BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Daur Ulang Nitrogen Nitrogen merupakan elemen yang sangat esensial, keberadaannya dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup (Bernhard, 2010). Nitrogen menempati porsi 1-2 % dari berat kering tanaman. Ketersedian nitrogen di alam berada dalam beberapa bentuk persenyawaan, yaitu berupa N2 (nitrogen), N2O (Dinitrogen oksida), NO (Nitrogen monoksida), NO2- (Nirit), NO3- (Nitrat), NH3 (Amoniak) dan NH4+ (Amonium) (Al, 2009). Di alam terjadi siklus nitrogen sebagai proses aliran materi. Persenyawaan nitrogen di luar tubuh organisme lebih banyak sebagai N-anorganik. Sebagian berupa anion dan kation yang larut dalam air, berada dalam sistem tanah. Sebagian lain persenyawaan nitrogen berada dalam fase gas di udara. Terjadi perubahan siklis antara fase N-anorganik dan N-organik, yang melibatkan hewan, tumbuhan, jamur dan mikroorganisme lain serta faktor lingkungan abiotiknya (Al, 2009; Bernhard, 2010). Nitrogen merupakan unsur penyusun udara atau atmosfer terbesar, yaitu sekitar 80%. Nitrogen merupakan penyusun senyawa organik, khususnya protein. Meskipun ketersediaan nitrogen di udara sangat melimpah, hewan dan tumbuhan tidak dapat mengambil langsung dari udara (Bernhard, 2010). Hal itu disebabkan nitrogen bebas diudara terdiri atas molekul-molekul N2 yang stabil sehingga jumlah energi yang diperlukan untuk memecah ikatan tersebut relatif besar. Proses perubahan N2 menjadi NH3 disebut fiksasi nitrogen (Pujianto, 2015; Bernhard, 5 Universitas Sumatera Utara 2010). Mikroorganisme Mikroorganisme ini yang memfiksasi memiliki enzim menggabungkan hidrogen dan nitrogen. nitrogen disebut diazotrof. nitrogenase Beberapa jenis yang dapat tumbuhan dapat menggunakan nitrogen bebas dari udara secara langsung karena mereka bersimbiosis dengan mikroorganisme diazotrof pada bintil-bintil akar tumbuhan tersebut (Darjamuni, 2003; Pujianto, 2015; Bernhard, 2010). Gambar 2.1 Daur nitrogen di alam. Tumbuhan yang tidak bersimbiosis dengan mikroorganisme memperoleh intake atau material masukan yang sebagian besar berupa kation maupun anion (N-anorganik) seperti NO3-, NH4+ dan urea. Senyawa N-anorganik yang diserap tersebut akan di konversi atau di metabolisme di dalam sel menjadi bentuk persenyawaan tumbuhan melalui proses, asimilasi sumber nitrogen, sintesis asam 6 Universitas Sumatera Utara amino, sintesis amida dan peptida serta, sintesis protein dan perombakan protein (Al, 2009). Proses pemanfataan senyawa nitrogen menjadi nitrat melalui beberapa proses, diantaranya proses nitrifikasi, asimilasi dan denitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses pengubahan amonium menjadi nitrat oleh aktivitas enzim nitrogenase yang di miliki oleh bakteri nitrifikasi. Proses nitrifikasi berlangsung melalui dua tahap, yaitu nitritasi dan nitratasi. Nitritasi adalah proses mengubahan amonium menjadi nitrit oleh bakteri nitritasi seperti Nitrosomonas. Sedangkan nitratasi adalah proses pengubahan nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitratasi seperti Nitrobacter (Bernhard, 2010). Beberapa bakteri dapat mengubah senyawa nitro yang telah tereduksi kembali ke alam dengan cara oksidasi. Proses oksidasi NH4+ menjadi NO3- disebut nitrifikasi bakteri (Garrett dan Grisham, 2010). Nitrat yang dihasilkan melalui proses nitrifikasi