9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Apabila dilihat dari segi bahasa, kata komunikasi merupakan sebuah kata
yang diserap dari kata dalam Bahasa Inggris, yaitu communication. Kata ini dirujuk
dari sebuah kata latin yaitu communis yang berarti sama, communico,
communication atau istilah communicare yang berarti membuat sama (to make
common). Istilah communis merupakan suatu istilah yang paling sering disebut
sebagai asal usul dari kata komunikasi. Kata communis ini merupakan akar dari
kata-kata latin lainnya yang mirip. Pengertian tersebut pada hakekatnya
mengartikan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara
sama.5
Banyak pakar memberikan pengertian komunikasi dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Menurut Deddy Mulyana komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi di antara individu melalui system lambang-lambang,
tanda-tanda atau tingkah laku.6
Komunikasi dalam istilah sederhana adalah proses penyampaian pengertian
antar invidu. Semua manusia dilandasi dengan kapasitas untuk menyampaikan
maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu
5
Elvinaro, Ardianto dan Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung : Simbiosa
Rekatama Media, 2007, hal 2.
6
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005,
hal 62.
10
kepada yang lainnya. Dengan kata lain, komunikasi adalah pusat minat dari situasi
perilaku dimana suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada seorang
penerima dengan tujuan mempengaruhi perilaku si penerima.
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak adanya
komponen atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya
komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen – komponen tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
2. Pesan : pertanyaan yang didukung oleh lambing
3. Komunikan : orang menerima pesan
4. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya
5. Efek : dampak sebagai pengeruh dari pesan
Sedangkan jenis komunikasi terdiri dari komunikasi verbal (dengan
kata-kata), komunikasi non verbal (dengan bahasa tubuh) , komunikasi secara
langsung dan komunikasi secara tidak langsung.
2.1.2 Model Komunikasi
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan
komponen
lainnya.
Penyajian
model
komunikasi
dimaksudkan
untuk
mempermudah memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang
perlu ada dalam suatu komunikasi.
11
Berikut ini beberapa model komunikasi untuk mempermudah memahami
proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu
komunikasi.7 :
1.
Model Laswell
Model ini dikemukakan oleh Harold Lasswell (Forsdale 1981), seorang ahli ilmu
politik dari Yale University. Ada 5 proses komunikasi yaitu :
a.
who (siapa)
b.
says what (mengatakan apa)
c.
in which medium (dalam media apa)
d.
to whom (kepada siapa)
e.
what effect (apa efek)
Siapa
(Pembicara)
2.
Apa
(pesan)
Saluran
(Medium)
Siapa
(Audiens)
Efek
Model Shannon
Model komunikasi ini dari Claude Shannon atau lebih terkenal dengan model
Shannon Wever.
Sumber
Informasi
Transmitter
Penyandian
Pesan
Penerima
Signal
Penerimaan
Signal
Sumber Gangguan
7
Arni Muhammad.. Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, 2009, hal 5.
Tujuan
Penginterprestasian
Pesan
12
3.
Model Berlo
Model komunikasi ini dikembangkan oleh David Berlo pada tahun 1960. Dengan
melihat proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat komponen yaitu
sumber, pesan, saluran dan penerima atau receiver. Melihat factor keterampilan,
sikap, pengetahuan, kebudayaan, dan sistem sosial dari sumber atau orang yang
mengirim pesan yang merupakan faktor penting dalam menentukan isi pesan,
perlakuan atau treatment dan penyandian pesan.
Sumber
Pesan
Saluran
Penerima
Gambar 5. Model Komunikasi Berlo (Ruben, 1988)
4.
Model Seiler
William J. Seiler (1988) memberikan model komunikasi dua arah dan bersifat lebh
universal.
13
Menurut Seiler source atau pengirim pesan mempunyai peranan yaitu
menentukan apa yang akan dikomunikasikan, menyandikan arti kedalam suatu
pesan, mengirim pesan, mengamati, dan bereaksi terhadap respons dari penerima
pesan.
Selain menekankan pentingnya faktor lingkungan dalam proses komunikasi
yang dapat mempengaruhi hakikat dan kualitas dari komunikasi adalah mudah
melakukan pembicaraan secara intim atau pribadi pada lingkungan yang
menyenangkan.
2.1.3
Hambatan-hambatan komunikasi
Menurut Onong, Hambatan-hambatan yang muncul dalam komunikasi
dapat di bedakan sebagai berikut :8
8
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Citra Aditya, 2006, hal
62.
14
1.
Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan (komunikator), misalnya pesan yang akan
disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional.
2.
Hambatan dalam penyandian/symbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga
mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
3.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat
mendengarkan pesan.
4.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima (komunikan).
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
5.
Hambatan dalam memberikan feedback. Feedback yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat
waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
6.
Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat
komunikasi dan sebagainya.
15
7.
Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti
mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara komunikator dan
komunikan.
8.
Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi,
misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara komunikator dan
komunikan.
2.1.4 Karakteristik Saluran Komunikasi
Menurut Onong Karakter saluran komunikasi dalam proses komunikasi ada
tiga bagian yaitu : 9
1.
