BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran lebih dari sekedar fungsi bisnis untuk melakukan kesepakatan
dengan konsumen. Banyak orang yang berfikir pemasaran hanya sebuah penjualan
dan periklanan, tetapi sekarang pemasaran harus dimengerti tidak hanya membuat
penjualan, tetapi memuaskan kebutuhan konsumen. Apabila seorang pemasar
mengerti kebutuhan konsumen, mengembangkan produk yang mempunyai nilai lebih
dan melaksanakan penetapan harga, distribusi, dan promosi yang efektif, menjual
produk akan lebih mudah.
Perusahaan akan mempunyai resiko yang besar apabila mereka gagal dalam
mengawasi konsumen dan pesaing dan melanjutkan perbaikan untuk menawarkan
nilai. Mereka juga akan gagal dalam memuaskan stockholders, karyawan, supplier,
dan klien distribusinya. Keterampilan pemasar diperlukan dalam hal tersebut,
dikarenakan untuk menjadi pemasar diperlukan persiapan untuk mengerti apa
pemasaran, bagaimana pemasaran bekerja, apa yang dipasarkan, dan siapa yang
melakukan pemasaran.
Beberapa ahli mendefinisikan pemasaran sebagai berikut :
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2006 : 6), mendefinisikan pemasaran
dengan membedakan antara definisi sosial dan definisi manajerial, yaitu Definisi
Sosial yaitu Marketing is a societal process by which individuals and groups
obtain what they need and want through creating, offering, and freely
exchanging products and services of value with others , sedangkan Definisi
Manajerial yaitu The art of selling products . Menurut American Marketing
Association yang dikutip Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2006 : 6), yaitu
Marketing is an organizational function and a set of processes for creating,
communicating, and delivering value to customer and for managing customer
relationship in ways that benefit the organization and its stake holders . Menurut
Kotler dan Armstrong (2006 : 5), yaitu The process by which companies create
value for customer and build strong customer relationship in order to capture
value from customer or in return .
Dari berbagai definisi mengenai pemasaran di atas, pada dasarnya mempunyai
tujuan dan persepsi yang sama dan dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan
suatu rangkaian aktifitas atau kegiatan dimana individu atau suatu kelompok dapat
membuat gagasan atau ide yang bernilai, proses komunikasi, dan menyampaikan
nilai, melalui proses pertukaran barang dan jasa yang bernilai dan membangun
hubungan dengan pihak lain yang kuat untuk kepentingan organisasi dan stakeholder
dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memenuhi
kebutuhan sosial dan keinginan manusia.
2.2 Proses Pemasaran
Marketing atau pemasaran secara singkatnya adalah the process building
profitable customer relationship by creating value for customer and capturing value in
return (Kotler dan Armsrong (2006 : 28)). Proses marketing atau pemasaran sendiri
dapat diilustrasikan pada gambar 2.1 yang langkah-langkahnya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Langkah Awal:
Proses pemasaran pada langkah pertama, memfokuskan kepada menciptakan
nilai untuk konsumen. Pertama, perusahaan harus mengerti keseluruhan dari pasar
dan kebutuhan dan keinginan konsumen (Understand the market place and
customer needs and wants) dengan meneliti konsumen dan pasar tersebut (research
consumers and the market place) dan mengendalikan atau mengontrol informasi
pemasaran (manage marketing information and customer data). Langkah
berikutnya, merancang strategi pengendalian konsumen (design a customer-driven
marketing strategy) yang didasarkan pada dua pertanyaan mudah. Pertanyaan
pertama adalah konsumen apa yang kita layani ? (segmentasi dan target pasar).
Pemasaran yang baik adalah dimana perusahaan mengetahui apa yang mereka bisa,
tidak melayani semua konsumen di setiap jalan. Singkatnya, mereka memerlukan
untuk memfokuskan sumber dayanya kepada konsumen yang terbaik mereka bisa
layani dan yang paling menguntungkan (select customer to serve : market
segemnetation and targeting). Pertanyaan strategi pemasaran kedua adalah
Bagaimana kita bisa melakukan pelayanan terbaik kepada target konsumen ?
(diferensiasi dan positioning). Disini, garis besar pemasar adalah sebuah pernyataan
nilai yang memberikan daya tarik perusahaan yang disampaikan dalam penawaran
untuk memenangkan target konsumen (decide on a value proposition :
differentiation and positioning).
Dengan menentukan strategi pemasaran, perusahaan sekarang bisa merangkai
suatu program pemasaran yang mengandung unsur bauran pemasaran, atau 4P, yang
merubah strategi pemasaran kedalam nilai sesungguhnya untuk konsumen (construct
a marketing program that delivers superior value). Perusahaan mengembangkan
penawaran produk dan menciptakan identitas merek untuk mereka (product and
service design: build strong brands). Disini harga yang ditawarkan untuk
menciptakan nilai konsumen sesungguhnya (pricing : create real value) dan
mendistribusikan penawaran untuk menyediakan mereka kepada target konsumen
(distribution mange demand and supply chains). Akhirnya, perusahaan merancang
program promosi yang mengkomunikasikan pernyataan nilai kepada target konsumen
(promotion : communicate the value proposition) dan mengajak mereka untuk
bertindak dalam penawaran pemasaran.
Langkah yang paling penting dalam proses pemasaran adalah terlibat dalam
membangun dimuatnya nilai, yaitu hubungan menguntungkan dengan target
konsumen (build profitable relationship and create customer delight).
Keseluruhan dari proses melatih pemasar untuk menghubungkan manajemen dan
konsumen untuk menciptakan kepuasan dan kesenangan konsumen (customer
relationship management: build strong relationship with chosen customers).
Dalam penciptan nilai dan hubungan konsumen, bagaimanapun juga perusahaan tidak
dapat berjalan sendiri. Mereka harus bekerja secara dekat dengan patrner pemasaran
termasuk didalamnya perusahaan dan seluruh sistem pemasaran. Jadi, untuk melatih
hubungan manajemen dan konsumen, perusahaan juga harus melatih hubungan
manajemen dengan partner yang baik (partner relationship mangement: build
strong relationship with marketing partners).