selanjutnya akan digunakan kedalam jaringan biologis tumbuhan melalui proses asimilasi. Asimilasi adalah proses pengolahan ion nitrat dan amonium yang difiksasi oleh tumbuhan yang akan dibentuk menjadi asam amino essensial. Senyawa ion nitrogen tersebut kemudian direaksikan hingga terbentuk berbagai unsur organik seperti asam amino, asam nukleat, protein nabati dan bahkan ada senyawa ion nitrogen yang di sisipkan ke dalam klorofil (Bernhard, 2010). Pada tumbuhan, sumber terpenting nitrogen adalah ion nitrat (NO3-) yang diambil dari larutan tanah. Di dalam tanah, spesiasi ion nitrat tidaklah stabil. Dalam situasi aerobik, ion nitrogen lebih banyak dalam bentuk nitrat begitu juga sebaliknya, dalam suasana anaerobik, nitrat akan tereduksi secara bertahap 7 Universitas Sumatera Utara menjadi ion amonia (NH4+). Bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi berperan pada proses konversi tersebut (Al, 2009). Di alam terdapat beberapa bakteri yang terlibat dalam konversi nitrat menjadi amonia, atau sebaliknya. Proses-proses pengubahan dari amonia menjadi nitrat disebut nitrifikasi. Sebaliknya, terjadi peristiwa pengubahan nitrat dan nitrit menjadi amonia atau N2 yang disebut denitrifikasi. Proses nitrikasi melibatkan bakteri nitrosomonas dan nitrobakter. Pada proses pembusukan dari senyawa Norganik, akan dihasilkan ion-ion amonia yang prosesnya disebut amonifikasi (Al, 2009; Bernhard, 2010). Tabel 2.1 Rentang Kadar Nitrat dan Nitrit dari Berbagai Sayuran Jenis Sayur Rentang Kadar Nitrat (mg/kg) Asparagus 3-700 Bit 100-4500 Brokoli 140-2300 Kubis 0-2700 Wortel 0-2800 Kembang Kol 53-4500 Seledri 50-5300 Ketimun 17-570 Kubis 30-5500 Selada 90-13000 Daun Sop 0-4100 Kacang Polong 20-100 Kentang 57-1000 Lobak 60-9000 Bayam 2-6700 Tomat 0-170 Sumber: (Walters, 1996 dan Keeton, et al., 2009). Rentang (mg/kg) 0,2-0,9 0-4,5 0-1 0,16-0,4 0-0,6 0-1,1 0,4-0,5 0,16-0,8 0,2-1,8 0,16-1,4 0-94 0,4-2,6 0-2,1 0-3,5 0-162 0,16-1,6 Kadar Nitrit 2.2 Kandungan Nitrat Dan Nitrit Pada Sayuran Kandungan nitrat maupun nitrit dalam sayuran sangat beragam, rentang kadar mulai dari 1 sampai 10000 mg/kg. Rentang Kadar nitrat dan nitrit pada sayuran dapat dilihat pada tabel 2.1. Walaupun berasal dari satu varietas yang 8 Universitas Sumatera Utara sama, namun kadar nitrat maupun nitrit dapat berbeda sangat jauh tergantung faktor yang mempengaruhi pada saat proses penanaman dan perlakuan pasca panen, suhu dan lama penyimpanan, pada proses pengolahan bahan pangan seperti pencucian, pemasakaan dan pemisahan. Suhu yang digunakan pada saat penyimpanan, seperti suhu kamar dan suhu lemari pendingin atau suhu beku (EFSA, 2008). 2.3 Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Nitrat Dan Nitrit Suhu dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi kadar nitrat dan nitrit, hal tersebut disebabkan karena adanya aktivitas enzim nitrat reduktase. Enzim tersebut bekerja optimum pada suhu kamar dan akan terinaktivasi pada suhu rendah. Menurut Walters (1996), meneliti bahwa kadar awal nitrit sampel telah diperiksa dan diberi perlakuan berupa suhu penyimpanan, yaitu pada suhu kamar dan suhu lemari pendingin. Kadar nitrat mengalami penurunan sedangkan kadar nitrit mengalami peningkatan. Pada penyimpanan suhu lemari pendingin, kadar nitrat mengalami peningkatan hingga waktu 28 jam, sedangkan pada nitrit tidak