KAJIAN ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH

advertisement
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 97 - 108
KAJIAN ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI
DAERAH (SIDa) KOTA SEMARANG
Wiwandari Handayani, Mada Sophianingrum, Umi Nutriandini
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, Semarang
Email: [email protected]; [email protected]; [email protected];
[email protected]
Abstrak
Kebijakan pembangunan dalam rangka mengembangkan daya saing wilayah perlu
diarahkan agar tujuan pembangunan dapat tercapai secara optimal dan juga efektif. Melalui
pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa), hal tersebut kemudian dapat diupayakan oleh
Pemerintah Kota Semarang. Pada kajian SIDa Kota Semarang yang telah dilakukan pada
tahun sebelumnya, telah ditemukan beberapa gambaran mengenai kesiapan Kota Semarang
dalam mengawal proses SIDa. Keberadaan instrumen kebijakan Kota Semarang dinilai sudah
memiliki kondisi yang cukup baik dalam segi kesiapan untuk mengembangkan sistem inovasi
daerah walaupun tentu saja kemanfaatannya masih memiliki kekurangan karena belum
memiliki legitimasi hukum. Untuk mengembangkan potensi wilayah, maka perlu dilakukan
penyusunan roadmap SIDa yang berfungsi sebagai pedoman untuk mengimplementasikan
setiap inisiatif strategis di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan
arah kebijakan sebagai rancangan awal roadmap penguatan sistem inovasi daerah yang
berpedoman kepada Buku Putih Penguatan Sistem Inovasi Nasional. Metode yang digunakan
adalah pendekatan triangulasi yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dengan
kuantitatif. Ditemukan beberapa hasil antara lain sektor prioritas SIDa Kota Semarang
adalah perdagangan dan jasa, dapat dirumuskan pula beberapa strategi baik di masingmasing variabel penelitian maupun secara komprehensif sebagai pedoman penyusunan
roadmap.
Kata Kunci: daya saing wilayah, Sistem Inovasi Daerah (SIDa), roadmap
Abstract
Development policies should be improved for increasing the competitiveness of region in
order to achieve optimal and effective development goals. The development of Regional
Innovation Systems (RIS) that pursued by Semarang Government could be considered as an
important strategy for improving these development goals as well as the implementation. The
RIS studies that have been done in previous years, has found some indications of the
Semarang Government readiness in guarding the RIS process. The existence of Semarang
policy instrument is considered to have a good condition in terms of the readiness to develop
regional innovation systems, although there have been lack of outcome as it does not have
sufficient legitimacy yet. To develop the potential of the area, it is necessary to prepare the
RIS roadmap which serves as a guide for implementing strategic initiatives in each area. This
study aims to formulate strategies and policy directions as the initial roadmap draft to
strengthening the regional innovation systems based on the RIS guideline provided by BPPT
(Indonesian Agency for The Assessment and Aplication of Technology). This study use
triangulation approach that combines qualitative and quantitative methods. There are several
results, the first is trading and services appointed as priority sectors of RIS in Semarang. The
second is some strategies can be formulated that the RIS development should be improved to
97
Kajian Roadmap Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah (Sida) Kota Semarang
(Wiwandari Handayani, dkk)
another RIS variable, such as culture of innovation or capacity of science institution, rather
than keep the development on supplying the infrastructure.
Keywords: competitiveness of region, Regional Innovation Systems (SIDa),
roadmap
Pendahuluan
Peningkatan daya saing antar
daerah merupakan agenda yang sangat
penting
dalam
mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal
ini, inovasi dalam pembangunan yang
berjalan secara komprehensif serta
terjadinya kolaborasi antar aktor
pembangunan merupakan faktor kunci
peningkatan daya saing. Pengembangan
sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan
salah satu strategi utama dalam sistem
inovasi nasional yang mewadahi proses
interaksi antara komponen penguatan
sistem inovasi.
Pada dasarnya, merupakan agenda
nasional sesuai dalam UU No. 17 tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJN) 20052025 dan UU No. 18 tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Setiap
daerah harus melakukan beberapa poin
penting tentang penguatan SIDa, yaitu
kebijakan membuat tim koordinasi dan
Roadmap SIDa, penataan SIDa baik
kelembagaan maupun sumberdaya SIDa,
mengembangkan SIDa melalui potensi
lokal, dan melakukan koordinasi dan
pelaporan hingga pemerintah pusat.
