rancangan strategis pengukuran kinerja berbasis

advertisement
RANCANGAN STRATEGIS PENGUKURAN KINERJA
BERBASIS BALANCED SCORECARD PADA INSPEKTORAT
JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN
Oleh
PRIMA PANJI MULYA PERMANA
H24087030
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
RINGKASAN
PRIMA PANJI MULYA PERMANA. H24087030. Rancangan Strategis
Pengukuran Kinerja Berbasis Balanced Scorecard Pada Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan. Di bawah bimbingan LINDAWATI KARTIKA.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai
dokumen pengukuran kinerja harus memuat indikator keberhasilan kinerja
Instansi dalam mencapai sasaran strategi yang telah ditetapkan dalam Rencana
Strategi. Pada LAKIP Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan tidak
menggambarkan indikator keberhasilan kinerja secara keseluruhan sebagaimana
telah ditetapkan dalam Rencana Strategi. Menurut Peraturan Kepala BAPENAS
Nomor 5 Tahun 2014 menjelaskan dalam proses penyusunan Rencana Strategi
Kementerian/Lembaga mekanisme atau alur kegiatan yang harus dilalui salah
satunya proses teknokratik. Balanced Scorecard metode yang mampu mengubah
perencanaan strategis dari sebuah proses teknokratik menjadi pusat syaraf
sebuah organisasi, sehingga lebih mudah pemahaman anggota organisasi
terhadap visi, misi dan sasaran. Penerapan Balanced Scorecard pada organisasi
pemerintah juga sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang penerapan anggaran berbasis prestasi kerja yang menuntut perlunya
suatu sistem pengukuran yang dapat mencerminkan adanya akuntabilitas kinerja
serta adanya aturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 20 Tahun
2008 agar Kementerian dan Lembaga pemerintah membuat Indikator Kinerja
Utama (IKU) berbasis BSC. Tujuan penelitian ini adalah (1) membuat
rancangan Indikator Kinerja Utama yang menjawab sasaran Rencana Strategi
2010 – 2014, (2) membuat rancangan peta strategi dari Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan menggunakan pendekatan BSC, (3) menganalisa
perancangan pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
berdasarkan BSC.
Penelitian dilakukan di Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan pada
bulan Februari hingga April 2014. Data menggunakan adalah data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan studi
pustaka. Penarikan responden untuk wawancara menggunakan teknik judgment
sampling dimana responden merupakan pakar dari pihak Akademik, Sekretaris
Inspektorat Jenderal, Kepala Sub Bagian Program, Auditor Utama dan Muda.
Metode penelitian merupakan deskriptif evaluative. Pengolahan data dilakukan
dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan melakukan perbandingan
berpasangan dengan bantuan perangkat lunak expert choice.
Indikator kinerja utama dalam LAKIP tidak selaras dengan Rencana
Strategi Inspektorat Jenderal. Hal tersebut diperoleh setelah melakukan
alignment terhadap visi ke misi, misi ke tujuan dan diagnosa dengan parameter
specific, measureable, achievable, relevant, time bound dan countinously
improve. Rancangan pengukuran kinerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan memperoleh hasil yaitu: 8 sasaran strategis dan 12 indikator kinerja
utama yang diklasifikasikan dalam 4 perspektif Balanced Scorecard.
ABSTRACT
The performance accountability of government agencies report (LAKIP) as
performance measurement document it has to contain the successful of the
agencies performance in achieving the strategy that have been legitimated on the
strategic plan. In the LAKIP Inspectorate General Ministry of Forestry it is not
describe as the successful of the whole performance as it set out in the strategic
plan. The drafting process of the strategic plan ministry or agencies the
technocratic process is one of activity that must be passed into the central nervous
of an organization, so the members of organization will be easier to understand
the vision, mission and target. Based on these problems, we need to do a design
that includes performance indicator measuring the success of the aligned with the
strategic plan, that is balanced scorecard. Research purposes are 1) To make
design of key performance indicators that answer the target of Strategic Plan 2010
– 2014; 2) To make design strategy map from Inspectorate General Ministry of
Forestry using balanced scorecard approach; 3) To analyze the performance’s
design of measurement at Inspectorate General Ministry of Forestry based on
Balanced Scorecard. The Reseacrh result are : 8 strategies and 12 key
performance indicator that has been classified in 4 perspective balanced scorecard.
Key words : Balance Scorecard, performance measurement, strategy map
ABSTRAK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai dokumen
pengukuran kinerja harus memuat indikator keberhasilan kinerja Instansi dalam
mencapai sasaran strategi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi. Pada
LAKIP Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan tidak menggambarkan
indikator keberhasilan kinerja secara keseluruhan sebagaimana telah ditetapkan
dalam
Rencana
Strategi.
Proses
penyusunan
Rencana
Strategi
Kementerian/Lembaga mekanisme kegiatan yang harus dilalui salah satunya
proses teknokratik. balanced scorecard metode yang mampu mengubah
perencanaan strategis dari sebuah proses teknokratik menjadi pusat syaraf sebuah
organisasi, sehingga memudahkan anggota organisasi memahami visi, misi dan
sasaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan perancangan
pengukuran kinerja yang memuat indikator kinerja keberhasilan yang selaras
dengan Rencana Strategi, yaitu dengan balanced scorecard.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Membuat rancangan Indikator Kinerja Utama
yang menjawab sasaran Rencana Strategi 2010 – 2014; 2) Membuat rancangan
peta strategi dari Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan menggunakan
pendekatan balanced scorecard; 3) Menganalisa perancangan pengukuran kinerja
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan berdasarkan balanced scorecard.
Hasil penelitian ini memperoleh hasil yaitu: 8 sasaran strategis dan 12 indikator
kinerja utama yang diklasifikasikan dalam 4 perspektif balanced scorecard.
Kata kunci: balanced scorecard, pengukuran kinerja, peta strategi
RANCANGAN STRATEGIS PENGUKURAN KINERJA
BERBASIS BALANCED SCORECARD PADA INSPEKTORAT
JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
PRIMA PANJI MULYA PERMANA
H24087030
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1985 di kota Bogor. Penulis
adalah anak pertama dari 4 bersaudara dari bapak Mulyana Syarief AS (alm) dan
ibu Wati Purnawati.
Riwayat pendidikan penulis antara lain TK Al Ghazaly (1990 – 1991), SD
Negeri Sindang Barang 1 (1991 -1997), SMP Negeri 6 Bogor (1997 – 2000),
SMA Negeri 6 Bogor (2000 -2003). Diploma Program Studi Teknologi
Perlindungan Sumberdaya Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor (2003 – 2006).
Riwayat pekerjaan penulis antara lain bekerja pada PT Karvak Nusa
Geomatika (2006 – 2008) sebagai Assistance Site Coordinator, PT Asuransi
Bumiputera Muda 1967 (2008 -2010) sebagai Staf Bond dan Kredit, Sejak 2010
penulis bekerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan sebagai
Auditor.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat kasih sayang dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Tema skripsi adalah pengukuran kinerja, dengan judul Perancangan
Pengukuran Kinerja Di Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan Dengan
Pendekatan Balanced Scorecard.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lindawati Kartika, SE., M.Si
selaku pembimbing. Selain itu karyawan Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan atas ketersediaan waktu dalam mendukung penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Juli 2014
Penulis
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis dalam penyusunan skripsi dibantu oleh berbagai pihak, baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada :
1. Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, saran, dan pengarahan
kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku penguji sidang yang bersedia
meluangkan waktunya dan memberikan arahan dan saran kepada penulis
3. Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku penguji sidang yang bersedia
meluangkan waktunya dan memberikan arahan dan saran kepada penulis
4. Bapak Ir. Prie Supriadi MM selaku Inspektur Jenderal Kementerian Kehutanan
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Inspektorat
Jenderal.
5. Semua dosen dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis IPB yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dan memberikan pahala atas semua bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I.
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang .....................................................................................
Perumusan Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
1
3
4
4
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Manajemen Strategi .............................................................................
Penilaian Kinerja ..................................................................................
Konsep Balanced Scorecard ................................................................
Analytical Hierachy Process ................................................................
Hasil Penelitian Relevan ......................................................................
6
6
6
7
7
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 9
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Kerangka Pemikiran ............................................................................. 9
Tahapan Penelitian ...............................................................................11
Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................12
Jenis dan Sumber Data .........................................................................12
Metode Pengumpulan Data ..................................................................13
Metode Pengambilan Contoh ...............................................................13
Metode Analisa Data ............................................................................13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................17
4.1 Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan .......17
4.1.1 Visi Inspektorat Jenderal ............................................................20
4.1.2 Misi Inspektorat Jenderal ...........................................................20
4.2 Alignment .............................................................................................20
4.2.1 Alignment Visi ke Misi Inspektorat Jenderal ..............................21
4.2.2 Alignment Misi ke Tujuan Inspektorat Jenderal .........................21
4.2.3 Alignment Tujuan ke Sasaran Inspektorat Jenderal ....................22
4.2.4 Alignment Sasaran ke IKU Inspektorat Jenderal (SMART-C)....24
vi
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
Penentuan Ukuran Kinerja dan Sasaran Strategi .................................27
Penetapan Target ..................................................................................30
Perancangan Balanced Scorecard ........................................................36
Peta Strategi Inspektorat Jenderal ........................................................39
Inisiatif Strategi ....................................................................................41
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................47
1.
2.
Kesimpulan ..........................................................................................47
Saran ....................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................49
LAMPIRAN ......................................................................................................50
GLOSARIUM ...................................................................................................58
vii
DAFTAR TABEL
NO
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Tabel Pengukuran Capaian Kinerja Inspektorat Jenderal ............................. 2
Model penilaian SMART-C .......................................................................... 14
Model penjabaran strategi kedalam Balanced Scorecard .............................. 15
Matrik perbandingan berpasangan ................................................................ 15
Skala pembobotan ......................................................................................... 16
Bagan menguji keselarasan Visi ke Misi Inspektorat ................................... 21
Bagan menguji keselarasan Misi ke Tujuan Inspektorat .............................. 22
Bagan menguji keselarasan Tujuan Inspektorat ke Sasaran Inspektorat ...... 23
Diagnosa SMART-C Indikator Kinerja Inspektorat ..................................... 24
Ukuran kinerja pencapaian strategi BSC Inspektorat Jenderal ..................... 30
Target kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC .......................................... 35
Dashboard perspektif keuangan ................................................................... 37
Dashboard perspektif pelanggan .................................................................. 37
Dashboard perspektif manajemen internal ................................................... 38
Dashboard perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ................................ 39
Inisiatif strategi perspektif keuangan ............................................................ 42
Inisiatif strategi perspektif pelanggan ........................................................... 43
Inisiatif strategi perspektif manajemen internal ............................................ 44
Inisiatif strategi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ......................... 46
viii
DAFTAR GAMBAR
NO
1.
2.
3.
4.
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................................10
Tahapan Penelitian ......................................................................................11
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal ....................................................18
Peta Strategi Inspektorat Jenderal ...............................................................40
ix
DAFTAR LAMPIRAN
NO
1.
2.
3.
Halaman
Kuesioner Pembobotan Perspektif dan IKU Inspektorat Jenderal .............. 50
Rancangan Pengukuran Kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC ........... 53
Hasil pembobotan perspektif dan IKU menggunakan paired comparison . 57
x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu
cara untuk mendorong pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel. Untuk mencapai hal tersebut instansi pemerintah
diwajibkan membentuk Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan
tujuan memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan
efisiensi pencapaian dan tujuan penyelenggaraan pemerintah negara, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Pelaksanaan SPIP dilakukan oleh Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP), yang terdiri atas Badan Pengawasan Keuangan
Pemerintah (BPKP), Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Kehutanan No.P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan menjelaskan bahwa Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian Kehutanan. Inspektorat Jenderal terdiri atas
Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III,
Inspektorat IV dan Inspektorat Investigasi.
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan selaku APIP di lingkup
Kementerian Kehutanan merupakan unsur manajemen yang penting dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Pengukuran kinerja instansi
pemerintah terangkum dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
menjelaskan fokus pelaporan kinerja dalam LAKIP. Hasil pengukuran kinerja
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan untuk periode 2011 sampai dengan
2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Pengukuran Capaian Kinerja Inspektorat Jenderal
No
1
2
3
4
Indikator
Kinerja
Utama
Menurunnya
Persentase
Temuan
Kelemahan
Administrasi
Menurunnya
Persentase
Temuan
Pelanggaran
Terhadap
Peraturan
Perundangan
Menurunnya
Persentase
Temuan
Pelanggaran
Terhadap
Pelaksanaan
Tugas
Persentase
Tindak Lanjut
Potensi
Kerugian
Negara
2012
2013
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
14,03%
12,74%
109,19%
12,02%
9,23%
123,21%
10,28%
3,78%
163,23%
8,81%
3,51%
160,16%
10,02%
6,19%
138,22%
8,59%
8,57%
100,23%
15%
16,45%
109,67%
20%
87,38%
436,90%
Sumber : LAKIP Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, 2013
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan telah menetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) yaitu menurunnya persentase temuan kelemahan
administrasi, menurunnya persentase temuan pelanggaran terhadap peraturan
perundangan
dan
menurunnya
persentase
temuan
pelanggaran
terhadap
pelaksanaan tugas ketiga IKU tersebut dinilai semakin tinggi realisasi
menunjukkan semakin rendahnya pencapaian kinerja. IKU persentase tindak
lanjut potensi kerugian negara dinilai semakin tinggi realisasi menggambarkan
pencapaian indikator kinerja yang semakin baik.