terjadi perubahan yang signifikan apabila di simpan pada lemari pembeku, namun mengalami peningkatan ketika disimpan kembali pada suhu kamar pada waktu 39 jam. Perubahan nitrat dan nitrit pada lemari pendingin terjadi tidak signifikan akibat terinaktivasinya enzim nitrat reduktase pada keadaan suhu rendah, sehingga pada keadaan suhu yang rendah aktivitas enzimatik pada tumbuhan sayuran hijau mengalami penurunan yang sangat tajam akibat adanya gangguan internal pada proses transpor elektron enzim nitrat reduktase. Penyimpanan sayuran pada suhu kamar (22oC) selama 7 hari mengalami penurunan kadar nitrat pada hari ke-4 dan 9 Universitas Sumatera Utara peningkatan kadar nitrit pada hari ke-3, hal tersebut membuktikan bahwa adanya aktivitas enzim nitrat reduktase pada periode waktu hari ke 3-4 yang menyebabkan perubahan kadar nitrat dan nitrit. Pengaruh lainnya berupa aktivitas mikroba pereduksi nitrat yang menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah nitrit (Chung, et al., 2004; Tamme, et al., 2010). 2.4 Efek Nitrat dan Nitrit Pada Manusia Nitrat dan nitrit dapat memberikan efek negatif dan efek positif pada manusia. Nitrit merupakan suatu senyawa yang reaktif, dapat direduksi menjadi senyawa NO yang bersifat sebagai vasodilator (Silalahi, 2005; Miranda., et al, 2001; Lundberg, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh EFSA, pada sukarelawan yang sehat, setelah 3 jam mengkonsumsi 500 mL jus bit yang mengandung nitrat 2,9 g/L, dapat mengurangi tekanan darah (-10 mmHg) dan efek ini mempunyai korelasi dengan kenaikan kadar nitrit dalam plasma. Dosis terapi oral natrium nitrit berkisar 0,03-0,12 gram sebagai vasodilator. Pemberian nitrit pada dosis kecil juga dapat melindungi jalannya aliran darah ke beberapa organ seperti hati, otak, ginjal. Efek lain dari nitrat dan nitrit adalah sebagai antiinflamasi (Lundberg, 2009; Silalahi, 2005). Selain dampak positif, keberadaan nitrat dan nitrit di dalam tubuh juga memberikan efek negatif. Salah satunya adalah penyakit methaemoglobinemia (Met-Hb). Gejalanya berupa kulit biru (sianosis), sesak napas, mual serta muntah dan shock. Penyakit ini disebabkan oleh darah yang mengandung methaemoglobin yang tinggi. Methaemoglobin adalah keadaan dimana ion ferro pada hemoglobin darah telah diubah menjadi ferri sehingga kemampuannya untuk mengangkut 10 Universitas Sumatera Utara oksigen telah berkurang dan menyebabkan warna darah menjadi coklat. Methaemoglobin dapat terjadi jika hemoglobin terpapar oleh oksidator lain, termasuk nitrit. Kadar methaemoglobin yang diperbolehkan dalam tubuh hanya 2% apabila kadarnya meningkat hingga 20% maka dapat menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap pengangkutan oksigen, sekalipun masih dapat ditoleransi (Silalahi, 2005; Jimidar, et al., 1995). Nitrat dan nitrit juga dapat menyebabkan pembentukan senyawa nitrosamin pada saluran pencernaan yang dapat menghasilkan senyawa karsinogenik penyebab kanker. Nitrosamin dapat terbentuk melalui reaksi kimia antara agen nitrosasi dan senyawa amin yang mudah dinitrosasi (Tamme, et al., 2010). Reaksi tersebut terjadi pada pH asam dalam air. Biasanya tingkat keasaman makanan sudah cukup untuk memicu nitrosasi, sehingga nitrit dalam makanan akan bereaksi dengan asam dilambung membentuk senyawa nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Tingginya kasus kanker hati dan kanker lambung di Jepang serta China diduga dikarenakan mengkonsumsi cumi-cumi yang mengandung dietilamina (Silalahi, 2005). 