NETRALISASI PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI APARATUR

advertisement
NETRALISASI PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI APARATUR NEGARA DALAM SISTEM
PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Sutarmo, Prihatin Effendi
ABSTRAK
Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata
dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, pendekatan perundangundangan dan pendekatan konseptual. Sumber bahan hukum yang digunakan adalah
hukum primer, sekunder, dan tersier.Pengumpulan bahan hukum dikumpulkan melalui studi
pustaka (library research). Bahan hukum yang telah diperoleh diolah secara sistematis
dengan membuat klasifikasi berdasarkan peraturan perundang- undangan, teori serta
pendapat para ahli, dan dianalisa secara kualitatif.
Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai petugas publik yang diatur dalam norma
pemerintahan merupakan proses penyediaan layanan sipil dan jasa-jasa publik.
Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari aparatur negara diberikan tugas kedinasan
untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung
jawab. Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar berdayaguna dan berhasil guna, memiliki kepekaan,
tanggap dan kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya
sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat, dapat diwujudkan melalui pembinaan
korps Pegawai Negeri Sipil, termasuk kode etiknya Peran Netralitas Pegawai Negeri Sipil
harus melekat dan bebas pengaruh politik, sikap adil dan jujur dalam berinteraksi
sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 yang kemudian
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 pasal 2 ayat (1), (2).
Pegawai negeri sipil merupakan bagian dari aparatur negara yang bertugas sebagai
abdi masyarakat berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional, bertanggung
jawab, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dalam memberikan layanan
kepada masyarakat tetap berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 2004
tentang pembinaan Jiwa Korps dan Kode etik disamping itu sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat tetap menjaga netralitas dan bebas dari pengaruh partai politik.
Kata kunci : Netralisasi, Pegawai Negeri Sipil, Aparatur Negara
PENDAHULUAN
Dalam rangka usaha mencapai
tujuan nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata
dan berkesinambungan materiil dan
spirituill, diperlukan adanya Pegawai
Negeri Sipil sebagai Warga Negara, unsur
Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi
Masyarakat yang penuh kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara, dan
Pemerintah serta yang bersatu padu,
bermental baik berwibawa, berdayaguna,
berhasil guna, bersih bermutu tinggi, dan
sadar akan tanggung jawabnya untuk
menyelenggarakan tugas pemerintahan
dan pembangunan.
Pembinaan
kepegawaian
diarahkan pada makin terwujudnya
kepegawaian negara yang handal,
mantap, dan memiliki kesetiaan penuh
kepada
politik
negara
dengan
mengembangkan karier berdasarkan
prestasi kerja, kemampuan profesional,
keahlian, ketrampilan dan kesejahteraan
serta memantapkan sikap mental aparat
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Upaya tersebut terus
ditingkatkan secara berencana melalui
pendidikan dan pelatihan ,penugasan,
bimbingan
dan
konsultasi
serta
pengembangan motivasi, moral, etik, dan
disiplin kedinasan yang sehat, didukung
dengan penataan dan penetapan
standarisasi pegawai menurut jenis dan
jumlahnya secara rasional. Sistem
kepegawaian yang
mantap perlu
dilengkapi dengan sistem pemberian
penghargaan secara wajar serta sanksi
secara tegas dan proporsional.
Pegawai Negeri Sipil sebagai
unsur
Aparatur
Negara
dalam
menjalankan tugasnya, wajib menjaga
netralitas dari pengaruh partai politik,
juga berkewajiban untuk tetap menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa serta
melaksanakan
tugasnya
secara
profesional dan bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan
dan pembangunan serta bersih dan bebas
dari kolusi dan nepotisme, yang
ditegaskan dalam Undang-Undang No 43
Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu
pada pasal 3 ayat (1), (2) dan (3) yang juga
menyebutkan tentang pegawai negeri
Sipil yang menjadi anggota dan/ atau
pengurus dari Partai Politik, sehingga
dipandang perlu untuk mengatur larangan
pegawai negeri sipil menjadi anggota
partai
politik
dengan
Peraturan
Pemerintah.