Media Cetak
Dengan adanya teknologi komunikasi baru, publikasi cetak masih menjadi media
utama untuk komunikasi internal di kebanyakan organisasi. Contoh dari jenis
media cetak adalah koran, newsletter, majalah dan surat.
2.
Media elektronik
Menyediakan informasi dalam bentuk audible, visual dan audio visual yang terdiri
dari televisi, radio, video, satelit dan internet.
9
Ibid, hal 55.
16
3.
Komunikasi Tatap Muka
Pada umumnya karyawan lebih menyukai komunikasi langsung dengan
atasannya ketimbang melalui surat, email, voice mail dan bentuk lainnya. Dengan
komunikasi tatap muka pesan yang disampaikan akan lebih efektif dan jelas.
2.1.5 Efek Komunikasi
Ada tiga dimensi efek komunikasi yang dijelaskan oleh Onong Uchjana
dalam bukunya Ilmu Komunikasi, adapun efek yang terjadi setelah proses
komunikasi tersebut yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi
peningkatan kesadaran belajar dan tambahan pengetahuan, efek afektif
berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, efek konatif berhubungan dengan
perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Efek ini
merupakan efek pada seseorang untuk menggerakkan secara aktif melakukan
tindakan atau perilaku atau suatu reaksi terhadap apa yang sedang dihadapinya.10
Meskipun dimensi-dimensi efek ini berhubungan satu sama lainnya, tetapi
ketiganya bersifat independen yang terjadi dalam berbagai sekuen dan perubahan
dalam suatu dimensi tidak perlu diikuti oleh perubahan dimensi yang lainnya.
2.2
Komunikasi Organisasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Max Weber mendefinisikan organisasi sebagai “A system of purposeful,
interpersonal activity designed to coordinate individual task” (suatu sistem
10
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2003, hal 11.
17
kegiatan interpersonal bertujuan yang dirancang untuk mengkordinasikan tugas
individu)11. Bila kita lihat dari teori ini maka ada perbedaan jelas antara organisasi
dengan kelompok. Suatu kelompok belum tentu organisasi bilamana tidak
mempunyai aturan-aturan dan tujuan yang jelas.
Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi
rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui
pembagian kerja dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein
juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu
mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain
dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas
dalam organisasi tersebut.12
Pendapat lain mengenai komunikasi organisasi dikemukakan oleh Pace dan
Faules. Menurut mereka, komunikasi organisasi merupakan pertunjukan dan
penafsiran pesan itu antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu.13 Tidak jauh berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Udai
Pareek, definisi ini pun sebenamya juga menekankan pada adanya sebuali proses
(penafsiran pesan).
Fungsi komunikasi dalam sebuah organisasi dijalankan oleh humas.
Kegiatan humas merupakan bagian dari teknik kegiatan berkomunikasi dengan ciri
11
Morissan. Teori Komunikasi Organisasi, Ghalia Indonesia, 2009, hal. 28.
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, hal 23.
13
Pace Wayne dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 31.
12
18
khas komunikasi dua arah antara lembaga atau organisasi yang diwakilinya dengan
publiknya atau sebagainya.14
2.2.2 Karakteristik Organisasi
Berikut ini adalah karakteristik organisasi menurut Arni Muhammad dalam
bukunya yang berjudul “Komunikasi Organisasi” :15
a.
Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus menerus mengalami perubahan,
karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya dan perlu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah tersebut.
b.
Memerlukan informasi
Setiap organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpanya organisasi tidak
dapat berjalan. Dengan tidak adanya informasi, suatu organisasi dapat macet atau
mati sama sekali. Untuk mendapatkan informasi adalah melalui proses komunikasi.
c.
Mempunyai tujuan organisasi adalah merupakan kelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi hendaknya
dihayati oleh seluruh anggota organisasi, sehingga setiap anggota dapat diharapkan
mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka secara
individual.
14 Rosady Ruslan.
Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2002, hal.19.
15
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, hal 43.
19
d.
Terstruktur
Organisasi dalam usahanya mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-aturan,
undang-undang dan hirarki hubungan dalam organisasi. Hal ini yang dinamakan
struktur organisasi, yang membuat suatu organisasi menjadi terstruktur.
2.2.3 Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
Dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi terdiri atas 2 bagian,
yaitu:16
1.
Komunikasi internal
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara
anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti
komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses
komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi
kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun
sekunder (menggunakan media massa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a.
Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan
16
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Gramedia, 2004, hal. 65.
20
memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan,
dsb. kepada pimpinan.
b.
Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama
seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.
Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di
dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini
memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan
masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa
masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun
semangat kerja dan kepuasan kerja.
2.
Komunikasi eksternal
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih
banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri.
Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap
sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:
a.
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini
dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,
setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel
surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur;
leaflet; poster; konferensi pers.
21
b.
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari
khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek
dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
2.3
Public Relations
2.3.1 Pengertian Public Relations
Public Relations biasa disebut Hubungan Masyarakat (Humas). Public
relations merupakan elemen penting dalam suatu instansi, organisasi maupun
perusahaan. Public Relations mempunyai banyak definisi namun tetap mempunyai
esensi yang sama.
