1 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KREDIT PENSIUNAN (Studi Kasus Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor) OLEH LEDYANA TARIDAULY GULTOM H24076067 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJE MEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 2 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KREDIT PENSIUNAN (Studi Kasus Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelengg araan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh LEDYANA TARIDAULY GULTOM H24076067 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 3 Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran Kredit Pensiunan (Studi Kasus Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor) Nama : Ledyana Taridauly Gultom NIM : H24076067 Menyetujui, Pembimbing (Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec) NIP : 19581122 198503 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus : 4 ABSTRAK Ledyana Taridauly Gultom. H24076067. Analisis Strategi Pemasaran Kredit Pensiunan (Studi Kasus Bank Tabu ngan Pensiunan Nasional Cabang Bogor). Di bawah bimbingan Ma’mun Sarma. Adanya persaingan antar bank, menuntut bank untuk menyikapi pola preferensi konsumen yang cenderung berubah. Sebagai bentuk layanan perbankan, kredit menempati posisi yang strategis di dalam operasional perbankan karena kredit merupakan salah satu kontributor utama pendapatan perbankan. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor sebagai bank yang menawarkan produk kredit pensiunan, dituntut untuk memiliki strategi pemasaran yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam mencapai tujuan perusahaan, serta untuk dapat tetap bertahan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mempelajari perkembangan kredit pensiunan di BTPN Cabang Bogor, 2) mengidentifikasi strategi pemasaran melalui kondisi lingkungan internal dan eksternal di BTPN Cabang Bogor, 3) menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan pemasaran di BTPN Cabang Bogor. Data diperoleh dari penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi perusahaan melalui wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, dan literatur -literatur dari perusahaan. Wawancara dan kuesioner tersebut dilakukan terhadap 5 orang karyawan, yaitu : Branch Sales & Marketing Manager , Credit Support Supervisor, Credit Acceptance Supervisor, PGS Sales & Marketing Supervisor, dan Funding Team Leader. Analisis yang digunakan terbagi atas tahap input dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), tahap pencocokan dengan analisis Internal External (IE), dan terakhir tahap keputusan untuk menghasilkan strategi yang terbaik yaitu dengan Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM). Empat alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu market penetration strategy , market development strategy , product development strategy, dan konsolidasi internal. Berdasarkan analisis QSPM, maka prioritas strategi yang terbaik untuk d iterapkan adalah: 1) strategi konsolidasi internal dengan Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,3918, yaitu penguatan ke dalam dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan; 2) market penetration strategy dengan TAS sebesar 6,2589, yaitu strategi menjaga kepercayaan (citra) dengan memberikan pelayanan yang baik dan didukung promosi yang gencar; 3) market development strategy dengan nilai TAS 6,0368, yaitu melakukan pendekatan intensif dengan nasabah kredit pensiunan BT PN Cabang Bogor dan mitra kerja, dan 4) product development strategy dengan TAS sebesar 4,8055, yaitu menyediakan produk kredit untuk pensiunan yang beragam untuk memenuhi kebutuhan nasabah. 5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 21 Februari 198 5, merupakan anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Bapak M. H. Gultom dan Ibu R. S. M. Sitorus. Pendidikan formal dimulai dari SD Budi Mulia pada tahun 1991 -1997. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Regina Pacis Bogor pada 1997 -2000. Pendidikan selanjutnya adalah SMU Regina Pacis Bogor pada tahun 2000 -2004. Pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi DIII Komunikasi Pembangunan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Ke mudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada tahun 2007 di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama pendidikan di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan organisasi. Penulis menjadi Wakil Ketua Komunitas Komunikasi Media (Komned), anggota HIMASEIP (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan) Fakultas Peternakan, dan Ketua Divisi Periklanan Club Jurnalistik Diploma Komunikasi IPB. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang pada Bagian Periklanan di PT Pustaka Abdi Bangsa (Penerbit Republika), dan menjadi wartawan kampus koran lokal Bogor, Harian Pakuan Raya. Penulis juga pernah menjadi anggota Organization Extension of Management (EXOM) pada periode 2008-2009, Departemen Marketing Information and Communication (MIC). 6 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Kredit Pensiunan, Studi Kasus Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor ”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Perkembangan dunia bisnis menyebabkan persaingan yang ketat. Pelaku bisnis berlomba untuk menghasilkan produk guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan tidak sedikit pelaku bisnis yang berusaha menciptakan suatu kebutuhan, sehingga masyarakat merasa perlu untuk mengkonsumsi produknya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal itu pun terjadi dalam bidang perbankan. Persaingan ini semakin terlihat dengan banyaknya bank asing yang memasuki dunia perbankan nasional dengan menawarkan produk yang inovatif. Tingginya tingkat persaingan antar bank tersebut, menuntut bank untuk menyikapi pola preferensi konsumen yang cenderun g berubah. Marketing berperan untuk membentuk, mengembangkan, mengarahkan pertukaran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau pemakai. Sebagai salah satu bidang dari strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian suatu organisasi yang berorientasi pasar, baik dalam lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang terus berkembang. Oleh karena itu, strategi pemasaran yang tepat harus dirancang dan dilaksanakan, untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dal am mencapai tujuan perusahaan, serta untuk dapat tetap bertahan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan perusahaan dalam hal penyusunan strategi pemasaran pada umumnya dan perbankan pada khususnya. Bogor, Juni 2010 Penulis 7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Kredit Pensiunan (Studi Kasus Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat menjadi referensi bagi mahasiswa dan perusahaan dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran kredit pensiunan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak-pihak yang membantu sejak awal kegiatan pe nelitian ini sampai selesainya skripsi ini diantaranya: 1. Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran. 2. Bapak Dr. Ir. Jono Munandar, MSc. selaku Ketua Departemen Mana jemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. 3. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM. selaku Ketua Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. 4. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M. Pd atas kesediaannya menguji dan mem berikan saran kepada penulis. 5. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM. atas kesediaannya menguji dan memberikan saran kepada penulis. 6. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan pandangan dan saran kepada penulis. 7. Bapak Dedi Cahyadi Sutarman, STP, MM. atas bimbingan kepada penulis. 8. Pimpinan dan seluruh karyawan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 8 9. Orangtua dan Irfan Robertson M. Gultom yang se lalu memberikan doa dan dukungan yang tiada putusnya baik secara moril dan materil yang tiada ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. 10. Seluruh keluarga besar Op. Irfan Gultom dan keluarga besar Op. Vera Sitorus atas dukungannya baik m oril maupun materil. 11. Dr, Tunggul Situmorang, Sp. KGH dan seluruh staf RS PGI Cikini atas dukungannya. 12. Anggiat Daniel Maradona Panjaitan atas doa dan dukungannya. 13. Terima kasih kepada rekan -rekan satu bimbingan Pandu, Taruna, Fuji, Nita, Riris, Siti Maisarah, Lenny, Anna, dan Ahmad. 14. Teman-teman dari Komunikasi Pembangunan, Risyda, Retno, Dina, Arief, Hanifah, Mirfat, Tegar, dan Irfan. 15. Teman-teman terkasih Yusi, Okti, Thia, Damayana, Kashita, Cendana, Wulan, Anita, Winda, Enrico, Binsar, dan seluruh keluarga b esar Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, khususnya angkatan 3. 16. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kepentingan bersama yang lebih baik di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semu a pihak. Bogor, Juni 2010 Penulis 9 I. 