Kota Semarang sebagai bagian dari
entitas pengembangan sistem inovasi
nasional dituntut kesiapannya untuk
turut serta mengembangkan sistem
inovasi di daerahnya sebagai upaya
peningkatan daya saing wilayah. Untuk
mengidentifikasi
permasalahanpermasalahan yang sudah terjadi, sedang
terjadi, maupun akan terjadi dibutuhkan
suatu penyusunan kerangka kerja
strategis yang dituangkan dalam bentuk
roadmap. Penyusunan roadmap harus
98
bersifat down up untuk mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan,
walau
tidak
menutup
kemungkinan
permasalahan yang diidentifikasikan bisa
bersifat top down terkait dengan hasil
pemikiran para pakar/akademisi dan
praktisi
yang
diberikan
kepada
pengambil kebijakan.
Diperlukan sebuah analisis lebih
mendalam mengenai gagasan-gagasan
apa yang seharusnya tercantum di
dalam roadmap pengembangan SIDa,
bagaimana kondisi pencapaian SIDa di
Kota Semarang saat ini, serta harapan
yang ingin diwujudkan dari keseluruhan
proses SIDa.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk merumuskan strategi dan arah
kebijakan sebagai rancangan awal
roadmap penguatan sistem inovasi
daerah. Penelitian ini berpedoman
kepada Buku Putih Penguatan Sistem
Inovasi Nasional oleh Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Konsep Penguatan SIDa dan
Rancangan Awal Roadmap
Penguatan SIDa meliputi beberapa
tindakan penting (BPPT, 2011), antara
lain:
a. Penataan Pilar-Pilar SIDa
Langkah
yang
seharusnya
dilakukan adalah reformasi kebijakan
inovasi dengan menghapus segala
regulasi yang menghambat atau yang
berbelit-belit.
Kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah juga harus mendukung adanya
inovasi daerah. Selain itu perlu
memperhatikan “program payung”
yang menjadi alat pengarah fokus dan
keterkaitan antara pelaku dan sumber
pendanaan. Selain itu juga dibutuhkan
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 97 - 108
pengembangan infrastruktur dasar,
pembiayaan inovasi daerah, serta
peningkatan sosial budaya, dan
potensi daerah lainnya.
b. Pengembangan Fokus Prioritas
Sebuah proses komprehensif
dengan analisis mendalam dan
meninjau peraturan perundangan yang
berlaku.
c. Implementasi Kerangka Kerja
Inovasi
Kegiatan ini dilakukan dalam
penguatan klaster industri spesifik
sesuai fokus prioritas yang telah
ditetapkan.
Penyusunan
rancangan
awal
roadmap, bentuk-bentuk kegiatannya
meliputi
pengumpulan data
dan
informasi
yang
terkait
dengan
penyusunan roadmap, kemudian data
tersebut
dianalisis
sehingga
menghasilkan informasi, setelah itu
melakukan
penyusunan
dokumen
Rancangan Awal Roadmap (Taufik,
2005). Forum Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan stakeholder terkait
lainnya juga merupakan salah satu
tahapan penting yang harus dilalui dalam
melakukan
sebuah
penyusunan
roadmap. Bentuk-bentuk kegiatan forum
SKPD
dan
stakeholder
meliputi
pembahasan rancangan awal roadmap
dengan SKPD dan stakeholder, kemudian
penyusunan memorandum kesepakatan
terhadap rancangan awal roadmap.
Sumber: Panduan Penyusunan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah, BPPT, 2013
Gambar 1
Langkah-Langkah Penyusunan Rancangan Awal Roadmap
Metode Penelitian
Pada dasarnya metode yang
digunakan adalah pendekatan triangulasi
yang artinya menggabungkan antara
pendekatan kualitatif dengan kuantitatif.
Penelitian ini lebih banyak menggunakan
data sekunder untuk analisisnya.
