PENGARUH PENERAPAN TEKNIK MODELING TERHADAP

advertisement
PENGARUH PENERAPAN TEKNIK MODELING TERHADAP
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS VI MIN MALANG 2
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Darmini
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Teknik modeling adalah teknik yang membelajarkan siswa
dengan mengobservasi tingkah laku orang lain. Pentingnya teknik
modeling diterapkan dalam pembelajaran berbicara karena dapat
membantu siswa untuk: (1) memperoleh perilaku baru melalui model
hidup maupun model simbolis; (2) menampilkan perilaku yang sudah
diperoleh dengan cara yang tepat atau pada saat yang diharapkan; (3)
mengurangi rasa takut dan cemas; dan (4) memperoleh keterampilan
sosial.
Teknik modeling ini mempunyai beberapa manfaat diantaranya:
(1) mendapat responsi atau keterampilan baru; (2) mencegah
datangnya responsi rasa takut; dan (3) memberikan fasilitas dari
respon di mana seorang model memberikan isyarat kepada orang lain
untuk meniru.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang
2 Kota Malang untuk kelas eksperimen dan Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Kota Malang untuk kelas kontrol. Variabel yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah teknik modeling sebagai
variabel bebas dan kemampuan berbicara sebagai variabel terikat.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Adapun metode yang digunakan adalah
eksperimen. Desain eksperimen ini adalah experimental design
dengan menggunakan bentuk nonequivalent control group design
yaitu desain eksperimen dengan mengambil dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara
random.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh teknik modeling
terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi sebesar 15,417%. Uji-t
sampel bebas didapatkan nilai t-hitung 5.075 dengan nilai kritis 0.000
dengan taraf signifikan 0.050. artinya bahwa teknik modeling terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek
isi.
Pengaruh teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada
aspek bahasa sebesar 12,793%. Hasil uji-t sampel bebas didapatkan
nilai t-hitung 4,126 dengan nilai kritis 0.000 dengan taraf signifikan
0.050. Artinya bahwa teknik modeling terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 62
Kata kunci: teknik modeling, kemampuan berbicara pada aspek isi,
aspek bahasa, aspek penampilan, pengaruh
PENDAHULUAN
Orang yang mampu berbicara
belum tentu bisa menjadi pembicara
yang baik di depan publik. King
(2014:63) mengatakan bahwa ciriciri pembicara yang baik meliputi
(1) memandang suatu hal dari sudut
baru, mengambil titik pandang yang
tak terduga pada subjek yang umum;
(2) mempunyai cakrawala yang luas,
memikirkan dan membicarakan isuisu dan pengalaman luas di luar
kehidupan sehari-hari; (3) antusias,
menunjukkan minat besar pada apa
yang diperbuat dalam kehidupan dan
pada apa yang dikatakan orang lain
pada kesempatan itu; (4) tidak
pernah membicarakan diri sendiri;
(5) sangat ingin tahu tentang apa
yang dikatakan oleh orang lain; (6)
memberi
ketegasan,
berusaha
menempatkan diri pada posisi orang
lain untuk memahami apa yang
dikatakan orang tersebut; (7) mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri,
misalnya mengisahkan pengalaman
lucu; dan (8) mempunyai gaya bicara sendiri.
Untuk memenuhi semua itu
perlu proses belajar yang tidak
singkat. Ada tahapan-tahapan yang
harus dilakukan secara Berkesinambungan. Sejak dini keterampilan
berbicara telah diajarkan. Di lembaga
pendidikan formal keterampilan berbicara memiliki porsi yang seimbang
dengan keterampilan berbahasa yang
lain, yaitu mendengarkan, membaca,
dan menulis. Hal ini dapat dilihat
dalam kurikulum yang digunakan
saat ini. Setiap jenjang pendidikan
ada materi berbicara, tentunya
dengan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda. Proses pembelajaran
yang tepat menjadi sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa.
Tujuan utama berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara
efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala seuatu
yang ingin dikomunikasikan Tarigan
(2013:13). Untuk mencapai tujuan
berbicara, motivasi merupakan pertimbangan penting dalam menentukan kesiapan para pembelajar untuk
berkomonikasi. Motivasi mengacu
kepada kombinasi usaha ditambah
keinginan untuk mencapai tujuan
belajar, serta ditambah sikap-sikap
yang
menyenangkan
terhadap
pembelajaran bahasa. Motivasi untuk
belajar bahasa didampingi sebagai
acuan terhadap seberapa gigih
mereka bekerja atau berusaha
mempelajari bahasa tersebut karena
keinginan untuk melakukanya dan
kepuasan yang dialami dalam
aktivitas ini. Usaha saja tidak
menandai motivasi. Orang yang
memiliki motivasi mengembangkan
usaha ke arah tujuan, tetapi orang
yang mengembangkan usaha tidak
pasti memiliki motivasi. Dengan
demikian
berbicara
merupakan
bagian dari kemampuan berbahasa
yang aktif-produktif.
