pengaruh teknik penyimpanan terhadap aktivitas mikroba dalam

advertisement
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENGARUH TEKNIK PENYIMPANAN TERHADAP
AKTIVITAS MIKROBA DALAM BIANG BIOPLUS
(The Effect of Preservation Technique on Microbial Activities
of Bioplus Culture)
M. WINUGROHO, Y. WIDIAWATI dan P. MAHYUDIN
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT
Biang Bioplus consisted of rumen microbes from many buffalos selected through metoda Balitnak since
1993. It was still kept in the Laboratory in incubator bottle at temperature of 39o C and anaerobic condition in
the liquid form. The cost is quite high due to refreshment of the growth media every two weeks. Thus finding
techniques to keep the Biang Bioplus in other forms are required. An experiment was undertaken to determine
two types of techniques namely, oven drying (39oC) and frozen in freezer. Measurements were conducted on
bacteria population of Biang Bioplus and its activities on feed degradation after 4 and 8 months of storage. In
vitro technique was used to determine the microbial activities in substrate degradation. Results of experiment
showed that drying oven of Biang Bioplus reduced bacteria population by 18.4 and 37.7%, reduce substrate
degradation by 8 – 10% and 16 – 18% after 4 and 8 months of storage. Frozen technique of Biang Bioplus
also reduced bacteria population by 23.2 and 37.3%; reduced substrate degradation by 5 and 16% after 4 and
8 months of storage. It can be concluded that the two techniques namely oven drying and frozen in freezer
and time of storage up to 8 months reduced bacteria population of Biang Bioplus and their activities in
substrate degradation.
Key Words: Biang Bioplus, Storage, Bacterial Activity, Susbtrate Degradation
ABSTRAK
Biang Bioplus diperoleh dari mikroba rumen kerbau terseleksi melalui metoda Balitnak sejak tahun 1993.
Pemeliharaannya sampai kini masih dalam bentuk segar dalam waterbath suhu 39oC dalam kondisi anaerob.
Cara ini memerlukan pembiayaan yang cukup besar karena perlu dilakukan penyegaran setiap 2 minggu.
Oleh karena itu sangat diperlukan mencari cara untuk menyimpan selain dalam bentuk segar. Pengujian
menerapkan dua cara penyimpanan yaitu kering oven 39oC dan dibekukan di dalam freezer, untuk kemudian
dilihat dampaknya terhadap populasi bakteri dan aktivitas mikroba dalam mencerna substrat jerami setelah
penyimpanan 4 dan 8 bulan. Metoda in vitro digunakan untuk menguji aktivitas mikroba dengan
menggunakan substrat jerami. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada teknik kering oven, penurunan
populasi bakteri terjadi sekitar 18,4 dan 37,7% dan aktivitas mencerna pakan 8 – 10% dan 16 – 18% setelah
penyimpanan 4 dan 8 bulan. Pada teknik pembekuan dalam freezer, penurunan populasi bakteri sekitar 23,2
dan 37,3% dan aktivitas mencerna serat 5 dan 16% setelah penyimpanan 4 dan 8 bulan. Dapat disimpulkan
bahwa teknik pengeringan dengan oven dan beku di dalam freezer serta penyimpanan sampai 8 bulan
menurunkan populasi bakteri dan aktivitas mikroba dalam Biang Bioplus.
Kata Kunci: Bioplus, Penyimpanan, Aktivitas Mikroba, Degradasi Substrat
PENDAHULUAN
Biang Bioplus berisi mikroba rumen kerbau
yang telah terseleksi dengan menggunakan
metode Balitnak (WINUGROHO et al., 1993)
dari banyak kerbau yang ada dibeberapa lokasi
di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Jawa, Nusa Tenggara dan Timor Timur. Biang
170
Bioplus mengandung bakteri, fungi dan
protozoa, diantaranya adalah Ruminococcus
sp., Streptococcus sp., Selenomonas sp.,
Anaeromyces
sp.,
Neocalimastix
sp.,
Orpinomyces sp., Pyromyces sp., dan Isotrica
sp., dengan jumlah 3,14 – 9,00 x 109 sel/gram.
