PENGARUH PENERAPAN TEKNIK MODELING TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS VI MIN MALANG 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Darmini Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Teknik modeling adalah teknik yang membelajarkan siswa dengan mengobservasi tingkah laku orang lain. Pentingnya teknik modeling diterapkan dalam pembelajaran berbicara karena dapat membantu siswa untuk: (1) memperoleh perilaku baru melalui model hidup maupun model simbolis; (2) menampilkan perilaku yang sudah diperoleh dengan cara yang tepat atau pada saat yang diharapkan; (3) mengurangi rasa takut dan cemas; dan (4) memperoleh keterampilan sosial. Teknik modeling ini mempunyai beberapa manfaat diantaranya: (1) mendapat responsi atau keterampilan baru; (2) mencegah datangnya responsi rasa takut; dan (3) memberikan fasilitas dari respon di mana seorang model memberikan isyarat kepada orang lain untuk meniru. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 Kota Malang untuk kelas eksperimen dan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Kota Malang untuk kelas kontrol. Variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah teknik modeling sebagai variabel bebas dan kemampuan berbicara sebagai variabel terikat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Adapun metode yang digunakan adalah eksperimen. Desain eksperimen ini adalah experimental design dengan menggunakan bentuk nonequivalent control group design yaitu desain eksperimen dengan mengambil dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi sebesar 15,417%. Uji-t sampel bebas didapatkan nilai t-hitung 5.075 dengan nilai kritis 0.000 dengan taraf signifikan 0.050. artinya bahwa teknik modeling terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi. Pengaruh teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa sebesar 12,793%. Hasil uji-t sampel bebas didapatkan nilai t-hitung 4,126 dengan nilai kritis 0.000 dengan taraf signifikan 0.050. Artinya bahwa teknik modeling terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa. NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 62 Kata kunci: teknik modeling, kemampuan berbicara pada aspek isi, aspek bahasa, aspek penampilan, pengaruh PENDAHULUAN Orang yang mampu berbicara belum tentu bisa menjadi pembicara yang baik di depan publik. King (2014:63) mengatakan bahwa ciriciri pembicara yang baik meliputi (1) memandang suatu hal dari sudut baru, mengambil titik pandang yang tak terduga pada subjek yang umum; (2) mempunyai cakrawala yang luas, memikirkan dan membicarakan isuisu dan pengalaman luas di luar kehidupan sehari-hari; (3) antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang diperbuat dalam kehidupan dan pada apa yang dikatakan orang lain pada kesempatan itu; (4) tidak pernah membicarakan diri sendiri; (5) sangat ingin tahu tentang apa yang dikatakan oleh orang lain; (6) memberi ketegasan, berusaha menempatkan diri pada posisi orang lain untuk memahami apa yang dikatakan orang tersebut; (7) mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri, misalnya mengisahkan pengalaman lucu; dan (8) mempunyai gaya bicara sendiri. Untuk memenuhi semua itu perlu proses belajar yang tidak singkat. Ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan secara Berkesinambungan. Sejak dini keterampilan berbicara telah diajarkan. Di lembaga pendidikan formal keterampilan berbicara memiliki porsi yang seimbang dengan keterampilan berbahasa yang lain, yaitu mendengarkan, membaca, dan menulis. Hal ini dapat dilihat dalam kurikulum yang digunakan saat ini. Setiap jenjang pendidikan ada materi berbicara, tentunya dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Proses pembelajaran yang tepat menjadi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala seuatu yang ingin dikomunikasikan Tarigan (2013:13). Untuk mencapai tujuan berbicara, motivasi merupakan pertimbangan penting dalam menentukan kesiapan para pembelajar untuk berkomonikasi. Motivasi mengacu kepada kombinasi usaha ditambah keinginan untuk mencapai tujuan belajar, serta ditambah sikap-sikap yang menyenangkan terhadap pembelajaran bahasa. Motivasi untuk belajar bahasa didampingi sebagai acuan terhadap seberapa gigih mereka bekerja atau berusaha mempelajari bahasa tersebut karena keinginan untuk melakukanya dan kepuasan yang dialami dalam aktivitas ini. Usaha saja tidak menandai motivasi. Orang yang memiliki motivasi mengembangkan usaha ke arah tujuan, tetapi orang yang mengembangkan usaha tidak pasti memiliki motivasi. Dengan demikian berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif-produktif. Sebagai bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif produktif kemampuan berbicara menurut penguasaan terhadap pembelajaran aspek dan kaidah menggunakan bahasa. Secara kebahasaan terdapat beberapa aspek NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 63 dan kaidah penggunaan