BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hansen, (2000:24) learning as a human adaptation process. “It is a
process whereby knowledge is created through the transformation of experience”.
Vrasidas,2000:2) learning is defined as change in behavior, creation or
modification of cognitive structures, or construction of shared meaning. Belajar
pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai (Hamzah, 2009: 54). Oemar Hamalik (2005: 154) mendefinisikan belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun
ketrampilan motorik. Hasil belajar merupakan realisasi atau pemakaran dari
kecakapan-kecakapan
potensial
atau
kapasitas
yang
dimiliki
seseorang
(Sukmadinata 2005:102). Menurut Bloom (dalam Jihad, dkk 2010:14) tiga ranah
(domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut
Romizowski (dalam Jihad, dkk 2010:14) hasil belajar merupakan keluaran
(outputs)dari suatu sistem pemrosesan masukan
(input).Dari kedua pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk
perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Menurut Usman (dalam Jihad, dkk 2010:16) hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan
guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga kriteria, yakni domain kognitif,
afektif, dan psikomotor.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
1) Domain kognitif
a) Pengetahuan (knowlegde), yaitu jenjang yang paling rendah dalam
kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat
khusus, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola,
struktur. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang, laporkan, ingat,
garis bawahi, sebutkan, daftar dan sambungkan.
b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang setingkat diatas pengetahuan
ini
akan
meliputi
penerimaan
dalam
komunikasi
secara
akurat,
menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda,
mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan
mengeksporasikan. Kata-kata yang dapat dipakai: menterjemah, nyatakan
kembali, diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan, identifikasi,
tempatkan, review, ceritakan, paparkan.
c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru.
Katakata yang dapat dipakai antara lain: interpretasikan, terapkan,
laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekan, ilustrasikan, operasikan,
jadwalkan, sketsa, kerjakan.
d) Analisa, yaitu jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama
kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi
bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagianbagian itu dan cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat dipakai:
pisahkan, analisa, bedakan, hitung, cobakan, test bandingkan kontras, kritik,
teliti, debatkan, inventarisasikan, hubungkan, pecahkan, kriteriakan.
e) Sintesa, yaitu jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini
adalah meliputi anak untuk menaruhkan / menempatkan bagian-bagian atau
elemen satu / bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang
koheren. Kata-kata yang dapat dipakai: komposis, desain, formulasi, atur,
rakit, kumpulkan ciptakan, susun,
organisasikan, siapkan, rancang,
sederhanakan.
f) Evaluasi, yaitu jenjang yang paling sulit dalam kemampuan pengetahuan
anak didik. Kata-kata yang dapat dipakai: putuskan, hargai, nilai, skala,
commit to user
bandingkan, revisi, skor, perkiraan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2) Domain kemampuan sikap (afektif)
a) Menerima atau memperhatikan, meliputi sifat sensitif terhadap adanya
eksistensi suatu penomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang
merupakan perilaku kognitif. Termasuk di dalamnya juga keinginan untuk
menerima atau memperhatikan. Kata-kata yang dapat dipakai: dengar, lihat,
raba, cium, rasa, pandang, pilih, kontrol, waspada, hindari, suka, perhatian.
b) Merespon, yaitu anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu objek
tertentu, penomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan
menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat di dalamnya.
Kata-kata yang dapat dipakai: persetujuan, minat, reaksi, membantu,
menolong, partisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai, gemar,
cinta, puas, menikmati.
c) Penghargaan, yaitu perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak
hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan
terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.
Kata-kata yang dapat dipakai: mengakui dengan tulus, mengidentifikasi diri,
mempercayai, menyatukan diri, menginginkan, menghendaki, beritikad,
menciptakan ambisi, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban, tanggung jawab,
yakin, pasrah.
d) Mengorganisasikan, yaitu anak didik membentuk suatu sistim nilai yang
dapat menuntut perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai: menimbangnimbang, menjalin, mengkristalisasikan, menyusun sistim, menyelaraskan,
mengimbangkan membentuk filasafat hidup.
e) Mempribadi (mewatak),
sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah
mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sistem
yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku. Kata-kata yang dapat
dipakai: bersifat objektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya
diri, berkepribadian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3) Ranah psikomotorik
a) Menirukan, yaitu apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang
dapat diamati, maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu
sampai pada tingkat sistim otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata
hari untuk menirukan. Kata-kata
yang dapat dipakai: menirukan,
pengulangan, coba lakukan, berketepatan hati, mau, minat bergairah.