2.5 Brokoli (Brassica oleracea L.) Brokoli (Brassica oleracea. L) merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga hijau) berupa tumbuhan berbatang lunak yang berasal dari Eropa, pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania pada 2000 tahun yang lalu. Beberapa tahun terakhir banyak terjadi perbaikan warna maupun ukuran bunga terutama di Denmark. Di Indonesia brokoli dikenal dengan nama kubis hijau atau sprouting brokoli. Brokoli dari 11 Universitas Sumatera Utara bahasa Italia, dimana broco berarti tunas. Tanaman brokoli termasuk cool season crop, sehingga cocok ditanam pada daerah pegunungan (dataran tinggi), yang beriklim sejuk (Sudarminto, 2015; Gardjito, dkk., 2015). Taksonomi Brokoli menurut Herbanese Medan (2016) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermathophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassisca Species : Brassisca oleraceae L. Nama lokal : Brokoli 2.5.1 Jenis Tanaman Varietas brokoli dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan umurnya, yaitu berumur pendek (early variety) dan berumur panjang (late variety). Berdasarkan klasifikasinya brokoli termasuk divisi spermathophyta. Subdivisi angiospermae (Sudarminto, 2015). Brokoli adalah tanaman yang termasuk dalam suku kubis-kubisan. Lahan yang cocok untuk menanam brokoli terletak pada ketinggian 1000-2000 mdpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah liat berpasir dan banyak mengandung bahan organik (Sudarminto, 2015). 2.5.2 Morfologi Tanaman Brokoli memiliki tangkai daun agak panjang dan helai daun berlekuklekuk panjang. Tangkai bunga brokoli lebih panjang dan lebih besar dibandingkan 12 Universitas Sumatera Utara dengan kubis bunga. Massa bunga brokoli tersusun secara kompak membentuk bulatan berwarna hijau tua, atau hijau kebiru-biruan, dengan diameter antara 1520 cm atau lebih. Pada kondisi lingkungan yang sesuai massa bunga brokoli dapat tumbuh memanjang menjadi tangkai yang penuh dengan kuntum bunga, tiap bunga terdiri atas 4 helai kelopak bunga (calyx), empat helai daun mahkota (corolla), enam benang sari yang komposisinya empat memanjang dan dua pendek. Bakal buah terdiri atas dua ruang dan setiap ruang berisi bakal biji. Biji brokoli membentuk dan warna yang hampir sama, yaitu bulat kecil berwarna coklat sampai kehitaman. Biji tersebut dihasilkan oleh penyerbukan sendiri ataupun silang dengan bantuan sendiri ataupun serangga (Sudarminto, 2015; Gardjito, dkk., 2015). Bunga brokoli berwarna hijau dan masa tumbuhnya lebih lama dari kubis bunga. Brokoli tersusun dari bunga-bunga kecil yang berwarna hijau, tetapi tidak sekompak kubis. Dibandingkan dengan kubis bunga, bunga brokoli akan terasa lebih lunak setelah direbus (Sudarminto, 2015). 