Langkah akhir :
Perusahaan dapat memungut hasil dari membangun hubungan dengan
konsumen yang kuat dengan menguasai nilai dari konsumen (capture value from
customers to create profits and customer equity). Dengan menyampaikan nilai
konsumen yang kuat dan dengan menciptakan kepuasan konsumen yang tinggi dapat
membuat konsumen lebih banyak membeli dan akan membeli lagi (create satisfied,
loyal customers). Hal ini dapat menolong perusahaan untuk nilai jangka panajang
hidup konsumen (capture customer lifetime value) dan dapat membagi pasar dari
konsumen (increase share of market and share of customer). Hasilnya adalah
keadilan jangka panjang konsumen untuk perusahaan.
Create value for customer and
Capture value from
build customer relationship
customer in return
Understand
the
marketplace
and customer
needs and
wants
Design a
customer
driven
marketing
strategy
Construct a
marketing
program that
delivers
superior value
Build
profitable
relationship
and create
customer
delight
Capture value
from
customer to
create profits
and customer
equity
Research
consumers and
the
marketplace
Select
customer to
serve : market
segmentation
and targeting
Product and
service design
: build strong
brands
Customer
relationship
management:
build strong
relationship
Create
satisfied,
loyal
Manage
marketing
information
and customer
data
Decide on a
value
proposition :
Differentiatio
n and
positioning
Pricing :
create real
value
Distribution :
manage
demand and
supply chains
Partner
relationship
management :
build strong
relationship
with
marketing
partners
Promotion :
communicate
the value
proposition
Harness
marketing
technology
Manage
global
markets
Gambar 2.1 Proses pemasaran yang luas
Sumber : Kotler dan Armstrong (2006 : 28)
Ensure ethical
and social
responsibility
Capture
customer
lifetime value
Increase share
of market and
sahe of
customer
Langkah kesatu dari proses pemasaran adalah menciptakan nilai untuk
konsumen. Di langkah terakhir, perusahaan dapat menuai penghargaan dari hubungan
dengan konsumen yang kuat dengan menyerap nilai dari konsumen. Jadi proses
pemasaran lebih difokuskan untuk membangun hubungan dengan konsumen dan
menyerap nilai dari konsumen.
2.3 Pengertian Manajemen Pemasaran
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2006 : 6) mendefinisikan manajemen
pemasaran adalah The art and science of choosing target markets and getting,
keeping,
and
growing
customer
through
creating,
delivering,
and
communicating superior customer value . Dari uraian tersebut dapat dikatakan
bahwa Manajemen Pemasaran tidak hanya berfungsi untuk menentukan dan
mempertahankan target pasar, tetapi juga meningkatkan konsumen tersebut dengan
cara menciptakan dan mengkomunikasikan nilai konsumen. Jadi Manajemen
Pemasaran berusaha memilih dan mempertahankan target pasar serta dapat menjaga
hubungan dengan konsumen, agar dapat mencapai nilai konsumen yang baik dan
dapat membantu organisasi atau perusahaan mencapai sasarannya.
2.4 Orientasi Perusahaan Terhadap Kedudukan Pasar
Berbagai filosofi yang dapat menjadi panduan perusahaan dalam menghadapi
persaingan dimana organisasi dapat melakukan aktivitas pemasaran, yaitu : konsep
produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep holistic
marketing.
2.4.1 Konsep Produksi
Konsep ini merupakan konsep yang paling tua dalam suatu bisnis. Konsep ini
membuat konsumen memilih produk yang tersedia dan tidak mahal. Menurut Kotler
dan Armstrong (2006 : 9), konsep produksi adalah
The idea that customers will
favor products theat are available and highly affordable .
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa manajer dalam orientasi bisnisnya
berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan
distribusi massal dan penawaran yang tinggi agar konsumen dapat memilih produk
yang tersedia di pasar.
2.4.2 Konsep Produk
Konsep produk menawarkan produk kepada konsumen dengan kualitas,
performance yang baik, fitur yang inovatif dan membuat manajer dalam
organisasinya untuk membuat produk yang baik dan selalu melakukan perbaikan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2006 : 10), konsep produk adalah The idea that
customers will favor product thea offer the most in quality, performance, and
features and thet the organizations should therefore devote its energy to making
continous products improvements .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajer berkonsentrasi membuat
produk yang paling baik dan perbaikan terus menerus agar dapat menawakan produk
yang mempunyai kualitas dan fitur yang baik. Produk baru atau perbaikan tidak akan
menjadi sukses tanpa memperhatikan bagian dari produk yaitu harga, distribusi,
periklanan dan penjualan.
2.4.3 Konsep Penjualan
Konsep penjualan memiliki konsumen dan bisnis, jika salah satunya berdiri
sendiri, maka biasanya tidak akan cukup membeli produk dari organisasi atau
perusahaan. Organisasi atau perusahaan harus secara agresif berusaha melakukan
penjualan dan promosi. Menurut Kotler dan Armstrong (2006 : 10), konsep
penjualan adalah The ideas that consumers will not buy enough of the firm s
products unless it undertakes a large-scale sellling and promotions effort .
Konsep penjualan melatih perusahaan untuk menggunakan konsep penjualan
ketika mereka mempunyai kapasitas yang lebih dan tujuan dari penjualan adalah
menjual apa yang perusahaan ciptakan bukan apa yang konsumen inginkan. Jadi
konsep penjualan ini dapat disimpulkan mempunyai tujuan untuk menjual lebih
banyak barang, kepada konsumen yang lebih banyak, untuk mendapatkan lebih
banyak uang agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
2.4.4 Konsep Marketing
Pekerjaan dari marketing adalah tidak hanya menemukan konsumen yang
tepat untuk produk yang dihasilkan perusahan, tetapi menemukan produk yang tepat
untuk konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2006 : 10), konsep marketing
adalah
The marketing management philosophy that holds that achieving
organizational goals depends on knowing the needs and wants of target markets
and delivering the desired satisfactions better than competitors do .
