21 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Kerangka Teori
2.1.1
Definisi Komunikasi
Istilah
komunikasi,
yaitu
Komunikasi
berasal
dari
kata
Latin Communicatio yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’.
Secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur –
unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian
antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).
(Suprapto, 2011: 5)
Proses komunikasi juga dapat diartikan sebagai sebuah proses transfer
informasi atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan
kepada penerima pesan sebagai komunikan. Proses komunikasi memiliki
tujuan untuk dapat mencapainya tahap dimana kedua belah pihak yang terlibat
dalam proses komunikasi saling pengertian (mutual understanding). (Suprapto,
2011: 5)
Sasa Djuarsa Sendjaja, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu
Komunikasi (2003), menjabarkan tujuh buah definisi yang dapat mewakili
sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut
21
22
adalah sebagai berikut:
Hoyland, Janis & Kelley: 1953
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Berelson dan Stainer, 1964
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
Lasswell, 1960
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat
apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With
what effect?)
Gode, 1959
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua
orang atau lebih.
Barnlund, 1964
Komunikasi
timbul
didorong
oleh
kebutuhan-kebutuhan
untuk
23
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan
atau memperkuat ego.
Ruesch, 1957
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian
dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
Weaver, 1949
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang
dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
Disamping ketujuh definisi para ahli diatas, Harold D. Lasewell, juga
turut mendefinisikan komunikasi dengan menyatakan bahwa “who says what in
which channel to whom with what effect?” atau siapa (sumber) mengatakan
(apa) pesan, dengan saluran apa (media yang digunakan), kepada siapa
(penerima), dengan pengaruh bagaimana? (dampak atau efek yang dihasilkan).
(Mulyana, 2001: 36)
Paradigm Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5
(lima) unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan olehnya, yaitu
sebagai berikut:
1. Who (Siapa)
: Komunikator, merupakan orang yang berperan
untuk menyampaikan pesan.
2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, merupakan pernyataan yang
didukung oleh lambing, dapat berupa ide ataupun gagasan.
24
3. In Which Channel (Saluran) : Media, merupakan sarana atau
saluran yang mendukung dalam proses pengiriman pesan,
terutama apabila komunikan berada di lokasi yang jauh dari
komunikator atau banyak jumlahnya.
4. To Whom (Kepada Siapa)
: Komunikan, merupakan orang
yang menerima pesan
5. With What Effect (Dampak) : Efek, merupakan pengaruh dari
pesan, atau dapat juga disebut sebagai hasil dari proses
komunikasi.
Sehingga, berdasarkan paradigma Lasswell seperti telah dijabarkan
diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
yang dilakukan oleh komunikator melalui saluran tertentu kepada pihak
penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan
informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah
proses, sebuah kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph De Vito (1996)
mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa
komunikasi merupakan suatu proses, dimana komponen-komponen saling
terkait. Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai kesatuan
dan keseluruhan.
Dalam setiap transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan
eleman lain. Langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai
25
berikut:
IDE
ENCODING
PENGIRIMAN
DECODING
BALIKAN
Sumber: Tommy Suprapto, (2011): Pengantar Ilmu Komunikasi
Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator.
Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukkan
menjadi lambang – lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat
dikirimkan
Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya
dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambang –
lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan
persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
26
Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding,
khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
William I. Gorden (Mulyana, 2005: 5-30) menjabarkan 4 (empat) fungsi
komunikasi, yakni:
1. Sebagai Komunikai Sosial.
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social mengisyaratkan
bahwa adanya komuikasi dirasakan sangat penting untuk dapat
membangun konsep diri, akutaliasi diri, untuk kelangsungan hidup,
untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain melaluli proses komunikasi yang bersifat
menghibur, dan memupuk hubungan – hubungan dengan orang lain.
Melalui proses komunikasi kita dapat bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa,
dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.
2. Sebagai Komunikasi Ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan –
perasaan (emosi0 kita. Perasaan
- perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan – pesan yang bersifat non verbal.
Perasaan saying, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,
prihatin, marah dan benci dapat disampaikan langsung melalui kata –
kata, namun dapat disampaikan secara lebih ekspresfig melalui
27
perilaku non verbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya
dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan
kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan, seraya
melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa
Negara atau penguasa kampus dengan melakukan demonstrasi.
3. Sebagai Komunikasi Ritual
Suatu komunitas deringkali melakukan upacara – upacara
berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para
antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran,
sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain –
lain. Dalam acara – acara tersebut orang mengucapkan kata – kata
atau perilaku – perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus – ritus
lain seperti berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab suci,
menunaikan ibadah haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan
lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau
Natal, juga termasuk dalam komunikasi ritual. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan
kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa,
Negara, ideology, atau agama mereka.
4. Sebagai Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
28
menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrument, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk
menciptakan
dan
membangun
hubugan,
namun
juga
untuk
menghancurkan hubungan tersebut. studi komunikasi membuat kita
peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam
komunikasi kita untuk bekerja lenih baik dengan orang lain demi
keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai intrumen untuk
mencapai tujuan – tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka
panjang maupun tujuang jangka pendek. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik,
memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan
politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan
(impression management), yakni taktik – taktik verbal dan non verbal,
seperti berbicara sopan, mengumbar janji, mengenakkan pakaian
necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada
orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat
keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding,
berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka
pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa
pengelolaan
kesan
itu
secara
kumulatif
dapat
digunakan
untukmencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam
karier,
misalnya
untuk
memperoleh
jabatan,
kekuasaan,
29
penghormatan social, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat
dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkap. Misal pendapat
Onong
Effendi
menyampaikan
(1994),
informasi,
ia
berpendapat
mendidik,
fungsi
menghibur,
komunikasi
dan
adalah
mempengaruhi.
Sedangkan Harold D Lasswell (Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994: 27)
memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the
information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang
mempengaruhi nilai masyarakat
2. Menghubungkan bagian – bagian yang terpisahkan dari
masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.
3. Menurunkan warisan social dari generasi ke generasi
berikutnya.