2.5.3 Manfaat Brokoli Untuk Kesehatan a. Melawan Kanker Brokoli mengandung dua senyawa fitokimia yang disebut indoles dan isohtiocyanate. Senyawa fitokima tersebut berfungsi meningkatkan aktivitas enzim yang berperan untuk menghancurkan agen karsinogenik. Brokoli mempunyai agen antikanker seperti glucoraphanin, betakaroten, diindolymetthane, selenium dan nutrisi lain seperti vitamin A, Vitamin C, vitamin E, Kalium, Seng dan asam amino tertentu dalam mencegah pertumbuhan sel 13 Universitas Sumatera Utara kanker payudara, rahim, kelenjar prostat, usus, ginjal, hati dan paru-paru (Sudarminto, 2015). Sebagai tanaman dengan kandungan vitamin C yang tinggi, dapat dipastikan bahwa brokoli memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Aktivitas antioksidan ini sangat baik sekali untuk pertahanan tubuh, terutama membantu menjaga tubuh dari penyakit kanker (Sudarminto, 2015; Raczuk, et al., 2014). Dalam beberapa penelitian, manfaat brokoli untuk membantu mencegah kanker diperkuat dengan adanya senyawa glukorafanin, yang merupakan bentuk alami dari senyawa antikanker sulforana. Disamping sulforana, terdapat juga isotiosianat yang memiliki manfaat yang sama yaitu sebagai zat yang berkhasiat antikanker (Sudarminto, 2015). Sebuah penelitian menemukan bahwa sayur hijau ini bisa menjadi kunci dalam mencegah dan bahkan mengobati kanker payudara. Para ilmuan menemukan senyawa kimia dalam brokoli yang dapat membunuh sel pertumbuhan tumor. Brokoli mengandung sulfurana yang telah diteliti menunjukkan bahwa senyawa tersebut bermanfaat dalam menghambat sel induk kanker. Penelitian yang dilakukan di China juga menemukan hasil yang serupa. Penelitian yang dilakukan terhadap 5000 perempuan berusia 20-75 tahun yang didiagnosa menderita kanker payudara ini menemukan bahwa, wanita yang sering mengonsumsi sayuran golongan cruciferous seperti brokoli, kubis, atau sawi, memiliki risiko 62% lebih rendah mengalami kematian akibat kanker payudara. Bahkan mengkonsumsi brokoli juga dapat mencegah kanker payudara sebesar 35% (Sudarminto, 2015). 14 Universitas Sumatera Utara b. Detoksifikasi Brokoli turut berperan dalam proses detoksifikasi dan membebaskan tubuh dari radikal bebas dan racun asam urat, sehingga melindungi tubuh dari toksik seperti bisul, gatal, rematik, batu ginjal, asam urat dan eksim (Sudarminto, 2015). Detoksifikasi adalah proses pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun didalam tubuh. Organ vital yang menjadi target dalam program pembersihan racun yang efektif adalah usus besar (pengeluaran) dan liver (detoksifikasi). Pembersihan dan detoksifikasi meningkatkan proses alamiah pengeluaran toksin dari tubuh kita (Sudarminto, 2015). c. Sehatkan Jantung Para peneliti Amerika Serikat menyatakan bahwa menkonsumsi brokoli banyak manfaat positif bagi kesehatan tubuh. Salah satu diantara manfaat positifnya adalah melidungi jantung dari sel-sel perusak. Brokoli mengandung sulforana yang efektif untuk mencegah kerusakan pada jantung. Selain itu brokoli juga merangsang tubuh memproduksi sebuah protein yang disebut thioredoxin. Zat ini juga berfungsi melindungi jantung dari sel-sel perusak (Sudarminto, 2015). Kesimpulan tentang besarnya manfaat brokoli bagi kesehatan jantung diperoleh dari penelitian terhadap pola makan tikus. Peneliti membagi menjadi dua kelompok tikus yang diberi makan brokoli dan makanan lain selama sebulan. Hasilnya fungsi jantung tikus yang diberi makan brokoli lebih baik dan terhindar dari kerusakan saat memompa oksigen. Para peneliti berkesimpulan jika brokoli efektif melindungi jantung tikus, itu akan efektif juga pada manusia (Sudarminto, 2015). 