Efektifitas Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Kerlinger dalam Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa, teori adalah
seperangkat konstruk atau definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Dalam hal ini peneliti melakukan aktivitas penelitian untuk menyampaikan
logika konseptual dalam upaya menjelaskan secara teoritis masalah yang dikaji
dalam penelitian. dalam bab ini akan dibahas teori dan definisi konsep yang
terkait dengan komunikasi organisasi dan kinerja karyawan.
2.1 Efektivitas Komunikasi Organisasi
2.1.1. Pengertian Efektivitas Komunikasi Organisasi dalam perusahaan
Di dalam kehidupan perkantoran, komunikasi efektif ini menjadi sebuah
kebutuhan. Banyak aturan yang harus dilengkapi penjelasan, dimaksudkan agar
kesalahpahaman interpretasi dapat dihindarkan. Apabila salah seorang pegawai
kantor merasa belum jelas dengan informasi yang diterimanya, maka lebih baik
meminta penjelasan. Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif di kantor
bisa jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius. Komunikasi
efektif di perkantoran akan sangat membantu peningkatan kinerja dan ketepatan
dalam penyelesaian suatu urusan.
Menurut Suranto AW (2010:105), ada beberapa indikator komunikasi
efektif, ialah:
1.
Pemahaman
Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat
sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator.
6
2.
Kesenangan
Yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan
informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua
belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar transaksi
pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi secara
menyenangkan untuk memupuk hubungan insani.
3.
Pengaruh pada sikap
Komunikasi dikatakan
mempengaruhi sikap, apabila seorang
komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah sesuai
dengan makna pesan itu. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita
berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain
bersikap positif sesuai keinginan kita.
4.
Hubungan yang makin baik
Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja
meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Di perkantoran, seringkali
terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau
mempengaruhi sikap semata, tetapi kadang-kadang terdapat maksud implisit
di sebaliknya, yakni untuk membina hubungan baik.
5.
Tindakan
Kedua belak pihak yang berkomunikasi melakukan tindakan sesuai
dengan pesan yang dikomunikasikan.
Komunikasi efektif menuntut kepekaan seseorang dalam situasi dan
kondisi yang ada, bahkan kegagalan organisasi dikaitkan dengan komunikasi yang
buruk karena kurangnya perhatian dari para pendengar. Menurut Suranto (2010)“
sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kontak mata, ekspresi wajah,
postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal”.
1.
Kontak Mata
Kontak mata adalah cara yang selalu digunakan dalam berkomunikasi,
karena orang merasa diperhatikan ketika orang yang berbicara saling bertatap
7
mata dan dirinya
tidak merasa diabaikan sehingga dapat memperjelas
informasi yang akan disampaikan.
2.
Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah dalam berkomunikasi menentukan jelas tidaknya suatu
pesan, dalam hal ini mengangguk, tersenyum, mengcungkan jari. Untuk itu
dengan adanya ekspresi wajah ini pesan yang disampaikan oleh komunikator
akan mampu meyakinkan komunikan untuk memahami isi pesan.
3.
Postur Tubuh
Gerak-gerik
tubuh
bisa
menjadikan
sebuah
tambahan
dalam
berkomunikasi secara efektif dan dapat memberikan penilaian seseorang.
Misalkan postur tubuh yang lebih besar akan menimbulkan kesan perkas, kuat
dan lebih dihormati.
4.
Selera Berbusana
Berbusana merupakan cermin dari kepribadian seseorang. Contoh;
berpenampilan menarik, bersih, rapi, seseorang akan mengambil keputusan
bahwa orang itu baik. Dengan berbusana yang menarik orang akan lebih
tertarik, sehingga pesan yang disampaikan akan mudah untuk diterima.
Berdasarkan teori Weber mengenai organisasi, pada tahun 1910 Weber
menulis teori berfungsi baik untuk memahami aspek-aspek penting organisasi dari
sudut pandang struktural klasik, dan interaksi komunikatif yang terjadi dalam
konteks tersebut (Rumania, 2011).
Organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada, dan
organisasi ialah wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Ciri- ciri suatu organisasi dari Max Weber (1989) tentang birokrasi adalah
sebagai berikut:
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang telah ditetapkan
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas organisasi
