BAB II KAJIAN TEORITIS Kerlinger dalam Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa, teori adalah seperangkat konstruk atau definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Dalam hal ini peneliti melakukan aktivitas penelitian untuk menyampaikan logika konseptual dalam upaya menjelaskan secara teoritis masalah yang dikaji dalam penelitian. dalam bab ini akan dibahas teori dan definisi konsep yang terkait dengan komunikasi organisasi dan kinerja karyawan. 2.1 Efektivitas Komunikasi Organisasi 2.1.1. Pengertian Efektivitas Komunikasi Organisasi dalam perusahaan Di dalam kehidupan perkantoran, komunikasi efektif ini menjadi sebuah kebutuhan. Banyak aturan yang harus dilengkapi penjelasan, dimaksudkan agar kesalahpahaman interpretasi dapat dihindarkan. Apabila salah seorang pegawai kantor merasa belum jelas dengan informasi yang diterimanya, maka lebih baik meminta penjelasan. Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif di kantor bisa jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius. Komunikasi efektif di perkantoran akan sangat membantu peningkatan kinerja dan ketepatan dalam penyelesaian suatu urusan. Menurut Suranto AW (2010:105), ada beberapa indikator komunikasi efektif, ialah: 1. Pemahaman Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. 6 2. Kesenangan Yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi secara menyenangkan untuk memupuk hubungan insani. 3. Pengaruh pada sikap Komunikasi dikatakan mempengaruhi sikap, apabila seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. 4. Hubungan yang makin baik Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi kadang-kadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk membina hubungan baik. 5. Tindakan Kedua belak pihak yang berkomunikasi melakukan tindakan sesuai dengan pesan yang dikomunikasikan. Komunikasi efektif menuntut kepekaan seseorang dalam situasi dan kondisi yang ada, bahkan kegagalan organisasi dikaitkan dengan komunikasi yang buruk karena kurangnya perhatian dari para pendengar. Menurut Suranto (2010)“ sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal”. 1. Kontak Mata Kontak mata adalah cara yang selalu digunakan dalam berkomunikasi, karena orang merasa diperhatikan ketika orang yang berbicara saling bertatap 7 mata dan dirinya tidak merasa diabaikan sehingga dapat memperjelas informasi yang akan disampaikan. 2. Ekspresi Wajah Ekspresi wajah dalam berkomunikasi menentukan jelas tidaknya suatu pesan, dalam hal ini mengangguk, tersenyum, mengcungkan jari. Untuk itu dengan adanya ekspresi wajah ini pesan yang disampaikan oleh komunikator akan mampu meyakinkan komunikan untuk memahami isi pesan. 3. Postur Tubuh Gerak-gerik tubuh bisa menjadikan sebuah tambahan dalam berkomunikasi secara efektif dan dapat memberikan penilaian seseorang. Misalkan postur tubuh yang lebih besar akan menimbulkan kesan perkas, kuat dan lebih dihormati. 4. Selera Berbusana Berbusana merupakan cermin dari kepribadian seseorang. Contoh; berpenampilan menarik, bersih, rapi, seseorang akan mengambil keputusan bahwa orang itu baik. Dengan berbusana yang menarik orang akan lebih tertarik, sehingga pesan yang disampaikan akan mudah untuk diterima. Berdasarkan teori Weber mengenai organisasi, pada tahun 1910 Weber menulis teori berfungsi baik untuk memahami aspek-aspek penting organisasi dari sudut pandang struktural klasik, dan interaksi komunikatif yang terjadi dalam konteks tersebut (Rumania, 2011). Organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada, dan organisasi ialah wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Ciri- ciri suatu organisasi dari Max Weber (1989) tentang birokrasi adalah sebagai berikut: 1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang telah ditetapkan 2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas organisasi disalurkan di antara berbagai-berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi. 8 3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban yang diberikan kepada jabatan. 4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis 5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi jelas, yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi. 6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal,yakni peraturanperaturan organisasi berlaku bagi setiap orang. 