Jadi dapat disimpukan bahwa Konsep Marketing merupakan kunci untuk
mencapai tujuan organisasi termasuk perusahaan agar lebih efektif dibandingkan
pesaing, dengan cara membuat, menyampaikan nilai, dan mengkomunikasikan nilai
konsumen yang paling baik untuk memilih target pasar.
2.4.5 Konsep Holistic Marketing
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2006 : 17), konsep holistic
marketing adalah Based on the development, design, and implementation of
marketing program, process and activities that recognize their breadth and
interpendencies . Atau Konsep Holistic Marketing adalah didasarkan pada
pengembangan, desain, dan implementasi dari program marketing, proses dan
aktivitas yang mengakui secara luas.
Konsep holistic marketing terbagi empat bagian, yaitu Relationship Marketing
Integrated Marketing, Internal Marketing, dan Social responsible marketing, seperti
yang terlihat pada gambar 2.2.
Marketing
Senior
Other
Departement management departements
Communications Products & Channel
service
s
Integrated
Marketing
Internal
Marketing
Holistic
Marketing
Socially
responsible
Marketing
Ethics
Relationship
Marketing
Communit
Environment Legal
Gambar 2.2 Marketing Holistic Dimensions
Sumber : Kotler dan Keller (2006 : 18)
Customers
Partners
Channel
a. Relationship Marketing
Suatu sasaran kunci dari marketing atau pemasaran adalah untuk
mengembangkan secara dalam, mempertahankan hubungan dengan semua orang atau
organisasi secara langsung atau tidak langsung yang berdampak pada suksesnya
aktivitas marketing perusahaan. Relationship marketing mempunyai tujuan
membangun kepuasan bersama untuk hubungan jangka panjang dengan konsumen,
supplier,
distributor,
partner
pemasaran
lainnya
untuk
memperoleh
dan
mempertahankan bisnisnya. Relationship marketing membangun pertalian ekonomi,
teknis, dan sosial yang kuat diantara semuanya.
Relationship marketing termasuk mempererat hubungan yang tepat dengan
unsur grup yang tepat. Pemasaran tidak hanya melaksanakan customer relationship
management (CRM), tetapi juga partner relationship management (PRM) secara
baik. Empat unsur kunci dari pemasaran adalah konsumen, karyawan, partner
pemasaran (saluran, supplier, distributor, penyalur, agen), dan anggota dari komunitas
keuangan (pemegang saham, investor, analis).
Hasil keseluruhan dari dari relationship marketing adalah membangun aset
perusahaan yang unik atau khusus yang disebut marketing network. Marketing
network terdiri dari perusahaan yang mendukung stakeholders (konsumen, karyawan,
supplier, distributor, pedagang eceran, agen iklan, peneliti dan lainnya) dengan
membangun hubungan yang saling menguntungkan. Prinsip operasi secara
singkatnya membangun suatu network atau jaringan yang efektif dengan stakeholder
dan keuntungan akan mengikutinya.
b. Integrated Marketing
Tugas dari seorang pemasar adalah merencanakan aktivitas pemasaran dan
memasang penuh integrasi program pemasaran untuk membuat, mengkomunikasikan,
dan menyampaikan nilai kepada konsumen. Salah satu aktivitas pemasaran adalah
marketing mix atau bauran pemasaran, yang didefinisikan oleh Kotler dan Keller
(2006 : 19) sebagai The set of marketing tools the firm uses to pursue its
marketing objectives atau rangkaian alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk mengejar tujuan pmasaran.
McCarthy yang dikutip Kotler dan Keller (2006 :19) mengklasifikasikan
alat marketing kedalam empat grup, yaitu product, price, place, promotions, seperti
yang terlihat dalam gambar 2.3 berikut :
Marketing
Mix
Products
Product variety
Quality
Design
Features
Brand name
Packaging
Sizes
Services
Warranties
Returns
Target
Market
Price
List price
Discounts
Allowances
Payments
period
Credit terms
Place
Channels
Coverage
Assortments
Locations
Inventory
Transport
Promotions
Sales promotions
Advertising
Sales force
Public relations
Direct marketing
Gambar 2.3 Konsep Marketing Mix
Sumber : Kotler dan Keller (2006 : 19)
c. Internal Marketing
Internal marketing merupakan tugas untuk rekrutmen, pelatihan, dan dapat
memotivasi pekerjanya yang berkeinginan untuk melayani konsumen. Internal
marketing harus berada pada dua tingkatan. Tingkat kesatu dengan berbagai fungsi
pemasaran yaitu: kekuatan penjualan, periklanan, pelayanan konsumen, manajemen
produksi, riset pemasaran harus bekerja bersama-sama. Di tingkat yang lain,
pemasaran harus merangkul departemen lain dan harus juga menjadi konsumen yang
berfikir . Pemasaran tidak hanya sebuah departemen tetapi diorientasikan sebuah
perusahaan.
d. Social Responsibility Marketing
Social responsibility marketing mengerti secara luas kepedulian dan etika,
lingkungan, legal (sah), dan suasana sosial dari program dan aktivitas pemasaran.
Konsep societal marketing merupakan tugas dari organisasi yaitu menetapkan
kebutuhan, keinginan dan ketertarikan target pasar dan memenuhi kepuasan dan
keinginan lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan jalan memelihara
atau meningkatkan konsumen dan sosial menjadi lebih baik.
2.5 Corporation
Menurut Wikipedia, the free encyclopedia (2003), corporation adalah A
corporation is a legal person that exist quite separately from the natural person
who work with and for it . Atau sebuah perusahaan adalah individu / badan resmi
yang berada terpisah sama sekali dari manusia yang bekerja dengan dan untuk siapa.
Batasan dan bidang dari status dan kapasitas perusahaan akan ditetapkan oleh hukum
dimana tempat perusahaan itu berada.