Sebagai
bagian
dari
kemampuan berbahasa yang aktif produktif
kemampuan berbicara
menurut
penguasaan
terhadap
pembelajaran aspek dan kaidah
menggunakan
bahasa.
Secara
kebahasaan terdapat beberapa aspek
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 63
dan kaidah penggunaan bahasa.
Pesan lisan disampaikan dengan
berbicara merupakan penggunaan
kata-kata yang dipilih sesuai dengan
maksud yang perlu diungkapkan.
Kata-kata itu dirangkai dalam
susunan tertentu menurut kaidah tata
bahasa dan dilafalkan sesuai dengan
kaidah pelafalan yang sesuai pula,
supaya pesan yang disampaikan
dapat diterima dan dimengerti seperti
yang dimaksudkan pembicara.
Selain unsur kebahasaan itu,
unsur isi dari pesan merupakan
bagian yang justru lebih penting.
Tanpa isi yang diidentifikasi secara
jelas, pesan yang ingin disampaikan
melalui kegiatan berbicara tidak akan
tersampaikan secara jelas.
Berdasarkan data di lapangan
diketahui
bahwa
pembelajaran
berbicara yang selama ini diterima
siswa kurang komunikatif dan
aplikatif.
Guru
lebih
banyak
memberikan teori tentang berbicara.
Guru juga lebih sering menjelaskan
tentang teori bahasa bukan praktik.
Hal itu menyebabkan pembelajaran
menjadi membosankan. Siswa juga
tidak tahu tentang teknik berbicara
yang baik dan benar karena guru
tidak pernah memberikan contoh.
Pembelajaran berbicara di kelas perlu
menerapkan teknik pembelajaran
yang sesuai. Peneliti menerapkan
teknik modeling dalam pembelajaran
bahasa
Indonesia
khususnya
berbicara,
sehingga
dengan
penerapan teknik modeling, siswa
mempunyai ketrampilan berbicara.
Modeling adalah suatu model
pembelajaran yang tepat untuk
membuat antusias siswa pada proses
pembelajaran, model pembelajaran
ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif melalui
demontrasi
kecakapan
dalam
pembelajaran, sehingga siswa akan
mempunyai
keterampilan
atau
kemampuan berbicara khususnya di
depan teman sebaya. Karena
biasanya siswa SD mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan
gagasan dan pikiran dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan
ragam bahasa lisan yang baik dan
benar.
Sebagai fasilitasi respon,
perilaku yang dijadikan model
dapat berfungsi sebagai pengingat
atau isyarat bagi siswa untuk
melakukan perilaku yang sudah ada.
modeling membentuk
gambaran
orang tentang realitas sosial diri
dengan cara itu siswa memotret
berbagai hubungan manusia dan
kegiatan yang mereka ikuti.
Guru dapat
menggunakan
model audio, model fisik, model
hidup atau model lainnya yang
teramati dan dipahami jenis perilaku
yang hendak dicontoh. Teknik
modeling
mempunyai beberapa
manfaat diantaranya: (1) Mendapat
responsi atau keterampilan baru;
(2) Mencegah datangnya responsi
rasa takut; dan (3) Memberikan
fasilitas dari respons di mana seorang
model memberikan isyarat kepada
orang lain untuk meniru.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif karena data yang diolah
yaitu nilai siswa pada pretes dan
pascates. Nilai siswa tersebut
merupakan hasil pengukuran berupa
skala interval di mana objek/
katergori
dapat
diurutkan
berdasarkan suatu atribut yang
memberi informasi tentang interval
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 64
antara tiap objek/kategori sama.
Besarnya interval dapat ditambah
atau dikurangi dan urutan kategori
data mem-punyai jarak yang sama
(Widoyoko, 2012:11).
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen
karena
digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendali.
Desain dari penelitian eksperimen ini
adalah experimental design dengan
menggunakan bentuk nonequivalent
control group design. Desain ini
hampir sama dengan pretest-posttes
control group design, hanya pada
desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak
dipilih secara random (Sugiyono,
2011:79).