Definisi Institiute of Public Relations (IPR) tentang public relations sampai
pertengahan tahun 1980-an adalah “usaha terencana dan terus menerus untuk
mencapai tujuan serta mempertahankan niat baik dan saling pengertian organisasi
dan publiknya”17
Menurut Rosady Ruslan, Public Relations adalah suatu bidang yang
memerlukan segi perencanaan yang matang, sama dengan bidang periklanan yang
melakukan “komunikasi” yaitu gabungan antara komunikasi dan sekaligus
membujuk. Kemudian disimpulkan lebih spesifik lagi, yaitu seni dan gabungan dari
disiplin ilmu manajemen, komunikasi psikologi, sosial dan marketing, untuk
membentuk agar perusahaan atau lembaga, gagasan atau ide yang ditawarkan,
nama dan produknya menjadi disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya.18
17
18
Sandra Oliver. Strategi Public Relations, PT. Gelora Aksara Pratama, 2006, hal. 4.
Rosady Ruslan. Kiat & Strategi Kampanye Public Relations, PT. RajaGrafindo Persana, Cetakan
ke tiga, 2002, hal.6.
22
Kehadiran Public Relations dalam perusahaan sangat dibutuhkan terlebih
lagi pada perusahaan multinasional, dimana keberadaannya untuk menunjang
aktifitas manajemen dalam membangun dan menjaga hubungan dengan pihak
internal maupun eksternalnya.
PR adalah bagian dari perusahaan yang secara umum berfungsi sebagai
informan bagi seluruh karyawan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
perusahaan itu sendiri serta harus mampu mempertahankan reputasi perusahaan itu
sendiri.
Oleh karena itu PR yang professional haruslah memiliki keterampilan dan
keahlian sebagai berikut :19
a.
Kemampuan berkomunikasi
b.
Keahlian menulis
c.
Kemamapuan bernegosiasi
d.
Kemampuan bergaul dengan orang banyak
e.
Memiliki intergritas diri
f.
Kreatif/memiliki imajinasi tinggi
g.
Kemauan untuk mengembangkan wawasan
Ada enam karakteristik PR yang dapat diuraikan yakni : 20
1.
19
Adanya upaya komunikasi yang bersifat dua arah
Scott M Cutlip, Allen H Center dan Glen M Broom. Effective Public Relations, Eight Edition.
Prentice Hall International, Inc, 2000, hal 15.
20
Frida Kusumastuti. Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, Jakarta Sekatan : Penerbit Ghalia
Indonesia, Juli 2002, hal 15-17.
23
Komunikasi timbale balik dalam praktek kehumasan berarti komunikasi yang harus
bersifat langsung, melainkan bersifat tertunda (delayed). Oleh karena itu, setiap
upaya yang memungkinkan terjadinya arus timbal balik dapat disebut komunikasi
kehumasan.
2.
Sifatnya terencana
Sifat PR yang terencana mengandung pengertian bahwa aktivitas PR merupakan
aktivitas yang berkesinambungan, memiliki metode, terintegrasi dengan bagian
lain dan hasilnya nyata. Sehingga kerja PR haruslah menerapkan prinsip-prinsip
manajemen.
3.
Berorientasi pada organisasi/lembaga
4.
Syarat mutlak dalam PR adalah pemahaman yang tinggi terhadap visi, misi
dan budaya organisasi/lembaga. Visi, misi dan budaya organisasi/lembaga inilah
yang menjadi materi utama PR, sehingga dapat mencapai tujuan PR dan
mendukung tujuan manajemen lainnya.
5.
Sasarannya adalah publik
Sasaran PR adalah publik yaitu suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki
karakteristik kepentingan yang sama. Dalam prakteknya publik ini dibagi dua yakni
publik internal dan eksternal.
6.
Performa
Efektifitas PR didasarkan pada kebijakan nyata dalam performa kerjanya. Tidak
ada PR yang akan mendapat itikad baik dan dukungan, jika organisasi tidak
merespon kepedulian komunitasnya.
24
7.
Fungsi Manajemen
PR menjadi efektif jika menjadi bagian dalam pengambilan keputusan dari top
management.
2.3.2 Peran, Tugas dan Fungsi PR
Fungsi Public Relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan
hubungan baik antara organisasi/lembaga dengan publiknya, intern dan ekstern,
dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi
public dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang
menguntungkan lembaga/organisasi.
F. Rachmadi menjabarkan tugas Public Relations adalah sebagai berikut :
a.
Menyelenggarakan
dan
bertanggungjawab
atas
penyampaian
informasi/pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik,
sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal perusahaan atau
lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang akan segera dilakukan.
b.
Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat
umum/masyarakat.
c.
Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan
perusahaan/lembaga, maupun segala macam pendapat.
d.
Menyelenggarakan hubungan baik dengan masyarakat dan media massa
untuk memperoleh public favour, public opinion, dan perubahan sikap.21
21
F. Rachmadi. Public Relations dalam teori dan praktek, Chapter 2, PT. Gramedia, 1996.
25
Dalam mengidentifikasi peran public relations dari waktu ke waktu,
praktisi public relations menyesuaikan pola perilakunya untuk menangani situasi
yang senantiasa terjadi di dalam pekerjaan mereka dan mengakomodasi harapan
orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pekerjaan mereka.
