PENGUKURAN KELELAHAN AKTIVITAS MENGEMUDI MOBIL DENGAN PENDEKATAN FISIOLOGIS, KOGNITIF, DAN SUBJEKTIF Andreas Aristides Simandjuntak1, Boy Nurtjahyo Moch2 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik – Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021) 78888805. Fax: (021) 78885656 E-mail:: [email protected]. [email protected] Abstrak Kecelakaan lalu lintas telah menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia menurut WHO, sedangkan kelelahan pengemudi merupakan faktor kedua terbanyak penyebab kecelakaan lalu lintas setelah pelanggaran lalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan signifikansi dari tingkat kelelahan pengemudi dengan pendekatan fisiologis, kognitif, dan subjektif serta memperoleh perbandingan tingkat kelelahan antara pengemudi mobil pria dengan pengemudi mobil wanita, sehingga dapat menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini melibat dua belas orang responden, yang terdiri atas enam responden pria dan enam responden wanita berusia 17-25 tahun yang diukur tingkat kelelahannya menggunakan pendekatan fisiologis (tekanan darah dan detak jantung), kognitif (psychomotor vigilance test), dan subjektif (Karolinska Sleepiness Scale). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa pendekatan fisiologis yaitu detak jantung merupakan variabel yang paling sensitif, namun semua variabel baik pada responden pria maupun wanita tidak terjadi hasil yang signifikan, dan tidak terlihat banyak perbedaan pada kelelahan pengemudi mobil pria maupun wanita. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pendekatan yang dilakukan belum dapat dijadikan panduan untuk mengukur kelelahan pada pengemudi mobil pria maupun wanita. Kata Kunci: Ergonomi, Pengukuran Kelelahan, Tekanan Darah, Detak Jantung, Psychomotor Vigilance Test, Karolinska Sleepiness Scale Abstract Traffic accidents are the third largest cause of death according to WHO, while driver fatigue is the second largest factor that cause traffic accidents after traffic violations. The purpose of this study is to find out the significance of driver fatigue using physiological, cognitive, and subjective approach and to get the comparison of fatigue between male and female driver. The study involved twelve respondents, which included six male respondents and six female respondents aged 17-25 years old measured by physiological (blood pressure and heart rate), cognitive (psychomotor vigilance test), and subjective (Karolinska Sleepiness Scale). The result of this study is that heart rate is the most sensitive variable, but all of the variables in male and female respondents don’t have a significant result, and there is no big difference of fatigue in male and female car driver. The conclusion of the study is that the approaches that is done could not be a guidance to measure fatigue for male and female car driver. Keywords: Ergonomics, Fatigue Measurement, Blood Pressure, Heart Rate, Psychomotor Vigilance Test, Karolinska Sleepiness Scale Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 1. Pendahuluan Menurut data Korlantas Polri, pada tahun 2013, jumlah kecelakaan terbanyak berada pada rentang pukul 12.00-18.00. Setiap hari rata-rata terjadi 87 kasus kecelakaan. Kecelakaan terjadi pada waktu tersebut karena merupakan waktu di mana banyak orang yang beraktivitas di jalan raya. Dengan banyaknya kendaraan yang lalu lalang, semakin besar pula potensi terjadinya kecelakaan. Selain itu, untuk usia pelaku kecelakaan lalu lintas, anak-anak muda berusia 16-25 tahun merupakan rentang usia yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas, yakni sebesar 26,61% pada tahun 2013. Sementara itu, 94% kejadian kecelakaan di Indonesia disebabkan oleh pelaku berjenis kelamin lakilaki. Hal ini mungkin disebabkan karena jauh lebih banyaknya jumlah pengemudi pria dibanding wanita. Namun, jumlah pengemudi wanita meningkat setiap tahunnya. Menurut data Bid Bin Gakkum Korlantas Polri, kelelahan merupakan penyebab kedua terbesar dari kecelakaan lalu lintas, (37,9%), hanya di bawah perilaku tidak tertib (45,7%). Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelelahan pengemudi berjumlah 34.657 kasus. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Smolensky, Milia, Ohayon, dan Philip (2009) menyebutkan bahwa kelelahan dan mengantuk merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan dalam berkendara. Hal ini juga dipertajam dengan penelitian yang dilakukan oleh Virginia Tech Transportation Institute (2013) yang menunjukkan bahwa persentase kelelahan pengemudi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan sebesar 20%, jauh dari estimasi suatu survei sebelumnya yang menyatakan hanya 2-3%. Terdapat berbagai metode untuk mengukur kelelahan dalam hal berkendara. Yang pertama adalah pengukuran performa neuro-behavioural (metode kognitif), yang menggunakan PVT (Psychomotor Vigilance Test). PVT mengukur perhatian yang berlanjut dan pengukuran ini telah menjadi standar utama dalam mendeteksi kelelahan (Dinges DF, Powell JW, 1985). Individu akan memberikan respon terhadap stimuli/rangsangan visual dengan menekan tombol pada layar komputer selama periode 510 menit. PVT mengukur reaction time (waktu reaksi) dan ‘lapses’ (response time >500 ms). Namun, performa PVT mungkin tidak terlalu pas terhadap performa mengemudi yang buruk, dikarenakan oleh perbedaan individu yang besar terhadap performa mengemudi yang buruk. Sehingga, PVT lebih baik digunakan untuk memprediksi kecelakaan yang berhubungan dengan kelelahan (Baulk S, Biggs S, Reid K, van den Heuvel, Dawson D., 2008). Metode kedua adalah secara subjektif. Salah satu cara mengukur secara subjektif adalah dengan menggunakan Karolinska Sleeping Scale (KSS). KSS awalnya dikembangkan untuk membentuk suatu dimensi mengenai skala pengukuran tingkat kantuk yang divalidasikan dengan alpha dan tethaelectroenchepalograhic (EEG) dan aktivitas gerak mata lambat pada electrooculographic (EOG) (Kaida et al, 2006: 1574-1575). KSS diukur berdasarkan pendapat atau perasaan responden sendiri mengenai kewaspadaannya. KSS memiliki 9 tahapan, dengan 1 berarti sangat waspada, sampai 9 berarti sangat mengantuk. (Akerstedt dan Gillberg, 1990). Selain itu, dapat juga digunakan metode fisiologis. Beberapa dari metode fisiologis adalah metode Heart Rate dan Blood Pressure. Metode Heart Rate akan mengukur perubahan detak jantung sedangkan metode Blood Pressure akan mengukur tekanan darah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Verwey dan Zaidel (1999), ditemukan bahwa tingkat konsentrasi dan detak jantung yang bervariasi pada setiap individu dipengaruhi oleh tingkat kelelahan yang dialami masing-masing. Selain itu, terdapat penelitian lain yang menguji 8 pengemudi pria untuk berkendara selama 4 jam, ditemukan bahwa semakin lama waktu berkendara, detak jantung pengemudi pria tersebut juga akan menjadi semakin cepat karena kelelahan yang dialami (Egelund, 1982). Pada penelitian sebelumnya, telah memeriksa tingkat kelelahan pengemudi berkaitan dengan sleep deprivation (kurangnya waktu tidur) di mana terbukti bahwa bahwa kurangnya waktu tidur atau waktu bangun yang berkepanjangan akan menyebabkan gangguan berkendara, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat kecelakaan, baik dengan penelitian berkendara menggunakan simulator (Philip et al., 2005; Arnedt et al., 2005) maupun kendaraan (Philip et al., 2001). Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Penulis ingin melihat kelelahan yang tidak menggunakan faktor kurangnya waktu tidur dengan berbagai metode, yakni PVT (metode kognitif), Karolinska Sleeping Scale (metode subjektif), serta tekanan darah dan detak jantung (metode fisiologis). 2. Tinjauan Teoritis 2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Berikut adalah definisi-definisi ergonomi menurut para ahli: 1. Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusiapekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981). 2. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004). 3. Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996). 4. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggitingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Suma’mur, 1987). 5. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000). Dari berbagai definisi di atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat perhatian pada ilmu ergonomi adalah manusia. Ergonomi memiliki konsep ergonomi berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga, dalam usaha untuk mencegah cedera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut. 2.2 Kelelahan (Fatigue) Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbedabeda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan berperan dalam menjaga homeostatis tubuh. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi suatu kondisi yang telah dikenali dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan pada umumnya mengarah pada kondisi berkurangnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun hal ini bukan merupakan satu-satunya gejala. Secara harafiah, fatigue dapat diartikan secara sederhana sama dengan kelelahan yang sangat (deep tiredness), mirip stres, bersifat kumulatif. Bila dikaitkan dengan pengalaman seperti apa sebenarnya fatigue itu, pengertiannya menjadi bervariasi. Dari berbagai literatur, fatigue sering dihubungkan dengan kondisi kurang tidur, kondisi akibat tidur yang terganggu, atau kebutuhan kuat untuk tidur yang berhubungan dengan panjangnya waktu kerja, dan stres-stres kerja (dan penerbangan) yang bervariasi. Ahli lainnya sering mengkaitkan fatigue dengan perasaan lelah bersifat subjektif, hilangnya perhatian bersifat temporer, dan menurunnya respon psikomotor ; atau, berhubungan dengan gejala-gejala yang dikaitkan dengan menurunnya efisiensi performance dan skill; atau, berhubungan dengan menurunnya performance . Fatigue juga kerap dikaitkan dengan kondisi non-patologis yang dapat membuat kemampuan seseorang menurun dalam mempertahankan kinerja yang berhubungan dengan stres fisik maupun mental; atau, terganggunya siklus biologis tubuh (jet lag). Kelelahan kerja menurut Tarwaka (2004), merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat. Kelelahan merupakan perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan efektivitas dan Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 efisiensi kerja menurun (Saito, 1999). Menurut Kroemer 1997, kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai dengan adanya perasaan lelah dan kita merasa segan dan aktivitas akan melemah serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh. Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dan berkurangnya kemampuan motorik (Australia Safety Compensation Council, 2006) antara waktu yang sudah didapatkan. PVT hanya membutuhkan warna-warna yang tertentu yang akan digunakan dan prosesnya adalah dengan menekan tombol tertentu apabila stimulus tersebut muncul. Waktu yang didapatkan pada saat menekan tombol akan didapatkan waktu tercepat, waktu terlama dan rata-rata nya (Dorrian, Rogers, & Dinges, 2005, p. 43). Karolinska Sleepiness Scale (KSS) Karolinska Sleepiness Scale adalah skala yang dipergunakan untuk melihat rate dari subjek yang akan dinilai tingkat kelelahannya berdasarkan skala 1 sampai dengan skala 9. Nilai 1 menunjukkan rasa yang sangat waspada dan nilai 9 menunjukkan rasa yang sangat mengantuk, berusaha untuk tidak mengantuk, berusaha untuk tetap berada dalam posisi bangun. Pasien atau subjek akan diberikan penjelasan untuk setiap nilai 1 sampai 9 yang ada. Dengan semakin besar nilainya, menunjukkan bahwa pasien atau subjek berada dalam posisi mengantuk. Tingkat kelelahan KSS dapat dijelaskan sebagai berikut (Schleicher, Galley, Briest, & Galley, 2008, p. 3): 1. Terlalu Waspada 2. Sangat Waspada 3. Waspada 4. Cukup Waspada 5. Tidak waspada dan tidak mengantuk 6. Menunjukkan pertanda mengantuk 7. Mengantuk, namun tidak menunjukkan usaha agar tetap waspada 8. Mengantuk, namun berupaya untuk tetap waspada 9. Sangat mengantuk, sangat berupaya untuk tetap waspada Detak Jantung (Heart Rate) Detak jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute). Detak jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka detak jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan detak jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah detak jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi. 2.4 2.6 2.3 Psychomotor Vigilance Task (PVT) PVT dikembangkan berdasarkan neurocognitive assay yang bertujuan untuk memahami dan menganalisis perubahan yang terjadi dalam proses interaksi pada saat berkendara dan pengaruhnya terhadap rasa kantuk. PVT menggunakan waktu tertentu yang digunakan untuk mengamati perubahan yang terjadi berdasarkan sinyal-sinyal yang diberikan. PVT menggunakan test yang mudah dengan mengamati Reaction Time (RT), dengan RT ini akan dilihat jenjang perubahan 2.5 Tekanan Darah Tekanan darah (Blood Pressure) adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120/80 mm Hg. Nomor 120 menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat detakan jantung dan disebut juga dengan tekanan sistole. Sementara itu, nomor 80 menunjukkan tekanan saat jantung Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 beristirahat diantara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Pada umumnya, tekanan darah normal orang dewasa normal biasanya mencapai ratarata 120/80 mm Hg. Beberapa alat yang dapat digunakan dalam pengukuran tekanan darah diantaranya adalah, tensimeter, Omron HEM7111, dan Sphygmomanometer. 