BAB 2

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
Juli Irmayanto, dkk (1998) mengemukakan bahwa pasar modal atau capital
market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang. Sementara pasar uang
atau money market berkaitan terutama dengan instrumen keuangan jangka pendek.
Instrumen yang digunakan dalam pasar modal umumnya antara lain saham, obligasi,
debenture, warrant, rigt. Sedangkan instrumen pasar uang biasanya terdiri dari berbagai
jenis surat-surat berharga yang berjangka pendek misalnya sertifikat terdiri dari berbagai
paper, di Indonesia dikenal juga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU).
Pasar Modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian
bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun
dengan melalui wakit-wakilnya.
Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar
konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.
8
9
2.1.1 Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Pasar modal Indonesia dimulai pada akhir tahun 1912 ketika pemerintah Hindia
Belanda mendirikan Bursa Efek di Jakarta (Batavia). Tujuan pemerintah Belanda
mendirikan Pasar Modal pada saat itu adalah untuk menghimpun dana guna menunjang
ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia. Pada saat itu
perdagangan menggunaan sistem lelang call efek. Investor kebanyakan orang Belanda
dan perusahaannya dari Eropa. Perkembangan pasar modal di Jakarta cukup
menggembirakan, sehingga pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka
bursa efek di kota lainnya, yaitu pendirian bursa efek di Semarang (Jawa Timur) pada
tanggal 11 Januari 1925 dan Surabaya (Jawa Tengah) pada tanggal 1 Agustus tahun
1925. Pemerintah Belanda mengelola pasar modal sampai tahun 1940. Dengan berbekal
pengalaman bursa efek di negara Belanda yang cukup lama, bursa efek yang didirikan
tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat sampai akhirnya kegiatannya
terhenti akibat pecahnya Perang Dunia Kedua. Periode 1945 sampai 1952 disebut
periode darurat dan pada saat itu bursa saham ditutup sejak 10 Mei 1940 sampai dengan
tahun 1952.
Selanjutnya memasuki era kemerdekaan, Bursa Efek Indonesia Aktif kembali
dengan diterbitkannya obligasi pemerintah RI tahun 1950. Bursa kembali dibuka pada
tanggal 03 Juni 1952, dimana efek yang diperdagangkan sebagian besar dari emisi efek
yang terdahulu. Untuk menetapkan keberadaan bursa efek tersebut, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Darurat tentang bursa no. 13 tahun 1951 yang kemudian
ditetapkan dengan Undang-Undang no. 15 tahun 1952. Perdagangan bursa efek yang
dibuka di Jakarta tersebut dilakukan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek
10
(PPUF) dimana Bank Indonesia terlibat sebagai penasehat. Pada tahun 1954 sampai
tahun 1956 Bank Industri Negara juga menerbitkan obligasi yang diperdagangkan di
Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 1958, pemerintah Indonesia menasionalisasikan seluruh
saham-saham milik Indonesia akibatnya kegiatan bursa menurun drastis karena sahamsaham perusahaan tersebut tidak boleh dipindahtangankan sehingga praktis seluruh
bursa efek tidak aktif.
Namun usaha pengaktifan kembali bursa efek agaknya tidak mengalami
perkembangan atau bahkan dapat dikatakan tidak begitu banyak pengaruhnya. Keadaan
tersebut berlangsung sampai dengan memasuki dekade 1970-an. Sejak pemerintah Order
Baru mengendalikan pemerintahan terjadi perubahan karena perekonomian mengalami
perbaikan dengan ditunjukkan inflasi mengalami penurunan dari tingkat enam ratus ke
tingkat lebih rendah. Masyarakat mulai menabung dalam bentuk deposito dan
pemerintah juga memberikan izin untuk mendirikan Lembaga Keuangan Non Bank pada
tahun 1973 dalam rangka penghimpunan dana pembiayaan proyek-proyek jangka
panjang. Pada tahun 1874, pemerintah memperkenalkan Inter Bank Call Money untuk
lalu lintas dana antar bank dalam lembaga keuangan.
Pemerintah mulai kembali melakukan usaha pengaktifan Pasar Modal Indonesia
melalui Keputusan Presiden no. 52 tahun 1976 dikeluarkan petunjuk untuk mendirikan
suatu Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan
Pemerintah no. 25 dalam rangka pendirian PT. Dana Reksa, dimana
perusahaan yang melakukan emisi saham sebagian sahamnya dibeli PT. Dana Reksa
tersebut. Pada tanggal 10 Agustus 1977 ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Pasar Modal
11
di Indonesia dengan terbentuknya Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM) yang
sejak tahun 1991 berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Pada periode 1977-1987 pasar modal tidak banyak mengalami perkembangan.
Untuk menggairahkan pasar modal, pemerintah melakukan deregulasi di sektor
keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yag dapat dianggap sangat
mempengaruhi perkembangan pasar modal Indonesia antara lain adalah Pakto 27, 1988
dan Pakdes 20, 1988. Sebelumnya telah dikeluarkan paket 24 Desember 1987 yang
berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-pokok sebagai
berikut :
1. Kemudahan syarat go public antara lain tidak harus mencapai 10 %
2. Diperkenalkan Bursa Parelel
3. Penghapusan pungutan-pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa
yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam
4. Investor asing boleh memiliki saham perusahaan yang go public
5. Saham boleh diterbitkan atas unjuk
6. Batasan fluktuasi harga saham di Bursa Efek sebesar 4 % dari kurs sebelumnya
ditiadakan
7. Proses emisi harus sudah diselesaikan Bapepam dalam waktu selambatlambatnya 20 hari sejak dilengkapi persyaratan.
Kebijaksanaan ini masih belum memberikan manfaat langsung kepada pasar
modal. Pada tahun 1988, pemerintah kembali mengeluarkan sebuah kebijaksanaan yang
dikenal Paket Oktober 1988 (Pakto 88) yang mengijinkan para investor asing untuk
membeli saham yang tercatat di bursa. Selanjutnya, pemerintah kembali mengeluarkan
12
sebuah paket deregulasi pada bulan Desember yang dikenal dengan nama Pakdes 1988
yang memberikan kesempatan kepada swasta untuk membuka dan menyelenggarakan
bursa di beberapa kota di luar Jakarta dan memberikan kesempatan bagi perusahaan
untuk mencatatkan seluruh saham yang dimiliki di Bursa saham walaupun hanya
sebagian ditawarkan melalui penawaran perdana. Setelah kedua deregulasi tersebut
dikeluarkan dan Surat Keputusan Pelaksanaannya dikeluarkan Bapepam maka terlihat
kemajuan. Bursa efek mengalami peningkatan yang pesat. Harga saham melejit naik dan
banyak perusahaan baru masuk dalam Pasar Modal.