Pembangunan aparatur negara
diarahkan pada peningkatan koordinasi
antar sektor antara lain pusat dan daerah,
serta antardaerah dan antar wilayah
untuk meningkatkan kualitas dan
kemampuan aparatur negara, fungsi
lembaga
kenegaraan dan lembaga
pemerintahan, serta ketatalaksanaannya
agar mampu menjamin kelancaran dan
keterpaduan
tugas
serta
fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara
dan pembangunan sehingga terwujud
aparat negara yang lebih bersih dan
berwibawa, profesional berakhlak mulia,
bertanggung jawab, dan patut diteladani.
Sehubungan
dengan
latar
belakang tersebut diatas penelitian ini
untuk mengkaji lebih dalam mengenai "
Netralitas Pegawai Negeri Sipil sebagai
Aparatur
Negara
dalam
Sistem
Pemerintahan di Indonesia".
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka diambil suatu rumusan masalah : (1)
bagaimanakah kedudukan dan fungsi
pegawai Negeri Sipil dalam pemerintahan
di Indonesia? (2) bagaimanakah peranan
Pegawai Negeri Sipil sebagai Abdi Negara
dan Abdi Masyarakat serta Netralitas
Pegawai Negeri Sipil terhadap kekuasaan
politik?
METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Menggunakan metode penelitian
yuridis normatif, yaitu suatu metode
penelitian analisis terhadap peraturan
perundang-undangan yang berkaitan
dengan kepegawaian. Namun demikian
penelitian kepustakaan tidak saja
terhadap
bahan-bahan
perundangundangan tentang kepegawaian di
Indonesia,
tetapi
juga
peraturanperaturan Pemerintah maupun instruksi
Presiden
mengenai
pemberantasan
korupsi, kolusi, dan Nepotisme termasuk
netralitas terhadap semua golongan, dan
larangan menjadi anggota maupun
pengurus partai politik.
2. Pendekatan Masalah
Menggunakan
pendekatan
perundang-undangan (statuta approach)
dan pendekatan konseptual yaitu suatu
pendekatan dengan cara mengidentifikasi
peraturan-peraturan
di
bidang
kepegawaian yang kemudian dipadukan
dengan konsep-konsep kedudukan, fungsi
dan tugas pegawai negeri sipil di
Indonesia.
3. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum
yang
digunakan adalah hukum primer,
sekunder, dan tersier.
- Bahan Hukum Primer yaitu bahan
hukum yang mengikat yang terdiri
dari Undang-Undang Dasar 1945
dan
Peraturan
Perundangundangan yang berkaitan dengan
Pokok-pokok kepegawaian.
- Bahan Hukum Sekunder yaitu
bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai
bahan
hukum primer yang terdiri dari
buku-buku
majalah,
hasil
pertemuan ilmiah, laporan hasil
penelitian yang relevan dengan
masalah yang dibahas, khusus
yang menyangkut netralitas dan
kedudukan pegawai negeri sipil
dalam pemerintahan di Indonesia.
- Bahan Hukum Tersier yaitu bahan
hukum
yang
memberikan
petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus, ensiklopedia.
4. Prosedur
Pengumpulan
dan
Pengelolaan Bahan Hukum
Pengumpulan bahan hukum
dikumpulkan melalui studi pustaka
(library research). Bahan hukum yang
telah diperoleh kemudian dibaca, dicatat,
diinvetarisasi
dengan
pokok
permasalahan yang akan dibahas yang
selanjtnya diolah secara sistematis
dengan membuat klasifikasi berdasarkan
peraturan perundang- undangan, teori
serta pendapat para ahli sesuai dengan
permasalahan yang akan dibahas.
5. Analisa Bahan Hukum
Bahan
hukum
yang
telah
dikumpulkan kemudian dianalisa secara
kualitatif yaitu suatu cara yang
menghasilkan uraian deskriptif analitis
untuk memperoleh kebenaran.