Perkembangan profesionalisme PR yang berkaitan dengan pengembangan
peranan PR, baik sebagai praktisi maupun professional dalam suatu organisasi atau
perusahaan, menurut Dozier D.M. (1992) merupakan salah satu kunci untuk
pengembangan
peranan
praktisi
PR
Officer
(PRO)
dan
pencapaian
professionalisme dalam PR. 22
Dari waktu ke waktu, praktisi menyesuaikan pola perilakunya untuk
menangani situasi yang senantiasa terjadi didalam pekerjaan PR dan
mengakomodasi ekspektasi orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan
dalam pekerjaan PR. Ada empat peran utama PR yang mendeskripsikan sebagian
besar praktek mereka, yaitu :23
a.
Teknisi Komunikasi
Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter karyawan,
menulis news release dan feature, mengembangkan isi Web, dan menangani kontak
media. Praktisi yang melakukan peran ini biasanya tidak hadir saat manajemen
mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk
melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa
mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan.
22
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Konsep dan Aplikasi,
Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007, hal 19-20.
23
Cutlip Scott M., et al. Effective Public Relations, Edisi Kesembilan, Jakarta : Kencana, 2007, hal
45-48.
26
b.
Expert Prescriber
Peran expert prescriber ini menarik perhatian praktisi karena menjalani peran ini
sebagai pihak yang punya otoritas ketika ada sesuatu hal yang harus dibereskan
atau pihak yang punya otoritas untuk menentukan bagaimana mengerjakan segala
sesuatu. Ketika expert prescriber dipanggil dalam situasi krisis dan secara periodik
selama menjalankan proses program, dalam jangka panjang ia merintangi difusi
pemikiran PR di seluruh organisasi.
c.
Fasilitator Komunikasi
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang
peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai
perantara (liaison), interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya.
Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber
informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka beroperasi
dibawah asumsi bahwa komunikasi dua arah akan meningkatkan kualitas
keputusan yang diambil oleh organisasi dan publik dalam hal kebijakan, prosedur,
dan tindakan demi kepentingan bersama.
d.
Ketika
Fasilitator Pemecah Masalah
praktisi melakukan
peran fasilitator pemecah masalah, mereka
berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan
masalah. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain dan organisasi untuk
mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk
memecahkan problem organisasional lainnya. Fasilitator pemecah masalah
dimasukkan ke dalam tim manajemen karena mereka punya keahlian dan
27
ketrampilan dalam membantu manajer lain utuk menghindari masalah atau
memecahkan masalah. Akibatnya, pandangan PR akan dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan manajemen.
2.3.3
Khalayak Public Relations
Dalam menjalankan tugasnya PR memiliki khalayak yang menjadi sasaran
dalam penyampaian informasinya. Khalayak (publik) adalah kelompok atau
orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal
maupun eksternal (Jeffkins 2003: 80).
Menurut Kasali (1994:10) Publik atau khalayak dalam PR dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu :
1.
Publik Internal : yaitu publik yang berada di dalam organisasi atau
perusahaan, seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham,
dan direksi perusahaan.
2.
Publik Eksternal : yaitu publik secara organic tidak berkaitan langsung
dengan perusahaan seperti konsumen, penyalur, pemasok, bank, pers, pemerintah,
pendidik atau dosen, pelanggan dan komunitas.
Dari penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa publik yang menjadi
menjadi sasaran dalam penggunaan media internal majalah Jhonlin Magazine
adalah publik internal.
28
Seorang PR harus dapat terjun ke bawah, bergaul dengan para karyawan
untuk menampung keluhan, keinginan atau apa saja yang mungkin berpengaruh
pada pekerjaan.24
Maka dengan hal itu muncullah kebutuhan akan suatu wadah atau sarana
yang berfungsi menjadi media bagi perusahaan tersebut. Saat ini banyak sekali
perusahaan yang sudah menggunakan media internal yang dikelola oleh seorang
PR untuk mengatasi permasalahan serta menggunakan media internal untuk
memberikan pengetahuan serta informasi kepada karyawannya.
2.4
Media Internal
2.4.1 Pengertian Media Internal
Komunikasi dalam organisasi terjadi dalam bentuk komunikasi lisan dan
tertulis. Semua bentuk komunikasi dan media yang digunakan adalah tanggung
jawab bagian hubungan internal.
Pengertian media menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat atau
sarana komunikasi bagi masyarakat bisa berupa koran, majalah, televisi, radio
siaran, telephone, internet dan sebagainya yang terletak diantara dua pihak.
Sedangkan pengertian dari media cetak adalah alat komunikasi massa yang
diterbitkan dalam bentuk cetakan seperti koran, majalah dan sebagainya.
Pengertian media menurut Tony Greener adalah merupakan jalur penting
dalam kegiatan-kegiatan public relations.25
24
Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta : PT.
Pusat Utama Grafiti, 2005, hal 6.
29
Pengertian media internal secara luas dapat diartikan sebagai bahasa
informasi yang diterbitkan secara teratur oleh bagian internal perusahaan atau
lembaga pemerintahan. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses produksi dan
pengelolaan media internal tersebut sebagai tugas pokok dan fungsi dari humas.