Dampak dari deregulasi tersebut adalah meningkatnya minat emitmen maupun
investor secara drastis yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan
bagi perusahaan di satu pihak dan sarana investor bagi pemodal. Meningkatnya minat
emitmen mencari dana melalui pasar modal tercermin dari banyaknya perusahaan yang
melakukan emisi saham dan obligasi serta naiknya jumlah kapitalisasi dana.
Pada tanggal 22 Mei 1995 terjadi perubahan besar yaitu perdagangan dengan
manual diubah menjadi perdagangan secara komputer. Pada akhir kuartal ketiga, DPR
mensahkan Undang-Undang Pasar Modal no. 8. Dalam UU ini diberikan sanksi yang
cukup besar dan memperkenalkan Reksadana Terbuka dan Kontrak Investasi Kolektif
(KIK) sebagai tambahan Reksadana Tertutup. Dengan lahirnya undang-undang ini
mekanisme transaksi bursa efek di Indonesia beserta lembaga-lembaga penunjangnya
memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan usahanya.
13
2.1.2 Fungsi Pasar Modal
Menurut Marzuki Usman (1997:14) fungsi pasar modal adalah :
1. Sumber penghimpunan dana
2. Sebagai alternatif investasi para pemodal
3. Biaya penghimpunan dana melalui pasar modal relatif rendah
4. Mendorong perkembangan investasi
2.1.3 Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu instrumen
kepemilikan atau penyertaan (equity) seperti saham dan instrumen hutang (bond) seperti
obligasi. Investasi melalui pembelian saham bermaksud untuk mendapatkan keuntungan
melalui dividen yang dibagikan oleh perusahaan di samping keuntungan “capital gain”
dari saham yang dimiliki oleh investor. Sedangkan investasi langsung dalam pendirian
perusahaan, yaitu penyertaan modal dalam perusahaan tersebut dengan kepentingan
untuk ikut serta menjalankan ataupun untuk ikut mengawasi dan mengendalikan
perjalanan usahanya.
Sedangkan investasi melalui pembelian obligasi dimaksudkan capital gain.
Instrumen obligasi menjanjikan bunga obligasi selama jangka waktu obligasi.
Instrumen pasar modal yang diperdagangkan di bursa efek dapat berupa :
1. Hutang berjangka (jangka pendek/jangka panjang)
Hutang berjangka merupakan salah satu bentuk pendanaan dalam suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada
14
pemilik dana ataupun kepada investor. Dalam rangka pendanaan hutang jangka
panjang dikenal dua macam surat berharga, yaitu :
a. Surat obligasi
Obligasi adalah surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan
bersuku bunga tertentu yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana
dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk
keperluaan anggaran belanja. Beberapa jenis obligasi antara lain :
!
Secured dan Unsecured Bond
Beberapa obligasi dijamin oleh aset tertentu, yang disebut sebagai Secure Bond
misalnya, obligasi hipotek dijamin oleh suatu klaim tertentu atas real estate,
Semetara Unsecure Bond tidak dijamin dengan suatu klaim aset tertentu.
!
Term Bond, Serial Bond dan Callable Bond
Term Bond adalah obligasi yang jatuh tempo pada satu tanggal tertentu
sedangkan serial bond jatuh tempo dan melakukan pembayaran kembali
prinsipalnya beberapa kali. Sementara callable bond adalah obligasi yang
memberikan kepada penerbitnya hak untuk menebus dan menarik obligasi
sebelum jatuh tempo.
!
Covertible bond
Jika suatu obligasi dapat dikonversi menjadi surat berharga lainnya, obligasi ini
disebut dengan convertible bond.
!
Registered dan Bearer Bond
Obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik disebut dengan registered bond,
sedangkan obligasi yang tidak dicatat atas nama pemilik dan dapat ditransfer dari
15
satu pemilik kepada pemilik yang lain tanpa harus menerbitkan sertifikat baru
dinamakan dengan bearer bond.
!
Revenue Bond dan Income Bond
Revenue Bond adalah obligasi yang pembayaran berdasarkan pendapatan
penerbit. Sedangkan jenis income bond adalah obligasi yang dapat menunda
pembayaran kupon bunga sesuai kondisi perusahaan.
2. Zero-Coupon Bond
Umumnya obligasi membayarkan kupon bunga secara periodik. Obligasi yang
tidak membayarkan kupon bunga disebut sebagai Zero-Coupon Bond. Obligasi
ini dijual dengan harga diskon.
b. Sekuritas lainnya
Terdiri dari berbagai jenis sekutitas yang biasa disebut sekuritas kredit, misalnya:
right, warrant, option, future. Sekuritas kredit mempunyai hari jatuh tempo
relatif pendek, yang disebut jangka menengah antara satu sampai dengan tiga
tahun.
2. Kepemilikan / Penyertaan
Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas
(badan usaha) yang dilakukan dengan menyertakan sejumlah dana tertentu dengan
tujuan untuk menguasai sebagian hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Badan
usaha yang membutuhkan pendanaan menerbitkan surat berharga dan dijual kepada
investor yang mengakibatkan para investor tersebut dapat memiliki sebagian
perusahaan sebesar jumlah surat berharga yang dikuasainya. Surat berharga
semacam ini umumnya disebut saham.