Meskipun demikian, pengumpulan data
primer dilakukan jika dalam temuan
sintesa kesiapan instrumen kebijakan
terdapat hal yang tidak sinkron antar
variabel sehingga sifat pengumpulan data
primer dalam penelitian ini lebih kepada
triangulasi. Teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan adalah telaah
dokumen dan wawancara mendalam
dengan aktor terkait dengan hal yang
akan diverifikasi.
99
Kajian Roadmap Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah (Sida) Kota Semarang
Tahapan analisis yang dilakukan ada
tiga garis besar yaitu (1) Analisis
identifikasi tema prioritas penguatan
SIDa Kota Semarang. (2) Analisis gap
antara kondisi saat ini dan harapan yang
ingin dicapai. Analisis ini terdiri dari
pemetaan kondisi capaian SIDa hingga
saat ini dan harapan dari proses SIDa,
dan (3) Analisis perumusan strategi dan
(Wiwandari Handayani, dkk)
arahan kebijakan penguatan roadmap
SIDa.
Variabel yang digunakan pada
analisis ini merupakan faktor-faktor
yang berpengaruh dalam setiap tahapan
analisis. Dasar penentuan variabel
adalah
indikator-indikator
yang
berpengaruh terhadap hasil capaian
SIDa yang telah disesuaikan dengan
karakteristik wilayah Kota Semarang.
Tabel I
Indikator dari Masing-Masing Variabel
VARIABEL
1. Kebijakan
dan
Regulasi
2. Infrastruk
tur
Inovasi
BATASAN
PENELITIAN
Obyek penelitian
dibatasi pada kebijakan
dan regulasi yang
terkait dengan
pengembangan sistem
inovasi daerah.
Kebijakan yang bersifat
mendukung dan
memberikan
kemudahan sehingga
dapat mendorong
pertumbuhan dan
tingkat sinergisitas
antar berbagai unsur
pengembagan SIDa.
Obyek
penelitian
dibatasi
pada
infrastruktur teknologi
informasi komunikasi
(TIK), pendidikan dan
pelatihan
serta
dukungan pendanaan
bagi
pengembangan
SIDa.
INDIKATOR
Peran instrumen kebijakan
dan regulasi adalah sebagai
pedoman bagi semua unsur
pengembangan SIDa untuk
saling berintegrasi.
Perannya dapat dinilai dari
ada atau tidaknya
kebijakan yang mengatur:
a. Insentif fiskal
b. Kebijakan perlindungan
Hak atas Kekayaan
Intelektual (HKI)
c. Bantuan dana usaha
d. Jaminan persaingan bisnis
yang sehat
Peran infrastruktur inovasi
adalah sebagai wadah untuk
menunjang
perkembangan
sistem inovasi daerah.
Perannya dapat dinilai dari:
a. Adanya jaringan usaha
lokal
b. Terdapat
serangkaian
pembinaan bagi calon
pengusaha mandiri
c. Tingkat penggunaan TIK
dalam industri
d. Kondisi infrastruktur TIK
e. Terdapat
programprogram
bantuan
pengembangan usaha
PENJELASAN
1.a.1
1.a.2
1.b.1
1.c.1
1.d.1
1.d.2
2.a.1
2.a.2
2.b.1
2.c.1
2.d .1
2.d.2
2.e.1
100
Insentif perpajakan
Insentif sektor industri dan
perdagangan
Perlindungan HKI
Sistem atau skema bantuan
dana usaha bagi para pelaku
usaha
Larangan praktek monopoli
Perijinan bisnis
Jaringan usaha lokal sudah
memiliki asosiasi
Jaringan usaha lokal mampu
memberikan nilai tambah bagi
produknya
Pelatihan kewirausahaan yang
diselenggarakan
oleh
Disperindag
dan
Dinas
Koperasi
Industri dan kegiatan ekonomi
yang terkait dalam bidang
prioritas menggunakan sumber
daya teknologi baik sebagian
maupun sepenuhnya dalam
proses produksi
Infrastruktur TIK dalam kondisi
baik
Nilai kemanfaatan infrastruktur
TIK mencapai 50%
Program
bantuan
pengembangan usaha yang
dikeluarkan oleh pemerintah
maupun swasta (CSR)
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 97 - 108
VARIABEL
3. Kapasitas
Lembaga
Iptek
4. Budaya
Inovasi
5. Perkemb
angan
Klaster
Industri
BATASAN
PENELITIAN
Obyek
penelitian
dibatasi pada lembagalembaga iptek yang
mampu menghasilkan
temuan bagi inovasi
industri,
yaitu
perguruan
tinggi
(Undip, Unnes, Udinus,
Unika, Unissula) dan
Bidang
Litbang
Bappeda, Disperindag,
Dinas
Koperasi,
Lembaga
Pembinaan
dan
Perlindungan
Konsumen (LP2K).