PEMBAHASAN
Kedudukan dan Fungsi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dalam Pemerintahan di
Indonesia.
1. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dalam Pemerintahan di
Indonesia.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
mempunyai peran dan kedudukan yang
menentukan yaitu sebagai pemikir,
pelaksana, perencana maka kedudukan
pegawai negeri sipil sangat menentukan
dalam memperlancar jalannya roda
pemerintahan. Mengingat pentingnya
tugas yang diemban Pegawai Negeri Sipil,
maka perlu ditata dan dibina dengan
sebaik-baiknya, agar diperoleh Pegawai
Negeri Sipil yang setia dan taat
sepenuhnya kepada pemerintah Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang
Dasar
1945
dan
diharapkan
pula
agar
dalam
melaksanakan tugasnya penuh dengan
pengabdian, bersatu, bermental baik,
berwibawa,
kuat,
berdayaguna,
berhasilguna, bersih dari KKN, berkualitas
tinggi sehingga sadar akan tanggung
jawabnya sebagai unsur Aparatur Negara
dan Abdi Masyarakat.
Kedudukan Pegawai Negeri Sipil
sebagai petugas publik yang diatur dalam
norma pemerintahan merupakan proses
penyediaan layanan sipil dan jasa-jasa
publik yang tidak dapat diprivatisasikan
bagi setiap orang pada saat dibutuhkan
oleh yang bersangkutan sehingga
kedudukan Pegawai Negeri merupakan
bagian dari jabatan publik. Jabatan publik
yang melekat pada kedudukan pegawai
negeri Sipil merupakan kewajiban untuk
menyediakan layanan sipil dan jasa-jasa
publik yang dibutuhkan oleh masyarakat
yang dilayani.
Kesempurnaan peranan aparatur
pemerintahan, seperti halnya Pegawai
Negeri Sipil didalam memberikan layanan
publik yang memadai merupakan
kedudukan dan peranan strategis dan
menentukan karena Pegawai Negeri Sipil
merupakan penyelenggara tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan yakni
dalam upaya mencapai tujuan nasional
yang selalu diharapkan oleh semua rakyat
Indonesia, maka diperlukan kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan nasional
terutama tergantung dari kesempurnaan
aparatur negara dan aparatur Negara
pada intinya adalah sangat tergantung
dari kesempurnaan Pegawai Negeri Sipil,
sehingga dalam rangka mencapai tujuan
Nasional tentu sangat diharapkan adanya
Pegawai Negeri Sipil yang penuh
kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan
pemerintah serta bersatu padu ,
bermental baik, berwibawa, kuat ,
berdaya guna, bersih, berkualitas tinggi
dan sadar akan tanggung jawabnya
sebagai unsur aparatur negara yang mana
peranannya sangat strategis sebagai Abdi
Negara dan Abdi Masyarakat.
2. Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di Indonesia
Tugas Pegawai Negeri Sipil ibarat
seorang buruh yang harus melakukan
pekerjaan untuk majikannya dan seorang
pegawai atau pekerja harus melakukan
pekerjaannya untuk pemberi kerjanya.
Pemberi kerja seorang pegawai negeri
sipil adalah Negeri atau Negara.
Pegawai Negeri Sipil didalam
melaksanakan tugasnya diharapkan dapat
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat secara berdaya guna dan
berhasil guna, dengan demikian diperluka
suatu pengaturan dan pembinaan yang
tertuang didalam peraturan kepegawaian
yang dijabarkan didalam Peraturan
Pemerintah.
Adapun tugas pokok daripada
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
merupakan Aparatur Negara adalah
melaksanakan tugas pokok sebagai
pelayanan terhadap kepentingan umum.