Penelitian
dilakukan
menggunakan populasi di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 2
yang berlokasi di Jalan Kemantren
II/26
Bandungrejosari
Sukun
Malang. Pada saat dilakukan
penelitian, jumlah peserta didik 640
siswa. Setiap
jenjang kelas
merupakan kelas paralel dengan
jumlah kelas I -VI sebanyak 22
kelas. Kelas VI terdiri dari 3 kelas
dengan jumlah siswa 76. Yaitu kelas
VI A, VI B, dan VI C.
Kebijakan yang diterapkan di
MIN Malang 2 dalam melakukan
pembagian kelas secara acak.
Dengan model pembagian kelas
secara acak tersebut dimak-sudkan
untuk
membentuk kelas
yang
heterogen. Tiap kelas terdapat siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah.
“Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”
Sugiono (2015:120). Dalam pengam-
bilan
sampel,
peneliti
tetap
berpedoman
pada
keterwakilan
anggota populasi sehingga diupayakan dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya.
Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan
sampling purposive adalah teknik
penentuan
sampel
dengan
pertimbangan Sugiyono (2015:126).
Adapun pertimbangannya berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan
guru di mana siswa kelas VI A MIN
Malang 2 untuk materi/kompetensi
dasar pidato/presentasi berbagai
keperluan dengan lafal, intonasi,
nada, dan sikap yang benar, yaitu
68% siswa, 17 siswa dari 25 siswa
masih di bawah KKM, dengan KKM
76.
Dalam penelitian ini, peneliti
memilih kelas VI A MIN Malang 2
sebagai kelompok eksperimen, dan
kelas VI A MI Islamiyah sebagai
kelompok kontrol. Alasan pemilihan
kelas kontrol MI Islamiyah karena
jumlah siswa dan
nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal), kelas
VI A MIN Malang 2 dan MI
Islamiah seimbang. Selain itu MI
Islamiyah satu kepengawasan dengan
MIN Malang 2. Jadi antara MIN
Malang 2 dan MI Islamiyah
seimbang, dan penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan
generalisasi
dengan
tingkat
kesalahan yang kecil.
Dalam penelitian ini, uji
validitas dilakukan dengan
menggunakan
validitas
logis.
Validitas logis adalah kondisi bagi
sebuah instrumen yang memenuhi
persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran (Arikunto 2010: 65).
Ada dua macam validitas
logis, yaitu validitas isi dan validitas
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 65
konstruksi. Menurut Arikunto (2010:
67) validitas isi mengacu pada suatu
kondisi sebuah instrumen yang
disusun berdasarkan isi materi
pelajaran yang dievaluasi. Sedangkan
validitas konstruksi mengacu pada
suatu kondisi instrumen yang disusun
berdasarkan konstruk aspek-aspek
kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.
Pengujian valditas isi dalam
penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen
dan
materi
pelajaran,
serta
menyesuaikan instrumen tersebut
dengan kisi-kisi instrumen yang telah
dibuat.
Selanjutnya,
dilakukan
pengujian validitas konstruksi. Pada
pengujian
validitas
konstruksi,
instrumen dikonsultasikan kepada
tim ahli yang terdiri dari dua teman
yaitu Eko Ufi Nuskhayati, S.Pd,
sebagai guru Bahasa Indonesia senior
di sekolah tempat peneliti mengajar
sekaligus melakukan penelitian dan
Yopi Setiawan, sebagai guru kelas
VI di MI Islamiyah tempat peneliti
melakukan penelitian . Setelah itu,
validitas konstruk dilakukan dengan
analisis konfirmatori faktor. Pengujian validitas instrumen keterampilan berbicara ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan program
SPSS versi 18. Teknik Corrected
Item Total Correlation, yaitu mengorelasikan antara skor item dengan
total item.
Dalam
penelitian
ini,
pengujian reliabilitas instrumen
dilakukan
secara
internal
consistency,
yaitu
pengujian
reliabilitas
instrumen
dengan
mencobakan instrumen sekali saja
Sugiyono (2015:179), kemudian
dilanjutkan dengan menganalisis data
hasil pengujian instrumen. Uji
reliabilitas dapat dilakukan atas data
yang telah valid. Hasil uji reliabilitas
inter-rater didapatkan nilai koefisien
kappa sebesar 0.593 mendekati 0.600
atau p-value lebih dari 0.050, hal ini
menunjukkan bahwa persepsi antara
penilai 1 dengan penilai 2 adalah
sama, sehingga alat ukur tes dapat
digunakan. Nilai koefisien kappa
dapat
diinterpretasikan
cukup
reliabel.
Metode pengujian reliabilitas
penelitian ini menggunakan Interreter tes yaitu kesepakatan skor antar
reter/antar penilai yang sama atau
hampir sama. Pengujian inter-reter
tes dengan cara menghitung korelasi
antar rating yang dihasilkan oleh
kedua penilai. Pengujian reliabilatas
inter-reter dalam penelitian ini
dengan menggunakan bantuan SPSS
versi 18.
Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data Arikunto ( 2010:
266). Untuk mengumpulkan data
dalam penelitian diperlukan suatu
teknik pengumpulan data. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data
antara lain observasi,
kinerja
performansi/unjuk kerja, dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada aspek isi, diperoleh nilai
rata-rata
kelompok
eksperimen
16,769 dan kelompok kontrol
14.529. Pengaruh teknik modeling
terhadap kemampuan berbicara pada
aspek isi sebesar 15,417%. Uji-t
sampel bebas didapatkan nilai thitung 5.075 dengan nilai kritis
0.000 dengan taraf signifikan 0.050.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 66
artinya bahwa teknik modeling
terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan berbicara pada
aspek isi.
Pada aspek bahasa, diperoleh
nilai rata-rata kelompok eksperimen
sebesar 12.423 dan kelompok kontrol
sebesar 11.014. Pengaruh teknik
modeling terhadap kemampuan
berbicara pada aspek bahasa sebesar
12,793%. Hasil uji-t sampel bebas
didapatkan nilai t-hitung 4,126
dengan
nilai kritis 0.000 taraf
signifikan 0.050. artinya bahwa
teknik modeling terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa.
Hasil Penelitian yang diperoleh untuk aspek penampilan, rata-rata
kelompok eksperimen sebesar 12.692
dan kelompok kontrol sebesar
11.386.
Hasil
penelitian
menunjukkan
pengaruh
teknik
modeling sebesar 11,458%. Hasil ujit sampel bebas didapatkan nilai thitung 3,661 dengan nilai kritis
0.000 dengan taraf signifikan 0.050.
artinya bahwa teknik modeling
terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan berbicara pada
aspek penampilan.
Kemampuan berbicara siswa
secara umum kelompok eksperimen
sebesar 41,885 dan kelompok kontrol
sebesar 36,929, hasil penelitian
menunjukkan pengaruh teknik
modeling sebesar 13,420%. Hasil ujit sampel bebas didapatkan nilai thitung 4,892 dengan nilai kritis
0,000 dengan taraf signifikan 0,050,
artinya pemberian perlakuan yang
diberikan kepada siswa dalam
kelompok eksperimen dapat secara
efektif meningkatkan kemampuan
berbicara secara umum dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis
dan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Pengaruh penerapan
teknik
modeling
terhadap
kemampuan berbicara pada aspek isi
hasil uji-t sampel bebas didapatkan
nilai t-hitung 5.075 dengan nilai
signifikansi 0.000 kurang dari alpha
0.050. Nilai rata-rata kemampuan
berbicara aspek isi kelompok
eksperimen sebesar 16.769 dan
kelompok kontrol sebesar 14.529,
menunjukkan perbedaan signifikan
antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. artinya bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan teknik modeling terhadap
kemampuan berbicara pada aspek isi;
(2) Pengaruh penerapan teknik
modeling terhadap kemampuan
berbicara siswa pada spek bahasa
nilai t-hitung 4.126 dengan nilai
signifikansi 0.000 kurang dari alpha
0.050. Hal tersebut menunjukkan
bahwa teknik modeling berpengaruh
terhadap kemampuan berbicara pada
aspek bahasa; (3) Pada aspek
penampilan didapatkan nilai t-hitung
3.661 dengan nilai signifikansi 0.000
kurang dari alpha 0.050. Rata-rata
kemampuan
berbicara
aspek
penampilan kelompok eksperimen
sebesar 12.692 dan kelompok kontrol
sebesar 11.386; (4) kemampuan
berbicara secara umum didapatkan
nilai t-hitung 4,892 dengan nilai
kritis 0,000 dengan taraf signifikan
0,050,
Penerapan pembelajaran
dengan teknik modeling berpengaruh
terhadap kemampuan berbicara siswa
pada secara umum.
Berdasarkan keempat butir
(1, 2, 3, dan 4) pernyataan di atas,
dapat disimpulkan bahwa teknik
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 67
modeling
berpengaruh
yang
signifikan terhadap kemampuan
berbicara siswa kelas VI MIN
Malang 2 Kota Malang Tahun
Petajaran 2015/2016.