LAKIP merupakan dokumen pengukuran kinerja yang menilai tingkat
kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan
indikator kinerja yang telah ditetapkan. Kinerja Instansi Pemerintah adalah
gambaran pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai
penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan
tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
program dan kebijakan yang ditetapkan. Sehingga LAKIP sebagai dokumen
3
pengukuran kinerja harus memuat indikator keberhasilan kinerja Instansi dalam
mencapai sasaran strategi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi. Pada
LAKIP Inspektorat Jenderal tidak menggambarkan indikator keberhasilan kinerja
secara keseluruhan sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategi.
Sesuai Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
BAPENAS Nomor 5 Tahun 2014 menjelaskan dalam penyusunan Rencana
Strategi Kementrian/Lembaga (Renstra-K/L) harus berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, salah satu
mekanisme atau alur kegiatan yang harus dilalui adalah proses teknokratik. Proses
teknokratik adalah proses perencanaan yang dilakukan dengan menggunakan
metode dan berpikir ilmiah untuk menganalisis kondisi obyektif dengan
mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode rencana
berikutnya.
Kementerian
Inspektorat
Kehutanan
Jenderal
pada
merupakan
level
salah satu
esselon
I
yang
unit
organisasi
bertanggungjawab
melaksanakan program unit esselon I serta kebijakan Kementerian Kehutanan.
Atas dasar tersebut dalam penyusunan Rencana Strategi Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan wajib berpedoman pada RPJMN.
Balanced scorecard (BSC) adalah sebuah sistem manajemen yang
memberdayakan
organisasi
untuk
memperjelas
visi
dan
strategi
serta
menjabarkannya ke dalam tindakan. BSC metode yang mampu mengubah
perencanaan strategis dari sebuah proses teknokratik menjadi pusat syaraf sebuah
organisasi, sehingga lebih mudah pemahaman anggota organisasi terhadap visi,
misi dan sasaran.
Penerapan Balanced Scorecard pada organisasi pemerintah juga sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang penerapan
anggaran berbasis prestasi kerja yang menuntut perlunya suatu sistem pengukuran
yang dapat mencerminkan adanya akuntabilitas kinerja serta adanya aturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 20 Tahun 2008 agar Kementerian
dan Lembaga pemerintah membuat Indikator Kinerja Utama (IKU) berbasis BSC.
4
1.2 Perumusan Masalah
Pengukuran kinerja sangat penting kaitannya dalam mengukur penerapan
strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada Instansi pemerintah yang menjadi
alat pelaporan atas kinerja adalah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
yang dilaporkan secara periodik. Pada Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan antara LAKIP dengan Rencana Strategi adalah Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang dilaporkan dalam LAKIP tidak sesuai dengan IKU yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategi. Menurut Peraturan Kepala BAPENAS Nomor
5 Tahun 2014 menjelaskan dalam proses penyusunan Rencana Strategi
Kementrian/Lembaga (Renstra-K/L) mekanisme atau alur kegiatan yang harus
dilalui salah satunya proses teknokratik. Balanced Scorecard (BSC) metode yang
mampu mengubah perencanaan strategis dari sebuah proses teknokratik menjadi
pusat syaraf sebuah organisasi, sehingga lebih mudah pemahaman anggota
organisasi terhadap visi, misi dan sasaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh rumusan sebagai berikut:
1.
Bagaimana keselarasan Indikator Kinerja Utama dalam LAKIP dengan
Rencana Strategi 2010 – 2014 ?
2.
Bagaimana rancangan peta strategi dari Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan menggunakan pendekatan BSC ?
3.
Bagaimana
perancangan
pengukuran
kinerja
Inspektorat
Jenderal
Kementerian Kehutanan berdasarkan BSC ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan di Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan adalah:
1.
Membuat rancangan Indikator Kinerja Utama yang menjawab sasaran
Rencana Strategi 2010 – 2014.
2.
Membuat rancangan peta strategi dari Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan menggunakan pendekatan BSC.
3.
Menganalisa
perancangan
pengukuran
Kementerian Kehutanan berdasarkan BSC.
kinerja
Inspektorat
Jenderal
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan di Jenderal Kementerian Kehutanan
adalah:
1.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan dalam pengukuran kinerja.
2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi mengenai perancangan
pengukuran kinerja.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perancangan sistem pengukuran
kinerja dan penyusunan peta strategi dengan menggunakan Balanced Scorecard.
Objek penelitian ini adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Strategi
Strategi merupakan program luas untuk menetukan dan mencapai tujuan
organisasi serta respon organisasi pada lingkungannya sepanjang waktu (Stoner,
Freeman dan Gilbert, 1996). Strategi menunjukkan pola tindakan yang dipilih
oleh organisasi dalam mewujudkan visi melalui misi (Wright, Pringle dan Kroll
1992 dalam Mulyadi 2001).
Menurut Mulyadi (2001) manajemen strategi adalah suatu proses yang
digunakan
oleh
manajer
dan
karyawan
untuk
merumuskan
dan
mengimplementasikan strategi dalam penyediaan nilai terbaik bagi pelanggan
untuk mewujudkan visi organisasi.
2.2 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan terhadap segenap sumber daya manusia maupun
organisasi secara periodik, untuk mengukur, menilai dan mengevaluasi tentang
seberapa jauh kemampuan sumberdaya manusia dalam melaksanakan tugasnya
(Wibowo, 2009). Menurut Nawawi (2005) penilaian kinerja merupakan suatu
usaha mengidentifikasi, mengukur atau menilai dan mengelola pelaksanaan
pekerjaan oleh pegawai.
2.3 Konsep Balanced Scorecard
Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton 2000) merupakan alat analisis
pengukuran kinerja yang mampu menterjemahkan misi dan strategi kedalam
berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun kedalam 4 perspektif : finansial,
pelanggan, proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran. Scorecard
memberi kerangka kerja, bahasa, untuk mengkomunikasikan misi dan strategi
serta menggunakan pengukuran untuk memberi informasi kepada para pekerja
tentang faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan masa yang akan datang.
Kerangka Balanced Scorecard tidak hanya terbatas untuk organisasi bisnis, akan
tetapi organisasi publik juga dapat menggunakannya dengan penempatan tumpuan
yang berbeda. Jika dalam organisasi bisnis tumpuannya adalah pada perspektif
7
keuangan, maka dalam organisasi sektor publik tumpuannya adalah perspektif
pelanggan. Tujuan utama organisasi publik adalah bukan maksimalisasi hasil
finansial, tetapi keseimbangan pertanggungjawaban finansial (anggaran) melalui
pelayanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) sesuai dengan
visi misi organisasi pemerintah dengan pertimbangan organisasi pemerintah
cenderung menekankan “pelayanan publik” yang berkualitas (Gasperz 2006).
2.4 Analytical Hierachy Process
Metode Analytical Hierachy Process (AHP) merupakan metode untuk
mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternative dalam pemecahan
suatu permasalahan.
Menurut Saaty (2004) tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP
meliputi:
1. Mendefinisikan masalah dan menetukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen dari matrik
berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten
pengambil data perlu diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk seluruh hierarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matrik perbandingan berpasangan.
8. Menguji konsistensi hierarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,1 maka
penilaian harus diulang kembali.
2.5 Hasil Penelitian Relevan
Nugroho (2009) mengemukakan pengukuran kinerja Inspektorat Khusus
pada Inspektorat Jenderal Departemen Kehutanan tahun 2007 dan 2008 dengan
menggunakan metode Balanced scorecard. Berdasarkan hasil penelitiannya
diperoleh tingkat kinerja Inspektorat Khusus yaitu sebesar 27. Dimana skor
8
terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah 35. Dengan demikian, kinerja
Inspektorat Khusus secara keseluruhan dengan menggunakan pendekatan
Balanced Scorecard dapat dikualifikasikan baik.
Akbar (2011) melakukan penelitian dengan judul pengukuran kinerja
perusahaan jasa dengan pendekatan Balanced Scorecard pada PT. Pandu Siwi
Sentosa. Hasil dari penelitian ini adalah perancangan sistem pengukuran kinerja
serta hasil dari pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard adalah
sebesar 91,57 persen.
Rivaldi (2011) dalam penelitian berjudul rancangan pengukuran kinerja di
Yogya Bogor Junction dengan pendekatan Balanced scorecard mengemukakan
Yogya Bogor Junction dan pusat harus menyamakan persepsi dengan fokus pada
perwujudan visi dan misi perusahaan guna mempertajam strategi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Okviyesha (2014) melakukan penelitian dengan judul analisis pengukuran
kinerja organisasi menggunakan Balanced Scorecard (studi kasus Badan
Penelitian Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI). Hasil penelitian tersebut adalah peta strategi menunjukkan
hubungan sebab akibat antar sasaran strategis pada setiap perspektif. Perspektif
pelanggan berada di posisi teratas pada peta strategi Balitfo menyusul dibawahnya
perspektif manajemen internal dan pada posisi paling bawah terdapat perspektif
keuangan dan pertumbuhan pembelajaran.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan mendapat peran sebagai APIP
di Kementerian Kehutanan. Atas dasar peran tersebut, Inspektorat Jenderal
memiliki tanggung jawab dan posisi strategis sebagai institusi yang mendorong
terselenggaranya pembangunan dan pelayanan masyarakat di bidang kehutanan
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Atas kondisi tersebut evaluasi
kinerja perlu dilakukan, sehingga dari hasil evaluasi didapat informasi sebagai
masukan serta pertimbangan bagi pihak manajemen dan pengambil keputusan
dalam pengukuran kinerja organisasi.
Balanced Scorecard merupakan salah satu alat manajemen untuk merancang
strategi dan mengukur kinerja secara komprehensif melalui empat perspektif,
yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan untuk mencapai tujuan organisasi
berdasarkan visi dan misi organisasi.
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menganalisa visi, misi, tujuan
dan sasaran serta indikator kinerja utama dari Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan apakah sudah sesuai dan saling adanya keterkaitan. Berdasarkan hasil
analisa tersebut disusun menjadi sebuah rancangan sasaran strategi dan indikator
kinerja utama Inspektorat Jenderal Kementerian kehutanan berdasarkan empat
perspektif balanced scorecard. Gambar 1 menggambarkan kerangka pemikiran
penelitian.
10
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Visi, Misi dan Tujuan Inspektorat Jenderal pada Renstra 2010 - 2014
Alignment Visi , Misi, Tujuan dan Sasaran Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan
Diagnosa Indikator Kinerja Utama dengan prinsip SMART - C
Pendekatan Balanced Scorecard
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Manajemen
Internal
Perspektif
Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Perumusan Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Utama
Pembobotan Perspektif dan Indikator Kinerja Utama dengan AHP
Rancangan Peta Strategi
Insiatif Strategi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
11
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 2 di
bawah.
Penentuan tema penelitian : merancang pengukuran
kinerja
Rumusan Masalah
1. Bagaimana keselarasan Indikator Kinerja Utama dalam LAKIP dengan Rencana
Strategi 2010 – 2014 ?.
2. Bagaimana rancangan peta strategi dari Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan menggunakan pendekatan BSC.
3. Bagaimana perancangan pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan berdasarkan BSC
Menentukan Tujuan Penelitian
1. Membuat rancangan Indikator Kinerja Utama yang menjawab sasaran Rencana
Strategi 2010 – 2014.
2. Membuat rancangan peta strategi dari Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan menggunakan pendekatan BSC.
3. Menganalisa perancangan pengukuran kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan berdasarkan BSC.
4.
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
Alignment Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan IKU
Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran menjadi sasaran strategi pada
empat perspektif BSC
Melakukan pembobotan untuk setiap perspektif BSC dan IKU dengan AHP
Merancang Peta Strategi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Rancangan Pengukuran Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
dengan pendekatan BSC
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2 Tahapan Penelitian
12
Pada tahap awal penelitian adalah menentukan tema yaitu pengukuran
kinerja. Tahapan berikutnya membuat perumusan masalah, yang kemudian
dilanjutkan dengan melakukan kajian pustaka guna mengumpulkan teori – teori
yang relevan dengan tema penelitian dan tujuan sebagai batasan dari penelitian.