Pegawa Negeri Sipil harus loyal kepada
Pemerintah yang sah dan tugasnya adalah
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil adalah
bagian dari tugas pemerintahan dan
merupakan
tulang
punggung
pemerintahan
di
Indonesia,
yang
diharapkan dapat melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa
tanggung jawab, serta berdaya guna dan
berhasil guna.Oleh karena itu Pegawai
Negeri Sipil juga diharapkan mampu
bekerja secara bekerja secara profesional
dan fungsional.Adapun profesionalisme
dapat dikatakan erat kaitannya dengan
tugas dan fungsi Pegawai Negeri Sipil yang
juga merupakan proses pembinaan diri
pegawai sebagai aparatur negara,
pegawai negeri sipil (PNS) didalam
menjalankan tugasnya wajib bersikap dan
berpedoman pada etika dalam bernegara,
dalam penyelenggaraan pemerintahan,
dalam
berorganisasi,
dalam
bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri
dan sesama Pegawai Negeri Sipil yang
lain.
Tugas pokok yang melekat pada
pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur
pemerintah adalah merupakan amanat
daripada peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan diserahi tugas dalam
jabatan negeri tertentu dan harus
dipertanggungjawabkan yaitu kepada
pejabat negara yang diserahi mandat oleh
pemerintah dan merupakan wewenang
yang diberikan kepada pemerintah. Setiap
Pegawai Negeri sipil didalam menjalankan
tugas
pokonya
senantiasa
selalu
mendapat arahan dan pembinaan dari
pejabat
negara
sebagai
aparatur
pemerintahan.
Peranan tugas dan fungsi Pegawai
Negeri Sipil didalam memberikan
pelayanan publik agar dapat dilakukan
secara efisien dan efektif yang juga harus
memberikan desentralisasi kewenangan
untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat pada instansi dibawahnya
atau
instansi vertikal. Pada fungsi
desentralisasi kewenangan yang diberikan
kepada instansi vertikal diharapkan akan
meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas.
Upaya
untuk
meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat yakni
dengan melakukan peningkatan kinerja
dan akuntabilitas pelayanan publik yang
dilakukan melalui reformasi administrasi
kepegawaian. Sebagai abdi masyarakat,
maka setiap Pegawai Negeri Sipil harus
selalu memberikan layanan kepada
masyarakat sebagai pelaksanaan dari
tugas dan fungsinya sebagai aparatur
negara. Adapun layanan umum terhadap
masyarakat dilakukan, antara lain dengan
cara mempercepat pemberian layanan
yang diperlukan masyarakat, dan
memberikan penjelasan yang diperlukan
tanpa pamrih, apalagi mengharapkan
imbalan yang berupa materi. Dengan
demikian diharapkan peranan Pegawai
Negeri Sipil yang profesional dapat
memberikan
kontribusi
terhadap
pembangunan disegala bidang.
Peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai
Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta
Netralitas Pegawai Negeri Sipil terhadap
Kekuasaan Politik.
1. Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
sebagai Abdi Negara.
Kedudukan
Pegawai
Negeri
adalah unsur aparatur negara, abdi
negara dan abdi masyarakat yang dengan
penuh kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Negara dan pemerintah yang bertugas
juga memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil
dan merata dalam penyelenggaraan tugas
negara
,
pemerintahan
dan
pembangunan.
Pegawai Negeri adalah bagian
dari aparatur negara merupakan salah
satu unsur penyelenggara negara. Sebagai
salah satu unsur aparatur negara, pegawai
negeri dalam kedudukannya sebagai
aparatur pemerintah dikendalikan oleh
pemerintah
walaupun
setiap
ada
pergantian kepala pemerintahan Pegawai
Negeri harus tetap mengabdi kepada
negara dan pemerintahan yang sah tanpa
terpengaruh oleh pergantian itu.
Pegawai Negeri adalah pelaksana
peraturan perundang-undangan oleh
karena itu wajib berusaha agar setiap
peraturan perundang-undangan ditaati
oleh masyarakat yakni dengan memberi
contoh dan tauladan kepada masyarakat
dalam mentaati dan melaksanakan segala
peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan, pada umumnya
Pegawai Negeri Sipil yang merupakan
bagian dari aparatur negara diberikan
tugas kedinasan untuk dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya yakni dengan
penuh pengabdian, kesadaran dan
tanggung jawab.