b) Manipulasi, yaitu anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang
diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati, dia mulai dapat
membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu
memilih action yang diperlukan dan mulai memiliki ketrampilan dalam
memanipula mentasi. Kata-kata yang dapat dipakai: ikuti petunjuk, tetapkan
mencoba-coba, mengutakatik, perbaikan tindakan
c) Keseksamaan (Precision), yaitu meliputi kemampuan anak didik dalam
penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi
dalam memproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata-kata yang dapat dipakai:
lakukan kembali, kerjakan kembali, hasilkan, kontrol, teliti.
d) Artikulasi (articulation), yaitu anak didik telah dapat mengkoordinasikan
serentetan action dengan menetapkan urutan secara tepat di antara action
yang berbeda-beda. Kata-kata yang
dapat dipakai: lakukan secara
harmonis, lakukan secara unit.
e) Naturalisasi, yaitu apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu
action atau sejumlah action yang urut. Ketrampilan penampilan ini telah
sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan action tersebut ditampilkan
dengan pengeluaran energi yang minimum.
Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga domain
tersebut yang sering dialami siswa setelah menjalani proses belajar. Semakin baik
proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi. Tujuan belajar adalah
sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan
belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap sikap yang
baru, yang diharapkan dicapai oleh siswa. Untuk memperoleh hasil belajar, maka
to user tindak lanjut atau cara untuk
dilakukan evaluasi atau penilaian commit
yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak hanya
diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan saja, tapi juga pada sikap dan
keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal
yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (2003:54) faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan
menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang ada diluar individu.
1) Faktor - faktor intern meliputi :
a) Faktor jasmaniah, sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurangbersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada
gangguan-gangguan/
kelainan-kelainan
fungsi
alat
inderanya
serta
tubuhnya. Begitu pula anak yang cacat tubuh, keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar.
b) Faktor psikologis, sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke
dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah
intelegensi, perhatian, minat, kecerdasan, bakat, motif, kematangan.
c) Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
2) Faktor-faktor ekstern, meliputi :
a) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah, faktor yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
to usersiswa, relasi siswa dengan siswa,
mengajar, kurikulum, relasicommit
guru dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa
dalam masyarakat.
2. Hakekat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Degeng (dalam Uno, 2008: 2) Pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Lebih lanjut ditegaskan oleh Dexzrek (2008: 1) bahwa
pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan jasa pendidikan maupun
teori belajar sebagai penentu utama keberhasilan pendidikan. Sehingga Secara
implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode, untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan,
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.
Sehingga diasumsikan pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien.
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antar manusia yang disebut
sebagai interaksi. Ada ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu :
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2) Kesaling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara dasar perbedaan antara sistem yang
dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
Sumadi Suryabrata (2004: 249-250), belajar sebagai proses atau aktivitas
disyaratkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1) Faktor yang berasal dari luar diri warga belajar di golongkan menjadi yaitu :
Faktor non sosial dan Faktor sosial.
2) Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar, Faktor fisiologis, jasmani,
fungsi fungsional tertentu, dan Faktor psikologis mendorong aktivitas belajar.
3. Hakekat Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Lin (2006) menjelaskan bahwa “Cooperative learning is an instructional
method in which students work in small groups to accomplish a common learning
goal under the guidance of a teacher”. (Pembelajaran kooperatif merupakan metode
pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan
pembelajaran umum di bawah bimbingan guru).
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada
siswa untuk bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan.
Diharapkan siswa semakin menyukai pelajaran matematika. Keaktifan siswa untuk
bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, serta menuliskan jawaban di
papan tulis atas inisiatif sendiri, dan bekerja sama dalam kelompok diharapkan
bertambah sehingga dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran pada umumnya
(Widdiharto, 2004: 14).
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu
masalah. Menurut Arends (2004: 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai
ciri-ciri:
1) siswa bekerja dalam kelompok dengan bekerjasama untuk menyelesaikan
materi belajar.
2) kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi,
sedang dan rendah, serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
commit to user
berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
3) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripara individu.