Secara etimologi kata corporation diambil dari bahasa latin, yaitu Corpus
(tubuh), yang menunjukan a body of people atau tubuh dari manusia, yang berarti
a group of people authorized to act as an individual atau sekelompok manusia yang
memberi kuasa terhadap tindakan suatu individu atau pribadi. Wikipedia, the free
encyclopedia (2003) yang dikutip dari Oxford English Dictionary.
2.6 Pengertian Corporate Social Responsibility
2.6.1 Konsep dan Pengertian Corporate Social Responsibility
Beberapa ahli dan artikel mendefinisikan corporate social responsibility atau
tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :
Menurut Pamela S. Lewis, Stephen H. Goodman, Patricia M. Fandt (2004:
80), corporate social responsibility, yaitu The interaction between business and
the social environment in which it exist . Menurut The World Business Council
for Sustainble Development (WBCSD) in Fox, et al (2002) yang dikutip Abdul
Rasyid Idris (2005) pada FAJAR Online, yaitu Corporate social responsibility
atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan
para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, dan masyarakat setempat
(lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan . Corporate social
responsibility menurut FCGI Publication yang mengutip dari UK BSI (2006), yaitu
Corporate (Social) Responsibility (CR) is a mechanism for organization to
voluntarily integrate social and environmental concern into their operations and
their interaction with their stakeholders, which are over and above the
organization s legal responsibilities.
Dari berbagai definisi mengenai corporate social responsibility atau tanggung
jawab sosial perusahaan di atas, pada dasarnya mempunyai tujuan dan persepsi yang
sama dan dapat disimpulkan bahwa corporate social responsibility merupakan
kewajiban dan komitmen bisnis perusahan atau organisasi yang dikaitkan dengan
nilai
nilai etika dan hukum untuk berintegrasi dan kepedulian terhadap konsumen,
para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, para stakeholder dan masyarakat
setempat (lokal) dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan,
dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Pengertian CSR dalam suatu bisnis sosial dapat diilustrasikan pada gambar
2.4 berikut:
The Business in Society
shareholders
Employees
Customers
Financial
analysis
Marketplace
Workplace
Quality of
management
Environment
Community
Local
communties
Government
Impact on
Society
Gambar 2.4 The Business in Society
Sumber : Mallen Baker (2006)
Keterangan : perusahaan memerlukan untuk menjawab dua aspek dari
operasinya, yaitu : 1. kualitas dari manajemennnya diantara masyarakat dan proses
(di dalam lingkaran). 2. kuantitas dari dampak sosial di dalam area tersebut
(lingkaran).
2.6.2 Prinsip Dasar Corporate Social Responsibility
Ada dua prinsip dasar dari corporate social responsibility dilihat dari bisnis di
abad 20an dan merupakan fondasi dasar dari ide modern dari corporate social
responsibility, seperti diilustrasikan seperti Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Foundation Principles of Corporate Social Responsibility
Charity Principle
Definiton
Business
Stewardship Principle
should
give
Business acting as a public
voluntary aid to society s
trustee, should consider the
needy
interest of all who are affected
persons
and
groups.
by business decisions and
policies.
Type of activity
Corporate philanthropy
Voluntary
actions
Acknowledging business and
to
promote the social goods.
society interdependence
Balancing the interest and
needs of many diverse groups
in society.
Examples
Corporate
philantropie
foundations
Meeting legal requirements
Private initiaves to solve
social problems
Social
Enlightened self interest
Stakeholder
approach
to
corporate strategic planning
partnership with
needy groups
Sumber : E. Post, Lawrence, Weber (2002 : 61)
2.6.3 Pendapat atau Argumen Mengenai Corporate Social Responsibility
Ada
beberapa
pendapat
atau
argumen
mengenai
corporate
social
responsibility, baik yang mendukung maupun yang menentang. Yang mendukung
corporate social responsibility adalah para eksekutif bisnis yang percaya bahwa
corporate social responsibility adalah ide yang baik. Kelompok aktivis yang meminta
untuk memelihara lingkungan, melindungi konsumen, usaha perlindungan terhadap
keamanan dan kesehatan dari pekerja, mencegah diskriminasi pekerjaan, menentang
penyerangan privasi yang diakibatkan penggunaan internet juga mendukung
corporate social responsibility.
Selain yang mendukung corporate social responsibility, ada juga yang
menentang hal tersebut. Banyak orang di dunia bisnis yang melakukannya. Mereka
percaya bahwa bisnis seharusnya tetap untuk membuat keuntungan dan
meninggalkan hal sosial kepada kelompok lain didalam masyarakat. Sebagian ahli
ekonomi takut pencarian sasaran sosial oleh bisnis akan menurunkan efisiensi
ekonomi perusahaan, dengan demikian masyarakat kehilangan barang dan jasa yang
penting. Sebagian yang lain meragukan tentang kepercayaan bisnis dengan perbaikan
sosial, mereka lebih memilih inisiatif dan program pemerintah yang melaksanakan
hal tersebut. Menanggapi sebagian dari kritik radikal dari sistem bisnis pribadi,
tanggung jawab sosial adalah bukan apa-apa tetapi suatu kepandaian public relation
untuk menyembunyikan intensi bisnis sebenarnya untuk membuat banyak uang yang
memungkinkan dihasilkan. Berikut tabel pendapat baik yang pro atau mendukung
maupun yang kontra atau menentang corporate social responsibility, yaitu
Tabel 2.2 Argumen yang Mendukung dan yang Menentang
Tanggung Jawab Sosial
Mendukung
Menentang
Harapan harapan masyarakat
Keunggulan
Opini publik sekarang mendukung pengusaha
penyembuhan
yang mengejar sasaran ekonomis dan sosial
Dunia bisnis harus memecahkan
Laba jangka panjang
masalah sosial sebelum masalah itu
Perusahaan-perusahaan
yang
secara
sosial
pencegahan
atas
menjadi serius untuk mebenahinya.
bertanggung jawab itu cenderung memiliki laba
Menghalangi maksimalisasi laba
jangka panjang
Dunia bisnis menjadi bertanggung
Kewajiban etis
jawab secara sosial hanya jika ia
Dunia bisnis seharusnya bertanggung jawab
mengejar kepentingan ekonominya.