15 Universitas Sumatera Utara d. Perawatan Mata Zexanthin adalah salah satu senyawa dalam brokoli yang bermanfaat bagi kesehatan mata. Nutrisi dalam perbaikan kerusakan yan disebabkan karena radiasi UV serta mencegah gangguan kondisi mata seperti degenerasi mata manula dan katarak (Sudarminto, 2015). e. Meningkatkan Kesehatan Kulit dan Meningkatkan Imunitas Brokoli mengandung banyak Vitamin C, Betakaroten dan Vitamin B kompleks yang sangat dibutuhkan oleh kulit. Bahkan Vitamin E yang ada di dalam brokoli mampu membantu regenerasi kulit yang telah mati (Sudarminto, 2015). f. Kesehatan Tulang dan Mendukung Kehamilan Kalsium yang terkandung dalam brokoli sangat membantu dalam pertumbuhan tulang anak-anak, orang tua dan ibu hamil atau menyusui. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan melemahnya tulang, gigi, osteoporosis. Brokoli berkontribusi terhadap kesehatan tulang karena kandungan zat besi, kalium, fosfor dan magnesium (Sudarminto, 2015). g. Menjaga Kadar Gula Darah Brokoli mengandung mineral yang disebut Kromim, yang membantu berfungsinya hormon insulin. Ini merupakan salah satu cara mengatur kadar gula darah (Sudarminto, 2015). h. Mencegah Anemia Brokoli merupakan sumber zat besi yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai obat yang efektif untuk anemia (Sudarminto, 2015). 16 Universitas Sumatera Utara 2.5.4 Kandungan Gizi Brokoli Brokoli mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat besi, vitamin (A, C, E, tiamin, nikotinamid), beta karoten dan glutation. Selain itu, brokoli mengandung senyawa cianohidroksibutena (CHB), sulforafan dan iberin yang merangsang pembentukan glutation. Nilai gizi yang terkandung dalam 156 gram brokoli (1 mangkuk brokoli yang dikukus) ditunjukan dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 Kandungan Gizi Brokoli Nilai Gizi Kalori Protein Asam lemak omega 3 Karbohidrat Lemak Kalsium Pottasium (kalium) Fosfor Besi Zinc Magnesiun Vitamin A Vitamin B1 (Thiamin) Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B6 (pyridoxin) Vitamin B3 (Niasin) Vitamin B5 (Panatotthenic acid) Vitamin B9 (Folat) Vitamin C Vitamin E Vitamin K Serat Mangan Triptofan Sumber : (Sudarminto, 2015). Total Kandungan 43,68 kal 4,66 gram 0,20 gram 8,19 gram 0,55 gram 74,72 gram 505, 44 mg 102,80 mg 1,37 mg 0,62 mg 39,00 mg 228,07 mg 0,09 mg 0,18 mg 0,22 mg 0,94 mg 0,79 mg 93,91 mcg 123,40 mg 0,75 mg 155,20 mg 4,68 mg 0,34 mg 0,05 mg 2.6 Penetapan Kadar Nitrat Dan Nitrit Metode yang digunakan dalam menentukan kadar nitrit dan nitrat yaitu kolorimetri, HPLC (High Performance Liquid Chromatography), GC (Gas 17 Universitas Sumatera Utara Chromatography), keluminensen dan spektrofotometri sinar tampak. Metode pengukuran menggunakan spektrofotometri telah digunakan pada penetapan kadar nitrit dari nitrat yang direduksi menggunakan vanadium (III) yang dilarutkan kedalam HCl (Beda, et al., 2005; Miranda, et al., 2001). Penetapan kadar nitrit dalam air menggunakan spektrofotometer sinar tampak juga telah digunakan sebagai metode penetapan kadar nitrit (Aydin, et al., 2005). Untuk penentuan kadar nitrat sendiri, dilakukan dengan terlebih dahulu mereduksinya menjadi nitrit. Reduksi nitrat menjadi nitrit, dilakukan dengan cara direduksi dengan logam Zn (Walters, 1996; Vogel, 1990) maupun dengan campuran kadmium, natrium tartrat dan asam tartrat (Özdestan dan Üren, 2011; Silalahi, et al., 2007). Nitrat juga dapat direduksi dengan serbuk Zn dan HCl atau asam asetat (Masfria, dkk., 2013; Walters, 1996). 