perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Hansen, (2000:24) learning as a human adaptation process. “It is a process whereby knowledge is created through the transformation of experience”. Vrasidas,2000:2) learning is defined as change in behavior, creation or modification of cognitive structures, or construction of shared meaning. Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai (Hamzah, 2009: 54). Oemar Hamalik (2005: 154) mendefinisikan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Hasil belajar merupakan realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Sukmadinata 2005:102). Menurut Bloom (dalam Jihad, dkk 2010:14) tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut Romizowski (dalam Jihad, dkk 2010:14) hasil belajar merupakan keluaran (outputs)dari suatu sistem pemrosesan masukan (input).Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Menurut Usman (dalam Jihad, dkk 2010:16) hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga kriteria, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. commit to user 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 1) Domain kognitif a) Pengetahuan (knowlegde), yaitu jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang, laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan sambungkan. b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan mengeksporasikan. Kata-kata yang dapat dipakai: menterjemah, nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan, identifikasi, tempatkan, review, ceritakan, paparkan. c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. Katakata yang dapat dipakai antara lain: interpretasikan, terapkan, laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekan, ilustrasikan, operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan. d) Analisa, yaitu jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagianbagian itu dan cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat dipakai: pisahkan, analisa, bedakan, hitung, cobakan, test bandingkan kontras, kritik, teliti, debatkan, inventarisasikan, hubungkan, pecahkan, kriteriakan. e) Sintesa, yaitu jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan / menempatkan bagian-bagian atau elemen satu / bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren. Kata-kata yang dapat dipakai: komposis, desain, formulasi, atur, rakit, kumpulkan ciptakan, susun, organisasikan, siapkan, rancang, sederhanakan. f) Evaluasi, yaitu jenjang yang paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Kata-kata yang dapat dipakai: putuskan, hargai, nilai, skala, commit to user bandingkan, revisi, skor, perkiraan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 2) Domain kemampuan sikap (afektif) a) Menerima atau memperhatikan, meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu penomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif. Termasuk di dalamnya juga keinginan untuk menerima atau memperhatikan. Kata-kata yang dapat dipakai: dengar, lihat, raba, cium, rasa, pandang, pilih, kontrol, waspada, hindari, suka, perhatian. b) Merespon, yaitu anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu objek tertentu, penomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat di dalamnya. Kata-kata yang dapat dipakai: persetujuan, minat, reaksi, membantu, menolong, partisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai, gemar, cinta, puas, menikmati. c) Penghargaan, yaitu perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu. Kata-kata yang dapat dipakai: mengakui dengan tulus, mengidentifikasi diri, mempercayai, menyatukan diri, menginginkan, menghendaki, beritikad, menciptakan ambisi, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban, tanggung jawab, yakin, pasrah. d) Mengorganisasikan, yaitu anak didik membentuk suatu sistim nilai yang dapat menuntut perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai: menimbangnimbang, menjalin, mengkristalisasikan, menyusun sistim, menyelaraskan, mengimbangkan membentuk filasafat hidup. e) Mempribadi (mewatak), sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku. Kata-kata yang dapat dipakai: bersifat objektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya diri, berkepribadian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 3) Ranah psikomotorik a) Menirukan, yaitu apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang dapat diamati, maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hari untuk menirukan. Kata-kata yang dapat dipakai: menirukan, pengulangan, coba lakukan, berketepatan hati, mau, minat bergairah. b) Manipulasi, yaitu anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati, dia mulai dapat membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih action yang diperlukan dan mulai memiliki ketrampilan dalam memanipula mentasi. Kata-kata yang dapat dipakai: ikuti petunjuk, tetapkan mencoba-coba, mengutakatik, perbaikan tindakan c) Keseksamaan (Precision), yaitu meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam memproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata-kata yang dapat dipakai: lakukan kembali, kerjakan kembali, hasilkan, kontrol, teliti. d) Artikulasi (articulation), yaitu anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan secara tepat di antara action yang berbeda-beda. Kata-kata yang dapat dipakai: lakukan secara harmonis, lakukan secara unit. e) Naturalisasi, yaitu apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action yang urut. Ketrampilan penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan action tersebut ditampilkan dengan pengeluaran energi yang minimum. Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang sering dialami siswa setelah menjalani proses belajar. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap sikap yang baru, yang diharapkan dicapai oleh siswa. Untuk memperoleh hasil belajar, maka to user tindak lanjut atau cara untuk dilakukan evaluasi atau penilaian commit yang merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan saja, tapi juga pada sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. b. Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar Menurut Slameto (2003:54) faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. 1) Faktor - faktor intern meliputi : a) Faktor jasmaniah, sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurangbersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Begitu pula anak yang cacat tubuh, keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. b) Faktor psikologis, sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, kecerdasan, bakat, motif, kematangan. c) Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. 2) Faktor-faktor ekstern, meliputi : a) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. b) Faktor sekolah, faktor yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode to usersiswa, relasi siswa dengan siswa, mengajar, kurikulum, relasicommit guru dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat, merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. 2. Hakekat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Menurut Degeng (dalam Uno, 2008: 2) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Lebih lanjut ditegaskan oleh Dexzrek (2008: 1) bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan jasa pendidikan maupun teori belajar sebagai penentu utama keberhasilan pendidikan. Sehingga Secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode, untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Sehingga diasumsikan pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien. b. Ciri-ciri Pembelajaran Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antar manusia yang disebut sebagai interaksi. Ada ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu : 1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. 2) Kesaling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Sumadi Suryabrata (2004: 249-250), belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1) Faktor yang berasal dari luar diri warga belajar di golongkan menjadi yaitu : Faktor non sosial dan Faktor sosial. 2) Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar, Faktor fisiologis, jasmani, fungsi fungsional tertentu, dan Faktor psikologis mendorong aktivitas belajar. 3. Hakekat Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Lin (2006) menjelaskan bahwa “Cooperative learning is an instructional method in which students work in small groups to accomplish a common learning goal under the guidance of a teacher”. (Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran umum di bawah bimbingan guru). Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Diharapkan siswa semakin menyukai pelajaran matematika. Keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, serta menuliskan jawaban di papan tulis atas inisiatif sendiri, dan bekerja sama dalam kelompok diharapkan bertambah sehingga dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran pada umumnya (Widdiharto, 2004: 14). Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Arends (2004: 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri: 1) siswa bekerja dalam kelompok dengan bekerjasama untuk menyelesaikan materi belajar. 2) kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah, serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang commit to user berbeda. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 3) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripara individu. Menurut Usman (2000:103) dengan pengajaran kelompok kecil, memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberi rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya dengan kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat memenuhi kebutuhan pada siswa secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa saling bekerjasama dalam kelompok dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar lebih aktif, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal guna pencapaian tujuan belajar. Dalam hal ini siswa bekerjasama dan belajar dalam kelompok serta bertanggung jawab pula terhadap kegiatan belajar siswa lain dalam kelompoknya. b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Arends (2004: 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi, sedang, dan rendah serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. 3) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Robert E. Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 4) Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 1) Pertanggung jawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktifitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk mernghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 2) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan model skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa yang terdahulu. Setiap siswa baik yang berhasil rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya dengan menggunakan model skoring itu. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga konsep yang utama yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran koopertif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995: 35). Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000: 7), model pembelajaran kooperatif paling tidak mempunyai tiga tujuan penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan kooperatif. Tujuan pertama adalah meningkatkan hasil belajar akademik dimana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif commit to user dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 atas. Tujuan kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Ketrampilan ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, dimana mereka saling melakukan kerjasama dalam organisasi dan saling melakukan kerjasama satu sama lain kondisi kebudayaan yang beranekaragam. Dari peryataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penerapan model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, pengembangan keterampilan kooperatif atau bekerjasama. Keberhasilan dari individu sangat ditentukan oleh keberhasilan kelompok. 4. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT). a. Pengertian Model Pembelajaran Numbers Heads Together (NHT) Muraya, (2011:731) Arends (1997) identified STAD, Jigsaw, Group Investigation, Think Pair Share and Numbered Heads Together as cooperative learning models. Nuruddin, (2013:2) Numbered Heads Together is one of the cooperative techniques designed by Kagan back in 1993 to involve more students in the review of materials covered in a lesson and to check theirunderstanding of a lesson’s content. Numbered Heads Together merupakan tipe dari model pengajaran kooperatif pendekatan struktural, adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, (Ibrahim dkk, 2000: 28). Menurut Anita Lie (2002: 59) pengertian Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide -ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu Numbered Heads Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan commit user digunakan untuk semua mata semangat kerjasama mereka. Model ini todapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 pelajaran dan untuk semua tingkatan peserta didik. Satu aspek penting dalam pengajaran kooperatif adalah bahwa di samping pengajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pengajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pengajaran akademis mereka. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya menunjukkan unggul dalam meningkatkan bahwa tehnik - tehnik pengajaran kooperatif lebih hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 Peranan metode Numbered Heads Together dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. 2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil. 3) Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, baik tugas individu maupun kelompok. 4) Memantau kerja kelompok. 5) Mengevaluasi hasil belajar. b. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim dengan tiga langkah yaitu : 1) Pembentukan kelompok; 2) Diskusi masalah; 3) Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut: 1) Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2) Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. 4) Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 6) Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. c. Manfaat Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Manfaat Model Pembelajaran NHT dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Number Head Together dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan tentang Number Head Together dapat bermanfaat bagi para siswa. Menurut Lundgren dalam Ibrahim, ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa antara lain adalah : a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi. d. Tujuan model pembelajaran Number Head Together (NHT) Menurut Ibrahim dan Herdian (2009: 7) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: 1) Hasil belajar akademik stuktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3) Pengembangan keterampilan social Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. e. Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT Menurut Sanjaya (2008: 249) keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Number Head Together. 1) Keuntungan a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri. b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan. c) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain. d) Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan commitumpan to userbalik. pemahamannya sendiri, menerima perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. h) Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. 2) Kelemahan a) Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai. b) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya. c) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang. Selanjutnya Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009: 36) menyebutkan keuntungan dan kelemahan sebagai berikut. 1. Keuntungan a) Saling ketergantungan yang positif. b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. d) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru. f) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. 2. Kelemahannya a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. d) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Jadi dapat di tarik kesimpulan menurut para ahli diatas, sebagai berikut. 1. Kelebihan a) Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. b) Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. c) Siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil. d) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat kepemimpinan. 2. Kekurangan atau kelemahan a) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah. b) Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah. c) Peneglompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda. 5. Model Pembelajaran Tipe Group Investigation a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Group Investigation Menurut Aunurrahman, (2010: 151) model investigasi kelompok secara filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah, merencanakan, mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan mereka. Model investigasi kelompok sesuai untuk merespon kebutuhan siswa dalam mengembangkan kemampuan belajar kolaborasi melalui kerja kelompok, dimana kemampuan tersebut diperoleh dari pengalaman commit to user masing-masing siswa. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 Menurut Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Group Investigation yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model didasari oleh proses demokratis dan pengambilan keputusan ini secara berkelompok. Guru berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan mengatur kelompok, serta berfungsi sebagai konselor akademik” (Suprihadi Saputro, 2000: 129). Menurut Miftahul Huda (2011: 16), “Group Investigation diklasifikasikan sebagai metode tugas-tugas beragam, mendorong informasi dari yang diberikan mengumpulkan sangat dan mengevaluasi investigasi kelompok karena siswa beragam untuk sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit”. Dalam model group investigation, siswa memiliki pilihan penuh untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas dengan proyek yang berbeda-beda. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. b. Ciri-Ciri Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Menurut Aunurrahman, (2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi kelompok adalah sebagai berikut. 1) Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru. 2) Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan pertanyaan yang telah dirumuskan. 3) Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan. 4) Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar. Dalam model cooperative learnnig tipe group investigation memiliki ciriciri yang membedakan dari pembelajaran kooperatif yang lain. Dalam commit tolearnnig user penelitian ini, ciri-ciri model cooperative tipe group investigation pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok belajar dengan topik yang berbeda-beda sehingga siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan kerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan siswa lebih fokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan yaitu bagaimana kelompok menyelesaikan tugas yang ada dalam kelompoknya, sumber apa saja yang akan dugunakan (misalnya buku-buku penunjang, koran-koran, dan orang yang bisa dijadikan sumber belajar), dan kemudian siswa secara aktif melakukan berbagai kegiatan dalam upaya untuk menyelesaikan tugas kelompok. c. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Menurut Sharan, dkk. (Trianto, 2010: 80), membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut. 1) Memilih topik Siswa memilih sub-subtopik tertentu dalam bidang bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis. 2) Perencanaan kooperatif. Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. 3) Implementasi. Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 4) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. 5) Presentasi hasil final. Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. 6) Evaluasi. Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evalusi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. d. Kelebihan Model Cooperative LearningTipe Group Investigation Menurut Miftahul Huda (2011: 164), “GI (Group Investigation) dianggap sebagai metode yang paling sesuai bagi guru yang baru belajar menggunakan pembelajaran kooperatif”. Pada dasarnya Group Investigation memiki prosedur prosedur tersendiri, jika guru memahami setiap prosedur dengan jelas maka dengan mudah guru dapat menerapkan Group Investigation dalam pembelajaran. Selanjutnya Aunurrahman (2010: 152), mengungkapkan beberapa kelebihan dari model investigasi kelompok (group investigation) yaitu sebagai berikut. Model ini juga akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa model investigasi kelompok dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan peristiwasebagai model inti untuk semua sekolah. Dalam investigasi kelompok siswa diorganisir ke dalam kelompokkelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Sharan (Miftahul Huda, user justru ketika mereka berada 2011: 17) bahwa “performa siswacommit lebih toefektif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 dalam kelompok-kelompok kecil (seperti, peer tutoring dan investigasi kelompok) dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam suasana tradisional ruang kelas yang mengikutsertakan seluruh anggotanya”. Dalam kelompokkelompok kecil terdapat hubungan interpersonal yang lebih intens dan lebih kompleks. Selanjutnya siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil memiliki rasa tanggung jawab lebih besar untuk membantu siswa lain. Selain itu, siswa berada dalam kelompok kecil lebih komunikatif satu sama lain. Dalam kajian yang mendalam tentang investigasi kelompok Joyce dan Weil (Aunurrahman, 2010: 153), menyimpulkan bahwa model investigasi kelompok memiliki kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan penelitian akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Siswa diorganisasikan ke dalam kelompok untuk melakukan penelitian bersama atau cooperative inquiri terhadap masalah-masalah sosial maupun akademik. Jadi selain melakukan penelitian akademik, secara tidak langsung siswa melakukan integrasi sosial dan proses belajar sosial melalui interaksinya dalam kelompok. 6. Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Belajar McGregor (2007:3) disciplines are understood to be areas of academic study that are part of a larger body of learning. Discipline s is a term referring to a branch of knowledge or teaching, often in the academy. It stems from the Latin roots disciplulus for pupil, or disciplina for the teaching of disciples. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut juga hampir sama dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah lainnya dalam bahasa Inggris adalah “Discipline” yang artinya: 1). Tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; 2). Latihan membentuk, meluruskan dan menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental dan karakter moral; 3). Hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4). Kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi tingkah laku (Mac Millan Dictionary, dalam Tulus Tu‟u, 2004:31). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Masykur Arif Rahman (2011:64) mengatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa Inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti. Diantaranya adalah pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku. Disiplin yang dikaitkan dengan belajar dapat diartikan bahwa disiplin yang dimaksud adalah disiplin belajar. Berdasarkan definisi disiplin sebelumnya, disiplin belajar dapat diartikan sebagai pengendalian diri mahasiswa terhadap bentuk-bentuk aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh mahasiswa yang bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Moenir (2010: 95) mengemukakan : Ada dua jenis disiplin yang sangat dominan dalam usaha untuk menghasilkan sesuatu yang dikehendaki organisasi. Kedua disiplin itu ialah disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal perbuatan. Kedua disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi. Disiplin juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi belajar-mengajar (Masykur Arif Rahman, 2011:66). Menurut A. S. Moenir “ Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan.” (2010:94) Berdasarkan pendapat di atas ada dua jenis disiplin yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Berdisiplin waktu apabila seseorang memulai dan mengakhiri pekerjaan tepat waktu, sedangkan disiplin perbuatan mengharuskan seseorang untuk mengikuti dengan ketat perbuatan atau langkah tertentu dalam perbuatan agar dapat mencapai dan menghasilkan sesuatu dengan standar yang telah ditetapkan. Kedua disiplin ini harus dilaksanakan serentak dan tidak separuhseparuh. Disiplin waktu tanpa disertai disiplin perbuatan tidak ada artinya, sebaliknya disiplin perbuatan tanpa disiplin waktu tidak ada manfaatnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 b. Indikator Disiplin Belajar Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasar ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan dikemukakan Moenir (2010: 95), yaitu: 1) Disiplin waktu, meliputi : a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dan selesai belajar di sekolah tepat waktu dan mulai dan selesai belajar di rumah. b) Tidak keluar dan membolos saat pelajaran c) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. 2) Disiplin perbuatan, meliputi: a) Patuh dan tidak menentang peraturan. b) Tidak malas belajar. c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya (mandiri). d) Tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar. B. Penelitian Relevan Zuhairini, Nurul Afia. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Darussalam Baureno Bojonegoro pada Mata Pelajaran Fisika. Berdasarkan hasil analisis terhadap motivasi belajar dengan uji t, diperoleh nilai t = 4.39 yang lebih besar sehingga H1 diterima atau H0 ditolak. Diterimanya H1 ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa yang diajar dengan menyisipkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa yang diajar tanpa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Hasil analisis terhadap hasil belajar dilakukan dengan uji U Mann-Whitney, diperoleh nilai z sebesar −0.599 yang lebih kecil dari nilai kritis z yaitu 1.645 sehingga H0 diterima atau H1 ditolak. Diterimanya H0 ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menyisipkan model pembelajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Numbered Head Together (NHT) dan siswa yang diajar tanpa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Persamaan dengan penelitian ini adalah samasama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini bebasnya ditambah dengan model pembelajaran Group variabel Investigation (GI) dan kedisiplinan belajar. Tiara Dewi Gustaviana. (2013). Pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SD di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,012 yang < ½ α, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan tipe NHT dengan yang menggunakan metode konvensional. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah positif. Hal tersebut didapat dari skor siswa yang seluruhnya berada pada kategori tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tipe NHT dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini variabel bebasnya ditambah dengan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan kedisiplinan belajar sedangankan pada penelitian relevan model pembelajaran konvensional yang dijadikan pembanding dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Nelson Alexander. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together Berbasis Metakognitif Terhadap Hasil Belajar IPA dan Retensi. Proses pembelajaran yang baik memerlukan beberapa faktor penunjang antara lain, pengajar, fasiitas, juga metode pembelajaran yang tepat. Kurangnya pemberdayaan metakognitif menjadi salah satu masalah disekolahyang berbengaruh terhadap hasil belajar dan retensi. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan metakognitif, hasil belajar, dan retensi adalah NHT. Tujuan penelitian untuk commit to user mengkaji pengaruh pembelajaran NHT berbasis metakognitif terhadap hasil belajar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 IPA dan retensi dengan pembelajaran konvensional. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest Eqiuvalent Group Design. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 10 Manado tahun ajaran 2013/2014 pada kelas VIII3 dan kelas VIII6 dengan jumlah peserta didik pada kelas VIII3 sebagai kelas eksperimen 25 peserta didik, dan kelas VIII6 sebagai kelas kontrol 25 peserta didik. Instrumen penelitian menggunakan tes dan angket keterampilan metakognitif. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Anakova diperoleh yaitu harga Fhitung untuk model pembelajaran sebesar 19,556 dengan signifikasi 0,00 atau < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi kesimpulannya, model NHT berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini variabel bebasnya ditambah dengan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan kedisiplinan belajar sedangankan pada penelitian relevan model pembelajaran konvensional yang dijadikan pembanding dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Kristinawati, Ike. (2010). Pengaruh Disiplin Belajar dan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan di SMK Negeri 1 Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa jurusan Akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Malang sebanyak 197 siswa. Pengambilan sampel yang berjumlah 50 siswa (25%) dilakukan dengan teknik random sampling. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari disiplin belajar dan perhatian orang tua sebagai variabel bebas dan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik dan menggunakan bantuan program SPSS. Berdasarkan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama yang signifikan antara disiplin belajar dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung yang commit to user lebih besar dari nilai Ftabel (25.474 > 3.158). Dari nilai R-Square menunjukkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 nilai sebesar 0.520 atau 52%, artinya bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi sebesar 52% oleh disiplin belajar dan perhatian orang tua sedangkan sisanya 48% dipengaruhi oleh variabel lain di luar kedua variabel bebas yang diteliti. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar dan variabel perhatian orang tua juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung yang lebih besar dari nilai ttabel, untuk disiplin belajar (2.316 > 2.002) dan untuk perhatian orang tua (6.036 > 2.002). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian kuantitatif, dengan variabel bebasnya kedisiplinan belajar dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan jenis penelitian eksperimen. C. Kerangka Pikir Penelitian 1. Pengaruh antara penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan model pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus dapat memilih model yang sesuai dengan pokok bahasan yang disampaikan, dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap pembelajaran.Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut serta juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka sehingga diharapkan dengan m0del pembelajaran ini dapat efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Model Group Investigation sacara filosofis beranjak dari paradigma konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu commit to user serta mengevaluasi kegiatan masalah, merencanakan, mempresentasikan, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 mereka. Model investigasi kelompok sesuai untuk merespon kebutuhan siswa dalam mengembangkan kemampuan belajar kolaborasi melalui kerja kelompok, dimana kemampuan tersebut diperoleh dari pengalaman masingmasing siswa. Diduga jika berpengaruh baik maka hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran NHT mempunyai hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan model pembelajaran GI. 2. Pengaruh antara disiplin belajar tinggi dengan disiplin belajar rendah terhadap hasil belajar. Disiplin sebagai alat pendidikan. Seseorang memiliki potensi untuk berkembang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan realisasi dirinya. Dalam interaksi tersebut, anak belajar tentang nilai-nilai sesuatu. Proses belajar dengan lingkungan yang di dalamnya terdapat nilai nilai tertentu tersebut telah membawa pengaruh dan perubahan perilakunya. Disiplin juga merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Terkait itu, sekolah yang punya tata tertib jelas bermaksud mendisiplinkan guru dan murid untuk mencapai tingkat tertinggi dalam prestasi belajar-mengajar. Diduga jika berpengaruh baik maka hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki disiplin belajar tinggi akan mendapatkan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan disiplin rendah. 3. Interaksi pengaruh model pembelajaran dengan disiplin belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together siswa yang memiliki kedisiplinan belajar tinggi berpeluang memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa mempunyai kepisiplinan rendah dan hal tersebut juga berpeluang terjadi pada siswa yang diberiakan model pembelajaran Group Investigation siswa yang memiliki kedisiplinan belajar tinggi berpeluang memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa mempunyai kepisiplinan rendah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan model pembelajaran Group Investigation (GI) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terhadap hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Dabin V Kradenan. 2. Terdapat perbedaan pengaruh antara disiplin belajar tinggi dengan disiplin belajar rendah terhadap hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Dabin V Kradenan. 3. Terdapat interaksi pengaruh model pembelajaran dengan disiplin belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Dabin V Kradenan. commit to user