UJI KADAR PROTEIN DAN LEMAK PADA KEJU KEDELAI dengan

advertisement
UJI KADAR PROTEIN DAN LEMAK PADA KEJU KEDELAI
dengan PERBANDINGAN INOKULUM Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis yang BERBEDA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun Oleh:
SRI WAHYUNI
A 420 050 028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
PERSETUJUAN
UJI KADAR PROTEIN DAN LEMAK PADA KEJU KEDELAI
dengan PERBANDINGAN INOKULUM Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis yang BERBEDA
Oleh:
SRI WAHYUNI
A 420 050 028
Disetujui untuk Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. Hj. Tuti Rahayu, M.Pd.
Triastuti Rahayu, S.si.M.Si.
Tanggal: 5 Juni 2008
PENGESAHAN
UJI KADAR PROTEIN DAN LEMAK PADA KEJU KEDELAI
dengan PERBANDINGAN INOKULUM Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis yang BERBEDA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal: 28 Mei 2009
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji:
1. Dra. Hj. Tuti Rahayu, M.Pd.
(
)
2. Triastuti Rahayu, S.Si.M.Si.
(
)
3. Drs. Djumadi, M.Kes.
(
)
Surakarta,
Juni 2009
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Dekan,
Drs. H. Sofyan Anif, M.Si
NIK.547
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidak benaran
dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Surakarta, 28 Mei 2009
SRI WAHYUNI
A 420 050 028
PERSEMBAHAN
KARYA SEDERHANA INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA:
♦ CAHAYA KALAMUALLAH YANG BERADA DALAM
HATIKU, YAITU ALLAH SWT. ENGKAU YANG TELAH
MEMBERI KENIKMATAN HATI SERTA MEMBOLAKMEMBOLAKBALIKAN DHOHIRIYAH DAN BATIHINNYAH HATI,
TETAPKANLAH HATI INI ATAS ISLAM, IMAN DAN
IHSAN DENGAN PENERANG CAHAYA YANG SUCI.
♦ IBU, IBU DAN
DAN IBU TERSAYANG TERIMA KASIH ATAS
DO’A
YANG
SETIAP
HARI
MEMINTA
KATA
KALAMUALLAH, ATAS SEMANGAT DALAM SETIAP
SENYUMMU, PERHATIAN
PERHATIAN DALAM MEMBERI NASEHAT,
DAN ATAS SEGALASEGALA-GALANYA YANG TERUNGKAP
DALAM KATA KEIKHLASAN.
♦ AYAH TERCINTA TERIMA KASIH ATAS SETIAP KELUH
KESAH YANG TERCURAH, HINGGA DAPAT KURAIH
ASA DAN CITACITA-CITA.
♦ ADIKKU’BOMBOM” TERIMA KASIH ATAS KECERIAAN ,
CANDA DAN TAWA. INGATLAH BELAJAR DALAM
MEMAHAMI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. KARENA
ENGKAU SUDAH DEWASA.
♦ SESEORANG YANG MENJADI RAHASIA ILAHI DAN
RAHASIA HATI.
♦ SAHABA
SAHABAT-SAHABTKU TERIMA KASIH ATAS HARIHARIHARI YANG INDAH TERANGKAI DALAM TALI
PERSAUDARAAN DENGAN KEKELUARGAAN
KEKELUARGAAN KECIL
YANG HARMONIS DAN SEJAHTERA.
♦ TERIMA KASIH ALMAMATERKU.
MOTTO
“TIDAK ADA DAYA DAN UPAYA SELAIN DENGAN IZIN ALLAH
SWT”
“…ALLAH AKAN MENINGGIKAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN
DIANTARAMU DAN YANG DIBERI ILMU DENGAN
BEBERAPA DERJAT ….”(Q.S. AL-MUJADALAH:11)
“……..SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ADA KEMUDAHAN
DIKEMUDIAN HARI…………” (Q.S. AL-INSYIRAH:5)
“………..BARANG SIAPA MENEMPUH SUATU JALAN UNTUK
MENCARI ILMU, MAKA ALLAH SWT AKAN MEMUDAHKAN
BAGINYA JALAN MENUJU KESURGA…..” (H.R. MUSLIM)
“…………SESUNGGUNYA ALLAH SWT MENYERTAI ORANG-ORANG
YANG BERTAKWA, DAN OARANG-ORANG YANG BERBUAT
KEBAJIKAN……” (Q.S. AN-NAHL:128)
SESEORANG OPTIMIS MELIHAT KESEMPATAN DISETIAP
KESULITAN, SEORANG PESIMIS MELIHAT KESULITAN DALAM
SETIAP KESEMPATAN …….(PENULIS)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad, hidayah, inayah,
dan karunia-Nya. Sholawat salam penulis haturkan kepada beliau baginda Nabi
Agung Muhammad SAW dan cahaya alqur’an yang memberikan ketenangan batin
pada penulis, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik.
Dalam skripsi ini penulis mengambil judul” UJI KADAR PROTEIN DAN
LEMAK PADA KEJU KEDELAI dengan PERBANDINGAN INOKULUM
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang BERBEDA “, sebagai
salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari bahwa hasil penyusunan skripsi ini telah melibatkan
banyak pihak yang telah meluangkan waktunya, memberikan bantuan, untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Tuti Rahayu, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi yang telah menyetujui permohonan skripsi , sekaligus Pembimbing I
skripsi yang telah membantu meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan dan memberi pepatah untuk keberhasilan skripsi yang penulis
dibuat.
2. IbuTriastuti Rahayu, S.Si.M.Si, selaku Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu, membimbing dan mengarahkan hingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djumadi , M.Kes, selaku Pembimbing Akademik dan Penguji
Skripsi yang telah ikhlas, memberi pengarahan, bimbingan dan meluangkan
waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Siti Mardiyah, selaku pembimbing praktikan di Laboratorium Fakultas
Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta terima kasih telah
membantu, membimbing dalam praktikan untuk menyelesaikan penelitian
dengan eksperimen.
5. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi terima kasih telah
menjadi pengganti orang tua bagi penulis selama menimbang ilmu dibangku
kuliah Universitas Muhammadiyah Surakarta tercinta ini.
6. Hikmah” Crew: D’Heny, D’Nur, D’April, D’Ika, D’Azizah, D’ Nana, D’Nina,
D’ Nunung, D’Kiki, D’ Nindi, D’Itut, D’Ima, D’Ratna, D’Lina, D’Jesica,
D’Rosita, D’Dwi terima kasih telah mewarnai hidupku didalam keluarga kecil
yang harmonis.
7. Sahabat-sahabati perjuangan dalam berorganisasi: Ka’Rofik, Ka’Dani,
Ka’Jeky,Ka’Hadi,Ka’Udien,Ka’Huda,PakTajab,D’Agus,D’Wisnue,D’Ana,Ka
’Iskandar,Ka’Ifazah, Ka’Andy, Ka’ Arief H, Ka’Arif, Ka’Ajie, Ka’Umar,
D’Danny., Ka’Eric.
8. Sahabat Perjuangan: Fatma (don’t Cry, Perjuangan belum berakhir), Joko,
Yuli, Pepe, Yonie, Ka’Adie, Papi Agus, Le’Fuad, K’Mae, Nunugh,Rukhan,
Azis just friend.
9. Semua Teman-teman Biologi Angkatan 2005 yang telah memberikan
kenangan indah selama duduk di bangku kuliah Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
10. Sayangku Tercinta Ka’Nandiro terima kasih yang telah memberi semangat
belajar dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi.
11. Semua teman-teman yang pernah mengenalku ada menganggapku “ada”.
12. Semua Pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini hingga
selesai.
Akhirnya berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan
pembaca pada umumnya, serta menjadi jembatan bagi penulis-penulis
selanjutnya. Penulis mengharapkan dengan kerendahan hati atas saran dan kritik
yang bersifat membangun, guna penulis kaji demi perbaikan di masa yang akan
datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, 28 Mei 2009
SRI WAHYUNI
A 420 050 028
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….............i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….............ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………............iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………............iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………....................................v
HALAMAN MOTTO………………………………………………………........vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………...........vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………............x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..........xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………........xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………........ xiv
ABSTRAK………………………………………………………………........... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………........... 1
B. Pembatasan Masalah…………………………………..............5
C. Perumusan Masalah…………………………………...............6
D. Tujuan Penelitian……………………………………….......... 6
E. ManfaatPenelitian……………………………………….........7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka……………………………………… 8
B. Kerangka Pemikiran………………………………….. 25
C. Hipotesis …………………………………………… 27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan
…………………… 28
…………………………………… 28
C. Variabel Penelitian…………………………………… 29
D. Pelaksanaan Penelitian………………………………. 29
E. Rancangan Percobaan…………………………………33
F. Pengujian Organoleptik……………………………….34
G. Metode Pengumpulan Data…………………………...35
H. Analisis Data………………………………………….36
I. Teknik Analisis Data………………………………….36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………. 39
B. Pembahasan………………………………………….. 48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………61
B. Saran…………………………………………………..62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1
Kandungan zat-zat makanan pada kedelai (dalam 100 g bahan)…….....8
2.1
Komposisi Kimia Susu Kedelai dan Susu Sapi (dalam 100 g bahan).... 11
3.1
RancanganPercobaanKeju Kedelai.........................................................33
3.2
Uji Organoleptik Keju Kedelai…………………………………...........34
3.3
Uji Protein dan Lemak Keju Kedelai………………………………......36
4.1
Kadar Protein Keju Kedelai (dalam %)………………………………..39
4.2
Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Kadar Protein Keju kedelai.........40
4.3
Kadar Lemak Keju kedelai (dalam %)………………………………....43
4.4
Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Kadar Lemak Keju kedelai……..44
4.5
Rata-rata hasil Uji Organoleptik Keju Kedelai………………………...47
4.6
Peranan Mikroba dalam Keju Kedelai…………………………............50
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1
Halaman
Skema Pengolahan Keju Kedelai dengan inokulum
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis………………………...26
4.1 Histogram hasil rata-rata uji kadar protein keju kedelai…………………...52
4.2 Histogram hasil rata-rata uji kadar lemak keju kedelai………………… ..54
4.3 Histogram hasil rata-rata kadar protein dan lemak keju kedelai………......56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Perhitungan uji Anava Satu Jalur pengaruh penambahan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap kadarp keju
kedelai.
2. Perhitungan uji Anava Satu Jalur pengaruh penambahan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap kadar lemak keju
kedelai.
3. Perhitungan hasil uji rata-rata perbandingan penambahan konsentrasi bakteri
dengan inokulum Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap
kadar protein keju kedelai
4. Perhitungan hasil uji rata-rata perbandinga penambahan konsentrasi bakteri
dengan inokulum bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
terhadap kadar lemak keju kedelai
5. Tabel nilai Signifikansi
6. Foto Hasil Penelitian
Foto Alat dan Bahan
Foto hasil pembuatan keju kedelai dengan eksperimen
Foto hasil pengujian keju kedelai terhadap kadar protein dan lemak dengan
inokulum konsentrasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
secara eksperimen di Laboratorium FIK
7. Surat Keterangan
UJI KADAR PROTEIN DAN LEMAK PADA KEJU KEDELAI
dengan PERBANDINGAN INOKULUM Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis yang BERBEDA
Sri Wahyuni, A 420 050 028, Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009, 62 Halaman.
ABSTRAK
Biji kedelai digunakan sebagai olahan keju kedelai karena kandungan protein
paling tinggi. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengolah biji kedelai menjadi
produk baru yang murah dan mudah didapat bahannya yaitu biji kedelai
dimanfaatkan dalam sektor home industri dan difermentasikan dengan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis menjadi keju kedelai. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penambahan konsentrasi
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang berbeda terhadap
keju kedelai.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Gizi FIK UMS.
