BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus
indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh penduduk adalah peningkatan pelayanan
kesehatan yang didukung oleh sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Rumah
sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat (public services) khususnya
pelayanan kesehatan rujukan yang komprehensif, terpadu dan efisien, serta dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau (Ilyas, 2002).
Kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat modern saat ini semakin kompleks. Hal
ini mendorong pertambahan jumlah rumah sakit. Jumlah rumah sakit di seluruh
wilayah Indonesia saat ini mencapai 2.025, terbagi menjadi rumah sakit milik
pemerintah, swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Angka ini terus
meningkat seiring dengan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Selain penambahan akan jumlah rumah sakit, sistem manajemen yang baik juga
harus diperhatikan demi mencapai “Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia” sesuai
Permenkes No. 659/MENKES/PER/2009 (Revalicha, 2012). Untuk mencapai tujuan
ini, salah satu persyaratan yang diperlukan adalah sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi rumah sakit tersebut. Manajemen sumber daya manusia pada
hakekatnya merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit dan
1
2
sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari seluruh
kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit (Fathoni, 2006). Menghadapi persaingan
global yang ditandai dengan semakin mudahnya investor asing menanamkan
modalnya di bidang kesehatan, maka menjadi sebuah keharusan bagi rumah sakit
untuk mengelola dan menyiapkan sumber daya manusia yang handal, terampil, kreatif,
dan memiliki motivasi yang tinggi. Salah satu sumber daya manusia di dalam
organisasi sebuah rumah sakit yang dituntut untuk bekerja secara profesional demi
memberikan pelayanan yang berkualitas untuk pasien adalah perawat.
Menurut Amelia (2009) rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri
bentuk produknya tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta
pemasaran yang menyatu dengan pemberi pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan
perilaku khusus dalam menghadapi konsumen. Tenaga perawat yang merupakan “the
caring profession” mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikan berdasarkan
pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan
yang dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Perawat selalu dituntut dapat menjadi figur yang dibutuhkan
oleh pasiennya, dapat bersimpati kepada pasien, selalu menjaga perhatiannya, fokus
dan hangat kepada pasien.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga medis, perawat
rentan mengalami kelelahan, baik itu kelelahan fisik maupun kelelahan mental.
Semakin meningkatnya tuntutan tugas yang dihadapi oleh perawat, maka risiko untuk
terjadinya kelelahan semakin tinggi. Berdasarkan hasil survei dari PPNI tahun 2006,
sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi di Indonesia mengalami
3
kelelahan, stres kerja, sering pusing, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu
tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai (Rachmawati, 2008).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Vilia dan Larasati (2013) pada perawat
di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung didapatkan
perawat di instalasi rawat inap mengalami kondisi sangat lelah. Sedangkan penelitian
Fatona (2015) pada perawat rawat inap di RS PKU Aisyiyah Boyolali didapatkan
tingkat kelelahan tertinggi dialami oleh perawat pada shift malam. Begitu pula hasil
penelitian Widyasari (2010) pada perawat di Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta, dari
30 perawat yang diteliti, 22 perawat (73,33%) mengalami kelelahan.