Biang Bioplus ini tetap dipelihara dalam
kondisi segar di dalam botol fermentor yang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
ditempatkan dalam water bath suhu 39oC dan
dalam kondisi anaerob dengan mengikuti
prosedur THEODOROU dan BROOKS (1990).
Biang Biolpus ini dipergunakan untuk
memproduksi probiotik Bioplus yang telah
banyak dipergunakan untuk meningkatkan
produktivitas ternak potong dan ternak perah
(WINUGROHO et al., 2001; WINUGROHO et al.,
1993; 1995; 1997). Pemeliharaan Biang Bioplus
ini dilakukan dengan cara penyegaran media
dan pemberian substrat sebagai media hidup
mikroba di dalamnya. Proses penyegaran
media dan pemberian media tumbuh ini
biasanya dilakukan minimal 2 minggu sekali.
Proses penyimpanan Biang Bioplus yang telah
hampir 15 tahun di Laboratorium telah
menghabiskan banyak biaya. Beberapa teknik
penyimpanan dicoba untuk dikerjakan agar
Biang Bioplus dapat disimpan dalam bentuk
lain.
Dua teknik penyimpanan dipilih untuk
dicobakan pada Biang Bioplus. Teknik tersebut
adalah pengeringan dalam oven suhu 39oC
dalam kondisi aerob dan penyimpanan beku
dalam freezer dan kondisi aerob. Kedua teknik
ini dipakai karena penyimpanan mikroba
bersama dengan medianya yang dibekukan
telah terbukti dapat menyimpan beberapa jenis
bakteri dengan kehilangan viabilitas yang
sangat rendah dan stabilitas genetik yang tinggi
(MOORE dan CARLSON, 1975). Penyimpanan
dalam kondisi kering baik itu kering dengan
menggunakan freeze drying maupun dengan
oven dan sinar matahari telah pula dilakukan
untuk banyak jenis bakteri, kapang dan khamir
(SLY, 1983). Meskipun metode ini telah
terbukti dapat menyimpan mikroba dalam
jangka panjang, namun pada beberapa jenis
mikroba yang sangat sensitif terjadi kehilangan
viabilitas (RUDGE, 1991). Penyimpanan
mikroba yang sensitif lebih disarankan untuk
dilakukan di refrigerator atau pada suhu rendah.
Untuk melihat pengaruh penerapan teknik
penyimpanan
Biang
Bioplus
terhadap
aktivitasnya dalam mencerna pakan dan daya
sinergistiknya dengan mikroba rumen ternak
yang biasa dijadikan target perbaikan (sapi PO)
maka dilakukan uji in vitro. Pengujian
dilakukan pada Biang Biopus yang belum
diberi perlakuan dan juga yang telah diberi
perlakuan teknik penyimpanan dan kemudian
disimpan selama 4 dan 8 bulan.
Hasil pengujian ini akan sangat bermanfaat
guna mendapatkan teknik penyimpanan yang
tepat untuk Biang Bioplus sehingga biaya
pemeliharan selama ini dapat ditekan. Selain
itu juga diharapkan penyimpanan ini tidak
merubah atau menghilangkan spesies bakteri
yang ada dalam Biang Bioplus.
MATERI DAN METODE
Dua teknik penyimpanan Biang Bioplus
diujikan untuk melihat dampaknya terhadap
aktivitas mikroba yang terkandung dalam
Biang Bioplus dalam mencerna pakan. Kedua
teknik tersebut adalah:
1) Pengeringan dengan oven pada suhu 39oC.
Biang Bioplus cair (@ 500 ml) ditempatkan
pada baki plastik terbuka dan dikeringkan
dengan kondisi aerob di dalam oven suhu
39ºC. Pengeringan memakan waktu sekitar
5 hari. Setelah itu Biang Bioplus yang
sudah kering ditempatkan dalam suhu ruang
dalam kondisi aerob.
2) Pembekuan pada suhu < 0oC. Biang
Bioplus cair (@ 500 ml) ditempatkan pada
kantong plastik dalam kondisi aerob dan
dibekukan di dalam freezer.