2.7 Spektroskopi Sinar Tampak Spektrofotometri sinar tampak dapat disebut juga spektrofotometer visible. Yang dimaksud sinar tampkan adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm. Spektrum cahaya dari matahari dapat dilihat secara alamiah yaitu dalam bentuk pelangi. Pada tahun 1672, Newton menunjukkan bahwa pemecahan radiasi terlihat dari sinar matahari menjadi komponen-komponen yang berwarna dapat dilihat dengan menggunakan prisma. Dengan menggunakan serangkaian lensa dan prisma maka sinar matahari dapat terpecah menjadi beberapa komponen yang berwarna yang dapat dilihat oleh alat. Berikut adalah deret spektrum warna yang berasal dari matahari : 18 Universitas Sumatera Utara Ultra violet Violet Nila Biru Hijau Kuning Jingga Merah Infra merah Sumber spektrum tersebut dapat didapatkan dari sumber selain sinar matahari, misalnya pengaliran arus listrik melalui filamen yang terbuat dari bahan seperti tungsten menghasilkan suatu sumber yang berpijar yang memancarkan radiasi sinar tampak (Sastrohamidjojo, 1991). 2.7.1 Hubungan Warna Dan Panjang Gelombang Cahaya yang dapat dilihat manusia disebut cahaya terlihat atau cahaya tampak. Biasanya cahaya tampak merupakan campuran dari cahaya yang mempunyai berbagai panjang gelombang, dari 400-700 nm, seperti pelangi yang bisa dilihat oleh mata. Hubungan antara warna atau cahaya tampak dengan panjang gelombang yang terlihat, ditunjukan pada tabel 2.3 (Sastrohamidjojo, 1991). Tabel 2.3 Warna dan warna komplementer Panjang gelombang (nm) 400-435 435-480 480-490 490-500 500-560 560-580 595-610 610-680 680-700 Warna Violet (Ungu) Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan Hijau Hijau kekuningan Jingga Merah Ungu kemerahan Warna Komplementer Hijau kekuningan Kuning Jingga Merah Ungu kemerahan Ungu Biru kehijauan Hijau kebiruan Hijau 2.7.2 Instrumentasi Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut spektrofotometer. Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi sumber tenaga radiasi yang stabil, sistem yang terdiri atas lensa-lensa, cermin, celah-celah dan 19 Universitas Sumatera Utara lain-lain, monokromator untuk mengubah radiasi menjadi komponen-komponen panjang gelombang tunggal, tempat cuplikan yang transparan dan detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter pencatat. Diagram sederhana dari spektrofotometer adalah sebagai berikut : Sumber Radiasi Monokroma tor Sel penyerap detektor Pencatat Gambar 2.2 Diagram Spektrofotometer (Sastrohamidjojo, 1991). Metode spektrofotometri sinar tampak digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif nitrit dengan pereaksi asam sulfanilat dan NED yang membentuk warna ungu merah dan dapat diukur dengan panjang gelombang maksimum 540 nm (Hess, 2000; Beda, et al., 2005; Miranda, et al., 2001). Metode spektrofotometri sinar tampak dalam penetapan kadar nitrit dan nitrat adalah berdasarkan reaksi kolorimetri uji Griess (lihat Gambar 2.2) dimana nitrit mengalami reaksi diazotasi dengan asam sulfanilat dan N-(1-Naftil) etilendiamin dihidroklorida yang akan menghasilkan senyawa azo berwarna ungu kemerahan yang dapat diukur secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 540 nm (Hess, 2000). Gambar 2.3 Reaksi diazotasi antara nitrit, asam sulfanilat dan NED (N-(1Naphthyl ethylenediamine) 20 Universitas Sumatera Utara