2.1.3
Jenis – jenis Komunikasi
Pada
dasarnya
komunikasi
digunakan
untuk
menciptakan
atau
meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis
komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi Verbal dengan Kata-kata
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila
pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
30
kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila
kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu
lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang
berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan
stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus
diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam
berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat
dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi,
artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa
yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
31
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan
komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang
termasuk komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi
wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian
yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat
dilakukan
melalui
sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya
sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
32
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan
isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki
atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam
keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress
2.1.4
Teori Komunikasi Massa
Media massa diasumsikan sebagai pihak ketiga dalam setiap proses
komunikasi. Berasal dari pengembangan kata media of mass communication
(media komunikasi massa), sehingga komunikasi massa didefinisikan sebagai
komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa
menunjuk pada komponen utama yaitu hasil produk teknologi modern sebagai
saluran dalam komunikasi massa. Massa dalam arti komunikasi massa lebih
menunjuk kepada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa.
(Nurudin, 2011: 2)
Menurut Shirley Biagi (2010: 10) Komunikasi Massa saat ini dibagi
menjadi tiga karakteristik, yakni:
1. Sebuah pesan dikirim melalui suatu bentuk system komunikasi massa
(seperti internet, media cetak, atau penyiaran)
2. Pesan tersebut dikirim secara cepat
3. Pesan tersebut mencapai kelompok besar yang terdiri atas berbagai
macam orang atau dalam periode waktu yang singkat.
Komunikasi Massa menurut Tan dan Wright merupakan bentuk
33
komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal
yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
Sedangkan komunikasi massa menurut John R. Bitner (1996) adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang dalam jumlah besar.
Dari definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
sebuah media masa memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi massa. Komunikasi diharuskan memanfaatkan adanya media massa,
sekalipun komunikasi tersebut disampaikan kepada khalayak yang banyak. Jika
tidak menggunakan media massa, maka proses komunikasi tersebut tidak dapat
disebut sebagai proses Komunikasi Massa. (Ardianto, 2004: 3)
Bentuk dari media massa antara lain media elektronik (televisi, radio),
media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film.
Dalam studi komunikasi harus selalu melibatkan manusia,baik sebagai
komunikator maupun komunikan. Dalam komunikasi massa lebih melibatkan
banyak hal mulai komunikator, komunikan, media massa (dengan kelebihan
dan kekurangannya masing-masing), unsure proses menafsirkan pesan
(decoder), feedback yang lebih kompleks karena melibatkan khalayak dalam
jumlah besar. (Nurudin, 2011: 15)
2.1.5
Fungsi Komunikasi Massa
Dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam bukunya yang berjudul “The
Story of Human Communication: Cave Painting to Microchip ” tentang tiga
34
fungsi dari komunikasi massa, yakni: fungsi pengawasan, tindakan korelasi, dan
transmisi budaya. Fungsi pengawasan menunjuk pada pengumpulan dan
distribusi informasi mengenai kejadian – kejadian yang berlangsung di
lingkungan, di luar maupun di dalam masyarakat tertentu. Kemudian fungsi
sebagai tindakan korelasi menitik beratkan kepada hubungan antara individu
maupun kelompok.
Diharapkan dengan hadirnya proses komunikasi massa dapat menjalin
sebuah korelasi antara individu maupun kelompok yang satu dengan yang
lainnya. Sedangkan fungsi sebagai transmisi budaya, dijabarkan oleh Lasswell
sebagai fungsi untuk membangun sebuah kebudayaan dalam suatu kelompok
atau masyarakat tertentu.
Fungsi komunikasi massa dijabarkan menjadi:
1. Informasi
Berita – berita yang diinformasikan merupakan komponen paling
penting. Dalam berita tersebut istilah jurnalistik yang digunakan
adalah 5W + 1H (What, Where, Who, When, Why, + How).
(Hidayat, 2007: 66)
2. Hiburan
Fungsi hiburan dalam bmedia elektronik menduduki posisi yang
paling tinggi. Ini dikarenakan media massa mengemas program
dengan ide dan kreatifitas yang berfungsi menghibur masyarakat.
35
(Hidayat, 2007: 69)
3. Persuasi
Persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi
informasi dan hiburan. Aktifitan Public Relations (PR) dan promosi
khusus dalam komunikasi tatap muka juga menjadi bentuk dan
fungsi persuasi yaitu mengajak. (Hidayat, 2007: 72)
4. Transmisi Budaya
Salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun
paling sedikit dibicarakan. Hal ini ditransmisikan oleh individu,
orang tua, kawan sebaya, kelompok primer atau sekunder dan
proses pendidikan yang secara rutin dimodifikasi oleh pengalaman
baru yang didapat. (Hidayat, 2007: 74)
5. Mendorong Kohesi Sosial
Fungsi media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Paul
Lazarfeld dan Robert K. Merton mengatakan bahwa media juga
mempunyai
fungsi
narcoting
dysfunction
(racun
pembius).
Meskipun ekstrim, tidak dipungkiri media massa tidak kelola secara
bijak maka akan menjadi racun dan mengarahkan masyarakat
melainkan justru menciptakan kemunduran. Tetapi bila dikelola
dengan benar maka akan menjadi racun yang baik karena dapat
mempersatukan masyarakat. (Hidayat, 2007: 77)
36
6. Pengawasan
Bagi Lasewell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan,
yang artinya menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran
informasi mengenai kejadia – kejadian yang ada di sekitar kita.
Dibagi menjadi dua, yakni warning or beware surveillance atau
pengawasan instrumental. (Hidayat, 2007: 78)
7. Korelasi
Fungsi yang menghubungkan bagian – bagian dari masyarakat agar
sesuai dengan lingkungannya. Hal ini berlaku dalam iklan, karena
iklan akanmenghubungkan antara pemasang iklan dengan sasaran
iklan tersebut. (Hidayat, 2007: 82)
8. Pewarisan Sosial
Media masssa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang
menyangkut pendidikan formal maupun informal. (Hidayat, 2007:
86)
2.1.6
Ciri – ciri Komunikasi Massa
a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Dalam proses komunikasi, dibutuhkan sebuah komunikator
sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada komunikan.
Komunikator dalam proses komunikasi massa dirtikan bukan hanya
dengan satu orang, tetapi diasumsikan sebagai kumpulan orang. Artinya,
37
gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam
sebuah lembaga, lembaga yang dimaksudkan disini yaitu sekumpulan
orang yang bekerja sama menjadi satu membentuk suatu sistem yang
menyerupai lembaga. Di dalam sebuah sistem tersebut terdapat
interpendendsi, yang artinya adalah setiap komponen yang berada dalam
sistem tersebut saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterpendensi secara
keseluruhan.