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis memunculkan suatu persaingan bisnis . Pelaku bisnis berlomba untuk menghasilkan produk guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan tidak sedikit pelaku bisnis y ang berusaha menciptakan suatu kebutuhan, sehingga masyarakat merasa perlu untuk mengkonsumsi produknya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal itu pun terjadi dalam bidang perbankan. Persaingan ini semakin terlihat dengan banyaknya bank asing yang memasuki dunia perbankan nasional dengan menawarkan produk yang inovatif. Tingginya tingkat persaingan antar bank tersebut, menuntut bank untuk menyikapi pola preferensi konsumen yang cenderung berubah. Marketing berperan untuk membentuk, mengembangkan, mengarahka n pertukaran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau pemakai. S alah satu bidang dari strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian suatu organisasi yang berorientasi pasar, baik dalam lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang terus berkembang. Oleh karena itu, strategi pemasaran yang tepat harus dirancang dan dilaksanakan, untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam mencapai tujuan perusahaan, serta untuk dapat tetap bertahan. Strategi pemasa ran ini dimulai dari produk atau jasa yang sedang ditawarkan, jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli sebuah produk, program komunikasi yang berhubungan de ngan pemasaran produk atau jasa, fungsi distribusi dan logistik, manusia yang terlibat dan dari penyajian jasa. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian tersebut bank sebagai industri keuangan akan mengembangkan jenis -jenis produknya dalam bentuk 10 berbagai pelayanan perbankan. Salah satu bentuk produk perbankan yang utama adalah produk kredit. UU RI NO.7 Tahun 1992 tent ang perbankan menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan . Kriteria kredit penggunaan dana dapat dibagi menjad i: (1) Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kegiat an usahanya atau perputaran modal , misalnya pembelian barang dagangan dan lainnya. (2) Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan u ntuk membiayai pembelian aktiva tetap ( misalnya tanah, bangunan, mesin, kendaraan) untuk memproduksi barang dan jasa ut ama yang diperlukan guna relokasi, ekspansi, modernisasi, usaha ataupun pendirian usaha baru. (3) Kredit konsumsi yaitu k redit yang diberikan bank untuk membiaya pembelian barang, yang tujuannya tidak untuk usaha tetapi untu k pemakaian pribadi. Sebagai bentuk layanan perbankan, kredit menempati posisi yang strategis di dalam operasional perbankan karena kredit merupakan salah satu kontributor utama pendapatan perbankan. Oleh karenanya, kredit sebagai produk perbankan bervariasi dan berkembang sesuai dengan kebijakan dan strategi pemasaran perkreditan masing -masing perbankan (http://www. bi.go.id). PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) sebagai salah satu bank nasional pun ikut serta dalam persaingan dunia perbankan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya perubahan yang dilakukan sebagai strategi dalam memasarkan produk -produk perbankan yang dimiliki, diantaranya kredit pensiunan. Kredit pensiunan adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada para pensiunan PNS, pensiunan POLRI/ABRI, veteran, atau janda/duda dari pensiunan tersebut . Kredit ini diberikan kepada pensiunan yang mengambil/menerima uang pensiun melalui kantor pos di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan pengunaan kredit 11 pensiunan ini umumnya bersifat konsumtif . Namun disesuaikan dengan tujuan permintaan kredit dari nasabah. Seiring berjalannya waktu, produk kredit pensiunan pun mengalami perkembangan. Hal itu menyebabkan tidak sedikit dari bank yang menawarkan produk ini. Bank tersebut di antaranya Bank Rakyat Indonesia, Bank Saudara, Bank Bumi Artha, Bank Niaga, dan bank lainnya yang memberikan kredit sejenis. Untuk menyikapi banyaknya kompetitor ini, BTPN harus dapat menyusun strategi yang tepat. Strategi ini meliputi lingkungan internal dan eksternal dari pe rusahaan. 1.2. Perumusan Masalah Semakin tingginya persainga n antar bank di Bogor, menuntut B ank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor memiliki strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran ini dirancang dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluan g dan ancaman yang ada. Strategi pemasaran tersebut tidak terlepas dari kondisi lingkungan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan kredit pensiunan di BTPN Cabang Bogor? 2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari BTPN Cabang Bogor? 3. Bagaimana pemilihan strateg i pemasaran yang tepat oleh BTPN Cabang Bogor terkait dengan bauran pemasaran jasa? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ad alah: 1. Mempelajari perkembangan kredit pensiunan di BTPN Cabang Bogor. 2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal di BTPN Cabang Bogor. 3. Menyusun alternatif strategi pemasaran yang meningkatkan pemasaran di BTPN Cabang Bogor. tepat untuk 12 1.4. Ruang Lingkup Dalam pelaksanaan penelitian ini, dilakukan pembatasan terhadap ruang lingkup penelitian. Hal ini agar dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang akan ditetapkan. Batasan masalah tersebut yaitu penelitian hanya dilakukan terhadap produk kredit pensiunan di Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan sebagai rekomendasi bagi pihak manajemen perusahaan d alam menentukan strategi pemasaran dan kebijakan-kebijakan dalam hal pemasaran, dalam rangka meningkatkan daya saing dan menciptakan kepuasan nasabah. Sedangkan bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai strategi pemasaran suatu perusahaan. Serta diharapkan berguna sebagai pengetahuan bagi pembaca dan sebagai informasi masukan (referensi) bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dan akan mengkajinya lebih mendalam. 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pemasaran Pemasaran (marketing) merupakan sebua h konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai keputusan berkelanjutan bagi stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing merupakan ilmu pengetahuan yang objektif, yang diperoleh dengan penggunaan instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam membentuk, mengembangkan, mengarahkan pertukaran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau pemakai. Sebagai strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian suatu or ganisasi yang berorientasi pasar dalam menghadapi kenyataan bisnis, baik dalam lingkungan mikro maupun makro yang terus berubah (Hasan, 2002). Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk bernilai dengan pihak lain. Pemasaran memperhatikan hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan kons umen, serta aktivitas pesaing. Adapun f ungsi utama pemasaran terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: 1. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. 2. Kekuatan pasar merupakan peluang atau ancaman dari luar yang berinteraksi dengan operasi pemasaran organisasional. 3. Proses penyesuaian adalah proses strategis dan manajerial, dimana bauran pemasaran dan kebutuhan internal sesua i dengan kekuatan pasar. 14 Tingkat kesesuaian antara lingkungan eksternal seperti kekuatan pasar dan kemampuan internal perusahaan dalam merancang bauran pemasarannya dipengaruhi oleh kesuksesan program pemasaran yang dijalankan. Program pemasaran menjadi k arakteristik proses penyesuaian dan hal tersebut penting dalam konteks jasa. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang diterapkan adalah perusahaan tersebut menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menci ptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler, 2002). 2.2. Konsep Strategi Pemasaran Menurut Kotler (2002), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan berdasarkan itu unit bisnis dapat diharapkan untuk mencapai sasaransasaran pemasarannya. Fokus dari strategi pemasaran adalah mencari cara dimana perusahaan dapat membedakan (diferensiasi) diri secara efektif dari pesaingnya, dan dengan kekuatan berbeda tersebut memberikan nilai yang lebih baik kepada kon sumennya. Pada dasarnya, strategi pemasaran erat kaitannya dengan variabel -variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya pemasaran. Strategi pemasaran menurut Bennett dalam Dhamayanti (2008), merupakan pernyataan (eksplisit maupun implis it) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya. Untuk membuat suatu strategi pemasaran diperlukan suatu informasi dari pihak -pihak yang kompeten di perusahaan dalam menghasilkan strategi sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan. Menurut Porter dalam Rangkuti (2005), strategi adalah alat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Fokus dari strategi pemasaran adalah mencari cara-cara dimana perusahaan dapat membedakan (diferensiasi) diri secara efektif dari pesaingnya , dan dengan kekuatan yang berbeda tersebut memberikan nilai yang lebih baik kepada konsumennya. 