Sebagai kontrol, maka dilakukan pengujian
populasi bakteri dan aktivitas mikroba dalam
Biang Bioplus segar (awal) dan sinergistiknya
saat dikombinasikan dengan mikroba rumen
PO.
Lamanya penyimpanan adalah 4 dan 8
bulan untuk kemudian dilakukan analisa
terhadap aktivitas mikroba dalam Biang
Bioplus serta kombinasinya dengan mikroba
dari rumen sapi PO sebagai ternak target dalam
mencerna pakan. Parameter yang diamati untuk
mengukur aktivitas mikroba dalam Biang
Bioplus adalah total produksi gas hasil
fermentasi pakan selama 96 jam, kecernaan
bahan kering dan bahan organik pakan setelah
96 jam masa inkubasi dan total populasi
bakteri dalam Biang Bioplus baik sebelum
maupun setelah disimpan (OGIMOTO dan IMAI,
1981). Pengujian dilakukan dengan teknik in
vitro dari THEODOROU dan BROOKS (1990)
dengan menggunakan substrat pakan jerami
padi giling dan larutan buffer. Lama inkubasi
di dalam water bath suhu 39oC adalah 96 jam.
Sumber mikroba inokulum nya adalah Biang
Bioplus dan cairan rumen sapi PO segar yang
171
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
diambil dari rumah potong hewan. Jumlah
inokulum yang dimasukkan dalam setiap botol
adalah 10 ml. Untuk Biang Bioplus kering,
maka
dilakukan
konversi
berdasarkan
kandungan bahan kering awal sehingga total
yang diinokulasikan adalah 10 ml. Masingmasing perlakuan diulang sebanyak 4 kali.
Adapun rancangan dari in vitro nya adalah
sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Digunakan rancangan acak lengkap,
dimana data-data yang diperoleh kemudian di
uji statistik. Apabila ditemukan perbedaan,
maka untuk mengetahui perbedaan dari setiap
kelompok dilanjutkan dengan uji duncan
(STEEL dan TORRIE, 1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penghitungan total populasi bakteri
yang dikandung di dalam Biang Bioplus (awal)
dan Biang Bioplus yang telah dikering oven
dan disimpan di dalam freezer kemudian
disimpan selama 4 dan 8 bulan di tampilkan
pada Tabel 2. Dalam Tabel disertakan pula
total populasi bakteri dalam cairan rumen PO
yang selanjutnya digunakan dalam pengujian
efek sinergistik dalam pencampurannya dengan
Biang Bioplus.
Tampak bahwa populasi bakteri di dalam
Biang Bioplus mengalami penurunan setelah
mendapatkan perlakuan dengan kering oven
maupun dengan dibekukan dalam freezer.
Penurunan total populasi bakteri terjadi sekitar
18,4 dan 37,7% setelah Biang Bioplus
dikeringkan dengan oven dan disimpan selama
4 dan 8 bulan. Penyimpanan Biang Bioplus
dalam keadaan beku di freezer juga
menurunkan total populasi bakteri sebesar 23,2
dan 37,3% setelah penyimpanan 4 dan 8 bulan.
Hasil pengujian kerja bakteri yang
terkandung dalam Biang Bioplus (awal) dalam
mencerna substrat jerami padi ditunjukkan
dengan total produksi gas yang dihasilkan
selama proses ferementasi. Untuk melihat efek
sinergistik dari Biang Bioplus (awal) pada saat
dikombinasikan dengan mikroba rumen dari
ternak yang menjadi target perbaikan (sapi PO),
maka Biang Bioplus (awal) dikombinasikan
dengan cairan rumen dari ternak target. Total
produksi gas yang dihasilkan selama proses
fermentasi (96 jam) dapat dipakai sebagai
acuan banyaknya substrat yang terdegradasi
oleh mikroba. Gambar 1 memperlihatkan total
produksi gas setelah 96 jam masa inkubasi
jerami padi dalam botol in vitro dimana terjadi
proses fermentasi oleh bakteri.