SARAN
Bagi Kementerian
Agama Kota
Malang, diharapkan memfasilitasi
pemberdayaan guru-guru Madrasah
Ibtidaiyah se-Kota Malang dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran di madrasah mereka
masing-masing. Pemberdayaan ini
dapat berupa seminar, pelatihan,
maupun workshop yang sesuai
dengan kebutuhan mendesak yang
diperlukan guru-guru. Keperluan
guru tersebut dapat dilihat dari
rekap masing-masing madrasah dari
hasil PKG (Penilaian Kinerja Guru)
dan PKB (Peningkatan Keprofesian
Berkelanjutan).
Guru perlu terus melakukan
up Grade kemampuan mengelola
pembelajaran yang salah satunya
dengan membaca dan menganalisis
hasil-hasil penelitian. Wawasan guru
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Baso,
A.
2014.
Pengertian
Kemampuan,
(Online),
(http://eprints..ung.ac.id,
diakses 25 Januari 2016)
Dianti, Sudjiono. 2014. Implementasi
Strategi Modeling Partisipan
untuk
Meningkatkan
Keberanian
Bertanya Siswa pada Guru di
Kelas.Jurnal,
tentang mengelola pembelajaran bisa
terus terasah bila guru banyak
membaca hasil penelitian tentang
pembelajaran dan menerap-kannya.
Berdasarkan hasil penelitian
ini, guru dapat menggunakan
pembelajaran teknik modeling dalam
membelajarkan
siswa
pada
keterampilan berbicara di kelas VI.
Penelitian lanjut khususnya yang
berkaitan dengan Bahasa
Indonesia tentang keterampilan
berbicara pada kompetensi dasar
berpidato. karena pada penelitian ini
pemecahan masalah masih perlu
untuk
ditingkatkan. Peneliti lanjut juga
diharapkan melakukan penelian
menggunakan lebih banyak variabel-variabel
penelitian. Bisa juga melakukan
penelitian yang sama namun meneliti
dari aspek keterampilan bahasa yang
lain.
Selain
itu
juga
bisa
mengembangkan dalam penelitian
bukan hanya observasi saja, misalnya
penyebaran angket, wawancara,
ataupun lainnya.
(Online),
(http://ejournal.unesa.ac.id/arti
cle/pdf, diaskses 8 April 2016).
Gani,
A.
2012.
Keefektifan
Penerapan SAVI terhadap
Aktifitas dan Hasil Belajar
Siswa pada Materi Bermain Alat
Musik Melodi Pianika di Kelas
IV Sekolah Dasar Negeri
Pesayangan 01 Kabupaten
Tegal. Skripsi tidak
diterbitkan: Universitas Negeri
Semarang.
Iskandarwassid & Sunendar. 2009.
Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT.
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 68
Remaja Rosdakarya bekerja
sama
dengan
Sekolah
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
King, Larry. 2014. Seni Berbicara
Kepada Siapa Saja, Kapan
Saja, di Mana Saja. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mahardika, D. 2015. Cerdas
Berbicara di Depan Publik.
Yokyakarta: Flashbooks.
Puspita, R. Y. 2015. Mahir Pidato &
Berbicara di Depan Umum.
Yokyakarta:
Notebook.
Riduwan. 2015. Belajar Mudah
Penelitian
untuk
Guru,
Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. 2015. Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian.
Bandung:
Alfabeta.
Saddhono
&
Slamet.
2014.
Pembelajaran
Keterampilan
Berbahasa Indonesia.
Yokyakarta: Graha Ilmu.
Saroni. 2015. Tipe modeling The
Way terhadap Pembelajaran
Drama. Jurnal
Didaktika, (online),
(http://www.unwir.ac.ad, diakses 26
Februari 2016).
Setianingsih.
2011.
Pengaruh
Penggunaan
Buku
Cerita
Bergambar
terhadap Kemampuan Berbicara
Anak Didik TK Pertiwi DWP
Kabupaten
Bojonegoro
Tahun
Pelajaran
2010/2011.
Tesis
tidak
diterbitkan: Universitas Islam
Malang.
Shohimin, A. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013.
Yokyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
KuantitatifKualitatif dan R
&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung:
Alfabeta.
Sudjana, N. 2010. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar.
Bandung:
Sinar
Baru
Algensindo.
Sudjiono, A. 2012. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta:
PT.
Raja
Grafindo
Persada.
Tarigan, H. G. 2013. Berbicara
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.
Bandung:
Angkasa.
Wahyuni & Ibrahim. 2012. Asesmen
Pembelajaran
Bahasa.
Bandung: Refika Aditama
Widoyoko, E P. Teknik Penyusunan
Instrumen
Penelitian.
Yokyakarta:
Pustaka
Belajar.
Yusdi,
M.
2011.
Pengertian
Kemampuan.
(Online),
(http://milmanyusdi
blogspot.co.id, diakses 25 Januari
2016).
NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 70
Download