16
Saham adalah surat bukti pemilikan bagian modal perseroan yang
memberikan berbagai hak menurut ketentuan undang-undang. Juli Irmayanto, dkk
(1998) menguraikan beberapa jenis saham antara lain:
• Common Stock dan Preferred Stock
Common Stock atau saham biasa adalah saham tanpa hak istimewa, misalnya
atas dividen, dan sisa harta perusahaan dalam hal terjadi likuidasi. Pemegang
saham ini mempunyai hak suara dan menerima dividen secara proporsional
sesuai kepemilikannya. Di lain pihak, karena adanya keinginan untuk menarik
investor, maka diterbitkanlah preferred stock. Saham ini memiliki hak khusus
dan keistimewaan tertentu yang meliputi prioritas dalam menerima dividen,
memperoleh laba dan menerima hak-hak jika perusahaan mengalami likuidasi,
namun tidak mempunyai hak suara.
•
Stock with Par, No-Par-Stated Value, No Par No Stated Value
Ketiga jenis saham di atas berkenaan dengan jenis saham yang dikaitkan dengan
mekanisme penerbitannya. Meskipun tidak ada hubungannya dengan nilai pasar,
saham biasanya diterbitkan dengan nilai nominal tertentu misalnya Rp. 1000.
Tetapi untuk menghindari munculnya contigent liability jika saham dengan nilai
par diterbitkan dengan disagio, muncullah saham tanpa nilai par. Alasan lain
yang sering digunakan adalah menghindari pertanyaan seputar hubungan nilai
par dan nilai pasar. Dalam beberapa hal muncul kritik atas penerbitan saham
tanpa nilai par tersebut sehingga dirasa perlu untuk menetapkan besaran
minimum dimana saham tidak dapat diterbitkan di bawah nilai tersebut. Saham
ini disebut juga dengan istilah No Par Stock tetapi dengan stated value tertentu.
17
2.2 Pasar Uang
Dalam sistem keuangan, pasar uang/money merket merupakan bagian dari
financial market di samping pasar modal/capital market. Pasar uang merupakan sarana
bagi investor dalam melakukan investasi disamping sebagai sarana mobilisasi dana bagi
pihak yang membutuhkan dana.
2.2.1 Fungsi Pasar Uang
Pasar uang merupakan sarana alternatif khususnya bagi lembaga keuangan,
perusahaan non keuangan dan peserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan dana
jangka pendek maupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas kelebihan
likuiditasnya. Selain itu, secara tidak langsung sebagai sarana pengendali moneter oleh
penguasa moneter dalam melaksanakan operasi pasar terbuka.
2.2.2 Instrumen Pasar Uang
Juli Irmayanto, dkk (1998) menguraikan instrumen atau surat berharga yang
diperjualbelikan dalam pasar uang, antara lain :
1. Treasury Bills atau T-Bills
Merupakan instrumen hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral
atas tunjuk dengan jumah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada
tanggal yang ditetapkan.
18
2. Commercial paper atau CD
Merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan / unsecure promissory
notes yang diterbitkan oleh perusahaan termasuk bank untuk memperoleh dana
jangka pendek dan dijual kepada investor yang melakukan investasi dalam
instrumen pasar uang.
3. Negotiable Certificate of Deposits atau Sertifikat Deposito atau CD
Merupakan instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan
dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu.
Menurut UU no. 7 tahun 1992, sertifikat deposito adalah deposito berjangka
yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan.
4. Banker’s Acceptance atau BA
Merupakan salah satu instrumen pasar uang yang tercipta melalui perdagangan
luar negeri dan merupakan instrumen yang dapat dipindahtangankan seperti
halnya dengan commercial paper namun memberikan alternatif untuk
memperoleh kredit terutama pada saat barang-barang dikapalkan untuk segera
dikirimkan ke luar negeri.
5. Bill of Exchange atau Wesel
Merupakan suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan oleh seseorang
kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat diperlihatkan
atau pada tanggal tertentu kepada penarik, order, atau pembawa.
19
6. Repurchase Agreement atau Repo
Merupakan transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian
bahwa si penjual akan membeli surat-surat berharga yang dijual tersebut pada
tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
7. Revolving Underwriting Facility atau RUF
Merupakan fasilitas penjaminan berulang atas surat-surat berharga jangka
pendek.
Instrumen pasar uang yang dipergunakan di Indonesia, antara lain :
1. Sertifikat Bank Indonesia atau SBI
SBI merupakan surat berharga atas unjuk dalam Rupiah yang diterbitkan dengan
sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu
pendek. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama
untuk
menciptakan
suatu
instrumen
pasar
uang
yang
hanya
untuk
diperdagangkan antara bank-bank. Setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983,
kebijaksanaan operasi pasar terbuka terutama untuk tujuan kontraksi moneter.
Dengan melalui penggunaan SBI tersebut Bank Indonesia dapat secara tidak
langsung mempengaruhi tingkat bunga. SOR adalah tingkat suku bunga yang
diterima oleh Bank Indonesia atas penawaran tingkat bunga diterima dari peserta
pada lelang harian maupun lelang mingguan. Selain itu, SOR dapat dipakai
sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang.
20
2. Surat Berharga Pasar Uang atau SPBU
Merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan
secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk
oleh Bank Indonesia. SBPU diperkenankan oleh Bank Indonesia sejak February
1985. Di samping berfungsi sebagai peranti pasar uang juga merupakan
instrumen dalam melakukan operasi pasar terbuka dalam ekspansi moneter oleh
Bank Indonesia dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.
3. Call Money / Pasar uang antar bank / Interbank Call Money Market
Salah satu sarana penting untuk mendorong pengembangan pasar uang. Pada
dasarnya merupakan kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan
bank lainnya.