Tabel 1. Perlakuan yang diuji untuk melihat pengaruh penerapan teknik penyimpanan terhadap aktivitas
Biang Bioplus
Perlakuan
Biang Bioplus awal
Analis
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
Cairan rumen PO segar
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
Biang Bioplus kering oven
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
Biang Bioplus dalam freezer
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
BB awal >< PO segar
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
BB kering oven >< sapi PO
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
BB freezer >< sapi PO
Populasi bakteri, produksi gas, kecernaan BK dan BO
BB : Biang Bioplus; BK : bahan kering; BO : bahan organik
Tabel 2. Total populasi bakteri dalam Biang Bioplus awal dan yang telah disimpan selama 4 dan 8 bulan
dengan teknik yang berbeda
Perlakuan
Biang Bioplus
Biang Bioplus kering oven
Awal (sebelum disimpan)
Penyimpanan 4 bulan
Penyimpanan 8 bulan
49,49 x 109 sel/ml
37,8 x 109 sel/ml
60,67 x 109 sel/ml
Biang Bioplus dalam freezer
46,57 x 10
9
sel/ml
38,02 x 109 sel/ml
Cairan rumen PO segar
29,14 x 109
sel/ml
27,15 x 109 sel/ml
172
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Gambar 1. Total produksi gas hasil fermentasi jerami padi oleh Biang Bioplus
(awal) dan kombinasinya dengan cairan rumen PO
Nampak bahwa dengan jumlah dan jenis
substrat yang sama, total produksi gas yang
dihasilkan dari kelompok kombinasi antara
BiangBioplus (awal) dan sapi PO lebih banyak
(81,6 ml) dibandingkan dengan yang dihasilkan
dari Biang Bioplus (awal) (52,5 ml) atau cairan
rumen sapi PO (61,1 ml) itu secara individu (P
< 0,05). Hal ini mengindikasikan adanya
sinergistik positif antara mikroba dalam Biang
Bioplus (awal) dan dalam cairan rumen sapi PO.
Hasil pengujian ada tidanya sinergistik
diantara mikroba dalam Biang Bioplus yang
telah di beri perlakuan teknik penyimpanan dan
disimpan selama 4 bulan dan mikroba dalam
cairan rumen PO di tampilkan pada Gambar 2.
Aktivitas mikroba di dalam Biang Bioplus
yang di kering oven dan disimpan dalam
freezer setelah disimpan selama 4 bulan
mempunyai aktivitas mencerna jerami padi
yang relatif sama seperti yang diperlihatkan
oleh gas yang dihasilkan selam proses
pencernaan (58,3 vs 57,3 ml). Kombinasinya
dengan cairan rumen PO masih memberikan
sineristik positif seperti yang ditunjukkan oleh
produksi gas hasil kombinasi ini. Biang
Bioplus
yang
dikering
oven
ketika
dikombinasikan dengan mikroba dari rumen
PO memberikan produksi gas 95,4 ml. Nilai ini
masih dibawah kombinasi Biang Bioplus yang
disimpan dalam freezer dengan mikroba sapi
PO yaitu 103,7 ml.
Hasil pengujian aktivitas mikroba setelah
penyimpanan selama 8 bulan ditampilkan pada
Gambar 3.
Gambar 2. Total produksi gas hasil fermentasi jerami padi oleh Biang
Bioplus yang dikering oven dan disimpan dalam freezer setelah
disimpan selama 4 bulan dalam kondisi aerob dan kombinasinya
dengan cairan rumen PO
173
T otal P roduks i g as (m l)
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
B B oven
B B freez er
C r P O
B B oven X B B freez er X
C r P O
C r P O
P e rla kua n
Gambar 3. Total produksi gas hasil fermentasi Biang Bioplus yang dikering oven dan
disimpan dalam freezer setelah disimpan selama 8 bulan dalam kondisi aerob
dan kombinasinya dengan cairan rumen PO
Hasil yang sedikit berbeda ditampilkan
pada pengujian setelah masa penyimpanan 8
bulan. Biang Bioplus yang disimpan di dalam
freezer mempunyai aktivitas yang sedikit lebih
tinggi (51 ml) dibandingkan dengan yang
dikering oven (43,4 ml). Kombinasinya dengan
mikroba rumen sapi PO juga masih
memberikan sinergistik positif (96 dan 98 ml)
mekipun tidak berbeda nyata apabila
dibandingkan dengan aktivitas dari mikroba
rumen PO secara individu (84,7 ml) (P > 0,05).
