PERILAKU MODELING PADA ANAK USIA 6 TAHUN TERHADAP SEORANG GURU DI SEKOLAH AGUNG SETYONO 10510316 3PA05 BAB 1 • • • Di dalam suatu pengajaran seorang guru dapat menjadi seorang model yang menyebabkan peserta didik menirukan perilakunya. Guru menjadi model di peserta didik karena guru menjadi panutan dan orang berilmu yang berada ditengah masyarakat. (Surya, 2004). Perilaku modeling adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan sekitarnya. Dalam perilaku modeling terdapat pembelajaran atau peniruan yang dilakukan oleh individu (Bandura dan Walter dalam Iskandar, 2002). Menurut Hartati (2005) anak usia 6 tahun sering disebut dengan usia sekolah dimana anak dalam masa potensial untuk belajar dan sekolah menjadi pusat pengalaman, anak-anak mulai memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai apa yang terjadi di kehidupannya dan pada masa ini anak juga suka berfantasi dan berimajinasi. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana perilaku modeling anak usia 6 tahun pada tokoh seorang guru? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendasari anak usia 6 tahun berperilaku modeling pada tokoh seorang guru? Manfaat Penelitian • Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan ilmu kepada dunia psikologi, terutama psikologi sosial dan juga psikologi perkembangan anak, selain itu penelitian ini diharapakan mampu untuk memberikan wawasan mengenai perilaku modeling yang dilakukan oleh anak usia 6 tahun pada tokoh seorang guru. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. • Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum dan kepada para orang tua, ketika anak menirukan perilaku seorang guru itu sebagai role model diharapkan perilaku modeling tersebut diartikan sebagai suatu tahap perkembangan, sehingga dapat memberikan respon yang lebih baik. Bagi anak diharapkan penelitian ini memberikan pandangan untuk mencontoh perilaku modeling guru yang baik. A. MODELING 1. Ciri-ciri Modeling 2. Aspek Belajar Modeling 3. Faktor Mempengaruhi modeling 4. Karakteristik Modeling 5. Tipe Modeling B. ANAK 1. Karakteristik Anak C. GURU 1. Peran Guru 2. Dimensi guru BAB II Modeling atau imitasi adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik (Hurley dan Charter, 2005). Menurut Ritandiyono (1998), banyak faktor yang menyebabkan terjadinya modeling, salah satunya adalah motivasi tanpa motivasi suatu organisma kemungkinan besar gagal menunjukan perilaku yang sudah dipelajari. Selain itu Ritandiyono (1998) menyatakan modeling muncul dari status model yang terdapat indikasi bahwa model berstatus tinggi lebih cenderung ditiru oleh pengamat daripada model yang tidak berstatus. Selain itu posisi menunjukan pada pekerjaan, fungsi dan title model. Seperti halnya seorang guru yang menunjukkan perilaku peduli terhadap pembelajaran dan lingkungan belajar dapat menularkan perilaku yang sama pada siswa-siswanya. Selain itu pada anak usia 6 tahun mulai meningkatnya kemampuan berbahasa dan melakukan gerakan yang bertujuan, bersifat ingin tahu, banyak bertanya dan meniru kegiatan disekitarnya serta belajar memanipulasi lingkungan. Untuk itulah dinamika psikologis guru yang memberikan contoh sikap yang dapat diterapkan oleh anak-anak sehingga menimbulkan perilaku modeling dalam kehidupannya. BAB III Penelitian ini mengunakan penelitian kualitatif dengan bentuk studi kasus. Subjek Peneletian anak-anak yang rentang usianya 6-8 tahun yang mempunyai perilaku yang suka meniru guru dan jumlah sampel penelitian ini adalah tiga orang anak-anak yang berusia antara 6 tahun sampai 8 tahun dengan tiga significant other. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi. Menurut Moleong (1998) wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan • Wawancara Berstruktur: pewawancara menggunakan daftar pertanyaan sebagai penuntun selama wawancara • Wawancara tidak berstruktur: pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan selama wawancara Peneliti menggunakan metode wawancara berstruktur agar bisa terarah. Menurut Poerwandari (1998) Observasi adalah suatu aktvitas mengenai tingkah laku individu dan biasanya diakhiri mencatat hal-hal yang penting sebagai penunjang dan merupakan studi yang dilakukan dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses pengamatan atas gejala-gejala spontan yang terjadi pada saat itu. • Observasi partisipan: observer berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee • Observasi non partisipan: observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee • Observasi sistematik: pengamatan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan • Observasi non sistematik: pengamatan dengan tidak menggunakan instrument pengamatan • Observasi eksperimental: observee dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan. Pada teknik observasi non partisipan dimana peneliti tidak ambil bagian dalam penelitian namun ikut terlibat secara keseluruhan dalam lingkungan tempat dimana penelitian dilakukan.