4. Commercial Paper
5. Repurchase Agreement
6. Banker’s Acceptence
7. Promissory Notes
8. Sertifikat Deposito
2.3 Reksadana
Sebelum dikenalnya reksadana, kebanyakan masyarakat hanya mengenal
tabungan dan deposito. Dengan keberadaan reksadana mulai merubah pola menabung
menjadi pola berinvestasi karena berinvestasi menawarkan potensi keuntungan jangka
panjang yang lebih tinggi dari tabungan dan deposito. Berinvestasi memiliki unsur
21
perencanaan yang meliputi jangka waktu investasi dan tujuan dari investasi itu sendiri.
Bila orang ingin melakukan investasi mereka juga akan memperhatikan jenis instrumen
investasi apa saja yang tersedia dan bagaimana risiko dari masing-masing intrumen
tersebut serta bagaimana dana yang tersedia dialokasikan pada instrumen-instrumen
yang dipilih.
Reksadana merupakan pelengkap/komplemen dari cara berinvestasi yang lebih
mudah bagi masyarakat. Dengan adanya reksadana, masyarakat kini memiliki
kesempatan untuk melakukan perencanaan tabungan/investasinya untuk kebutuhan di
masa depan dengan memanfaatkan berbagai instrumen yang sebelumnya sulit dilakukan
seperti SBI, obligasi, saham dan instrumen lainnya yang memiliki potensi keuntungan
jangka panjang yang lebih baik dari tabungan dan deposito.
Keberadaan reksadana akan memberikan manfaat bagi investor individu maupun
investor institusi seperti Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Bank dan lembaga yang
memiliki dana investasi dapat melakukan diversifikasi investasinya dengan cara yang
sangat mudah melalui reksadana.
Reksadana juga memberi manfaat bagi berbagai pihak, seperti kepada emiten,
baik pemerintah maupun perusahaan yang memerlukan dana investasi melalui
penerbitan surat-surat berharga seperti saham, obligasi dan surat berharga lainnya.
Dengan adanya reksadana, sumber dana investasi dapat menjangkau investor individu
secara luas, sehingga dapat terkumpul dana yang lebih besar.
22
2.3.1 Perkembangan Raksa Dana Indonesia
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal, Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya
Reksadana berbentuk Perseroan, PT. BDNI. Berdirinya perusahaan ini sesuai dengan
peraturan yang berlaku bahwa reksadana tertutup yang dapat berdiri di Indonesia yaitu
SK Menkeu No. 1548/KMK.013/1990.
Pada awal 1996, Bapepam mengeluarkan peraturan pelaksanaan tentang
Reksadana bebentuk Kontrak Investasi Kolektif. Peraturan-peraturan tersebut membuka
peluang lahirnya reksadana bentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) untuk tumbuh dan
berkembang. Pada tahun yang sama tepatnya bulan Juli, 4 reksadana mendapat izin dari
Bapepam untuk ditawarkan kepada masyarakat. Empat reksadana tersebut diterbitkan
oleh dua perusahaan yaitu tiga reksadana diterbitkan PT. Dana Reksa, perusahaan
pemerintah yang bergerak di pasar modal dan satu reksadana dengan jenis pasar uang
diterbitkan oleh PT. BDNI Securities. Keluarnya reksadana ini merupakan pembuka
jalan bagi reksadana yang lain. Keempat reksadana ini adalah reksadana terbuka sesuai
dengan Undang-Undang No. 8/1995 tentang Pasar Modal.
Kemudian, perkembangan reksadana mengalami pertumbuhan yang cepat
dimana pada akhir tahun telah terbit 25 reksadana dengan total dana yang dikelola
sebesar Rp. 2,76 triliun. Pertumbuhan reksadana ini merupakan pertumbuhan yang
cukup menggembirakan. Pada sisi lain jumlah investor reksadana juga cukup mengalami
pertumbuhan yang tinggi dari 1.408 investor pada Mei 1996 menjadi 2.441 investor
pada Akhir Desember 1996. Pemerintah dalam hal ini Bapepam sangat mendukung
23
penerbitan reksadana ini maka kekuatan investor lokal akan bertumbuh. Oleh karena itu,
Menteri Keuangan memberikan penghargaan (Award) sebagai pelopor reksadana kepada
ke 25 reksadana yang diterbitkan pada tahun 1996, sehingga tahun 1996 dapat disebut
sebagai tahun reksadana untuk kalangan Pasar Modal.
Selanjutnya, pertumbuhan reksadana selama tujuh bulan pertama tahun 1997
cukup menggembirakan karena reksadana yang bertambah sebanyak 42 reksadana.
Sayangnya krisis makro yang terjadi sejak pertengahan Juli tahun 1997 berimbas
pada perkembangan selanjutnya. Krisis yang mulanya berasal dari permasalahan mata
uang mekar menyebar ke aspek-aspek lainnya, termasuk pasar modal. Reksadana yang
pada hakekatnya terkait dengan instrumen pasar uang dan pasar modal mengalami
imbasnya. Bahkan ada Manajer Investasi dan reksadana yang terpaksa ditutup karena
kondisi perekonomian yang tidak kondusif.
Pada periode 1999 sampai tahun 2000 seiring dengan membaiknya pasar telah
membangkitkan kembali optimisme pelaku pasar. Reksadana pun ikut menggeliat. Data
bulan Januari sampai pertengahan tahun 2000 menunjukkan pertumbuhan aset reksadana
yang konsisten dan mampu menghimpun kembali dana masyarakat lebih dari Rp. 5.4
trilyun. Yang lebih menggembirakan adalah bahwa jumlah pemodal yang memasuki
industri ini terus membengkak. Pada Tabel 2.1 Statistik Reksadana dapat dilihat bahwa
jumlah produk reksadana semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah
investor dan nilai aset bersih yang dikelola oleh Manajer Investasi.