Di dalam komunikasi massa, komunikator merupakan lembaga
media massa itu sendiri. Menurut Alexis. S Tan komunikator dalam
komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi
pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang
banyak dan terpisah (Nurudin, 2011: 20). Media massa dalam proses
komunikasi masssa biasanya merupakan sebuah komunikator, yang
bentuknya antara lain seperti televisi, stasiun radio, majalah, atau penerbit
buku. Mereka berperan sebagai elemen utama komunikasi massa karena
bersifat sebagai komunikator dalam proses komunikasi massa.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
komunikator
dalam
komunikasi massa memiliki cirri, sebagai berikut:
-
Berupa kumpulan individu
-
Setiap individu tersebut dalam berkomunikasi dibatasi
perannya dengan sistem dalam masing – masing media massa
-
Pesan yang disebarkan mengatasnamakan sebuah media yang
38
bersangkutan bukan atas nama individu atau pribadi.
-
Apa ysng diekmukakan oleh komunikator dapat mencapai
sbeuah laba atau keuntungan secara ekonomis.
(Nurudin, 2011: 19)
b. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan
dalam
Komunikasi
Massa
bersifat
heterogen/beragam, yang artinya adalah penonton televisi memiliki
keanekaragaman umur, prndidikan, jenis kelamin, strata sosial ekonomi,
dan keanekaragaman lainnya.
Herbert
Blumer
memberikan
cirri
tentang
karakteristik
Audience/komunikan sebagai berikut:
− Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen,
yang artinya memiliki heterogenitas komposis atau
susunan. Apabila ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari
berbagai kelompok dalam masyarakat
− Berisikan individu – individu yang saling mengenal
ataupun tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya,
dan mereka tidak berinteraksi secara langsung.
− Audience tidak memiliki kepemimpinan atau organisasi
formal. (Nurudin, 2011: 21)
39
c. Pesan Bersifat Umum
Pesan – pesan yang disampaikan oleh komunikator tkepada
komunikan haruslah bersifat umum, karena pesan yang disampaikan tidak
ditujukan hanya untuku sekelompok masyarakat tertentu, melainkan
memiliki tager komunikan yang luas. Televisi, misalnya, ditujukan untuk
dinikmati oleh public secara luas sehingga pesan yang disampaikan oleh
televisi harus bersifat umum. Bersifat umum disini, diartikan sebagai
penggunan kata yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh
komunikan, bukan kata – kata yang bersifat ilmiah.
Meskipun, televisi pada zaman sekarang telah membedakan target
komunikannya masing – masing melalui program acara yang dibuat
dengan genre yang berbeda –beda, tetapi televisi harus tetap menciptakan
sebuah program yang sifatnya lebih umum sehingga tidak menghilangkan
cirri khas media televisi sebagai media komunikasi massa. (Nurudin,
2011: 24)
d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Komunikasi massa pada hakikatnya merupakan komunikasi yang
terjadi hanya satu arah. Yang artinya adalah, komunikan tidak dapat
secara
langsung
memberikan
feedback
yang
diterimanya
dari
komunikator. Apabila memungkinkan untuk memberikan feedback secara
langsung, bersifat tertunda (delayed feedback).
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian
40
pesat dan semakin beragam program televisi yang hadir di masyarakat
maka mulai mengembangkan adanya komunikasi dua arah yang terjadi
dalam proses komunikasi massa. Misalnya, acara kuis yang diadakan
setelah tayangan pertandigan sepakbola usai. Hal itu membuktikan
adanya proses komunikasi dua arah pada proses komunikasi massa.
Dirasakan sebagai suatu hal yang rumit dalam komunikaasi
massa, maka cirri khas sebuah komunikasi massa tetap merupakan
komunikasi yang terjalin satu arah. (Nurudin, 2011: 26)
e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Sebuah tayangan berita atau tayangan pertandingan sepak bola
yang disiarkan secara live menjadi contoh nyata dari keserempakan yang
terjadi dalam roses komunikasi massa. Penyebaran pesan dalam proses
komunikasi massa memiliki keserempakan, yang artinya dalam waktu
yang hampir bersamaan khalayak secara luas dapat menikmati informasi
yang disampaikan oleh komunikator secara bersamaan. Dewasa ini,
setiap komunikator terus berusaha gar informasi yang diberikan antara
sumber media yang satu dengan yang lainnya dapat diberikan secara
serentak kepada masyarakat secara luas.
Alasan waktu dan wilayah jangkauan yang terpaut cukup jauh
menjadi
alsan
mendasar
mengapa
sebuah
informasi
terkadang
tersampaikan kepada komunikan dalam waktu yang relatif berbeda.
(Nurudin, 2011: 28)
41
f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan
kepada khalayak luas membutuhkan peralatan teknis. Yang dimaksud
dari peralatan teknis tersebut misalnya pemancar untuk media elektronik
(mekanik atau elektronik).
Televisi sebgaai salah satu media elektronik yang seringkali kita
nikmati saat ini tidak akan lepas dari alat pemancar. Terlebih lagi, seiring
denga perkembangan zaman dan teknologi telah terjadi revolusi
komunikasi massa dengan peralatn satelit, sehingga memudahkan proses
pemancaran pesan yang dilakukan oleh media elektronik seperti televisi.
(Nurudin, 2011: 30)
g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper
atau
yang
biasa
disebut
dengan
penapis
informasi/palang pintu/ penjaga gawanf, adalah orang yang sangat
berperan besar dalam penyebaran informasi melalui media massa.
Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi,menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang
disebarkan dapat menjadi lebih mudah dipahami. Banyaknya informasi
sebagai bahan mentah yang akan disampaikan kepada komunikan
memberikan tugas kepada seorang Gatekeeper untuk memilah, memilih,
dan membatasi informasi mana asaja yang akan dipilih untuk
disampaikan kepada khalayak.
42
Dalam media televisi, gatekeeper berfungsi untuk memilih
gambar yang unik untuk dapat ditampilkan ke depan khalayak, sehingga
mendapatkan perhatian banyak dari khalayak. Hal ini menjadikan
gatekeeper sebagai pihak yang menentukan berkualitas atau tidaknya
informasi yang akan ditayangkan pada siaran televisi. Pada media
televisi, gatekeeper yang dimaksud adalah reporter, editor film, manajer
pemberitaan, cameraman, sutradara, lembaga sensor film, dan pihak
lainnya yang mempengaruhi proses pengemasan sebuah pesan. (Nurudin,
2011: 31)
Mc Quial juga menjabarkan ciri utama komunikasi massa, yaitu
sebagai berikut:
1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan
suatu organisasi formal dan sang pengirim merupakan
komunikator professional.