Setelah batasan dari penelitian telah ditetapkan maka ditentukan rancangan
pengumpulan dan analisa data. Pada tahapan dilakukan pengumpulan data. Data
yang diambil adalah data primer yang berasal dari observasi dan wawancara. Data
sekunder diperoleh dari Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan maupun
sumber lainnya. Hasil dari data primer dan sekunder tersebut menjadi bahan untuk
melakukan alignment antara visi ke misi, misi ke tujuan , dan tujuan ke sasaran.
Untuk menilai Indikator Kinerja Utama yang telah ada dilakukan dengan prinsip
SMART-C. Hasil analisa tersebut digunakan untuk merumuskan Visi, Misi,
Tujuan dan Sasaran empat perspektif Balanced Scorecard (BSC). Setelah
membuat rumusan baru maka dilakukan pembobotan menggunakan metode
analytic hierarchy process (AHP), hasil pembobotan menjadi dasar menyusun
peta strategi berdasarkan empat perspektif BSC. Setelah selesai membuat peta
strategi, berikutnya membuat rancangan pengukuran kinerja dan pada tahap
terakhir penetapan inisiatif strategi.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia yang terletak di Jalan Gatot Subroto
Gedung Manggala Wanabakti Senayan Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama 3
bulan, yaitu dilakukan mulai bulan Februari hingga April 2014.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan pihak
manajemen, sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku, majalah, jurnal,
laporan penelitian terdahulu, internet dan laporan yang diterbitkan instant terkait.
13
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data cara mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada responden.
2. Kuesioner, yaitu pengambilan data dengan memberikan form kepada pihak
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.
3. Observasi, yaitu pengamatan terhadap penerapan kebijakan di Inspektorat
Jenderal Kementerian Kehutanan.
4. Teknik kepustakaan, yaitu memperoleh informasi melalui buku, majalah,
jurnal, laporan penelitian terdahulu, internet dan laporan yang diterbitkan
instant terkait.
3.6 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam memilih responden
adalah metode expert sampling. Metode expert sampling adalah sampel yang
berasal dari orang yang memiliki pengetahuan atau keahlian dalam suatu bidang.
Yang dipilih sebagai responden adalah
pihak akademisi (Dosen), pejabat
struktural (Sekretaris Inspektorat Jenderal dan Kepala Sub Bagian Program) dan
auditor senior (Auditor Muda dan Utama) lingkup Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan.
3.7 Metode Analisa Data
Data yang diperoleh akan diolah agar menjadi informasi yang diterapkan
secara konseptual dengan manajemen strategi, teknik analisa yang digunakan
adalah:
1. Metode Alignement
Proses identifikasi dari keselarasan antara visi, misi, sasaran strategis dan
Indikator Kinerja Utama (IKU) sudah selaras. Untuk memperoleh gambaran
sebuah keadaan secara ojektif mengenai keselarasan tersebut maka dilakukan
validitas dari pihak manajemen.
14
2. Diagnosa SMART-C
Diagnosa ini adalah cara untuk mengetahui karakteristik indikator kinerja
yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit organisasi yang
bersangkutan yaitu memenuhi prinsip SMART-C, yaitu : Specific (S);
Measureable (M); Achievable (A); Relevant (R);Time Bound (T); dan
Continuously improve (C).
Masing-masing Indikator Kinerja Utama dinilai,
model penilaian SMART-C terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Model penilaian SMART-C
No
Sasaran
Strategi
Indikator Kinerja
Utama
Kriteria
S
M
A
R
T
C
Nilai
Skor
Ket
Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut dinilai dengan menggunakan
prinsip SMART-C apabila dinyatakan sesuai kriteria maka diberi nilai 1 apabila
tidak diberi 0. Untuk penetapan skor berdasarkan rentang nilai 0 – 25 masuk
kategori rendah, 26 – 50 masuk kategori sedang, 51 – 75 masuk kategori baik dan
76 – 100 masuk kategori sangat baik.
3. Perhitungan Bobot Perspektif Balanced Scorecard
Analisa penilaian kinerja dengan membuat kerangka guna menerjemahkan
visi dan misi organisasi dengan tujuan kemudian dilakukan pembobotan,
pengukuran lag indicator (ukuran hasil) dan lead indicator (ukuran pemicu) serta
penetapan target. Langkah – langkah yang dilakukan yaitu:
a. Merancang peta strategi
Peta
strategi
disusun
berdasarkan
perspektif
BSC
dan
memepertimbangkan hubungan sebab akibat dari setiap strategi. Dalam
tahapan ini terdiri dari beberapa tahapan, yakni penentuan sasaran strategi,
ukuran strategi dan target yang diharapkan organisasi.
b. Penjabaran strategi
Strategi yang telah dirumuskan, selanjutnya strategi dijabarkan kedalam
masing – masing perspektif BSC. Model penjabaran strategi terlihat pada
Tabel 3.
15
Tabel 3. Model penjabaran strategi kedalam Balanced Scorecard
Ukuran
Perspektif
Sasaran
Target
Hasil
Pemicu
Keuangan
Pelanggan
Proses
Manajemen
Internal
Pertumbuhan
dan
Pembelajaran
c. Penentuan prioritas
Tahapan ini adalah menentukan proses penentuan prioritas dari masing
indikator – indikator yang telah ditetapkan. Proses ini menggunakan metode
pairwise comparison.
d. Konsistensi logika
Tahapan ini bertujuan menentukan kesesuaian antar definisi dari
jawaban responden. Penilaian dari pairwise comparison dilanjutkan dengan
mengunakankan software expert choice.
e. Pembobotan pada setiap indikator menggunakan pairwise comparison
Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun
perbandingan
berpasangan
yaitu
membandingkan
dalam
bentuk
berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Contoh, terdapat n
objek yang dinotasikan (A1,A2,… ,An) yang dinilai berdasarkan pada nilai
kepentingannya. Berikut contoh matrik perbandingan berpasangan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Matrik perbandingan berpasangan
A1
A2
…
An
A1
A11
A12
…
A1n
A2
A21
A22
…
A2n
…
…
…
…
…
An
An1
An2
…
Ann
Membuat matriks perbandingan berpasangan memerlukan besaranbesaran yang mampu mencerminkan perbedaan antara faktor dengan faktor
lainnya. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan maka digunakan
16
pendekatan AHP dengan skala Saaty mulai dari bobot 1 sampai 9, seperti
terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Skala pembobotan
Tingkat Kepentingan
Definisi
1
Kedua elemen sama pentingnya.
3
Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari lainnya.
Elemen yang satu jelas lebih
penting dibandingkan elemen
lainnya.
Satu elemen sangat jelas lebih
penting dibandingkan elemen
lainnya.
Satu elemen mutlak lebih penting
dibanding elemen lainnya.
Nilai-nilai
diantara
kedua
pertimbangan diatas.
5
7
9
2,4,6,8
Pada pengisian judgement pada tahap matrik banding berpasangan
terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan
elemen satu dengan elemen lainnya, sehingga diperlukan uji konsistensi.
Dalam AHP penyimpangan ditoleransi dengan rasio inkonsistensi dibawah
10%. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi harus bernilai
kurang dari atau sama dengan 10%. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah
matrik diolah dengan software computer Expert Choice 2000. Jika rasio
yang dihasilkan memiliki nilai diatas 10% maka mutu informasi harus
ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki pertanyaan
ketika melakukan pengisian ulang kuesioner serta mengarahkan responden
yang mengisi kuesioner.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan.
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan adalah unsur pengawas yang
dipimpin oleh Inspektur Jenderal dan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Kehutanan.
Berdasarkan
peraturan
tersebut,
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Kehutanan mempunyai tugas untuk melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Kehutanan. Dalam melaksanakan tugas Inspektorat
Jenderal mempunyai fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Kehutanan.
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kehutanan
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan
kegiatan pengawasan lainnya.
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Kehutanan.
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kehutanan.
5. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal.
Inspektorat Jenderal terdiri atas Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektorat
I, Inspektorat II, Inspektorat III, Inspektorat IV dan Inspektorat Investigasi.
Struktur organisasi Inspektorat Jenderal dijabarkan pada gambar 3.
18
Gambar 3 Struktur organisasi Inspektorat Jenderal
Sumber : Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, 2014
Sekretariat
Inspektorat
Jenderal
mempunyai
tugas
melaksanakan
pelayanan teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan
Inspektorat Jenderal, dipimpin oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal. Sekretariat
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi :
1. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana dan program kerja
pengawasan, serta pelaporan. Dilaksanakan oleh bagian program dan pelaporan
yang dipimpin seorang Kepala Bagian.
2. Pelaksanaan analisis laporan hasil pengawasan. Dilaksanakan oleh bagian
analisis laporan hasil pengawasan yang dipimpin seorang Kepala Bagian.
3. Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. Dilaksanakan oleh
bagian pemantauan tindak lanjut yang dipimpin seorang Kepala Bagian.
4. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, organisasi dan tata laksana; dan
pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Inspektorat Jenderal.
Dilaksanakan oleh bagian umum dipimpin seorang Kepala Bagian.
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap
kinerja, keuangan, dan administrasi melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan
kegiatan pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri pada Unit Kerja Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
19
Alam, Inspektorat Jenderal, serta instansi kehutanan di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung. Inspektorat I terdiri
atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor serta
dipimpin oleh Inspektur I.
Inspektorat II mempunyai tugas tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja, keuangan, dan administrasi melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu
atas penugasan Menteri pada Unit Kerja Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan, serta instansi kehutanan di
Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogyakarta, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Inspektorat II terdiri
atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor serta
dipimpin oleh Inspektur II.
Inspektorat III mempunyai tugas tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja, keuangan, dan administrasi melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu
atas penugasan Menteri pada Unit Kerja Direktorat Jenderal Bina Usaha
Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, serta instansi
kehutanan di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Papua dan Papua Barat. Inspektorat III terdiri atas Subbagian
Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor serta dipimpin oleh
Inspektur III.
Inspektorat IV mempunyai tugas tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja, keuangan, dan administrasi melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya, pengawasan untuk tujuan tertentu
atas penugasan Menteri pada Unit Kerja Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan,
Sekretariat Jenderal serta instansi kehutanan di Provinsi Sulawesi Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat, Maluku dan Maluku Utara. Inspektorat IV terdiri atas Subbagian Tata
20
Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor serta dipimpin oleh Inspektur
IV.
Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan pengawasan,
pengumpulan bahan meneliti, menganalisis, dan mengevaluasi atas kasus
pelanggaran yang berindikasi praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme,
pelanggaran administrasi, menindak lanjuti pengaduan masyarakat, serta
melaksanakan tugas lain berdasarkan instruksi khusus Menteri, dan cakupan yang
ditetapkan oleh Inspektur Jenderal. Inspektorat Investigasi terdiri atas Subbagian
Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor serta dipimpin oleh
Inspektur Investigasi.
4.1.1
Visi Inspektorat Jenderal
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam
produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi,
kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan
cita-cita masa depan.
Pernyataan visi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan tahun 2010 2014 : Menjadi Instansi Pengawas Internal Yang Profesional Guna Mendukung
Pembangunan Sektor Kehutanan.
4.1.2
Misi Inspektorat Jenderal
Misi adalah merupakan langkah – langkah dan strategi untuk mencapai visi
organisasi. Pernyataan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan adalah :
1. Menguatkan kelembagaan pengawasan Inspektorat Jenderal.
2. Meningkatkan peranan pengawasan.
3. Mengawal penerapan Reformasi Birokrasi.
4.2
Alignment
Alignment merupakan proses identifikasi dari keselarasan antara visi, misi,
sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) sudah selaras. Sehingga
untuk mengetahui keselarasan antara visi, misi, sasaran strategis dan IKU yang
ada di Inspektorat Jenderal maka perlu dilakukan proses alignment. Hasil dari
21
alignment tersebut dilakukan validitas oleh pihak manajemen sebagai objektivitas
penilaian dari alignment.
4.2.1 Alignment Visi ke Misi Inspektorat Jenderal
Visi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan adalah Menjadi Instansi
Pengawas Internal Yang Profesional Guna Mendukung Pembangunan Sektor
Kehutanan
Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan antara lain:
1. Menguatkan kelembagaan pengawasan Inspektorat Jenderal
2. Meningkatkan peranan pengawasan
3. Mengawal penerapan Reformasi Birokrasi
Untuk menunjukkan keselarasan antara visi dan misi Inspektorat Jenderal
seperti ditunjukan oleh Tabel 6.
Tabel 6 Bagan menguji keselarasan Visi ke Misi Inspektorat Jenderal
Visi Inspektorat Jenderal
Menjadi Instansi Pengawas Internal
Yang Profesional Guna Mendukung
Pembangunan Sektor Kehutanan
Inline
Misi Inspektorat Jenderal
Menguatkan kelembagaan
pengawasan Inspektorat
Jenderal.
Meningkatkan peranan
pengawasan.
Mengawal penerapan
Reformasi Birokrasi.