24
Tabel 2.1
Statistik Reksadana
(Periode 1996 - 2002)
Periode
Jumlah
(Kumulatif)
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
25
77
81
81
94
108
131
Pemegang
Saham/Unit
Penyertaan
2.441
20.234
15.482
24.127
39.487
51.723
125.82
NAB
(Rp Juta)
2.782.322,5
4.916.604,8
2.992.171,4
4.974.105,0
5.515.954,1
8.003.769,8
46.613.833,2
Unit
Penyertaan Yang
Beredar
2.942.232.210,518
6.007.373.758,547
3.680.892.097,256
4.349.952.950,816
5.006.049.769,659
7.303.771.880,360
41.655.523.049,213
Sumber : Data Statistik Bapepam Online
2.3.2 Konsep Reksadana
Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 pada pasal 1 ayat 27 disebutkan
bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
Manajer Investasi yang telah mendapat ijin dari Bapepam.
Pratomo dan rekan (2001) menguraikan mekanisme kerja reksadana di Indonesia
antara lain :
1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) unit
penyertaan.
2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan
kembali
3. Perintah transaksi investasi
25
4. Eksekusi transaksi investasi
5. Konfirmasi transaksi
6. Perintah penyelesaian transaksi
7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta
8. Informasi Nilai Aktiva Bersih/unit secara harian melalui media massa
9. Laporan valuasi harian dan bulanan
10. Laporan bulanan kepada Bapepam
LAPORAN
BAPEPAM
BULANAN
INVESTOR
PENGAWAS
1
2
8
10
MANAJER
INVESTASI
6
7
5
PERANTARA
4
PASAR MODAL &
PASAL UANG
3
9
BANK KUSTODIAN
REKSADANA
Gambar 2.1
Mekanisme Kerja Reksadana
Portofolio investasi dari reksadana terdiri dari berbagai macam instrumen surat
berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang seperti SBI, deposito, atau
campuran dari instrumen pasar uang dan pasar modal.
Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan dana investasi, yakni
Manajer Investasi dan Bank Kustodian. Manajer investasi berperan sebagai pihak yang
melakukan analisa serta pengambilan keputusan-keputusan investasi, sementara bank
26
Kustodian berperan sebagai penyimpan kekayaan, administrasi investasi serta
perhitungan kepemilikan masing-masing investor yang tergabung dalam Reksadana.
2.3.3 Jenis – Jenis Reksadana
Berdasarkan peraturan pemerintah, dalam hal ini BAPEPAM (Badan
Pengawasan Pasar Modal), terdapat 4 (empat) jenis reksadana yang ditawarkan di
Indonesia, yakni Reksadana Pasar Uang, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana
Saham, dan Reksadana Campuran. Pengkategorian jenis reksadana berdasarkan kategori
instrumen dimana reksadana melakukan investasi.
1. Reksadana Pasar Uang (RDPU)
Reksadana yang 100 % dana pengelolaan akan diinvestasikan pada instrumen
pasar uang seperti deposito, SBI dan surat hutang lainnya yang sifatnya jangka
pendek kurang dari 1 (satu) tahun. RDPU merupakan reksadana dengan tingkat
risiko paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan reksadana ini juga
terbatas. RDPU sangat cocok untuk investasi jangka pendek (kurang dari satu
tahun), sebagai pelengkap deposito atau tabungan yang sudah ada. Reksadana ini
tidak menerapkan biaya pembelian dan biaya penjualan kembali. Biaya
pengelolaan RDPU juga relatif kecil dibandingkan reksadana lainnya. Hal ini
sejalan dengan sifat RDPU yang dimaksud untuk investasi jangka pendek serta
menyediakan likuiditas. Umumnya di Indonesia, RDPU dipasarkan melalui kerja
sama dengan bank-bank, sehingga dapat ditambahkan fasilitas lainnya dalam
penempatan dan penarikan dana seperti melalui ATM, cek/giro bilyet, fasilitas
phone banking atau internet banking.
27
2. Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT)
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 % dari portofolio
yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang seperti obligasi dan surat hutang
lainnya yang biasanya jatuh tempo lebih dari satu tahun. RDPT memiliki
karakteristik potensi hasil investasi yang lebih besar daripada RDPU, sementara
risiko RDPT juga lebih besar dari RDPU. RDPT cocok untuk tujuan investasi
jangka menengah dan panjang (> 3 tahun) dengan risiko menengah.
3. Reksadana Saham (RDS)
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 % dari portofolio
yang dikelolanya ke dalam efek yang bersifat ekuitas (saham). Dibandingkan
dengan RDPU dan RDPT, RDS memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi
yang lebih besar, demikian juga risikonya.
4. Reksadana Campuran (RDC)
Reksadana yang dana pengelolaannya diinvestasikan pada instrumen dengan
alokasi yang tidak dikategorikan pada ketiga jenis Reksadana di atas. RDC dapat
melakukan investasinya baik pada efek hutang maupun ekuitas dan porsi alokasi
yang lebih flexibel. RDC adalah Reksadana yang melakukan investasi dalam
efek ekuitas dan efek hutang yang perbandingannya (alokasi) tidak termasuk
dalam kategori RDPT dan RDS. Potensi hasil dan risiko RDC secara teoritis
dapat berada ditengah-tengah antara RPPT dan RDS, sehingga investor yang
kurang berani menerima risiko yang terlalu besar namun ingin memperoleh hasil
yang “sedikit lebih besar” dapat memilih RDC sebagai alternatif terhadap RDS.
28
2.3.4 Bentuk Hukum
Sesuai dengan peraturan yang berlaku, terdapat dua bentuk hukum reksadana,
yaitu reksadana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksadana) dan reksadana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK). PT Reksadana menerbitkan saham yang
dapat dibeli oleh investor. Dengan memiliki saham, investor memiliki kepemilikan atas
PT tersebut sementara Reksadana KIK tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan unit
penyertaan. Dengan memiliki unit penyertaan Reksadana KIK, investor mempunyai
kepemilikan atas kekayaan bersih Reksadana KIK tersebut.