2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat
diperkirakan
3. Pesan tersebut seringkali “diproses”, distandarisasi dan selalu
diperbanyak
4. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang
mempunyai nilai tukar serta acuan simbolik yang mengandung
nilai “kegunaan”
43
5. Hubungan antara pengirim pesan dan penerima pesan bersifat
satu arah dan jarang sekali besifat interaktif
6. Hubungan tersebut juga bersifat interpersonal, bahkan
seringkali bersifat non-moral dan kalkulatif dalam arti sang
pengirim biasanya tidak pertanggung jawab atau konsekuen
yang terjadi pada individu.
7. Pesan dijual belikan dengan uang atau nilai tukar dengan
perhatian tertentu.
2.1.7
Proses Komunikasi Massa
Dalam aplikasinya komunikasi massa terbagi menjadi beberapa proses
yaitu:
1. Ide
Kreativitas ide dan gagasan ini diberikan oleh komunikator sebagai
pengolah pesan.
2. Encoding
Ide dan gagasan tersebut diaplikasikan ke dalam sebuah lambang,
bahasa, dan gambar yang mempunyai makna dan nilai jual.
3. Pengiriman
Pesan yang sudah di encoding tersebut sudah dapat disalurkan melalui
media yang sesuai dengan tujuan ide yang akan dipasarkan kepada
44
komunikan.
4. Decoding
Penerima mengartikan pesan sesuai dengan pandangannya terhadap
informasi yang diterima dan mengolah arti pesan tersebut.
5. Feedback
Setelah pesan didecoding dan diterima oleh masyarakat komunikan
akan memberikan tanggapan terhadap pesan tersebut.
2.1.8
Media Massa
Media massa adalah channel, saluran, sarana yang dipergunakan
dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang diarahkan untuk
banyak orang. Fungsi utama dari media massa adalah menyebar luaskan
informasi kepada khalayak dan sekaligus mengiklankan produk.
Yang termasuk di Big Five of Mass Media adalah surat kabar,
majalah, televisi, radio dan film.
Jenis – jenis media massa yaitu:
a. Media massa cetak: Koran dan majalah
b. Media massa elektronik: Radio, televisi, dan film
c. Media massa online: Internet
Peran media massa menurut Denis Mcquail (1987):
45
a) Industry menciptakan lapangan pekerjaan, barang dan jasa
serta menghidupkan industry lainnya yakni iklan/promosi.
b) Sumber kekuatan: alat control, manajemen dan inovasi
masyarakat.
c) Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa yang terjadi di
dalam masyarakat.
d) Wahana pengembangan kebudayaan: tata cara, metode, gaya
hidup, dan norma.
e) Sumber dominan pencipta.
2.1.9
Televisi
Dari sekian banyaknya media komunikasi yang hadir di tengah kehidupan
masyarakat, televisi merupakan salah satu media komunikasi yang paling
dibutuhkan dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Hadirnya tv cable
menandai perubahan yang terjadi pada media komunikasi televisi. Dengan daya
jangkau tv cable yang mampu memasuki seluruh pelosok negeri dengan bantuan
satelit yang dapat di terima langsung pada layar televisi dengan menggunakan
wireless cable, membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa.
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani)
yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan. dengan
demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan
dengan melihat jauh. melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara
46
yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui
sebuah perangkat penerima. (Wahyudi, 1992: 49)
Siaran Televisi merupakan media dan jaringan komunikasi dengan ciri –
ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikator
bersifat melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan
keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. (Effendy, 2002: 21)
Kegiatan penyiaraan televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24
Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga
se-Asia IV atau Asean games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik
Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun sampai sekarang.
Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan
segala kesederhanaanya.
TVRI yang berada di bawah Departement Penerangan, kini siarannya
sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200
juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya,
yakni Rajawali Citra Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Kemudian
secara berturut-turut bermunculah stasiun televisi lainnya, antara lain SCTV
(Surya Citra Televisi), TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), dan ANTV
(Andalas Televisi). Saat ini jumlah stasiun televisi swasta telah mencapai 11
stasiun televise, termasuk Global Tv. Semua orang ataupun kalangan pasti
pernah menonton televisi. Kesimpulannya, televisi adalah suatu media yang
sangat populer dan modern.
47
Televisi merupakan media massa yang dapat menyampaikan pesan
melalui gambar bergerak (video) sebagai kekuatan andalannya, suara (audio)
sebagai kekuatan pendamping dan bahkan tulisan atau gambar tak bergerak
sebagai kekuatan pendukung. (Bitner, 2006: 63)
Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan
majalah, hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Berikut beberapa
karakteristik televisi: (Ardianto, 2004: 128)
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat
dilihat (audiovisual). Jadi apabila khalayak radio siaran hanya
mendengar kata-kata, music, dan efek suara, maka khalayak televisi
dapat melihat gambar yang bergerak.
2. Berfikir dalam gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah
pengarah acara. Ada dua tahap yang dilakukan dalam prose berpikir
dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, dalam proses ini ada
pengarah acara merangkai agar gambar memiliki makna. Tahap kedua
adalah penggambaran, yaitu merangkai gambar sedemikian rupa
sehingga mempunyai kontinuitas dan mengandung makna tertentu.
3. Pengoprasian lebih kompleks
Pengoprasian televsi siaran lebih kompleks dan melibatkan banyak
48
orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk
mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang yang
terampil dan terlatih.
Televisi memiliki fungsi sebagai berikut: (Effendy, 2007: 27)
1. Fungsi Penerangan (The Information Function)
Ada dua
faktor
yang mampu
menyiarkan
informasi
yang
memusatkan. Faktor yang pertama adalah faktor immediately
(langsung dan dekat) dan faktor yang kedua adalah realism
(kenyataan).
2. Fungsi Pendidikan (The educational Function)
Televisi merupakan sarana yang berfungsi untuk memberikan dan
menambah pengetahuan kepada khalayak luas, terutama lewat
program – program acara yang disampaikan dengan baik.
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)
Televisi juga dapat menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Setiap
stasiun televisi biasanya selalu menyediakan program acara yang
bersifat menghibur disamping menjalankan kedua fungsi lainnya.
2.1.9.1 Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Menurut Khasali (1995: 121) dalam menjalankan fugsinya, teleisi
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. adapun kelebihan dan
49
kelemahan televisi, yakni:
Kelebihan Televisi:
1. Efisiensi Biaya
Salah satu keuntungan televise adalah kemampuannya dala
menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. jangkauan massa
ini menimbulkan efisiensi biaya dalam menjangkau setiap
khalayak.