Nilai kecernaan bahan kering (KCBK) dan
bahan organik (KCBO) dari substrat jerami
padi selama proses fermentasi oleh Biang
Bioplus (awal) dan kombinasinya dengan
mikroba sapi PO ditampilkan pada Table 3.
Sedangkan data yang sama untuk penyimpanan
Biang Bioplus setelah 4 dan 8 bulan
ditampilkan pada Tabel 4. Nilai yang diperoleh
dari
parameter
KCBK
dan
KCBO
memperlihatkan pola yang sama dengan
produksi gas. Hal ini disebabkan produksi gas
akan dihasilkan selama proses pencernaan
pakan (CHURCH, 1976). Semakin banyak
produksi gas yang dihasilkan semakin banyak
juga susbtrat yang terdegradasi oleh mikroba.
Dampak sinergistik antara mikroba dalam
Biang Bioplus baik yang segar (awal) maupun
yang sudah kering oven dan disimpan di
freezer dengan penyimpanan 4 dan 8 bulan
masih terlihat positif. Namun demikian data
memperlihatkan bahwa teknik penyimpanan
dan lama penyimpanan mempunyai pengaruh
174
yang cukup besar terhadap aktivitas mikroba
dalam Biang Bioplus maupun kemampuan
bersinergistik dengan mikroba rumen sapi PO.
Teknik penyimpanan dengan kering oven
menurunkan aktivitas mencerna mikroba dalam
Biang Bioplus sebesar 8 – 10% pada
penyimpanan 4 bulan dan 16 – 18% pada
penyimpanan 8 bulan. Sedangkan teknik
penyimpanan dalam freezer menurunkan
aktivitas mencerna mikroba dalam Biang
Bioplus sebesar 5% pada penyimpanan 4 bulan
dan 16% pada penyimpanan 8 bulan. Ini
menunjukkan bahwa penurunan aktivitas
mikroba dalam Biang Bioplus lebih banyak
pada yang dikering oven dibandingkan dengan
yang disimpan didalam freezer.
Tabel 3. Rataan kecernaan bahan kering dan bahan
organik dari Biang Bioplus (awal) serta
kombinasinya dengan cairan rumen PO
segar
Perlakuan
KCBK
(%)
KCBO
(%)
Biang Bioplus
38,15
39,45
Cairan rumen PO
46,46
48,99
Biang Bioplus > < cairan
rumen PO
50,34
52,08
Teknik penyimpanan mikroba dengan
pengeringan maupun penyimpanan di dalam
freezer bersama media hidup mikrobanya telah
banyak dilakukan pada mikroba yang hidup
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 4. Rataan kecernaan bahan kering dan bahan organik dari Biang Bioplus yang telah dikering oven dan
disimpan di dalam freezer serta kombinasinya dengan cairan rumen PO segar
Penyimpanan 4 bulan
Perlakuan
KCBK (%)
Penyimpanan 8 bulan
KCBO (%) KCBK (%) KCBO (%)
Cairan rumen PO
43,65
45,79
43,22
45,78
Biang Bioplus kering oven
34,44
36,77
31,77
32,13
Biang Bioplus kering oven > < cairan rumen PO
48,46
49,99
45,37
47,35
Biang Bioplus dalam freezer
32,02
39,58
31,84
37,04
Biang Bioplus dlm freezer > < cairan rumen PO
48,74
51,67
47,69
49,30
dalam kondisi aerob. Keberhasilan teknik
penyimpanan ini telah banyak dilaporkan
(RUDGE, 1991; SLY, 1983; CHOTIAH, 2006).