bahasa. Pesan lisan disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih sesuai dengan maksud yang perlu diungkapkan. Kata-kata itu dirangkai dalam susunan tertentu menurut kaidah tata bahasa dan dilafalkan sesuai dengan kaidah pelafalan yang sesuai pula, supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti seperti yang dimaksudkan pembicara. Selain unsur kebahasaan itu, unsur isi dari pesan merupakan bagian yang justru lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara tidak akan tersampaikan secara jelas. Berdasarkan data di lapangan diketahui bahwa pembelajaran berbicara yang selama ini diterima siswa kurang komunikatif dan aplikatif. Guru lebih banyak memberikan teori tentang berbicara. Guru juga lebih sering menjelaskan tentang teori bahasa bukan praktik. Hal itu menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan. Siswa juga tidak tahu tentang teknik berbicara yang baik dan benar karena guru tidak pernah memberikan contoh. Pembelajaran berbicara di kelas perlu menerapkan teknik pembelajaran yang sesuai. Peneliti menerapkan teknik modeling dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara, sehingga dengan penerapan teknik modeling, siswa mempunyai ketrampilan berbicara. Modeling adalah suatu model pembelajaran yang tepat untuk membuat antusias siswa pada proses pembelajaran, model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif melalui demontrasi kecakapan dalam pembelajaran, sehingga siswa akan mempunyai keterampilan atau kemampuan berbicara khususnya di depan teman sebaya. Karena biasanya siswa SD mengalami kesulitan dalam mengungkapkan gagasan dan pikiran dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan ragam bahasa lisan yang baik dan benar. Sebagai fasilitasi respon, perilaku yang dijadikan model dapat berfungsi sebagai pengingat atau isyarat bagi siswa untuk melakukan perilaku yang sudah ada. modeling membentuk gambaran orang tentang realitas sosial diri dengan cara itu siswa memotret berbagai hubungan manusia dan kegiatan yang mereka ikuti. Guru dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau model lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Teknik modeling mempunyai beberapa manfaat diantaranya: (1) Mendapat responsi atau keterampilan baru; (2) Mencegah datangnya responsi rasa takut; dan (3) Memberikan fasilitas dari respons di mana seorang model memberikan isyarat kepada orang lain untuk meniru. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena data yang diolah yaitu nilai siswa pada pretes dan pascates. Nilai siswa tersebut merupakan hasil pengukuran berupa skala interval di mana objek/ katergori dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut yang memberi informasi tentang interval NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 64 antara tiap objek/kategori sama. Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi dan urutan kategori data mem-punyai jarak yang sama (Widoyoko, 2012:11). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain dari penelitian eksperimen ini adalah experimental design dengan menggunakan bentuk nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttes control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:79). Penelitian dilakukan menggunakan populasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 2 yang berlokasi di Jalan Kemantren II/26 Bandungrejosari Sukun Malang. Pada saat dilakukan penelitian, jumlah peserta didik 640 siswa. Setiap jenjang kelas merupakan kelas paralel dengan jumlah kelas I -VI sebanyak 22 kelas. Kelas VI terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 76. Yaitu kelas VI A, VI B, dan VI C. Kebijakan yang diterapkan di MIN Malang 2 dalam melakukan pembagian kelas secara acak. Dengan model pembagian kelas secara acak tersebut dimak-sudkan untuk membentuk kelas yang heterogen. Tiap kelas terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” Sugiono (2015:120). Dalam pengam- bilan sampel, peneliti tetap berpedoman pada keterwakilan anggota populasi sehingga diupayakan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan Sugiyono (2015:126). Adapun pertimbangannya berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan guru di mana siswa kelas VI A MIN Malang 2 untuk materi/kompetensi dasar pidato/presentasi berbagai keperluan dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang benar, yaitu 68% siswa, 17 siswa dari 25 siswa masih di bawah KKM, dengan KKM 76. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kelas VI A MIN Malang 2 sebagai kelompok eksperimen, dan kelas VI A MI Islamiyah sebagai kelompok kontrol. Alasan pemilihan kelas kontrol MI Islamiyah karena jumlah siswa dan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), kelas VI A MIN Malang 2 dan MI Islamiah seimbang. Selain itu MI Islamiyah satu kepengawasan dengan MIN Malang 2. Jadi antara MIN Malang 2 dan MI Islamiyah seimbang, dan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan generalisasi dengan tingkat kesalahan yang kecil. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan validitas logis. Validitas logis adalah kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran (Arikunto 2010: 65). Ada dua macam validitas logis, yaitu validitas isi dan validitas NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 65 konstruksi. Menurut Arikunto (2010: 67) validitas isi mengacu pada suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Sedangkan validitas konstruksi mengacu pada suatu kondisi instrumen yang disusun berdasarkan konstruk aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Pengujian valditas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dan materi pelajaran, serta menyesuaikan instrumen tersebut dengan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Selanjutnya, dilakukan pengujian validitas konstruksi. Pada pengujian validitas konstruksi, instrumen dikonsultasikan kepada tim ahli yang terdiri dari dua teman yaitu Eko Ufi Nuskhayati, S.Pd, sebagai guru Bahasa Indonesia senior di sekolah tempat peneliti mengajar sekaligus melakukan penelitian dan Yopi Setiawan, sebagai guru kelas VI di MI Islamiyah tempat peneliti melakukan penelitian . Setelah itu, validitas konstruk dilakukan dengan analisis konfirmatori faktor. Pengujian validitas instrumen keterampilan berbicara ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 18. Teknik Corrected Item Total Correlation, yaitu mengorelasikan antara skor item dengan total item. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara internal consistency, yaitu pengujian reliabilitas instrumen dengan mencobakan instrumen sekali saja Sugiyono (2015:179), kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data hasil pengujian instrumen. Uji reliabilitas dapat dilakukan atas data yang telah valid. Hasil uji reliabilitas inter-rater didapatkan nilai koefisien kappa sebesar 0.593 mendekati 0.600 atau p-value lebih dari 0.050, hal ini menunjukkan bahwa persepsi antara penilai 1 dengan penilai 2 adalah sama, sehingga alat ukur tes dapat digunakan. Nilai koefisien kappa dapat diinterpretasikan cukup reliabel. Metode pengujian reliabilitas penelitian ini menggunakan Interreter tes yaitu kesepakatan skor antar reter/antar penilai yang sama atau hampir sama. Pengujian inter-reter tes dengan cara menghitung korelasi antar rating yang dihasilkan oleh kedua penilai. Pengujian reliabilatas inter-reter dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Arikunto ( 2010: 266). Untuk mengumpulkan data dalam penelitian diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain observasi, kinerja performansi/unjuk kerja, dan dokumentasi. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek isi, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 16,769 dan kelompok kontrol 14.529. Pengaruh teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi sebesar 15,417%. Uji-t sampel bebas didapatkan nilai thitung 5.075 dengan nilai kritis 0.000 dengan taraf signifikan 0.050. NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 66 artinya bahwa teknik modeling terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi. Pada aspek bahasa, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 12.423 dan kelompok kontrol sebesar 11.014. Pengaruh teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa sebesar 12,793%. Hasil uji-t sampel bebas didapatkan nilai t-hitung 4,126 dengan nilai kritis 0.000 taraf signifikan 0.050. artinya bahwa teknik modeling terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa. Hasil Penelitian yang diperoleh untuk aspek penampilan, rata-rata kelompok eksperimen sebesar 12.692 dan kelompok kontrol sebesar 11.386. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh teknik modeling sebesar 11,458%. Hasil ujit sampel bebas didapatkan nilai thitung 3,661 dengan nilai kritis 0.000 dengan taraf signifikan 0.050. artinya bahwa teknik modeling terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara pada aspek penampilan. Kemampuan berbicara siswa secara umum kelompok eksperimen sebesar 41,885 dan kelompok kontrol sebesar 36,929, hasil penelitian menunjukkan pengaruh teknik modeling sebesar 13,420%. Hasil ujit sampel bebas didapatkan nilai thitung 4,892 dengan nilai kritis 0,000 dengan taraf signifikan 0,050, artinya pemberian perlakuan yang diberikan kepada siswa dalam kelompok eksperimen dapat secara efektif meningkatkan kemampuan berbicara secara umum dibandingkan dengan kelompok kontrol. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pengaruh penerapan teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi hasil uji-t sampel bebas didapatkan nilai t-hitung 5.075 dengan nilai signifikansi 0.000 kurang dari alpha 0.050. Nilai rata-rata kemampuan berbicara aspek isi kelompok eksperimen sebesar 16.769 dan kelompok kontrol sebesar 14.529, menunjukkan perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan teknik modeling terhadap kemampuan berbicara pada aspek isi; (2) Pengaruh penerapan teknik modeling terhadap kemampuan berbicara siswa pada spek bahasa nilai t-hitung 4.126 dengan nilai signifikansi 0.000 kurang dari alpha 0.050. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknik modeling berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada aspek bahasa; (3) Pada aspek penampilan didapatkan nilai t-hitung 3.661 dengan nilai signifikansi 0.000 kurang dari alpha 0.050. Rata-rata kemampuan berbicara aspek penampilan kelompok eksperimen sebesar 12.692 dan kelompok kontrol sebesar 11.386; (4) kemampuan berbicara secara umum didapatkan nilai t-hitung 4,892 dengan nilai kritis 0,000 dengan taraf signifikan 0,050, Penerapan pembelajaran dengan teknik modeling berpengaruh terhadap kemampuan berbicara siswa pada secara umum. Berdasarkan keempat butir (1, 2, 3, dan 4) pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 67 modeling berpengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VI MIN Malang 2 Kota Malang Tahun Petajaran 2015/2016. SARAN Bagi Kementerian Agama Kota Malang, diharapkan memfasilitasi pemberdayaan guru-guru Madrasah Ibtidaiyah se-Kota Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah mereka masing-masing. Pemberdayaan ini dapat berupa seminar, pelatihan, maupun workshop yang sesuai dengan kebutuhan mendesak yang diperlukan guru-guru. Keperluan guru tersebut dapat dilihat dari rekap masing-masing madrasah dari hasil PKG (Penilaian Kinerja Guru) dan PKB (Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan). Guru perlu terus melakukan up Grade kemampuan mengelola pembelajaran yang salah satunya dengan membaca dan menganalisis hasil-hasil penelitian. Wawasan guru DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Baso, A. 2014. Pengertian Kemampuan, (Online), (http://eprints..ung.ac.id, diakses 25 Januari 2016) Dianti, Sudjiono. 2014. Implementasi Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa pada Guru di Kelas.Jurnal, tentang mengelola pembelajaran bisa terus terasah bila guru banyak membaca hasil penelitian tentang pembelajaran dan menerap-kannya. Berdasarkan hasil penelitian ini, guru dapat menggunakan pembelajaran teknik modeling dalam membelajarkan siswa pada keterampilan berbicara di kelas VI. Penelitian lanjut khususnya yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia tentang keterampilan berbicara pada kompetensi dasar berpidato. karena pada penelitian ini pemecahan masalah masih perlu untuk ditingkatkan. Peneliti lanjut juga diharapkan melakukan penelian menggunakan lebih banyak variabel-variabel penelitian. Bisa juga melakukan penelitian yang sama namun meneliti dari aspek keterampilan bahasa yang lain. Selain itu juga bisa mengembangkan dalam penelitian bukan hanya observasi saja, misalnya penyebaran angket, wawancara, ataupun lainnya. (Online), (http://ejournal.unesa.ac.id/arti cle/pdf, diaskses 8 April 2016). Gani, A. 2012. Keefektifan Penerapan SAVI terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bermain Alat Musik Melodi Pianika di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pesayangan 01 Kabupaten Tegal. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Negeri Semarang. Iskandarwassid & Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 68 Remaja Rosdakarya bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. King, Larry. 2014. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mahardika, D. 2015. Cerdas Berbicara di Depan Publik. Yokyakarta: Flashbooks. Puspita, R. Y. 2015. Mahir Pidato & Berbicara di Depan Umum. Yokyakarta: Notebook. Riduwan. 2015. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2015. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Saddhono & Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yokyakarta: Graha Ilmu. Saroni. 2015. Tipe modeling The Way terhadap Pembelajaran Drama. Jurnal Didaktika, (online), (http://www.unwir.ac.ad, diakses 26 Februari 2016). Setianingsih. 2011. Pengaruh Penggunaan Buku Cerita Bergambar terhadap Kemampuan Berbicara Anak Didik TK Pertiwi DWP Kabupaten Bojonegoro Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis tidak diterbitkan: Universitas Islam Malang. Shohimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yokyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sudjana, N. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjiono, A. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tarigan, H. G. 2013. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wahyuni & Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama Widoyoko, E P. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yokyakarta: Pustaka Belajar. Yusdi, M. 2011. Pengertian Kemampuan. (Online), (http://milmanyusdi blogspot.co.id, diakses 25 Januari 2016). NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016__________________________________Halaman | 70