55 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan

advertisement
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian dan Analisis Data
1.
Informasi Umum
PT. Istech Resources Asia merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang Jasa Manajemen untuk perusahaan minyak dan gas bumi, yang
memiliki kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan minyak dan gas
bumi di Indonesia. Salah satunya adalah kontrak kerja sama antara PT. Istech
Resources Asia dengan Santos (Sampang) pty, Ltd yang ditangani oleh
perusahaan pada tahun 2009 untuk penyediaan tenaga kerja. Dari data yang
diperoleh tenaga kerja yang ditangani untuk proyek Santos (Sampang) pty,
Ltd berjumlah 19 orang yang seluruhnya adalah warga negara Indonesia
sehingga dari penghasilannya terutang pajak penghasilan pasal 21. PT. Istech
Resources Asia didalam menjalankan proyek dengan Santos (Sampang) pty,
Ltd juga mengunakan jasa pihak ketiga (subkontraktor). Jasa yang digunakan
berupa Trainning, Inspection dan Project Consultant Services. Sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan pajak penghasilan, kegiatan penyerahan jasa
dari pihak ketiga akan dikenakan pajak penghasilan pasal 23. PT. Istech
Resources Asia sebagai pengguna jasa berkewajiban untuk memotong dan
menyetorkan pajak penghasilan pasal 23 terhadap jasa yang diberikan oleh
subkontraktor. Berdasarkan data subkontraktor yang dimiliki oleh perusahaan
dapat diketahui selama tahun 2009 PT. Istech Resources Asia memiliki kerja
55
sama dengan 4 subkontraktor jasa untuk proyek Santos (Sampang) pty, Ltd.
Nilai invoice menggunakan mata uang US Dollar, tetapi untuk perhitungan
pajak penghasilan pasal 23 nilai invoice akan dikonverasi kedalam Rupiah
menggunakan kurs pajak pada saat invoice diterbitkan.
2. Laporan Laba Perusahaan Untuk Proyek Santos (Sampang) Pty, Ltd
Laporan laba perusahaan tahun 2009 proyek Santos (Sampang) pty, ltd
juga digunakan sebagai informasi untuk penelitian. Laporan keuangan disusun
oleh perusahaan dengan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). Dari laporan laba rugi perusahaan dapat dilihat unsur – unsur
akuntansi apa sajakah yang dipakai oleh perusahaan dalam rangka
memperoleh laba bersih perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Dalam hal
ini unsur – unsur akuntansi yang dimaksud adalah unsur pendapatan dan unsur
biaya yang terjadi dalam suatu periode akuntansi. Berikut laporan laba
perusahaan tahun 2009 untuk proyek Santos (Sampang) pty, Ltd dapat
diketahui dalam tabel dibawah ini.
56
Tabel 4.1
LABA PERUSAHAAN PROYEK SANTOS (SAMPANG) Pty, Ltd
Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2009
(Dalam Rupiah)
Laba Perusahaan Tahun 2009 Proyek Santos (Sampang) Pty, Ltd
Pendapatan
Beban Operasional
Gaji Karyawan Santos
19.914.809.965
Tunjangan PPh pasal 21
6.402.802.682
Asuransi dan Peralatan Keamanan
139.858.335
Biaya Trainning,Inspection,Project Control
1.873.215.174
Biaya Perjalanan Dinas
258.647.780
Total Beban Operasional
Laba Bruto
Beban Umum dan Administrasi
Gaji dan Tunjangan
Administrasi Kantor
Dokumen Tender dan Jaminan
Administrasi Bank
Depresiasi
Total Beban Umum Dan Administrasi
Laba Bersih Sebelum Pajak
Sumber : Laporan Laba Rugi PT. Istech Resources Asia
30.477.422.250
28.589.333.936
1.888.088.314
208.437.913
275.853.465
214.133.947
52.691.958
33.981.691
785.098.975
1.102.989.339
Berdasarkan laporan laba perusahaan diatas, berikut penjelasannya :
a. Pendapatan
Tahun 2009, perusahaan mencatat pendapatan untuk proyek Santos
(Sampang) Pty, Ltd sebesar Rp. 30.477.422.250,-. Metode pencatatan
perusahaan adalah metode akrual, dimana perusahaan mengakui
pendapatan pada saat kontak kerja sama ditandatangani.
b. Beban Operasional
Selama tahun 2009 perusahaan melakukan pembukuan terhadap beban
operasional
yang
berhubungan
Rp. 28.589.333.936,- terdiri dari :
57
dengan
proyek
Santos
sebesar
1) Biaya gaji karyawan untuk proyek Santos yang dikeluarkan
perusahaan sebesar Rp. 19.914.809.965,-. Biaya gaji yang dikeluarkan
oleh perusahaan berkaitan tenaga kerja proyek meliputi pengeluaran :
a). Biaya gaji Rp. 17.894.100.203,b). Tunjangan hari raya Rp. 1.261.999.914,c). Jamsostek Rp. 758.709.849,-.
2) Tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21
Tunjangan pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikeluarkan oleh
perusahaan
sebesar
Rp.
6.402.802.682,-.
Dalam
melakukan
perhitungan pajak penghasilan pasal 21 karyawan proyek Santos,
perusahaan melakukan metode gross up dimana karyawan diberikan
tunjangan pajak. Tujuan perusahaan memberikan tunjangan pajak
kepada karyawan untuk memperkecil besarnya pajak penghasilan
badan karena sesuai dengan undang-undang perpajakan tunjangan
pajak dapat dibebankan sebagai biaya sehingga laba perusahaan
menjadi lebih kecil dan pajak penghasilan badan menjadi lebih kecil.
3) Asuransi dan peralatan keamanan
Perusahaan juga memberikan asuransi terhadap karyawan proyek
santos sebesar Rp. 119.858.335,- dan peralatan keamanan sebesar
Rp. 20.000.000,- yang digunakan untuk alat pengaman bagi karyawan
proyek Santos.
58
4) Biaya Trainning, Inspection dan Project Control.
Biaya ini berhubungan dengan pihak ketiga (subkontraktor) dalam hal
pemberian Training, Inspection dan Project Control. Perusahaan
melakukan
pencatatan
untuk
biaya
tersebut
sebesar
Rp. 1.873.215.174,-. Biaya terdiri dari :
a). Biaya Trainning sebesar Rp. 267.095.040,b). Biaya Inspection sebesar Rp. 1.560.385.134,- dan
c). Biaya Project Control sebesar Rp. 45.735.000,-.
Menurut undang-undang perpajakan, subkontraktor dikenakan pajak
penghasilan pasal 23 atas penggunaan jasa dari pihak ketiga.
Perhitungan pajak penghasilan yang digunakan oleh perusahaan adalah
dengan menggunakan metode gross dimana pajak penghasilan pasal 23
langsung dipotong dari nilai invoice sehingga pembayaran yang
diterima oleh subkontraktor sebesar nilai invoice setelah dikurangkan
oleh Pajak penghasilan pasal 23. Dalam hal ini subkontraktor bersedia
dilakukan pemotongan dari nilai invoice, apabila subkontraktor tidak
bersedia dilakukan pemotongan maka perusahaan dapat melakukan
pemotongan dengan menggunakan metode gross up atau metode net
basis.
5) Biaya Perjalanan Dinas
Dalam melakukan kegiatan untuk proyek Santos, terkadang karyawan
proyek Santos harus melakukan perjalan dinas ke luar kota
59
sehubungan dengan kelancaran kegiatan. Oleh karena itu perusahaan
mengeluarkan biaya perjalanan dinas sebesar Rp. 258.647.780,-.
c. Beban Umum dan Administrasi
1) Gaji dan tunjangan sebesar Rp. 208.437.913,- merupakan beban untuk
SDM yang berhubungan dengan proyek Santos.
2) Administrasi Kantor sebesar Rp. 275.853.465,-.
3) Dokumen Tender dan Jaminan sebesar Rp. 214.133.947,-.
4) Administrasi Bank sebesar Rp. 52.691.958,5) Depresiasi sebesar Rp. 33.981.691,-
B. Analisa dan Pembahasan
Setelah melakukan pengamatan atas kegiatan operasi PT. Istech
Resources Asia untuk proyek Santos (Sampang) Pty, Ltd melalui laporan
keuangan perusahaan tahun 2009 dapat diketahui perusahaan sudah
melakukan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan menggunakan
metode gross up dimana karyawan proyek Santos diberikan tunjangan pajak
penghasilan pasal 21 dan perhitungan pajak penghasilan pasal 23 dengan
metode gross dimana perusahaan memotong pajak penghasilan pasal 23 dari
nilai invoice dalam hal ini subkontraktor bersedia dipotong dari pembayaran
nilai invoice.
Hal ini dilakukan perusahaan untuk memperkecil laba perusahaan karena
tunjangan pajak dapat dibebankan sebagai pengurang pendapatan sehingga
penghasilan kena pajak lebih kecil sekaligus pajak terutang juga lebih kecil.
60
Hanya saja peneliti mencoba melakukan analisa penerapan metode gross up
dan metode net basis untuk perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dan 23
yang akan berdampak terhadap pajak penghasilan badan yang nantinya dapat
diketahui metode mana yang dapat menghemat pajak perusahan.
1. Analisa penerapan Metode Gross Up untuk Pajak Penghasilan Pasal 21
Kontrak kerja sama PT. Istech Resources Asia dengan Santos
(Sampang) Pty. Ltd dalam hal penyediaan tenaga kerja untuk perhitungan
pajak penghasilan karyawannya menggunakan metode gross up dimana
karyawan diberikan tunjangan pajak penghasilan 21 dan menambah
penghasilan bagi karyawan sehingga pajak penghasilan yang telah dibayarkan
dapat dijadikan pengurang (Deductible Expenses).