2.4.2 Fungsi Media Internal
Dalam menjalankan dan mendukung fungsi dan tugas PR, maka praktisi PR
membuat media internal. Menurut Rosady Ruslan dalam Manajemen PR dan
Media Komunikasi, fungsi media internal adalah :26
1.
Media Hubungan komunikasi internal dan eksternal dalam upaya
pencapaian pesan-pesan perusahaan kepada pemilik (shareholder), khalayak
terkait (stakeholder) mengenai aktivitas perusahaan, manfaat produk barang dan
jasa.
2.
Ajang komunikasi antar karyawan. Misalnya, kegiatan usaha, wisata atau
kegiatan karyawan
3.
Media bagi staf PR dalam tulis menulis (menulis untuk media internal atau
eksternal).
4.
Nilai tambah bagi PR untuk menerbitkan in house journal yang bermutu,
terbit berkala dan teratur, penampilan professional, lay out dan isi yang ditata apik,
cover menarik.
25
Tony Greener. Kiat Sukses PR dan Pembentukan Citranya, Jakarta : PT. Bumi Aksara Citranya,
1993, hal 23.
26
Rosady Ruslan. Manajemen Humas dan Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002,
hal 186.
30
Jenis-Jenis media publikasi antara lain sebagai berikut :27
1.
House Journal
Media internal atau house organ (In House Journal) dipergunakan oleh PR untuk
keperluan publikasi atau sebagai sarana komunikasi yang ditujukan pada kalangan
terbatas; seperti karyawan, relasi bisnis, nasabah atau konsumen. Biasanya
bebentuk; Newsletter, Magazine, Tabloid, Bulletin, Company Profile, Annual
Report, Prospektus dan lain sebagainya.
2.
Printed Material
Barang cetakan untuk tujuan publikasi Public Relations dalam upaya penyampaian
pesan-pesannya yang berbentuk, seperti : Brochure, Leaflet, Booklet, Kop Surat,
Kartu Nama, Kartu Ucapan Selamat, Kalender dan lain sebagainya.
3.
Media Pertemuan (event)
Media pertemuan secara langsung dengan para audiensnya melalui tatap muka
langsung, misalnya dengan presentasi, seminar, pameran dan lain sebagainya.
4.
Broadcasting Media dan Internet.
Publikasi Public Relations yang disiarkan melalui Stasiun TV/RRI milik
pemerintah dan Stasiun TV Komersial atau Siaran Radio Komersial termasuk
media elektronik dan computer serta internet (email) yang dimanfaatkan sebagai
media publikasi dan komunikasi PR.
5.
Media Sarana Public Relations
Media PR yang berkaitan dengan penampilan identitas perusahaan (corporate
identity) yang merupakan symbol atau nama perusahaan, logo, warna standar
27
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, PT. Raja Grafindo Perkasa,
2007, hal 218.
31
perusahaan dan kemasan produk (corporate and product colour image),
penampilan dan citra lobby kantor (front office lobby image), pakaian seragam
(uniform) dan hingga model huruf atau logo perusahaan (style of identity mark)
yang sekaligus merupakan citra perusahaan yang khas sebagai pembeda dengan
competitor lainnya.
6.
Media Personal
Media personal ini merupakan media PR yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mengadakan pertemuan secara langsung (face to face contact) untuk maksud
mengatakan pendekatan personal (personal approach) atau melobi dan kemudian
meningkat untuk bernegosiasi sehingga kedua pihak yang terlibat dalam
perundingan akan mencapai kata sepakat. Artinya kemampuan dalam presentasi,
melobbi, bernegosiasi dan lain sebagainya harus dikuasai oleh para professional
Public Relations dalam perannya mewakili perusahaan yang berhadapan dengan
public sebagai sasarannya.
Praktisi PR bisa menggunakan semua produk tertulis tersebut, namun harus
disesuaikan dengan dana dan waktu yang diberikan pimpinan untuk kegiatan
tersebut. Dan yang paling penting sebelum memilih produk mana yang lebih baik
untuk mendukung kegiatan PR adalah menyesuaikannya dengan khalayak
sasarannya. Khalayak media internal adalah :
1.
Pegawai/anggota, semua orang yang bekerja atau menunjang suatu
organisasi, mulai dari puncak pimpinan (manajemen) hingga staf pendukung
lainnya (administrasi, pelayanan, dan lain-lainnya)
32
2.
Distributor, mereka yang menangani fungsi perantara antara produsen dan
konsumen.
3.
Pemasok/mitra usaha, mereka yang menyediakan jasa-jasa dan memasok
bahan baku dan komponen produksi.
4.
Investor, bukan hanya individu tetapi juga para analis serta pembeli partai
besar.
5.
Konsumen.
6.
Pemerintah, pembuat kebijakan yang terkait dengan usaha yang dijalani.
Setelah menentukan khalayak sasaran dan produk yang akan digunakan,
maka langkah selanjutnya adalah menetapkan target dasar dan tujuan dari media
internal. Menetapkan target dasar dan tujuan dari media internal. Apakah media
internal tersebut hanya digunakan sebagai media informasi atau juga sebagai media
publikasi yang bersifat persuasif. Kebijaksanaan apa sajakah dari perusahaan yang
harus ditaati dalam pembuatan media internal tergantung dari kebijaksanaan dan
budaya
dari
masing-masing
perusahaan.