2. Dampak yang Kuat
Keunggulan
lainnya
adalah
kemampuannya
menimbulkan
dampak yang kuat terhadap konsumen dengan tekanan sekaligus
pada dua panca indera, yaitu penglihatan dan pendengaran.
Televisi juga mampu mengkombinasikan gerakan, kecantikan,
suara, warna, drama, dan humor.
3. Pengaruh yang Kuat
Kebanyakan
masyarakat
menghabiskan
waktunya
untuk
menyaksikan siaran televise sebagai sumber berita, hiburan, dan
sarana pendidikan, sehingga televise dapat memberikan pengaruh
yang besar terhadap persepsi khalayak sasaran.
Kelemahan Televisi:
1. Biaya yang Besar
50
Kelemahan yang paling menonjol dalam siaran televisi adalah
biaya yang besar dalam memproduksi suatu acara, walaupun
untuk menjangkau khalayak yang lebih rendah.
2. Khalayak yang Tidak Selektif
Sekalipun berbagai teknis telah diperkenalkan untuk menjangkau
sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak
selegtif karena segmentasinya tidak setajam surat kabar atau
majalah.
3. Kesulitan Teknis
Media ini tidak luwes dalam pengaturan teknis. Acara-acara yang
telah dibuat awalnya dapat berubah begitu saja, apalagi
menjelang jam-jam penyiarannya.
2.1.9.2 Program Televisi
Program televisi merupakan acara – acara yang ditayangkan oleh
setiap stasiun televisi. Program TV dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
program berita dan program non berita. Jenis program televisi dapat
dibedakan berdasarkan bentuk jadi (format) teknis atau berdasarkan isi.
Bentuk jadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang menjadi acuan
terhadap bentuk program acara televsi seperti talkshow, documenter, film,
kuis, music, dan sebagainya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk
berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga,
51
dan drama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis
besar digolongkan menjadi, hard news yang berisikan tentang berita yang
actual, yang baru saja terjadi sehingga masih bersifat hangat dan
kehadirannya sangat dinantikan oleh penonton, dan soft news yang
mengangkat berita yang bersifat lebih ringan, atau tidak lenyap
kehangatannya jika tidak langsung disiarkan.
Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media
televisi untuk memenuhi kebutuhan audience-nya. Program atau acara yang
disajikan adalah salah satu faktor utama yang membuat audience tertarik
untuk menyajikan dan mengikuti siarang yang disajikan (Morissan, 2008:
97)
Program tayangan televisi pada umumnya mempengaruhi sikap,
pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jika penonton merasa terharu
dengan apa yang mereka lihat dilayar televisi, hal itu bukan sesuatu yang
aneh atau istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari tayangan
televisi yaitu seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga seolah-olah
hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang ditayangkan
televisi (Effendi, 1991: 182)
2.1.10 Penonton/Audience
Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari
jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, Koran atau jurnal
ilmiah. Masing – masing audience berbeda yang satu dengan yang lainnya,
52
antara lain dalam hal berpakaian, pola pikir, cara untuk menanggapi sebuah
pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidupnya.
2.1.11 Minat
2.1.11.1
Pengertian Minat
Minat sebagaiman dikatakan dalam “encyclopedia of psycology”
adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik
atau menolak terhadap objek, orang dan kegiatan dalam lingkungannya”.
Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar minat
penonton dalam menyaksikan tayangan Barclays Premiere League
berdasarkan
tingkat
popularitas
dari
Liga
Utama
Inggris.
Dalam
menyaksikan suatu tayangan tentu dibutuhkan terlebih dahulu pengetahuan
yang menjadi dasar setiap penonton untuk menyaksikan tayangan tersebut.
Adanya pengetahuan yang luas dikatakan sebagai faktor pemicu dari setiap
penonton untuk menyaksikan tayangan tersebut.
Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu.” Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat merupakan sebuah pengaruh yang besar terhadap
keinginnan seseorang untuk melakukan sebuah kegiatan yang diminatinya.
53
Dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Sosial” Sarlito Wirawan
Sarwono menjelaskan bahwa minat atau interest dapat diartikan sebagai
berikut:
1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi
pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya
selektif terhadap objek minatnya.
2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktifitas pekerjaan
atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.
3. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut
tingkah laku menuju satu arah tertentu. (Sarwono, 2003: 52)
Dari beberapa definisi yang dikemuakan di atas dapat disimpulakn
bahwa, minat adalah kecenderungan dari seseorag terhadap objek atau
sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasan senang,
adanyaperhatian, dan keaktifan berbuat.
Bigne (2005), Ekinci dan Hosany (2006), Alampay (2003), dan
Rosen (1987) menjelaskan kecenderungan seseorang menunjukkan minat
terhadap suatu produk atau jasa dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri :
1. Kemauan untuk mencari informasi terhadap suatu produk atau
jasa
Konsumen
yang
memiliki
minat,
memiliki
suatu
kecenderungan untuk mencari informasi lebih detail tentang
produk atau jasa tersebut, dengan tujuan untuk mengetahui secara
pasti bagaimana spesifikasi produk atau jasa yang digunakan,
54
sebelum menggunakan produk atau jasa tersebut.
2. Kesediaan untuk membayar barang atau jasa
Konsumen yang memiliki minat terhadap suatu produk atau jasa
dapat dilihat dari bentuk pengorbanan yang dilakukan terhadap
suatu barang atau jasa, konsumen yang cenderung memiliki minat
lebih terhadap suatu barang atau jasa akan bersedia untuk
membayar barang atau jasa tersebut dengan tujuan konsumen yang
berminat tersebut dapat menggunakan barang atau jasa tersebut
3. Menceritakan hal yang positif
Konsumen yang memiliki minat besar terhadap suatu produk atau
jasa, jika ditanya konsumen lain, maka secara otomatis konsumen
tersebut akan mencitrakan hal yang positif terhadap konsumen
lain, karena konsumen yang memiliki suatu minat secara
eksplisit memiliki suatu keinginan dan kepercayaan terhadap suatu
barang atau jasa yang digunakan.
4. Kecenderungan untuk merekomendasikan
Konsumen yang memiliki minat yang besar terhadap suatu barang,
selain akan menceritakan hal yang positif, konsumen tersebut juga
akan
merekomendasikan
kepada
orang
lain
untuk
juga
menggunakan barang atau jasa tersebut, karena seorang yang
memiliki minat yang besar terhadap suatu barang akan cenderung
memiliki pemikiran yang positif terhadap barang atau jasa
tersebut, sehingga jika ditanya konsumen lain, maka konsumen
tersebut akan cenderung merekomendasikan kepada konsumen
55
lain.