Sesuai dengan TAP MPR Nomor
IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara Tahun1999-2004 yaitu
doantaranya terdapat visi, misi dan
Kebijaksanaan Pendayagunaan Aparatur
Negara (PAN), maka ditetapkan arah
kebijaksanaan anatara lain membersihkan
penyelenggara negara dan praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme dengan
memberikan sanksi seberat-beratnya
sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku,
meningkatkan
efektifitas
pengawasan internal dan fungsional serta
pengawasan
masyarakat
dan
megembangkan
etik
dan
moral,
meningkatkan kualitas aparatur negara
dengan memperbaiki kesejahteraan dan
keprofesionalisme serta meningkatkan
fungsi dan keprofesionalisme birokrasi
dalam melayani masyarakat, dengan
demikian kedudukan Pegawai Negeri Sipil
sebagai abdi Negara dapat terwujud.
2. Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
sebagai Abdi Masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) selain
berkedudukan sebagai abdi negara,
Pegawai Negeri Sipil juga berkedudukan
sebagai abdi masyarakat. Sebagai abdi
masyarakat mengandung pengertian
bahwa dalam melaksanakan tugas
Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus tetap
berusaha
melayani
kepentingan
masyarakat dan memperlancar segala
urusan anggota masyarakat. Setiap
Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus
mempunyai kesetiaan dan ketaatan
penuh kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
Untuk
mewujudkan
adanya
Pegawai Negeri Sipil yang tangguh bersatu
padu bermental baik, berwibawa,
berdayaguna, berhasilguna, bersih bebas
dari Kolusi, korupsi dan nepotisme serta
profesional maka terhadap setiap
Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan
tugas kedinasan harus benar-benar
menghayati akan nilai etika dan moralitas.
Untuk mewujudkan adanya Pegawai
Negeri Sipil yang profesional tentunya
harus dibedakan yaitu profesi pada
umumnya dan profesi yang luhur
sedangkan peranan Pegawai Negeri Sipil
sebagai abdi masyarakat tentunya
menyangkut profesi yang luhur karena
menyangkut
pengabdian
pada
masyarakat. Untuk menjadi Pegawai
Negeri Sipil yang profesionalis.
Untuk menjadi seorang Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang berdayaguna dan
berhasil guna dan menjadikan Pegawai
Negeri Sipil yang kuat, kompak, dan
bersatupadu, memiliki kepekaan, tanggap
dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi,
berdisiplin, serta sadar akan tanggung
jawabnya sebagai unsur aparatur negara
dan abdi masyarakat, dapat diwujudkan
melalui pembinaan korps Pegawai Negeri
Sipil, termasuk kode etiknya Selain
pembinaan korps, terhadap Pegawai
Negeri Sipil juga diikat oleh kode etik
dimana kode etik pegawai Negeri Sipil
adalah
merupakan pedoman, sikap,
tingkah laku dan perbuatan Pegawai
Negeri Sipil didalam melaksanakan
tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari.
Khusus dalam rangka pembahasan etika
profesi atau kode etik Pegawai Negeri
Sipil kiranya Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004
Tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil mengatur secara
khusus
perihal
pembinaan
dan
kemampuan profesi Pegawai Negeri Sipil.
Kode etik Pegawai Negeri Sipil
meliputi : Etika dalam berorganisasi, Etika
dalam bermasyarakat, Etika terhadap diri
sendiri dan Etika terhadap sesama
Pegawai Negeri Sipil, karena itu Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya
harus berpedoman pada kode etik yang
diatur oleh pemerintah.