Jenis penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
terdiri satu faktor perlakuan yaitu penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis sebanyak (5 ml, 10 ml, dan 15 ml) setiap 500
ml susu kedelai dengan tiga kali ulangan sehingga didapatkan 3 kombinasi
perlakuan. Parameter yang diukur yaitu kadar protein, kadar lemak dan
organoleptik. Data dianalisis dengan ANAVA satu jalur dan dilanjutkan dengan
uji Beda Nyata terkecil (BNT). Hasil analisis kadar protein diperoleh dengan
penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
lactis nilai f hit = 27,1511 > F tab = 4,26 pada taraf signifikan 5%. Analisis kadar
lemak diperoleh dengan penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis nilai Fhit = 368,5315 > Ftab = 4,26 pada taraf signifikan
5%. Dari analisis data penelitian dapat disimpulkan menunjukkan, bahwa ada
pengaruh penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis sebanyak (5 ml, 10 ml dan 15 ml) setiap 500 ml susu
kedelai terhadap kadar protein dan kadar lemak. Semakin banyak penambahan
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis maka kadar
protein dan kadar lemak semakin meningkat. Data uji kualitas organoleptik
(tekstur, warna dan rasa) dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa keju kedelai memiliki rata-rata kadar lemak
lebih tinggi dari rata-rata kadar ptotein dan memiliki tekstur lembut, warna kuning
keputihan, dan rasa asin sekali pada perlakuan S3 dan rasa asin pada perlakuan
yang lain.
Kata Kunci: Keju Kedelai, Kadar Protein, Kadar Lemak, Keju
BAB I
PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Ada lebih dari 12.000 jenis kacang-kacangan diantaranya kacang
tanah, kacang hijau, kacang merah, kapri, koro, dan kedelai. Kacang kedelai
memiliki kandungan protein kedelai sekitar 35 - 40% protein paling tinggi dari
semua jenis kacang-kacangan lainnya. Diketahui bahwa protein kedelai
mempunyai susunan asam amino esensial paling lengkap dan sebagai sumber
minyak yang tinggi ekonominya. Kadar lemak kedelai sekitar 18% dan
mengandung lemak jenuh esensial yaitu asam linoleat dan asam linolenat yang
dibutuhkan tubuh.
Berbagai macam produk olahan kedelai secara tradisional seperti tahu,
tempe, kecap, dan oncom yang sudah lama dikenal oleh kalangan masyarakat.
Selain itu kedelai juga dapat diolah dalam bentuk kembang tahu (yuba), tauco,
roti, kue-kue, susu kedelai, dan yoghurt. Dengan teknologi yang terus
berkembang kedelai dapat diolah menjadi es krim, mayones, dan keju. Susu
kedelai merupakan salah satu produk yang memiliki protein dan komposisi
asam amino yang hampir sama dengan susu sapi sehingga sangat baik
digunakan sebagai pengganti susu sapi, terutama bagi yang alergi terhadap
susu sapi dan penderita Lactose intolerance (Astawan, 2004).
Pemanfaatan kedelai sejauh ini belum maksimal. Meskipun cita rasa
kedelai sudah popular di masyarakat dengan berbagai olahan susu kedelai
berbeda dengan susu hewan begitu juga hasil susu kedelai menjadi olahan
keju, maka rasanya juga berbeda. Susu kedelai mengandung aroma yang
kurang disukai yakni flavour atau bau langu. Bau langu disebabkan oleh
enzim lipoksigenase yang secara alami terdapat dalam kacang kedelai. Untuk
meningkatkan jual beli produk susu kedelai maka dikembangkan pembuatan
keju kedelai. Bagi yang mengurangi protein hewani karena suatu alasan
kesehatan maka keju kedelai dapat menjadi olahan alternatif untuk para
konsumen. Biasanya keju digunakan sebagai pelengkap untuk makan roti dan
sebagai hiasan taburan makan kue.
Pada awalnya keju terbuat dari susu sapi dengan bentuk bermacammacam dan para konsumennya pun cenderung meningkat dari waktu ke
waktu. Pada proses pembuatan keju adalah memanaskan susu yang terbuat
dari biji kedelai dengan ditambahkan susu skim kemudian ditambahkan starter
bakteri sebanyak 1%, dan diinokulasikan dengan Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis sebagai penghasil keju. Keju yang terbuat dari susu
sapi tidak banyak disukai orang dibandingkan keju dari susu kedelai yang
sangat digemari dan disukai banyak orang dengan harga yang murah. Susu
kedelai yang dibuat dalam bentuk keju tidak dapat menimbulkan kegemukan
dan tidak meningkatkan kadar lemak yang tinggi dibandingkan keju dari susu
sapi. Keju terbuat dari susu sapi mempunyai kandungan protein rendah yaitu
3,20% dibandingkan dengan kandungan protein susu kedelai mempunyai
kandungan lebih tinggi yaitu 3,50% dalam tiap 100 g sampel. Kandungan
lemak susu sapi lebih tinggi yaitu 3,50% dibandingkan susu kedelai yaitu
2,50% dengan kandungan lemak rendah dalam tiap 100 g sampel. Oleh sebab
itu dalam penelitian pengambilan sampel dapat dilakukan susu kedelai yang
dibuat dalam bentuk keju. Keju terbentuk karena koagulasi rennet yang dapat
memperkaya protein tinggi.
Hasil penelitian Waluyaningrum (2005), bahwa ada pengaruh dalam
proses pembuatan keju dari susu kedelai yaitu yang pertama dengan metode
tradisional (keju tanpa dilakukan blanching dan langsung dilakukan
penghacuran menggunakan blender), dan kedua dengan metode blanching
(kedelai mengalami pemanasan kemudian dihancurkan menggunakan blender)
dengan penambahan Lactococcus lactis. Uji dilakukan dengan proses
fermentasi susu kedelai yaitu Total Biomassa, dan untuk mengetahui kadar
protein, kadar keasaman, dan uji organoleptiknya. Berlangsungnya proses
fermentasi menggunakan perlakuan jam ke 0, 2, 4, 6, dan 8. Dari hasil
menunjukkan perubahan beda nyata dari masing-masing perlakuan (tanpa
blanching dan blanching). Selama proses fermentasi total biomassa pada
perlakuan tanpa blanching dan blanching mengalami kenaikan yaitu sejumlah
13.3 log CFU/ml (tanpa blanching) dan blanching 13.0 log CFU/ml. Kadar
protein menunjukkan hasil yang menurun disebabkan karena adanya sisa
selama proses fermentasi. Total awal protein susu kedelai yaitu 4.49% (tanpa
blanching) dan 3,84% (blanching). Uji organoleptik perlakuan pembuatan
keju dari susu kedelai dengan metode tradisional (tanpa blanching)
menunjukkan hasil yang tidak disukai oleh para panelis karena flavour atau
bau langu dan rasa asam. Perlakuan pembuatan dengan metode blanching susu
kedelai sangat disukai oleh panelis karena flavour atau bau langu sudah
berkurang bahkan hilang tetapi tidak dapat dihasilkan keju.
Hasil penelitian Astuti (2007), bahwa ada pengaruh dalam proses
pembuatan keju terbuat dari bahan baku kedelai dengan menggunakan starter
murni bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis baik sebagai
kultur tunggal dan kultur campuran. Pembuatan keju dengan tujuan untuk
mengetahui cita rasa yang dapat diterima oleh kalangan masyarakat sebagai
konsumen selain itu dapat menemukan kondisi dalam pembuatan keju yang
baik terhadap suhu, jumlah inokulum, penggaraman, dan pemeraman.
Pembuatan keju diawali dengan optimasi suhu yang bervariasi sebesar 350C,
400C, 450C, 500C untuk Lactobacillus bulgaricus dan 300C, 350C, 400C untuk
Streptococcus lactis serta optimasi jumlah inokulum dengan variasi 5%, 15%,
20% dalam tiap 100 g sampel. Selanjutnya proses pembuatan keju
menggunakan suhu dan jumlah inokulum optimum. Dari hasil menunjukkan
bahwa suhu terbaik adalah Lactobacillus bulgaricus dengan suhu 450C.
Sedangkan Streptococcus lactis adalah 350C. Jumlah inokulum optimum
adalah 15% v/v. Kadar garam yang digunakan 2% dengan suhu pemeraman
350C selama 2 minggu. Dengan penambahan bumbu kedalam dadih pada
pengolahan bertujuan mendapatkan hasil keju dengan cita rasa. Pada
percobaan dua kelompok yaitu tanpa pemberian bumbu dan pemberian bumbu
jinten kurang disukai oleh panelis dibandingkan keju kedelai tanpa pemberian
bumbu banyak disukai karena mempunyai kriteria tekstur, warna, rasa dan
aroma yang dihasilkan.
Berawal dari latar belakang diatas, maka akan dilakukan peneliti
mengambil judul “ Uji Kadar Protein dan Kadar Lemak pada Keju
Kedelai dengan Perbandingan Inokulum Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis”.
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan kemampuan
menghindari meluasnya suatu permasalahan maka peneliti membatasi
masalah-masalah dalam penelitian sebagaia berikut:
1. Subyek dalam penelitian adalah keju kedelai dengan penambahan
konsentrasi bakteri (1%,2%,dan3%) Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis.
2.
Objek penelitian adalah.kadar protein dan lemak pada fermentasi keju
kedelai.
3.
Parameter yang diuji meliputi kandungan protein, lemak, uji organoleptik
meliputi warna, rasa (asam, asin,dan asin sekali), dan tekstur dengan
penambahan konsentrasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
pada pembuatan keju kedelai.
D. PERUMUSAN MASALAH
Suatu penelitian akan mudah di laksanakan apabila telah diketahui
permasalahannya. Adapun masalah pokok penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penambahan konsentrasi bakteri terhadap kadar
protein dan lemak pada keju kedelai dengan Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis?.
2. Bagaimana kwalitas organoleptik keju kedelai meliputi warna (putih,
kuning keputihan,dan kuning) , rasa (asam,asin,dan asin sekali) dan tekstur
(lembut, agak keras, dan keras) dengan Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis dalam menggunakan waktu inokulum berbeda.
E. TUJUAN PENELITIAN
Pokok dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi bakteri terhadap
kadar protein dan lemak keju kedelai ?
2. Untuk mengetahui kwalitas organoleptik keju kedelai meliputi (warna,
bau, rasa dan tekstur) dan
penambahan konsentrasi bakteri dengan
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis .
F. MANFAAT PENELITIAN
Setiap penelitian diharapkan mempunyai manfaat bagi peneliti maupun
masyarakat. Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah:
1. Dengan diketahui kadar protein dan kadar lemak pada keju kedelai dapat
digunakan sebagai informasi tambahan tentang gizi kepada masyarakat.
2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang variasi pengolahan kedelai
sebagai keju.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam ilmu
pengetahuan bahwa kedelai juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
keju.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. KEDELAI
Kedelai merupakan sumber gizi yang sangat baik bagi manusia.
Kedelai mengandung protein paling tinggi diantara jenis kacang-kacangan
lainnya yaitu 35 g per 100 g kedelai kering. Protein kedelai merupakan satusatunya Leguminosae yang mengandung semua asam amino esensial yang
diperlukan tubuh. Selain itu juga mengandung lisin yang tinggi sekitar 2300
mg per g bahan kedelai. Disamping sebagai sumber protein kedelai juga
merupakan sumber minyak yang tinggi nilai ekonominya. Kadar lemak
kedelai sekitar 18% dan mengandung asam lemak tidak jenuh esensial yaitu
linoleat dan linolenat yang sangat dibutuhkan tubuh. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan produk olahan kedelai kurang disukai antara lain bau langu atau
bau kacang kedelai, dan rasa pahit. Rasa pahit kedelai disebabkan adanya zat
kapur dan senyawa asam oleat dapat diatasi dengan proses fermentasi
sehingga aman unuk dikonsumsi manusia (Astawan, 2004).
Tabel 1 : Kandungan zat-zat makanan pada kedelai tiap 100 g.
Unsur zat-zat makanan
Kedelai putih % Kedelai hitam %
Air
13,75
14,05
Protein
41,00
40,40
Lemak
15,80
19,30
Karbohidrat
14,85
14,10
Mineral
5,25
5,25
Sumber : Direktorat gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1992).
Menurut Adisarwanto (2005), klasifikasi kedelai sebagai berikut:
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Familia
: Leguminosae
Sub familia
: Papilionaceae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max (L) Merril.
Menurut Syamsudin dan Djakamihardja (1985), kedelai mempunyai
kegunaan sebagai berikut:
a. Sebagai Bahan Makanan
Secara tidak langsung kedelai diolah terlebih dahulu seperti tempe,
tahu, kecap, dan tauco. Secara langsung dapat digunakan dalam bentuk
polong rebus, biji digoreng, dan campuran sayuran.
b. Sebagai Bahan Industri
Tepung biji dipisahkan antara protein dan lemak atau minyak.
Kedelai merupakan bahan untuk pembuatan susu, yoghurt, roti, dan keju.
c. Sebagai Bahan Ternak
Daun tanaman kedelai berguna untuk makan ternak. Bijinya pun
digunakan sebagai campuran pakan ternak ayam dan sapi.
d. Sebagai Pupuk Hijau
Daun dan batangnya yang sudah kering ditaburkan ke tanah sekitar
tanaman yang dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan adanya bintil
akar yang dapat mengikat nitrogen di udara.