2.1.11.2
Indikator Minat
Indikator untuk minat dalam penelitian ini meliputi :
1. Kesediaan untuk membayar barang atau jasa
2. Menceritakan hal yang positif
3. Kecenderungan untuk merekomendasikan
2.1.11.3
Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat
Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan oleh
Fryer, bahwa keberadaan minat didasari atas orientasi suka dan tidak
sukanya individu terhadap suatu objek, subjek, atau aktifitas. Orientasi
tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika
seorang individu merasa suka atau tertarik terhadap suatu objek, subjek, atau
aktifitas tertentu, maka indiviu akan menerimanya. Tetapi, jika seorang
individu tidak memiliki rasa suka atau ketertarikan terhadap sebuah objek,
subjek, ataupun aktiitas tertentu, maka ia akan menolaknya. Jika ia
menerima berarti ia berminat, dan jika ia menolak berarti ia tidak berminat.
Sama halnya dengan minat dari penonton yang dibahas pada penelitian ini
untuk menyaksikan tayangan Barclays Premiere League. Jika tidak adanya
minat atau ketertarikan dari penonton untuk menyaksikan tayangan Barclays
Premiere League, maka penonton tidak akan menyaksikan tayangan tersebut,
berlaku juga untuk sebaliknya. (Sarwono, 2003: 71)
Menurut Crow and Crow (1982), faktor yang mempengaruhi
56
timbulnya minat terdiri dari 3 (tiga) faktor, yakni: (Sarwono, 2003: 76)
1.
Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau
dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Dorongan
ini
dapat
membuat
seseorang
berminat
untuk
mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau
aktivitas lain yang menantang.
2.
Faktor
motif
social,
yakni
minat
dalam
upaya
mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang
mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan
dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan
dari keluarga atau teman.
3.
Faktor emosional, yakni minta yang berkaitan dengan
perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan
perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan
kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
2.1.11.4
Dimensi Minat
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri
komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam
efek kognitif ini akan dibahas mengenai bagaimana media
massa
dapat
membantu
khalayak
dalam
mempelajari
57
informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan
kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi
tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan
kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan
komunikator hanya berkisar kepada upaya untuk membertahu
saja.
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif.
Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar
memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi
yang
diterimanya,
khalayak
diharapkan
juga
dapat
merasakannya.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Misalnya, seperti halnya yang terjadi pada masyarakat pecinta
Liga Utama Inggris yang telah mengikuti perkembangannya
sedari awal, maka dengan hadirnya program Barclays
Premiere League di Global TV terjadilah perubahan perilaku
58
masyarakat. Dikarenakan adanya popularitas para pemain dan
pelatih, atau klub kesayangan, misalnya, maka mereka akan
tergerak untuk terus menyaksikan tayangan Barclays Premier
League di Global TV.
Radio, televisi atau film di berbagai Negara telah
digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan teah
menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan
pemutaran film.
2.1.11.5
Aspek – aspek atau Kategori Minat
Atkinson dan Hilgrad (1976) dalam bukunya “Pengantar
Psikologi” mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif
(Bloom). Taksonomi Afektif Bloom ini meliputi 5 (lima) kategori:
1. Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub kesadaran dan
kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih.
2. Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori
persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasaan.
3. Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan,
pemilihan dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu.
4. Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori
penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai.
5. Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori
59
pencirian dan pemasyarakatan nilai.
2.1.12 Indek Popularitas
Popularitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
(1)
Dikenal dan disukai orang banyak/umum
(2)
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami
orang banyak
(3)
Disukai dan dikagumi orang banyak
Indek adalah kombinasi item dari beberapa variable yang dirangkum
dalam suatu nilai. Komponen/variable yang diukur dikombinasikan ke dalam
suatu nilai (score). Definisi Index menurut Neuman “The summing or
combining of many separate measure of a construct or variable” (Neuman,
2006: 511). Membuat suatu Indek adalah mudah dan penting untuk mengetahui
tingkat ukuran yang akan diukur seperti indek kriminalitas yaitu, mengukur
tingkat kejahatan yang terjadi (perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan
sebagainya). Syarat membuat suatu indek dijelaskan oleh Neuman “Creating
indexes is so easy that it is important to be careful that every item in the index
has face validity, items without face validity should be excluded. Each part of
60
the construct should be measured with at least one indicator. Of course, it is
better to measure the parts of a construct with multiple indicators” (Neuman,
2006: 177). Face Validity menurut Neuman adalah “A type of measurement
validity in which an indicator makes sense as measures of a construct in the
judgement of others, especially those in the scientific community” (Neuman,
2006: 510).
Dalam Penelitian ini popularitas yang dimaksud adalah sejauh apa
popularitas dari Liga Utama Inggris dapat mempengaruhi minat masyarakat
untuk menyaksikan tayangan Barclays Premiere League di Global TV.
Seperti yang telah dijabarkan dalam jurnal yang dituliskan oleh Khare,
Adwait; Labrecque, Lauren I; Asare, Anthony K. (2011). “The Assimilative and
Constrative Effects of Word-of-Mouth Volume: An Experimental Examination of
Online Consumer Ratings.”, peneliti dapat menjabarkan bahwa adanya
popularitas dari sebuah subjek didasari oleh beberapa indicator, yakni Promosi,
Word of Mouth dari masyarakat, dan Pencitraan.
2.1.13
2.1.13.1
Promosi
Definisi Promosi
Promosi dapat diartikan sebagai arus informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang
atau organisasi kepada tindakan menciptakan pertukaran dalam
pemasaran, (Swastha,1990).
Tjiptono (1999), mengatakan bahwa pada hakekatnya
61
promosi adalah salah satu bentuk komunikasi pemasaran, yang
dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi
atau
membujuk
dan
mengingatkan
pasar
sasaran
atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli
dengan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.
2.1.13.2
Indikator Promosi
Indikator untuk promosi dalam penelitian ini meliputi :
1. Kegiatan periklanan di media massa
2. Dengan memberikan diskon atau potongan harga
3. Mensponsori suatu kegiatan
4. Pemampangan iklan di tempat umum
5. Memanfaatkan media internet
2.1.14
Word Of Mouth
2.1.14.1
Definisi Word of Mouth
Menurut Word of Mouth Marketing Association (WOMMA),
Word of Mouth merupakan usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk
membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk /
jasa kepada pelanggan lainnya.