Obyek
penelitian
dibatasi oleh kegiatankegiatan
yang
mencirikan
adanya
kultur
dalam
masyarakat mengenai
budaya
untuk
berinovasi.
Obyek
penelitian
dibatasi
pada
kelompok-kelompok
usaha masyarakat yang
berkumpul pada lokasi
yang sama dan bekerja
pada sektor yang sama.
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
INDIKATOR
Kelembagaan iptek berperan
sebagai penghasil temuantemuan
baru
untuk
mendorong terciptanya iklim
inovasi bagi industri.
Perannya dapat dinilai dari:
a. Perkembangan anggaran
pembiayaan iptek
b. Jumlah tenaga kerja iptek
c. Jumlah
infrastruktur
iptek
d. Daya serap teknologi
e. Tingkat kerjasama
Budaya inovasi berperan
sebagai tolak ukur partisipasi
masyarakat
untuk
mendukung sistem inovasi
daerah.
a. Tingkat
pertumbuhan
entrepreneur
b. Tingkat perolehan HKI
c. Tingkat
apresiasi
terhadap prestasi inovasi
baik dari pemerintah
maupun swasta
d. Tingkat
kepedulian
terhadap pengetahuan
tradisional
Perkembangan klaster industri
dapat dilihat dari:
a. Kebijakan pengembangan
klaster industri
b. Perkembangan
klaster
industri inovatif
c. Tingkat ekspor industri
Analisis dan Kesimpulan
Analisis Identifikasi Tema Prioritas
Analisis ini bertujuan untuk
menemukan
sektor
yang
paling
berkembang di Kota Semarang jika
diterapkan sistem inovasi di dalamnya.
Analisis
yang
dilakukan
untuk
menentukan sektor prioritas Kota
Semarang ditempuh dengan melakukan
kajian secara intrawilayah dan agregatif
terhadap sektor sekunder dan tersier
PENJELASAN
3.a.1
3.b.1
3.c .1
3.d.1
3.e.1
3.e.2
4.a .1
4.b.1
4.c.1
4.d.1
5.a.1
5.b .1
5.c .1
Anggaran pembiayaan iptek
mencapai 1% dari APBD
Jumlah tenaga kerja/SDM iptek
mengalami peningkatan
Jumlah
infrastruktur
iptek
seperti laboratorium penelitian
seimbang dengan jumlah SDM
iptek
Tingkat impor faktor produksi
manufaktur
Terdapat kegiatan pameran
iptek
yang
melibatkan
kerjasama berbagai lembaga
iptek
Tingkat pemanfaatan hasil riset
universitas dengan industri
meningkat
Pertumbuhan
pewirausaha
mencapai 2% dari total populasi
Kota Semarang
Tingkat perolehan HKI berupa
permohonan paten meningkat
Terdapat lomba-lomba inovasi,
pameran industri, pameran
iptek
Terdapat perlindungan hak
paten terhadap industri-industri
pada bidang prioritas yang
memiliki nilai pengetahuan
tradisional
Kebijakan penyusunan peta
panduan
pengembangan
kompetensi inti industri kota
Terdapat klaster industri inovatif
Kinerja ekspor pada bidang
prioritas
sebagai ciri khas sektor perkotaan. Dari
beberapa indikator kinerja yang telah
ditentukan, bahwa sektor perdagangan
dan jasa memiliki performa yang baik
pada kurun waktu 3 hingga 5 tahun ke
belakang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sektor perdagangan dapat
diandalkan sebagai sektor prioritas yang
akan dikembangkan melalui sistem
inovasi daerah.
