KELUD, HAWAII, DAN AYAT-AYAT KITAB SUCI Gunung Kelud Orang Indonesia, walau kadang agak berlebihan, banyak yang kreatif, senang mengutak-atik angka. Saat terjadi gempa bumi besar dan tsunami di beberapa wilayah di tanah air, berseliweranlah pesanpesan pendek yang menghubungkan-hubungkan tanggal dan jam kejadian bencana itu dengan nomor surat dan ayat kitab suci. Bahwa peristiwa atau musibah yang sedang terjadi sudah ada di dalam AlQuran. Mereka kutip nama surat serta nomor dan bunyi ayat dimaksud. Pada tanggal 13 Februari 2014 ketika Gunung Kelud di Jawa Timur meletus, datang lagi pesan-pesan melalui SMS, FB, e-mail dan jejeraing social lainnya itu. Di antara pesan yang masuk ke telepon genggam saya, ada juga yang dikirim oleh seorang ustaz. Mengherankan! Para ustaz di daerah (juga di kota) senang menghubungkan-hubungkan berbagai peristiwa alam dengan teks keagamaan. Dicarilah ayat-ayat yang sekiranya cocok dengan musibah yang sedang terjadi. Ini adalah ilmu guthak, gathik, gathuk…mencocok-cocokan. Yang namanya mencocokan, ya dicari yang pas-pas saja. Dan, sekali lagi, kita memang suka bermain dengan angka-angka keramat. Ketika ditanyakan kepada seorang anak SMP, “Berapa tinggi puncak gunung Everest di Himalaya?” Si anak akan sigap menjawab, “Delapan ribu delapan ratus delapan puluh delapan meter!” Lanjutkan dengan, “Berapa jumlah seluruh ayat dalam kitab suci Al-Quran?” “Enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat!” Padahal, tinggi gunung itu tidak pas segitu dan jumlah ayat dalam kitab suci juga tidak demikian. Nah, tatkala gunung Kelud di Jawa Timur meletus, ramai-ramailah orang mereka-reka kaitan antara bilangan tanggal dan jam terjadinya letusan dengan angka-angka dari nomor surat dan ayat kitab suci. Sehubungan dengan letusan Gunung Kelud tersebut beredar pesan nyasar seperti ini: Paling tidak ada dua logika sederhana untuk menyatakan bahwa ini adalah pekerjaan, maaf, orang kurang kerjaan (kalau tidak menyebutkan orang jahil). Pertama, sangat mudah dan bisa dilakukan siapa pun, yakni cek saja tahun-tahun meletusnya gunung ini pada letusan-letusan sebelumnya. Lalu, angka-angka itu, coba cocokkan dengan ayat AlQur’an. Nih, saya kasih Informasi kapan gunung itu pernah meletus. Gunung Kelud, sebelumnya pernah meletus dan lebih dahsyat dari letusan 13 Februari 2014. Letusan-letusan itu terjadi, antara lain, pada tahun-tahun: 2007, 1990, 1966, 1951, 1919, 1901, dan 1586. Pada tahun 1990 sebanyak 57,3 juta meter kubik material vulkanik dimuntahkan. Letusan tahun 1919 memakan korban jiwa 5.160 orang; dan erupsi tahun 1586 menyebabkan 10.000 orang meninggal dunia. Silakan cocok-cocokkan angka-angka tahun meletusnya itu, pasti tidak nyambung! Dan perlu diketahui, di alam ini, ada jutaan gunung. Kok, hebat bener G. Kelud bisa terdaftar di situ! Kedua, ini sebenarnya tidak terlalu sulit juga. Hanya perlu sedikit pengetahuan atau pernah belajar dasar-dasar bahasa Arab yang paling mendasar. Dari ketiga surat yang “diklaim” di atas, yang ditulis pertama dan ketiga hanya ikut-ikutan saja untuk mendukung yang kedua. Jadi, intinya adalah surat yang kedua, di mana di situ didahului dengan “meletus jam 22:49, 22:50, yang ada terjemahnya “…sesungguhnya aku pemberi peringatan kepadamu.” Sengaja saya tebalkan kata”aku” pada terjemah ayat di atas. Mengapa? Di situlah terletak tanda kejahilan penulis atau pengedar pesan tersebut. Tentu ia menyangka “aku” di situ adalah Allah. Salah fatal! Sejatinya “aku” di situ adalah Rasulullas saw. Nah, bisa syirik lo! Baca dong teks dan konteks ayatnya. Pada ayat tersebut Allah berfirman (kepada Nabi Muhammad saw.), “Qul!” Katakanlah Muhammad. Jika “aku” tersebut adalah Allah, maka Allah berkata kepada dirinya sendiri! Juga, lihat konteks berikutnya di ayat ke-52: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun….” Beberapa kejadian alam, memang direkam atau disinggung dalam Al-Qur’an. Contoh untuk ini adalah ayat yang mengatakan bahwa gunung-gunung itu tidak diam, melainkan bergerak bagaikan awan. Tapi tidak berbicara spesifik mengenai gunung tertentu. Gunung Kelud dan gunung-gunung