Menurut Hasan (2010: 32), Word of Mouth adalah upaya untuk
62
memberikan alasan agar orang berbicara tentang merek, produk maupun jasa
dan membuat berlangsungnya pembicaraan itu lebih mudah. Perusahaan
memicu minat konsumen dengan cara menyebabkan konsumen berbagi
pengalaman dengan orang lain. Agar prosesnya dapat berjalan dengan
sempurna marketer perlu mencari orang – orang yang sangat terkesan dan
sangat puas atau bahagia karena produk, atau jasa yang ia terima, orang
semacam ini akan menjadi rekomender yang besar pengaruhnya terhadap
orang lain.
Pelanggan yang telah memiliki pengalaman unik tentang produk,
jasa, dan merek dari perusahaan tertentu ini, cenderung akan memasukkan
produk, jasa, dan merek itu kedalam daftar percakapan. Mereka secara sadar
atau tanpa sadar mengungkapkannya kepada orang lain secara lisan (word of
mouth) dalam berbagai kesempatan.
Word of Mouth dikenal juga sebagai alat yang kuat untuk
memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya
ataupun biayanya sangat kecil. Word of Mouth merupakan kekuatan yang
paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang
dapat digunakan di dunia bisnis.
Dari berbagai kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Word of
Mouth pada dasarnya adalah pesan tentang produk atau jasa perusahaan,
ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar tentang
kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal lainnya
yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada orang
lain.
63
Berdasarkan pendapat Hasan (2010: 264), Word of Mouth terdiri atas
dua jenis yaitu :
−
Organic Word of Mouth Terjadi ketika seorang konsumen merasa
sangat puas dengan kinerja dari produk ataupun layanan sehingga
berkeinginan untuk berbagi pengalaman dan informasi kepada keluarga
dan teman – temannya. Ini menandakan pentingnya kepuasan pelanggan
(customer satisfaction)
−
Amplified Word of Mouth Pembicaraan yang dimulai oleh kampanye
yang disengajakan untuk membuat orang – orang untuk berbicara.
Terdapat beberapa hal yang menjadi word of mouth sangat penting
menurut Emanuel Rosen (2000) dalam Harjadi dan Fatmasari, jurnal
penelitian pendidikan dan ekonomi, 2008, volume 4, No.8 :
−
Noise (noise)
Hal ini merujuk pada kenyataan bahwa konsumen saat ini sulit
menentukan pilihan karena banyaknya iklan yang dilihat melalui
media setiap hari. Konsumen menjadi bingung, dalam menentukan
satu pilihan produk yang diinginkan, sehingga mereka lebih tertarik
untuk mendengarkan rekomendasi produk dari orang lain ataupun dari
sekelompok teman.
−
Skepticism (keraguan)
Dalam konteks ini, konsumen pada umumnya meragukan (skeptis)
terhadap kebenaran dari informasi yang diterimanya. Hal ini terjadi
karena konsumen pernah mengalami kekecewaan terhadap suatu
64
produk tertentu, kemudian konsumen tersebut mencoba untuk
berpaling pada produk yang lain dengan mencari informasi dari
sekelompok teman tentang beberapa produk yang direkomendasikan
sesuai yang mereka butuhkan.
−
Connectivity (keterhubungan)
Konsumen selalu melakukan interaksi dan berkomunikasi satu sama
lain hampir setiap harinya dan akhirnya saling berkomentar tentang
suatu pengalaman – pengalaman mereka terhadap penggunaan produk
atau jasa. Berdasarkan beberapa hal tersebut, perlunya influencer yang
mampu mempengaruhi konsumen dalam pemilihan suatu produk.
Melalui influencer inilah, WOM diharapkan dapat berjalan secara
efektif.
2.1.14.2
Indikator Word Of Mouth
Babin, Barry J; Lee, Yong-Kie; Kim, Eun-Fu; dan Griffin, Mitch
(2005). “Modeling Consumer Satisfaction and Word – Of – Mouth: Restaurant
Patronage Korea.” Journal of Service Marketing, Vol.19, 133 – 139 pada
penelitiannya mengukur word of mouth dengan indikator sebagai berikut :
− Kemauan konsumen dalam membicarakan hal – hal positif tentang
kualitas pelayanan perusahaan kepada orang lain.
− Rekomendasi jasa perusahaan kepada orang lain.
− Dorongan terhadap teman/relasi untuk melakukan pembelian
terhadap jasa perusahaan.
2.1.15
Pencitraan
65
2.1.15.1
Definisi Pencitraan
Shimp (2003) menjelaskan bahwa pencitraan merupakan
sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat
suatu merek atau jasa tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat
muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan
suatu merek, sama halnya ketika seseorang berfikir tentang orang lain.
Asosiasi tersebut dapat dikonseptualisasikan berdasarkan jenis, dukungan,
kekuatan, dan keunikan. Jenis asosiasi tersebut meliputi atribut, manfaat dan
sikap. Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk atau jasa,
misal harga, pemakai dan citra penggunaan, sedangkan manfaat mencakup
manfaat secara fungsional, manfaat secara simbolis dan manfaat berdasarkan
pengalaman.
Sutisna (2001) memaparkan bahwa, ada beberapa manfaat
apabila suatu institusi atau perusahaan menampilkan citra yang positif, yang
pertama konsumen, dengan citra yang positif terhadap suatu produk atau
jasa, maka akan timbul suatu kepercayaan. Yang kedua kebijakan family
branding dan leverage branding dapat dilakukan jika citra perusahaan telah
positif.
Kotler (2000), mendefinisikan citra sebagai “Seperangkat
keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek”,
selanjutnya beliau mengatakan “Sikap dan tindakan seseorang terhadap
suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek tersebut”, ini memberi arti
bahwa kepercayaan, ide serta impresi seseorang sangat besar pengaruhnya
66
terhadap sikap dan perilaku serta respon yang mungkin akan dilakukannya.
Seseorang yang mempunyai impresi dan kepercayaan tinggi terhadap suatu
produk tidak akan berpikir panjang untuk membeli dan menggunakan
produk tersebut bahkan boleh jadi ia akan menjadi pelanggan yang loyal.
Kemampuan menjaga loyalitas pelanggan dan relasi bisnis, mempertahankan
atau bahkan meluaskan pangsa pasar, memenangkan suatu persaingan dan
mempertahankan posisi yang menguntungkan tergantung kepada citra
produk yang melekat di pikiran pelanggan.