101
Kajian Roadmap Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah (Sida) Kota Semarang
(Wiwandari Handayani, dkk)
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
Gambar 2
Bagan Alur Penentuan Tema Prioritas
Tabel 2
Pemetaan Kondisi Capaian Sektor Strategis Kota Semarang
No
Kinerja
1b
Kinerja
Ekonomi
1d
1e
2a
2b
3a
3b
Kinerja
Pemerintah
Kinerja
Infrastruktur
Nilai Rasio Modal-Output Marjinal
(ICOR) cenderung efisien
Nilai investasi Penanaman Modal
Asing-Penanaman Modal Dalam
Negeri
(PMA-PMDN)
terus
meningkat dan jumlahnya lebih
tinggi
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kota Semarang
Keselarasan dengan RPJMD Kota
Semarang 2010-2015
Program dalam RKPD yang
mendukung program dari RPJM
Semarang
sebagai
kota
percontohan skala dunia dalam
mengatasi masalah perubahan
iklim*
Kondisi sarana dan prasarana
untuk mendukung sektor tertentu
KESIMPULAN
Warna berarti sektor tersebut mendukung
kinerja yang sudah ditentukan
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
102
Capaian
Perdagangan
Industri
Jasa
Distribusi
sektor
dalam
Penerimaan Domestik Regional
Bruto (PDRB) di atas 30% dan
terus meningkat
Jumlah tenaga kerja terserap lebih
banyak
1a
1c
Indikator
PERDAGANGAN DAN JASA
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 97 - 108
Didapatkan
pula
sektor
perdagangan dan jasa di Kota Semarang
memiliki karakteristik khusus yang
dapat dibagi ke dalam beberapa sub
tema, yaitu:
• MICE
(Meeting,
Invention,
Convention, Exhibiton)
• Pariwisata
• Jasa Pendukung Perkembangan
Industri (di luar sektor industrinya
sendiri)
• Perdagangan besar dan eceran
Analisis Kondisi Capaian dan
Harapan SIDa
Perbandingan antara indikator
target/sasaran sistem inovasi daerah
dengan
kondisi
indikator
yang
bersangkutan
pada
saat
ini
mencerminkan kebutuhan penguatan
sistem inovasi daerah. Sepuluh aspek
perdagangan dan jasa yang dikaji dapat
dilihat pada gambar di bawah ini yang
merupakan hasil formulasi RPJMD Kota
Semarang dengan RPJMD Kota Solo
sebagai tolak ukur/benchmark dalam
mengembangkan perdagangan dan jasa.
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
Gambar 3
Tahapan Analisis Kondisi Capaian dan
Harapan SIDa
Berdasarkan hasil studi, didapatkan
berbagai macam data dan fakta tentang
masing-masing variabel perdagangan
tersebut. Kemudian disusunlah tabel
klasifikasi yang mendukung 5 variabel
pengembangan
SIDa
berdasarkan
keterkaitannya. Dapat disimpulkan pula
bahwa perkembangan perdagangan dan
jasa di Kota Semarang jika dilihat dari
sisi SIDa masih terbatas pada
pengembangan infrastruktur (kolom
yang paling penuh: infrastruktur
inovasi). Masih minimnya pengembangan
sektor perdagangan dan jasa pada sisi
budaya inovasi, kapasitas lembaga iptek,
serta perkembangan klaster baik secara
langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap keberlanjutan
Kota
Semarang
sebagai
kota
perdagangan dan jasa.
Analisis Gap
Pada tahapan ini, mengkaji tentang
jarak yang tercipta antara kondisi
capaian SIDa saat ini dengan harapan
yang sebenarnya ingin dicapai dari
pengembangan sistem inovasi daerah.
Temuan dalam analisis ini akan menjadi
dasar
penyusunan
roadmap
pengembangan SIDa yang berisi
gagasan-gagasan
strategis
serta
membutuhkan kolaborasi berbagai
pihak terkait. Pada tabel di bawah ini,
setiap variabel SIDa memiliki angka
masing-masing
yang
menunjukkan
jauhnya jarak yang tercipta antara
harapan dengan capaian. Angka terdiri
dari tiga, yaitu 1, 2, dan 3. Semakin
besar angka menunjukkan bahwa
semakin sedikit gap yang tercipta
karena capaian sudah mendekati kondisi
harapan. Berikut adalah penjelasan gap
yang tercipta di masing-masing aspek
perdagangan dan jasa yang telah
ditentukan.