secara social karena tindakan-tindakan yang
Lunturnya tujuan
bertanggung jawab itu merupakan tindakan
Mengejar sasaran-sasaran sosial itu
yang tepat untuk dilakukan.
melunturkan
Citra masyarakat
perusahaan produktivitas ekonomi
Dunia
bisnis
masyarakat
dapat
yang
menciptakan
menguntungkan
citra
dengan
maksud
utama
Biaya
Banyak
tindakan
yang
secara
mengejar sasaran-sasaran sosial
sosial bertanggung jawab tidak
Lingkungan yang lebih baik
menutup biayanya dan seseorang
Keterlibatan dunia bisnis dapat menolong
harus membayar ongkos ini
memecahkan masalah-masalah yang sulit
Terlampau banyak kekuasaan
Menghambat peraturan pemerintah lebih lanjut
Dunia bisnis mempunyai terlalu
Dengan menjadi bertanggung jawab secara
banyak kekuasaan dan jika mereka
sosial,
mengejar
dunia
bisnis
dapat
mengharapkan
dunia
berkurangnya peraturan pemerintah
Keseimbangan
tanggung
jawab
dengan
sasaran-sasaran
bisnis
itu
bahkan
besar lagi.
Dunia bisnis memiliki banyak kekuasaan di
Kurangnya ketrampilan
dalam
Para
tanggung
yang
Dibutuhkan
sama
besar
jumlah
untuk
akan
memiliki kekuasaan yang lebih
kekuasaan
masyarakat.
social.
pemimpin
bisnis
kurang
memiliki keahlian yang diperlukan
mengimbanginya.
untuk memcehakan maslah sosial
Kepentingan-kepentingan pemegangsaham
Kurangnya pertanggung jawaban
Tanggung jawab sosial akan memperbaiki
Tidak ada garis-garis tanggung
harga saham perusahaan dalam jangka panjang
jawab
Kepemilikan sumber daya
berbagai tindakan sosial
sosial
langsung
untuk
Dunia bisnis memiliki sumber daya dalam
rangka mendukung proyek publik dan proyek
amal yang memerlukan bantuan.
Sumber : Robbins dan Coulter yang dialihbahasakan Hermaya dan Slamet
(2004 : 114)
Dari tabel 2.2 diatas dapat diungkapkan suatu cara lain untuk memahami
peran yang dimainkan tanggung jawab sosial dalam mempengaruhi cara manajer
mengambil keputusan ketika mereka merencana, mengorganisasi, memimpin, dan
mengendalikan adalah dengan melihat argumen yang mendukung dan menentang
tanggung jawab sosial. Dari tabel tersebut dapat pula dijelaskan bagaimana argumen
khusus yang mendukung dan menentang perusahaan yang mengemban tanggung
jawab sosial.
2.6.4 Untuk Apa Organisasi / Perusahaan Melaksanakan Corporate Social
Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)
Menurut Chuck wiiliams (2001 : 123), perusahaan dapat memberi manfaat
yang terbaik bagi stakeholder dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi,
hukum, etika, dan kebijakan, seperti dalam gambar 2.5 berikut :
Tanggung Jawab Sosial Keseluruhan
Tanggung
jawab ekonomi
Tanggung
jawab hukum
Gambar 2.5 Tanggung jawab sosial
Sumber : Chuck Williams (2001 :124)
Tanggung
jawab etika
Tanggung
jawab
kebijaksanaan
Keterangan :
a. Tanggung jawab ekonomi
Harapan bahwa perusahaan akan menghasilkan keuntungan dengan
memproduksi barang atau jasa yang bernilai
b. Tanggung jawab hukum
Harapan bahwa perusahaan akan mematuhi hukum dan peraturan
masyarakat melalui lembaga legislatif
c. Tanggung jawab etika
Harapan bahwa perusahaan tidak akan melanggar prinsip-prinsip
benar atau salah yang telah diterima ketika menjalankan usaha
d. Tanggung jawab kebijaksanaan
Harapan bahwa perusahaan akan sukarela menjalankan peran
sosialnya diluar tanggung jawab ekonomi, hukum dan etika
Perusahaan dapat memberi manfaat terbesar kepada stakeholder dengan cara
memenuhi
tanggung
jawab
ekonomi,
hukum,
etika
dan
kebijaksanaan.
Menguntungkan atau memenuhi satu tanggung jawab ekonomi, adalah tanggung
jawab sosial perusahaan yang paling mendasar. Tanggung jawab hukum antara lain
mematuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku di masyarakat. Tanggung
jawab etika berarti tidak melanggar prinsip-prinsip benar dansalah yang dapat
diterima, ketika menjalankan usaha. Tanggung jawab kebijaksanaan adalah
kewajiban sosial di luar kewajiban-kewajiban dasar ekonomi, hukum, dan etika.
2.6.5 Penyebab Kurang Berhasilnya Program Pengembangan Komunitas
(Community Development) dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Menurut Thendry Supriatno (2005), CSR (tanggung jawab sosial
perusahaan) merupakan keharusan bagi perusahaan bila ingin terus maju dan
berkembang.
Bagaimana
komitmen
perusahaan
terhadap
masyarakat
yang
diimplementasikan dalam bentuk program CSR dapat mencegah munculnya gesekan
sosial yang dapat merugikan perusahaan maupun masyarakat dan juga CSR dapat
berdampak positif terhadap keberlangsungan usaha, selain itu dapat menjadi bagian
dari pembangunan citra perusahaan. Ada beberapa temuan penyebab kurang
berhasilnya program pengembangan komunitas (CD) dan CSR, yaitu :
1. Rendahnya komitmen perusahaan
2. Kekeliruan perencanaan program dan miskonsepsi
3. Penempatan personel yang kurang tepat
4. Penempatan fungsi community development (CD) dalam struktur perusahaan
dijabat rangkap, sehingga menjadi marjinal dan pengambilan keputusan
sangat lambat.