15 2.3. Lingkungan Perusahaan Strategi pemasaran yang ditetapkan oleh perusahaan menentukan lancar tidaknya kegiatan pemasaran. Pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang, pemasar perlu melakukan analisis terhadap perubahan lingkungan. Lingkungan menyajikan ketidakpastian, karena sifatnya yang selalu berubah dimana pemasaran itu dilakukan. Se tiap bisnis berusaha memelihara kelangsungan hidup perusahaan, mencapai pertumbuhan, meningkatkan kesejahteraan, dan sebagainya, maka perusahaan harus melakukan penyesuaian diri dengan kondisi lingkungannya (Hasan, 2002). Analisis terhadap faktorfaktor yang terdapat dalam situasi pemasaran yang dihadapi perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat. Ketepatan strategi pemasaran yang dipilih akan mempengaruhi analisis terhadap lingkungan eksternal maupun i nternal. 2.3.1. Analisis Lingkungan Internal Menurut Kotler (2002), lingkungan internal adalah lingkungan yang terdiri dari peubah kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dalam kontrol manajemen pemasaran. Analisis lingkungan internal adalah mengkaji kemam puan perusahaan dalam bidang pemasaran, keuangan, produksi, dan organisasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. a. Segmentation, Targetting dan Positioning Menurut Kotler (2002), segmentasi pasar menunjukkan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan sasaran dari suatu perusahaan. Peubah segmentasi utama adalah geografis, demografis, dan perilaku. Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit -unit geografis yang berbeda beda seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi, ko ta atau lingkungan. Peubah -peubah segmentasi demografis adalah usia dan tahap siklus hidup, jenis kelamin, pen ghasilan, generasi dan kelas sos ial. Kemudian peubah-peubah segmentasi psikografis, yaitu gaya hidup dan kepribadian. 16 Sedangkan peubah-peubah segmentasi perilaku terdiri dari kejadian, manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian dan sikap. Setelah perusahaan mengidentifikasikan peluang seg men pasarnya, perlu dievaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa banyak dan yang mana yang akan dibidik (Kotle r, 2002). Penentuan posisi positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan agar menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berbeda dalam benak pel anggan sasarannya. (Kotler, 2002). b. Bauran pemasaran (marketing mix) Menurut Kotler (2002), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Menurut Lovelock (2005) ada 8 (delapan) komponen manajemen jasa terpadu. 1. Produk (product) Semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nila i bagi pelanggan (Lovelock, 2005 ). Kotler (2002) mendefenisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian un tuk dibeli, digunakan atau dikon sumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Menurut Kotler (2002), terdapat lima level produk, yaitu manfaat inti, produk dasar, produk yang diharapkan, produk yang ditingkatkan dan produk potensial. Pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk, yaitu daya tahan, keberwujuda n dan penggunaan (konsumen atau industri). Menurut daya tahan dan keberwujudan, produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu barang yang tidak tahan lama, barang 17 tahan lama dan jasa. Sedangkan barang konsumen dibagi menjadi barang kenyamanan (convinence), belanjaan (shopping), khusus (sp eciality) dan barang yang dalam kondisi normal tidak di cari (unsought). 2. Harga (price) Menurut Lovelock (2005), harga adalah pengeluaran uang untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Menurut Angipora (2002), harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk guna memenuhi kebutuhan dan keinginan yang belum terpuaskan. Di dalam menentukan kebijakan harga dari suatu produk yang dihasilkan tentunya perlu memperhatikan dan mempert imbangkan secara seksama unsur-unsur bauran harga (price mix) yang terdiri dari daftar harga, rabat, potongan tunai, jangka pembayaran dan syarat kredit. Penetapan unsur-unsur dalam bauran harga dari suatu produk yang dihasilkan merupakan salah satu dari c ara produsen untuk menarik para konsumen untuk membeli dalam jumlah lebih banyak secara kontinu. Di samping unsur-unsur bauran harga diatas, maka didalam penetapan harga, perusahaan juga harus memperhatikan nilai dan manfaat dari produk yang dihasilkan gun a memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (A ngipora, 2002). 3. Tempat (place) Menurut Lovelock (2005 ), tempat dan waktu merupakan keputusan manajemen tentang kapan, di mana dan bagaimana menyampaikan jasa pada pelanggan. Menurut Angipora (2002), tempat adalah menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk menjadikan suatu produk yang dihasilkan dapat diperoleh 18 dan tersedia bagi konsumen pada waktu dan tempat yang tepat dimanapun konsumen berada. 4. Promosi (promotion) Menurut Lovelock (2005), promosi merupakan semua aktivitas yang menggu gah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terh adap jasa atau penyedia jasa tertentu. Menurut Angipora (2002), promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan tujuan utama menginformasikan, membujuk, mempengaruhi dan meningkatkan konsumen, agar membeli produk yang dihasilkan. 5. Orang (people) Menurut Payne (1993), salah satu aspek penting dalam memandang orang sebagai unsur bauran pemasaran adalah memahami berbagai peranan dimana orang mempengaruhi tugas pemasaran dan kontak pelanggan. Judd dalam Payne (1993), telah mengembangkan skema kategorisasi berdasarkan hal tersebut, yaitu : i. Contractor secara berkala dan teratur melakukan kontak pelanggan dan secara khusus sangat d ilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pemasaran konvensional. ii. Influencer, meskipun terlibat dalam unsur -unsur bauran pemasaran tradisional, memiliki kontak pelanggan yang jarang atau tidak sama sekali. iii. Modifier adalah orang-orang yang tidak dilibatkan secara langsung dalam kegiatan-kegiatan pemasaran konvensional tingkat tinggi, namun sering melakukan kontak pelanggan. iv. Isolated melakukan berbagai fungsi pendukung dan tidak memiliki kontak pelanggan berkala, serta tidak dilibatkan secara langsung dalam kegiatan -kegiatan pemasaran konvensional. 19 6. Proses (process) Menurut Payne (1993), seluruh kegiatan kerja adalah proses. Proses-proses meliputi prosedur, tugas -tugas, jadwaljadwal, mekanisme, kegiatan dan rutinitas dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada pe langgan. 7. Produktifitas dan kualitas Menurut Lovelock (2005), produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan. Mutu adalah sejauh mana suatu jasa memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya. 8. Bukti fisik (physical evidence) Menurut Lovelock (2005), physical evidence atau bukti fisik merupakan petunjuk visual yang berwujud lainnya yang memberi bukti atas mutu jasa. 2.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal a. Lingkungan Jauh Menurut Umar (2005), lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang dapat diperhatikan adalah faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Lingkungan jauh ini memberikan kesemp atan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju. Penjelasan dari tiap faktor adalah : 1. Faktor Politik Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting ba gi para pengusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. 20 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari faktor politik adalah : i. Undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan ii. Peraturan tentang perdagangan luat negeri iii. Stabilitas pemerintahan iv. Peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja v. Sistem perpajakan 2. Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, maka semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama -sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahanya. Faktor ekonomi ini meliputi : i. Siklus bisnis ii. Ketersediaan energi iii. Inflasi iv. Suku bunga v. Investasi vi. Harga-harga produk dan jasa vii. Produktifitas viii. Tenaga kerja. 3. Faktor sosial Kondisi sosial masyarakat cenderung berubah. Kondisi sosial ini seperti sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Hal ini terkait dengan kondisi kul tural, psikologis, demografis, religious, pendidikan dan etnis. Seperti 21 kekuatan lain dalam lingkungan eksternal yang jauh (remote environment) adalah kekuatan sosial dinamis. 4. Faktor Teknologi Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis maupun pendukungnya. Teknologi itu tidak hanya mencakup penemuan -penemuan yang baru, tetapi meliputi cara pelaksanaan atau metode dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus -menerus harus selalu mengikuti perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau cara operasinya. Agar perusahaan tidak terpuruk karena kesalah an menggunakan teknologi, maka beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : i. Bagaimana kecepatan alih teknologi oleh para pekerja ? ii. Bagaimanakah masa atau waktu keusa ngannya? iii. Bagaimana harga teknologi yang akan diadopsi ? b. Lingkungan Industri Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan di bisnis perusahaan berada. Akibatnya faktor faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Menurut Porter dalam Umar (2005), terdapat enam aspek atau peubah yang membentuk model untuk strategi bersaing (Gambar 1). 