Dengan menggunakan
metode gross up maka jumlah pajak terutang untuk pajak penghasilan 21 akan
lebih besar dibandingkan dengan metode net basis. Adapun rincian beban gaji
dan pajak penghasilan yang terutang adalah sebagai berikut :
61
Tabel 4.2 Pajak Penghasilan dengan Metode Gross Up
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Nama Karyawan
Agustine Supriyadi
Arief Hendratmadi
Hercules Sitanggang
Muhammad Machmud
Nurcholis
Prima Hidayanti
Ririn S Hidayat
Nur Endro Buwono
Rachmantari
Adi Wahono
Hery Suhendra
Trinaryanto
Nasib Hadibroto
Puji Sulistyono
Darsani
Imaduddin
Zainal Abidin
Dionysisu Irianto
Agus Mulyono
Total
Status
K/2
K/2
K/3
K/3
K/2
TK/0
TK/0
K/1
K/3
K/2
K/2
K/2
K/3
K/1
K/1
K/0
K/2
K/1
K/2
Penghasilan Bruto
(Rupiah)
Rp
1.309.368.831
Rp
2.464.364.844
Rp
2.245.541.543
Rp
1.220.848.115
Rp
1.199.740.735
Rp
1.143.451.233
Rp
1.199.681.760
Rp
2.239.500.236
Rp
823.658.946
Rp
1.089.806.057
Rp
1.775.271.284
Rp
598.040.145
Rp
1.217.476.871
Rp
1.238.932.069
Rp
1.060.668.393
Rp
855.799.104
Rp
789.908.695
Rp
2.311.615.895
Rp
871.856.184
Rp
25.655.530.941
Pajak Penghasilan
Setahun (Rupiah)
Rp
324.503.396
Rp
666.673.681
Rp
601.485.511
Rp
297.948.049
Rp
292.257.789
Rp
276.698.254
Rp
293.388.408
Rp
600.557.675
Rp
180.327.158
Rp
260.068.607
Rp
462.841.544
Rp
114.107.757
Rp
297.105.716
Rp
304.248.864
Rp
251.669.819
Rp
191.223.857
Rp
170.781.446
Rp
621.889.305
Rp
195.025.846
Rp
6.402.802.682
Sumber : PT. Istech Resources Asia
Dari data yang diatas dapat dilihat penghasilan bruto karyawan
proyek Santos selama setahun sebesar Rp. 25.655.530.941,- dan besarnya
pajak penghasilan pasal 21 untuk proyek Santos (Sampang) Pty, Ltd. dengan
menggunakan metode gross up sebesar Rp. 6.402.802.682,-. Jumlah pajak
terutang PPh 21 tersebut merupakan tunjangan PPh 21 yang diberikan
perusahaan untuk karyawan Santos. Salah satu contoh perhitungan pajak
penghasilan pasal 21 dengan menggunakan metode gross up dapat dilihat
dibawah ini :
62
Dapat di lihat di tabel data karyawan no. 1 berstatus K/2
Gaji Setahun
Rp. 927.875.507,-
Jamsostek
Rp. 5.010.528,-
THR
Rp. 51.979.400,-
Penghasilan Bruto
Rp. 984.865.435,-
Pengurang :
Biaya Jabatan
Rp. 6.000.000,-
JHT
Rp. 18.557.510
Rp. 24.557.510, (-)
Penghasilan Neto Setahun
Rp. 960.307.925,-
PTKP:
Wajib Pajak Sendiri
Rp. 15.840.000,-
Tambahan WP Kawin
Rp. 1.320.000,-
Tambahan 2 Anak
Rp. 2.640.000,-
Penghasilan Kena Pajak Setahun
Rp. 19.800.000,- (-)
Rp. 940.507.925,-
Dari perhitungan diatas di dapat PKP sebesar Rp. 940.507.925,- yang
akan di gross up untuk mendapatkan tunjangan pajak. Besarnya PKP sudah
termasuk kedalan lapisan ke IV maka perhitungannya :
Tunjangan Pajak = (Rp. 940.507.925 x 30%) – Rp. 55.000.000,70%
= Rp. 324.503.396,-
63
Jadi tunjangan pajak dalam menentukan PPh Pasal 21 terutang adalah :
Gaji Setahun
Rp. 927.875.507,-
Tunjangan PPh 21
Rp. 324.503.396,-
Jamsostek
Rp. 5.010.528,-
THR
Rp. 51.979.400,-
Penghasilan Bruto
Rp. 1.309.368.831,-
Pengurang :
Biaya Jabatan
Rp. 6.000.000,-
JHT
Rp. 18.557.510
Penghasilan Neto Setahun
Rp. 24.557.510,- (-)
Rp. 1.284.811.321,-
PTKP:
Wajib Pajak Sendiri
Rp. 15.840.000,-
Tambahan WP Kawin
Rp. 1.320.000,-
Tambahan 2 Anak
Rp. 2.640.000,-
Penghasilan Kena Pajak Setahun
Rp. 19.800.000,- (-)
Rp. 1.265.011.321,-
PPh Pasal 21 yang terutang selama setahun :
5% x Rp. 50.000.000,- =
Rp. 2.500.000,-
15% x Rp. 200.000.000,- =
Rp. 30.000.000,-
25% x Rp. 250.000.000,- =
Rp. 62.500.000,-
30% x Rp. 765.011.321,- =
Rp. 229.503.396
Rp. 324.503.396,-
Dari perhitungan diatas dapat dilihat besarnya tunjangan pajak dan besarnya
pajak terutang PPh pasal 21 adalah sama yaitu sebesar Rp. 324.503.396,-.