2.6.6 Perspektif Corporate Social Responsibility
Ada tiga perspektif atau pandangan terhadap corporate social responsibility,
yaitu: economic responsibility, public responsibility, dan sosial responsiveness.
Lewis, Goodman, Fandt (2004 : 81), seperti dalam tabel 2.3 :
Tabel 2.3 Tiga Perspektif dari Corporate Social Responsibility
Perspective
Economic responsibility
Basic Tenets
The responsibility of business is to make a profit
within the rules of the game.
Organization cannot be moral agents. Only
individuals can serve as moral agents
Public responsibility
Business should act in a way that is consistent with
society s view of responsible behaviour, as well as
with established laws and policy
Social responsiveness
Business should proactively seek to contribute to
society in a positive way
Organization
should
develop
an
internal
environment that encourages and supports ethical
behaviour at an individual level.
Sumber : Lewis, Goodman, Fandt (2004 : 81)
2.6.7 Tahap Tahap Kemajuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Ada empat tahap kemajuan tanggung jawab sosial organisasi atau perusahaan,
bila diibaratkan kita sebagai manajer, seperti ilustrasi dalam tabel 2.4 di bawah ini :
Tabel 2.4 Tahap tahap Kemajuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Lebih kecil
Pertanggungan jawaban sosial
lebih besar
Kepada
siapakah
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
manajemen
Pemilik dan
Karyawan
Anggota lingkungan
Masyarakat
bertanggung
Manajemen
tertentu
luas
jawab?
Sumber : Robbins dan Coulter (2004)
Keterangan :
Tahap 1 : Para manajer akan memajukan kepentingan para pemegang saham dengan
berusaha meminimalkan biaya dan memaksimalkan biaya.
Tahap 2 : Para manajer akan menerima tanggung jawab mereka terhadap para
karyawan dan memusatkan perhatian pada permasalahan sumber daya
manusia.
Tahap 3 : Para manajer akan memperluas tanggung jawab mereka kepada para
pemercaya lainnya dalam lingkungan tertentu, yaitu para pelanggan dan
pemasok
Tahap 4 : Para manajer bertanggung jawab kepada keseluruhan masyarakat.
2.6.8 Program Inisiatif Sosial bagi Perusahaan
Berdasarkan review oleh Roy Goni pada buku Philip Kotler dan Nancy Lee
(2005), ada enam program pilihan bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan
aktivitas yang berkaitan dengan masalah sosial, yaitu :
1. Cause Promotions
Memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan
kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu, seperti, misalnya bahaya
narkotika.
2. Cause Related Marketing
Bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari
pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk waktu periode
tertentu atau produk tertentu.
3. Corporate Social Marketing
Perusahaan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye
dengan fokus untuk merubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh
negatif, seperti misalnya kebiasaan berlalu lintas yang beradab.
4. Corporate Philantrophy
Inisiatif perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu
aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi ataupun sumbangan tunai.
5. Community Volunteering
Perusahaan memberikan bantuan dan mendorong karyawan, serta mitra
bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat.
6. Socially Responsible Business Practice
Sebuah inisiatif di mana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik
bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas
komunitas dan melindungi lingkungan.
2.7 Pengertian Community Development (Pengembangan Masyarakat)
Community Development Program (Program Pemberdayaan Masyarakat)
merupakan suatu program /
proyek yang bertujuan untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat
melalui peningkatan kapasitas masyarakat, partisipasi masyarakat dan kelembagaan
dalam penyelenggaraan pembangunan.
Arthur Dunham seorang pakar Community Development merumuskan
definisi Community Development itu "organized efforts to improve the conditions
of community life, and the capacity for community integration and self-direction.
Community Development seeks to work primarily through the enlistment and
organization of self-help and cooprative efforts on the part of the residents of the
community, but usually with technical assistance from government or voluntary
organization.(Arthur Dunham 1958: 3).
Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan
usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan
masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan
diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari
organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu di
dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah
maupun organisasi-organisasi sukarela.
Arthur
Dunham
membedakan
"Community Organization" yaitu
"Community
Development"
dengan
community development is concerned with
economic life, roads, buildings, and education,as well as health and welfare, in the
narrower sense. On the other hand, community welfare organization is concerned
with adjustment of social welfare needs and resources in cities, states, and nations
as in rural villages.
Jadi community development lebih berkonotasi dengan
pembangunan masyarakat desa sedangkan community organization identik dengan
pembangunan masyarakat kota.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, Dunham menjelaskan bahwa
pengembangan masyarakat mencakup : 1) program terencana yang difokuskan pada
seluruh kebutuhan masyarakat, 2) bantuan teknis, 3) berbagai keahlian yang
terintegrasi untuk membantu masyarakat, dan 4) suatu penekanan utama atas self help
dan partisipasi oleh masyarakat.
Lebih lanjut Dunham dalam Adi (2003:218-219) mengemukakan bahwa
dalam usaha menggambarkan pengembangan masyarakat, terdapat 5 (lima) prinsip
dasar yang amat penting yaitu :
1. Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat dan hal yang
terkait dengan hal tersebut.
2. Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat.
3. Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa (multi purpose)
pada wilayah pedesaan.
4. Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal.
5. Adanya
prinsip
kemandirian
yang
menjadi
prinsip
utama
dalam
pengembangan masyarakat.
Berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan program pengembangan
masyarakat (community development) di beberapa negara, Conyers (1984:179-183)
mengemukakan bahwa terdapat 2 (dua) tipe pengembangan masyarakat, yaitu
Pertama, community development yang penyelenggaraannya dikoordinasikan oleh
suatu departemen atau instansi pemerintah yang khusus bertanggung jawab atas
masalah pembangunan masyarakat. Departemen atau instansi yang bersangkutan
mempekerjakan tenaga-tenaga profesional di bidang pembangunan masyarakat yang
bertanggung jawab dalam mendorong serta membantu segala jenis kegiatan
masyarakat setempat diseluruh daerah.