3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, ada tiga jenis pendekatan yang diukur yaitu pendekatan fisiologis, kognitif, dan subjektif. Pada pendekatan fisiologis, terbagi atas tekanan darah dan detak jantung. Pengukuran fisiologis ini menggunakan perangkat keras (hardware). Untuk mengukur tekanan darah digunakan Omron Automatic Blood Pressure Monitor HEM-7221 sedangkan untuk mengukur detak jantung digunakan Polar Heart Rate FT7. Untuk pendekatan kognitif, digunakan perangkat lunak (software). Software yang digunakan bernama Design Tools. Dalam program Design Tools ini ada dua jenis uji yang digunakan yaitu Simple Reaction Time dan Psychophysics. Simple Reaction Time berfungsi untuk mengukur reponse time terhadap stimulus secepatnya, sedangkan Psychophysics berfungsi untuk mengukur ketepatan menentukan garis yang memiliki panjang yang berbeda. Dalam melakukan penelitian, mobil yang digunakan berjenis city car dan bertransmisi automatic. Responden akan mengemudi mobil tersebut selama 120 menit atau 2 jam, dengan istirahat setiap 40 menit, pada rentang waktu pukul 12.00-18.00. Rute jalan yang dilalui selama penelitian adalah pada kawasan kampus UI Depok karena sesuai dengan konsep homogenitas. Selama berkendara, responden tidak diperbolehkan untuk berbicara dengan peneliti, mendengarkan music, menggunakan telepon genggam, agar data yang diperoleh bersifat valid. Sebelum memulai berkendara, pengemudi (responden penelitian) akan diukur tekanan darahnya. Selain itu, uji Simple Reaction Time dan Psychophysics juga akan diberikan kepada pengemudi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perbandingan dan perubahan tingkat kelelahan berdasarkan pendekatan yang diberikan selama periode waktu sebelum mengemudi, selama mengemudi, dan setelah mengemudi. Kemudian, responden akan diminta untuk menggunakan Polar Heart Rate Monitor untuk mengukur detak jantung selama mengemudi. Pengemudi (responden penelitian) akan diminta untuk berhenti setiap 40 menit untuk kemudian dilakukan pengukuran kembali. Waktu ini dipilih karena berdasarkan penelitian terdahulu, didapatkan bahwa mulai terdeteksi kelelahan pada pangemudi setelah berkendara selama 40 menit. Jadi secara keseluruhan akan ada empat kali pengukuran yang dilakukan. Polar Heart Rate Monitor akan mulai dinyalakan pada saat mulai berkendara dan dihentikan setiap 10 menit. Selain perangkat-perangkat pengukuran yang telah dijelaskan sebelumnya, tingkat kelelahan pengemudi (responden penelitian) juga akan diukur dengan pendekatan subjektif menggunakan kuesioner Karolinska Sleepiness Scale (KSS) yang memiliki 9 skala. Untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara pendekatan subjektif (KSS) dengan pendekatan lainnya (pendekatan kognitif dan pendekatan fisiologis) akan digunakan korelasi Spearman Rank. Korelasi ini paling sesuai untuk mengukur korelasi ketiga pendekatan tersebut, terutama karena hasil yang diperoleh dari KSS merupakan nilai ordinal (non-parametrik). Data yang diperoleh dari kuesioner KSS akan diolah dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui perubahan tingkat kelelahan yang terjadi. Sedangkan, data yang diperoleh dari pendekatan kognitif dan fisiologis akan diolah dengan menggunakan metode Regresi Linear untuk diketahui signifikansi tingkat kelelahan dengan pendekatan yang diterapkan. Selain itu, seperti telah dijelaskan sebelumnya korelasi Spearman-Rank akan digunakan untuk mengetahui korelasi antara pendekatan subjektif dengan pendekatan kognitif dan pendekatan fisiologis. 4. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai analisis dan pembahasan dari hasil pengolahan data. Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 4.1 Hasil Pengukuran Berikut adalah hasil dari pengukuran pada berbagai pendekatan yang telah dilakukan. Tabel 1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Waktu (Menit) 0 40 80 120 Sistol (mmHg) 132 130 118 125 Diastolik (mmHg) 81 74 69 68 Tabel 2. Hasil Pengukuran Detak Jantung Rentang Waktu (Menit) 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 101-110 111-120 Average (bpm) 78 77 79 76 75 75 73 73 69 72 72 72 Maximum (bpm) 83 82 86 84 81 82 80 82 75 79 81 78 Tabel 3. Hasil Pengukuran Karolinska Sleepiness Scale Waktu (Menit) 0 40 80 120 Nilai 2 7 9 6 Tabel 4. Hasil Pengukuran Simple Reaction Time Waktu (Menit) 0 Trial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 RT (detik) 0.5476 0.5857 0.5902 0.5113 0.5643 0.4985 0.5634 0.4902 0.5786 0.5453 0.5645 0.4887 0.5490 0.5924 0.5256 Average RT (detik) Standard Deviation (detik) 0.5429 0.0387 Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 