64
2. Analisa penerapan Metode Gross Up untuk Pajak Penghasilan Pasal 23
Untuk proyek Santos (Sampang) pty, Ltd, seperti yang telah diketahui
dalam melakukan pemotongan terhadap subkontraktor biasanya perusahaan
menggunakan metode gross dimana pajak penghasilan pasal 23 dipotong
langsung dari nilai invoice. Nilai yang dibayarkan kepada subkontraktor tidak
sama dengan yang tertera dengan invoice melainkan lebih kecil dari nilai yang
tertera di invoice, hal ini dikarenakan nilai invoice dipotong langsung pajak
penghasilan pasal 23. Peneliti mencoba melakukan pemotongan dengan
menggunakan metode gross up sehingga pajak penghasilan pasal 23 dapat
dijadikan sebagai pengurang laba perusahaan yang nantinya akan berpengaruh
terhadap pajak penghasilan badan. Berikut data pajak penghasilan pasal 23
dengan menggunakan metode gross up.
Tabel 4.3
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 untuk Proyek Santos
(menggunakan metode gross up )
No
1
2
3
4
Nama Subkontraktor
PT. Wide & Pin
PT. Wide & Pin
PT. Wide & Pin
PT. PCI INDONESIA
TOTAL
Periode Total Invoice in IDR
January
January
February
May
Gross Up
Rp
22,251,000 Rp
22,705,102
Rp 1,560,385,134 Rp 1,592,229,729
Rp
23,484,000 Rp
23,963,265
Rp 267,095,040 Rp 272,545,959
Rp 1,873,215,174 Rp 1,911,444,055
Tarif
PPh 23
2%
2%
2%
2%
PPh 23
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
454,102
31,844,595
479,265
5,450,919
38,228,881
Sumber : Data Diolah Penulis
Pajak penghasilan pasal 23 dengan menggunakan metode gross up
lebih besar dibandingkan dengan metode net basis. Pajak penghasilan pasal 23
yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 38.228.881, karena nilai invoice
ditambah dengan tunjangan pajak akan tetapi pajak penghasilan pasal 23
dengan metode gross up dapat dibiayakan sehingga laba perusahaan menjadi
lebih kecil dan pajak penghasilan badan juga lebih kecil. Salah satu contoh
65
perhitungan pajak penghasilan pasal 23 dengan menggunakan metode gross
up dapat dilihat dibawah ini :
Untuk pehitungan subkontraktor no. 1 dari data diatas :
Nilai Invoice = Rp. 22.251.000,Tunjangan Pajak = Rp. 22.251.000,- x 100/98 = Rp. 22.705.102,PPh pasal 23 Terutang = Rp. 22.705.102,- x 2% = Rp. 454.102,-
3. Dampak penerapan Metode Gross Up Terhadap PPh Badan
Perhitungan pajak penghasilan dengan menggunakan metode gross up
yang telah dilakukan diatas dapat mempengaruhi besar kecilnya pajak
penghasilan badan. Hal ini dikarenakan perhitungan pajak penghasilan dengan
menggunakan metode gross up dapat dibebankan sebagai pengurang laba
perusahaan atau disebut tunjangan pajak yang diberikan oleh perusahaan
sehingga laba perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan metode net basis.
Berikut ini data laba perusahaan tahun 2009 proyek Santos (Sampang) pty,
Ltd dengan menggunakan metode gross up.