Menurut
Usman
(2000:103)
dengan
pengajaran
kelompok
kecil,
memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberi rasa tanggung jawab yang lebih
besar, berkembangnya dengan kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta
dapat memenuhi kebutuhan pada siswa secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa saling bekerjasama dalam
kelompok dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Dengan
pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar lebih aktif, serta dapat
memenuhi kebutuhan siswa secara optimal guna pencapaian tujuan belajar. Dalam
hal ini siswa bekerjasama dan belajar dalam kelompok serta bertanggung jawab pula
terhadap kegiatan belajar siswa lain dalam kelompoknya.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (2004: 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi
belajar.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi,
sedang, dan rendah serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
3) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan oleh Robert E. Slavin (1995), yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk
berhasil.
4) Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok
dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling
membantu, dan saling peduli. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
1) Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada
aktifitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap
untuk mernghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa
bantuan teman sekelompoknya.
2) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan model skoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa
yang terdahulu. Setiap siswa baik yang berhasil rendah, sedang, atau tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya dengan menggunakan model skoring itu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif
terdiri dari tiga konsep yang utama yaitu penghargaan kelompok, pertanggung
jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran koopertif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995: 35).
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000: 7), model pembelajaran kooperatif
paling tidak mempunyai tiga tujuan penting yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan kooperatif.
Tujuan pertama adalah meningkatkan hasil belajar akademik dimana siswa dituntut
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
commit
to user
dapat memberi keuntungan baik pada
siswa
kelompok bawah maupun kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
atas. Tujuan kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain
atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga dari pembelajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.
Ketrampilan ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, dimana mereka
saling melakukan kerjasama dalam organisasi dan saling melakukan kerjasama satu
sama lain kondisi kebudayaan yang beranekaragam.
Dari peryataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penerapan
model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu: hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keberagaman, pengembangan keterampilan
kooperatif atau bekerjasama. Keberhasilan dari individu sangat ditentukan oleh
keberhasilan kelompok.
4. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT).
a. Pengertian Model Pembelajaran Numbers Heads Together (NHT)
Muraya, (2011:731) Arends (1997)
identified STAD, Jigsaw, Group
Investigation, Think Pair Share and Numbered Heads Together as cooperative
learning models. Nuruddin, (2013:2) Numbered Heads Together is one of the
cooperative techniques designed by Kagan back in 1993 to involve more
students in the review of materials covered in
a
lesson
and
to
check
theirunderstanding of a lesson’s content.
Numbered Heads Together merupakan tipe dari model pengajaran kooperatif
pendekatan struktural, adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spancer
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut, (Ibrahim dkk, 2000: 28). Menurut Anita Lie (2002: 59)
pengertian Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu
tipe dari pengajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide -ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu Numbered Heads Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan
commit
user digunakan untuk semua mata
semangat kerjasama mereka. Model
ini todapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
pelajaran dan untuk semua tingkatan peserta didik. Satu aspek penting dalam
pengajaran kooperatif adalah bahwa di samping pengajaran kooperatif membantu
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara
siswa, pengajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pengajaran
akademis mereka.
Pembelajaran
kooperatif
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan
masalah.
Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran
dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang
suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut.
Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok. Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya
menunjukkan unggul dalam meningkatkan bahwa tehnik - tehnik pengajaran
kooperatif lebih hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran
kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah, sedang,
maupun tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Peranan metode Numbered Heads Together dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, baik tugas individu
maupun kelompok.
4) Memantau kerja kelompok.
5) Mengevaluasi hasil belajar.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim dengan tiga langkah yaitu :
1) Pembentukan kelompok;
2) Diskusi masalah;
3) Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut:
1) Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2) Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku,
jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku
paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS
atau masalah yang diberikan oleh guru.
4) Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
6) Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
c. Manfaat Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Manfaat Model Pembelajaran NHT dalam menceritakan kembali cerita yang
dipelajarinya. Number Head Together dalam menceritakan kembali cerita yang
dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan
kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa
sekolah dasar harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang
bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus
disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan
tentang Number Head Together dapat bermanfaat bagi para siswa.
Menurut Lundgren dalam Ibrahim, ada beberapa manfaat pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi.
d. Tujuan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
Menurut Ibrahim dan Herdian (2009: 7) tiga tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
1) Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan
agar
siswa
dapat
menerima
teman-temannya
yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3) Pengembangan keterampilan social
Bertujuan
untuk
mengembangkan
keterampilan
sosial
siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
e. Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT
Menurut Sanjaya (2008: 249) keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran
kooperatif Number Head Together.