lainnya di Indonesia dan di negara pun, semuanya bergerak. "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Qur'an, 27:88) Sementara bagian luar, bentuk fisik seluruhnya, gunung-gunung itu bergerak bersama lempeng di mana ia berada; di dalam tubuhnya pun bergejolak energi yang berasal dari perut bumi. Pergerakan bagian dalam tubuhnya ini dikarenakan desakan hot spot yakni batuan dalam bentuk cair-liat (semi solid) dengan temperatur dan tekanan sangat tinggi. Ia bergerak ke atas, ke arah yang bertekanan jauh lebih rendah, mengangkut material bebatuan seperti dulu ketika ia pertama kali terbentuk. Jika energi yang ia keluarkan sangat besar hingga melewati permukaan, terjadilah ledakan atau letusan gunung api. Itu peristiwa alamiah dan tidak perlu mengait-kaitkannya dengan kitab suci. Memang seluruh yang terjadi di dunia ini, apa pun bentuknya, berapa pun besar dan kecil ukuran dan skalanya; semuanya atas kehendak Tuhan. Dan, salah satu dari ilmu Tuhan –yang tidak terhingga itu ada yang khusus mempelajari hal-hal kebumian, baik sifat fisik, kimia, dinamika, dan kandungannya. Lewat ilmu itu Tuhan perintahkan kita untuk mempelajari berbagai peristiwa alam agar menambah keimanan kita kepada-Nya dan untuk mendapatkan manfaat dari apa-apa yang menjadi potensi bumi ini. Ilmu yang mempelajari tentang ini disebut Geologi. Dalam geolologi dikenal teori tektonik lempeng. Bahwa kerak bumi (litosfir) ini mengapung di atas astenosfir yang cair-liat (semi-solid), bertekanan dan temperature sangat tinggi, dan sangat dinamis karena merupakan arus konveksi. Kerak bumi bagaikan perahu yang berlayar di atas air yang senantiasa bergerak, mengakibatkan perahu itu tidak pernah diam. Kerak bumi yang terdari atas lempeng-lempeng ini, satu sama lain, saling berinteraksi. Ada yang saling menumbuk, saling menjauh, atau berpapasan. Tumbukan bisa terjadi antara lempeng benua dengan benua, samudra dengan benua, atau samudra dengan samudra. Lempeng samudra mempunyai densitas yang lebih besar dari lempeng benua. Karenanya, lempeng samudra menyusup ke dalam lempeng benua. http://electroplatetectonics.weebly.com/ Diagram tektonik lempeng dan bagian-bagian dari lempeng samudera dan lempeng benua (1). Lempeng samudera masuk ke dalam lempeng benua. Terlalu detail kalau dijelaskan di sini. Ketika lempeng samudra masuk semakin dalam ke bawah permukaan bumi, karena temperatur dan tekanan yang sangat tinggi menyebabkan bagian astenosfir di area di mana terjadi tumbukan, menerobos ke atas membentuk dapur magma. Magma kemudian naik ke atas, temperatur menurun menjadi dingin dan padat di bawah permukaan tanah. Ketika terjadi erosi padanya, tubuh batuan ini muncul di permukaan. Sebagian tubuh batuan itu ada yang mencapai permukaan bumi, bererupsi, meletus membentuk tubuh pegunungan. Setiap saat, lava dan abu vulkanik naik ke atas membentuk lapisan-lapisan batuan vulkanik. Apabila suplai energi dari astenosfir ke magma terus bergerak dan terakumulasi, maka suatu saat enegri itu akan dikeluarkan berupa letusan gunung berapi. Itulah yang terjadi pada Gunung Kelud. Kepulaun Hawai –Bukti nyata gunung-gunung itu bergerak Hawai terbentuk oleh rangkaian pegunungan. Ketika gunung yang satu terbentuk dan kemudian kerak bumi di mana ia berpijak bergerak ke arah baratlaut dan gunung itu mati, terbentuk lagi gunung berikutnya. Lalu, gunung itu bergerak lagi bersama lempeng samudranya ke baratlaut. Begitu terus menerus, dan membentuk rangkaian pegunungan yag indah. Semakin ke arah tenggara, semakin muda umur batuan penyusun gunung-gunung itu, dan sebaliknya. http://electroplatetectonics.weebly.com/ Gunung yang sekarang berlokasi di bagian utara (baratlaut) dahulunya berada di bagian selatan (tenggara), mereka maju satu persatu seperti itik yang maju berbaris tertib. http://electroplatetectonics.weebly.com/ Perhatikan arah pergerakan dan umur pasti gunung-gunung tersebut. Untuk lebih detailnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini. Jika gerakan awan diukur oleh alat atau ilmu meteorologi-geofisika dan bisa dilihat saat ini juga, karena skala gerakannya