7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi 8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi. 9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya. 10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja. Ciri- ciri ini menghasilkan pengambilan keputusan yang rasioanla dan efisien administratif. Ahli-ahli berpengalaman adalah orang-orang yang paling cakap untuk membuat keputusan-keputusan teknis. Kinerja berdisiplin yang teratur dengan aturan-aturan, regulasi dan kebijakan-kebijakan yang abstrak dan dikoordinasikan oleh kewenangan hierarkis merupakan usaha yang rasional dan konsisten untuk mencapai tujuan. 2.1.2 Unsur dan Proses Komunikasi Kemampuan merupakan proses penyampaiaan informasi antara satu individu dengan individu lain, dimana masing masing individu diharapkan memiliki kemampuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam proses komunikasi. Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other 9 individuals) (Effendy: 2006: 10). Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Selain menurut pengertian di atas, komunikasi adalah interaksi antar manusia yang bertujuan untuk menumbuhkan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Komunikasi yang efektif, yaitu bagaimana antara penyebar pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek). (Ruslan: 2008: 20) Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini, dan lain–lain, yang muncul dari benaknya perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu–raguan, kekhawatiran, kamarahan, keberanian, kegairahan, dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hati. (Effendy, 2006:11) Menurut Effendy (2006:11) komunikasi ialah cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni: a. Dampak Kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia tahu serta meningkatnya intelektualitasnya. b. Dampak Efektif adalah dampak yang timbul tidak hanya menyebabkan komunikan tahu atau meningkat intelektualitasnya saja tetapi juga tergerak hatinya dengan menimbulkan perasaan tertentu. c. Dampak Konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, dan kegiatan. Dari pengertian komunikasi menurut para ahli seperti yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil garis lurus bahwa dalam komunikasi terdapat unsur yang dicakup. Komponen unsur tersebut adalah : komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. 10 Mulyana (2008: 69 – 71), melalui beberapa pengertian komunikasi yang telah dikemukakan menjelaskan bahwa komunikasi dapat terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu yang artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung dengan adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur–unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen–elemen komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sumber (Source) Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan satu negara. b. Pesan (Message) Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber. Pesan mempunyai tiga komponen yaitu, makna, symbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. c. Saluran atau Media (Channel) Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau non verbal. d. Penerima (Receiver) Penerima adalah orang yang menerima pesan dari sumber. e. Efek (Effect) Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. 2.1.3 Bentuk-bentuk Pesan Komunikasi Dalam penyampaikan informasi, bentuk pesan di bagi menjadi beberapa kategori-kategori sebagai berikut (http://marchela04.blogspot.com/2010/03/tugaskomunikasi-bisnis-bab-1-dan-2.html): 11 Komunikasi Lisan Komunikasi lisan adalah komunikasi yang hanya melalui lisan saja dan tidak tertulis. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan secara langsung dan komunikasi lisan secara tidak langsung. komunikasi lisan secara langsung bisa berarti, bahwa komunikasi yang terjadi secara langsung yakni melalui tatap muka, seperti halnya orang berceramah, orang berpidato, orang wawancara, berorasi. Sedangkan komunikasi lisan tidak langsung berarti terjadi komunikasi tanpa adanya tatap muka, seperti halnya orang berbicara ditelepon, fax, email ataupun surat. Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis atau tercetak adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung arti), yang tertulis atau tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Jadi kesimpulannya kedua komunikasi ini lebih kepada komunikasi satu arah, dimana komunikator hanya menyampaikan pesan yang ada. Untuk komunikasi ini dirasa kurang efektif karena penyampaian pesan dari komunikator belum tentu bisa dipahami oleh komunikan. Ketika komunikator memberi informasi, dia tidak memahami apakah yang diberi informasi sudah mengerti atau belum akan informasi yang telah disampaikan misalnya seperti laporan. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa badan atau tubuh, seperti gerakan tangan, jari, mata, kepala, dan lain-lain. Komunikasi ini melalui berbagai isyarat atau signal non-verbal. Media yang dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi badan, yang disebut bahasa badan yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang. Misalkan berbicara pelan ataupun seorang manajer menampakkan wajah yang masam ketika bawahannya mengajukan pendapat, dan bisa jadi bawahan tersebut menafsirkan muka masam itu sebagai penolakan, padahal bisa jadi manajer tersebut lagi sakit gigi. 12 2.1.4 Hambatan Komunikasi yang Kurang Efektif di Perusahaan Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang merintangi atau menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator, lingkungan dan lain sebagainya. Suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerima penerimaan pesan. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan dalam penyandian/simbol, Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya. 13 Tabel 2.1 Hambatan dalam Komunikasi Hambatan Fisik Hambatan mengganggu yang fisik Hambatan Semantik dapat Kata-kata komunikasi efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain. dipergunakan Hambatan Psikologis yang Hambatan psikologis dan dalam sosial kadang-kadang kadang- mengganggu komunikasi dalam kadang mempunyai arti berkomunikasi. mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelitbelit antara pemberi pesan dan penerima Contoh : Contoh : gangguan kesehatan, Pengunaan logat bahasa gangguan alat komunikasi ( media penghubung) dan sebagainya. Contoh : perbedaan nilai-nilai serta harapan antara yang pengirim berbeda dan penerima pesan Sumber: http://mengerjakantugas.blogspot.com/2012/06/hambatan-komunikasiuntuk-pelatihan.html Hambatan-hambatan seperti inilah yang nantinya akan menjadikan komunikasi tidak terarah, simpang siur dan ketidakjelasan tujuan komunikasi. 2.2 Kinerja Karyawan 2.2.1 Pengertian Kinerja karyawan Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja atau performance. Sebagaimana diungkapkan oleh Mangkunegara (2005:2) istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Kinerja dalam Mangkunegara (2005) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan padanya. 14 Menurut Sulistiyani (2003:223) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesunguhan serta waktu. Whitmore dalam bukunya Coaching for Performance (1997:104) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang atau perbuatan, suatu prestasi. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Wood dkk (1998) menyebutkan bahwa kinerja adalah ringkasan ukuran jumlah dan mutu serta kontribusi tugas individu atau kelompok pada unit kerja dan organisasi atau sebagai mutu dan jumlah kerja yang dihasilkan. Pendapat yang lain menyatakan bahwa kinerja karyawan (job performance) dapat diartikan sebagai sejauh mana seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas kerjanya (Singh etal., 1996). Faustino Gomes (1995) mengatakan performansi pekerjaan adalah catatan hasil atau keluaran (outcomes) yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. 2.2.2 Penilaian Kinerja Menurut Dessler (1997) penilaian prestasi kinerja adalah suatu proses penilaian prestasi kinerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Menurut Handoko (1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusankeputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Menurut Stoner et al. (1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses yang meliputi: (1) penetapan standar prestasi kerja; (2) penilaian prestasi kerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini; dan (3) memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk 15 menghilangkan kemerosotan prestasi kerja.. Menurut Flipo (dalam Sariyathi,2003) mengatakan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui aspek-aspek (1) kualitas kerja; (2) kuantitas kerja; dan ( 3) sikap. selanjutnya menurut John Bernardin dan Russel (1993) pengukuran kinerja mempertimbangkan aspek (1) kuantitas; (2) kualitas; dan (3) ketepatan waktu; (4) ketaatan; (5) efektifitas; (6) kemandirian; (7) komitmen kerja. Dengan demikan dapat dikatakan bahwa aspek-aspek kinerja yang dapat dijadikan sebagai standar penilaian adalah: 1. kualitas kerja, yakni berkaitan dengan keterampilan,ketelitian, kerapian, dan kesesuaian hasil pekerjaan yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. 2. kuantitas kerja yaitujumlah pekerjaan yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas reguler dan tugas tambahan. 