Suatu perusahaan akan dilihat melalui citranya baik citra itu
negatif atau positif. Citra yang positif akan memberikan arti yang baik
terhadap produk perusahaan tersebut dan seterusnya dapat meningkatkan
jumlah penjualan produk atau jasa, sebaliknya penjualan produk suatu
perusahaan akan jatuh atau mengalami kerugian jika citranya dipandang
negatif oleh masyarakat (Yusoff, 1995 dalam Nurkholis,2004).
Kesimpulan yang dapat diambil dari telaah pustaka tentang
pencitraan dapat ditarik suatu benang merah bahwa definisi dari pencitraan
adalah penilaian yang diberikan masyarakat atau konsumen kepada
perusahaan, sehingga timbul adanya suatu persepsi tentang kegiatan yang
dilakukan.
2.1.15.2
Jenis jenis Citra
Menurut Frank Jefkins (Soleh Soemirat&Elvinaro Adrianto,
2007: 117), jenis – jenis citra antara lain dikelompokkan sebagai
67
berikut:
1. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang
dalam atau anggota-anggota organisasi – biasanya adalah
pemimpinnya – mengenai anggapan pihak luar tentang
organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra
yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar,
terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan
hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya
informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki
oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau
pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering
muncul fantasi semua orang menyukai kita.
2. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku
adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihakpihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya
ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki
oleh mereka yang mempercayainya.
3. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanya image yang
bermacam-macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu
yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita
dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama
dengan tujuan atau asas organisasi kita.
68
4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud
dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi
secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan
pelayanannya.
5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah
suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu
organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan
diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak
belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.
2.1.15.3
Indikator Pencitraan
Indikator untuk pencitraan dalam penelitian ini meliputi :
2.2
1.
Memiliki staf-staf pengajar professional
2.
Memiliki kredibilitas tinggi
3.
Dijalankan manajemen yang berpengalaman
4.
Reputasi yang baik daripada pesaing
5.
Popularitas tinggi atau di kenal masyarakat luas
Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Diteliti
2.2.1
Dampak Media Massa Televisi
Mc Luhan mengemukakan The Medium is The Message , media adalah
pesan itu sendiri. oleh karena itu, bentuk media saja sudah dapat mempengaruhi
khlayak. seperti yang telah dijelaskan bahwa yang mempengaruhi khalayak
bukanlah apa yang disampaikan oleh media, tetapi jenis media komunikasi yang
69
digunakan oleh khalayak tersebut, baik tatap muka atau media cetak atau
elektronik. Menurut Steven M. Chaffe, terdapat 5 (lima) jenis dampak kehadiran
media massa sebagai benda fisik, yaitu: dampak ekonomis, social, dampak pada
penjadwalan kegiatan, dampak penyaluran atau penghilangan perasaan tertentu,
dan dampak secara pesan, yakni, dampak kognitif, afektif, dan konatif. (Elvinaro
Ardiamto dan Lukiati Komala op.cit hal 52)
1. Dampak Kognitif
Dampak kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinyaa. Dalam dampak kognitif ini akan
dibahas mengenai bagaimanamedia massa dapat membantu khalayak
dan mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya
2. Dampak Afektif
Dampak ini kadarnya lebih tinggi dari pada dampak kognitif. Tujuan
dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak dapat turut merasakan perasaan
iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
3. Dampak Konatif
Dampak konatif (behavioral) merupakan akibat yang timbul daripada
diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Menurut Asch,
semua bersumber pada organisasi kognitif pada
70
informasi dan pengetahuan yang kita miliki (Jakarta, 2001: 69). Sikap
selalu diarahkan oleh objek, kelompok, atau rang yang disebut objek
sikap.
Hubungan kita dengan objek sikap, didasarkan pada informasi yang
kita peroleh tentang sifat – sifat objek sikap, dimana sikap pada seseorang
atau sesuatu bergantung pada citra kita terhadap seseorang atau objek
tersebut. Asch menyimpulkan, “there can not therefore be a theory of
attitudes or of social action that is not grounded in an examination of
their cognitive foundation” (tidak adanya teori sikap atau aksi social yang
tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar – dasar kognitifnya).
Selanjutnya, McDavid dan Harari mengidentifikasikan mengenai 4
(empat) karakter sikap, yaitu:
1.
Memiliki objek seperti; manusia, benda atau peristiwa,
tempat, gagasan atau situasi, dan kelompok.
2.2.2
2.
Memiliki arah, positif – negatif, suka – tidak suka
3.
Motivasional dan evalusional.
4.
Dipelajari atau hasil belajar
Teori Uses and Effect
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windhal (1979), yang
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori tradisional
mengenaik efek. Konsep “use” (penggunaan) merupakan bagian yang sangat
71
penting atau pokok pemikiran ini. Karena pengetahun mengenai penggunaan
media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan
tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. (Sendjaja, 2004: 41)
Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti
“exposure” yang semata – mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam
konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih
kompleks, dimana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk
memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan – harapan tertentu untuk dapat
dipenuhi. (Sendjaja, 2004: 41)
Dalam uses and gratification, penggunaan media pada dasarnya
ditentukan oleh kebutuhan dasar individu. Semenara pada uses and effect,
kebutuhan hanya salah satu dari faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya
penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media,
dan tingkat akses terhadap media, akan membawa individu kepada keputusan
untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa. (Sendjaja, 2004:
41 – 42)
2.2.3
Teori Ekonomi dan Media
Ekonomi media merupakan penggabungan antara dua ilmu pengetahuan
yakni ilmu ekonomi dan ilmu media, dimana penggabungan kedua teori ini
bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan media sebagaimana telah
diatur dan dituliskan pada ilmu ekonomi. Hadirnya ilmu pengetahuan mengenai
ekonomi media mempengaruhi pembuatan keputrusan dalam sebuah media,
72
dikarenakan pengambilan keputusan dalam media kini dilandasi oleh adanya
teori ekonomi. (Doyle, 2003: 2)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori ekonomi dan media,
dikarenakan penulis akan meneliti apakah hadirnya program Barclays Premiere
League di Global TV dipengaruhi oleh adanya popularitas dari Liga Utama
Inggris yang telah dikenal oleh masyarakat sebelumnya. Apabila hipotesis
diterima, makan pembuatan tayangan Barclays Prmiere League di Global TV
benar disebabkan oleh adanya teori ekonomi, dan hadirnya tayangan Barclays
Premiere League di Global TV bertujuan untuk memenuhi kepentingan ekonomi
dari PT. Global Informasi Bermutu.
Download