1) Keuntungan
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.
c) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
d) Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
commitumpan
to userbalik.
pemahamannya sendiri, menerima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
h) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
2) Kelemahan
a) Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal
maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
b) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila
guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
c) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.
Selanjutnya Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009: 36)
menyebutkan keuntungan dan kelemahan sebagai berikut.
1. Keuntungan
a) Saling ketergantungan yang positif.
b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
d) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan
guru.
f)
Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
2. Kelemahannya
a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Jadi dapat di tarik kesimpulan menurut para ahli diatas, sebagai
berikut.
1. Kelebihan
a) Terjadinya
interaksi
antar
siswa
melalui
diskusi
dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b) Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat
melalui aktifitas belajar kooperatif.
c) Siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok agar
dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.
d) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.
2. Kekurangan atau kelemahan
a) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
b) Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa
memiliki
pemahaman
yang
memadai
pada
saat
diskusi
menyelesaikan masalah.
c) Peneglompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan
tempat duduk yang berbeda.
5. Model Pembelajaran Tipe Group Investigation
a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Group Investigation
Menurut Aunurrahman, (2010: 151) model investigasi kelompok secara
filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi
yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk
menginvestigasi
suatu
masalah, merencanakan,
mempresentasikan,
serta
mengevaluasi kegiatan mereka. Model investigasi kelompok sesuai untuk
merespon kebutuhan siswa dalam mengembangkan kemampuan belajar kolaborasi
melalui kerja kelompok, dimana kemampuan tersebut diperoleh dari pengalaman
commit to user
masing-masing siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Menurut Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan
Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke
dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Group
Investigation yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model
didasari
oleh
proses
demokratis
dan
pengambilan
keputusan
ini
secara
berkelompok. Guru berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan
rencana, dan mengatur kelompok, serta berfungsi sebagai konselor akademik”
(Suprihadi Saputro, 2000: 129). Menurut Miftahul Huda (2011: 16), “Group
Investigation diklasifikasikan sebagai
metode
tugas-tugas
beragam,
mendorong
informasi
dari
yang diberikan
mengumpulkan
sangat
dan mengevaluasi
investigasi
kelompok karena
siswa
beragam
untuk
sumber,
komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan
sangat implisit”. Dalam model group investigation, siswa memiliki pilihan penuh
untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam
kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi
tugas dengan proyek yang berbeda-beda. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan
investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.
b. Ciri-Ciri Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation
Menurut Aunurrahman, (2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi
kelompok adalah sebagai berikut.
1) Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki
independensi terhadap guru.
2) Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan
pertanyaan yang telah dirumuskan.
3) Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk
mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa
kesimpulan.
4) Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
Dalam model cooperative learnnig tipe group investigation memiliki ciriciri
yang
membedakan
dari
pembelajaran kooperatif yang lain. Dalam
commit tolearnnig
user
penelitian ini, ciri-ciri model cooperative
tipe group investigation pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
belajar dengan topik yang berbeda-beda sehingga siswa bersama kelompoknya
masing-masing melakukan kerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Selanjutnya dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan siswa lebih fokus
pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan yaitu bagaimana
kelompok menyelesaikan tugas yang ada dalam kelompoknya, sumber apa saja
yang akan dugunakan (misalnya buku-buku penunjang, koran-koran, dan orang
yang bisa dijadikan sumber belajar), dan
kemudian siswa secara aktif
melakukan berbagai kegiatan dalam upaya untuk menyelesaikan tugas kelompok.
c. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation
Menurut Sharan, dkk. (Trianto, 2010: 80), membagi langkah-langkah
pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) fase yaitu sebagai
berikut.
1) Memilih topik
Siswa memilih sub-subtopik tertentu dalam bidang bidang permasalahan
umum
tertentu,
yang
biasanya
diterangkan
oleh
guru. Siswa
kemudian
diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang
beranggota dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara
akademis maupun etnis.
2) Perencanaan kooperatif.
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan
khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
3) Implementasi.
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam
tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis
sumber yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila
dibutuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
4) Analisis dan sintesis.
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada
tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh kelas.
5) Presentasi hasil final.
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya
dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain
saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh
perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.
6) Evaluasi.
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek berbeda dari topik
yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja
kelas sebagai suatu keseluruhan. Evalusi yang dilakukan dapat berupa penilaian
individual atau kelompok.
d. Kelebihan Model Cooperative LearningTipe Group Investigation
Menurut Miftahul Huda (2011: 164), “GI (Group Investigation) dianggap
sebagai metode yang paling sesuai bagi guru yang baru belajar menggunakan
pembelajaran kooperatif”. Pada dasarnya Group Investigation memiki prosedur
prosedur tersendiri, jika guru memahami setiap prosedur dengan jelas maka
dengan mudah guru dapat menerapkan Group Investigation dalam pembelajaran.