Selain perbedaan dalam bentuk hukum, dari sifat operasionalnya reksadana juga
dibedakan antara Reksadana Terbuka (open-end) dan Reksadana Tertutup (closed-end).
Perbedaan utama antara lain Reksadana Terbuka dan Reksadana Tertutup adalah dalam
hal mekanisme transaksi jual beli saham/unit penyertaan oleh investor sebagai berikut :
-
Pada Reksadana Terbuka jual beli saham/unit penyertaan reksadana dilakukan
antara reksadana (Manajer Investasi) dengan investor, tanpa melalui bursa
-
Pada Reksadana Tertutup jual beli saham setelah penawaran umum perdana
(pasar sekunder) dilakukan melalui bursa antara investor dengan investor
lainnya.
Reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup,
sementara reksadana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.
29
2.4 Faktor-faktor yang Menpengaruhi Perubahan Kurs Mata
Uang
Kurs mata uang di negara yang menganut sistem kurs bebas akan berubah sesuai
dengan kondisi pasar. Artinya nilai kurs bergantung kepada permintaan dan penawaran
mata uang suatu negara. Penawaran valuta asing berasal dari eksportir yaitu transaksi
kredit pada neraca pembayaran international, sementara permintaan valuta asing berasal
dari pembayaran yang dilakukan oleh importir atas barang yang dibeli dari luar negeri.
Permintaan dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh empat faktor :
1. Pertumbuhan pendapatan
Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain),
makin besar kemungkinan untuk melakukan impor yang berarti permintaan
valuta asing makin meningkat. Nilai kurs valuta asing cenderung akan meningkat
(harga mata uang sendiri akan turun)
2. Suku bunga
Kenaikan suku bunga dalam negeri akan mengakibatkan aliran modal masuk,
sehingga penawaran valuta asing akan naik dan turun nilainya sementara harga
mata uang sendiri akan naik. Sebaliknya jika suku bunga diluar negeri lebih
tinggi daripada suku bunga di dalam negeri, maka akan terjadi aliran modal
keluar yang menyebabkan naiknya permintaan valuta asing, sehingga harga kurs
mata uang akan turun.
30
3. Inflasi
Adanya inflasi pada suatu negara akan menurunkan nilai kurs mata uang yang
bersangkutan dibandingkan negara lainnya. Perbandingan nilai mata uang suatu
negara dengan negara lainnya ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing
negara.
4. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam perekonomian yang lesu biasanya pemerintah melakukan inisiatif dengan
melakukan pengeluaran pemerintah yang besar. Kenaikan pengeluaran
pemerintah ini secara langsung akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Akibatnya nilai kurs mata uang sendiri akan turun karena adanya permintaan
valuta asing yang meningkat.
5. Faktor-faktor lain
Terdapat sejumlah faktor lain yang mempengaruhi perubahan nilai kurs mata
uang suatu negara yang tidak selalu berhubungan dengan situasi perekonomian.
Misalnya situasi politik yang tidak stabil akan memicu aliran modal keluar yang
akan menurunkan nilai kurs mata uang suatu negara.
Tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan nilai kurs
mata uang suatu negara. Pelaku pasar memperhitungkan tingkat bunga nominal setelah
dikurangi inflasi. Jika tingkat bunga yang diharapkan tetap sementara inflasi naik, maka
tingkat bunga nominal akan naik. Kenaikan tingkat bunga ini merupakan suatu forward
premium atas kurs suatu negara. Artinya kenaikan tingkat bunga akan meningkatkan
nilai kurs mata uang suatu negara relatif terhadap negara lainnya. Indonesia memiliki
31
tingkat bunga nominal yang tinggi serta inflasi juga tinggi sehingga tingkat bunga riil
relatif rendah dan tidak cukup menarik bagi investor asing untuk menanamkan dananya
di Indonesia. Ini menyebabkan nilai kurs rupiah tetap lemah dibandingkan nilai kurs
mata uang lain.
2.5 Perkembangan Kurs, Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Uang
Beredar
2.5.1 Perkembangan Kurs
Pada pertengahan 1997 mata uang negara-negara ASEAN mulai mengalami
depresiasi yang cukup besar. Dimulai dengan jatuhnya mata uang Bath – Thailand pada
bulan Juni 1997, yang diikuti oleh Peso – Philipina, Dollar – Singapura, dan Ringgit –
Malaysia. Rupiah mulai melemah pada pertengahan Juli 1997 dan mengalami depresiasi
yang sangat besar. Pada periode-periode sebelumnya, setiap tahunnya rupiah mengalami
depresiasi dengan tingkat hanya dibawah sepeluh persen dengan target depresiasi rupiah
sebesar lima persen pertahun.
Pertengahan Agustus 1997, tepatnya pada tanggal 14 Agustus pukul 09.00 WIB,
merupakan waktu dimulainya pemerintah atau Bank Indonesia memberlakukan nilai
tukar bebas (free floating exchange rate) rupiah terhadap dollar dengan cara melepas
band intervensi. Pada tanggal tersebut pemerintah mengakhiri nilai tukar bebas
terkendali (managed floating exchange rates) yang telah diterapkan sejak 1986. Nilai
tukar bebas terkendali dilaksanakan dengan cara menetapkan kurs batas bawan dan kurs
32
batas atas intervensi. Untuk menjaga kurs batas bawah dan kurs batas atas intervensi,
Bank Indonesia akan menjual dollar apabila di pasar kurs dollar melebihi kurs batas atas,
dan akan membeli dollar apabila di pasar kurs dollar lebih rendah dibandingkan kurs
batas bawah.