66
Tabel 4.4 Laporan Laba Rugi Fiskal
Menggunakan Metode Gross Up
Keterangan
Pendapatan
Beban Operasional
Gaji Karyawan Santos
Tunjangan Pajak Penghasilan 21
Biaya Trainning,Inspection,Project Control
Asuransi dan Peralatan Keamanan
Biaya Perjalanan Dinas
Total Beban Operasional
Laba Bruto
Beban Umum dan Administrasi
Gaji dan Tunjangan
Administrasi Kantor
Dokumen Tender dan Jaminan
Administrasi Bank
Depresiasi
Total Beban Umum Dan Administrasi
Laba (Rugi) Operasi
Laba Bersih Sebelum Pajak
Pajak Penghasilan Badan (28%)
Laba Bersih Setelah Pajak
Sumber : Data diolah penulis
Laba Perusahaan Proyek
Santos (Sampang) Pty, Ltd
Rp
30.477.422.250
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
19.914.809.965
6.402.802.682
1.911.444.055
139.858.335
258.647.780
28.627.562.817
1.849.859.433
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
208.437.913
275.853.465
214.133.947
52.691.958
33.981.691
785.098.975
1.064.760.458
1.064.760.458
Koreksi
Fiskal
-
Laporan Laba Rugi
Fiskal
Rp 30.477.422.250
Rp 19.914.809.965
Rp 6.402.802.682
Rp 1.911.444.055
Rp
139.858.335
Rp
258.647.780
Rp 28.627.562.817
Rp 1.849.859.433
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
208.437.913
275.853.465
214.133.947
52.691.958
33.981.691
785.098.975
1.064.760.458
1.064.760.458
298.132.928
766.627.530
Dari tabel diatas dapat diketahui, perhitungan dengan menggunakan
metode gross up menimbulkan perbedaan jumlah Biaya Trainning, Inspection
dan Project control sebesar Rp. 1.911.444.055,- hal ini dikarenakan nilai
invoice di gross up untuk mendapatkan besarnya tunjangan pajak. Berdasarkan
laporan
laba
rugi
perusahaan
untuk
biaya
subkontraktor
sebesar
Rp. 1.873.215.174,-. Selisih yang terjadi dari perbedaan tersebut sebesar
Rp. 38.228.881,- Besarnya selisih tersebut merupakan tunjangan pajak yang
besarnya sama dengan pajak yang terutang. Tunjangan pajak tidak dikoreksi
fiskal karena menurut undang-undang perpajakan tunjangan pajak dapat
dibiayakan (Deductible Expense). Sama halnya dengan akun tunjangan pajak
67
penghasilan pasal 21 tidak di koreksi fiskal karena menurut undang-undang
perpajakan dapat dibiayakan.
Menurut laporan laba rugi diatas laba bersih setelah fiskal sebesar
Rp. 1.064.760.458,- dari laba fiskal tersebut didapat pajak penghasilan badan
yang sebesar Rp. 298.132.928,- dan laba bersih setelah pajak sebesar
Rp. 766.627.530,-. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa perhitungan
dengan menggunakan metode gross up dapat memperkecil besarnya laba dan
besarnya pajak penghasilan badan yang terutang. Maka perusahaan memilih
metode gross up dalam perhitungan pajak penghasilan pasal 21 untuk
memperkecil besarnya pajak penghasilan badan yang terutang.
4. Analisa penerapan Metode Net Basis untuk Pajak Penghasilan Pasal 21
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan proyek Santos
seperti yang telah dijelaskan diatas, perusahaan menggunakan metode gross
up dimana diberikannya tunjangan pajak kepada karyawan. Berbeda dari
perusahaan
peneliti
mencoba
untuk
melakukan
perhitungan
dengan
menggunakan metode net basis. Dimana pajak penghasilan pasal 21
ditanggung oleh perusahaan yang tidak dapat dikurangkan sebagai beban
pengurang penghasilan bruto. Dari data yang diperoleh, perusahaan
mengeluarkan beban-beban yang terkait dengan karyawan proyek Santos
berupa beban gaji dan tunjangan sebesar Rp. 19.252.728.260,-. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Metode Net Basis besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
68
Tabel 4.5 Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan Metode Net Basis
No.
Nama Karyawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Status
Agustine Supriyadi
K/2
Arief Hendratmadi
K/2
Hercules Sitanggang K/3
Muhammad Machmud K/3
Nurcholis
K/2
Prima Hidayanti
TK/0
Ririn S Hidayat
TK/0
Nur Endro Buwono
K/1
Rachmantari
K/3
Adi Wahono
K/2
Hery Suhendra
K/2
Trinaryanto
K/2
Nasib Hadibroto
K/3
Puji Sulistyono
K/1
Darsani
K/1
Imaduddin
K/0
Zainal Abidin
K/2
Dionysisu Irianto
K/1
Agus Mulyono
K/2
Total
Sumber : Data Diolah Penulis
Penghasilan Bruto
Pajak Penghasilan Setahun
(Rupiah)
(Rupiah)
Rp
984,865,435 Rp
227,152,377
Rp
1,797,691,163 Rp
466,671,577
Rp
1,644,056,032 Rp
421,039,857
Rp
922,900,066 Rp
208,563,634
Rp
907,482,947 Rp
204,580,452
Rp
866,752,980 Rp
193,688,778
Rp
906,293,352 Rp
205,371,886
Rp
1,638,942,561 Rp
420,390,372
Rp
643,331,788 Rp
126,229,011
Rp
829,737,450 Rp
182,048,025
Rp
1,312,429,740 Rp
323,989,081
Rp
483,932,388 Rp
82,396,192
Rp
920,371,155 Rp
207,974,001
Rp
934,683,205 Rp
212,974,205
Rp
808,998,574 Rp
176,168,873
Rp
664,575,246 Rp
133,856,700
Rp
619,127,249 Rp
119,547,012
Rp
1,689,726,590 Rp
435,322,514
Rp
676,830,339 Rp
136,518,092
Rp
19,252,728,260 Rp
4,484,482,639
Dari data diatas dapat diketahui besarnya pajak penghasilan pasal 21
yang ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp. 4.484.482.639,- yang
merupakan Pajak Penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan atas
penghasilan yang diterima oleh seluruh karyawan. Besarnya jumlah pajak
penghasilan pasal 21 yang perhitungannya menggunakan metode net basis
lebih kecil dibandingkan dengan metode gross up. Penjelasan secara rinci
mengenai perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan menggunakan
metode net basis dapat dilihat pada lampiran. Salah satu contoh perhitungan
pajak penghasilan pasal 21 dengan menggunakan metode net basis dapat
dilihat dibawah ini :
69
Contoh perhitungan menggunakan data No. 1 berstatus K/2
Gaji Setahun
Rp. 927.875.507,-
Jamsostek
Rp. 5.010.528,-
THR
Rp. 51.979.400,-
Penghasilan Bruto
Rp. 984.865.435,-
Pengurang :
Biaya Jabatan
Rp. 6.000.000,-
JHT
Rp. 18.557.510
Rp.