Keterangan :
- Kata-kata yang digarisbawahi dan ditebalkan menunjukan kesamaan arti
: menunjukan keselarasan
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014
Visi Inspektorat Jenderal inline dengan misi Inspektorat Jenderal. Misi
pertama dan kedua menunjukan penjabaran dari poin menjadi intansi pengawas
internal yang professional. Misi ketiga yaitu mengawal penerapan Reformasi
Birokrasi merupakan pendukung guna mencapai pemerintahan yang baik (good
governance), hal ini tidak selaras dengan visi.
4.2.2 Alignment Misi ke Tujuan Inspektorat Jenderal
Tujuan merupakan penjabaran dari pernyataan visi dan misi sebagai hasil
akhir yang akan dicapai, tujuan ditetapkan dengan mengacu pada pernyataan visi
dan misi sehingga rumusannya harus menunjukkan suatu kondisi yang akan
22
dicapai pada masa akan datang. Misi dan tujuan Inspektorat Jenderal dijabarkan
pada Tabel 7.
Tabel 7. Bagan menguji keselarasan Misi ke Tujuan Inspektorat Jenderal
No
1
Menguatkan
pengawasan
Jenderal.
Misi
kelembagaan
Inspektorat
Line
No
1
2
3
4
5
2
Meningkatkan peranan
pengawasan.
6
7
8
9
3
Tujuan
Meningkatkan kualitas
perencanaan dan pelaporan
Menyempurnakan norma,
standar dan prosedur
Meningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM pengawasan
Meningkatkan sarana prasarana
pengawasan
Memantapkan pelayanan
administrasi dan kepegawaian
Meningkatkan kualitas audit
Meningkatkan peranan reviu,
evaluasi dan kegiatan pengawasan
lainnya
Meningkatkan pemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan
Meningkatkan sinergi
pengawasan dengan Aparat
Pengawasan Internal (APIP)
lainnya
Melakukan pemantauan
pelaksanaan reformasi birokrasi
Mengawal penerapan
10
Reformasi Birokrasi.
Keterangan :
- Kata-kata yang digarisbawahi dan ditebalkan menunjukan kesamaan arti
: menunjukan keselarasan
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014
Secara keseluruhan misi dan tujuan Inspektorat Jenderal selaras, dalam hal
ini sepuluh tujuan Inspektorat Jenderal menggambarkan dari misi yang telah
ditetapkan. Tujuan pertama hingga kelima merealisasikan dari misi pertama,
sedangkan tujuan keenam sampai kesembilan merealisasikan dari misi kedua.
Tujuan kesepuluh merealisasikan dari misi ketiga.
4.2.3 Alignment Tujuan ke Sasaran Inspektorat Jenderal
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai rumusan yang spesifik, terukur
dalam jangka waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang
ditetapkan. Tujuan dan sasaran Inspektorat Jenderal ditampilkan pada Tabel 8.
23
Tabel 8. Bagan menguji keselarasan Tujuan ke Sasaran Inspektorat Jenderal
No
1
Tujuan
Meningkatkan kualitas
perencanaan dan pelaporan
Inline
No
1
2
3
2
3
Menyempurnakan norma,
standar dan prosedur
Meningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM pengawasan
4
5
6
4
Meningkatkan sarana
prasarana pengawasan
7
8
5
Memantapkan pelayanan
administrasi dan kepegawaian
9
10
11
6
Meningkatkan kualitas audit
12
13
7
Sasaran
Tersedianya rencana pengawasan
yang mantap.
Tersedianya laporan yang lengkap
dan akurat. ()
Tersedianya informasi pengawasan.
Tersedianya norma, standar dan
prosedur yang lengkap.
Tersedianya kualitas SDM
pengawasan sesuai kualifikasi.
Tersedianya kuantitas SDM
pengawasan sesuai kebutuhan.
Terpenuhinya sarana pengawasan.
Terpenuhinya sarana rumah tangga
dan perkantoran.
Terpenuhinya sarana mobilitas.
Tercukupinya kebutuhan pelayanan
administrasi.
Tercukupinya kebutuhan pelayanan
kepegawaian.
Termanfaatkannya hasil audit
kinerja.
Termanfaatkannya hasil audit
investigasi.
Termanfaatkannya hasil reviu,
evaluasi dan pengawasan lainnya.
Meningkatkan peranan reviu,
14
evaluasi dan kegiatan
pengawasan lainnya
8
Meningkatkan pemantauan
15 Termanfaatkannya hasil
tindak lanjut hasil
penyelesaian tindak lanjut laporan
hasil audit.
pengawasan
9
Meningkatkan sinergi
16 Termanfaatkannya hasil koordinasi
pengawasan dengan Aparat
bidang pengawasan.
Pengawasan Internal (APIP)
lainnya
10 Melakukan pemantauan
17 Termanfaatkannya hasil pemantauan
pelaksanaan reformasi birokrasi.
pelaksanaan reformasi
birokrasi
Keterangan :
- Kata-kata yang digarisbawahi dan ditebalkan menunjukan kesamaan arti
: menunjukan keselarasan
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014
Tujuan dan sasaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan saling
berkesinambungan, artinya sasaran yang dibuat selaras dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
24
4.2.4 Penilaian
Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal
dengan SMART-C
Indikator kinerja utama adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan
sasaran strategis organisasi.
Pemilihan dan penetapan indikator kinerja utama harus memenuhi
karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran
kinerja unit organisasi yang bersangkutan, sesuai dengan prinsip SMART-C yaitu:
a. Specific (S);
b. Measureable (M);
c. Achievable (A);
d. Relevant (R);
e. Time Bound (T); dan
f. Continuously improve (C).
Indikator kinerja merupakan penjabaran tingkat keberhasilan dari suatu
tujuan dan sasaran organisasi, sehingga indikator kinerja harus selaras dengan
sasaran yang telah ditetapkan. Berikut Tabel 9 yang menggambarkan sasaran dan
indikator kinerja Inspektorat Jenderal berdasarkan Rencana Strategis 2010 – 2014.
Tabel 9 Diagnosa SMART-C Indikator Kinerja Inspektorat
No
1
2
3
Sasaran
Tersedianya
rencana
pengawasan
yang mantap
Tersedianya
laporan yang
lengkap dan
akurat.
Tersedianya
informasi
pengawasan.
RENSTRA ITJEN
Indikator Kinerja
- Renstra 1 judul
- Renja 5 judul
- PKPT 5 judul
- RKAKL 5 judul
- LAKIP 5 judul
- Lap. APIP 5 judul
- Laporan Periodik
(lap. Tahunan,
triwulan dan
bulanan)
- Lap. Keuangan 5
judul
- Lap. BMN 5 judul
- Lap. Kepegawaian
5 judul
- Data Informasi
Pengawasan 5 judul
- Aplikasi bidang
Pengawasan
- Buletin
pengawasan 20
Edisi
Kriteria
S
1
1
1
1
1
1
M
1
1
1
1
1
1
A
1
1
1
1
1
1
R
0
0
0
0
0
0
T
1
1
1
1
1
1
C
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
Nilai
4
4
4
4
4
4
Skor
Ket.
67
Baik
67
Baik
67
Baik
4
1
1
1
0
1
0
4
1
1
1
0
1
0
4
1
1
1
0
1
0
4
1
1
1
1
0
0
4
1
1
1
1
0
0
4
1
1
1
1
0
0
4
25
No
Sasaran
4
Tersedianya
norma,
standar dan
prosedur yang
lengkap.
Tersedianya
kualitas SDM
pengawasan
sesuai
kualifikasi.
5
6
7
8
9
10
11
12
Tersedianya
kuantitas
SDM
pengawasan
sesuai
kebutuhan.
Terpenuhinya
sarana
pengawasan.
Terpenuhinya
sarana rumah
tangga dan
perkantoran.
Terpenuhinya
sarana
mobilitas.
Tercukupinya
kebutuhan
pelayanan
administrasi.
Tercukupinya
kebutuhan
pelayanan
kepegawaian.
Termanfaatka
nnya hasil
RENSTRA ITJEN
Indikator Kinerja
30 dokumen terkait
norma, standar dan
prosedur
- Diklat JFA 100
orang
- Diklat Ketua Tim
50 orang
- Diklat Dalnis 15
orang
- Diklat Daltu 10
orang
- Diklat Teknis
Kehutanan 750
orang
Penambahan PNS
100 Orang
- Termanfaatkannya
peralatan untuk
percepatan
penyelesaian LHA
- Termanfaatkannya
peralatan untuk
pembuktian
pengawasan
- Termanfaatkannya
peralatan untuk
mendukung
investigasi
- Termanfaatkannya
sarana untuk
kenyamanan kerja
- Termanfaatkannya
sarana untuk
percepatan
penyelesaian tugas
administrasi umum
Kelancaran
pelaksanaan tugas
pemerintahan
Terpenuhinya
kebutuhan
pelayanan
administrasi
Terpenuhinya
kebutuhan
pelayanan
kepegawaian
- Turunnya temuan
kelemahan
Kriteria
Nilai
Skor
Ket.
0
4
67
Baik
0
0
4
1
0
0
4
1
1
0
0
4
67
Baik
1
1
1
0
0
4
1
1
1
1
0
0
4
1
1
1
1
0
0
4
67
Baik
0
0
1
1
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
33
Rendah
0
0
1
1
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
33
Rendah
S
M
A
R
T
C
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
33
Rendah
0
0
1
1
0
0
2
33
Rendah
0
0
1
1
0
0
2
33
Rendah
0
0
1
1
0
0
2
33
Rendah
26
No
Sasaran
audit kinerja.
13
14
15
16
17
Termanfaatka
nnya hasil
audit
investigasi.
Termanfaatka
nnya hasil
reviu,
evaluasi dan
pengawasan
lainnya.
Termanfaatka
nnya hasil
penyelesaian
tindak lanjut
laporan hasil
audit.
Termanfaatka
nnya hasil
koordinasi
bidang
pengawasan.
Termanfaatka
nnya hasil
pemantauan
pelaksanaan
reformasi
birokrasi.
RENSTRA ITJEN
Indikator Kinerja
administrasi.
- Turunnya temuan
pelanggaran
terhadap peraturan
perundangan.
- Turunnya temuan
hambatan
kelancaran
pelaksanaan tugas
Tertanganinya
kasus-kasus dan
pengaduan
masyarakat di
bidang kehutanan
yang berindikasi
KKN
- Turunnya temuan
kelemahan
administrasi.
- Turunnya temuan
pelanggaran
terhadap peraturan
perundangan.
- Turunnya temuan
hambatan
kelancaran
pelaksanaan tugas
- Berkurangnya
tunggakan tindak
lanjut hasil audit
- Kembalinya
kerugian negara
Terjalinnya
kerjasama dan
koordinasi
pengawasan dengan
APIP lainnya
- Meningkatkan
upaya penegakan
disiplin dan
ketaatan aparatur
- Berjalannya
pengawasan
internal satker
Kriteria
Nilai
S
M
A
R
T
C
0
0
1
1
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
1
1
1
1
0
0
4
0
1
1
0
0
0
2
0
1
1
0
0
0
2
0
1
1
0
0
0
2
0
1
0
1
0
0
2
0
1
0
1
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
0
0
1
1
0
0
2
1
1
1
1
0
0
Rata – Rata Nilai Persentase
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014
Skor
Ket.
67
Baik
33
Rendah
33
Rendah
33
Rendah
69
Baik
49
Sedang
4
27
Berdasarkan hasil analisa sasaran dan indikator kinerja Inspektorat Jenderal
dengan menggunakan syarat SMART-C dan menggunakan skor dengan penetapan
skor berdasarkan rentang nilai 0 – 25 masuk kategori rendah, 26 – 50 masuk
kategori sedang, 51 – 75 masuk kategori baik dan 76 – 100 masuk kategori sangat
baik. Berdasarkan penilaian terhadap indikator kinerja Inspektorat Jenderal
dengan menggunakan prinsip SMART-C (spesific, measurable, achievable,
relevant, time bound dan continuously improve). Didapat nilai skor 49 sehingga
masuk kategori sedang dan indikator kinerja utama secara umum masih bersifat
output bukan berbasis outcome dan belum memenuhi syarat SMART-C sehingga
perlu dilakukan perbaikan.
Ada perbedaan antara Indikator Kinerja Utama (IKU) yang disampaikan
pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dengan
Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014. Seharusnya IKU yang
tercantum dalam LAKIP harus selaras dengan rencana strategi, karena LAKIP
merupakan sarana bagi Instansi Pemerintah untuk melaporkan kinerja sesuai
dengan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam rencana strategi.
Atas kondisi tersebut perlu dirancang IKU yang sesuai dengan rencana
strategi dan dilaporkan pula dalam LAKIP sehingga terdapat keselarasan antara
rencana strategi dan LAKIP. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No. PER/20/MENPAN/11/2008 dalam Petunjuk Penyusunan
Indikator Kinerja Utama, IKU pada unit kerja setingkat Eselon I adalah indikator
hasil (outcome).