Langkah
selanjutnya
adalah
memperhitungkan sumberdaya manusia dan biaya untuk pelaksanaan media
internal.
Praktisi PR juga harus menetapkan skala prioritas untuk waktu operasi serta
optimalisasi penggunaan tenaga kerja, dan berbagai sumberdaya lainnya, serta
menentukan kelayakan pelaksanaan setiap upaya yang hendak dilakukan sesuai
dengan dana, staf, serta kecukupan peralatan yang ada.
33
2.4.3 Karakteristik Media Internal
Setelah semua langkah diatas telah dilaksanakan,maka praktisi PR juga
harus memahami karakteristik dari media internal itu sendiri, yaitu :
1.
Jangkauan serta pembaca harus dikenali, karena akan mempengaruhi gaya
dan kandungan isi media.
2.
Kuantitas penerbitan/oplah, karena akan mempengaruhi metode produksi
dan kualitas materi maupun kandungan isinya.
3.
Media harus diiterbitkan berkala secara teratur dan memiliki tanggal
publikasi yang tetap.
4.
Berisi uraian hal-hal yang sudah terjadi
5.
Setiap media harus memiliki ciri khas yang berkaitan dengan isinya
6.
Media harus disesuaikan dengan keseluruhan program PR dan jadi wahana
untuk mencapai khalayak yang hendak dituju.
Praktisi PR juga bisa menggunakan model program untuk membuat sebuah
media internal, yaitu :
1.
Analisis situasi : situasi dan kondisi, analisis SWOT
2.
Objektif : keadaan ril di lapangan
3.
Strategi : cara untuk mencapai tujuan
4.
Target audiens : menetapkan khalayak
5.
Kata kunci : menentukan pesan yang ingin disampaikan
6.
Program : kegiatan yang akan dilaksanakan
7.
Ukuran : skala dan cakupan dari kegiatan PR
8.
Timetable : alokasi waktu dan jangka program
34
9.
Budget : alokasi dana untuk pembiayaan program
2.4.4 Bentuk Tulisan Dalam Media Internal
1.
Berita langsung/straight news : tulisan yang menyampaikan unsur-unsur
terpenting dari suatu peristiwa yang secepatnya harus diketahui pembaca.
2.
Karangan khas/feature : tulisan mengenai suatu kejadian yang dapat
menyentuh perasaan ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat
penjelasan rinci, lengkap dan mendalam.
3.
Laporan mendalam : tulisan yang mencoba memahami permasalahan secara
lebih lengkap, mendalam dan analitis.
4.
Kolom opini : tulisan yang menyatakan pendapat atau penilaian.
5.
Artikel : tuisan yang berisi tentang pengetahuan, keterampilan.
2.4.5 Bentuk-bentuk Media Internal
Adapun bentuk-bentuk media internal cukup bervariasi yaitu :
1.
Buletin
Sebuah buletin sebagai media komunikasi regular antara seorang pimpinan dengan
bawahannya di lapangan. Terbit secara mingguan. Biasanya buletin berisikan berita
perusahaan dan pokok-pokok berita umum
2.
Newsletter
Berisi pokok-pokok berita yang diperuntukkan bagi pembaca yang sibuk. Jumlah
halamannya lebih sedikit, yakni dua hingga delapan halaman, dengan ukuran
35
biasanya A4. Sebagian besar isinya adalah tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa
gambar.
3.
The Magazine
Majalah menyediakan serangkaian media komunikasi yang bervariasi untuk
menjangkau audien yang memiliki minat yang sama. Majalah berisikan tulisan
berbentuk feature, artikel dan gambar, foto, diterbitkan setiap bulan atau triwulan.
Dan majalah memiliki beberapa keuntungan : pemimpin opini membaca majalah.
Majalah memberikan informasi yang lebih tahan lama ketimbang Koran. Pembaca
majalah punya kesempatan untuk membaca, membaca ulang, mendiskusikan, dan
mendebat informasi yang dikumpulkan dari sumber ini. Pembaca dengan minat
tertentu akan membaca majalah untuk mendapatkan pembahasan mendalam
tentang suatu topik. Praktisi PR mempelajari majalah dalam hal topiknya, gayanya,
kebijakannya, trennya, formatnya dan seterusnya, dan kemudian menerapkan
pengetahuan ini untuk menyusun berita dan feature.
4.
The Tabloid Newspaper
Bentuk media komunikasi staf atau karyawan di satu lokasi pabrik, perusahaan atau
pasar swalayan.
Media internal yang dibuat dan dikelola oleh divisi PR bisa sangat
mendukung kegiatan dari PR, jika didukung juga oleh pihak manajemen. Artinya
terdapat keterbukaan dari pihak manajemen. Selain itu tingkat efektifitas media
internal dipengaruhi oleh kesadaran dan pengakuan manajemen akan nilai dan arti
penting komunikasi dengan pegawai. Media internal tidak hanya dibuat oleh
36
seorang PR yang ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumberdaya
teknis yang modern.