2. SUSU KEDELAI
Komposisi kedelai hampir sama dengan susu sapi. Karena susu
kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi sehingga susu ini baik
dikonsumsi oleh mereka yang alergi susu sapi yaitu orang-orang tidak punya
atau kurang enzim laktosa dalam pencernaan sehingga tidak mampu mencerna
laktosa dalam susu sapi. Akibatnya orang tidak toleran terhadap laktosa akan
menderita diare tiap kali minum susu sapi (Anonim, 1998).
Susu kedelai memiliki kadar protein dan komposisi asam amino yang
hampir sama dengan susu sapi. Keunggulan lain dari susu kedelai
dibandingkan susu sapi adalah susu kedelai tidak mengandung kolesterol.
Kandungan protein dalam susu kedelai dipengaruhi oleh varietas kedelai,
jumlah air yang ditambahkan, jangka waktu, kondisi penyimpanan dan
perilakuan panas. Susu kedelai mempunyai kekurangan karena timbulnya bau
langu pada susu kedelai akibat dan aktivitas enzim lipoksinagenase atau
lipoksidase pada biji kedelai. Untuk pencegahan enzim tersebut dengan jalan
perebusan
atau
(Astawan, 2004).
pemanasan
pada
suhu
800C
selama
10-15
menit
Tabel 2: Komposisi kimia susu kedelai dan susu sapi tiap 100 g.
Komponen
Susu kedelai
Susu sapi
Kalori (kkal)
41,00
61,00
Protein (g)
3,50
3,20
Lemak (g)
2,50
3,50
Karbohidrat (g)
5,00
4,30
Kalsium (mg)
50,00
143,00
Fosfor (g)
45,00
60,00
Besi (g)
0,70
1,70
Vitamin A (SI)
200,00
130,00
Vitamin B (mg)
0.08
0,03
Viamin C (mg)
2,00
1,00
Air (g)
87,00
88,33
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1992).
Persyaratan susu kedelai di Indonesia belum ada, tetapi di luar negeri
telah ditentukan standar susu kedelai, yaitu protein minimal 3% dan lemak
3%, kandungan padatan 10%, kandungan mikroba tidak boleh lebih dari
mikroba per gram dan tidak boleh terdapat bakteri Escherichia coli
(Winarno, 1993).
Menurut Santoso (1994), langkah-langkah pembuatan susu kedelai
sebagai berikut:
a. Penyortiran
Memilih biji kedelai yang kering tua agar diperoleh produk susu
dengan kwalitas yang baik.
b. Perendaman
Perendaman dilakukan untuk melunakkan biji kedelai sehingga
mudah digiling. Lama perendaman 6-8 jam.
c. Pencucian
Biji kedelai yang telah direndam kemudian dicuci dengan air bersih
sehingga kotoran yang masih melekat maupun tercampur diantara biji
dapat hilang.
d. Perebusan Biji
Perebusan dilakukan untuk melunakkan biji dan melemahkan
kegiatan enzim lipoksinagenase. Lama perebusan sekitar 30 menit.
e. Penggilingan
Biji kedelai digiling menambahkan air panas sedikit demi sedikit
hingga mencapai perbandingan volume 1:8 sampai 1:10.
f. Perebusan Bubur
Bubur kedelai yang sudah direbus kemudian disaring untuk
mendapatkan filtrat kedelai.
g. Pemasakan
Filtrat kedelai ditambah gula dan garam dimasak pada suhu ± 900C.
3. KEJU
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang terbentuk karena
koagulasi susu oleh rennet (enzim pencernaan dalam lambung hewan
penghasil susu). Bagian dari susu cair yang terkoagulasi membentuk substansi
padat seperti gel disebut curd dan sejumlah besar air beberapa zat terlarut
akan dipisahkan dari curd yaitu merupakan gumpalan susu dipisahkan dari
curd disebut whey. Whey ini disebabkan karena adanya mikroorganisme yang
berasal dari bakteri. Dipercaya bahwa dahulu keju diproduksi secara tidak
sengaja yaitu ketika bakteri yang ada dalam susu dan enzim pencernaan ternak
bereaksi membentuk curd atau gumpalan susu dengan starter murni untuk
proses fermentasi. Kemudian terbentuklah keju mentah (Anonim,2003).
Keju merupakan produk olahan susu dengan gizi tinggi. Masa simpan
keju pun lama 4-5 hari hingga 5-10 tahun tergantung pada jenisnya. Keju
berasal dari dadih yang diberi garam dan diperas membentuk padatan massif.
Sebelumnya susu telah dipisahkan dari gumpalan susu (curd) dan cairan dari
gumpalan susu (whey). Dengan adanya gumpalan susu dan disaring dengan
menggunakan kain saring, maka cairan terbentuklah keju merupakan kaya
akan protein, lemak, kalsium, dan fosfor untuk pertumbuhan tulang dan gigi
serta baik untuk pembentukan sel darah merah dan haemoglobin (Astawan,
2004).
Menurut Anonim (2003), faktor yang mempengaruhi jenis dan variasi
keju sebagai berikut:
a. Derajat keasaman susu kedelai pada proses pembuatan curd (gumpalan
susu).
b. Jenis mikroorganisme yang digunakan.
c. Komposisi nutrisi susu yang digunakan dalam pembuatan keju.
Semakin tinggi kadar lemak dalam susu, keju yang dihasilkan akan
semakin lembut dan menarik. Sebaliknya bila kadar lemak dalam bahan
susu mentah akan dihasilkan keju keras dan berwarna pucat.
d. Temperatur kandungan kelembaban dalam proses pembuatan keju.
e. Lama proses pematangan keju.
Menurut Susilorini (2004), keju merupakan produk olahan yang dibuat
melalui proses koagulasi (gumpalan susu), pemotongan, pemanasan curd ,
pembuangan whey dan pengepresan. Keju yang dibuat dari bahan baku susu
penuh/whole milk mengandung berbagai vitamin dan mineral.
Klasifikasi keju berdasarkan sifat fisiknya dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Sangat keras
a) Tanpa lubang-lubang gas contoh keju Cheddar.
b) Dengan lubang-lubang gas contoh keju Swiss.
2) Semi keras
a) Pematangan dengan bakteri contoh Limburger.
b) Pematangan dengan mold contoh keju Camembert.
c) Tanpa pematangan contoh keju Cottage.
4. INOKULUM
Dalam pembuatan keju menggunakan inokulum bakteri seperti
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis.
a. Lactobacillus bulgaricus
Merupakan bagian dari bakteri basil (batang), gram positif, tidak
spora, dapat tumbuh secara aerob. Biasanya bakteri ini sebagian besar
bersifat homofermentasi. Suhu optimum baik pada suhu 450C, pH
minimum 3,8- 4,8. Bakteri ini biasanya lebih tahan terhadap keadaan yang
sangat asam daripada bakteri asam laktat lainnya (Perlczar dan Chan,
2005).
b. Streptococcus lactis
Merupakan bakteri penghasil asam yang mengubah laktosa menjadi
lactis, bentuk bulat berantai positif, tidak berspora, dapat tumbuh secara
anaerob. Bakteri ini bersifat homofermentasi, suhu optimum 650C, pH
minimum 4,3-4,8 (Supardi, 1999).
Fungsi biakan antara lain adalah bahan pengawet (preservatif).
Terbentuknya asam laktat dadih hasil fermentasi laktosa menyebabkan
pertumbuhan beberapa bakteri tercegah khususnya bakteri pureaktif karena
bakteri kurang toleran terhadap asam (Rukmana, 2001).
5. FERMENTASI
Fermentasi merupakan semua proses metabolisme (katabolisme atau
bioenergi) yang menggunakan senyawa organik sebagai aseptor elektron
terminal. Fermentasi berlangsung dengan fosforilasi tingkat substrat. Tanpa
peranan sitokrom dan oleh jasad renik anaerob fakultatif atau anaerob mutlak
(Timotius, 1982).
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat aerob dan aerob
sebagian mikrobia. Mikrobia membutuhkan tersedianya karbohidrat, protein,
lemak, dan mineral dari sedikit zat-zat gizi didalam bahan pangan asli.
Mikrobia pertama dapat menyerang karbohidrat, protein, berikutnya lemak.
Tingkatan penyerangan terhadap karbohidrat serta gula kemudian alkohol
kemudian asam karena kebutuhan yang pertama bagi aktivitas mikrobia adalah
energi (Desrosier, 1998).
Dalam arti umum fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses
metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan kimia dalam substrat
organik. Perubahan-perubahan kimia tergantung pada: a) macam bahan
(substrat), b) macam mikrobia, c) pH, f) usaha lain yang berbeda dengan
faktor-faktor diatas, misalnya penambahan bahan-bahan tertentu untuk
menggiatkan fermentasi (Tarigan, 1998).
Tiga karakteristik yang memiliki mikrobia bila digunakan dalam
fermentasi dan pengasaman (Norman, 1998).
a. Mikrobia harus mampu tumbuh dengan cepat dalam suatu substrat dan
lingkungan yang cocok dan mudah untuk dibudidayakan dalam jumlah
besar.
b. Organisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan
fisiologis dalam kondisi dan menghasilkan enzim-enzim dengan mudah
dan dalam jumlah yang besar agar supaya perubahan kimia.
c. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi
maksimum secara komparatif harus sederhana.
Menurut Supardi (1982), fermentasi merupakan proses yang dilakukan
mikrobia, cepat, murah, hemat energi dan nilai organoleptiknya meliputi:
warna, rasa, bau, dan tekstur. Keberadaan mikrobia mendatangkan keuntungan
yaitu:
a. Berperan dalam proses pembuatan pangan khusus.
b. Berperan dalam peningkatan nilai gizi atau nutrisi makan sehingga akan
lebih baik dan meningkat.
c. Berperan didalam pengadaan bau dan rasa.
6. PROTEIN
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C,H,O, dan N yang tidak
memiliki jenis protein logam seperti besi dan tembaga. Sebagai zat
pembangun. Protein merupakan bahan pembangun jaringan–jaringan baru
yang selalu terjadi dalam tubuh (Winarno, 1993).
Menurut Aulina (2001), Protein merupakan senyawa yang terbentuk dari
unsur-unsur organik yaitu C,H,O,N, dan S yang tersusun dari asam amino.
Beberapa asam amino terbentuk peptida yang dapat diserap oleh tubuh ke
dalam pembuluh darah dan menimbulkan reaksi alergi jika mengkonsumsi
telur, susu, ikan, dan udang.
Menurut Warsito (1997), secara umum protein mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Sebagai zat pembangun
Bahan pembentuk jaringan-jaringan baru dan pemeliharaan jaringan
untuk regenerasi kulit dan sel darah merah serta pertumbuhan rambut dan
kuku.
b. Zat pengatur
Zat pengatur yang dihasilkan enzim dan hormon yang mengatur
proses pencernaan makanan sebagai pembentuk antibodi atau kekebalan
tubuh.
c. Zat tenaga
Apabila energi yang diperoleh dari konsumsi karbohidrat dan lemak
tidak
mencukupi
kebutuhan
tubuh
maka
protein
akan
dibakar
menghasilkan energi.
Bahan makronutrien memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan
karbohidrat maupun lemak. Didalam struktur protein terdapat N, disamping C,
H,O (seperti yang terdapat dalam karbohidrat dan lemak, S dan kadangkadang P, Fe, dan juga Cu (Sudarmadji dkk, 1996).
Menurut Prawirokusumo (1994), protein adalah senyawa organik dengan
molekul tinggi mengandung unsur C (51-55%), H (0,5-7,3%), O (21,523,5%), N (15,5-18%), S (0,5-20,0%), dan P (0,001-1,5%).
Secara kimia asam amino dalam protein mempunyai rumus yang tertera
sebagai berikut:
H
R- C – COOH
atau
R – CHN2 – COOH
NH2
Menurut Wirakusumah (2002), protein merupakan molekul besar yang
terdiri dari ratusan atau asam amino terdiri dari asam amino esensial dan non
esensial, pencernaan dan kemampuan daya serap oleh tubuh. Sumber protein
esensial pada protein hewani, sedangkan pada protein non esensial pada
serelia dan biji-bijian.
Ada beberapa macam metabolisme protein atau asam amino didalam sel
sebagai berikut:
a. Katabolisme
1) Katabolisme nitrogen asam amino yang berupa urea.