4.3
Penentuan Ukuran Kinerja dan Sasaran Strategi
Ada dua ukuran untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategi,
yaitu ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja. Ukuran hasil (outcomes measures
atau lag indikator) adalah ukuran yang menunjukkan keberhasilan pencapaian
sasaran strategi. Ukuran pemicu kinerja (performance driver measure atau lead
indicator) adalah ukuran yang menunjukan penyebab atau pemacu ketercapaian
ukuran hasil.
Ukuran-ukuran strategi untuk mengukur pencapaian sasaran strategi
berdasarkan empat perspektif BSC.
28
1.
Perspektif Keuangan
Sasaran pertama dalam perspektif keuangan adalah peningkatan
pengelolaan anggaran yang optimal, hal tersebut dipicu dengan meningkatkan
daya serap anggaran Inspektorat Jenderal, diterapkan dengan persentase
penyerapan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) Inspektorat Jenderal.
Sasaran kedua adalah peningkatan kualitas opini laporan keuangan
Kementerian Kehutanan, sasaran ini dipicu oleh pemeringkatan kinerja dan
audit laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan hasil
berupa rating audit BPK.
2.
Perspektif Pelanggan
Pelanggan merupakan pengguna jasa tugas dan fungsi Inspektorat
Jenderal. Tugas utama dari Inspektorat Jenderal adalah melaksanakan
pengawasan di lingkungan Kementerian Kehutanan. Sasaran strategi pada
perspektif ini adalah peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam
pengawasan pengelolaan keuangan negara, dengan ukuran pemicu kinerja
pertama meningkatnya kualitas pengawasan Inspektorat Jenderal. Hal
tersebut diterapkan dengan hasil nilai kepuasan pengguna jasa pengawasan
melalui kegiatan survey. Ukuran pemicu kedua adalah meningkatnya
penanganan
pengaduan
masyarakat
yang diukur
dengan
persentase
pengaduan masyarakat yang selesai ditindaklanjuti. Ukuran pemicu ketiga
membangun sistem pengendalian intern Pemerintah di Satuan Kerja, dengan
ukuran hasilnya berupa persentase Satuan Kerja yang melaksanakan SPIP.
3.
Perspektif Manajemen Internal
Sasaran strategi dalam perspektif manajemen internal pada Inspektorat
Jenderal adalah meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran.
Ukuran hasil dari sasaran strategi tersebut adalah persentase sasaran dalam
rencana strategis Inspektorat Jenderal yang diprogramkan dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA K/L). Hal ini
ditujukan agar kegiatan yang dilaksanakan dalam satu periode anggaran
selaras dengan rencana strategi yang telah ditetapkan, sehingga rencana
strategi dapat direalisasikan.
29
Sasaran strategi peningkatan kualitas pengawasan, pendampingan dan
konsultasi dalam melakukan sistem penjaminan mutu pengawasan internal
diukur dengan ukuran pemicu kinerja meningkatnya nilai SAKIP dengan
menerapkan persentase Satuan Kerja dengan nilai Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) kategori A. Nilai SAKIP mencerminkan keberhasilan
pelaksanaan akuntabilitas kinerja di Instansi Pemerintah. Ukuran pemicu
berikutnya yang digunakan adalah konsistensi antara kegiatan, penggunaan
anggaran dan tugas fungsi Satuan Kerja dan meningkatnya kualitas, dengan
ukuran hasil persentase Satuan Kerja yang telah melaksanakan kegiatan
dalam DIPA sesuai tugas dan fungsi. Ukuran pemicu terakhir adalah
meningkatnya kualitas pendampingan dan konsultasi Inspektorat Jenderal
dalam pembuatan laporan keuangan dengan ukuran hasil kinerja persentase
Satuan Kerja yang memenuhi standar laporan keuangan.
Sasaran strategi lainnya adalah membangun Instansi yang bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme. Meningkatnya upaya Satuan Kerja pencegahan
korupsi, kolusi dan nepotisme diterapka sebagai ukuran pemicu kinerja dari
sasaran strategi tersebut. Hal ini diterapkan dengan meningkatkan nilai
implementasi Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK), dan bertujuan agar
menciptakan lingkungan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme pada
Satuan Kerja lingkup Kementerian Kehutanan.
4.
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Inspektorat
Jenderal
memfokuskan
perspektif
pertumbuhan
dan
pembelajaran pada peningkatan kapasitas aparat pengawas intern pemerintah
di lingkungan Inspektorat Jenderal. Ukuran pemicu kinerja dari sasaran
strategi tersebut adalah meningkatkan aparat pengawas intern pemerintah
sesuai dengan standar kompetensi jabatan dengan ukuran hasil persentase
pengawas intern pemerintah yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan. Ukuran-ukuran hasil dan ukuran-ukuran pemicu kinerja dari empat
perspektif BSC dapat dilihat pada Tabel 10.
30
Tabel 10. Ukuran kinerja pencapaian strategi BSC Inspektorat Jenderal
Sasaran Strategi
Keuangan
Peningkatan Pengelolaan
Anggaran Yang Optimal
Peningkatan
Kualitas
Opini Laporan Keuangan
Kementerian Kehutanan
Pelanggan
Peningkatan
peran
Inspektorat
Jenderal
dalam
pengawasan
pengelolaan
keuangan
negara
Ukuran Strategi
Ukuran Pemicu
Ukuran Hasil
Meningkatkan daya serap
anggaran Inspektorat Jenderal
Pemeringkatan kinerja dan
audit laporan keuangan oleh
BPK
Persentase penyerapan DIPA
Inspektorat Jenderal
Rating Audit BPK
Meningkatnya
kualitas
Pengawasan
Inspektorat
Jenderal
Meningkatnya
penanganan
pengaduan masyarakat
Nilai kepuasan
jasa pengawasan
Membangun
Pengendalian
Pemerintah di Satker
Manajemen Internal
Meningkatkan Kualitas
Perencanaan
Kegiatan
dan Anggaran
Peningkatan
Kualitas
Pengawasan,
Pendampingan
dan
Konsultasi
Dalam
Melakukan
Sistem
Penjaminan
Mutu
Pengawasan Internal
Sistem
Intern
Meningkatnya
jumlah
program Inspektorat Jenderal
yang terealisasikan dalam
RKA/KL
Meningkatnya nilai SAKIP
Konsistensi antara kegiatan,
penggunaan anggaran dan
tugas fungsi Satker
Meningkatnya
kualitas
pendampingan dan konsultasi
Itjen
dalam
pembuatan
laporan keuangan
Meningkatkan upaya Satker
pencegahan KKN
Meningkatnya penyelesaian
tindak
lanjut
hasil
pemeriksaan
Membangun
Instansi
Yang Bebas KKN
Peningkatan Efektifitas
Penyelesaian
Tindak
Lanjut
Hasil
Pemeriksaan
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Peningkatan Kapasitas Meningkatkan
Aparat
Aparat Pengawas Intern Pengawas Intern Pemerintah
Pemerintah
di sesuai
dengan
standar
Lingkungan Inspektorat kompetensi jabatan
Jenderal
pengguna
Persentase
pengaduan
masyarakat yang selesai
ditindaklanjuti
Persentase Satker yang
melaksanakan SPIP
Persentase sasaran dalam
Rencana
Strategis
Inspektorat Jenderal yang
diprogramkan
dalam
RKA/KL
Persentase Satker dengan
nilai LAKIP kategori A
Persentase Satker yang telah
melaksanakan
kegiatan
dalam DIPA sesuai tugas
dan fungsi
Persentase Satker yang
memenuhi standar laporan
keuangan
Nilai Implementasi PIAK
Persentase
penyelesaian
tindak
lanjut
hasil
pemeriksaan
Persentase Aparat Pengawas
Intern Pemerintah yang telah
memenuhi
standar
kompetensi jabatan
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014
4.4
Penetapan Target
Dalam pencapaian visi dan misi Inspektorat Jenderal diperlukan target guna
mengukur keberhasilan dari strategi yang telah dilaksanakan. Penetapan target
31
berguna sebagai pemicu kinerja maksimal bagi Inspektorat Jenderal dan
pegawainya untuk mencapai keberhasilan. Penetapan target tersebut didasarkan
atas pertimbangan tersendiri sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Penetapan
target ini berdasarkan hasil wawancara dengan pihak yang kompeten di
Inspektorat Jenderal. Penetapan target Inspektorat Jenderal berdasarkan perspektif
BSC adalah sebagai berikut:
1.
Perspektif Keuangan
Salah satu penilaian keberhasilan pengelolaan anggaran adalah besarnya
penyerapan DIPA pada satu tahun anggaran. Pedoman yang digunakan untuk
penilaian terhadap penyerapan anggaran adalah pedoman LAKIP tersebut
menyebutkan skala penilaian terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu kurang
baik, yaitu apabila penyerapan anggaran di bawah 55 %, skala sedang apabila
tingkat penyerapan anggaran adalah 55 % - 70 %, skala baik yaitu apabila
tingkat penyerapan anggaran adalah 70% - 85% dan dianggap sangat baik
apabila tingkat penyerapan anggaran adalah 85 % - 100 %. Inspektorat
Jenderal menetapkan target untuk penyerapan anggaran sebesar 97%.
Pemeriksaan keuangan yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dimaksudkan untuk memberikan opini apakah laporan keuangan
yang telah disajikan oleh Instansi Pemerintah secara wajar sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). BPK dapat memberikan empat jenis
opini, yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion), Wajar
Dengan Pengecualian (WDP/Qualified opinion), Tidak Memberikan Pendapat
(TMT/Disclaimer opinion) dan Tidak Wajar (TW/Adverse opinion).
Opini WTP diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian internal
memadai dan tidak ada salah saji yang material atas pos-pos laporan
keuangan. Secara keseluruhan laporan keuangan telah menyajikan secara
wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Opini WDP diberikan dengan kriteria antara lain: sistem pengendalian
internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos
laporan keuangan. Laporan keuangan dengan opini WDP dapat diandalkan,
tetapi pemilik kepentingan harus memperhatikan permasalahan yang
32
diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan tersebut agar tidak
mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan.
Opini TMP diberikan apabila terdapat suatu nilai yang secara material
tidak dapat diyakini auditor karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan oleh
manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti dan atau sistem pengendalian
intern yang sangat lemah.
Opini TW diberikan jika sistem pengendalian internal tidak memadai dan
terdapat salah saji pada banyak pos laporan keuangan yang material. Dengan
demikian secara keseluruhan penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan
SAP. Inspektorat Jenderal menetapkan target yaitu hasil pemeriksaan laporan
keuangan Kementerian Kehutanan oleh BPK mendapat opini WTP.
2.
Perspektif Pelanggan
Pelanggan dalam organisasi Pemerintah adalah masyarakat dan para
pemilik kepentingan. Sehingga penilaian terhadap pelayanan atau jasa
pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal perlu dilakukan.
Inspektorat Jenderal menetapkan nilai 3 dalam penilaian kepuasan pengguna
jasa Inspektorat Jenderal.
Masyarakat merupakan salah satu pelanggan dari Inspektorat Jenderal,
salah satu bentuk pelayanan Inspektorat Jenderal terhadap masyarakat adalah
menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Inspektorat
Jenderal. Sebagai wujud tanggung jawab kepada masyarakat merupakan suatu
kewajiban bagi
Inspektorat Jenderal untuk menindaklanjuti seluruh
pengaduan masyarakat yang masuk. Inspektorat Jenderal menetapkan target
seluruh atau 100% pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Inspektorat
Jenderal untuk ditindaklanjuti hingga tuntas.
Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah mencapai
keandalan laporan keuangan, pengamanan aset dan ketaatan terhadap
peraturan yang berlaku. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyebutkan Menteri
selaku
pengguna
anggaran
dan
atau
pengguna
barang
wajib
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern dibidang pemerintahan
masing-masing untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja.
33
Untuk menindaklanjuti dari hal tersebut maka Inspektorat Jenderal
membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di satuan kerja sehingga
terwujud efektifitas pengawasan dan pengendalian mulai dari satuan kerja.
Inspektorat Jenderal menargetkan 40% dari jumlah satuan kerja di lingkup
Kementerian Kehutanan telah melaksanakan SPIP.
3.
Perspektif Manajemen Internal
Kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran merupakan aspek penting
dalam mewujudkan pengelolaan anggaran yang optimal, sehingga programprogram yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Inspektorat Jenderal
dapat direalisasikan. Inspektorat Jenderal menetapkan target 70% program
yang ada dalam Rencana Strategi Inspektorat Jenderal dan direalisasikan pada
RKA K/L Inspektorat Jenderal.
Tujuan pelaksanaan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) adalah memperoleh informasi tentang implementasi
SAKIP, menilai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, memberikan saran
perbaikan untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi
pemerintah, dan memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi
sebelumnya. Hasil dari evaluasi tersebut berupa kategori yang dibedakan
skala nilai tertentu sebagai berikut, kategori AA nilai angka >85 – 100
(memuaskan), kategori A nilai angka >75 – 85 (sangat baik), kategori B nilai
angka >65 – 75 (baik), kategori CC nilai angka >50 – 65 (cukup), kategori C
nilai angka >30 – 50 (kurang) dan kategori D nilai angka 0 – 30 (sangat
kurang). Dalam hal ini Inspektorat Jenderal menetapkan target untuk evaluasi
SAKIP Kementerian Kehutanan mendapat kategori A.