2.5
Efektivitas Media Internal
2.5.1 Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan kata sifat dari kata dasar efektif, yang mengandung
arti berhasil atau tepat guna. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta
kemampuan untuk menentukan tujuan yang tepat (melakukan sesuatu yang tepat).
Seperti yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “Efektivitas adalah
komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan
biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang
ditentukan” (Effendy, 1989:14).
Menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Media
Komunikasi, “efektivitas berarti berhasil untuk mencapai tujuan seraya untuk
memuaskan pihak yang terkait” (Ruslan, 2005:39). Sedangkan pengertian
efektivitas menurut Andre Hardjana dalam bukunya yang berjudul Audit
Komunikasi Teori dan Praktek, mendefinisikan efektivitas sebagai berikut :28
28
1.
Mengerjakan hal-hal yang benar
2.
Mencapai tingkat diatas pesaing
3.
Membawa hasil
4.
Menangani tantangan masa depan
Andre Hardjana. Audit Komunikasi, Jakarta : Grasindo, 2000, hal 24.
37
5.
Meningkatkan laba (keuntungan)
6.
Mengoptimalkan penggunaan sumber daya
2.5.2 Efektivitas Media Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan dapat dikatakan efektif jika sebagai
komunikator berhasil menyampaikan suatu pesan. Komunikasi yang efektif adalah
apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagimana
dimaksudkan oleh pengirim (Supratiknyo, 1995:34).
Hardjana menjelaskan efektivitas suatu media komunikasi sebagai
berikut:29
1.
Penerima
Penerima pesan vs penerima yang dituju. Penerima pesan merupakan obyek yang
diharapkan untuk menerima pesan tersebut.
2.
Isi
Yang diterima/tersalur vs yang dimaksud, Isi pesan yang diterima memang sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.
3.
Ketepatan Waktu
Sesuai jadwal vs menyimpang jadwal. Pesan yang dimaksudkan sampai kepada
penerima pesan tepat pada wakrunya.
29
Ibid, hal 24.
38
4.
Media
Saluran yang digunakan vs saluran yang dimaksud. Media yang digunakan untuk
penyampaian pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan
dan penerima pesan.
5.
Format
Struktur yang diterima vs pesan yang dikirim. Terdapat penyesuaian format antara
yang dimaksudkan oleh pengirim dengan penerima.
6.
Sumber
Orang yang melakukan vs yang bertanggung jawab. Artinya apakah kejelasan
sumber dapat dipertanggungjawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat.
Komunikasi dikatakan efektif apabila mampu menjangkau komunikan
dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini tidak terlepas dari faktor komponen
komunikasi sederhana yang dapat mempengaruhi proses komunikasi secara efektif
yang terdiri dari komunikator (sumber), pesan (isi), dan komunikan (penerima).
1.
Komunikator (Sumber)
Untuk melaksanakan komunikasi efektif terdapat dua faktor penting pada diri
komunikator, yaitu kredibilitas komunikator dan daya tarik komunikator.
a.
Kredibilitas Komunikator
Kredibilitas komunikator menunjukan bahwa pesan yang diterima
komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada.
Kepercayaan komunikan ini ditentukan oleh keahlian komunikator,
dan dapat tidaknya ia dipercaya. Selain kepercayaan dan keahlian,
kredibilitas juga dapat muncul dari status sosial. Seseorang yang
39
mempunyai status sosial yang lebih tinggi akan mempunyai
kredibilitas yang besar, sehingga apa yang dikatakan akan dipercaya
dan lebih besar kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain.
b.
Daya Tarik Komunikator
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap, melalui mekanisme daya tarik.
Seorang komunikator yang disenangi dan dikagumi oleh
komunikannya akan menyebabkan komunikan menerima kepuasan
dari usaha menyamakan dirinya dengan komunikator.
2.
Pesan (Isi)
Pesan merupakan materi atau bentuk fisik dari ide yang disampaikan kepada
komunikan. Dari pesan yang dikirimkan ini, seorang komunikator menghendaki
bagaimana reaksi dari komunnikan dan apa umpan baliknya. Wilbur Schramm
mengemukakan bahwa agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang
dikehendaki, maka pesan tersebut harus memenuhi empat (4) kondisi sebagai
berikut :
a.
Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
menarik perhatian komunikan. Dalam hal ini menyangkut format
yang baik, pemilihan kata yang tepat, serta waktu penyampaian
(timing) yang sesuai.
b.
Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang mengacu pada
bidang pengalaman (field of Experience) yang sama, sehinggan
dipahami oleh komunikator maupun komunikannya.
40
c.
Pesan harus membangkitkan kebutuhab pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Komunikator perlu memahami kebutuhan apa yang dirasakan oleh
komunikan.
d.
Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
diatas secara layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada
pada saat ia digerakkan untuk memberi tanggapan yang
dikehendaki. Kelompok dimana komunikan berada harus dipahami
pula oleh komunikator. (Effendy:17)
3.
Komunikan (Penerima)
Komunikan adalah orang yang menerima pesan yang dikomunikasikan. Sebagai
makhluk sosial, maka komunikan akan bersosialisasi dengan lingkungannya,
dengan demikian ia akan menerima pengaruh dari lingkungan tersebut dan
sekaligus
memberikan
pengaruh
kepada
lingkungan.