disalurkan di antara berbagai-berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
8
3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban yang diberikan kepada
jabatan.
4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis
5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi jelas, yang ditetapkan
secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan
dalam organisasi.
6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal,yakni peraturanperaturan organisasi berlaku bagi setiap orang.
7. Suatu sikap dan prosedur
untuk menerapkan suatu sistem disiplin
merupakan bagian dari organisasi
8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan
organisasi.
9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi
teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis,
kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
Ciri- ciri ini menghasilkan pengambilan keputusan yang rasioanla dan
efisien administratif. Ahli-ahli berpengalaman adalah orang-orang yang paling
cakap untuk membuat keputusan-keputusan teknis. Kinerja berdisiplin yang
teratur dengan aturan-aturan, regulasi dan kebijakan-kebijakan yang abstrak dan
dikoordinasikan oleh kewenangan hierarkis merupakan usaha yang rasional dan
konsisten untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Unsur dan Proses Komunikasi
Kemampuan merupakan proses penyampaiaan informasi antara satu
individu dengan individu lain, dimana masing masing individu diharapkan
memiliki kemampuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam proses
komunikasi.
Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses mengubah perilaku
orang lain (communication is the process to modify the behavior of other
9
individuals) (Effendy: 2006: 10). Proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan).
Selain menurut
pengertian di atas, komunikasi adalah interaksi antar
manusia yang bertujuan untuk menumbuhkan pengertian antara komunikator
(penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Komunikasi yang efektif,
yaitu bagaimana antara penyebar pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan
suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek). (Ruslan: 2008: 20)
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan),
pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini, dan lain–lain, yang muncul dari
benaknya
perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu–raguan,
kekhawatiran, kamarahan, keberanian, kegairahan, dan lain sebagainya yang
timbul dari lubuk hati. (Effendy, 2006:11)
Menurut Effendy (2006:11) komunikasi ialah cara agar suatu pesan yang
disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada
komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya,
yakni:
a. Dampak Kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia tahu serta meningkatnya intelektualitasnya.
b. Dampak Efektif adalah dampak yang timbul tidak hanya menyebabkan
komunikan tahu atau meningkat intelektualitasnya saja tetapi juga tergerak
hatinya dengan menimbulkan perasaan tertentu.
c. Dampak Konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan, dan kegiatan.
Dari pengertian komunikasi menurut para ahli seperti yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat diambil garis lurus bahwa dalam komunikasi
terdapat unsur yang dicakup. Komponen unsur tersebut adalah : komunikator,
pesan, media, komunikan, dan efek.
10
Mulyana (2008: 69 – 71), melalui beberapa pengertian komunikasi yang
telah dikemukakan menjelaskan bahwa komunikasi dapat terjadi jika ada
seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu
yang artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung dengan adanya
sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur–unsur ini bisa juga disebut
komponen atau elemen–elemen komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Sumber (Source)
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan, atau bahkan satu negara.
b.
Pesan (Message)
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber. Pesan mempunyai tiga
komponen yaitu, makna, symbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk
atau organisasi pesan.
c.
Saluran atau Media (Channel)
Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk
pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal
atau non verbal.
d.
Penerima (Receiver)
Penerima adalah orang yang menerima pesan dari sumber.
e.
Efek (Effect)
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut.
2.1.3 Bentuk-bentuk Pesan Komunikasi
Dalam penyampaikan informasi, bentuk pesan di bagi menjadi beberapa
kategori-kategori sebagai berikut (http://marchela04.blogspot.com/2010/03/tugaskomunikasi-bisnis-bab-1-dan-2.html):
11

Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang hanya melalui lisan saja dan
tidak tertulis. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
komunikasi lisan secara langsung dan komunikasi lisan secara tidak langsung.
komunikasi lisan secara langsung bisa berarti, bahwa komunikasi yang terjadi
secara langsung yakni melalui tatap muka, seperti halnya orang berceramah, orang
berpidato, orang wawancara, berorasi. Sedangkan komunikasi lisan tidak langsung
berarti terjadi komunikasi tanpa adanya tatap muka, seperti halnya orang berbicara
ditelepon, fax, email ataupun surat.

Komunikasi Tertulis
Komunikasi
tertulis
atau
tercetak
adalah
komunikasi
dengan
mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung
arti), yang tertulis atau tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Jadi
kesimpulannya kedua komunikasi ini lebih kepada komunikasi satu arah, dimana
komunikator hanya menyampaikan pesan yang ada. Untuk komunikasi ini dirasa
kurang efektif karena penyampaian pesan dari komunikator belum tentu bisa
dipahami oleh komunikan. Ketika komunikator memberi informasi, dia tidak
memahami apakah yang diberi informasi sudah mengerti atau belum akan
informasi yang telah disampaikan misalnya seperti laporan.

Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa
badan atau tubuh, seperti gerakan tangan, jari, mata, kepala, dan lain-lain.
Komunikasi ini melalui berbagai isyarat atau signal non-verbal. Media yang
dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi badan, yang disebut
bahasa badan yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang. Misalkan berbicara
pelan ataupun seorang manajer menampakkan wajah yang masam ketika
bawahannya mengajukan pendapat, dan bisa jadi bawahan tersebut menafsirkan
muka masam itu sebagai penolakan, padahal bisa jadi manajer tersebut lagi sakit
gigi.
12
2.1.4 Hambatan Komunikasi yang Kurang Efektif di Perusahaan
Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang merintangi atau
menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan
dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator,
lingkungan dan lain sebagainya. Suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi
adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini berarti
segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerima penerimaan pesan.
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan
atau situasi emosional.

Hambatan dalam penyandian/simbol, Hal ini dapat terjadi karena bahasa
yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama
atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga
tidak dapat mendengarkan pesan.

Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima

Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru
dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak
tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
13
Tabel 2.1
Hambatan dalam Komunikasi
Hambatan Fisik
Hambatan
mengganggu
yang
fisik
Hambatan Semantik
dapat Kata-kata
komunikasi
efektif,
cuaca
gangguan alat komunikasi,
dan lain lain.
dipergunakan
Hambatan Psikologis
yang Hambatan psikologis dan
dalam sosial
kadang-kadang
kadang- mengganggu
komunikasi
dalam
kadang mempunyai arti berkomunikasi.
mendua
yang
berbeda,
tidak jelas atau berbelitbelit antara pemberi pesan
dan penerima
Contoh :
Contoh :
gangguan
kesehatan, Pengunaan logat bahasa
gangguan alat komunikasi
( media penghubung) dan
sebagainya.
Contoh :
perbedaan nilai-nilai serta
harapan
antara
yang
pengirim
berbeda
dan
penerima pesan
Sumber: http://mengerjakantugas.blogspot.com/2012/06/hambatan-komunikasiuntuk-pelatihan.html
Hambatan-hambatan seperti inilah yang nantinya akan menjadikan komunikasi
tidak terarah, simpang siur dan ketidakjelasan tujuan komunikasi.
2.2 Kinerja Karyawan
2.2.1 Pengertian Kinerja karyawan
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja atau performance.
Sebagaimana diungkapkan oleh Mangkunegara (2005:2) istilah kinerja berasal dari
job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab
yang diberikan. Kinerja dalam Mangkunegara (2005) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan padanya.
14
Menurut Sulistiyani (2003:223) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari
kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Hasibuan
(2001:34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesunguhan serta waktu.
Whitmore dalam bukunya Coaching for Performance (1997:104) menyatakan
bahwa kinerja adalah suatu pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang
atau perbuatan, suatu prestasi. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui
dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau
perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional.
Wood dkk (1998) menyebutkan bahwa kinerja adalah ringkasan ukuran
jumlah dan mutu serta kontribusi tugas individu atau kelompok pada unit kerja dan
organisasi atau sebagai mutu dan jumlah kerja yang dihasilkan. Pendapat yang lain
menyatakan bahwa kinerja karyawan (job performance) dapat diartikan sebagai
sejauh mana seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas kerjanya (Singh
etal., 1996). Faustino Gomes (1995) mengatakan performansi pekerjaan adalah
catatan hasil atau keluaran (outcomes) yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan
tertentu atau kegiatan tertentu dalam suatu periode waktu tertentu.
2.2.2 Penilaian Kinerja
Menurut Dessler (1997) penilaian prestasi kinerja adalah suatu proses
penilaian prestasi kinerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara
sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Menurut Handoko
(1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses mengevaluasi dan menilai prestasi
kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusankeputusan personalia
dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka. Menurut Stoner et al. (1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses yang
meliputi: (1) penetapan standar prestasi kerja; (2) penilaian prestasi kerja aktual
karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini; dan (3) memberi umpan
balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk
15
menghilangkan
kemerosotan
prestasi
kerja..
Menurut
Flipo
(dalam
Sariyathi,2003) mengatakan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui
aspek-aspek (1) kualitas kerja; (2) kuantitas kerja; dan ( 3) sikap. selanjutnya
menurut
John
Bernardin
dan
Russel
(1993)
pengukuran
kinerja
mempertimbangkan aspek (1) kuantitas; (2) kualitas; dan (3) ketepatan waktu; (4)
ketaatan; (5) efektifitas; (6) kemandirian; (7) komitmen kerja.
Dengan demikan dapat dikatakan bahwa aspek-aspek kinerja yang dapat
dijadikan sebagai standar penilaian adalah:
1. kualitas kerja, yakni berkaitan dengan keterampilan,ketelitian, kerapian,
dan kesesuaian hasil pekerjaan yang dihasilkan dalam kurun waktu
tertentu.
2. kuantitas kerja yaitujumlah pekerjaan yang dihasilkan dalam kurun waktu
tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas reguler dan tugas
tambahan.
3. sikap berkaitan dengan ketaatan mengikuti perintah kebiasaan mengikuti
peraturan, keselamatan, insiatif, ketepatan waktu kehadiran dan dapat
menunjukkan seberapa jauh tanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas,
serta bagaimana tingkat kerja sama dengan rekan kerja dan atasan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
4. ketepatan waktu yakni ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas
berdasarkan standart kerja yang telah ditetapkan
5. efektifitas yakni tingkat pengguna sumber daya organisasi dengan maksud
menaikkan keuntungan.
6. kemandirian yakni tingkat dimana seorang karyawan dapat melaksanakan
fungsi kerja, tanpa meminta bantuan, bimbingan dari pengawas atau
meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang
merugikan
7. komitmen kerja yakni Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen
kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab kerja dengan perusahaan.
Menurut Irving (dalam Handayani, 2001) komponen penting untuk
16
melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja seorang
karyawan. Karyawan dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kualitas output
yang dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus dilakukan.
Manfaat penilaian kinerja adalah untuk :