Pelaksanaan program pengembangan
masyarakat dengan menggunakan tipe ini mampu mengatasi permasalahan pokok
yaitu kurangnya sumber daya, khususnya sumber daya manusia dan Kedua,
community development yang pelaksanaannya melibatkan proyek khusus yang
mencakup suatu daerah yang amat terbatas.
Dari definisi Community Development di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Community Development merupakan suatu proses pembangunan yang
berkesinambungan. Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan
dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada
tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi - follow-up activity and evaluation.
2. Community Development bertujuan memperbaiki - to improve - kondisi
ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup
yang lebih baik.
3. Community Development memfokuskan kegiatannya melalui pemberdayaan
potensi-potensi yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhankebutuhan mereka, sehingga prinsip to help the community to help themselve
dapat menjadi kenyataan.
4. Community Development memberikan penekanan pada prinsip kemandirian.
Artinya partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama - group action - di dalam
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dilakukan
berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat.
2.8 Pengertian Image (Citra) dan Proses Pembentukan Image (Citra)
2.8.1 Pengertian Image / Citra
Image atau citra merupakan keseluruhan dari persepsi seseorang terhadap satu
hal yang dibentuk melalui proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
Image atau citra bagi suatu perusahaan adalah hal yang sangat penting karena
merupakan asset non fisik terpenting yang harus dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan mungkin dapat dengan mudah membuat suatu produk yang memilki
kualitas dan jaringan distribusi yang handal. Namun, tanpa diikuti citra yang baik di
mata khalayak usaha tersebut tidak akan berguna.
Citra atau image dapat didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan, gagasan
dan kesan yang dianut seseorang terhadap suatu obyek. Uyung sulaksana (2003:52).
Menurut Balmer dan Greyser (2003 : 173), image didefinisikan sebagai Image are
the basic elemen of thought
Sedangkan dalam istilah
istilah umum Public Relations yang dikutip oleh
Jefkins yang diterjemahkan oleh Haris Munandar (1996 : 362) Citra diartikan
sebagai kesan, gambaran atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya) atas sesuatu keberadaan, berbagai kebijakan, personil, produk, atau jasajasa dari suatu organisasi atau perusahaan .
Menurut Jefkins yang diterjemahkan oleh Haris Munandar (1996 : 17),
Citra (image) terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Citra bayangan (mirror image) adalah suatu citra yang dianut oleh orang
dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image) adalah suatu citra atau pandangan yang
melekat pada pihak pihak luar mengenai suatu organisasi
3. Citra yang diharapkan (wish image) adalah suatu yang diinginkan oleh pihak
manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image) adalah citra suatu organisasi secara
keseluruhan
5. Citra majemuk (multiple image) adalah suatu variasi citra yang belum tentu
sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
Citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan
karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar
yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Citra ini ini cenderung negatif,
citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki oleh
pengamat atau mereka yang mempercayainya.
Citra itu sendiri merupakan keseluruhan dari persepsi seseorang terhadap satu
hal yang dibentuk melalui proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
Dengan demikian positif ataui negatifnya citra itu tergantung pada persepsi publik
terhadap organisasi yang bersangkutan. Kombinasi dari persepsi dan pendirian
seseorang tentang suatu objek akan membentuk suatu opini, kemudian, opini dari
para individu ini akan berkembang menjadi konsensus bila masyarakat dalam segmen
tertentu mempunyai kesamaan, konsensus yang sudah matang akan menyatu dalam
masyarakat itulah yang disebut opini publik.
Menurut Nugroho J. Setiadi (2003 : 181), adanya masalah citra didasarkan
pada dua alasan, yaitu :
1. Organisasi dikenal, tetapi mempunyai citra yang buruk
2. Organisasi tidak dikenal dengan baik, tetapi mempunyai citra yang tidak jelas
atau citra didasarkan pada pengalaman yang telah lama berlaku.
2.8.2 Proses Pembentukan Image atau Citra
Pembentukan image atau citra yang berlaku sangat berkaitan erat dengan
persepsi, sikap (pendirian) dan opini individu di dalam suatu masyarakat, elemenelemen tersebut merupakan bahan baku terbentuknya opini publik mengenai citra
suatu objek tertentu. Untuk mengetahui psitif atau negatifnya citra objek tersebut di
benak publik, maka perlu diketahui terlebih dahulu tahapan-tahapan yang dilauinya
seperti yang ditampilkan pada gambar 2.6 berikut :
-
latar belakang
budaya
pengalaman masa
lalu
nilai-nilai yang
dianut
berita yang
berkembang
Persepsi
Opini
Opini
publik
Konsesus
Affect
Pendirian
Behaviour
Cognitif
Gambar 2.6 Hubungan antara persepsi-pendirian-opini
Sumber : Rhenald Khasali (2000 : 25)
Dalam gambar tersebut, opini terbentuk kombinasi persepsi dan pendirian
seseorang tentang suatu objek, kemudian opini dari para individu ini akan
berkembang menjadi consensus bila masyarakat dalam segmen tertentu memilki
kesamaan dan konsensus yang sudah matang dan menyatu inilah yang disebut opini
publik.
Adapun proses pembentukan image atau citra sebagai sekumpulan persepsi
menurut Hawkins dan Coney yang dikutip Oemi Abdurrahman (1995 : 315)
adalah melalui :
1. Tahap penangkapan informasi (Exposure)
Terjadi di saat suatu rangsangan daerah syaraf penerima indera
seseorang (sensory reception)
2. Tahap perhatian (Attention)
Untuk menjadi perhatian seseorang, setelah mencapai daerah syaraf
penerimaan
indera
rangsangan
tersebut
seseorang
harus
(sensory
dapat
receptor),
menggetarkan
menimbulkan respon atau sensasi pada otak (sensation).
maka
syaraf
selanjutnya
indera
dan
3. Tahap pemahaman (Comprehensive)
Setelah mencapai syaraf indera penerimaan seseorang (sensory
receptor) dan menggetarkan syaraf-syaraf dari indera tersebut kemudian
menimbulkan respon langsung atau sensasi
sensai pada otak yang kemudian
dilakukan pemahaman terhadap sensasi-sensasi tersebut. Pada tahap
pemahaman inilah persepsi terbentuk.