2) Katabolisme kerangka karbon asam yang berupa senyawa amfibolik.
b. Anabolisme
Merupakan hasil dari sintesis protein yang terdiri dari 20 macam
asam amino dan 10 asam amino esensial.
Ada beberapa cara pengujian protein sebagai berikut:
1. Pengujian protein susu secara fisik
a. Pemeriksaan susu dimaksudkan guna menjamin konsumen menerima
susu dengan kwalitas yang baik dan memberikan peluang yang baik
untuk perkembangan peternakan sapi perah.
b. Pengujian mutu susu biasanya dilakukan terhadap sifat-sifat fisik,
kimiawi dan uji biologik.
2. Pengujian mutu susu secara fisik dapat dilakukan secara sederhana dan
mudah dilakukan antara lain:
a. Uji kebersihan
Meliputi warna, rasa, bau, dan tidakya kotoran dalam susu (dengan
menggunakan kertas saring).
b. Uji berat jenis (uji BJ)
Dilakukan dengan menggunakan alat laktodensi meter. (Rata-rata BJ
susu = 1,028). Apabila susu encer maka BJ susu menjadi rendah atau
dibawah standar.
c. Kerapatan
1) Kerapatan susu bervariasi antara 1,0260 dan 1,0320 pada suhu
200C.
2) Kerapatan susu berangsur meningkat dari saat pemerahan dan
mencapai
maksimum
Meningkatnya
pada
kerapatan
ini
12
jam
terutama
sesudah
pemerahan.
disebabkan
karena
terbebaskannya gas-gas seperti CO2 dan N2 yang terdapat di dalam
susu yang baru diperoleh dari perahan.
d. Bau susu
1) Bau susu akan lebih nyata jika susu dibiarkan beberapa jam
terutama pada suhu kamar.
2) Kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida rendah
diduga menyebabkan susu berbau seperti garam. Pakan yang
diberikan pada sapi juga dapat mempengaruhi bau susu.
e. Rasa susu
Susu yang baik memiliki rasa sedikit manis yang berasal dari laktosa,
sedangkan rasa asin yang muncul dikarenakan pengaruh beberapa
garam mineral seperti garam klorida dan sitrat.
f. Warna susu
1) Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna lain,
tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan
padat dan bahan pembentuk warna.
2) Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning
kemasan.
3) Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari hasil refleksi
cahaya oleh globula lemak dan partikel koloid dari casein dan
calsium phosphat.
4) Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut.
Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna
kebiruan.
g. Titik Beku dan Titik Didih Susu
Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu
adalah -0,5000C. Akan tetapi untuk Indonesia menjadi 5,5200C. Titik
beku air 00C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan
air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji
penentuan titik beku. Titik didih air adalah 1000C dan air susu
100,160C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan
air susu dengan air.
h. Viskositas susu
1) Seperti BJ, maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air.
2) Viskositas air susu biasanya berkisar 1.5-2.0 cp.
3) Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas.
4) Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini
sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega.
7. LEMAK
Lemak mempunyai peran penting dalam tubuh manusia, sebab lemak
adalah sumber energi yang tinggi. Satu gram lemak sesuai dengan
rekomendasi dari Food and Nutrition Board of the Natioanal Research Council
pada tahun 1948, bahwa antara 20% sampai 25% kalori hendaknya datang dari
lemak. Bila 408 kalori, haruslah berasal dari lemak. Hal ini berarti kita
memerlukan sedikitnya 46 gram lemak per hari (Kuantaf dan Kuantaraf,
1999).
Menurut Dadang (2006), fungsi lemak sebagai berikut:
a. Melarut vitamin A,D,E, dan K dapat diserap oleh dinding usus halus.
b. Melindungi alat-alat tubuh yang halus.
c. Memperbaiki rasa pada makanan.
d. Penyimpan tenaga sebagai bahan penyekat yang melindungi dari rasa
dingin yang merusak.
Menurut Anonymus (1979), secara umum struktur lemak sebagai
berikut:
O
H2C – O – C – R1
O
HC – O – C – R2
O
H2C – O – C – R3
Menurut Dadang (2006), secara umum uji penentuan kadar lemak
sebagai berikut:
a. Pengujian kimia
Dengan penentuan kadar total untuk meningkatkan jaminan mutu dan
keamanan pangan.
b. Pengekstrasian
Merupakan suatu proses pemisahan atau substansi tertentu dari suatu
bahan dengan pelarut organik, air.
c. Evaporasi
Merupakan suatu proses penguapan untuk memisahkan pelarut (solvent)
dengan zat terlarut (solute).
Kandungan kalori yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30% total
kalori. Lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Manusia juga membutuhkan asam lemak tak jenuh ganda tertentu. Konsumsi
lemak perlu dibatasi khususnya mengurangi lemak jenuh dengan makanan.
Kelebihan lemak dalam tubuh terutama lemak dengan kandungan kolesterol
yang tinggi akan menyebabkan kegemukan dan penyakit seperti jantung,
ginjal, diabetes dan hipertensi (Wirakusumah, 2002).
Lemak adalah bahan yang mengandung asam lemak baik yang dalam
bentuk cair disebut minyak sedangkan bentuk padat disebut fat (lemak).
Struktur kimia terdiri dari ikatan asam lemak dan gliserol. Manfaat lemak bagi
tubuh yaitu pemberi kalori, melarutkan vitamin-vitamin tersebut dapat diserap
oleh dinding usus dan memberikan asam lemak esensial (Winarno, 1993).
8. PENGUJIAN ORGANOLEPTIK
Menurut Deman (1997), dalam pengujian ini sebagai ketentuan seperti
warna, rasa, bau dan tekstur yang memberi petunjuk mengenai perubahan
kimia dalam makanan.
a. Warna
Warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam
makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan. Warna makanan
disebabkan oleh pigmen alam atau pewarna yang terdapat dalam makanan.
Pigmen alam adalah golongan senyawa yang terdapat dalam produk yang
berasal dari hewan atau tumbuhan. Pigmen terbentuk akibat dari
pemanasan, penyimpanan, dan juga pemprosesan.
b. Rasa
Secara umum ada empat rasa yaitu manis, pahit, masam, dan asin.
Kepekaan terhadap rasa terdapat pada kuncup lidah.
c. Tekstur
Tekstur makanan dapat dievaluasi dengan uji mekanik (metode
instrument) atau dengan analisis secara penginderaan. Ada beberapa
pernyataan untuk memaparkan ciri tekstur misalnya renyah, rapuh, empuk,
bersari, menepung, dan mengeripik.
Yang paling banyak digunakan, indra penciuman, indra peraba, dan
indra pengecap. Sedangkan indra pendengaran praktis tidak digunakan
(Sediaoetomo, 1993).
Menurut Soekarto (1985), pengawasan dan evaluasi bahan makanan
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara teknik, salah satunya
adalah
evalusi
organoleptik.
Untuk
melaksanakan
suatu
penelitian
organoleptik, diperlukan panel yang betindak sebagai instrument atau alat.
Panel dari orang atau sekelompok orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Kedelai merupakan sumber protein paling tinggi diantara kacangkacangan lainnya. Kandungan selain itu mengandung asam lemak tak jenuh
esensial yaitu asam linoleat dan linolenat yang diperlukan tubuh. Banyak
kedelai yang diolah sebagai produk makanan seperi tempe, tahu, kecap, keju,
susu, dan yoghurt. Untuk menambah produk olahan baru maka dibuat keju
dari bahan kedelai. Pada mulanya keju terbuat dari susu sapi. Dalam
pembuatan keju dari bahan kedelai memerlukan bakteri asam seperti
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis. Dalam penelitian ini untuk
mengetahui kadar protein, kadar lemak, dan organoleptik.
Susu Segar/ Susu Skim
Susu Kedelai
Pasteurisasi susu 15- 30
menit
(800)
Pendinginan 45 menit
Inokulasi suhu 300C
Enzim Rennet 0,05%
Inkubasi 300C
Dipanaskan 30 Menit
Keju
Uji Protein
Gambar I :
Uji Lemak
Uji Organoleptik
Skema Pengolahan keju Kedelai dengan inokulum Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Gizi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
b. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009.
2. Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
Panci berdinding ganda, Kompor, Pisau, Pengepres, Ember, Blender,
Kain penyaring, Pengaduk, Refrigerator, Spektrofotometer, Waterbath,
Timbangan kecil, Mikropipet.
b. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan keju kedelai sebagai
berikut:
Susu segar/ susu skim 1 liter, Kedelai 2 kg, Starter bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis sebanyak 10 ml,
Rennet atau enzim sebanyak 0,05%, Garam 10 g, Biuret 1 ml, Alkohol
95%, Phenol Phtaelin 1 %, KOH 0,05 Normalitas.
3. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas : Keju Kedelai.
b. Variabel Terikat : Kadar protein, kadar lemak, dan organoleptik.
4. Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Persiapan
1. Mempersiapkan alat dan bahan
a) Alat
Peralatan yang diperlukan unuk membuat keju adalah
dengan
menggunakan
panci
berdinding
ganda,
kompor,pisau,pengepres, ember, blender, kain penyaring,
pengaduk,refrigerator,spektrofotometer,waterbath,timbangan
kecil, dan mikropipet.
b) Bahan
Bahan pembuatan keju yang diperlukan adalah susu segar
atau susu skim, kedelai, starter Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis sebanyak 10 ml, rennet atau enzim
sebanyak 0,05%, biuret 1 ml, dan garam 10 g.
2. Menyiapkan starter
Menyiapkan
starter
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus lactis sebanyak 10 ml diinkubasikan pada suhu
300C selama 30 menit. Inkubasi bertujuan untuk menggumpalkan
protein susu.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pembuatan Susu Kedelai
a) Menyiapkan kedelai yang disortasi
Menyiapkan kedelai sebanyak 2 kg mempunyai varietas
baik seperti batangnya tegak dan baercabang banyak. Cabang
tumbuh memanjang sehingga posisi sejajar dengan batang dan
tingginya dapat menyamai batang. Bijinya utuh bersih, dan
telah dipilih dengan cara dikeringkan.
b) Merendan biji kedelai selama 6-8 jam.
c) Mencuci kedelai sampai bersih dengan air yang mengalir.
d) Merebus biji kedelai selama 30 menit.
e) Menghaluskan biji kedelai dengan menggunakan blender
dengan menambahkan air hangat sebanyak 100 ml.
f) Menyaring bubur kedelai dengan kain penyaring diambil dari
perasan bubur kedelai sampai menjadi bentuk seperti susu
kedelai.
2) Pembuatan Keju
Cara kerja pembuatan keju sebagai berikut:
a) Memanaskan susu kedelai dan menambahkan susu skim atau
susu segar pada suhu 800C selama 15 menit lalu menurunkan
suhu menjadi 300C.
b) Menambahkan starter 5 ml inkubasikan pada suhu 300C selama
15 menit.
c) Menambahkan rennet 0,05% diamkan pada suhu 300C selama 2
jam.
d) Menginokulasikan
starter
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus lactis sebesar (5 ml) yang digunakan untuk
perlakuan satu ulangan dalam waktu 5 hari dan 10 hari dan 15
hari. Diinkubasikan pada suhu 300C selama 15 menit.
e) Memberikan garam sebanyak 10 g (0,5%).
f) Pemotongan curd 1x1x1 cm diamkan selama 7 menit.
g) Pemanasan curd 400C selama 30 menit.
h) Mmisahkan whey lalu membiarkan selama 15 menit.
i) Melakukan pengepresan sampai whey habis.
j) Keju sudah terbentuk siap dikemas.
k) Mengkemas keju dengan kertas aluminium foil.
l) Menyimpan keju pada refrigerator untuk mempercepat proses
pematangan pada suhu rendah .
3) Uji Organoleptik dengan panelis test yang meliputi tekstur, warna,
dan aroma keju.
4) Menguji Kadar Protein dan Kadar Lemak
a. Menguji Kadar Protein
Prosedur dalam menguji kadar protein sebagai berikut:
1) Mengambil 10 g sampel keju yang dilarutkan dalam 100 ml
air aquades.
2) Menggunakan mikropipet 0,02 ml dan memasukkan
ketabung reaksi.
3) Menambahkan reagen biuret sebanyak 1 ml.
4) Mengikubasikan pada suhu 300C selama 10 menit.
5) Membaca spektrofotometer dengan panjang gelombang 546
µm.
b. Menguji Kadar Lemak
Prosedur dalam menguji kadar lemak sebagai berikut:
1) Menimbang
10
g
sampel
keju
dan
memasukkan
keerlemeyer.
2) Menambahkan 50 ml larutan alkohol sebesar 95%.
3) Memanaskan sampai mendidih kurang lebih 10 menit dan
sambil mengocok perlahan-lahan.
4) Mendinginkan dan menambah 3 tetes indicator Phenol
phtaelin 1%.
5) Menitrasi dengan KOH 0,05 Normalitas sampai berubah
warna merah muda.
Kemudian mencari rumus lemak sebagai berikut:
Kadar Lemak= ml KOH+N KOH+ BM KOH
Berat Sampel (gr)
5. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yaitu konsentrasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis
3 taraf perlakuan masing-masing
terdiri dari 3 ulangan karena keterbatasan waktu dan biaya.
Adapun rancangan percobaan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Percobaan
Kosentrasi Starter Lactobacillus bulgasicus
dan Streptoccoccus lactis
Perlakuan
1
2
3
S
S
S
S
Konsentrasi Bakteri
1
1.1
1.2
3.3
S2
S2.1
S2.2
S3.3
S3
S3.1
S3.2
S3.3
Keterangan:
S1
: susu kedelai 500 ml dengan penambahan konsentrasi
bakteri 1% (5 ml)
S2
: susu kedelai 500 ml dengan penambahan konsentrasi
bakteri 2% (10 ml)
S3
: susu kedelai 500 ml dengan penambahan konsentrasi
bakteri 3% (15 ml)
6. Pengujian Organoleptik
Penelitian organoleptik dilakukan oleh 20 panelis dengan memberi
nilai sampel yang diujikan pada sumber pada lembar formulir kuisioner
yang disediakan. Contoh formulir kuisioner organoleptik adalah sebagai
berikut:
Lembar Kuisioner Uji Organoleptik
Nama Panelis :
Nama Produk : Keju Kedelai
Dihadapan anda tersedia macam keju dengan berbagai perlakuan dan anda
diminta memberi penilaian mengenai sifat tekstur, warna, dan aroma atau
bau.
Tabel 3.2 : Uji Organoleptik
Perlakuan
Tekstur
S1
S2
S3
Keterangan Nilai:
1) Tekstur
Nilai 1: Lembut
2 : Agak keras
3 : Keras
2) Warna
Nilai 1 : Putih
2 : Kuning keputihan
3 : Kuning
3) Rasa
Nilai 1 : Asam
2 : Asin
3 : Asin sekali
7. Metode dan Pengumpulan Data
Warna
Rasa
Dalam melaksanakan penelitian metode yang digunakan terdiri dari
tiga macam yaitu:
a. Metode Eksperimen
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan
percobaan langsung yaitu pembuatan keju kedelai, dengan konsentrasi
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus
lactis
dengan
menggunakan waktu yang berbeda dan analisis kadar protein dan kadar
lemak dengan menggunakan alat uji spektrofotometer.
b. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan bantuan dalam mencari
sumber-sumber yang dikutip secara langsung maupun tidak langsung.
Metode ini digunakan untuk melengkapi landasan teori pembahasan
yang digunakan dalam penyusunan skripsi.
c. Metode Dokumentasi
Metode
dokumentasi
menggunakan
kamera
untuk
mendokumentasikan alat, bahan, serta hasil penelitian.
Data hasil perolehan seluruhnya kemudian disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Uji Protein dan Lemak pada keju kedelai
Perlakuan
Kadar Protein (%)
1
2
3
Kadar Lemak (g%)
1
2
3
Jumlah
Ratarata
S1
S2
S3
8. Analisis Data
Dari hasil penelitian yang dilakukan kemudian diuji kandungan
protein dan lemak keju kedelai menggunakan spektrofotometer yang
dilakukan di Laboratorium Kimia Gizi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan deskriptif
kuantitatif. Sedangkan uji organoleptik diperoleh dari pengumpulan
formulir kuisioner yang telah dilakukan.
9. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian yag dilakukan bahan yang digunakan sama,
sedangkan kosentrasi dan waktunya berbeda, sehingga penelitian
menggunakan ANAVA satu jalur. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang dihasilkan .
Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nilai terkecil) untuk
mengetahui
masa
penambahan
konsentrasi
bakteri
yang
paling
berpengaruh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung Faktor Koreksi (Fk)
Fk
= (Yij)2
r.t
2. Menentukan Derajat Bebas ( DB)
a. DB Total
= Jumlah seluruh observasi -1
b. DB Perlakuan
= Jumlah seluruh perlakuan -1
=
c. DB Galat
= DB total – DB perlakuan
=
3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT
= ΣYij2 - FK
4. Menghitung Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKP
= Σ Yij2
r
- FK
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Galat ( JKG )
JKG
= JKT – JKP
6. Menghitung Kuadrat Tengah (KTP)
KTP
= JK Perlakuan
DB Perlakuan
7. Menghitung Mean Kuadrat Galat (MKG)
KTG
= = JK Galat
DB Galat
8. Menghitung Harga Fhitung
FHitung = KT Perlakuan
KTG
9. Mencari FTabel pada 5%
10. Mencari FTabel pada 1%
11. Mengisi tabel anava satu jalur dengan nilai-nilai yang diperoleh
Tabel 3. Anava Satu Jalur Metode Sidik Ragam
Ftabel
Sumber Variasi db
JK
KT
Fhitung
5%
Perlakuan
Galat
Total
Keterangan
* = Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
** = Berbeda secara nyata pada taraf signifikan 1%
Ftabel
1%
Uji BNT taraf 5%
Setelah dilaksanakan analisis data anava satu jalur, maka dilanjutkan
dengan uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan
2. Kuadrat tengah galat (KTG)
3. Derajat bebas galat (DbG)
4. Taraf 5 %
5. Menghitung
Sx =
KT Galat
r
6. Menghitung BNT taraf 5 %
7. BNT 5% = t x Sd
8. Membuat tabel BNT taraf 5 %
9. Membandingkan nilai-nilai perlekuan dalam tabel dengan BNT taraf 5%
10.
Membuat keputusan uji BNT taraf 5 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Kadar protein dan kadar lemak pada keju kedelai dengan
penambahan konsentrasi Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
lactis.
Hasil pengukuran kadar protein dan kadar lemak keju kedelai
dengan penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis yang berbeda adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Kadar Protein Keju Kedelai (dalam %)
Ulangan
Jumlah RataPerlakuan
(T)
rata
1
2
3
S1
8,96
8,95
8,87
26,78
8,93
S2
9,61
10,38
10,07
30,06
10,02
12,54
14,24
15,59
42,37
14,12*
S3
Keterangan:
Keterangan
1%
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus
lactis
2%
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus
lactis
3%
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus
lactis
* Kadar Protein tertinggi pada perlakuan S3 yaitu 14,12%
Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis menghasilkan
perbedaan kadar protein pada masing-masing perlakuan. Kadar protein
tertinggi adalah perlakuan S3 (penambahan konsentrasi bakteri 3%
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai)
yang memiliki kadar protein sebanyak 14,12%, sedangkan kadar protein
terendah adalah perlakuan S1 (penambahan konsentrasi bakteri 1%
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai)
yang memiliki kadar protein hanya 8,79 %, artinya penambahan
konsentrasi bakteri yang lebih banyak akan menghasilkan kadar protein
yang lebih tinggi.
Selanjutnya data kadar protein (Tabel 4.1) diuji dengan Anava Satu
Jalur untuk membuktikan adanya pengaruh penambahan konsentrasi
bakteri terhadap keju kedelai untuk mengetahui kadar protein. Kemudian
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui
perbedaan masing-masing perlakuan. Adapun hasil Uji Anava adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2. Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Kadar Protein Keju
Kedelai
Sumber
Ftabel
Ftabel
Variasi
db
JK
KT
Fhitung
5 %
1%
Perlakuan
2
45,0381 22,5191
27,1511
4,26* 8,02**
Galat
6
4,9767
0,8294
Total
8
50,0148
Keterangan
* = Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
** = Berbeda secara nyata pada taraf signifikan 1%
Berdasarkan Tabel (4.2) menunjukkan, bahwa semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan maka semakin tinggi pula kadar protein . Hal
ini disebabkan karena terbentuk adanya asam amino dan peptida dalam
keju kedelai. Selanjutnya dengan mengacu pada hasil penelitian
mengetahui apakah ada pengaruh pemberian konsentrasi terhadap kadar
protein keju kedelai, maka dilakukan penghitungan uji statistik dengan
analisis varians (Anava) satu jalur (Tabel 4.2) dan diperoleh Fhitung > Ftabel
yaitu 27.1511 > 4,26 pada taraf signifikan 5%. Dengan demikian H0
ditolak dan Ha di terima yang berarti signifikan, bahwa ada pengaruh
penambahan
konsentrasi
bakteri
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus lactis yang berbeda terhadap kadar protein keju kedelai.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara penambahan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap kadar
protein keju kedelai yang dihasilkan.
H1 : Ada pengaruh antara penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap kadar protein keju
kedelai yang dihasilkan.
Hasil Uji Anava yang signifikan, maka dilanjutkan dengan Uji BNT
yang hasilnya sebagai berikut :
S1
8,93
α = 5%
S2
10,02
S3
14,12
Keterangan :
Perlakuan yang dihubungkan garis berarti tidak berbeda nyata.
Perlakuan S1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2 dan S3.
Perlakuan S2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3.
Perlakuan S1 sangat berbeda nyata dengan perlakuan S3.
Hasil Uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan yang paling berbeda
diperoleh pada S3 (penambahan konsentrasi bakteri 3% Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai). Hal ini karena
nilai jarak nyata yang paling besar (4,10 > 2,447 ) pada taraf nyata 5%.
Jadi kadar protein yang tertinggi adalah pada keju kedelai dengan
penambahan konsentrasi bakteri 3% Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis
pada 10 g
keju kedelai, dimana rata-rata kadar
protein mencapai 14,12 %. Sedangkan kadar protein yang terendah adalah
pada keju kedelai dengan
penambahan konsentrasi bakteri 1%
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai,
dimana rata-rata kadar protein mencapai 8,93 % seperti terlihat pada
(Tabel 4.2).
Tabel 4.2. menunjukkan, bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
bakteri
3%
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus
lactis
menghasilkan kadar potein tertinggi yaitu perlakuan S3 sebesar 14,12%,
sedangkan penambahan konsentrasi bakteri 1% Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis menghasilkan kadar protein terendah yaitu
perlakuan S1 sebesar 8,93%. Artinya
penambahan konsentrasi bakteri
yang lebih banyak, maka akan menghasilkan kadar ptotein yang lebih
tinggi.
Tabel 4.3. Kadar Lemak Keju Kedelai (dalam %)
Ulangan
Perlakuan
S1
1
2
3
17,84 18,52 17,96
Jumlah
Ratarata
54,32
18,107
Keterangan
1%
Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus
lactis
2%
Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus
lactis
S2
20,03 20,24 20,65
60,92
20,307
3%
Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus
lactis
S3
22,65 22,69 23,00 68,34 22,780*
Keterangan:
* Kadar Lemak tertinggi pada perlakuan S3 22,780%.
Tabel 4.3. Menunjukkan bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
bakteri menghasilkan perbedaan kadar lemak pada masing-masing
perlakuan. Kadar lemak tertinggi adalah perlakuan S3 (penambahan
konsentrasi 3% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10
g keju kedelai) yang memiliki kadar lemak sebanyak 22,780 %, sedangkan
kadar lemak terendah adalah perlakuan S1 (penambahan
konsentrasi
sebanyak 1% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g
keju kedelai) yang memiliki kadar lemak sebanyak 18,107 %. Artinya
penambahan konsentrasi bakteri yang lebih banyak akan menghasilkan
kadar lemak yang lebih tinggi.
Selanjutnya data kadar lemak (Tabel 4.3) diuji dengan Anava Satu
Jalur untuk membuktikan adanya pengaruh penambahan konsentrasi
bakteri terhadap kadar lemak. Kemudian dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan masing-masing
perlakuan. Adapun hasil Uji Anava adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Kadar Lemak Keju
Kedelai
Sumber
Ftabel
Ftabel
Variasi
db
JK
KT
Fhitung
5%
1%
Perlakuan
2 32,7993 16,3997 368,5315
4,26
8,02
Galat
6 0,5339 0,0890
Total
8 33,3332
Keterangan
* = Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
** = Berbeda secara nyata pada taraf signifikan 1%
Berdasarkan Tabel (4.3) menunjukkan, bahwa semakin tinggi
konsentrasi bakteri yang diberikan maka semakin tinggi pula kadar lemak .
Hal ini disebabkan karena terbentuk adanya asam lemak dan gliserol
dalam keju kedelai. Selanjutnya dengan mengacu pada hasil penelitian
mengetahui apakah ada pengaruh pemberian konsentrasi bakteri terhadap
kadar lemak keju kedelai, maka dilakukan penghitungan uji statistik
dengan analisis varians (Anava) satu jalur (Tabel 4.3) dan diperoleh
Fhitung > Ftabel yaitu 368,5315 > 4,26 pada taraf signifikan 5%. Dengan
demikian H0 ditolak dan Ha di terima yang berarti signifikan, bahwa ada
pengaruh penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis yang berbeda terhadap kadar lemak keju kedelai.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara penambahan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap kadar
protein keju kedelai yang dihasilkan.
H1 : Ada pengaruh antara penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis terhadap kadar protein keju
kedelai yang dihasilkan.
Hasil Uji Anava yang signifikan, maka dilanjutkan dengan Uji BNT
yang hasilnya sebagai berikut :
S1
S2
18,107
20,307
S3
22,780
α = 5%
Keterangan :
Perlakuan yang dihubungkan garis berarti tidak berbeda nyata.
Perlakuan S1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2 dan S3.
Perlakuan S2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3.
Perlakuan S1 sangat berbeda nyata dengan perlakuan S3
Hasil Uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan yang paling berbeda
diperoleh pada S3 (penambahan konsentrasi bakteri 3% Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai). Hal ini karena
nilai jarak nyata yang paling besar (2,47> 2,447 ) pada taraf nyata 5%. Jadi
kadar lemak yang tertinggi adalah pada keju kedelai dengan penambahan
konsentrasi bakteri 3% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
pada 10 g keju kedelai, dimana rata-rata kadar lemak mencapai 22,780 %.
Sedangkan kadar lemak yang terendah adalah pada keju kedelai dengan
penambahan konsentrasi bakteri 1% Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai, dimana rata-rata kadar lemak
mencapai 18,107 % seperti terlihat pada (Tabel 4.4).
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa perbedaan penambahan konsentrasi
bakteri
3%
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus
lactis
menghasikan kadar lemak tertinggi yaitu perlakuan S3 sebesar 22,780%,
sedangkan penambahan konsentrasi bakteri 1% Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis menghasilkan kadar lemak terendah yaitu
perlakuan S1 sebesar 18,107%. Artinya penambahan konsentrasi bakteri
yang banyak akan menghasilkan kadar lemak yang lebih tinggi.
2. Organoleptik Keju Kedelai
Uji orgonoleptik keju kedelai dengan penambahan konsentrasi
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang berbeda
meliputi uji tekstur, warna, dan rasa yang dilakukan pada 10 panelis dan
hasilya disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil uji organoleptik keju kedelai dengan perlakuan
waktu fermentasi dan penambahan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang
berbeda meliputi uji tekstur, warna, dan rasa.
Sampel
Organoleptik
Nilai
Keterangan
S1
Tekstur
1
Lembut
Warna
2
Kuning Keputihan
Rasa
2
Asin
S2
Tekstur
2
Agak Keras
Warna
3
Kuning
Rasa
2
Asin
S3
Tekstur
1
Lembut
Warna
2
Kuning Keputihan
Rasa
3
Asin Sekali
Hasil Tabel 4.5 menunjukkan, bahwa ada perbedaan pemberian
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada
10 gram keju kedelai terhadap organoleptik sebagai berikut:
a. Tesktur Lembut diperoleh perlakuan S1, dan S3, tekstur agak keras
diperoleh perlakuan S2.
b. Warna Kuning keputihan diperoleh perlakuan S1,
dan S3
,
warna
kuning diperoleh perlakuan S2.
c. Rasa Asin diperoleh perlakuan S1, dan S2, rasa asin sekali diperoleh
perlakuan S3.
B. PEMBAHASAN
1. Kadar Protein
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang berbeda
berpengaruh terhadap kadar protein keju kedelai. Hasil uji Anava
memperoleh nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 27,1511> 4,26 pada taraf signifikasi
5% dan pada taraf signifikan 1%, Fhitung > Ftabel yaitu 27,1511 > 8,02
Artinya semakin tinggi konsentrasi bakteri yang diberikan, maka
kecepatan inokulum bertambah sehingga penguraian asam amino semakin
cepat sehingga semakin tinggi pula kadar protein yang terbentuk oleh
asam amino lisin. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada
pembentukan aroma dan dapat memproduksi antimikroba yang efektif
untuk menghambat organisme patogen, sedangkan Streptococcus lactis
lebih berperan pada pembentukan cita rasa keju kedelai. Metabolisme
protein pada keju kedelai dapat dibedakan kedalam 2 kelompok sel, yaitu
katabolisme dan anabolisme. Dalam katabolisme terbentuk karbon asam
yang berupa senyawa amfibolik menghasilkan urea, sedangkan anabolisme
terbentuk sintetis protein asam amino esensial.
Menurut Aulina (2001) protein merupakan senyawa yang terbentuk
dari unsur-unsur organik yaitu C, H, O, N dan S. Selanjutnya
Wirakusumah (2002) protein merupakan molekul besar terdiri ratusan atau
ribuan asam amino yang mempunyai kualitas protein tergantung pada
tingkat asam amino esensial untuk pencernaan, dan kemampuan daya
serap tubuh yang berasal dari protein non esensial yaitu pada biji kedelai.
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang terbentuk
koagulasi susu oleh rennet (enzim pencernaan dalam lambung hewan).
Dari susu cair yang terkoagulasi membentuk substansi padat seperti gel
disebut curd yang dipisahkan dari whey (gumpalan susu) akibatnya terjadi
mikroorganisme yang berasal dari bakteri dengan starter murni untuk
fermentasi terbentuklah keju.
Keju merupakan nilai gizi yang mengandung nutrisi. Kandungan
gizinya sangat baik untuk anak-anak yang ada dalam masa pertumbuhan
juga untuk kaum vegetarian, yaitu mereka yang hanya memakan sayursayuran dan berpantang daging, keju dapat digunakan sebagai pengganti
daging karena kandungan proteinnya yang tinggi.
Keju merupakan produk olahan susu dengan gizi tinggi. Masa
simpan selama 5 hari-15 hari tergantung pada jenisnya. Keju berasal dari
hasil kumpulan dadih yang diberi garam dan diperas membentuk padatan
yang massif. Dengan penyaringan gumpalan susu menggunakan kain
saring, maka cairan terbentuk terbentuk keju yang kaya akan protein.
Dengan adanya penambahan starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococous lactis dapat mempercepat gumpalan keju yang menjadi
padatan masif. Dan sebagian dapat bereaksi dengan membentuk protein
yang terdapat asam amino yang memberi cita rasa dan tekstur keju kedelai.
Teknik dan variasi pembuatan keju dapat dilakukan menurut
kreativitas yang tak terbatas. Misalnya dengan penambahan biji-bijian,
herbal, minuman beralkohol, potongan buah-buahan dan pewarna dalam
curd. Pewarna yang digunakan biasanya adalah merah annatto, tetapi
dalam pembuatan keju ini tidak menggunakan bahan pewarna makanan.
Bahan yang digunakan seperti ekstrak nanas bisa membuat warna keju
menjadi kuning dan dengan penambahan garam untuk menurunkan kadar
air dan sebagai pengawet.
Tabel 4.6. Peranan Mikroba Pada Keju Kedelai
Jenis Mikroba
Fungsinya
Jamur
Mengikat atau menyatukan biji kedelai
menjadi kesatuan yang kompak produk
yang menghasilkan enzim
Bakteri Asam Laktat:
Lactobacillus sp
Fermentasi dalam susu , cita rasa
Mono sodium glutamat
Penghasil hidrolisis protein
Kapang Amilolitik:
Aspergillus
Penghasil enzim protease, asam amino dan
peptida
Khamir Amilolitik:
Lactococcus
Pembentukan asam laktat dan laktosa
Lactobacillus
Bakteri Amilolitik:
Streptococcus sp
Penghasil Protein
Khamir Holotoleran:
S.rouxii
Penghasil rasa
Penghasil glukosa dan gliserol dengan
komponen rasa
Sumber: Saono (1982)
Menurut Tarigan (1988), dalam proses fermentasi asam amino yang
diuraikan menjadi peptida terdiri dari C, H, O, N dan S, kemudian
mengalami proses metabolisme terjadi perubahan kimia dalam keju
kedelai yang dapat dibedakan dari mikroorganisme menyebabkan penyakit
melalui makanan dengan pembentuk asam laktat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan inokulum
adalah macam bahan (substrat) yang digunakan sebagai media
pengembangbiakan mikroba. Sejak persiapan hingga tahap inokulum, PH,
dan temperatur sangat mempengaruhi proses inokulum dengan adanya
pertumbuhan jamur yang akan mendapatkan hasil secara optimal jika
pertumbuhan enzim dan ketersediaan substrat (Tarigan, 1988).
Hasil Uji BNT (Lampiran 1) menunjukkan, bahwa perbedaan
penambahan konsentrasi bakteri 3% Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus lactis menghasilkan kadar potein tertinggi yaitu perlakuan
S3 sebesar 14,12%, sedangkan penambahan konsentrasi bakteri 1%
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis menghasilkan kadar
protein terendah yaitu perlakuan S1 sebesar 8,93%. Artinya penambahan
konsentrasi bakteri yang lebih banyak, maka akan menghasilkan kadar
ptotein yang lebih tinggi.
Hasil Uji BNT (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perbedaan
penambahan konsentrasi bakteri yang
berbeda pada S3 (penambahan
konsentrasi bakteri 3% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
pada 10 g keju kedelai ) tetapi tidak disukai karena memiliki rasa asin
sekali yang disebabkan oleh kandungan protein yang tinggi,sehingga
walaupun protein tinggi rasa manis tidak muncul karena tertutup oleh rasa
asin. Rata-rata kadar protein mencapai 14,12% seperti terlihat
pada
Gambar 4.1 berikut ini :
16
14,12
14
12
Rata-rata kadar protein (%)
10,02
10
Konsentrasi
Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus
lactis
8,93
8
6
4
2
0
S1
S2
S3
Perlakuan
Gambar 4.1. Histogram rata-rata hasil uji kadar protein keju
kedelai
Gambar 4.1. Histogram rata-rata hasil hasil uji kadar protein keju
kedelai menunjukkan, bahwa kadar protein tertinggi pada masing-masing
perlakuan diperoleh S3 yaitu 14, 12%.
Gambar
4.1
menunjukkan,
bahwa
perbedaan
penambahan
konsentrasi bakteri (1%, 2%, 3% pada tiap 10 g keju kedelai)
menghasilkan perbedaan kadar protein pada masing-masing perlakuan.
Kadar protein tertinggi adalah pada perlakuan S3 (penambahan konsentrasi
bakteri 3% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g
keju kedelai) yang memiliki kadar protein sebanyak 14,12 %, sedangkan
kadar protein terendah adalah pada perlakuan S1 (penambahan konsentrasi
bakteri 1% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g
keju kedelai) yang memiliki kadar protein hanya 8,93% tetapi paling
banyak disukai karena memiliki rasa asin. Artinya penambahan
konsentrasi bakteri yang lebih banyak akan menghasilkan kadar protein
yang lebih tinggi
2. Kadar Lemak
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa konsentrasi bakteri yang
berbeda berpengaruh terhadap kadar lemak keju kedelai. Hasil Uji Anava
memperoleh nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 368,5315 >4,26 pada taraf
signifikasi α =5% dan pada taraf signifikan α =1%, Fhitung > Ftabel yaitu
368,5315 > 8,02 Artinya semakin tinggi konsentrasi bakteri yang
diberikan, maka semakin tinggi kadar lemak yang terbentuk. Hasil
pengukuran
kadar
lemak
pada
masing-masing
perlakuan
diatas
menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi bakteri yang diberikan
berarti semakin banyak jumlah bakteri yang terlibat, sehingga kadar lemak
meningkat. Hal ini karena semakin banyak asam lemak dan gliserol dalam
keju kedelai yang dapat diuraikan oleh mikroba (jamur). Kandungan asam
lemak dalam keju kedelai diubah menjadi gliserol, kemudian diubah
menjadi kolesterol. Semakin banyaknya asam atau garam dapat diuraikan
oleh jamur atau bakteri, maka semakin tinggi kadar lemak. Ada dua jenis
mikroba yang mempunyai kemampuan mengubah asam lemak menjadi
gliserol yaitu lemak jenuh dan tidak jenuh dengan bakteri lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis menjadi lemak (Winarno, 1993).
Hasil Uji BNT (Lampiran 2) menunjukkan, bahwa perlakuan yang
paling berbeda pada S3 (penambahan konsentrasi bakteri sebanyak 3%
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai)
tetapi tidak disukai karena memiliki rasa asin sekali yang disebabkan oleh
kandungan lemak yang tinggi. Rata-rata kadar lemak mencapai 22,780%
22,780
20
20,307
15
18,107
5
10
Konsentrasi
Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus
lactis
0
Rata-rata Kadar Lemak (%)
25
seperti terlihat pada Gambar 4.2 berikut ini :
S1
S2
S3
Pe rlakuan
Gambar 4.2 Histogram rata-rata hasil kadar lemak keju
kedelai
Gambar 4.2. Histogram rata-rata hasil hasil uji kadar lemak keju
kedelai menunjukkan, bahwa kadar lemak tertinggi pada masing-masing
perlakuan diperoleh S3 yaitu 22,780%.
Gambar
4.2
menunjukkan,
bahwa
perbedaan
penambahan
konsentrasi bakteri (1%,2%,dan3%) pada tiap 10 g keju kedelai
menghasilkan perbedaan kadar lemak pada masing-masing perlakuan.
Kadar lemak tertinggi adalah pada perlakuan S3 (penambahan konsentrasi
bakteri sebanyak 3% Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
pada 10 g keju kedelai) yang memiliki kadar lemak sebanyak 22,780%,
sedangkan kadar lemak terendah adalah pada perlakuan S1 (penambahan
konsentrasi
bakteri
sebanyak
1%
Lactobacillus
bulgaricus
dan
Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai) yang memiliki kadar lemak
hanya 18,107 %. Artinya penambahan konsentrasi bakteri yang lebih
banyak akan menghasilkan kadar lemak yang lebih tinggi. Menurut
Wirakusumah, 2002, kadar lemak meningkat jika kandungan kalori yang
dikonsumsi terlalu berlebihan, maka dapat meningkatkan kandungan
kolesteraol yang tinggi menyebabkan kegemukan dan penyakit seperti
diabetes, hipertensi, jantung dan ginjal.
Desrosier (1998) bahwa selama bakteri memiliki sekumpulan enzim
yang diketahui menjadi lemak yang berperan pada fermentasi senyawa
asam lemak seperti gliserol menjadi kolesterol. Selain itu menurut
Winarno (1993) kadar lemak dapat meningkat jika kandungan asam lemak
diubah menjadi gliserol. Mikroorganisme
atau bakteri dengan daya
adaptasi dapat melakukan penguraian menjadi bahan organik secara lebih
singkat.
Hasil
mikroorganisme
penelitian
membuktikan
kandungan
mikroba
atau
dengan
penambahan
konsentrasi
bakteri
3%
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis pada 10 g keju kedelai
yang dapat diserap oleh dinding usus dan dapat memberikan lemak
esensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kadar protein
dan kadar lemak dengan penambahan kosentrasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis pada keju kedelai dapat menunjukkan
hasil yang lebih tinggi lemak daripada kandungan protein. Hal ini dapat
dijelaskan dengan Gambar 4.3 sebagai berikut:
Rata-rata Kadar Protein dan Lemak
(%)
25
22,780
20,307
20
18,107
10
Kadar
Protein
Kadar
Lemak
14,12
15
8,93
10,02
5
0
S1
S2
S3
Pe rlakuan
Gambar 4.3 Histogram rata-rata hasil kadar protein dan
lemak keju kedelai
Gambar 4.3. Histogram rata-rata hasil hasil uji kadar protein keju
kedelai menunjukkan, bahwa kadar protein tertinggi pada masing-masing
perlakuan diperoleh S3 yaitu 14,12%, sedangkan kadar lemak tertinggi
pada masing-masing perlakuan diperoleh S3 yaitu 22,780%
Gambar 4.3 menunjukkan, bahwa kadar lemak lebih tinggi daripada
kadar protein pada keju kedelai. Kadar lemak mencapai maksimal
22,780%, sedangkan kadar protein hanya mencapai maksimal 14,12 %.
Hal ini karena proses inokulum keju kedelai berlangsung sehingga
sebagian kecil asam lemak dapat berubah menjadi gliserol.
Lemak adalah bahan yang mengandung asam lemak yang berupa
cair disebut minyak sedangkan padat disebut fat yang diperoleh dari asam
lemak atau lipid hasil penguraian senyawa asam lemak dalam keju kedelai
yang ditambah adanya garam terdapat pada keju kedelai, sehingga
semakin lama inokulum dan semakin banyak konsentrasi bakteri kadar
lemak dan kadar protein semakin tinggi.
Selain itu faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi
adalah kondisi lingkungan (pH, suhu, kosentrasi, air). Sesuai dengan
pendapat Desrosier (1998) yang menyatakan bahwa fermentasi berjalan
dengan baik apabila pH, suhu, dan substrat sesuai dengan pertumbuhan
mikroba dan sel bakteri. Selama proses fermentasi mikroorganisme
bersifat amfibolik, sehingga penguraian bahan dapat berjalan dengan baik
dan kadar lemak meningkat.
Suhu yang digunakan dalam proses fermentasi akan mempengaruhi
yang berperan dalam proses pembuatan keju kedelai. Suhu yang baik
untuk proses fermentasi maksimum adalah 300 C (Lay, 1994).
3. Organoleptik Keju Kedelai
Keju kedelai memiliki tekstur yang agak keras atau lembut , rasa
yang asin dan sedikit mengandung ekstrak nanas, warna kuning. Selama
inokulum keju kedelai mengalami perubahan-perubahan biokimiawi akibat
aktivitas mikroorganisme. Perubahan yang sering terjadi meliputi kadar
asam, total asam, kadar protein, kadar air dan perubahan jumlah
mikroorganisme yang berasal dari bakteri berlangsung.
Beberapa tipe makanan dengan tekstur dan rasa yang khas
diprodukasi oleh fermentasi mikrobia. Sebagai contohnya adalah proses
pematangan keju untuk masa simpan. Kandungan dari makanan yang
difermentasi bertambah seiring dengan bertambahnya aroma, rasa dan
tekstur. Mikrobia yang menghasilkan perubahan yang diinginkan dapat
merupakan flora alami dari bahan mentahnya sebagai inokulum.
a. Tekstur
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan
mulut (pada waktu digigt, dikunyah dan ditelan) ataupun dengan
perabaan jari. Pada saat dilakukan pengujian indrawi sifat fisik bahan
yang saat dikunyah akan lengket di mulut, karena keju kedelai terbuat
dari berbagai macam bahan terutama susu skim, ekstrak nanas yang
dapat menggumpalkan curd. Dapat juga pengamatan dengan jari akan
menimbulkan kesan bahan apakah suatu bahan dapat menimbulkan
tekstur lembut atau agak keras (Kartika, 1998). Tekstur merupakan
faktor mutu yang terlihat nyata dan biasanya dapat diukur serta diawasi
dengan mudah karena pada umumnya seluruh permukaan bahan
kelihatan dari luar.
Hasil penelitian pada Tabel 4.5 menunjukkan, bahwa penambahan
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
yang berbeda memberi pengaruh yang sangat nyata yaitu perlakuan S1,
dan S3 memberikan tekstur lembut, sedangakan perlakuan S2 memberi
tekstur agak keras. Hal ini karena selama proses inokulum keju kedelai
mengalami
perubahan
fisik
dan
biokimiawi
akibat
aktivitas
mikroorganisme.
b. Warna
Warna penting bagi banyak makanan, baik makanan yang tidak
diproses maupun yang dimanufaktur. Warna memegang peran penting
dalam makana dan memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam
makanan.
Hasil penelitian pada Tabel 4.5 menunjukkan, bahwa penambahan
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
yang berbeda memberi pengaruh yang sangat nyata yaitu perlakuan
S1,dan S3 memberi warna kuning keputihan, sedangkan perlakuan S2
memberi warna kuning. Hal ini karena bahan dasar dari susu kedelai
kuning dengan penambahan ekstrak nanas yang warnanya kuning selama
proses inokulum dan diinokulasikan ke starter bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis mengalami perubahan fisik dan
biokimiawi oleh adanya aktivitas mikroorganisme yang berasal dari
bakteri sehingga keju kedelai menghasilkan warna kuning keputihan.
c. Rasa
Ciri khas keju kedelai adalah cita rasa yang sangat unik, yaitu
adanya kombinasi rasa asin karena diberi garam, dan asam adanya
bakteri gram positif yang bersifat asam.
Hasil penelitian pada Tabel 4.5 menunjukkan, bahwa penambahan
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
yang berbeda memberi pengaruh yang sangat nyata yaitu perlakuan S1,
dan S2 memberi rasa asin, sedangakan perlakuan S3 memberi rasa asin
sekali. Hal ini karena waktu penanaman bakteri yang tepat akan
menghasilkan kombinasi rasa asin sekali dengan perbandingan yang
tepat sehingga enak di makan. Sedangkan pada perlakuan yang lain tida
didapatkan rasa asam dan manis. Hal ini karena penambahan konsentrasi
bakteri yang banyak walaupun dari hasil pengujian kadar protein
perlakuan pada penambahan konsentrasi bakteri yang banyak memiliki
kadar protein tinggi, namun rasa asam tidak muncul karena tertutup oleh
rasa asin akibat pemberian garam yang banyak pada keju kedelai dapat
mengakibatkan mikroorganisme yang berasal dari bakteri yang
dihasilkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1) Ada pengaruh penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis terhadap kadar protein keju kedelai. Kadar
protein tertinggi kadar protein tertinggi adalah perlakuan S3 sebesar
14,12% dengan penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis 3% pada 10 g keju kedelai sedangkan kadar
protein terendah adalah perlakuan S1 sebesar 8,93% dengan penambahan
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis 1%
pada 10 g keju kedelai.
2) Ada pengaruh penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus lactis terhadap kadar lemak keju kedelai. Kadar lemak
tertinggi adalah perlakuan S3 sebesar 22,780% dengan penambahan
konsentrasi bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis 3%
pada 10 g keju kedelai.sedangkan kadar lemak terendah adalah perlakuan
S1 sebesar 18,107% dengan penambahan konsentrasi bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis 1% pada 10 g keju kedelai.
B. Saran
1) Perlu adanya sosialisasi pemanfaatan jenis tanaman yang berupa kacangkacangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan olahan
alternatif pembuatan keju kedelai.
2) Perlu adanya inokulum yang optimum untuk mendapatkan kadar protein
dan kadar lemak yang maksimum
3) Perlu adanya penelitian lebih lanjut karena dengan penambahan
konsentrasi bakteri sehingga masih aktif dan menghasilkan kadar protein
dan kadar lemak yang meningkat tinggi.
4) Mengharap penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi home industri
menengah bahwa biji kedelai dapat dijadikan sebagai sumber bahan
alternatif dalam pembuatan keju kedelai.
DAFTR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Budi Daya dengan Pemupukan Efeklif dan Pengelolaan
Bintil Akar Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anonim. 1989. Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.
Anonim. 1998. http://”www. Tanaman Kedelai”. Indonesia.Com/Intisari.
Anonim. 2003. http://”www. Produk Olahan Keju Kedelai”. Pikiran Rakyat.
Com.
Anonymus. 1997. http://”www. Pengolnhan
Tradisional". Pikiran Rakyat. Com.
Keju
Kedelai
dengan
Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo:
PT. Tiga Serangkai.
Aulina, Risqie. 2001. Gizi dan Pengolah Pangan. Yogyakarta: Karya Nusa.
Dadang, Gusyana. 2006. Fungsi Lemak pada Pangan. Manado. MIPA
UNPAD.
Deman, John W. 1997. Kimia Makanan. Bandung: ITB.
Desrosier, Norman W. 1998. Teknologi Pemgawetan Makan. Jakarta: Pustaka
Java.
Esti, Waluyaningrum. 2005. Produksi Keju dari Susu Kedelai (Glicine max)
dengan Penambahan Lactococcus lactis. Palembang: Universitas Bina
Darma.
Fiji, Astuti Febria. 2007. Pembuatan Keju (Soycheese) sebagai Produk
Aletrnaif Pengolah Kedelai (Glycine max) dengan Menggunakan
Bakteri Lacobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis. Palembang:
Universitas Bina Darma.
Kuantaf, J dan Kuantaraf, Kathleen H. Liwi Jaya. 1999. Makanan Sehat.
Bandung: Indonesia Publishing House.
Pelezar dan Chan. 2005. Mikrobiologi Dasar Volume 2. Jakarta: UIP.
Prawirokusumo, Soeharto. 1994.
Universitas Gajah Mada.
Ilmu
Gizi
Komparatif.
Yogyakarta:
Rukmana, Rahmat dan Yuniarsih. 2001. Keju Kedelai dan Karamel Susu.
Yogyakarta: Kanisius.
Santoso, Hieronymus Budi. 1994. Susu dan Keju Kedelai. Yogyakarta:
Kanisius.
Soekarto, S. 1985. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sudarmadji, Bambang Haryono, Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Supardi, Imam. 1982. Mikrobiologi Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Bandung: Alumni.
Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Bandung: Alumni.
Susilorini, Tri Eko. 2006. Aneka Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Syamsudin dan Djakamihardja. 1985. Seni Keterampilan Pertanian" Budi Daya
Kedelai". Bandung: Pustaka Buana.
Tarigan, J. 1998. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Timotius. 1982. Mikrobiologi Dasar. Salatiga: UKSW.
Warsito, Agus. 1997. Biokimia. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT.
Gramedia Utama.
Wirakusumah, Emma S. 2002. Buah dan Sayuran untuk Terapi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Lampiran 1. Penghitungan Uji Anava Satu Jalur Pengaruh penambahan
konsentrasi bakteri dengan perbandingan inokulum
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang berbeda
pada keju kedelai
Perlakuan
S1
S2
S3
Tabel 1. Penghitungan Anava Satu Jalur Kadar Protein keju
kedelai (dalam %)
Keterangan
Ulangan
Jumlah Rata(T)
rata
1
2
3
1% Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus lactis
8,96 8,95 8,87
26,78
8,93
2% Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus lactis
9,61 10,38 10,07 30,06
10,02
3% Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus lactis
12,54 14,24 15,59 42,37 14,12*
B. Uji Anava Satu Jalur
1. Menghitung Faktor Koreksi (Fk)
Fk
= (ΣYij)2
r.t
= ( 26,78 + 30,06 + 42,37)2
3.3
= (99,21) 2
9
= 1093,6249
2. Menentukan Derajat Bebas ( DB)
d. DB Total
= Jumlah seluruh observasi -1
= 9–1
= 8
e. DB Perlakuan
= Jumlah seluruh perlakuan -1
=
= 2
f. DB Galat
= DB total – DB perlakuan
= 6
3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT
= ΣYij2 - FK
= (8,962+9,612+12,542+8,953+10,382 + ……….15,59) – 1093,6249
=1143,6397 - 1093,6249
= 50,0148
4. Menghitung Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKP
= Σ Yij2
r
- FK
= (26,78)2 + (30,06)2 + (42,37 )2 - 1093,6249
3
= 3415,989 – 1093,6249
3
= 45,0381
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Galat ( JKG )
JKG
= JKT – JKP
= 50,0148 – 45,0381
= 4,9767
6. Menghitung Kuadrat Tengah (KTP)
KTP
= JK Perlakuan
DB Perlakuan
=
= 45,0381
2
= 22.5191
7. Menghitung Mean Kuadrat Galat (MKG)
KTG
= = JK Galat
DB Galat
= 4,9767
6
= 0,8294
8. Menghitung Harga Fhitung
FHitung = KT Perlakuan
KTG
= 22,5191
0,8294
= 27,1511
9. Mencari FTabel pada 5%
FTabel ( 0,05) = 4,26
10. Mencari FTabel pada 1%
FTabel ( 0,01) = 8,02
Harga Fhitung di konsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf nyata
0,05, apabila hasil menunjukkan beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji
BNT (Beda Nyata terkecil) dengan taraf 5% yaitu untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan.
Tabel 3. Anava Satu Jalur Metode Sidik Ragam
Ftabel
Sumber Variasi
db
JK
KT
Fhitung
5%
Perlakuan
2 45.0381 22.5191 27.1511
4,26*
Galat
6 4.9767 0.8294
Total
8 50.0148
Keterangan
* = Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
** = Berbeda secara nyata pada taraf signifikan 1%
C. Uji Lanjut BNT
1. Menentukan KT Galat, DB Galat, Ulangan (r)
DB Galat
=6
r ( Ulangan)
=3
t 5%
= 2,447
t 1%
= 3,707
2. Menghitung Standar Deviasi (SD)
SD
= √ 2 (KT Galat )
r
= √ 2 (0,8294)
3
= √1,6588
3
= √0,0553
= 0,2351
3. Menghitung BNT 5 %
BNT 5 %
= t. SD
= 2,447 x 0,2351
= 0,5754
BNT 1 %
= t. SD
Ftabel
1%
8.02**
= 3,707 x 0,2351
= 0,8715
4. Menentukan Beda Nyata Terkecil ( SSD)
Tabel 4. Penghitungan Uji BNT 5 % terhadap kadar protein keju
kedelai dengan penambahan konsentrasi Lactobacillus
bulgaricus dan Sreptococcus lactis.
Perlakuan
Rerata
Berbeda dengan
Hasil
2
3
4
S1
8,93
S2
10,02
1,09*
S3
14,12
4,10**
3,01**
BNT 0,05 = 2,447
BNT 0,01 = 3,707
Keterangan:
* Berbeda nyata
** Berbeda sangat nyata
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa:
1.
Beda nyata dengan S2 (1,09 >0,5754)
2.
Beda nyata dengan S3 (4,10 >0,5754)
3.
Beda nyata dengan S3 (3,01>0,5754)
Dari hasil BNT ( Uji Beda Nyata Terkecil) didapatkan perbedaan yang
sangat nyata (signifikan) masing-masing perlakuan dengan ditunjukkan pada tabel
di atas . Adapun BNT 5% dari 0,05 = 2,447 dan BNT 0,01 = 3,707. Dapat
disimpulkan bahwa setiap perlakuan merupakan kemampuan untuk menghasilkan
kadar protein yang paling tinggi, dapat dikatakan beda nyata apabila signifikan
BNT 5% dan dikatakan beda sangat nyata jika nilai signifikan 1%.
Lampiran 2. Penghitungan Uji Anava Satu Jalur Pengaruh penambahan
konsentrasi bakteri dengan perbandingan inokulum
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis yang berbeda
pada keju kedelai
Tabel 1. Penghitungan Anava Satu Jalur Kadar Lemak keju
kedelai
(dalam g %)
RataKeterangan
Ulangan
rata
Perlakuan
1
2
3
Jumlah
1% Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus lactis
S1
17,84 18,52 17,96
54,32
18,107
2% Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus lactis
S2
20,03 20,24 20,65
60,92
20,307
3% Lactobacillus
bulgaricus dan
Streptococcus lactis
S3
22,65 22,69 23,00
68,34
22,780*
D. Uji Anava Satu Jalur
1. Menghitung Faktor Koreksi (Fk)
Fk
= (Yij)2
r.t
= ( 54,32 + 60,92 + 68,34)2
3.3
= (183,58) 2
9
= 3744,6240
2. Menentukan Derajat Bebas ( DB)
g. DB Total
= Jumlah seluruh observasi -1
= 9–1
= 8
h. DB Perlakuan
= Jumlah seluruh perlakuan -1
=
= 2
i. DB Galat
= DB total – DB perlakuan
=
= 6
3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT
= ΣYij2 - FK
=
(17,842+20,032+22,652+18,523+20,242
+
3744,6240
= 3777,9572 - 3744,6240
= 33,3332
4. Menghitung Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKP
= Σ Yij2
r
- FK
= (18,11)2 + (20,31)2 + (22,78 )2 - 3744,6240
3
= 11332,27 – 3744,6240
3
= 32,7993
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Galat ( JKG )
JKG
= JKT – JKP
= 33,3332 - 32,7993
= 0,5339
……….23,00)
–
6. Menghitung Kuadrat Tengah (KTP)
KTP
= JK Perlakuan
DB Perlakuan
= 32,7993
2
= 16,3997
7. Menghitung Mean Kuadrat Galat (MKG)
KTG
= = JK Galat
DB Galat
= 0,5339
6
= 0,0890
8. Menghitung Harga Fhitung
FHitung = JK Perlakuan
KTG
= 32,7993
0,0890
= 368,5315
9. Mencari FTabel pada 5%
FTabel ( 0,05) = 4,26
10. Mencari FTabel pada 1%
FTabel ( 0,01) = 8,02
Harga Fhitung di konsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf nyata
0,05, apabila hasil menunjukkan beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji
BNT (Beda Nyata terkecil) dengan taraf 5% yaitu untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan.
Tabel 3. Anava Satu Jalur Metode Sidik Ragam
Ftabel
Sumber Variasi
db
JK
KT
Fhitung
5%
Perlakuan
2 32,7993 16,3997 368,5315
4,26
Galat
6 0,5339 0,0890
Total
8 33,3332
Keterangan
* = Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
** = Berbeda secara nyata pada taraf signifikan 1%
E. Uji Lanjut BNT
5. Menghitung Kuadrat Tengah Galat ( KTG)
DB Galat
=6
r ( Ulangan)
=3
t 5%
= 2,447
t 1%
= 3,707
6. Menghitung Standar Deviasi (SD)
SD
= √ 2 (KT Galat )
r
= √ 2 (0,0890)
3
= √0,178
3
= √0,0593
= 0,2436
7. Menghitung BNT 5 %
BNT 5 %
= t. SD
= 2,447 x 0,2436
= 0,5960
BNT 1 %
= t. SD
Ftabel
1%
8.02
= 3,707 x 0,2436
= 0,9030
8. Menentukan Beda Nyata Terkecil ( SSD)
Tabel 4. Penghitungan Uji BNT 5 % terhadap kadar protein keju
kedelai
Berbeda dengan
Perlakuan
Rerata
Hasil
1
2
3
S1
18,11
S2
20,31
2,20*
S1
22,78
2,47*
0,27**
BNT 0,05 = 2,447
BNT 0,01 = 3,707
Keterangan:
* Berbeda nyata
** Berbeda sangat nyata
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa:
4.
Beda nyata dengan S2 (2,20 >0,5960)
5.
Beda nyata dengan S3 (2,47 >0,5960)
6.
Beda nyata dengan S3 (0,27 <0,5960)
Dari hasil BNT ( Uji Beda Nyata Terkecil) didapatkan perbedaan yang
sangat nyata (signifikan) masing-masing perlakuan dengan ditunjukkan pada tabel
di atas . Adapun BNT 5% dari 0,05 = 2,447 dan BNT 0,01 = 3,707. Dapat
disimpulkan bahwa setiap perlakuan merupakan kemampuan untuk menghasilkan
kadar lemak yang paling tinggi, dapat dikatakan beda nyata apabila signifikan
BNT 5% dan dikatakan beda sangat nyata jika nilai signifikan 1%.
LAMPIRAN 4.2. FOTO HASIL PEMBUATAN KEJU KEDELAI DENGAN
EKSPREIMEN
Gambar 1. Biji Kedelai
Gambar 2. Biji Kedelai yang sudah direndam selama kurang lebih 6-8 jam
Gambar 3. Susu Kedelai
Gambar 4. Ekstrak Nanas
Gambar 5. Waterbath
Gambar 15. Hasil Susu Kedelai yang sudah diberi starter
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
Gambar 16. Hasil Keju Kedelai yang sudah jadi
dibungkus dengan kertas alumunium foil
LAMPIRAN 4.3. FOTO HASIL PENGUJIAN KEJU KEDELAI
TERHADAP KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK
DENGAN INOKULUM KONSENTRASI Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus lactis SECARA EKSPREIMEN
LAMPIRAN 4.1 FOTO ALAT DAN BAHAN
Gambar 1 Bahan:
Starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis
Ekstrak Nanas
Enzim Rennet
Susu Skim
Kertas Alumunium foil
Biuret
Phenol phtaelin
Gambar 2. Alat :
Gambar 2.1 Waterbath.
Gambar 2.3. Spektrofotometer
Gambar 2. 5. Mikropipet
Gambar 2.2. Tabung reaksi
dan rak tabung
Gambar 2.4.Alat menguji lemak
Gambar. 2.6 Timbangan kecil
Download