Sasaran strategi peningkatan kualitas pengawasan, pendampingan dan
konsultasi dalam melakukan sistem penjamin mutu pengawasan internal,
sasaran ini memiliki 2 (dua) ukuran hasil kinerja, yaitu: persentase satuan
kerja yang telah melaksanakan kegiatan dalam DIPA sesuai tugas dan fungsi
satuan kerja, dan persentase satuan kerja yang memenuhi standar laporan
keuangan pemerintah. Satuan kerja diharapkan melaksanakan tugas dan
fungsi sesuai aturan yang berlaku, salah satunya menerapkan pengelolaan
anggaran efektif, efisien dan ekonomis. Inspektorat Jenderal memiliki peran
34
sebagai pengawas, pendamping serta konsultan bagi satuan kerja dan
menunjang kegiatan tersebut Inspektorat Jenderal menetapkan target 70%
satuan kerja telah melaksanakan maupun mencantumkan kegiatan dalam
DIPA yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Inspektorat Jenderal sebagai pelaksana reviu laporan
keuangan perlu menetapkan target keberhasilan atas reviu dan pendamping
dalam penyusunan laporan keuangan yang dibuat oleh satuan kerja. Target
yang ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal adalah sebesar 70% satuan kerja
yang telah membuat laporan keuangan sesuai dengan SAP.
Kunci keberhasilan upaya pemberantasan korupsi pada suatu unit kerja
unit utama/lembaga adalah inisiatif dari internal instansi tersebut. Untuk
menunjang hal tersebut Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan
penilaian inisiatif anti korupsi pada satuan kerja, sementara Inspektorat
Jenderal mendorong dan mengupayakan satuan kerja untuk mencapai standar
apa yang ditetapkan oleh KPK. Penilainan Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang
dilaksanakan oleh KPK memiliki nilai maksimal 10. Inspektorat Jenderal
menetapkan target untuk nilai PIAK adalah sebesar 7,00.
Setiap unit kerja tingkat Esselon I dan unit pelaksana teknis berkewajiban
menindaklanjuti hasil audit internal maupun eksternal pemerintah paling
lambat 1 (satu) bulan setelah laporan hasil audit diterima. Atas dasar tersebut
satuan kerja diwajibkan segera mungkin untuk menindaklanjuti laporan hasil
audit, Inspektorat Jenderal memiliki unit kerja yang dipimpin oleh Kepala
Bagian Pemantauan Tindak Lanjut yang memiliki tugas dan fungsi sebagai
pemantau atas tindak lanjut dari temuan-temuan hasil audit baik oleh pihak
internal maupun eksternal pemerintah. Inspektorat Jenderal menargetkan
65% dari seluruh temuan dapat ditindaklanjuti oleh satuan kerja.
4.
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Untuk mendorong peningkatan kapasitas aparat pengawas di Inspektorat
Jenderal, maka sangat diperlukan pemetaan kompetensi yang dibutuhkan
oleh setiap jabatan baik struktural maupun fungsional. Oleh karena itu, maka
35
diperlukan suatu standar kompetensi untuk setiap jabatan baik struktural
maupun fungsional. Inspektorat Jenderal menargetkan 80% aparat pengawas
telah memenuhi standar kompetensi jabatan. Berikut gambaran target kinerja
Inspektorat Jenderal dengan BSC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Target kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC
Sasaran
Strategi
Keuangan
Peningkatan
Pengelolaan
Anggaran Yang
Optimal
Peningkatan
Kualitas Opini
Laporan
Keuangan
Kementerian
Kehutanan
Pelanggan
Peningkatan
peran
Inspektorat
Jenderal dalam
pengawasan
pengelolaan
keuangan
negara
Ukuran Strategi
Ukuran Pemicu
Ukuran Hasil
Meningkatkan
daya
serap
anggaran
Inspektorat Jenderal
Persentase
DIPA
Jenderal
penyerapan
Inspektorat
Pemeringkatan kinerja
dan
audit
laporan
keuangan oleh BPK
Rating Audit BPK
Target
97%
WTP
Meningkatnya kualitas
Pengawasan Inspektorat
Jenderal
Meningkatnya
penanganan pengaduan
masyarakat
Membangun
Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah di Satker
Manajemen Internal
Meningkatkan
Meningkatnya
jumlah
Kualitas
program
Inspektorat
Perencanaan
Jenderal
yang
Kegiatan
dan terealisasikan
dalam
Anggaran
RKA/KL
Peningkatan
Meningkatnya
nilai
Kualitas
SAKIP
Pengawasan,
Konsistensi
antara
Pendampingan
kegiatan,
penggunaan
dan Konsultasi anggaran
dan
tugas
Dalam
fungsi Satker
Melakukan
Meningkatnya kualitas
Sistem
pendampingan
dan
Penjaminan
konsultasi Itjen dalam
Mutu
pembuatan
laporan
Pengawasan
keuangan
Internal
Nilai kepuasan pengguna
jasa pengawasan
Membangun
Instansi Yang
Bebas KKN
Peningkatan
Efektifitas
Penyelesaian
Tindak Lanjut
Meningkatkan
upaya
Satker pencegahan KKN
Nilai
PIAK
Meningkatnya
penyelesaian
tindak
lanjut hasil pemeriksaan
Persentase penyelesaian
tindak
lanjut
hasil
pemeriksaan
Persentase
pengaduan
masyarakat yang selesai
ditindaklanjuti
Persentase Satker yang
melaksanakan SPIP
Persentase sasaran dalam
Rencana
Strategis
Inspektorat
Jenderal
yang
diprogramkan
dalam RKA/KL
Persentase Satker dengan
nilai LAKIP kategori A
Persentase Satker yang
telah
melaksanakan
kegiatan dalam DIPA
sesuai tugas dan fungsi
Persentase Satker yang
memenuhi
standar
laporan keuangan
3,00
100%
40%
70%
60%
70%
70%
Implementasi
7,00
65%
36
Ukuran Strategi
Sasaran
Strategi
Ukuran Pemicu
Ukuran Hasil
Hasil
Pemeriksaan
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Peningkatan
Meningkatkan
Aparat Persentase
Aparat
Kapasitas
Pengawas
Intern Pengawas
Intern
Aparat
Pemerintah
sesuai Pemerintah yang telah
Pengawas Intern dengan
standar memenuhi
standar
Pemerintah di kompetensi jabatan
kompetensi jabatan
Lingkungan
Inspektorat
Jenderal
Target
80%
Sumber : Rencana Strategi Inspektorat Jenderal 2010 – 2014
4.5
Perancangan Balanced Scorecard
Perancangan BSC ini bertepatan dengan adanya perubahan visi dan misi di
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, sehingga merupakan waktu yang
tepat dalam menyusun sasaran strategi yang baru dalam mewujudkan visi dan misi
yang baru ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal. Perancangan BSC dilakukan
dengan membuat sasaran strategis yang sesuai dengan visi dan misi Inspektorat
Jenderal Kementerian Kehutanan. Sasaran-sasaran strategi dipilih sebagai langkah
mewujudkan visi misinya.
Sasaran strategis Inspektorat Jenderal digambarkan dalam peta strategi BSC.
Peta strategi BSC merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan strategi
kepada seluruh pegawai. Peta strategi BSC menunjukan hubungan sebab-akibat
antara visi, misi dan sasaran strategi dalam perspektif keuangan, pelanggan,
manajemen internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
Perancangan ini berdasarkan dari pengisian kuesioner oleh responden.
Responden terdiri dari pihak akademisi, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Kepala
Sub Bag. Program, Auditor Utama dan Auditor Muda. Bentuk kuesioner dapat
dilihat pada lampiran 1.
1.
Perspektif Keuangan
Inspektorat Jenderal menetapkan peningkatan pengelolaan anggaran yang
optimal dan Kualitas Opini Laporan Keuangan Kementerian Kehutanan.
Indikator Kinerja Utama dan Indikator pemicu yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan sasaran strategis tercantum dalam Dashboard
perspektif keuangan dapat dilihat pada Tabel 12.
40
Gambar 4 Peta Strategi Inspektorat Jenderal
Gambar 4 menggambarkan proses pencapaian visi dan misi melalui
hubungan sebab akibat antar sasaran strategi pada setiap perspektif. Peta strategi
dibuat dari atas kebawah, namun cara membacanya dari bawah keatas.
Perspektif keuangan serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
menggambarkan sasaran strategi apa yang mendorong dalam melakukan
manajemen internal. Sasaran strategi peningkatan kapasitas aparat pengawas
intern pemerintah di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
mendorong dari sasaran strategi pada perspektif manajemen internal dan
keuangan. Karena aset paling berharga bagi organisasi adalah sumber daya
manusia, atas alasan tersebut kegiatan untuk meningkatkan kapasitas dari aparat
pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan menjadi pondasi bagi
keberhasilan sasaran strategi pada perspektif keuangan maupun perspektif
manajemen internal.
Perspektif keuangan memiliki sasaran strategi peningkatan pengelolaan
anggaran yang optimal dan peningkatan kualitas opini laporan keuangan
Kementerian Kehutanan. Sasaran strategi peningkatan pengelolaan anggaran yang
41
optimal mendorong sasaran strategi peningkatan kualitas opini laporan keuangan
Kementerian Kehutanan mendorong. Dengan tercapainya pengelolaan anggaran
yang optimal maka kualitas laporan keuangan akan meningkat, hal ini didorong
oleh peningkatan dari kualitas aparat pengawas pada Inspektorat Jenderal
Kementerian Kehutanan.
Perspektif manajemen internal menggambarkan proses organisasi dalam
memenuhi harapan pelanggan sebagai output atau tugas pokok dan fungsi yang
dibebankan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan. Perspektif
manajemen internal memiliki sasaran strategi meningkatkan kualitas perencanaan
kegiatan dan anggaran, peningkatan kualitas pengawasan, pendampingan dan
konsultansi dalam melakukan sistem penjaminan mutu pengawasan internal,
membangun Instansi bebas KKN dan peningkatan efektifitas penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan. Sasaran strategi peningkatan kualitas pengawasan,
pendampingan dan konsultansi dalam melakukan sistem penjaminan mutu
pengawasan internal mendorong dari tercapainya sasaran strategi lainnya pada
perspektif manajemen internal. Seluruh sasaran strategi pada perspektif
manajemen internal mendorong tercapainya sasaran strategi pada perspektif
pelanggan.
Dengan
terpenuhinya
sasaran
strategi
perspektif
pelanggan
yaitu
peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam pengawasan pengelolaan keuangan
negara, dengan terpenuhinya ekspektasi pada perspektif pelanggan maka
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan dapat mencapai visi yang telah
ditetapkan. Sasaran strategi dari masing-masing perspektif saling berkaitan dan
saling mendorong, sehingga visi dan misi Inspektorat Jenderal akan tercapai.
4.7
Inisiatif Strategi
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan dapat menerapkan sistem
balanced scorecard sebagai strategi organisasi dalam mencapai visi dan misi dan
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Dengan balanced scorecard
maka setiap perspektif memiliki sasaran strategi dan inisiatif strategi yang jelas
serta memiliki ukuran dan indikator yang terukur, sehingga setiap anggota
42
organisasi mengetahui peran yang dijalaninya. Berikut inisiatif strategi dari
masing-masing ukuran strategi dan indikator kinerja utama.
1.
Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan dengan bobot 0,049 memiliki 2 (dua) sasaran
strategi yaitu peningkatan pengelolaan anggaran yang optimal dan
peningkatan kualitas opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan, seperti
tercantum pada Tabel 16.
Tabel 16 Inisiatif strategi perspektif keuangan
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
PIC
INISIATIF STRATEGIS
Peningkatan
Pengelolaan
Anggaran Yang
Optimal
Persentase
penyerapan DIPA
Inspektorat Jenderal
KABAG
UMUM
1. melaksanakan audit sesuai
dengan
Program
Kerja
Pemeriksaan Tahunan(PKPT)
dan non PKPT.
2. menyusun rencana penyerapan
program
dan
kegiatan
Inspektorat Jenderal.
3. menyusun program operasional
kegiatan Inspektorat Jenderal
Peningkatan
Kualitas Opini
Laporan
Keuangan
Kementerian
Kehutanan
Rating Audit Badan
Pemeriksa Keuangan
INSPEKTUR
I, II, III dan
IV
Melakukan
pembinaan
dan
pendampingan secara maksimal
untuk
meningkatkan
kualitas
Laporan Keuangan
Sumber : Data diolah
Inisiatif strategi manajerial yang pertama adalah meningkatkan daya
serap anggaran Inspektorat Jenderal. Tahapan yang dilaksanakan adalah
menyusun rencana penyerapan program dan kegiatan Inspektorat Jenderal,
menyusun
program
operasional
kegiatan
Inspektorat
Jenderal
dan
melaksanakan audit sesuai dengan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan.