3. Netralitas Pegawai Negeri Sipil
terhadap Kekuasaan Politik
Dalam rangka usaha mencapai
tujuan nasional untuk mewujudkan
masyarakat madani yang taat hukum,
berperadaban
modern,
demokratis,
makmur adil, dan bermoral tinggi,
diperlukan sosok Pegawai Negeri yang
merupakan unsur aparatur negara yang
bertugas sebagai abdi masyarakat yang
menjalankan pelayanan publik secara adil
dan merata tanpa diskriminasi terhadap
siapapun, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan
kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Oleh karena itu diperlukan
Pegawai Negeri yang berkemampuan
melaksanakan tugas secara profesional
dan
bertanggung
jawab
dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan
dan pembangunan, serta bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dalam menjalankan tugasnya
Pegawai Negeri Sipil harus netral dari
semua pengaruh golongan dan partai,
sebagai
aparatur
negara
harus
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat secara profesional, jujur adil
dan merata, termasuk untuk memberikan
pelayanan
kepada
partai
politik,
kampanye dan sebagainya. Peran
Netralitas Pegawai Negeri Sipil harus
melekat dan bebas pengaruh politik, sikap
adil dan jujur dalam berinteraksi. Bagi
Pegawai Negeri Sipil yang menjadi
anggota dan atau pengurus Partai Politik
tetap tidak mengajukan permohonan
kepada pejabat yang berwenang, maka
yang bersangkutan diberhentikan tidak
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil terhitung mulai akhir bulan ketiga
yang bersangkutan secara resmi mrnjadi
anggota dan atau pengurus partai Politik.
Sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Pegawai Negeri yang menjadi anggota
partai politik yang kemudian diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai
Negeri Sipil menjadi anggota partai politik
yaitu pada pasal 2 ayat (1), (2). Selain hal
tersebut diatas, maka terhadap Pegawai
Negeri Sipil yang maju
untuk
mencalonkan sebagai Walikota maupun
Bupati dalam pemilihan kepala daerah
harus mundur sebagai Pegawai Negeri
Sipil, baik yang sedang menduduki jabatan
struktural maupun jabatan fungsional baik
jabatan negeri maupun jabatan negara.
Pengunduran
diri
sangat
penting
dilakukan sebelum resmi didaftarkan oleh
partai politik, menjelang dilakukan
kampanye. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari opini masyarakat dan
pasangan calon lain yaitu bahwa Pegawai
Negeri Sipil yang mencalonkan sebagai
kepala daerah akan mempergunakan
fasilitas negara demi untuk memperkuat
posisi serta
pencalonan.
kedudukannya
dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dipaparkan tersebut, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
(1) Pegawai negeri sipil yang merupakan
bagian dari aparatur negara yang bertugas
sebagai abdi masyarakat yang fungsinya
menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan serta berkemampuan
melaksanakan tugas secara profesional
dan bertanggung jawab, serta bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pegawai Negeri adalah bagian daripada
aparatur pemerintahan yang diarahkan
untuk menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan secara
berdaya guna dan berhasilguna. Pegawai
Negeri Sipil juga adalah sebagai pelaksana
dari sistim pemerintahan dan pelaksana
dari peraturan perundang undangan,
sehingga setiap pegawai Negeri Sipil
berkewajiban untuk memberikan contoh
yang baik dalam mentaati dan
melaksanakan
segala
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat Pegawai
Negeri sipil dalam memberikan layanan
kepada masyarakat tetap berpedoman
pada Peraturan Pemerintah nomor 42
Tahun 2004 tentang pembinaan Jiwa
Korps dan Kode etik Pegawai Negeri Sipil.
(2) Pegawai Negeri Sipil adalah bagian
daripada aparatur pemerintah yakni
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat,
maka Pegawai Negeri Sipil tetap menjaga
netralitas dan bebas dari pengaruh partai
politik.