103
Kajian Roadmap Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah (Sida) Kota Semarang
(Wiwandari Handayani, dkk)
Tabel 3
Kesesuaian Aspek Perdagangan dengan 5 Variabel SIDa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Variabel SIDa
Aspek
Perdagangan
Koperasi dan
UMKM
Pasar Tradisional
dan Modern
PKL (Pedagang
Kaki Lima)
Tenaga Kerja
Iklim Investasi
Sarana Prasarana
Kota Penunjang
Perdagangan
City Branding
Pariwisata dan
MICE
Lembaga
Keuangan
Pelayanan
Pemerintah
Kebijakan
dan
Regulasi
Infrastruktur
Inovasi
Kapasitas
Lembaga
Iptek
Budaya
Inovasi
Perkemban
gan Klaster
Warna menunjukkan keterkaitan antara aspek
perdagangan dengan variabel SIDa
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
Tabel 4
Tabel Summary Gap SIDa
Variabel SIDa
Kebijakan
No Aspek
dan
Regulasi
Perdagangan
1
Koperasi dan
2
UMKM
2
Pasar Tradisional
1
dan Modern
3
PKL (Pedagang
3
Kaki Lima)
4
Tenaga Kerja
5
Iklim Investasi
1
6
Sarana Prasarana
Kota Penunjang
Perdagangan
7
City Branding
8
Pariwisata dan
MICE
9
Lembaga Keuangan
10 Pelayanan
Pemerintah
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
104
Infrastruktur
Inovasi
2
Kapasitas
Lembaga
Iptek
Budaya
Inovasi
2
3
Perkembangan
Klaster
2
1
2
2
2
2
3
1
3
1
2
2
3
1
1
1
2
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 97 - 108
Tabel 5
Keterangan Gap Pada Masing-Masing Variabel
Variabel
Kebijakan dan
Regulasi
Keterangan
Capaian cenderung kurang komprehensif
Kebijakan tentang PKL dan UMKM saja yang sudah bagus
Kondisi capaian rata-rata sudah baik
Infrastruktur
Seperti jumlah revitalisasi pasar tradisional dan lembaga keuangan
Inovasi
Masih kurang di infrastruktur pelayanan pemerintah
Kapasitas Lembaga
Masih belum terlihat di semua aspek perdagangan
Iptek
Hanya terdapat di beberapa aspek dengan capaian yang cukup bagus
Budaya dalam berinovasi di bidang perdagangan dan jasa masih kurang
Budaya Inovasi
Inovasi dalam aspek PKL dan city branding yang mulai diterapkan
Variabel yang cukup sulit untuk dikaitkan dengan keseluruhan aspek
Perkembangan
perdagangan
Klaster
• Hanya mendukung aspek koperasi dan city branding dengan capaian cukup
baik
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Hampir setiap aspek perdagangan
melakukan penyediaan infrastutuktur
serta inovasi di dalamnya, hal ini
disebabkan bahwa infrastruktur adalah
kebutuhan dasar untuk mengembangkan
sektor perdagangan dan jasa. Ketika
infrastruktur sudah memadai, maka
variabel-variabel SIDa lain seharusnya
dapat dipenuhi untuk mendukung
perkembangan sektor perdagangan dan
jasa di Kota Semarang. . Melihat dari sisi
yang lain, variabel yang paling sulit untuk
diterapkan adalah perkembangan klaster
serta
kapasitas
lembaga
iptek.
Kurangnya pemahaman pemerintah
daerah serta berbagai stakeholder
terkait dengan SIDa membuat proses
perkembangannya berjalan lambat.
Belum ada inovasi dan riset-riset berarti
yang dilakukan untuk membawa angin
perubahan dalam menunjang Semarang
sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang
Berbudaya sesuai visi dan misi di dalam
RPJMD.
