaan masjid. Waffaqanallahu waiyyakum. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, Juni 2009 Menteri Agama RI ttd Muhammad M. Basyuni Disampaikan pada Acara Silaturahmi Kerja Nasional Dewan Masjid Indonesia, pada tanggal 12 Juni 2009 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat