implikasi etis dari teknologi informasi

advertisement
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
IMPLIKASI ETIS DARI TEKNOLOGI INFORMASI
( SISTEM KOMPUTERISASI ) DI DALAM CORPORATE/BUSINESS
Oleh : S u b c h a n
Abstrak
Moral, etika, dan hukum, semua mengatur perilaku kita. Moral memiliki
sejarah dan ada dalam bentuk peraturan-peraturan Etika, di lain pihak
terutama dipengaruhi oleh masyarakat kita dan dapat berbeda dari satu
masyarajat dengan masyarakat lainnya. Hukum ada dalam bentuk tertulis dan mewakili perilaku yang diharapkan oleh penguasa berdaulat.
Moral, etika, dan hukum sangat dibutuhkan di dalam menetapkan budaya
etika di dalam teknologi informasi/sistem komputerisasi di dalam corporate/business. Etika komputer mengharuskan Chief Information Officer
(CIO) untuk waspada pada implikasi etis dari teknologi informasi terutama
etika penggunaan komputer dan menempatkan kebijakan yang memastikan kepatuhan pada budaya etika. CIO dan manajer-manajer lain serta
semua karyawan yang menggunakan komputer harus ikut bertanggung
jawab atas implikasi etis di dalam organisasi corporate/business.
Kata kunci : Moral, etika, hukum, budaya etika, teknologi informasi, komputerisasi.
Chief Information Officer (CIO).
I.PENDAHULUAN.
Teknologi informasi yang berkembang di akhir decade abad ke 20 mentransformasi
masyarakat dan bisnis dalam menciptakan problem etis baru. Menurut Manuel G. Velasquez
(2005 : 23), yang paling mencolok diantara perkembangan teknologi informasi dalam
pelanggaran etika adalah sistem komputerisasi, terutama yang terkait dengan perkembangan
software dan hardware.
Sekarang terdapat perhatian yang lebih besar pada etika dalam penggunaan komputer.
Masyarakat secara umum memberikan perhatian terutama karena kesadaran bahwa komputer
dapat mengganggu hak privasi individu. Dalam dunia bisnis, salah satu alasan utama terhadap
perhatian tersebut adalah pembajakan perangkat keras dan perangkat lunak yang semakin
semarak. Namun subyek etika komputer lebih dalam daripada masalah privasi dan pembajakan.
Itu karena komputer adalah peralatan sosial yang penuh daya, yang dapat membantu atau
mengganggu mayarakat dalam banyak cara. Semua tergantung pada cara penggunaannya.
Dampak sosial dari komputer dalam konteks etika, yaitu bagaimana komputer seharusnya
digunakan untuk kebaikan masyarakat. Mengapa etika komputer sangat penting dalam dunia
bisnis. Karena itu di dalam bisnis/perusahaan, perlunya manajemen puncak menetapkan budaya
etika secara menyeluruh di semua aktivitasnya. Budaya ini menyediakan kerangka kerja etika,
seperti halnya kode etik dari berbagai asosiasi professional di bidang teknologi informasi/sistem
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
informasi, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip etika bisnis secara umum (Sonny Keraf,
1998 dalam Sukrisno Agoes: 2009:127)
Etika mempengaruhi bagaimana para spesialis teknologi informasi melaksanakan tugas
mereka dengan baik. Adalah tanggung jawab CIO di dalam perusahaan untuk mencapai etika
pada sistem yang dibuat dan pada orang-orang yang membuatnya. Untuk memenuhi tanggung
jawab ini CIO dapat mengikuti strategi yang terencana baik. Semua kembali pada pertanyaan diri
kita sendiri.
Pemahaman serta kesadaran untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip
etika secara umum sangat diperlukan, khususnya etika dalam mengaplikasikan program-program
komputer. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah revitalisasi nilai-nilai etis untuk
melengkapi norma-norma hukum yang mengatur penggunaan teknologi informasi (sistem
komputerisasi). Mengapa hal ini harus dilakukan, karena para manajer corporate/business
memberi perhatian yang semakin besar pada manajemen informasi selama beberapa tahun
terakhir ini dengan dua alasan utama. Pertama, kegiatan bisnis telah menjadi semakin rumit.
Kedua, komputer dalam perkembangannya telah mencapai kemampuan yang semakin baik.
(Reymond Mc Leod, Jr., 2001:5).
II. PERMASALAHAN.
Apa yang perlu diperhatikan di dalam implikasi etis dari teknologi informasi (sistem
komputerisasi) di dalam corporate/business, dan perlu pembahasan lebih lanjut adalah:
a. Perlunya perhatian terhadap moral, etika, dan hukum.
b. Perlunya menegakkan budaya etika.
c. Perhatian terhadap etika dan jasa informasi.
d. Perhatian terhadap hak sosial dan komputer.
e. Perhatian terhadap kontrak sosial jasa informasi.
f. Bagaimana CIO memperhatikan etika.
III. PEMBAHASAN.
A. PERLUNYA PERHATIAN TERHADAP MORAL, ETIKA, DAN HUKUM.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita dihadapkan oleh banyak pengaruh, baik pengaruh
yang positif maupun pengaruh negatif. Sebagai warga masyarakat yang berkesadaran sosial
tinggi, kita ingin melakukan apa yang benar secara moral, etika, dan menurut hukum. Karena itu
bagaimana moral diterapkan, bagaimana etika harus dibudayakan, dan bagaimana hukum harus
ditegakkan adalah menjadi komitmen bersama di dalam organisasi perusahaan/bisnis yang
dikelolanya.
Moral, etika, dan hukum, secara universal semua mengatur perilaku kita, demikian juga di
dalam aktivitas organisasi perusahaan/bisnis. Moral memiliki sejarah dan ada dalam bentuk
peraturan-peraturan. Etika di lain pihak, terutama dipengaruhi oleh masyarakat kita dan dapat
berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Sedangkan hukum ada dalam bentuk
tertulis dan mewakili perilaku yang diharapkan oleh penguasa yang berdaulat. Selama tahuntahun pertama era komputerisasi tidak ada hukum yang dirancang untuk menuntut kejahatan
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
komputer. Sebagian besar undang-undang yang dibuat masih belum mengikat kepada
pelanggaran-pelanggaran komputer. Organisasi dalam corporate/business umumnya belum
terlindungi oleh undang-undang komputer dan hanya bergantung pada etika mereka sendiri dan
lingkungan sekitar mereka.
Kasus pertama kejahatan komputer terjadi pada tahun 1966, ketika seorang programmer
pada suatu bank membuat program pengambilan uang di bank dengan sistem komputerisasi.
Namun program tersebut tidak dapat menunjukkan bahwa pengambilan uang dari rekeningnya
telah melampaui saldo, hal ini menimbulkan kerugian yang besar bagi bank.
Programer tersebut tidak dituntut melakukan kejahatan komputer, atau pelanggaran etika
komputer, karena kode etiknya dan peraturan hukumnya belum ada. Sebaliknya, programmer itu
dituntut membuat entry palsu dicatatan bank.
Atas dasar pengalaman itulah maka Amerika Serikat menetapkan peraturan komputer pada tahun
1966, dengan Freedom of Information Act of 1966. (Reymond Mc. Leod, Jr.: 2001:115).
Semenjak itulah berkembang terus peraturan-peraturan tentang penggunaan komputer sebagai
kode etik dan hukum di Amerika Serikat. Kemudian berkembang juga peraturan-peraturan
tentang penggunaan komputer di berbagai Negara sampai dengan sekarang, yang dijadikan
sebagai kode etik dan hukum di dalam sistem komputerisasi.
Bagaimana menempatkan moral, etika, dan hukum dalam perspektif bisnis, terutama di
dalam penggunaan sistem komputerisasi. Penggunaan komputer dalam perusahaan/ bisnis harus
diarahkan pada nilai-nilai moral, dan etika dari para manajer, spesialis informasi dan pemakai,
dan juga pada hukum-hukum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan arahan Caux Round (dalam
Sukrisno Agoes :2009:126), bahwa prinsip-prinsip di dalam etika bisnis harus mengacu pada;
a. Tanggung jawab bisnis dari Shareholders ke Stakeholders.
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dalam Bisnis; memperhatikan inovasi, keadilan.
c. Perilaku Pebisnis, dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya.
d. Sikap menghormati aturan dan etika profesi yang ditetapkan.
e. Sikap menghormati lingkungan.
f. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis.
Tetapi dalam kenyataan di lapangan, penggunaan sistem komputerisasi masih banyak
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, yang notabene melanggar etika, moral, dan hukum.
B. PERLUNYA BUDAYA ETIKA.
Pendapat secara luas yang terdapat dalam perusahaan/bisnis adalah bahwa perusahaan
mencerminkan kepribadian pemimpinnya. Banyak perusahaan berpengaruh sedemikian rupa
pada organisasi mereka, sehingga masyarakat cenderung memandang perusahaan tersebut
sebagai pribadi pemimpin itu sendiri.
Hubungan antara pimpinan dengan perusahaan merupakan dasar budaya etika. Maka jika
perusahaan harus etis, maka manajemen puncak harus etis dalam semua tindakan dan katakatanya. Manajemen puncak memimpin dengan memberi contoh. Perilaku ini adalah budaya
etika. Manajemen puncak menetapkan budaya etika dengan cara dari atas ke bawah. Diawali dari
menetapkan credo perusahaan, kemudian menetapkan program etika, kemudian menetapkan
kode etik perusahaan sebagai budaya etika.
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
Bagaimana budaya etika diterapkan ?. Ini adalah pertanyaan yang harus kita jawab sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan komitmen di dalam organisasi perusahaan/bisnis.
Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar di seluruh
organisasi perusahaan, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua pegawai yang ada. Para
eksekutif mencapai penerapan ini melalui metode tiga lapis, yaitu dalam bentuk corporate credo,
ethics program, dan kode ethics khusus perusahaan .(Reymond Mc.Leod Jr.:2001:116)
C. ETIKA KOMPUTER DAN JASA INFORMASI.
Apakah Etika Komputer itu ?
James H. Moor, Profesor di Darmouth, (Dalam Reymond MC.Leod Jr.:2001:118)
mendefinisikan etika komputer sebagai analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi
komputer, serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi tersebut secara
etis. Karena itu, etika komputer terdiri dari dua aktivitas utama dan manajer harus bertanggung
jawab atas aktivitas tersebut. Manajer harus;
(1) waspada dan sadar bagaimana komputer
mempengaruhi masyarakat, dan (2) harus berbuat sesuatu dengan memformulasikan kebijakankebijakan yang memastikan bahwa teknologi komputer tersebut digunakan secara tepat. Para
manajer puncak harus bertanggung jawab atas etika komputer.
Keterlibatan seluruh pegawai di dalam perusahaan merupakan keharusan mutlak di dalam enduser computing saat ini. Semua manajer di semua bidang bertanggung jawab atas penggunaan
komputer yang etis di bidang mereka masing-masing. Selain manajer, setiap pegawai
bertanggung jawab atas aktivitas mereka yang berhubungan dengan komputer.
Apa alasan pentingnya Etika Komputer itu ?
James H. Moor, menyatakan ada tiga alas an utama atas minat masyarakat yang tinggi pada etika
komputer. Ia menyebut alasan-alasan tersebut sebagai; kelenturan logis (logical malleability),
factor transformasi dan factor tak kasat mata (invisibility factors).
Kelenturan logis (logical malleability).
Yang dimaksud adalah kemampuan memprogram komputer untuk melakukan apapun yang
diinginkan. Komputer bekerja tepat seperti yang diinstruksikan oleh programernya. Kelenturan
logika inilah yang sebenarnya menakutkan masyarakat. Masyarakat sebenarnya tidak takut
terhadap komputer. Sebaliknya masyarakat takut terhadap orang-orang yang memberi perintah di
belakang komputer.
Faktor Transformasi.
Alasan kepedulian pada etika komputer ini didasarkan pada fakta bahwa komputer dapat
mengubah secara drastis cara kita melakukan sesuatu. Kita dapat melihat transformasi tugas yang
sama pada semua jenis perusahaan. Contoh yang menonjol adalah surat elektronik (e-mail).
E-mail merupakan cara komunikasi yang baru, cepat sesuai dengan aslinya. Masih banyak
bentuk-bentuk transformasi lain dengan sistem komputerisasi.
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
Faktor Tak Kasat Mata
Alasan ini oleh masyarakat, adalah karena komputer dipandang sebagai suatu kotak hitam.
Semua operasi internal komputer tersembunyi dari penglihatan. Operasi internal yang tidak
tampak ini membuka peluang pada nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat, perhitungan
rumit, dan memungkinkan penyalahgunaan yang tidak terlihat.
D. HAK SOSIAL DAN KOMPUTER.
Masyarakat memiliki hak-hak tertentu berkaitan dengan penggunaan komputer. Hak ini
dapat dipandabg dari segi komputer atau dari segi informasi yang dihasilkan komputer.
Komputer merupakan peralatan yang begitu penuh daya, sehingga tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Menurut Deborah Johnson, (Dalam Reymond Mc.Leod Jr.:2001:120) yakin bahwa
masyarakat memiliki hak atas akses komputer, spesialis komputer, dan pengambilan keputusan
komputer. Hak atas komputer apabila di jabarkan adalah:
-Hak atas akses komputer.
-Hak atas keahlian komputer.
-Hak atas spesialis komputer.
-Hak atas pengambilan keputusan komputer.
Sedangkan Hak atas Informasi, meliputi;
-Hak atas privasi.
-Hak atas akurasi.
-Hak atas kepemilikan.
-Hak atas akses.
E. KONTRAK SOSIAL JASA INFORMASI.
Menurut Mason, (Dalam Reymond Mc.Leod Jr.:2001:121) yakin bahwa untuk memecahkan
permasalahan etika komputer, jasa informasi harus masuk ke dalam suatu kontrak sosial yang
memastikan bahwa komputer akan digunakan untuk kebaikan sosial. Jasa informasi membuat
kontrak tersebut dengan individu dan kelompok yang menggunakan atau yang dipengaruhi oleh
output informasinya.
Kontrak tersebut menyatakan bahwa:
-Komputer tidak akan digunakan dengan sengaja untuk mengganggu privasi seseorang.
-Setiap ukuran akan dibuat untuk memastikan akurasi pemrosesan komputer.
-Hak milik intelektual akan dilindungi.
-Komputer dapat diakses masyarakat sehingga terhindar dari ketidak tahuan informasi.
Singkatnya masyarakat jasa informasi harus bertanggung jawab atas kontrak sosial yang timbul
dari sistem yang dirancang dan diterapkannya.
F. BAGAIMANA CIO MEMPERHATIKAN ETIKA.
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
Perilaku CIO dipengaruhi oleh sejumlah factor. Faktor-faktor tersebut ada dalam hirarki
organisasi CIO, seperti; hukum, budaya etika perusahaan, kode etik profesi, tekanan pribadi dan
tekanan sosial. Yang memberikan pengaruh terbesar adalah hukum diikuti oleh budaya etika
perusahaan dan kode etik professional. Sedangkan tekanan sosial bisa berasal dari orang atau
kelompok di luar perusahaan, dan tekanan pribadi yang mungkin dari dalam perusahaan.
Seberapa baik etika CIO bertahan pada pengaruh faktor-faktor ini ?.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Scott J.Vitell dan Donald L Davis, dua Profesor dari
University of Mississippi, (Dalam Reymond Mc.Leod Jr.:2001:125), mengumpulkan data
penelitian dari 61 profesional Sistem Informasi Manajemen (SIM), mulai dari programmer
hingga manajer SIM. Data hasil penelitian menggambarkan bagaimana etika mempengaruhi
kinerja manajer, sesuai persepsi manajer dan bawahannya.
Memanfaatkan Kesempatan untuk Bertindak Tidak Etis.
Di sejumlah perusahaan, banyak kesempatan bagi CIO untuk bertindak tidak etis, namun ada
perasaan lebih kuat untuk bertindak etis, Ini berarti banyak CIO berusaha bertindak etis, walau
kesempatan bertindak tidak etis itu ada.
Etika Membuahkan Sukses.
Etika menghubungkan keberhasilan bagi CIO. Hasil riset menunjukkan bahwa CIO yang
berhasil adalah yang berperilaku etis. Manajer yang berhasil adalah yang tidak menyembunyikan
informasi, transparan, tidak menjelekkan pesaing, tidak mencari kambing hitam, atau mengambil
pujian yang bukan haknya. Jawaban-jawaban ini menunjukkan bahwa CIO dan manajer lain
menciptakan budaya etika.
Perusahaan dan Manajer memiliki Tanggung Jawab Sosial.
Dari hasil riset menunjukkan bahwa manajer sering harus mendahulukan tanggung jawab
mereka pada masyarakat daripada tanggung jawab mereka pada perusahaan, dan baik perusahaan
maupun manajer memiliki tanggung jawab sosial yang melebihi tanggung jawab pada
perusahaan/para pemegang saham.
Manajer Mendukung Keyakinan Etika Mereka dengan Tindakan.
Para spesialis informasi yakin bahwa manajemen puncak di perusahaan mereka telah
menyatakan tidak dapat mentolerir perilaku tidak etis dan akan mengambil tindakan terhadap
yang melanggar standar etika tersebut.
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa terdapat etika yang
mendukung di banyak perusahaan dan CIO-nya tampak sebagai teladan yang baik.
Rencana Tindakan untuk Mencapai Operasi Komputer yang Etis.
Donn Parker, (Dalam Reymond Mc.Leod Jr.:2001:121) menyatakan agar CIO mengikuti
rencana 10 langkah dalam mengelompokkan perilaku dan menetapkan standar etika dalam
perusahaan.
10 langakah tersebut adalah :
1. Formulasikan suatu kode perilaku.
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
2. Tetapkan aturan prosedur yang berkaitan dengan penggunaan jasa komputer untuk
pribadi dan hak milik atas program dan data komputer.
3. Jelaskan sangsi yang akan diambil terhadap pelanggaran etika.
4. Kenali perilaku etis.
5. Fokuskan perhatian pada etika melalui program-program, pelatihan dan bacaan yang
disyaratkan.
6. Promosikan UU kejahatan komputer dengan memberikan informasi kepada para
karyawan perusahaan.
7. Simpan catatan formal yang menetapkan pertanggungjawaban tiap spesialis informasi
untuk semua tindakannya, dan kurangi pelanggaran dengan program audit etika.
8. Dorong penggunaan program-program rehabilitasi yang memperlakukan pelanggar
etika.
9. Dorong partisipasi dalam perkumpulan professional.
10. Berikan contoh etika.
Untuk mencapai keberhasilan, 10 langkah Parker tampak sangat rasional untuk diikuti oleh
CIO dan perusahaan manapun. Merumuskan kode etik dalam penggunaan sistem komputerisasi
dalam praktek corporate/business tidaklah mudah karena dihadapkan pada faktor-faktor
lingkungan, karena itu sangat dibutuhkan komitmen bersama.
IV. KESIMPULAN.
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan terkait dengan hal-hal yang berkaitan dengan
implikasi etis yang ada di dalam corporate/business, sebagai berikut :
1. Organisasi dalam corporate/business dalam penggunaan teknologi informasi/sistem
komputerisasi umumnya belum terlindungi oleh undang-undang komputer dan hanya
bergantung pada etika mereka sendiri dan lingkungan sekitar mereka.
2. Para eksekutif menekankan budaya etis pada organisasi mereka dalam metode tiga lapis
yang meliputi; menetapkan credo etika, membuat program-program etika, dan
menyesuaikan kode etik untuk corporate/business mereka sendiri.
3. Etika komputer, mengharuskan CIO untuk waspada pada etika penggunaan komputer dan
menempatkan kebijakan yang memastikan kepatuhan pada budaya etika. Manajermanajer lain di bawah CIO dan semua pegawai yang menggunakan komputer atau yang
terpengaruh oleh komputer turut bergabung dan mendukung CIO dalam tanggung jawab
penggunaan komputer.
4. CIO dapat menerapkan program-program etika komputer dengan mengikuti rencana
tindakan langkah-langkah yang diperlukan.
5. Sangat dibutuhkan komitmen bersama dalam merumuskan kode etik dalam penggunaan
sistem komputerisasi dalam praktek corporate/business.
DAFTAR PUSTAKA.
A Sonny Keraf,DR, (2006): Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Edisi Baru, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
STIE DHARMAPUTRA SEMARANG
DHARMA EKONOMI – NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013
Denning, Dorothy E (1996), Communications And Information System, Edisi Bahasa
Indonesia, Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
Manuel G. Velasquez (2005): Etika Bisnis, Konsep dan Kasus, Edisi 5, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Reymond Mc.Leod, Jr. (2001): Sistem Informasi Manajemen, Jilid I, Edisi Ketujuh, Penerbit
Prenhallindo, Jakarta.
Sukrisno Agoes dan I Centik Ardana,(2009): Etika Bisnis Dan Profesi, Tantangan
Membangun manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Download