Analisis Perumusan Strategi dan
Arahan Kebijakan
Tahapan terakhir adalah perumusan
strategi dan arahan kebijakan roadmap
SIDa. Strategi yang disampaikan menjadi
bagian dari rekomendasi yang ingin
disampaikan peneliti dalam kajian ini.
Strategi adalah suatu pendekatan yang
berkaitan
untuk
melaksanakan
perencanaan atau gagasan secara
keseluruhan.
Strategi
dibutuhkan
sebagai salah satu bentuk penguatan
sistem
inovasi
daerah
sebelum
menyusun roadmap. Kembali kepada
landasan dalam implementasi SIDa yang
terdiri dari empat tindakan utama, yaitu
penataan pilar SIDa, pengembangan
fokus prioritas, penyusunan roadmap
pengembangan sistem inovasi, dan
implementasi kerangka kerja. Pada
penelitian sebelumnya telah dikaji
mengenai
penataan
pilar
SIDa,
bagaimana dukungan kebijakan, kesiapan
pemangku
kepentingan,
dan
infrastruktur di Kota Semarang sebagai
dasar aktivitas penguatan SIDa. Berikut
adalah rumusan strategi penguatan
roadmap SIDa.
105
Kajian Roadmap Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah (Sida) Kota Semarang
(Wiwandari Handayani, dkk)
Tabel 6
Perumusan Strategi Masing-Masing Variabel SIDa
Variabel
Kebijakan dan
Regulasi
Angka
1
2
3
1
Infrastruktur
Inovasi
Kapasitas Lembaga
Iptek
2
3
1
2
3
1
Budaya Inovasi
2
3
1
Perkembangan
2
Klaster
3
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
Keterangan
Membuat kebijakan pada berbagai aspek perdagangan, misal
kebijakan toko modern, promosi pasar tradisional
Meningkatkan manfaat dari kebijakan yang sudah dibuat
terhadap perkembangan sektor perdagangan
Mempertahankan dan melaksanakan evaluasi kebijakan
Mengembangkan sarana prasarana pelayanan publik
berbasis teknologi informasi
Meningkatkan kualitas dan kuantitas variabel infrastruktur
Melanjutkan program-program pengembangan infrastruktur
pada tahun yang akan datang
Melakukan penelitian tentang sistem pelayanan publik
Meningkatkan kerjasama terhadap lembaga riset dengan
sektor perdagangan
Mengejar peluang dan manfaat sebesar-besarnya terhadap
kondisi lembaga iptek yang sudah baik
Mengadakan program promosi dan ciri khas budaya lokal
menjadi salah satu strategi untuk mengembangkan SIDa
Meningkatkan jumlah event, brand image, terobosan baru
Mempertahankan inovasi
Membentuk klaster-klaster usaha berbasi inovasi lokal
Setelah dirumuskannya strategi di
atas, maka penyusunan roadmap ke
depan akan lebih mudah dan
terstruktur. Aspek mana yang perlu
segera untuk dibenahi dan aspek mana
yang sudah cukup memadai. Dapat
disusun
prioritasi
program
dan
kebijakan nantinya berdasarkan tingkat
urgensinya dari masing-masing aspek
perdagangan yang sudah dikombinasikan
dengan nilai-nilai atau variabel sistem
inovasi daerah.
Rekomendasi
Setelah melihat hasil perumusan
strategi dari masing-masing variabel
SIDa,
tabel
7
mengindikasikan
106
keterkaitan antar satu variabel dengan
variabel lainnya.
Dapat dirumuskan strategi secara
menyeluruh dari masing-masing strategi
yang memiliki keterkaitan antar
variabel, sehingga arahan kebijakan dan
strategi
yang
diberikan
lebih
komprehensif dalam meningkatkan
implementasi sistem inovasi daerah di
Kota Semarang. Dari tabel di atas,
terdapat 3 jenis klasifikasi strategi, yang
pertama memiliki keterkaitan yang erat,
yang kedua memiliki keterkaitan namun
tidak erat, dan yang ketiga tidak
memiliki keterkaitan.