Selanjutnya Aunurrahman (2010: 152), mengungkapkan beberapa kelebihan dari
model investigasi kelompok (group investigation) yaitu sebagai berikut. Model
ini juga akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan antar pribadi,
kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam
belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Dan yang lebih
penting lagi adalah bahwa model investigasi kelompok dapat dipergunakan pada
seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan
peristiwasebagai model inti untuk semua sekolah.
Dalam
investigasi
kelompok
siswa
diorganisir ke
dalam
kelompokkelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Sharan (Miftahul Huda,
user justru ketika mereka berada
2011: 17) bahwa “performa siswacommit
lebih toefektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
dalam kelompok-kelompok
kecil
(seperti,
peer
tutoring
dan investigasi
kelompok) dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam suasana tradisional
ruang kelas yang mengikutsertakan seluruh anggotanya”. Dalam kelompokkelompok kecil terdapat hubungan interpersonal yang lebih intens dan lebih
kompleks. Selanjutnya siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
memiliki rasa tanggung jawab lebih besar untuk membantu siswa lain. Selain
itu, siswa berada dalam kelompok kecil lebih komunikatif satu sama lain. Dalam
kajian
yang
mendalam
tentang
investigasi
kelompok
Joyce
dan Weil
(Aunurrahman, 2010: 153), menyimpulkan bahwa model investigasi kelompok
memiliki kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan
penelitian
akademik,
integrasi
sosial,
dan
proses
belajar
sosial.
Siswa
diorganisasikan ke dalam kelompok untuk melakukan penelitian bersama atau
cooperative inquiri terhadap masalah-masalah sosial maupun akademik. Jadi
selain melakukan penelitian akademik, secara tidak langsung siswa melakukan
integrasi sosial dan proses belajar sosial melalui interaksinya dalam kelompok.
6. Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin Belajar
McGregor (2007:3) disciplines are understood to be areas of academic
study that are part of a larger body of learning. Discipline s is a term referring to a
branch of knowledge or teaching, often in the academy. It stems from the Latin roots
disciplulus for pupil, or disciplina for the teaching of disciples.
Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjukkan kepada
kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut juga hampir sama dengan istilah dalam
bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di
bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah lainnya dalam bahasa Inggris
adalah “Discipline” yang artinya: 1). Tertib, taat, atau mengendalikan tingkah
laku, penguasaan diri, kendali diri; 2). Latihan membentuk, meluruskan dan
menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental dan karakter moral; 3).
Hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4). Kumpulan atau
system peraturan-peraturan bagi tingkah laku (Mac Millan Dictionary, dalam
Tulus Tu‟u, 2004:31).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Masykur Arif Rahman (2011:64) mengatakan bahwa disiplin berasal dari
bahasa Inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti. Diantaranya adalah
pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan
sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Disiplin
yang dikaitkan dengan belajar dapat diartikan bahwa disiplin yang dimaksud adalah
disiplin belajar. Berdasarkan definisi disiplin sebelumnya, disiplin belajar dapat
diartikan sebagai pengendalian diri mahasiswa terhadap bentuk-bentuk aturan
baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh mahasiswa yang
bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pelajar. Moenir (2010: 95) mengemukakan : Ada
dua jenis disiplin yang sangat dominan dalam usaha untuk menghasilkan
sesuatu yang dikehendaki organisasi. Kedua disiplin itu ialah disiplin dalam hal
waktu dan disiplin dalam hal perbuatan. Kedua disiplin tersebut merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi.