Pengukuran indikator kinerja menggunakan persentase antara jumlah
anggaran yang telah diserap sampai dengan periode pelaporan dibandingkan
dengan jumlah anggaran (DIPA) Inspektorat Jenderal Kemenhut selama satu
tahun periode anggaran
Inisiatif strategi kedua adalah peningkatan kinerja dan audit laporan
keuangan oleh BPK, tahapan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal adalah
melakukan pembinaan dan pendampingan untuk meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan. Ukuran hasil berupa opini BPK terhadap laporan
keuangan, opini tersebut merupakan penilaian BPK apakah laporan keuangan
43
yang telah disajikan oleh Instansi Pemerintah wajar sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
2.
Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan memiliki bobot tertinggi dengan nilai sebesar
0,629. Sasaran strategi pada perspektif pelanggan adalah peningkatan peran
Inspektorat Jenderal dalam pengawasan pengelolaan keuangan negara dan
memiliki 3 (tiga) indikator kinerja dalam mengukur capaian sasaran strategi
tersebut. Inisiatif strategi pada perspektif pelanggan ditunjukkan pada Tabel
17.
Tabel 17 Inisiatif strategi perspektif pelanggan
SASARAN
STRATEGIS
Peningkatan peran
Inspektorat
Jenderal dalam
pengawasan
pengelolaan
keuangan negara
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
PIC
INISIATIF STRATEGIS
Nilai kepuasan
pengguna jasa
pengawasan
KABAG
ALHP
Melakukan pengukuran kepuasan
pengguna jasa pengawasan dengan
alat ukur yanng telah ditetapkan
Persentase pengaduan
masyarakat yang
selesai ditindaklanjuti
INSPEKTUR
INVESTIGASI
Mendorong penyusunan standar
penanganan pengaduan masyarakat
Persentase Satker
yang melaksanakan
SPIP
INSPEKTUR
I,II, III, IV dan
Investigasi
serta KABAG
ALHP
1.
2.
3.
menyusun Juklak dan Juknis
SPIP;
melakukan sosialisasi SPIP;
melakukan monitoring
penerapan SPIP dan
identifikasi risiko
Sumber : Data diolah
Inisiatif strategi yang pertama adalah melakukan nilai kepuasan
pengguna jasa pengawasan, untuk mencapainya Inspektorat Jenderal
melakukan pengukuran kepuasan pengguna jasa pengawasan dengan alat
ukur yang telah disusun dan ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal.
Inisiatif strategi kedua adalah meningkatnya penanganan pengaduan
masyarakat, dalam rangka mencapainya Inspektorat Jenderal menyusun
standar operasional pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat. Ukuran
hasil berupa persentase jumlah pengaduan masyarakat yang diterima
Inspektorat Jenderal dan jumlah pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti
oleh Inspektorat Jenderal.
Inisiatif strategi ketiga membangun Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) di Satuan Kerja. Untuk mendorong pelaksanaannya
Inspektorat Jenderal melaksanakan penyusunan pedoman teknis dan
44
penyelenggaraan SPIP di Satuan Kerja, melakukan sosialisasi, pembimbingan
dan konsultasi SPIP, dan evaluasi pelaksanaan SPIP dengan menilai
persentase jumlah Satuan Kerja yang telah melaksanakan SPIP dan jumlah
seluruh satker.
3.
Perspektif Manajemen Internal
Pada perspektif manajemen internal memiliki 4 (empat) yaitu
meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran, peningkatan
kualitas pengawasan, pendampingan dan konsultasi dalam melakukan sistem
penjaminan mutu pengawasan internal, membangun instansi yang bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme, dan peningkatan efektifitas penyelesaian
tindak lanjut hasil pemeriksaan. Sebagaimana tercantum pada Tabel 18.
Tabel 18 Inisiatif strategi perspektif manajemen internal
SASARAN
STRATEGIS
Meningkatkan
Kualitas
Perencanaan
Kegiatan dan
Anggaran
INDIKATOR
KINERJA
UTAMA
Persentase
sasaran dalam
Rencana Strategis
Inspektorat
Jenderal yang
diprogramkan
dalam RKA/KL
PIC
INISIATIF STRATEGIS
1.
KABAG
PROGRAM
DAN
PELAPORAN
2.
3.
4.
1.
Mendorong peyusunan RKA KL
sesuai dengan Renstra;
Peningkatan kualitas SDM
perencanaan ;
Peningkatan pengawalan penyusunan
renstra, renja dan RKA-KL;
Monev pada renstra, renja, RKA-KL;
melakukan evaluasi terhadap LAKIP
Satker;
melakukan pembinaan dan
pendampingan untuk meningkatkan
kualitas kinerja Satker
Peningkatan
Kualitas
Pengawasan,
Pendampingan
dan
Konsultasi
Dalam
Melakukan
Sistem
Penjaminan
Mutu
Pengawasan
Internal
Persentase Satker
dengan nilai
LAKIP kategori
A
INSPEKTUR I,
II, III dan IV
2.
Persentase satker
yang telah
melaksanakan
kegiatan dalam
DIPA sesuai tugas
dan fungsi
INSPEKTUR I,
II, III dan IV
Mendorong satker untuk menyusun
Daftar Isian Penggunaan Anggaran
(DIPA) sesuai dengan tugas dan fungsi
melalui reviu RKAKL
Persentase Satker
yang memenuhi
standar laporan
keuangan
INSPEKTUR I,
II, III dan IV
Melakukan peningkatan kualitas Sistem
Akuntansi Instansi melalui pembinaan
dan pendampingan dari auditor
Membangun
Instansi Yang
Bebas Korupsi
Kolusi
Nepotisme
Nilai
Implementasi
Penilaian Inisiatif
Anti Korupsi
(PIAK)
INSPEKTUR
INVESTIGASI
Peningkatan
Efektifitas
Penyelesaian
Tindak Lanjut
Hasil
Pemeriksaan
Persentase
penyelesaian
tindak lanjut hasil
pemeriksaan
KABAG PTL
1.
2.
3.
melakukan sosialisasi anti korupsi;
mendorong satker melakukan PIAK;
mendorong pengumpulan bukti
mendukung kegiatan PIAK
1.
monitoring kepada satker untuk
menyelesaikan tindak lanjut hasil
pemeriksaan intern dan ekstern
melakukan Pemutakhiran data
Tindak Lanjut
memberi reward dan punishment
kepada Satker
2.
3.
45
Inisiatif strategi yang pertama adalah meningkatnya sasaran dalam
rencana strategi Inspektorat Jenderal yang diprogramkan dalam RKA K/L.
Untuk mencapai Inspektorat Jenderal melaksanakan peningkatan kualitas
sumber daya manusia perencanaan dan peningkatan pengawalan dalam
penyusunan rencana strategi, rencana kerja dan RKA K/L. Ukuran hasil
adalah jumlah program kerja yang tercantum pada RKA/KL Inspektorat
Jenderal yang sesuai dengan sasaran Rencana Strategis.
Inisiatif strategi kedua adalah meningkatkan nilai Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, tahapan yang dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal
adalah
melakukan
pembinaan
dan
pendampingan
untuk
meningkatkan kualitas kinerja Satuan Kerja dan melakukan evaluasi terhadap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja. Hasil dari
evaluasi tersebut berupa kategori yang dibedakan skala nilai tertentu sebagai
berikut, kategori AA nilai angka >85 – 100 (memuaskan), kategori A nilai
angka >75 – 85 (sangat baik), kategori B nilai angka >65 – 75 (baik), kategori
CC nilai angka >50 – 65 (cukup), kategori C nilai angka >30 – 50 (kurang)
dan kategori D nilai angka 0 – 30 (sangat kurang). Pengukuran dilakukan
dengan menghitung persentase Satuan Kerja yang telah memenuhi
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah kategori A dengan jumlah Satuan Kerja.
Inisiatif strategi ketiga dan keempat adalah tahapan untuk mencapai
sasaran strategi peningkatan kualitas pengawasan, pendampingan dan
konsultasi dalam melakukan sistem penjaminan mutu pengawasan internal.
Inisiatif strategi ketiga adalah konsistensi antara kegiatan penggunaan
anggaran dan tugas fungsi Satuan Kerja, langkah yang dilakukan Inspektorat
Jenderal adalah mendorong Satuan Kerja untuk menyusun DIPA sesuai
dengan tugas dan fungsi melalui reviu RKA K/L. Inisiatif strategi keempat
adalah meningkatnya kualitas pendampingan dan konsultasi Itjen dalam
pembuatan laporan keuangan, langkah yang dilakukan adalah melakukan
peningkatan kualitas Sistem Akuntansi Instansi melalui pembinaan dan
pendampingan dari auditor.
Inisiatif strategi kelima adalah meningkatnya upaya satuan kerja dalam
kegiatan pencegahan KKN, langkah yang dilakukan Inspektorat Jenderal
46
adalah melakukan sosialisasi anti korupsi, mendorong satuan kerja melakukan
Penilaian Implementasi Anti Korupsi (PIAK), dan mendorong pengumpulan
bukti pendukung kegiatan PIAK. Ukuran hasil berupa penilaian PIAK yang
diberikan oleh KPK.
Inisiatif strategi keenam adalah meningkatnya penyelesaian tindak lanjut
hasil pemeriksaan, untuk mencapai hal tersebut Inspektorat Jenderal
melakukan monitoring kepada satuan kerja untuk menyelesaikan tindak lanjut
hasil pemeriksaan intern dan ekstern, melakukan Pemutakhiran data Tindak
Lanjut, dan memberi reward dan punishment kepada Satuan Kerja.
4.
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Inisiatif strategi pada perspektif perumbuhan dan pembelajaran adalah
meningkatkan aparat pengawas intern Pemerintah sesuai dengan standar
kompetensi jabatan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal adalah membuat dan menetapkan standar kompetensi jabatan dan
membuat perencanaan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi standar
kompetensi jabatan yang telah ditetapkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh
Tabel 19.
Tabel 19 Inisiatif strategi perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
SASARAN
STRATEGIS
Peningkatan
Kapasitas Aparat
Pengawas Intern
Pemerintah di
Lingkungan
Inspektorat
Jenderal
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
Persentase Aparat
Pengawas Intern
Pemerintah yang telah
memenuhi standar
kompetensi jabatan
PIC
INISIATIF STRATEGIS
KABAG
UMUM
1. membuat standar kompetensi
jabatan fungsional, struktural dan
jabatan teknis;
2. membuat perencanaan diklat untuk
memenuhi standar kompetensi
jabatan.
Sumber : Data diolah
Standar jabatan kompetensi untuk jabatan fungsional telah ditetapkan
oleh Instansi pembina masing-masing jabatan fungsional, seperti auditor telah
ditetapkan oleh Badan Pengawasan Keuangan Pemerintah, pranata komputer
telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik, arsip aris ditetapkan oleh Arsip
Nasional Republik Indonesia. Namun yang perlu dibuat adalah jabatan staf
non struktural seperti staf keuangan, program dan perencanaan yang memang
belum ada standar kompetensi atas jabatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam LAKIP tidak selaras dengan Rencana
Strategis Inspektorat Jenderal 2010 – 2014. Hal tersebut diperoleh setelah
melakukan alignment terhadap visi ke misi, misi ke tujuan dan diagnosa
SMART-C. Pada tahap alignment terhadap visi ke misi diperoleh hasil bahwa
visi ke misi Inspektorat Jenderal belum selaras seluruhnya, tahap berikutnya
alignment misi ke tujuan diperoleh hasil bahwa misi ke tujuan Inspektorat
Jenderal selaras, hasil proses alignment tersebut dilakukan validasi oleh pihak
manejemen Inspektorat Jenderal, selanjutnya setelah dilakukan diagnosa
SMART-C. IKU Inspektorat Jenderal masuk pada kategori sedang yang secara
umum masih bersifat output bukan berbasis outcome. Atas kondisi tersebut
perlu dirancang IKU yang sesuai dengan rencana strategi dan dilaporkan dalam
LAKIP sehingga terdapat keselarasan antara rencana strategi dan LAKIP.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
PER/20/MENPAN/11/2008 dalam Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja
Utama, IKU pada unit kerja setingkat Eselon I adalah indikator hasil
(outcome).
2. Peta Strategi Inspektorat Jenderal Kemeterian Kehutanan menggambarkan
bahwa perspektif pelanggan berada pada posisi teratas peta strategi Inspektorat
Jenderal Kementerian Kehutanan, pada urutan berikutnya adalah perspektif
manajemen internal dan pada posisi terbawah terdapat perspektif keuangan dan
pertumbuhan pembelajaran. Hal ini menggambarkan bahwa peran Inspektorat
Jenderal terhadap stakeholder baik Satuan Kerja pusat maupun daerah maupun
masyarakat perlu diprioritaskan.