Citra adalah realitas, oleh karena itu program pengembangan dan perbaikan
citra harus didasarkan pada realitas. Jika salah (citra tidak sesuai dengan realitas), dan
kinerja kita baik, itu adalah kesalahan dalam berkomunikasi. Jika komunikasi pasar
tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Komunikasi yang
tidak didasarkan pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi
daripada kenyataan yang dirasakan. Akibatnya, ketidakpuasan akan muncul dan
akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra organisasi.
Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai pengalaman
yang cukup dengan realitas bahwa sebenarnya oraganisasi bekerja lebih efektif dan
mempunyai kinerja yang baik.
2.8.3 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
perilaku pembelian konsumen. Definisi persepsi menurut Schiffman dan Kanuk
(2000: 122) adalah Perception defined as the process by which an individuals
select, organizes, an interprets stimuli into a meaningful a coherent picture of
the world . Artinya proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan rangsangan atau stimuli yang diterima panca inderanya kedalam
suatu gambaran yang utuh dan berarti terhadap obyek rangsangan tersebut atau
tentang dunia yang bersangkutan.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi persepsi tersebut, yaitu:
1. Faktor stimulus yang merupakan sifat fisik atau obyek ukuran, warna,
ketajaman, berat, dan sebagainya.
2. Faktor individual yang merupakan sifat-sifat individu yang tidak hanya dapat
melalui proses sensorik saja, tetapi juga pengalaman di waktu lampau pada hal yang
sama.
2.9 Pengertian Corporate Image (Citra Perusahaan / Korporat)
Citra korporat atau reputasi bisa menjadi payung bagi merek yang dibangun
dengan investasi waktu dan biaya yang besar. Dengan reputasi, merek akan
terlindung dan aman, sekaligus menjadi mother of brand, yang dapat melahirkan
brand baru dengan biaya yang lebih kecil dengan kemampuan setra dengan merek
sebelumnya. Selain mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen juga
memperhatikan berbagai informasi mengenai perusahaan atau korporasi, dan
bagaimana pengalamannnya atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Ketika konsumen mempunyai pengalamannya yang baik atas penggunaan
berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan dan implementasi
serta dampak dari pelaksanaan corporate social responsibility yang dilaksanakan
perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan
tersebut. Pada saat itulah terbentuk Citra korporasi / perusahaan (corporate image).
Corporate image / citra korporat menurut Wikipedia, the free encyclopedia,
Corporate image is designed to be appealing to the public, so that company can
spark an interest among consumer, create share of mind, generate brand equity,
and thus facilitate product sales . Atau citra perusahaan adalah dirancang untuk
menjadi penyeru kepada publik, jadi perusahaan bisa menjadi pencetus suatu
ketertarikan diantara konsumen, membuat pembagian pikiran, menghasilkan ekuitas
merek dan menjadi fasilitas penjualan produk.
Menurut Frank Jefkins yang dialihbahasakan oleh Haris Munandar (1996:
384), Corporate Image (Citra Perusahaan), yaitu Gagasan / persepsi mental dari
khalayak tertentu atas suatu perusahaan atau organisasi, yang didasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman khalayak itu sendiri. Citra perusahaan bisa bervariasi
dan tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, bergantung pada sejauh mana khalayak
itu berhubungan dengan (dan mengetahui tentang) organisasi / perusahaan yang
bersangkutan. Atas dasar itulah perusahaan harus senantiasa berusaha menciptakan
hubungan yang baik antara pihaknya sendiri dengan segenap unsur yang menjadi
khalayak atau konsumennya; yakni mulai dari pemegang saham perusahaan, pegawai,
distributor, konsumen, dan lain-lain. Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, namun
citra yang dipersepsikan secara salah bisa diluruskan melalui penyebaran informasi
dan pembebaran fakta yang relevan .
Hubungan citra dengan perusahaan, baik internal maupun eksternal
perusahaan dapat diilustrasikan sesuai dengan gambar 2.7 berikut:
HOLDING COMPANY
IMAGE(S)
OTHER CORPORATE,
SERVICE AND PRODUCTS
BRAND IMAGES
INTERNAL
THE CORPORATION S
IMAGES (S)
INDUSTRY
IMAGE(S)
COUNTRY-OF-ORIGIN
IMAGE(S)
Gambar 2.7 The Family of business-related images
Sumber : Balmer dan Greyser (2003 : 176)
INTERNAL
EKSTERNAL
2.9.1 Keuntungan Dari Corporate Image Yang Baik
Menurut Wikipedia, the free encyclopedia, ada lima keuntungan (advantages)
dari corporate image yang baik, yaitu :
a. Increased sales because customers believe the company offers the best goods
and service.
b. It is easy for the company to implement development of new products, again
this is because customers believe the company is always associated with the
best product and service.
c. Very good relationship with financiers such as banks because they perceive
the company as a low risk.
d. The company is able to attract and retain the best employees from the market
e. It easy for the company to manage any crisis in its business.
2.9.2 Masalah Corporate Image
Ada lima masalah yang dapat diidentifikasi dari corporate image menurut
Balmer dan Greyser (2003 : 174), yaitu :
1. Its multiple meanings
2. Its negative associations
3. Its difficulty or impossibility to control
4. Its multiplicity
5. The different image effects in different stakeholder group.
Dari uraian diatas kita ketahui bahwa dengan adanya program corporate social
responsibility di sebuah perusahaan dapat menciptakan corporate image (citra
perusahaan) lebih baik dan dapat menjadi sebuah identitas perusahaan sesuai dengan
persepsi konsumen terhadap perusahaan tersebut. Maka dari itu program corporate
social responsibility mempunyai pengaruh yang penting dalam menciptakan
corporate image (citra perusahaan) dan diharapkan adalah menghasilkan hubungan
positif yang searah.
Download