Akibat tekanan yang hebat terhadap rupiah, Bank Indonesia membuat beberapa
kebijakan pengetatan likuiditas rupiah, diantaranya adalah menghapus transaksi SPBU
(Surat Berharga Pasar Uang) dan meningkatkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank
Indonesia). Sejak tanggal 14 Agustus 1997 sampai tanggal 26 Februari 1998 rupiah telah
mengalami depresiasi sebesar 229 persen. Depresiasi rupiah yang begitu besar
bersamaan dengan suku bunga yang tinggi, harga saham yang menurun dan kekacauan
di sektor perbankan, menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami krisis moneter.
Dari serangkaian gejala yang menandakan krisis mata uang di Asia Tenggara,
memang ada indikasi bahwa para spekulan memiliki kemampuan yang kuat untuk
menerobos batas-batas kurs intervensi. Pelebaran spread kurs intervensi rupiah dari
delapan persen menjadi dua belas persen, bukan semata-mata sebagai langkah reaktif
atas krisis mata uang yang melanda Asia Tenggara. Kebijaksanaan ini merupakan
kebijaksanaan satu titik saja dalam garis stabilitas moneter yang diambil oleh Bank
Indonesia. Stabilisasi ini mencakup misi yang amat luas, terutama pengendalian nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing pada titik yang tidak terlalu tinggi ataupun tidak
terlalu rendah.
Karena trend jangka panjang menunjukkan depresiasi secara sinambung
(ditargetkan sekitar empat persen – lima persen per tahun), maka aspek yang sangat
urgent untuk dijaga adalah jangan sampai rupiah over valued. Bila ini dalam kisaran
33
yang terlalu lebar, alternatif tunggal penyesuaian nilai tukar adalah devaluasi. Padahal
ongkos politis (political cost) kebijaksanaan devaluasi sangat mahal.
Kepentingan menjaga rupiah dari serangan spekulan adalah misi berikutnya.
Sebab harus diakui, antisipasi semacam ini penting untuk menjaga konsekuensi logis
mulai diperdangangkannya rupiah pada pasar future NYCE (New York Cotton
Exchange).
Rp 16,000.00
Rp 14,000.00
Rp 12,000.00
Kur
Rp 10,000.00
Rp 8,000.00
Rp 6,000.00
Rp 4,000.00
Rp 2,000.00
Rp 0.00
01/97 06/97 11/97 04/98 09/98 02/99 07/99 12/99 05/00 10/00 03/01 08/01 01/02 06/02 11/02
Periode
Grafik 2.1
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
(Periode Januari 1997 - Desember 2002)
34
Tabel 2.2
Kurs Tengah USD Terhadap Rupiah di Bank Indonesia
(Periode Akhir Bulan Januari 1997 – Desember 2002)
1997
2000
Januari
2,396.00
Januari
7,425.00
Februari
2,406.00
Februari
7,505.00
Maret
2,419.00
Maret
7,590.00
April
2,433.00
April
7,945.00
Mei
2,440.00
Mei
8,620.00
Juni
2,450.00
Juni
8,735.00
Juli
2,599.00
Juli
9,003.00
Agustus
3,035.00
Agustus
8,290.00
September
3,275.00
September
8,780.00
Oktober
3,670.00
Oktober
9,395.00
November
3,648.00
November
9,530.00
Desember
4,650.00
Desember
9,595.00
1998
2001
Januari
10,375.00
Januari
9,450.00
Februari
8,750.00
Februari
9,835.00
Maret
8,325.00
Maret
10,400.00
April
7,970.00
April
11,675.00
Mei
10,525.00
Mei
11,058.00
Juni
14,900.00
Juni
11,440.00
Juli
13,000.00
Juli
9,525.00
Agustus
11,075.00
Agustus
8,865.00
September
10,700.00
September
9,675.00
Oktober
7,550.00
Oktober
10,435.00
November
7,300.00
November
10,430.00
Desember
8,025.00
Desember
10,400.00
1999
2002
Januari
8,950.00
Januari
10,320.00
Februari
8,730.00
Februari
10,189.00
Maret
8,685.00
Maret
9,655.00
April
8,260.00
April
9,316.00
Mei
8,105.00
Mei
8,785.00
Juni
6,726.00
Juni
8,730.00
Juli
6,875.00
Juli
9,108.00
Agustus
7,565.00
Agustus
8,867.00
September
8,386.00
September
9,015.00
Oktober
6,900.00
Oktober
9,233.00
November
7,425.00
November
8,976.00
Desember
7,100.00
Desember
8,940.00
Sumber : Data Statistik Bank Indonesia Online
35
2.5.2 Perkembangan Suku Bunga
Akibat yang ditimbulkan oleh gejolak nilai tukar di antaranya adalah ketatnya
likuiditas rupiah dan tingginya suku bunga. Perkembangan gejolak nilai tukar yang
belum mencapai titik stabilnya menyebabkan otoritas moneter melakukan pengendalian
untuk menstabilkan nilai tukar pengendalian tersebut diantaranya adalah menyumbat
sumber dana rupiah yang diperkirakan dapat mendorong semakin bergejolaknya nilai
tukar.
Implikasi yang ditimbulkan dari upaya bank sentral mengetatkan sumber dana
rupiah adalah tingginya suku bunga. Pada akhir Juli 1997 misalnya, suku bunga over
nite mencapai 31 persen. Selain itu suku bunga deposito terus bergerak naik.
Melonjaknya suku bunga perbankan merupakan cermin hilangnya kepercayaan nasabah
terhadap bank dan perekonomian nasional. Bank terpaksa memberikan bunga tinggi
karena arus penarikan deposito cukup deras.