Aplikasi kedua teknologi penyimpanan ini
untuk mikroba anaerob (rumen) belum
dilakukan, sehingga tidak ditemukan data
pembanding untuk hasil penelitian ini. Namun
demikian hasil ini menunjukkan bahwa kedua
teknik penyimpanan ini berdampak pada
penurunan aktivitas maupun populasi mikroba
yang ada dalam Biang Bioplus. Teknik lainnya
perlu dicari dan dicoba untuk mendapatkan
teknik penyimpanan yang baik sehingga
penurunan aktivitas dan populasi mikroba yang
terjadi sekecil mungkin.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa teknik dan lama
penyimpanan menurunkan populasi dan
aktivitas mikorba dalam Biang Bioplus. Pada
teknik kering oven, penurunan populasi bakteri
sekitar 18,4 dan 37,7% dan aktivitas mencerna
pakan 8 – 10% dan 16 – 18% setelah
penyimpanan 4 dan 8 bulan. Pada teknik
pembekuan dalam freezer, penurunan populasi
bakteri sekitar 23,2 dan 37,3% dan aktivitas
mencerna serat 5 dan 16% setelah
penyimpanan 4 dan 8 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
CHOTIAH, S. 2006. Pengaruh proses freeze-drying
dan penyimpanan pada suhu kamar terhadap
viabilitas dan patogenisitas plasma nutfah
mikroba Pasteurella multocida. Bull. Plasma
Nutfah 12(1): 40.
CHURCH, D.C. 1976. Digestive Physiology and
Nutrition of Ruminants. Oxford Press,
Oregon.
MOORE, L.W. and R.V. CARLSON. 1975. Liquid
nitrogen storage of phytopathogenic bacteria.
Phytopathology 65: 246 – 250.
OGIMOTO, K. and S. IMAI. 1981. Atlas of Rumen
Microbiology. Jap. Sci. Soc. Press, Tokyo.
RUDGE, R.H. 1991. Maintenance of bacteria by
freeze-drying.
In:
Maintenance
of
Microorganisms and Cultured Cells. KIRSOP,
B.E. and A. DOYLE (Eds.). Academic Press
Limited. pp. 31 – 43.
SLY, L.I. 1983 Preservation of microbial cultures.
In: Plant Bacterial Diseases: A Diagnostic.
FAHY, P. and G.J. PERSLEY (Ed.). Guide,
Chapter 13, pp. 275 – 298.
STEEL, R. G. D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles
and Procedures of Statistics: A Biometrical
Approach. Second Edition. McGraw-Hill
Book Company, London.
THEODOROU, M.K. and A.E. BROOKS. 1990.
Evaluation of a New Procedure for Estimating
the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds.
The Natural Resources Institute, Ctatham.
WINUGROHO, M., A.D. SOEDJANA dan Y. WIDIAWATI.
1995. Evaluasi pemanfaatan Bioplus dan
CYC-100 (Saccharomyces cerevisiae) pada
sapi ex-import. Pros. Seminar Nasional.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
WINUGROHO, M., M. SABRANI, P. PUNARBOWO, Y.
WIDIAWATI dan A. THALIB. 1993. Nongenetics approach for selecting rumen fluid
containing specific microorganisms (Balitnak
Method). Ilmu dan Peternakan 6: 5 – 9.
175
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
WINUGROHO, M, Y. WIDYASTUTI, Y. SAEPUDIN dan
S. MARIJATI. 2001. Studi Penggunaan Bubuk
Kolostrum dan Bioplus untuk Produksi Susu
(Konsistensi efektifitas bioplus yang disimpan
pada ternak fistula). Kumpulan Hasil
Penelitian APBN T.A. 2001. Balai Penelitian
Ternak, Ciawi, Bogor.
176
WINUGROHO, M., Y. WIDYASTUTI, SUHARYONO, T.
ARTININGSIH, Y. WIDIAWATI dan C.
HENDRATNO. 1997. Pengembangan galur
mikroba rumen untuk menunjang industri
peternakan pedesaan di kawasan timur
Indonesia: Determinasi kombinasi mikroba
rumen pencerna serat. Kerjasama Balai
Penelitian Ternak dengan DRN.
Download