mendorong
orang
atau
karyawan
agar
berperilaku
positif
atau
memperbaiki tindakan mereka yang dibawah standart.

sebagai bahan penelitian bagi manajemen apakah karyawan tersebut telah
bekerja dengan baik; dan

sebagai bahan penelitian dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan
peningkatan organisasi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu
proses dalam orgainisasi untuk mengevaluasi atau mengukur kontribusi karyawan
atau pegawai kepada orgainisasi tempat ia bekerja.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja, perlu dilakukan
pengkajian terhadap teori kinerja. Secara faktor fisik maupun non fisik sangat
mempengaruhi kinerja seseorang. Selain itu kondisi lingkungan fisik juga akan
mempengaruhi berfungsinya factor lingkungan non fisik. Menurut Prawirosentono
(1999) kinerja seseorang akan baik jika orang itu mempunyai keahlian yang tinggi
dan mempunyai imbalan dan harapan masa depan.secara teoritis ada tiga
kelompok variable yang mempengaruhi perilaku kinerja , yaitu: variable individu,
variable organisasi dan variabel psikologis.
Menurut Gibson (2010), kelompok variabel individu terdiri dari variable
kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. sedangkan
variabel ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja
dan kinerja individu dan kelompok variabel psikologis terdiri dari sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi yang banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat
sosial serta pengalaman kerja.
17
2.3 Kerangka Penelitian
Dari deskripsi teori di atas peneliti membuat model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Dalam hal ini penulis mengambarkan pertautan
antara varibel yang diteliti seperti terlihat pada bagan berikut ini.
Komunikasi Organisasi
Kinerja Karyawan
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Penjelasan
Komunikasi merupakan salah satu unsur
penting yang menandai
kehidupan di dalam suatu perkantoran apa lagi di tengah persaingan yang serba
ketat. Sehingga ketika perkantoran itu berharap dapat bekerja dalam sebuah
manajemen yang efisien, maka di dalamnya harus dilakukan langkah-langkah
komunikasi intenal secara terencana untuk meningkatkan kemajuan sebuah
perkantoran.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan ditandai kerjasama
secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen antara pimpinan dan
bawahan yang saling mendukung, sehingga senantiasa terjadi efektifitas
komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan yang semakin kokoh dalam
meningkatkan suatu pekerjaan.
Karena komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu
organisasi dan keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kelancaran
komunikasi yang dilakukan para anggotanya. komunikasi yang terdapat dalam
sebuah organisasi disebut komunikasi organisasi
Sehingga, menjadi sangat penting untuk mengetahui apakah ada efektifitas
komunikasi organisasi yang signifikan terhadap kinerja para pegawai PT.Astra
International.
18
2.4. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini perlu sekali adanya hipotesis, karena hipotesis
sebagai indikasi untuk menarik kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau
generalisasi yang akan dibuktikan dan diteliti serta diuji kebenarannya.
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengaruh Komunikasi
Organisasi dengan Kinerja karyawan pada PT. Astra Internasional, TSOAuto 2000.
Ho :
Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengaruh
Komunikasi Organisasi
dengan Kinerja karyawan pada PT. Astra
Internasional, TSO-Auto 2000.
19
Download