40 80 120 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0.5879 0.4941 0.5241 0.4776 0.5790 0.6267 0.6487 0.6123 0.4876 0.5154 0.4693 0.6576 0.5253 0.6061 0.5014 0.4989 0.4812 0.5674 0.5231 0.4732 0.4990 0.5115 0.5389 0.5902 0.5674 0.6718 0.6243 0.5297 0.5453 0.4987 0.4451 0.5432 0.4898 0.4543 0.5931 0.4876 0.5983 0.4885 0.5874 0.4493 0.7079 0.6273 0.6214 0.5873 0.5085 0.5874 0.6987 0.5906 0.5998 0.5652 0.4961 0.5115 0.6156 0.6877 0.4848 0.4450 0.4634 0.5365 0.5451 0.0601 0.5523 0.0760 0.5676 0.0799 Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 14 15 16 17 18 19 20 0.5480 0.5552 0.6885 0.4541 0.5781 0.5543 0.6907 Tabel 5. Hasil Pengukuran Psychophysics Menit 0 40 80 Trial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 RT (sec) 0.9219 0.8477 0.7852 0.9023 0.9531 0.8281 1.0039 0.7695 0.9141 0.9727 1.0391 0.8633 0.9688 0.6445 0.8164 0.4219 0.9258 0.9141 1.0313 0.7852 0.9883 0.8242 0.8672 0.8867 0.8320 0.7305 0.8438 0.8583 0.8359 0.8791 0.8398 0.7617 0.7656 0.8086 0.8672 0.7656 0.7305 0.8555 1.0156 0.7392 1.1289 1.1680 0.8125 0.7695 1.3555 0.8750 0.8242 Response Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct % Average RT Standard Deviation 100 0.9114 0.1621 100 0.8885 0.1809 100 0.9684 0.2545 Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 120 4.2 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0.8086 1.3281 0.8984 0.8633 1.3281 0.7539 1.2734 0.6641 1.0313 0.6367 1.0742 0.8984 0.7695 0.7266 1.0508 0.7266 0.8320 0.8828 1.0820 1.0273 1.9023 1.0703 1.0781 0.9023 1.0781 0.9961 0.8750 0.9180 0.7422 1.0430 0.7188 1.0000 0.7930 Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct Uji Normalitas Setelah melihat data responden, selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan uji normalitas. Uji normalitas ini dilihat menggunakan P-value pada Probability Plot dengan menggunakan software Minitab 17. Semua data Sistol, Diastol, average reaction time pada Simple Reaction Time, 100 0.9031 0.2683 average reaction time pada Psychophysics, dan detak jantung akan diuji normalitasnya. Data dianggap normal apabila memiliki P-value sebesar >0,05. Berikut adalah salah satu uji normalitas dengan Probability Plot yang dilakukan, yaitu uji pada detak jantung responden 1. Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Gambar 1 Probability Plot data Sistol pada responden 1 Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada semua data, telah terbukti bahwa semua data sudah normal. Time, dan average reaction time pada Psychophysics) akan dibandingkan dengan variabel independen Menit, sedangkan data detak jantung akan dibandingkan dengan Pengukuran (data setiap sepuluh menit). Data independen dan dependen disebut berhubungan kuat (signifikan) apabila memiliki P-value sebesar < 0,05. Berikut adalah contoh uji regresi linier sederhana yang dilakukan pada data Sistol responden 1. 4.3 Uji Regresi Linier Sederhana Uji regresi linier sederhana digunakan untuk menentukan kuat-lemahnya hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel independen. Pada uji regresi ini, variabel dependen (data Sistol, Diastol, average reaction time pada Simple Reaction Regression Analysis: Sistol versus Menit Analysis of Variance Source Regression Menit Error Total DF 1 1 2 3 Adj SS 54,45 54,45 62,30 116,75 Adj MS 54,45 54,45 31,15 F-Value 1,75 1,75 P-Value 0,317 0,317 Model Summary S 5,58122 R-sq 46,64% R-sq(adj) 19,96% R-sq(pred) 0,00% Regression Equation Sistol = 131,20 - 0,0825 Menit Gambar 2. Hasil regresi pada data Sistol responden 1 Dari data tersebut, terlihat data tersebut memiliki P-Value 0,317, yang berarti data tersebut tidak signifikan. Berikut adalah rangkuman hasil regresi dari data-data lainnya dalam bentuk tabel. Tabel 6. Rekap Hasil P-Value pada Regresi untuk data Sistol Responden P-Value Hasil Interpretasi Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0,3171 0,675 0,592 0,075 0,052 0,010 0,677 0,535 0,492 0,776 0,561 0,139 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Berdasarkan tabel di atas, hanya ada satu responden yang memiliki hubungan yang signifikan antara Sistol dengan waktu, yaitu responden 6 (responden pria keenam). Dari data yang diperoleh, baik pada responden pria maupun wanita, sering kali terjadi penurunan dari menit 0 sampai dengan 80, namun menanjak di menit 120, sehingga menyebabkan data menjadi tidak signifikan. Tabel 7. Rekap Hasil P-Value pada Regresi untuk data Diastol Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P-Value 0,080 0,192 0,044 0,132 0,302 0,351 0,897 * 0,186 0,489 0,452 0,320 