24.557.510,-
(-)
Penghasilan Neto Setahun
Rp. 960.307.925,-
PTKP:
Wajib Pajak Sendiri
Rp. 15.840.000,-
Tambahan WP Kawin
Rp. 1.320.000,-
Tambahan 2 Anak
Rp. 2.640.000,-
Rp.
19.800.000,-
(-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun
Rp. 940.507.925,-
PPh Pasal 21 yang terutang selama setahun :
5% x Rp. 50.000.000,- =
Rp. 2.500.000,-
15% x Rp. 200.000.000,- =
Rp. 30.000.000,-
25% x Rp. 250.000.000,- =
Rp. 62.500.000,-
30% x Rp. 440.507.925,- =
Rp. 132.152.377,Rp. 227.152.377,-
70
Dari perhitungan diatas dapat dilihat besarnya pajak terutang PPh pasal 21
adalah sebesar Rp. 227.152.377,-. Jumlah pajak terutang dengan metode net
basis lebih kecil dari metode gross up.
5. Analisa penerapan Metode Net Basis untuk Pajak Penghasilan Pasal 23
Peneliti mencoba melakukan perhitungan dengan menggunakan
metode net basis. Menurut data yang diterima oleh peneliti, selama tahun 2009
untuk proyek Santos terdapat 4 subkontraktor yang bekerja sama dengan
perusahaan,
maka perhitungan
pajak penghasilan
pasal 23 dengan
menggunakan metode net basis sebagai berikut :
Tabel 4.6
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 untuk Proyek Santos
(menggunakan metode net basis )
No
1
2
3
4
Nama Subkontraktor
PT. Wide & Pin
PT. Wide & Pin
PT. Wide & Pin
PT. PCI INDONESIA
TOTAL
Periode
January
January
February
May
Total Invoice in IDR Tarif PPh 23
Rp
22.251.000
2%
Rp 1.560.385.134
2%
Rp
23.484.000
2%
Rp 267.095.040
2%
Rp 1.873.215.174
PPh 23
Rp
445.020
Rp 31.207.703
Rp
469.680
Rp 5.341.901
Rp 37.464.303
Sumber : Data Diolah Penulis
Total Pajak penghasilan pasal 23 yang harus ditanggung oleh
perusahaan adalah sebesar Rp. 37.464.303. Seperti yang telah dijelaskan
diatas besarnya pajak penghasilan pasal 23 dengan metode net basis akan
lebih kecil dari metode gross up karena metode net basis pajaknya ditanggung
oleh perusahaan bukan berupa tunjangan pajak. Dengan menggunakan metode
net basis subkontraktor tidak dikenakan pemotongan dari nilai invoice
melainkan pajak penghasilan pasal 23 ditanggung oleh perusahaan sehingga
71
total yang dibayarkan kepada subkontraktor sesuai dengan nilai invoice. Akan
tetapi penggunaan metode net basis untuk perhitungan pajak penghasilan pasal
23 tidak pernah dilakukan oleh perusahaan.
Salah satu perhitungannya sebagai berikut :
Nilai Invoice
= Rp. 22.251.000,- x 2% (Tarif PPh Ps. 23)
= Rp. 445.020,-
Besarnya PPh Pasal 23 yang terutang adalah sebesar Rp. 445.020,-. Besarnya
pajak penghasilan pasal 23 tersebut merupakan pajak yang ditanggung oleh
perusahaan.
6. Dampak penerapan Metode Net Basis Terhadap PPh Badan
Perhitungan pajak penghasilan dengan menggunakan metode net basis
yang telah dilakukan diatas dapat mempengaruhi besarnya pajak penghasilan
badan. Hal ini dikarenakan perhitungan pajak penghasilan dengan
menggunakan metode net basis tidak dapat dibebankan sebagai pengurang
laba perusahaan atau disebut pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Berikut ini data laba perusahaan tahun 2009 proyek Santos (Sampang) pty,
Ltd dengan menggunakan metode net basis setelah dikoreksi fiskal.