Saran-saran
Sesuai dengan hasil penelitian
maka disarankan : (1) untuk menunjang
pemerintahan yang baik maka diperlukan
suatu aparatur pemerintahan yang
berdaya guna dan berhasilguna maka
diperlukan adanya aparatur pemerintahan
yang
bersih,
berwibawa
serta
menghindari dari perbuatan-perbuatan
tercela serta mampu melaksanakan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan,
(2) untuk melaksanakan tugas umum
pemerintahan
dan
pembangunan
nasional, maka diperlukan adanya
kesempurnaan pengabdian aparatur
pemerintah, khususnya pegawai negeri
sipil karena Pegawai Negeri Sipil adalah
bagian daripada aparatur negara yang
bertugas memberikan pelayanan umum
kepada
masyarakat,
maka
harus
memberikan pelayanan yang terbaik, adil
dan merata kepada masyarakat. (3)
diperlukan adanya pegawai Negeri Sipil
yang profesional, bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme (4) Setiap
Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan
sebagai kepala daerah dalam pemilihan
kepala daerah wajib mengundurkan diri
agar menjamin netralitas birokrasi dan
menghindari opini negatif dari masyarakat
dan pasangan calon lain.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari
Zainun,
Administrasi
dan
Manajemen
Kepegawaian
Pemerintah Negara Indonesia,
Gunung Agung Jakarta , 1990.
Darji Darmodiharjo, Sidharta, PokokPokok Filsafat Hukum, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1999.
Fudloliy, Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
(Modul Orientasi Pembekalan
Calon Pegawai Negeri Sipil) Biro
Kepegawaian departemen Agama,
Jakarta, 2003
Gering
Supriyadi,
Etika
Birokrasi
(Makalah/ Modsul prajabatan
Golongan
III)
Lembaga
Administrasi Negara Republik
Indonesia 2000.
Idup
Suhady
,
Kebijaksanaan
Pendayagunaan Aparatur Negara
(Makalah/ Modsul prajabatan
Golongan
III)
Lembaga
Administrasi Negara Republik
Indonesia 2000.
Inu Kencana Syafi'ie, Sistem Pemerintahan
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
1999.
Joeniarto, sejarah Ketatanegaraan, Bina
Aksara, Jakarta, 1986.
Johny Ibrahim, Teori dan Metode
penelitian hukum normatif, Bayu
Media Publishing, Malang, 2005.
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Andi
Yogyakarta , 2002.
Moerdiono,
Strategi
Pembangunan
Sistem Administrasi Negara yang
Berdasarkan Pancasila(makalah),
Sekretaris Negara, Jakarta, 1986.
Muhda hadisaputro, Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, Biro kepegawaian
Departemen Agama Republik
Indonesia , Jakarta, 2003.
Musanef, Manajemen Kepegawaian di
Indonesia,
Gunung
Agung
,Jakarta, 1983.
Nainggolan, H. Pembinaan Pegawai
Negeri Sipil, (Makalah), Jakarta,
1984.
Nur Alam dan harno Harun, Himpunan
Undang-Undang
Kepegawaian
dan Reformasi Adminstrasi Publik,
Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005.
Philipus m. Hadjon, Hukum Administrasi
Negara, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1993.
Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum
Kepegawaian
di
Indonesia,
jembatan, Jakarta, 1979.
Soewarno Handayaningrat, Administrasi
Pemerintahan
dalam
Pembangunan Nasional, Gunung
Agung Jakarta, 1986.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi
Offset, Yogyakarta, 1990.
Taliziduhu Ndraha, Kybernologi, Rineka
Cipta,
2003.n
Pengetahuan
Masyarakat
Ultrecht,
E,
Pengantar
Hukum
administrasi Negara Indonesia,
fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat
Universitas
Padjadjaran Bandung, 1960.
DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999
tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 8 tahun 1974
Tentang
:
Pokok-Pokok
Kepegawaian
beserta
penjelasannya.
Peraturan pemerintah No 10 tahun 1979
tentang
Daftar
Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3)
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun
2000
tentang
Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian pegawai Negeri
Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun
2000 tentang Formasi pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
2004 tentang Larangan Pegawai
Negeri Sipil Menjadi anggota
partai Politik.
Peraturan Pemerintah Nomor 42Tahun
2004 tentang Pembinaan Jiwa
Korps dan Kode Etik Pegawai
Negeri Sipil.
Download