JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 PERSEPSI KAUM HOMOSEKSUAL TERHADAP AKTIFITAS SEKSUAL YANG BERESIKO HIV/AIDS ATIKA POHAN DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN AS SYIFA KISARAN ABSTRACT Picture of the life and behavior of free sex among homosexuals is a major health problem and an important factor in the transmission of HIV infection is more luas.penelitian kepopulasi aims to uncover the perceptions of homosexuals against sexual activities at risk of HIV. qualitative research method is descriptive phenomena. Participants in this study were six men who are sexually active homosexual. The results of this study can be useful for basic reproductive health education to prevent an increase in cases of HIV / AIDS. Keywords: HIV-AIDS, Homosexuality, Perception, Sexual Risk Behavior PENDAHULUAN Prevalensi HIV/AIDS diberbagai belahan dunia terus mengalami peningkatan. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh pusat pengendali penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau DCD Atlanta) yang bekerja sama dengan WHO menyatakan bahwa prevalensi HIV-AIDS pada wilayah Afrika Selatan dan beberapa Negara bagiannya adalah 37,6 juta ODHA dan dan sekitar 48,1juta di USA. Benua Asia diperkirakan memiliki laju infeksi HIV tertinggi didunia. WHO dan UNAIDS, memberikan peringatan bahaya kepada tiga di Asia yang saat ini disebut-sebut berada pada titik infeksi HIV. Ketiga Negara itu adalah Cina, India dan Indonesia, yang memiliki populasi penduduk terbesar di Dunia. Indonesia merupakan salah satu Negara dikawasan Asia yang mengalami epidemi HIV-AIDS dengan prevalensi yang meningkat secara tajam dan belum menunjukkan penurunan, meskipun berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan. Pola epidemi HIV-AIDS bebarapa provinsi di Indonesia sangat beragam dan cukup tinggi. Sebanyak 300 Kabupaten /Kota di 33 provinsi yang ada di Indonesia telah melaporkan adanya peningkatan kasus HIV-AIDS. Penularan HIV secara umum terjadi akibat prilaku manusi yang beresiko, sehingga menyababkan individu dalam situasi yang rentan terhadap infeksi. Penularan penyakit ini samakin cepat seiring perubahan moral dan hubungan yang tiudak terbatas di masyarakat. Trend penyebaran HIV-AIDS kini mulai bergeser. Jika sebelumya tingkat prevalensi atau penyabaran infeksi baru HIV-AIDS lebih didominasi oleh pelaku narkoba dengan pemakaian jarum suntik secara bergantian, kini pola penyebarannya beralih melalui prilaku seks beresiko (Hutapes, 2011). Sejak tahun 2002 terjadi fenomena baru penyebaran HIV-AIDS di Indonesia, yakni melalui prilaku seksual. Kondisi tersebut sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI, sebanyak 55 % dari keseluruhan infeksi baru disebabkan oleh hubungan seks heteroseksual maupun homoseksual. Data estimasi populasi rawan tertular HIV pada kaum homoseksual di Indonesia tahun 2009 adalah 696.026 dari sekitar 800 ribu kaum homoseksual (Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, 2011). Hal tersebut mencerminkan bahwa penggerak utama epidemi HIV-AIDS di Indonesia saat ini adalah melalui transmisi seksual beresiko terutama pada kalangan homoseksual tersembunyi. Homoseksual merupakan jembatan penghubung penularan virus HIV kepopulasi yang lebih luas. Mereka cenderung memiliki banyak partner seks dan sering melakukan hubungan seksual tanpa status dengan pasangannya. Pertemuan dan aktifitas seksual mereka secara terselubung pada tempat-tempat tertentu di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Bali, dan Medan. 59 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Kesadaran pribadi dari kaum homoseksual untuk meningkatkan proteksi diri saat berhubungan seksual masih rendah. Dari aktifitas seksual yang beresiko, membuat mereka mudah terinfeksi virus HIV. PERMASALAHAN Perilaku seksual beresiko merupakan masalah kesehatan utama khususnya pada kaum homoseksual dan merupakan faktor dalam transmisi infeksi HIV kepopulasi yang lebih luas. Perilaku seksual beresiko sering dipraktikkan diantara kaum homoseksual secara bebas tanpa perlindungan yang dilakukan dengan banyak pasangan seks. Kondisi ini memicu peningkatan jumlah prevalensi HIV-AIDS ang berdampak buruk terhadap kesehatan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran persepsi kaum homoseksual terhadap aktifitas seksual yang beresiko penularan HIV-AIDS di Kisaran Timur Tahun 2017?” TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui Gambaran persepsi kaum homoseksual terhadap aktifitas seksual yang beresiko penularan HIV-AIDS di Kisaran Timur Tahun 2017. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi responden Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan pengatahuan responden tentang penularan HIV-AIDS terhadap perilaku seksual yang beresiko terutama pada kaum homoseksual. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Memberikan advokasi, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada kaum homoseksual tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang pencegahan penularan virus HIV-AIDS sebagai dampak dari prilaku seks bebas. 3. Bagi Akademi Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan diskusi secara berkelanjutan pada mahasiswi kebidanan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis fenomenologi deskriptif yang berfokus pada pengungkapan kaum homoseksual terhadap aktifitas seksual yang beresiko HIV-AIDS. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan dengan alasan adanya kaum homoseksual yang melakukan aktifitas seksual yang beresiko terhadap penularan HIV-AIDS. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Februari – Maret Tahun 2017. Informan Penelitian 60 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Informan dalam penelitian ini adalah kaum Homoseksual yang berdomisili di wilayah Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan, ang aktif secara seksual tanpa ada status dengan pasangannya. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian fenomenologi ini adalah dimulai dengan mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan, selanjutnya membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data. Menemukan dan mengelompokan makna pernyataan yang dirasakan oleh informan dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama, selanjutnya pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan kedalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut, sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada informan) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi). Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman informan mengenai fenomena tersebut. Langkah akhir analisa data dalam penelitian ini adalah membuat laporan pengalaman setiap informan, setelah itu gabungan dari gambaran tersebut ditulis (Sumantri A, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun persepsi kaum homoseksual terhadap aktifitas seksual yang beresiko penularan HIV-AIDS, adalah sebagai berikut : 1. Penampilan Fisik Sebagai Modal Utama Dalam hal berpakaian mereka cenderung lebih rapi dan modis, dengan tujuan untuk menunjukkan jati diri serta menarik minat pelanggan. Disamping itu, kaum homoseksual juga rutin melakukan perawatan diri, karena bentuk body bagi kaum homoseksual adalah nilai jual tersendiri. 2. Pencapaian Kebahagian Melalui Hubungan Homoseksual Partisipan menyatakan bahwa orientasi seks merupakan hal yang lebih dominan dalam sepanjang status jati mereka. Rasa ketertarikan dan terangsang terhadap sesama jenis yang mendorong mereka untuk lebih dekat dan berhasrat secara seksual. Pengorbanan dan saling cinta merupakan cara ekspresi antara seksualitas dan emosi yang digunakan oleh semua kaum homoseksual dalam memberikan dukungan dan menyediakan saran hubungan sosial yang berakhir dengan adanya pemuasan hubungan seksual diantara mereka yang bersifat sementara dan tidak tetap. 3. Ketergantungan Kebutuhan Seks Sebagai Alasan Memepertahankan Hubungan Homoseksual Semua Partisipan mengungkapkan rasa ketergantungannya akan kebutuhan seks yang membuat mereka tetap mempertahankan jalinan hubungan antar sesama jenis. Rasa penasaran akan kenikmatan dalam berhubungan seks dengan sesame jenis tanpa menggunakan pengaman yang membuat mereka terus mencari pasangan seksnya. Diantara mereka mengungkapkan alasan melakukan hubungan seks dengan sesame jenis karena faktor ketagihan. 4. Ketidaknyamanan Sebagai Alasan Tidak memproteksikan Diri. 61 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Beberapa partisipan mempunyai persepsi bahwa penggunaan kondom dapat mencagah penularan HIV-AIDS, namun mereka enggan untuk menggunakanya karena faktor pencapaian kepuasan seks. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi kaum homoseksual terhadap aktifitas seksual yang beresiko penularan HIV-AIDS di Kisaran Timur Tahun 2017, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penampilan cenderung lebih rapi dan modis, bentuk body bagi kaum homoseksual adalah nilai jual tersendiri. 2. Partisipan menyatakan bahwa rasa ketertarikan dan terangsang terhadap sesama jenis yang mendorong mereka untuk lebih dekat dan berhasrat secara seksual. 3. Semua Partisipan mengungkapkan rasa ketergantungannya akan kebutuhan seks yang membuat mereka tetap mempertahankan jalinan hubungan antar sesama jenis, dan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis karena faktor ketagihan. 4. Beberapa partisipan mempunyai persepsi bahwa mereka enggan untuk menggunakan kondom karena faktor pencapaian kepuasan seks. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi responden Diharapkan kepada kaum homoseksual agar menggunakan pelindung dalam melakukan hubungan seksual dengan siapapun. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi serta penularan HIV-AIDS, khususnya penyuluhan terhadap kaum homoseksual. 3. Bagi Akademi Kebidanan Diharapkan kepada Mahasiswa Akademi Kebidanan, agar dapat melanjutkan penelitian yang serupa agar dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Azrul. 2003. Metodologi Penelitian.Jakarta: Binarupa Aksara Center For Disease Control. 2008. HIV-AIDS Among Youth Dalam http://cdc.gov/hiv/resources/factsheet/y outh.htm Dinkes Provinsi Lampung. 2006. Dalam http://www.dinkeslampung.com American Nurses Association (2001). Role of the professional nurse in the human immunodeficiency virus epidemic. C/users\user\appdata\local\temp role nurse HIV.NY.htm Bailey.rc.,at.al (2007). Male circumcision of HIV „PREVENTION IN Young men kisumu, Kenya: a raandomised controlled trial. Lancet,369,643-656 Baratawidjaja, G.K Rengganis, I (2010) imuNOLOGI dasar (e.d 9). Jakarta balai penerbit FKUI CDC & WHO. Annual report the HIV-AIDS surveillance. 2010. Vol.20.atlanta.US:Department of healt and human service,centers for diases control and prevention.Available.http://www.cdc/gov/hiv/surveillance rersor urcers/reports/2010/report//indeks.htm Centers for dieses control and prevention.(2009).HIV-AIDS incidence in the united stated 2009.http://www.cdc/gov/hivaids/incidence/reprt/usa/2009/12b/indeks.htm 62