3. Rancangan pengukuran kinerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian
Kehutanan memperoleh hasil yaitu: 8 (delapan) sasaran strategis dan 12 (dua
belas) Indikator Kinerja Utama yang diklasifikasikan dalam 4 perspektif
Balanced Scorecard.
48
Saran
1. Peran Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan perlu dilakukan perubahan
tidak hanya sebatas sebagai pengawas tetapi sebagai pembina yang melakukan
tindakan antisipatif dan kuratif pada Satuan Kerja.
2. Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan tidak sebatas menilai pada hasil
keluaran Satuan Kerja berupa output tetapi juga harus mencermati proses dan
evaluasi terhadap rekomendasi hasil audit secara berkala, sehingga sangat
penting untuk mendorong Satuan Kerja melakukan identifikasi risiko.
3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengukuran IKU secara menyeluruh
berbasis BSC dan menyepakati visi, misi, tujuan dan sasaran strategis serta
indikator kinerja mulai tingkat Kementerian sampai dengan individu berbasis
BSC. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/20/MENPAN/11/2008 yang menjelaskan lndikator kinerja
utama pada tingkat Kementerian Negara / Departemen / LPND / Pemerintah
Provinsi / Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota sekurang-kurangnya
adalah indikator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi;
dan lndikator kinerja utama pada unit organisasi setingkat Eselon I adalah
indikator hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi
dari keluaran (output) unit kerja di bawahnya;
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, N. 2011. Pengukuran Kinerja Perusahaan Jasa Dengan Pendekatan
Balanced Scorecard Pada PT. Pandu Siwi Sentosa [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2014 tanggal 23
Juni 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga. Jakarta (ID) : Bapenas
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Tahun 2013. Jakarta (ID) : Itjen Kemenhut.
Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan. 2011.Rencana Srategis 2010-2014.
Jakarta (ID) : Itjen Kemenhut.
Kaplan, S. Robert & David P. Norton 2000. Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Kementerian Kehutanan.Peraturan Menteri Kehutanan No. P.40/Menhut-II/2010
tanggal 20 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kehutanan. (ID): Kemenhut.
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Petunjuk Penyusunan
Indikator Kinerja Utama. Jakata (ID) : Kemenpan.
Mahsun, M.. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta (ID): BPFE.
Mulyadi. 2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard.
Yogyakarta(ID): UPP AMP YKPN.
Nugroho, A. 2009. Pengukuran Kinerja Inspektorat Khusus Pada Inspektorat
Jenderal Departemen Kehutanan Tahun 2007 dan 2008 Dengan
Menggunakan Metode Balanced Scorecard [tesis]. Jakarta (ID): ABFI
Institute Perbanas.
Okviyesha. 2014. Analisis Pengukuran Kinerja Organisasi Menggunakan
Balanced Scorecard (Studi Kasus Badan Penelitian Pengembangan dan
Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. (ID):
Sekretariat Negara.
Rivaldi. 2011. Rancangan Pengukuran Kinerja di Yogya Bogor Junction dengan
pendekatan Balanced Scorecard [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Saputra, T. Baih 2004. Analisis Kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Bogor
Dengan Konsep Kartu Nilai Berimbang (Balanced Scorecard) [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tunggal, W. Amin 2001, Memahami Konsep Balanced Scorecard, cetakan
kedua, Jakarta (ID): Harvarindo.
Edited by Foxit PDF Editor
Copyright (c) by Foxit Software Company, 2004 - 2007
For Evaluation Only.
LAMPIRAN
50
Lampiran 1 Kuesioner Pembobotan Perspektif dan IKU Inspektorat Jenderal
KUESIONER PENELITIAN
PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DI INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KEHUTANAN
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
Kuesioner ini adalah instrumen untuk mengukur kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan.
Penilaian ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan studi akhir program sarjana ekonomi manajemen di
Institut Pertanian Bogor.
Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) identifikasi bobot perspektif strategi, (2) identifikasi bobot
sasaran strategis, dan (3) identifikasi bobot indikator kinerja utama, yang mempergunakan metode paired
comparison. Pengisian kuesioner ini didasarkan pada pengalaman dan penilaian masing – masing responden
yang dianggap memahami permasalahan – permasalahan secara baik.
Kuesioner ini akan diolah secara agregat sehingga indentitas responden tidak akan diketahui. Informasi yang
anda berikan bersifat rahasia dan hanya digunakan kepentingan akademik. Terima kasih atas perhatian dan
kerjasama saudara/saudari
Prima Panji Mulya Permana
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Data Responden
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
:
:
…..
…..
……………………
PETUNJUK UMUM
1.
2.
3.
4.
Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.
Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu secara tuntas, untuk
menghindari inkonsistensi antar jawaban.
Jawaban merupakan pendapat pribadi masing – masing responden, sehingga memungkinkan
terjadinya perbedaan pendapat dengan responden lain ataupun dengan peneliti.
Responden diperbolehkan menambah hal-hal yang belum tercantum dalam
kuesioner ini dengan alasan yang jelas dan akurat
PETUNJUK PENGISIAN
Anda diminta untuk mengisikan nilai untuk masing – masing faktor strategis pada beberapa form
dibawah ini, dengan keterangan skala sebagai berikut :
Nilai Skala
Definisi
1
Kedua elemen sama pentingnya.
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari
lainnya.
5
Elemen yang satu jelas lebih penting
dibandingkan elemen lainnya.
7
Satu elemen sangat jelas lebih penting
dibandingkan elemen lainnya.
9
Satu elemen mutlak lebih penting dibanding
elemen lainnya.
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan diatas.
51
Lanjutan lampiran 1
Definisi Konsep-Konsep Dasar
Sebelum Bapak/Ibu memulai pengisian kuesioner, terlebih dahulu akan dipaparkan definisi beberapa konsep
dasar yang digunakan dalam kuesioner ini. Definisi dari beberapa konsep yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
No
Konsep Dasar
Definisi
1
Balanced Scorecard
Suatu teknik pengukuran kinerja organisasi berdasarkan atas
aspek finance dan nonfinance dengan menggunakan empat
perspektif yaitu perspektif keuangan (financial perspective),
perspektif pelanggan (customer perspective), perspektif
manajemen internal (internal internal management),
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and
growth perspective).
2
Perspektif Keuangan
Perspektif ini dipandang dari sudut penyedia sumber daya dan
ketercapaian keuangan.
3
Perspektif Pelanggan
4
Perspektif Manajemen Internal
5
Perspektif
Pertumbuhan
Pembelajaran
dan
Perspektif ini merupakan indikator tentang bagaimana
pelanggan, mitra kerja melihat organisasi dan organisasi
memandang mereka. Dengan indikator antara lain tingkat
kepuasan, keberhasilan program dan kegiatan, dan lain-lain.
Perspektif ini merupakan proses internal organisasi dalam
mengembangkan apa yang menjadi tugas dan fungsinya.
Perspektif ini merupakan indikator dimana organisasi
melakukan pembaharuan sumberdaya manusia, informasi dan
lingkungan kerja yang kondusif.
A.
Penentuan Bobot Perspektif
Balanced Scorecard memiliki empat perspektif yaitu
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Manajemen Internal
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu perspektif dengan perspektif
lainnya.
Form 1
Pertumbuhan dan
Perspektif
Keuangan
Pelanggan
Manajemen Internal
Pembelajaran
Keuangan
…
…
…
Pelanggan
…
…
Manajemen
…
Internal
Pertumbuhan dan
Pembelajaran
B.
1.
Penentuan Bobot Ukuran Strategis
Perspektif Keuangan (F)
Terdapat ukuran-ukuran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif keuangan, yaitu:
F1. Persentase Penyerapan DIPA Inspektorat Jenderal
F2. Rating Audit BPK
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu ukuran strategis dengan
ukuran strategis lainnya.
Form 2
Ukuran Strategis
F1
F2
F1
…
F2
2.
Perspektif Pelanggan (C)
Terdapat ukuran-ukuran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif pelanggan, yaitu:
C1. Nilai Kepuasan Pengguna Jasa Pengawasan
52
Lanjutan lampiran 1
C2. Persentase Pengaduan Masyarakat Yang Selesai Ditindaklanjuti
C3. Persentase Satker Yang Melaksanakan SPIP
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu ukuran strategis dengan
ukuran strategis lainnya.
Form 3
Ukuran Strategis
C1
C2
C3
C1
…
…
C2
…
C3
3.
Perspektif Manajemen Internal
Terdapat ukuran-ukuran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif manajemen internal,
yaitu:
MI1. Persentase Sasaran Dalam Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Yang Diprogram Dalam
RKA/KL Inspektorat Jenderal
MI2. Persentase Satker Dengan Nilai LAKIP Kategori A
MI3. Persentase Satker Yang Telah Melaksanakan Kegiatan Dalam DIPA Sesuai Tugas dan Fungsi
MI4. Persentase Satker Yang Memenuhi Standar Laporan Keuangan
MI5. Nilai Implementasi Penilaian Implementasi Anti Korupsi (PIAK)
MI6. Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu ukuran strategis dengan
ukuran strategis lainnya.
Form 4
Ukuran Strategis
MI1
MI2
MI3
MI4
MI5
MI6
MI1
…
…
…
…
…
MI2
…
…
…
…
MI3
…
…
…
MI4
MI5
MI6
4.
…
…
…
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (LG)
Terdapat ukuran-ukuran strategis yang perlu dipertimbangkan pada perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran, yaitu:
LG.
Persentase Aparat Pengawas Intern Pemerintah Yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi
Jabatan
Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu ukuran strategis dengan
ukuran strategis lainnya.
Form 5
Ukuran Strategis
LG
LG
53
Lampiran 2 Rancangan Pengukuran Kinerja Inspektorat Jenderal dengan BSC
1. Perspektif Keuangan
54
Lanjutan Lampiran 2
2. Perspektif Pelanggan
55
Lanjutan Lampiran 2
Perspektif Manajemen Internal
56
Lanjutan Lampiran 2
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Cara Penghitungan
a. Skor
: (Realisasi / Target ) x 100
b. Skor Akhir : Skor x Bobot IKU
c. Capaian
: (Nilai Ekspresi Warna / 4) x 100
Nilai Ekspresi Warna :
- Biru
: 4
- Hijau
: 3
- Kuning : 2
- Merah
: 1
d. Nilai KRI
: (Capaian x Bobot IKU) / 100
57
Lampiran 3 Hasil pembobotan perspektif dan IKU menggunakan paired
comparison
Perspektif
Pelanggan
Manajemen
Internal
Pertumbuhan
dan
Pembelajaran
Keuangan
IKU
Perspektif Pelanggan
Nilai kepuasan pengguna jasa pengawasan
Persentase pengaduan masyarakat yang selesai
ditindaklanjuti
Persentase Satker yang melaksanakan SPIP
Perspektif Manajemen Internal
Persentase sasaran dalam Rencana Strategis Inspektorat
Jenderal yang diprogramkan dalam RKA/KL
Persentase Satker dengan nilai LAKIP kategori A
Persentase satker yang telah melaksanakan kegiatan
dalam DIPA sesuai tugas dan fungsi
Persentase Satker yang memenuhi standar laporan
keuangan
Nilai Implementasi PIAK
Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan
Bobot
0.629
0.248
0.050
0.330
0,228
0.116
0.048
0.023
0.017
0.016
0.008
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Persentase Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan
Perspektif Keuangan
0,094
Persentase penyerapan DIPA Inspektorat Jenderal
Rating Audit BPK
0.008
0.041
0.094
0.049
GLOSARIUM
58
Glosarium
AHP
ALHP
APIP
BPK
BPKP
BSC
DIPA
IKU
JUKLAK
JUKNIS
KABAG
KKN
KPK
LAKIP
NA
PERMEN
PIAK
PKPT
PTL
RENJA
RENSTRA
RKA K/L
SAKIP
SAP
SATKER
SMART-C
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
SPIP
WDP
WTP
WTP DPP
:
:
:
:
Analytical Hierarchy Process
Analisa Laporan Hasil Pemeriksaan
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Badan Pemeriksa Keuangan
Badan Pengawasan Keuangan Pemerintah
Balanced Scorecard
Daftar Isian Penggunaan Anggaran
Indikator Kinerja Utama
Petunjuk Pelaksaan
Petunjuk Teknis
Kepala Bagian
Korupsi Kolusi Nepotisme
Komite Pemberantasan Korupsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
No Available
Peraturan Menteri
Penilaian Inisiatif Anti Korupsi
Program Kerja Pemeriksaan Tahunan
Pemantauan Tindak Lanjut
Rencana Kerja
Rencana Strategis
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Standar Akuntansi Pemerintah
Satuan Kerja
Spesific (S), Measeureable (M), Achievable (A), Relevan
(R), Time bound (T) dan Countinously improve (C)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Wajar Dengan Pengecualian
Wajar Tanpa Pengecualian
Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas
Download