Dengan
demikian
komunikator harus memperhatikan faktor ini, jangan sampai komunikan dianggap
sebagai makhluk yang tidak bersosialisasi, sehingga ia tidak terpengaruh dan
mempengaruhi manusia lainnya.
Ditinjau dari sudut pandang komunikan, maka komunikasi akan efektif
apabila dalam diri komunikan terdapat (4) empat kondisi sebagai berikut :
a.
Komunikan dapat mengerti dengan benar pesan komunikasi
b.
Pada saat komunikan mengambil keputusan, ia sadar bahwa
keputusannya itu sesuai dengan tujuannya.
41
c.
Pada saat komunikan mengambil keputusan, ia sadar bahwa
keputusannya itu sesuai dengan kepentingan pribadinya.
d.
Komunikan secara fisik dan mental mampu berfungsi sebagai
penerima komunikasi.
2.6
Kebutuhan Informasi
2.6.1
Pengertian Informasi
Informasi sangat dibutuhkan oleh semua orang, karena sudah menjadi
kebutuhan manusia. informasi juga memegang peranan penting dalam setiap
kehidupan manusia.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia, membutuhkan informasi
yang tepat agat kegiatan dapat dikendalikan dengan baik sesuai dengan tujuan
kegiatan yang bersangkutan. informasi yang dibuthkan oleh manusia biasanya
disesuaikan dengan kegiatan serta minat manusia itu sendiri.
Denifisi informasi menurut Jalalludin Rakmat, adalah:
“Informasi
juga
dapat
diartikan
segala
sesuatu
yang
mengurangi
ketidakpastian/mengurangi jumlah kemungkinan dalam situasi. Informasi
bersumber dari manusia baik dalam bentuk ide, gagasan, opini/pendapat yang
berupa sikap, pendapat, keyakinan serta tingkah laku seseorang. Dengan informasi
manusia memiliki nilai lebih yaitu dapat mengetahui apa yang telah, sedang dan
akan terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya”. (Rakmat, 1991 : 223).
Sedangkan Claude E. Shannon dan Warren Weaver yang dikutip oleh
Wiryanto dalam buku yang berjudul “Pengantar Ilmu komunikasi”, mendenifisikan
42
informasi sebagai berikut : “What is information? Patterner matter-energy that
affect the probalities of altervatives available to an individual making decision
(Informasi adalah energi yang terpolakan, yang mempengaruhi individu dalam
mengambil keputusan dari kemungkinan pilihan-pilihan yang ada)”. (Wiryanto,
2004 : 29).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari
proses intelektual seseorang. Proses intelektual adalah mengolah/memproses
stimulus, yang masuk ke dalam diri individu melalui panca indera, kemudian
diteruskan ke otak/pusat syaraf untuk diolah/diproses dengan pengetahuan,
pengalaman, selera dan iman yang dimiliki seseorang.
Informasi yang diberikan sebaiknya dapat dimengerti, menarik, ringkas,
jelas dan memperhatikan ketepatan dari lambang-lambang yang digunakan karena
tanpa memperhatikan hal tersebut, komunikasi yang dilakukan tidak akan
menciptakan komunikasi yang efektif dan informatif.
Pengertian kebutuhan informasi menurut Philip Kotler adalah keadaan yang
ditandai dengan perasaan kekurangan atau keinginan perwujudan tindakan tertentu.
Dengan demikiam kebutuhan merupakan perasaan kekurangan di dalam diri
organism, yang diperlukan guna memperbaiki kehidupan dan dirinya sendiri.30
2.7
Karyawan
Karyawan merupakan salah satu asset yang penting didalam sebuah
organisasi atau perusahaan, sehingga komunikasi dengan mereka merupakan hal
30
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran, Jakarta : Salemba Empat, 1995, hal 304.
43
terpenting di dalam pelaksanaan 5 (lima) proses manajemen serta pelaksanaan
tugas di dalam organisasi atau perusahaan. Karyawan juga merupakan salah satu
elemen di dalam pembentukan citra dari sebuah organisasi.31
Pengertian
karyawan menurut Rhenald Kasali,
karyawan adalah
orang-orang di dalam perusahaan yang tidak memegang jabatan structural, dan
dibawahh komando supervisor atau kepala seksi/kepala subseksi.32
Kata dasar dari karyawan adalah karya yang berarti kerja, sehingga
pengertian karyawan adalah orang yang berkerja pada sebuah organisasi atau
perusahaan, dimana mereka diberikan upah sebagai balas jasa untuk tenaga dan
pikiran yang mereka telah berikan kepada perusahaan.33
31
Paul A. Agenti. The Power of Corporate Communication, Crafting the voice & image of your
business, Jakarta : Salemba Humanika, 2002, hal 45.
32
Rhenald Kasali. Manjemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta :
Pustaka Utama Grafiti, 2006, hal 72
33
Dan Lattimorre, Otis Baskin. Public Relations, Profesi dan Praktik, Jakarta : Salemba Humanika,
2009 , hal 72.
Download