80
70
60
SBI %
50
40
30
20
10
0
06/97 10/97 02/98 06/98 10/98 02/99 06/99 10/99 02/00 06/00 10/00 02/01 06/01 10/01 06/02 10/02
Grafik 2.2
Pergerakan Suku Bunga SBI 1 Bulan
(Periode Juni 1997 - Desember 2002)
Periode
36
Tabel 2.3
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia - 1 Bulan/Bank
(Periode Akhir Bulan Juni 1997 - Desember 2002)
1997
2000
Januari
12
Januari
11.16
Februari
11.75
Februari
11.02
Maret
11
Maret
10.91
April
10.75
April
10.88
Mei
10.63
Mei
11.07
Juni
10.5
Juni
12.33
Juli
10.87
Juli
13.53
Agustus
13.67
Agustus
13.56
September
22
September
13.62
Oktober
20.7
Oktober
13.74
November
20
November
14.15
Desember
20
Desember
14.53
1998
2001
Januari
20
Januari
14.74
Februari
22
Februari
14.79
Maret
45
Maret
15.58
April
50
April
16.09
Mei
58
Mei
16.33
Juni
58
Juni
16.65
Juli
65.16
Juli
17.17
Agustus
70.44
Agustus
17.67
September
64.74
September
17.57
Oktober
56.18
Oktober
17.58
November
46.62
November
17.6
Desember
35.52
Desember
17.62
1999
2002
Januari
36.53
Januari
16.93
Februari
37.32
Februari
16.86
Maret
37.42
Maret
16.76
April
33.21
April
16.61
Mei
26.12
Mei
15.51
Juni
18.84
Juni
15.11
Juli
13.8
Juli
14.93
Agustus
13.06
Agustus
14.35
September
13
September
13.22
Oktober
13.06
Oktober
13.1
November
12.95
November
13.06
Desember
11.93
Desember
12.93
Sumber : Data Statistik Bank Indonesia Online
37
2.5.3 Perkembangan Inflasi
Sejak terjadinya krisis moneter di Indonesia pada pertengahan Juli 1997 yang
ditandai dengan melemahnya rupiah dan semakin tingginya suku bunga SBI, berdampak
pula pada kenaikan harga barang komoditas. Dalam beberapa tahun terakhir ini inflasi
merupakan momok kepada pengambil kebijaksanaan, karena inflasi selalu mendekati
dua digit point. Pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi ini dapat ditekan serendah
mungkin. Inflasi Indonesia sudah merupakan inflasi tertinggi diantara negara-negara
ASEAN. Pengambil kebijaksanaan memerangi inflasi ini dengan menggunakan piranti
kebijaksanaan moneter.
14.00
12.00
Tingkat Inflasi
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
01/97 06/97 11/97 04/98 09/98 02/99 07/99 12/99 05/00 10/00 03/01 08/01 01/02 06/02 11/02
-2.00
Periode
Grafik 2.3
Pergerakan Indeks Harga Konsumen di 43 Kota
(Periode Januari 1997 - Desember 2002)
38
Tabel 2.4
Indeks Harga Konsumen di 43 Kota
% Perubahan bulanan (1996 = 100)
1997
2000
Januari
1.88
Januari
Februari
0.76
Februari
Maret
-0.07
Maret
April
0.40
April
Mei
0.20
Mei
Juni
-0.09
Juni
Juli
0.80
Juli
Agustus
0.90
Agustus
September
1.09
September
Oktober
0.96
Oktober
November
1.24
November
Desember
1.75
Desember
1998
2001
Januari
6.57
Januari
Februari
12.45
Februari
Maret
5.30
Maret
April
4.67
April
Mei
5.20
Mei
Juni
4.94
Juni
Juli
9.17
Juli
Agustus
6.34
Agustus
September
3.73
September
Oktober
-0.28
Oktober
November
0.09
November
Desember
1.31
Desember
1999
2002
Januari
2.99
Januari
Februari
1.28
Februari
Maret
-0.19
Maret
April
-0.69
April
Mei
-0.28
Mei
Juni
-0.36
Juni
Juli
-1.06
Juli
Agustus
-0.96
Agustus
September
-0.69
September
Oktober
0.06
Oktober
November
0.25
November
Desember
1.73
Desember
Sumber : Data Statistik Bank Indonesia Online
1.32
0.07
-0.45
0.56
0.84
0.50
1.28
0.51
-0.06
1.16
1.32
1.94
0.33
0.87
0.89
0.46
1.13
1.67
2.12
-0.21
0.64
0.68
1.71
1.62
1.99
1.50
-0.02
-0.24
0.80
0.36
0.82
0.29
0.53
0.54
1.85
1.20
39
2.5.4 Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Tabel 2.5
Jumlah Uang Beredar / M1 (miliar Rp)
Periode Januari 1997 - Desember 2002
1997
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2000
65,876.00
64,985.00
63,565.00
64,583.00
65,240.00
69,950.04
69,268.00
65,235.00
66,258.00
67,351.00
69,855.75
78,342.86
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
92,800.00
92,508.69
98,270.29
95,368.25
103,940.75
109,479.77
105,821.74
104,582.74
102,563.00
99,603.48
100,971.00
101,197.33
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
101,952.55
103,458.00
105,705.11
100,708.00
103,301.00
105,964.00
106,075.00
109,564.00
118,124.00
116,315.00
117,292.00
124,633.00
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1998
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2001
1999
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
122,417.00
122,160.00
124,663.00
127,367.00
130,225.00
133,832.00
135,738.75
136,530.00
135,430.00
138,886.00
141,204.00
162,186.00
145,345.00
149,879.00
148,375.00
154,297.00
155,791.00
160,142.00
162,154.00
166,851.00
164,237.00
169,963.00
171,383.00
177,731.00
2002
Sumber : Data Statistik Bank Indonesia Online
166,769.00
168,643.00
166,173.00
169,002.00
168,257.00
174,017.00
173,524.00
175,966.00
181,791.00
181,667.00
196,537.00
191,939.00
40
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
01/97
06/97
11/97
04/98
09/98
02/99
07/99
12/99
05/00
10/00
03/01
Grafik 2.4
Pergerakan Jumlah Uang Beredar / M1 (Miliar Rp.)
Periode Januari 1997 - Desember 2002
08/01
01/02
06/02
11/02
Download