Disiplin juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai
dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik
dan
diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud
mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi
belajar-mengajar (Masykur Arif Rahman, 2011:66). Menurut A. S. Moenir “
Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis yang telah ditetapkan.” (2010:94)
Berdasarkan pendapat di atas ada dua jenis disiplin yaitu disiplin waktu
dan disiplin perbuatan. Berdisiplin waktu apabila seseorang memulai dan
mengakhiri pekerjaan tepat waktu, sedangkan disiplin perbuatan mengharuskan
seseorang untuk mengikuti dengan ketat perbuatan atau langkah tertentu dalam
perbuatan agar dapat mencapai dan menghasilkan sesuatu dengan standar yang
telah ditetapkan. Kedua disiplin ini harus dilaksanakan serentak dan tidak separuhseparuh. Disiplin waktu tanpa disertai disiplin perbuatan tidak ada artinya,
sebaliknya disiplin perbuatan tanpa disiplin waktu tidak ada manfaatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
b. Indikator Disiplin Belajar
Indikator-indikator
yang
dapat
digunakan
untuk
mengukur tingkat
disiplin belajar siswa berdasar ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan
dikemukakan Moenir (2010: 95), yaitu:
1) Disiplin waktu, meliputi :
a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat
waktu, mulai dan selesai belajar di sekolah tepat waktu dan mulai dan
selesai belajar di rumah.
b) Tidak keluar dan membolos saat pelajaran
c) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
2) Disiplin perbuatan, meliputi:
a) Patuh dan tidak menentang peraturan.
b) Tidak malas belajar.
c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya (mandiri).
d) Tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak
membuat
keributan
dan
tidak mengganggu orang lain yang sedang
belajar.
B. Penelitian Relevan
Zuhairini, Nurul Afia. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP
Darussalam Baureno Bojonegoro pada Mata Pelajaran Fisika. Berdasarkan hasil
analisis terhadap motivasi belajar dengan uji t, diperoleh nilai t = 4.39 yang lebih
besar sehingga H1 diterima atau H0 ditolak. Diterimanya H1 ini menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa yang diajar dengan menyisipkan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa yang
diajar tanpa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Hasil analisis
terhadap hasil belajar dilakukan dengan uji U Mann-Whitney, diperoleh nilai z
sebesar −0.599 yang lebih kecil dari nilai kritis z yaitu 1.645 sehingga H0 diterima
atau H1 ditolak. Diterimanya H0 ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menyisipkan model pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Numbered Head Together (NHT) dan siswa yang diajar tanpa model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT). Persamaan dengan penelitian ini adalah samasama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya
model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan variabel terikatnya adalah
prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini
bebasnya ditambah dengan model pembelajaran Group
variabel
Investigation (GI) dan
kedisiplinan belajar.
Tiara Dewi Gustaviana. (2013). Pengaruh model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD di Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
signifikansi
yang diperoleh
yaitu 0,012 yang <
½
α, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa yang menggunakan tipe NHT dengan yang menggunakan metode
konvensional. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
positif. Hal tersebut didapat dari skor siswa yang seluruhnya berada pada
kategori tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tipe NHT dapat dijadikan
salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA. Persamaan dengan penelitian ini
adalah sama-sama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya
model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan variabel terikatnya
adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini
variabel bebasnya ditambah dengan model pembelajaran Group Investigation (GI)
dan kedisiplinan belajar sedangankan pada penelitian relevan model pembelajaran
konvensional yang dijadikan pembanding dengan model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT).
Nelson Alexander. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads
Together Berbasis Metakognitif Terhadap Hasil Belajar IPA dan Retensi. Proses
pembelajaran yang baik memerlukan beberapa faktor penunjang antara lain,
pengajar, fasiitas, juga metode pembelajaran yang tepat. Kurangnya pemberdayaan
metakognitif menjadi salah satu masalah disekolahyang berbengaruh terhadap hasil
belajar dan retensi. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
metakognitif, hasil belajar, dan retensi adalah NHT. Tujuan penelitian untuk
commit
to user
mengkaji pengaruh pembelajaran NHT
berbasis
metakognitif terhadap hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
IPA
dan
retensi
dengan
pembelajaran
konvensional.
Metode
penelitian
menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest
Eqiuvalent Group Design. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 10 Manado tahun
ajaran 2013/2014 pada kelas VIII3 dan kelas VIII6 dengan jumlah peserta didik pada
kelas VIII3 sebagai kelas eksperimen 25 peserta didik, dan kelas VIII6 sebagai kelas
kontrol 25 peserta didik. Instrumen penelitian menggunakan tes dan angket
keterampilan metakognitif. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji
Anakova diperoleh yaitu harga Fhitung untuk model pembelajaran sebesar 19,556
dengan signifikasi 0,00 atau < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Jadi kesimpulannya, model NHT berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Persamaan dengan penelitian ini
adalah sama-sama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya
model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan variabel terikatnya
adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini
variabel bebasnya ditambah dengan model pembelajaran Group Investigation (GI)
dan kedisiplinan belajar sedangankan pada penelitian relevan model pembelajaran
konvensional yang dijadikan pembanding dengan model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT).