3. sikap berkaitan dengan ketaatan mengikuti perintah kebiasaan mengikuti peraturan, keselamatan, insiatif, ketepatan waktu kehadiran dan dapat menunjukkan seberapa jauh tanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas, serta bagaimana tingkat kerja sama dengan rekan kerja dan atasan dalam menyelesaikan pekerjaan. 4. ketepatan waktu yakni ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas berdasarkan standart kerja yang telah ditetapkan 5. efektifitas yakni tingkat pengguna sumber daya organisasi dengan maksud menaikkan keuntungan. 6. kemandirian yakni tingkat dimana seorang karyawan dapat melaksanakan fungsi kerja, tanpa meminta bantuan, bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang merugikan 7. komitmen kerja yakni Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab kerja dengan perusahaan. Menurut Irving (dalam Handayani, 2001) komponen penting untuk 16 melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja seorang karyawan. Karyawan dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus dilakukan. Manfaat penilaian kinerja adalah untuk : mendorong orang atau karyawan agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang dibawah standart. sebagai bahan penelitian bagi manajemen apakah karyawan tersebut telah bekerja dengan baik; dan sebagai bahan penelitian dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan peningkatan organisasi Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses dalam orgainisasi untuk mengevaluasi atau mengukur kontribusi karyawan atau pegawai kepada orgainisasi tempat ia bekerja. 2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara faktor fisik maupun non fisik sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Selain itu kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya factor lingkungan non fisik. Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seseorang akan baik jika orang itu mempunyai keahlian yang tinggi dan mempunyai imbalan dan harapan masa depan.secara teoritis ada tiga kelompok variable yang mempengaruhi perilaku kinerja , yaitu: variable individu, variable organisasi dan variabel psikologis. Menurut Gibson (2010), kelompok variabel individu terdiri dari variable kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. sedangkan variabel ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu dan kelompok variabel psikologis terdiri dari sikap, kepribadian, belajar dan motivasi yang banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial serta pengalaman kerja. 17 2.3 Kerangka Penelitian Dari deskripsi teori di atas peneliti membuat model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dalam hal ini penulis mengambarkan pertautan antara varibel yang diteliti seperti terlihat pada bagan berikut ini. Komunikasi Organisasi Kinerja Karyawan Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Penjelasan Komunikasi merupakan salah satu unsur penting yang menandai kehidupan di dalam suatu perkantoran apa lagi di tengah persaingan yang serba ketat. Sehingga ketika perkantoran itu berharap dapat bekerja dalam sebuah manajemen yang efisien, maka di dalamnya harus dilakukan langkah-langkah komunikasi intenal secara terencana untuk meningkatkan kemajuan sebuah perkantoran. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan ditandai kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen antara pimpinan dan bawahan yang saling mendukung, sehingga senantiasa terjadi efektifitas komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan yang semakin kokoh dalam meningkatkan suatu pekerjaan. Karena komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi dan keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kelancaran komunikasi yang dilakukan para anggotanya. komunikasi yang terdapat dalam sebuah organisasi disebut komunikasi organisasi Sehingga, menjadi sangat penting untuk mengetahui apakah ada efektifitas komunikasi organisasi yang signifikan terhadap kinerja para pegawai PT.Astra International. 18 2.4. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini perlu sekali adanya hipotesis, karena hipotesis sebagai indikasi untuk menarik kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau generalisasi yang akan dibuktikan dan diteliti serta diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengaruh Komunikasi Organisasi dengan Kinerja karyawan pada PT. Astra Internasional, TSOAuto 2000. Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengaruh Komunikasi Organisasi dengan Kinerja karyawan pada PT. Astra Internasional, TSO-Auto 2000. 19