72
Tabel 4.7 : Laporan Laba Rugi Fiskal
Menggunakan Metode Net Basis
Keterangan
Pendapatan
Beban Operasional
Gaji Karyawan Santos
Pajak Penghasilan 21
Biaya Trainning,Inspection,Project Control
Asuransi dan Peralatan Keamanan
Biaya Perjalanan Dinas
Total Beban Operasional
Laba Bruto
Beban Umum dan Administrasi
Gaji dan Tunjangan
Administrasi Kantor
Dokumen Tender dan Jaminan
Administrasi Bank
Depresiasi
Total Beban Umum Dan Administrasi
Laba (Rugi) Operasi
Laba Bersih Sebelum Pajak
Pajak Penghasilan Badan (28%)
Laba Bersih Setelah Pajak
Sumber : Data diolah penulis
Dari
tabel
diatas
Laba Perusahaan Proyek
Santos (Sampang) Pty, Ltd
Rp
30.477.422.250
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
dapat
Koreksi Fiskal
19.914.809.965
4.484.482.639 Rp 4.484.482.639
1.910.679.477 Rp
37.464.303
139.858.335
258.647.780
26.708.478.196
3.768.944.054
208.437.913
275.853.465
214.133.947
52.691.958
33.981.691
785.098.975
2.983.845.078
2.983.845.078
diketahui,
Laporan Laba Rugi
Fiskal
Rp 30.477.422.250
Rp 19.914.809.965
Rp
Rp 1.873.215.174
Rp
139.858.335
Rp
258.647.780
Rp 22.186.531.254
Rp 8.290.890.996
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
perhitungan
dengan
menggunakan metode net basis enimbulkan perbedaan jumlah Biaya
Trainning, Inspection dan Project control sebesar Rp. 1.910.679.477,hal ini dikarenakan nilai invoice ditambahkan dengan besarnya pajak
penghasilan pasal 23 yang terutang. Berdasarkan laporan laba rugi
perusahaan untuk biaya subkontraktor sebesar Rp. 1.873.215.174,-.
Selisih yang terjadi dari perbedaan tersebut sebesar Rp. 37.464.303,-.
Besarnya selisih tersebut merupakan pajak penghasilan pasal 23 yang
ditanggung oleh perusahaan. Pajak yang ditanggung oleh perusahaan
tersebut dikoreksi fiskal karena menurut undang-undang perpajakan
pajak yang ditanggung tidak dapat dibiayakan (Non Deductible
Expense) atau menjadi pengurang laba perusahaan. Akun pajak
73
208.437.913
275.853.465
214.133.947
52.691.958
33.981.691
785.098.975
7.505.792.020
7.505.792.020
2.101.621.766
5.404.170.255
penghasilan pasal 21 juga di koreksi fiskal sebesar Rp. 4.484.482.639,karena menurut undang-undang perpajakan tidak dapat dibiayakan
(Non Deductible Expenses). Karena besarnya pajak penghasilan pasal
21 merupakan pajak yang ditanggung oleh perusahaan yang menurut
perpajakan merupakan kenikmatan yang diterima oleh karyawan
sehingga tidak dapat dibiayakan.
Menurut laporan laba rugi diatas pajak penghasilan badan yang
didapat sebesar Rp. 2.101.621.766,-. Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa perhitungan dengan menggunakan metode net basis
laba perusahaan menurut pajak adalah sebesar Rp. 7.505.792.021 lebih
besar dibandingkan dengan laba fiskal menggunakan metode gross up.
Hal ini disebabkan karena terdapat koreksi fiskal terhadap beban pajak
penghasilan pasal 21 sebesar Rp. 4.484.482.639,- dan beban pajak
penghasilan pasal 23 sebesar Rp. 37.464.303,-. Oleh karena itu
perusahaan tidak memilih metode net basis sebagai perhitungan pajak
penghasilan pasal 21 dan pajak penghasilan pasal 23 karena laba yang
dihasilkan dengan metode net basis lebih besar.
7. Perbandingan Pajak Penghasilan Metode Gross Up dan Metode Net Basis
Dari perhitungan diatas dapat dilakukan perbandingan besarnya pajak
penghasilan yang dihitung dengan menggunakan metode gross up dan metode
net basis. Berikut perbandingan pajak penghasilan antara metode gross up dan
metode net basis.
74
a. Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pajak Penghasilan 23
Tabel 4.8Perbandingan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23
(Dalam Rupiah)
Keterangan
Metode Gross Up
Metode Net Basis
Pajak Penghasilan Ps. 21
6,402,802,682
4,484,482,639
Pajak Penghasilan Ps. 23
Total
38,228,881
6,441,031,563
37,464,303
4,521,946,942
Sumber : Data Diolah Penulis
Dari tabel diatas pajak penghasilan pasal 21 dan pajak penghasilan
pasal 23 dengan menggunakan metode net basis lebih kecil dibandingkan
metode gross up. Pajak penghasilan pasal 21 dengan metode net basis
sebesar
Rp.