Kristinawati, Ike. (2010). Pengaruh Disiplin Belajar dan Perhatian Orang
Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan di
SMK Negeri 1 Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa jurusan
Akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Malang sebanyak 197 siswa. Pengambilan
sampel yang berjumlah 50 siswa (25%) dilakukan dengan teknik random sampling.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari disiplin belajar dan perhatian orang tua
sebagai variabel bebas dan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi sebagai variabel
terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda yang
didahului dengan uji asumsi klasik dan menggunakan bantuan program SPSS.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa terdapat
pengaruh secara bersama-sama yang signifikan antara disiplin belajar dan perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung yang
commit
to user
lebih besar dari nilai Ftabel (25.474
> 3.158).
Dari nilai R-Square menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
nilai sebesar 0.520 atau 52%, artinya bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi
sebesar 52% oleh disiplin belajar dan perhatian orang tua sedangkan sisanya 48%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar kedua variabel bebas yang diteliti. Secara
parsial diperoleh hasil bahwa variabel disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi
belajar dan variabel perhatian orang tua juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung yang lebih besar dari nilai ttabel,
untuk disiplin belajar (2.316 > 2.002) dan untuk perhatian orang tua (6.036 > 2.002).
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian
kuantitatif, dengan variabel bebasnya kedisiplinan belajar dan variabel terikatnya
adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini
variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan jenis
penelitian eksperimen.
C. Kerangka Pikir Penelitian
1. Pengaruh antara penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan model pembelajaran Group
Investigation (GI)
terhadap hasil belajar.
Hasil belajar merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan.
Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah dengan pemilihan model
pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Guru
harus dapat memilih model
yang sesuai dengan pokok bahasan yang
disampaikan, dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga peserta didik
mempunyai minat yang tinggi terhadap pembelajaran.Model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut serta juga mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka sehingga diharapkan dengan
m0del pembelajaran ini dapat efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Model Group Investigation sacara filosofis beranjak dari paradigma
konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siswa
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi
dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu
commit to user serta mengevaluasi kegiatan
masalah, merencanakan, mempresentasikan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
mereka. Model investigasi kelompok sesuai untuk merespon kebutuhan
siswa
dalam mengembangkan kemampuan belajar kolaborasi melalui kerja
kelompok, dimana kemampuan tersebut diperoleh dari pengalaman masingmasing siswa. Diduga jika berpengaruh baik maka hasil belajar IPA
menggunakan model pembelajaran NHT mempunyai hasil yang lebih tinggi bila
dibandingkan model pembelajaran GI.
2. Pengaruh antara disiplin belajar
tinggi dengan disiplin belajar rendah
terhadap hasil belajar.
Disiplin sebagai alat pendidikan. Seseorang memiliki potensi untuk
berkembang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan
realisasi dirinya. Dalam interaksi tersebut, anak belajar tentang nilai-nilai
sesuatu. Proses belajar dengan lingkungan yang di dalamnya terdapat nilai
nilai tertentu tersebut telah membawa pengaruh dan perubahan perilakunya.
Disiplin juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai
dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan
diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud
mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam
prestasi belajar-mengajar. Diduga jika berpengaruh baik maka hasil belajar IPA
pada siswa yang memiliki disiplin belajar tinggi akan mendapatkan hasil lebih
baik bila dibandingkan dengan disiplin rendah.
3. Interaksi pengaruh
model pembelajaran dengan disiplin belajar siswa
terhadap hasil belajar siswa.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
siswa yang memiliki kedisiplinan belajar tinggi berpeluang memperoleh prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa mempunyai kepisiplinan
rendah dan hal tersebut juga berpeluang terjadi pada siswa yang diberiakan model
pembelajaran Group
Investigation siswa yang memiliki kedisiplinan belajar
tinggi berpeluang memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa mempunyai kepisiplinan rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan model pembelajaran Group
Investigation (GI) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terhadap hasil
belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Dabin V Kradenan.
2. Terdapat perbedaan pengaruh antara disiplin belajar
tinggi dengan disiplin
belajar rendah terhadap hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri
Dabin V Kradenan.
3. Terdapat interaksi pengaruh model pembelajaran dengan disiplin belajar siswa
terhadap hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Dabin V Kradenan.
commit to user
Download