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 97 - 108
Tabel 7
Keterkaitan Antar Variabel SIDa
Kebijakan &
Regulasi
Infrastruktur
Inovasi
Kapasitas
Lembaga
Iptek
Budaya
Inovasi
Perkembangan
Klaster
Kebijakan &
Regulasi
Infrastruktur
Inovasi
Kapasitas
Lembaga Iptek
Budaya Inovasi
Perkembangan
Klaster
Memiliki keterkaitan yang erat
Tidak memiliki keterkaitan
Memiliki keterkaitan namun tidak erat
Sumber: Analisis Penyusun, 2013
Beberapa variabel yang memiliki
keterkaitan erat antara lain kebijakan
dan regulasi, infrastruktur inovasi, serta
budaya
inovasi.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa strategi yang
dikembangkan dalam merumuskan
roadmap nantinya dapat mencakup 3
variabel sekaligus di dalam satu strategi.
Berbeda halnya dengan variabel yang
tidak memiliki keterkaitan, yaitu antara
perkembangan klaster dengan kapasitas
lembaga iptek, infrastruktur inovasi, dan
budaya
inovasi,
strategi
yang
dirumuskan harus satu persatu. Berikut
di bawah ini adalah temuan strategi
komprehensif yang terdiri dari 4 poin:
1. Meningkatkan nilai kemanfaatan
dari kebijakan dan peraturan
dalam mendukung perkembangan,
peningkatan kualitas maupun
kuantitas
sarana
prasarana
perdagangan dan jasa sehingga
berkelanjutan dalam mendukung
visi dan misi Kota Semarang.
2. Menciptakan budaya berinovasi
dalam mendukung perkembangan
sektor perdagangan dan jasa di
Kota Semarang yang dapat
dituangkan
dalam
bentuk
kebijakan, peraturan, maupun
program/kegiatan.
3. Mendorong
perkembangan
lembaga iptek dalam menjalankan
riset atau penelitian dengan
kebijakan dan infrastruktur yang
memadai untuk menciptakan
budaya berinovasi.
4. Menciptakan
peningkatan
perekonomian rakyat dengan
menciptakan
klaster
usaha
ekonomi sejenis berbasis inovasi
lokal yang didukung dengan sistem
tata kelola yang baik.
Ucapan Terimakasih
Kajian ini merupakan bagian dari
penelitian Kajian Sistem Inovasi Daerah
(SIDa) yang dilakukan atas kerjasama
Bappeda Kota Semarang dengan Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro.
107
Kajian Roadmap Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah (Sida) Kota Semarang
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. 2011. Naskah Akademik Buku
Putih Penguatan Sistem Inovasi
Nasional. Jakarta: Deputi Bidang
Pengkajian Kebijakan Teknologi
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
Badan
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
2012.
Laporan
Pendataan Penanaman Modal di
Kota Semarang Tahun 2012.
Biro Pusat Statistik. 2011. Analisis ICOR
Kota Semarang 2011.
Biro
Pusat Statistik. 2012. Produk
Domestik Regional Bruto Kota
Semarang 2011.
Biro Pusat Statistik. 2012. Semarang
dalam Angka Tahun 2011.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Semarang Tahun
2013.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Surakarta Tahun
2013.
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Semarang 2010-2015.
Rencana
Pembangunan
Menengah
Daerah
Surakarta 2010-2015.
108
Jangka
Kota
(Wiwandari Handayani, dkk)
Taufik, Tatang A. 2013. Bahan Ringkas
Penguatan Sistem Inovasi. Jakarta:
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).
Taufik, Tatang A. 2005. Pengembangan
Sistem Inovasi Daerah: Perspektif
Kebijakan.
Jakarta:
Pusat
Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Unggulan Daerah
dan
Peningkatan
Kapasitas
Masyarakat,
Deputi
Bidang
Pengkajian Kebijakan Teknologi,
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT).
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Sumber Website:
http://angkasapura1.co.id
http://balitbangjateng.go.id
http://diskopumkm.semarangkota.go.id
http://investor.co.id
http://jatengprov.go.id
http://kadinjateng.com
http://kereta-api.co.id
http://mercycorps.org
http://pp3.co.id
http://semarangkota.go.id
http://sidajateng.com
http://ukmsemarang.com
Download