4.484.482.639,-
dan
metode
gross
up
sebesar
Rp. 6.402.802.682,- dan Pajak penghasilan pasal 23 dengan menggunakan
metode net basis sebesar Rp. 37.464.303 dan metode gross up sebesar
Rp. 38.228.881.
b. Pajak Penghasilan Badan
Tabel 4.9 Perbandingan PPh Badan
(Dalam Rupiah)
Keterangan
Metode Gross Up
Penghasilan Kena Pajak
Tarif PPh Badan (28%)
1,064,760,458
298,132,928
Metode Net Basis
7,505,792,021
2,101,621,766
Sumber : Data Diolah Penulis
Pajak penghasilan badan dengan menggunakan metode gross up
lebih kecil dibandingkan metode net basis. Hal ini dikarenakan besarnya
pajak penghasilan untuk pasal 21 dan 23 dapat dibiayakan sehingga laba
75
perusahaan menjadi lebih kecil sedangkan dengan menggunakan metode
net basis besarnya pajak yang ditanggung perusahaan di koreksi positif
sehingga laba perusahaan menjadi lebih besar. Dapat dilihat pada tabel
perbandingan laba perusahaan dengan menggunakan metode net basis
sebesar Rp. 7.505.792.021,- sangat signifikan dengan laba perusahaan
dengan menggunakan metode gross up sebesar Rp. 1.064.760.458,-. Pajak
penghasilan pasal 21 dengan metode net basis sebesar Rp. 4.484.482.639,dan Pajak penghasilan pasal 23 dengan menggunakan metode net basis
sebesar Rp. 37.464.303,- dikoreksi positif dari laba perusahaan sehingga
laba perusahaan menjadi lebih besar sedangkan Pajak penghasilan pasal 21
dengan metode gross up sebesar Rp. 6.402.802.682,- dan pajak
penghasilan pasal 23 dengan metode gross up sebesar Rp. 38.228.881,dapat dijadikan pengurang laba sehingga laba perusahaan menjadi lebih
kecil. Maka pajak penghasilan badan dengan menggunakan metode net
basis adalah sebesar Rp. 2.101.621.255,- dan pajak penghasilan badan
dengan menggunakan metode gross up sebesar Rp. 298.132.928,-.
8. Penghematan Pajak
Untuk dapat mengetahui besarnya penghematan pajak yang terutang
dari penerapan metode net basis dan metode gross up yang telah dilakukan
perhitungan untuk kedua metode tersebut, berikut ini tabel perbandingan
besarnya penghematan pajak terutang :
76
Tabel 4.10 Penghematan Pajak Terutang
(Dalam Rupiah)
Keterangan
PPh 21 Terutang
PPh 23 Terutang
PPh Badan Terutang
Total
PPh terutang dengan
Metode Net Basis
4,484,482,639
37,464,303
2,101,621,766
6,623,568,708
PPh terutang dengan
Metode Gross Up
6,402,802,682
38,228,881
298,132,928
6,739,164,491
Selisih PPh Terutang
(1,918,320,043)
(764,578)
1,803,488,838
(115,595,783)
Sumber : Data Diolah Penulis
Dari tabel diatas maka dapat diartikan bahwa besarnya PPh terutang
dengan metode net basis untuk proyek Santos lebih kecil dibandingkan dengan
metode gross up. Besarnya PPh terutang dengan metode net basis sebesar
Rp. 6.623.568.708 dan Besarnya PPh terutang dengan metode gross up
sebesar Rp. 6.739.164.491,-. Menurut peneliti untuk proyek Santos (Sampang)
Pty, Ltd perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan metode net basis yang
lebih efisien dibandingkan metode gross up karena dari data yang diatas dapat
dilihat dengan metode net
basis dapat
menghemat
pajak
sebesar
Rp. 115.595.783,-. Dalam kontrak kerja sama PT. Istech Resources Asia
dengan proyek Santos (Sampang) Pty, Ltd lebih menguntungkan bagi
perusahaan dengan menggunakan metode net basis, dari analisa yang penulis
lakukan hal ini terjadi dikarenakan Tarif PPh Badan untuk Tahun 2009 adalah
28% sehingga besarnya tarif tersebut dapat berpengaruh terhadap perhitungan
pajak penghasilan dengan metode gross up. Apabila penghasilan kena pajak
pasal 21 masih dalam Lapisan I dengan tarif 5%, lapisan II dengan tarif 10%
dan lapisan III dengan tarif 25% maka metode gross up lebih menguntungkan
dibandingkan dengan metode net basis namun lain halnya jika penghasilan
kena pajak sudah termasuk dalam lapisan IV yaitu 30% maka perhitungan
77
pajak penghasilan pasal 21 dengan metode net basis lebih baik dibandingkan
dengan metode gross up. Untuk kasus diatas, penulis lebih menyarankan untuk
menggunakan metode net basis karena dapat kita lihat rata-rata jumlah gaji
dalam setahun untuk karyawan proyek santos masuk kedalam lapisan IV yaitu
lebih dari Rp. 500.000.000,- dalam setahun. Dengan menggunakan metode net
basis mengharuskan perusahaan membayarkan pajak penghasilan terutang
lebih kecil dibandingkan dengan metode gross up.
78
Download