Kelelahan kerja yang dialami oleh perawat dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan masa kerja. Sedangkan faktor eksternal diantaranya beban kerja fisik maupun
mental, waktu istirahat, shift kerja, dan lingkungan kerja (Setyawati, 2010). Salah satu
faktor yang menarik untuk diteliti adalah beban kerja mental. Beban kerja mental pada
perawat meliputi observasi pasien selama pasien tersebut dirawat, banyaknya
pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien, pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan,
tuntutan keluarga untuk kesehatan dan keselamatan penderita, harapan manajemen
rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas, selalu dihadapkan pada pengambilan
keputusan yang tepat terkait asuhan keperawatan, serta tanggung jawab yang tinggi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dari beberapa jenis tugas yang harus
dilaksanakan oleh perawat tersebut, terlihat bahwa mereka melaksanakan mental task
yang memiliki beban kerja mental yang tinggi, meskipun mereka juga melakukan
tugas-tugas fisik tetapi mental task mereka juga cukup untuk menambah beban kerja
mereka (Rozy, 2011). Hal ini ditambah dengan temuan bahwa selain melakukan
4
asuhan keperawatan ternyata perawat tidak jarang melakukan kegiatan di luar
tanggung jawabnya. Menurut penelitian Sihotang (2012) dimana hampir seluruh
perawat mengerjakan pekerjaan di luar tugas pokok dan fungsi asuhan keperawatan,
seperti melakukan pekerjaan mengambil diet makanan di dapur, menyajikan makanan
keruangan pasien, melakukan penulisan resep, menyapu ruangan, mengepel lantai
ruangan, membersihkan kamar mandi, membersihkan jendela dan sebagainya. Hal ini
menambah beban kerja mental yang dialami oleh perawat. Beban kerja mental yang
melebihi kemampuan perawat dapat menimbulkan kelelahan. Pernyataan ini didukung
oleh penelitian Mubarok (2007) dimana terdapat hubungan yang signifikan antara
kelelahan dengan peningkatan beban kerja mental.
Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta adalah salah satu rumah sakit swasta
terbaik di Indonesia. Rumah sakit ini terletak di Jalan Pantai Indah Utara No. 3 Jakarta
Utara. Berdasarkan review yang ditulis didalam situs Find The Best Indonesia (2015),
Rumah sakit Pantai Indah Kapuk adalah rumah sakit swasta kelas B, dimana mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan sub-spesialis. Rumah sakit ini juga
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Fasilitas kesehatan
maupun penunjang sangat lengkap. Terdiri dari 150 tempat tidur dengan berbagai kelas
hingga ketersediaan dokter umum hingga dokter sub-spesialis yang cukup lengkap.
Pengelolaan manajemen yang profesional membuat rumah sakit ini dipercaya oleh
masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, perawat di rumah sakit Pantai Indah Kapuk ini
tidak terlepas dengan kelelahan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada
perawat bagian instalasi rawat inap didapatkan 3 dari 6 orang yang diwawancarai
merasa kelelahan. Kelelahan ini diakibatkan oleh banyaknya pasien yang ditangani
5
dan merasa beban kerja yang tinggi. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti tentang
pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan pada perawat Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa perawat berisiko untuk
mengalami kelelahan. Kelelahan pada perawat merupakan perasaan kelelahan akibat
dari aktivitas pekerjaan yang dilakukannya meliputi asuhan keperawatan, serta
kegiatan lain di luar tugasnya sebagai perawat. Dari beberapa jenis tugas yang harus
dilaksanakan oleh perawat, terlihat bahwa mereka melaksanakan mental task yang
memiliki beban kerja mental yang tinggi.
Survei pendahuluan yang dilakukan di rumah sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta
pada perawat bagian instalasi rawat inap didapatkan 3 dari 6 orang yang diwawancarai
merasa kelelahan. Kelelahan ini diakibatkan oleh banyaknya pasien yang ditangani
dan merasa beban kerja yang tinggi. Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui dan
meneliti tentang pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan pada perawat
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta Tahun 2016.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan pada perawat
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta Tahun 2016?
1.4
1.4.1
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan pada
perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta Tahun 2016.
6
1.4.2
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran beban kerja mental perawat Instalasi Rawat Inap di
Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta.
b. Mengetahui kejadian kelelahan perawat Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit
Pantai Indah Kapuk Jakarta.
c. Mengetahui distribusi kelelahan berdasarkan karakteristik responden.
d. Mengetahui pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan perawat Instalasi
Rawat Inap di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta.
1.5
1.5.1
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Dapat menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai
pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan.
2. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan
dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya.
1.5.2
Manfaat Praktis
Sebagai review dan perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah di bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja khususnya mengenai produktivitas kerja dimana topik penelitiannya
mengenai pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan pada perawat Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta Tahun 2016.
Download