Hasil Interpretasi Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Pada data Diastol, hanya responden 3 (responden pria ketiga) dan responden 8 (responden wanita kedua) yang mengalami signifikansi. Bila dilihat dari hasil pengambilan data, Diastol biasanya lebih bersifat acak daripada Sistol yang memiliki pola lebih jelas. Tabel 8. Rekap Hasil P-Value pada Regresi data average reaction time pada Simple Reaction Time Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P-Value 0,060 0,015 0,498 0,210 0,127 0,259 0,625 0,126 0,507 Arti Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 10 11 12 0,392 0,227 0,508 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Pada data average reaction time pada Simple Reaction Time, hanya responden 2 (responden pria kedua) yang mengalami signifikansi. Hasil pengambilan data tersebut cenderung acak dan tidak membentuk pola tertentu. Tabel 9. Rekap Hasil P-Value pada Regresi untuk data average reaction time pada Psychophysics Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P-Value 0,317 0,542 0,796 0,813 0,786 0,299 0,820 0,357 0,308 0,062 0,390 0,191 Hasil Interpretasi Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Pada data average reaction time pada Psychophysics, tidak ada data yang bersifat signifikan. Tabel 10. Rekap Hasil P-Value pada Regresi untuk data detak jantung Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P-Value 0,317 0,084 0,000 0,000 0,007 0,002 0,254 0,121 0,001 0,021 0,000 0,005 Hasil Interpretasi Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Terakhir, pada data detak jantung, sebagian besar responden mengalami hubungan yang signifikan. Data detak jantung cenderung turun atau stagnan di beberapa waktu, namun pada responden-responden tertentu data detak jantung tersebut turun naik sehingga menjadi tidak signifikan. Tabel 11. Rekap Hasil Regresi pada Responden Pria Responden Sistol Diastol Simple Reaction Time P-Value 0,192 0,432 0,427 Hasil Interpretasi Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Psychophysics Detak Jantung 0,691 0,195 Tidak signifikan Tidak signifikan Tabel 12. Rekap Hasil Regresi pada Responden Wanita Responden Sistol Diastol Simple Reaction Time Psychophysics Detak Jantung P-Value 0,598 0,963 0,629 Hasil Interpretasi Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan 0,256 0,255 Tidak signifikan Tidak signifikan Sementara itu, pada hasil uji regresi pada tiap kategori jenis kelamin terlihat bahwa semua memiliki P-Value lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan waktu. 4.4 Uji Spearman Rank digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel subjektif Karolinska Sleepiness Scale yang merupakan data ordinal dengan variabel-variabel lain serta waktu. Koefisien korelasi memiliki nilai di antara 0 sampai dengan 1, dan memiliki interpretasi sebagai berikut. Uji Spearman Rank Tabel 13. Tabel interpretasi koefisien korelasi versi de Vaus Koefisien 0,00 0,00 – 0,09 0,10 – 0,29 0,30 – 0,49 0,50 – 0,69 0,70 – 0,89 0,90 Kekuatan Hubungan Tidak ada hubungan Hubungan kurang berarti Hubungan lemah Hubungan moderat Hubungan kuat Hubungan sangat kuat Hubungan mendekati sempurna Berikut adalah contoh dari Uji Spearman Rank dengan data Sistol pada responden 1. Correlations Spearman's rho KSS Koefisien Korelasi Sistol AverageRTSimpl e KSS 1.000 -.800 Sig. (2-tailed) . .200 N 4 4 -.800 1.000 .200 . 4 4 Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) N Gambar 4. Hasil Uji Spearman Rank pada data Sistol responden 1 Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa koefisien korelasi bernilai -0.800 berarti hubungan negatif yang sangat kuat, dan signifikansi 0.200 yang berarti tidak signifikan. Berikut adalah tabel rekap hasil interpretasi hasil uji Spearman Rank: Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Tabel 14. Tabel Interpretasi Hasil Uji Spearman Rank pada data waktu Responden 1 Koefisien Korelasi 0.400 2 1.000 3 4 -­‐0.632 0.949 5 0.949 6 0.949 7 0.949 8 0.894 9 0.894 10 0.949 11 0.894 12 0.949 Hasil Interpretasi Signifikansi (dua arah) Hasil Interpretasi Hubungan positif, moderat Hubungan positif, sempurna Hubungan negatif, kuat Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna 0.600 Tidak signifikan 0.000 signifikan 0.368 0.051 Tidak signifikan Tidak signifikan 0.051 Signifikan 0.051 Signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.106 Tidak signifikan 0.106 Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.106 Signifikan 0.051 Signifikan Responden Tabel 15. Tabel Interpretasi Hasil Uji Spearman Rank pada data Sistol 1 Koefisien Korelasi -0.800 2 -0.400 3 4 5 0.000 -0.632 -1.000 6 -1.000 7 8 -0.632 -0.707 9 10 0.000 0.316 11 0.316 12 0.316 Hasil Interpretasi Signifikansi (dua arah) Hasil Interpretasi Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, moderat tidak ada hubungan Hubungan negatif, kuat Hubungan negatif, sempurna Hubungan negatif, sempurna Hubungan negatif, kuat Hubungan negatif, sangat kuat Tidak ada hubungan Hubungan positif, moderat Hubungan positif, moderat Hubungan positif, moderat 0.200 Tidak signifikan 0.600 Tidak signifikan 1.000 0.368 0.000 Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan 0.000 Signifikan 0.068 0.293 Tidak signifikan Tidak signifikan 1.000 0.684 Tidak signifikan Tidak signifikan 0.684 Tidak signifikan 0.684 Tidak signifikan Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Tabel 16. Tabel Interpretasi Hasil Uji Spearman Rank pada data Diastol Responden 1 Koefisien Korelasi -0.800 2 -0.800 3 4 5 0.632 0.632 -0.738 6 -0.738 7 8 -0.333 -0.894 9 0.943 10 11 12 -0.316 -0.316 -0.316 Hasil Interpretasi Signifikansi (2 arah) Hasil Interpretasi Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan positif, kuat Hubungan positif, kuat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, moderat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan negatif, moderat Hubungan negatif, moderat Hubungan negatif, moderat 0.200 Tidak signifikan 0.200 Tidak signifikan 0.368 0.368 0.262 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan 0.262 Tidak signifikan 0.667 0.106 Tidak signifikan Tidak signifikan 0.057 Tidak signifikan 0.684 0.684 0.684 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tabel 17. Tabel Interpretasi Hasil Uji Spearman Rank pada data average reaction time pada Simple Reaction Time Responden Koefisien Korelasi 1 0.949 2 0.949 3 4 -­‐0.632 -­‐0.949 5 0.949 6 0.949 7 8 -­‐0.211 -­‐0.894 9 -­‐0.894 10 11 12 0.316 0.316 0.316 Hasil Interpretasi Signifikansi (2 arah) Hasil Interpretasi Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan negatif, kuat Hubungan negatif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan positif, mendekati sempurna Hubungan negatif, lemah Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan positif, moderat Hubungan positif, moderat Hubungan positif, moderat 0.051 Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.368 0.051 Tidak signifikan Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.789 0.106 Tidak signifikan Tidak signifikan 0.106 Tidak signifikan 0.684 0.684 0.684 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Tabel 18. Tabel Interpretasi Hasil Uji Spearman Rank pada data average reaction time pada Psychophysics Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 Koefisien Korelasi 0.211 0.105 -­‐0.316 0.632 0.316 0.316 -­‐0.316 -­‐0.894 9 10 -­‐0.447 -­‐0.949 11 -­‐0.949 12 -­‐0.949 Hasil Interpretasi Signifikansi (2 arah) Hasil Interpretasi Hubungan positif, lemah Hubungan positif, lemah Hubungan negatif, moderat Hubungan positif, kuat Hubungan positif, moderat Hubungan positif, moderat Hubungan negatif, moderat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, moderat Hubungan negatif, mendekati sempurna Hubungan negatif, mendekati sempurna Hubungan negatif, mendekati sempurna 0.789 0.895 0.684 0.368 0.684 0.684 0.684 0.106 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan 0.553 0.051 Tidak signifikan Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan Tabel 19. Tabel Interpretasi Hasil Uji Spearman Rank pada data detak jantung Responden 1 2 3 4 Koefisien Korelasi -­‐0.400 1.000 0.632 -­‐0.949 5 -­‐0.949 6 7 8 9 10 11 -­‐0.632 -­‐0.833 -­‐0.236 -­‐1.000 0.316 -­‐0.949 12 -­‐0.316 Hasil Interpretasi Signifikansi (2 arah) Hasil Interpretasi Hubungan negatif, moderat Hubungan positif, sempurna Hubungan positif, kuat Hubungan negatif, mendekati sempurna Hubungan negatif, mendekati sempurna Hubungan negatif, kuat Hubungan negatif, sangat kuat Hubungan negatif, lemah Tidak ada hubungan Hubungan positif, moderat Hubungan negatif, mendekati sempurna Hubungan negatif, moderat 0.600 0.000 0.368 0.051 Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan 0.051 Tidak signifikan 0.368 0.167 0.764 0.000 0.684 0.051 Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan 0.684 Tidak signifikan Berdasarkan hasil dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan data yang ada tidak signifikan dengan nilai Karolinska Sleepiness Scale. 5. Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan. 5.1 Kesimpulan Penelitian tentang pengukuran kelelahan aktivitas mengemudi mobil dengan pendekatan subjektif, fisiologis, dan kognitif ini memiliki tujuan untuk memperoleh signifikansi ketiga pendekatan (fisiologis, kognitif, dan subjektif) terhadap tingkat kelelahan pengemudi mobil serta untuk mengetahui perbandingan tingkat kelelahan pada pengemudi pria dan wanita. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, dapat diambil kesimpulan yaitu: a. Berdasarkan data Sistol, pada responden pria maupun wanita tidak menunjukkan adanya signifikansi, meskipun sering kali turun pada menit 0 sampai dengan 80, Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 namun menanjak pada menit 120 sehingga menyebabkan data menjadi tidak signifikan. b. Berdasarkan data Diastol, average reaction time pada Simple Reaction Time, dan average reaction time pada Psychophysics tidak ada hubungan yang signifikan terhadap waktu karena data yang fluktuatif. c. Berdasarkan data detak jantung, pada sebagian besar responden pria maupun wanita mengalami hubungan yang signifikan turun terhadap waktu secara individual, namun karena adanya beberapa data yang hubungannya signifikan, hal ini menyebabkan secara kategori jenis kelamin, hubungan menjadi tidak signifikan. d. Berdasarkan data Karolinska Sleepiness Scale, pada sebagian besar responden pria maupun wanita terdapat hubungan yang signifikan terhadap waktu, namun 6. Referensi Baulk, S.D., Biggs, S.N., Reid, K.J., van den Heuvel, C.J., & Dawson, D. (2008). Chasing the silver bullet: Measuring driver fatigue using simple and complex tasks. Accident Analysis and Prevention 40, 396-40 Coetzert, R. C., & Hancke, G.P. (2009, September). Driver Fatigue Detection: A Survey. Paper presented at AFRICON 2009, Nairobi, Kenya. D.A. de Vaus. (2002). Survey in Social Research (%th ed., pp. 259). New South Wales: Allen and Unwin Dawson, Drew, Searle, Amelia K., & Paterson, Jessica L. (2014). Look before you (s)leep: Evaluating the use of fatigue detection technologies within a fatigue risk management system for the road transport industry. Sleep Medicine Review 18. 141-152 Hauke, J., Kossowski, T. (2011). Comparison of Values of Pearson’s and Spearman’s Correlation Coefficients on the Same Sets of Data Jagnnath, M., Balasubramanian, Venkatesh. (2014). Assessment of early onset of driver fatigue using multimodal fatigue measures in a static simulator. Applied Ergonomics 45. 1140-114 hubungan dengan variabel-variabel lain hanya sedikit yang signifikan. 5.2 Saran Penulis ingin memberikan saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu: a. Penelitian kelelahan pengemudi dapat dikembangkan dengan menggunakan alatalat lain seperti sEMG, b. Penambahan jumlah responden sehingga data yang didapatkan menjadi lebih banyak dan bervariasi. c. Penelitian menggunakan durasi yang lebih panjang, misalnya 3 jam atau lebih. d. Penelitian dilakukan pada responden dengan rentang usia yang berbeda, misalnya di atas 25 tahun. e. Penelitian dilakukan pada rentang waktu yang berbeda, misalnya di atas pukul 18.00 Johns, W., Murray.(2009). What is Excessive Daytime Sleepiness. Chapter 2 Kristanto, Aris. (2013).“Kajian Faktor-Faktor Resiko yang berhubungan dengan Kelelahan Pengemudi Truk Trailer di PT AMI TH 2012” Nawari. 2010. Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Niels Galley, R.S. (2003). Blink Parameter as Indicators of Driver’s SleepinessPossibilities and Limitations. R Schleider, N.G. (2008). Blinks and Saccades as Indicators of Fatigue in Sleepiness Warnings Looking Tired ? Ergonomics, 51, 982-1010. Safety-Queensland, C.F. (2011). State of The Road: Fatigue-A Fact Sheet. Queensland Sagberg, F.E. (2004). Fatigue, Sleepiness and Reduced Alertness as Risk Factors in Driving. Institute of Transports Economics. Sargent, C., Darwent, D., A.F., Sally, D.R., Gregory. (2012). Can a simple balance task be used to assess fitness for duty? Schleicher, R., Galley, N., Briest, S., & Galley, L. (2008). (2008). Blinks and saccades as indicators of fatigue in sleepingness warnings: looking tired?. Ergonomics Vol. 51 No. 7, 982-1010 Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014 Smolensky, M. H., Milia, L.D.,Ohayon, M.M., & Philip, P. (2011). Sleep disorders, medical conditions, and road accident risk. Accident Analysis & Prevention, 533-548 Walpole, R.E. (2007). Probability and Statistics for Engineers and Scientists. Pearson Precentice Hall. Pengukuran Pengukuran kelelahan kelelahan aktvitas aktvitas..., ..., Andreas Andreas Aristides Aristides Simandjuntak, Simandjuntak, FT FT UI, UI, 2014 2014