dapat dengan mudah diamati oleh mata kita; maka gerakan gunung-gunung bisa dibaca dengan kaca mata geologi. Kalau pergerakan awan dalam satuan waktu yang sangat kecil, dari bulan, hari, jam, menit, hingga detik; maka gerakan pegunungan adalah dalam skala yang sangat besar jutaan tahun! Pergerakan lempeng-lempeng benua dan samudera adalah antara 1 hingga 15 centimeter dalam setahun, atau rata-rata sekitar 7 centimeter pertahun. Jadi, tidak bisa kita tongkrongi pergerakannya. Tapi Allah merekamnya di dalam kitab suci bahwa benda-benda yang kokoh itu bergerak. Manusia kemudian menemukan dan membuktikan bahwa gunung-gunung itu benar-benar bergerak! http://electroplatetectonics.weebly.com/ Ratusan atau ribuan gunung pada gambar di atas, yang saat ini berada di bagia utara; asalnya mereka dari bagian selatan. Gunung-gunung itu bergerak ke bagian utara atau arah baratlaut sesuai pergerakan lempeng samudra di mana mereka berada. Perhatikan angka-angka yang menunjukan usia batuan penyusun gunung-gunung tersebut. Itu adalah bukti nyata bahwa gunung-gunung tersebut bergerak. Mereka “lahir” di tenggara; lalu “pindah” ke baratlaut. Terbentuk di tenggara, bergerak ke baratlaut. Gunung-gunung yang lahirnya belakangan (di tenggara), umurnya akan lebih muda dari yang di baratlaut. Gunung-gunung itu benar-benar bergerak sebagaimana jalannya awan. Banyak peristiwa alam -bahkan hal seperti peperangan suatu negara dan siapa yang akan menang- ada yang direkam dalam Al-Qur’an (surat Ar-Ruum). Tetapi, hendaknya kita tidak serampangan menggunakan ayat-ayat kitab suci untuk kepentingan mendukung pendapat kita akan suatu perkara. Juga, jangan suka mengutak-atik angka, mereka-reka. Bisa berbahaya! Lain halnya dengan teori-teori yang ditemukan oleh para ahli di bidangnya, bidang apa pun. Mereka telah melakukan penelitian yang seksama. Sehingga ketika lahir suatu rumus, aksioma, atau teori mengenai sesuatu yang berhubungan dengan alam, itu adalah hasil maksimal yang mereka dapatkan. Bisa benar, bisa kurang tepat. Itu adalah merupakan pendekatan yang bisa dilakukan manusia dalam mempelajari ilmu Tuhan dan berusaha memahaminya. Yang mutlak benar hanyalah Tuhan dan kitab sucinya. Seperti halnya teori tektonik lempeng (plate tectonic), ia merupakan hasil pembelajaran yang lama dan mendalam. Paling tidak, hingga sekarang, itulah teori yang paling dekat untuk menerangkan berbagai gejala kebumian. Dasar-dasar pembenar untuk teori ini dikenal luas oleh semua geologiawan di seluruh dunia. Dengan tektonik lempeng, kita bisa memahami mengapa batuan penyusun gununggunung/pulau-pulau di Hawaii itu semakin ke arah baratlaut semakin muda umurnya. Umur batuan secara pasti dapat diukur dengan pengukuran radio aktif. Karena jasa ilmu dan ilmuwan ini, kita bisa banyak terbantu dalam belajar memahami yang tertulis di kitab suci. Saya menganjurkan kepada teman-teman yang rajin mengaji dan para mubalig atau ustaz yang suka ceramah di mana-mana, apabila menyaksikan fenomena alam, mohon untuk tidak mudah mengait-ngaitkannya dengan kitab suci. Kemampuan seseorang sangat terbatas. Masing-masing bidang ada ahlinya. Kalau suatu ayat berbicara tentang bulan, bintang, dan matahari; tanyalah kepada kawan-kawan dari Astronomi. Apabila ingin tahu unsur-unsur dan senyawa apa saja yang ada di makanan, pepohonan, dan benda-benda lainnya; datanglah ke ahli kimia. Apa itu radio aktif, tanyalah mereka. Jika Al-Qur’an menyinggung hal tanaman, binatang, dan makhluk hidup lainnya; diskusilah dengan orang Biologi. Kalau kitab suci menceritakan organ tubuh dan fungsifungsinya, tanyalah para dokter. Dan, jika ayat Al-Qur’an menyampaikan hal kejiwaan; konsultasilah dengan psikolog atau …jangan-jangan, perlu ke psikiater! Salam, jr Bahan tulisan bersumber, terutama, dari Donald B. MacGowan: The Geologic History of the Hawaiian Islands dalam www.plaxo.com/profile; Dr. Gary A. Glatzmaier - Los Alamos National Laboratory - U.S. Department of Energy dalam http://electroplatetectonics.weebly.com; juga http://volcanoes.usgs.gov/about/edu/dynamicplanet/nutshell.php: Plate Tectonics in A Nutshell.