22 Pendatang Baru Ancaman Masuk Pendatang Baru Daya Tawar-Menawar Pembeli Para Pesaing Industri Daya Tawar-Menawar Pemasok Pemasok Pembeli Persaingan antar Perusahaan yang ada Stakeholders Ancaman Produk atau jasa Pengganti Produk Pengganti Gambar 1. Strategi bersaing (Porter, 1993) 1. Ancaman Masuk Pendatang Baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, terjadinya misalnya perebutan kapasitas pangsa menjadi pasar dan bertambah, perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada. Dalam hal ini ada beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk. 23 Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah : i. Skala Ekonomi Apabila pendatang baru memproduksi dalam skala kecil, maka akan dipaksa berproduksi pada biaya per unit yang tinggi, padahal perusahaan yang ada tengah berupaya pada skala produksi yang terus diperbesar dan proses produksi yang terus -menerus diefesiensikan, agar harga per unit barang menjadi rendah. ii. Diferensiasi Produk Diferensiasi akan menciptakan hambatan yang masuk yang memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya dan usaha yang besar untuk merebut pelanggan yang loyal kepada perusahaan yang ada atau utama. iii. Kecukupan Modal Jenis industri yang memerlukan modal merupakan hambatan besar bagi pemain baru, terutama pada jenis industri yang memerlukan biaya besar untuk penelitian dan pengembangan (litbang), serta eksplorasi. iv. Biaya Peralihan Hambatan masuk akan tercipta deng an adanya biaya peralihan pemasok, yaitu biaya yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pem asok lainnya. Switching cost berupa biaya latihan, biaya peralatan pelengkap yang harus diganti dan desain ulang produk/jasa. Biaya-biaya ini akan ditanggung oleh konsumennya. Apabila biaya peralihan cukup besar, maka pesaing baru harus memberikan penawaran yang jauh lebih menarik, terutama soal harga. 24 v. Akses Saluran Distribusi Jalur distribusi sangat menentukan penyeba ran produk. Perusahaan yang mempunyai jalur distribusi luas dan bekerja secara baik akan menghambat masuknya produk baru ke dal am pasar. Pendatang baru sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya besar untuk membangun saluran sendiri. vi. Ketidakunggulan Biaya Independen Keunggulan biaya yang dipunyai perusahaan yang ada sulit ditiru oleh pendatang baru. Keunggulan itu mungkin dikarenakan teknologi yang telah dipatenkan perusahaan, konsesi bahan baku, atau subsidi pemerintah. vii. Peraturan Pemerintah Pemerintah biasanya menerbitkan sejumlah aturan yang mengatur bidang-bidang tertentu seperti yang selalu diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, misalnya lewat Daftar Investasi Negatif (DIN). Peraturan pemerintah dapat menimbulkan hambatan masuk bagi pendatang baru. 2. Persaingan Sesama Perusahaan Dalam Industri Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Sedangkan pada pa sar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam hal harga produk. 25 Menurut Porter dalam Umar (2005), tingkat persaingan itu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : i. Jumlah Pesaing Jumlah pesaing tentu akan mempengaruhi tingkat persaingan. Kompetitor hendaknya dilihat dari beberapa sisi, seperti jumlah, ukuran dan kekuatannya. ii. Tingkat Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri yang besar dapat menyediakan sejumlah peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrin ya. Pertumbuhan industri yang lambat sebaiknya tidak direspon dengan ekspansi pasar, kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa pasar pesaing. Kondisi ini dapat menimbulkan trend penurunan harga atau terjadinya perang harga. iii. Karakteristik Produk Produk hendaknya tidak sekedar menyediakan kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki suatu pembedaan (differentiation) atau nilai tambah. iv. Biaya Tetap yang Besar Pada jenis industri yang mempunyai total biaya tetap yang besar, perusahaan hendaknya beroperasi pada skala ekonomi tinggi. Akibatnya adalah perusahaan kadang kala terpaksa menjual produk di bawah biaya produksi. v. Kapasitas Kapasitas selalu berkolerasi dengan biaya produksi per unit. Produksi pada kapasitas tinggi diperlukan untuk menjaga efesiensi biaya per unit. Penambahan fasilitas produksi dapat dilakukan apabila perusahaan telah mampu berproduksi pada tingkat maksimal. 26 vi. Hambatan Keluar Hambatan keluar memaksa perusahaan untuk tidak keluar dari industri. Hambatan ini dapat berupa aset-aset khusus ataupun keseti an manajemen pada bisnis tersebut. Contohnya adalah idea lisme dalam bisnis. Dalam kondisi demikian, perusahaan biasanya akan bertahan dan menghindari kerugian besar sambil menunggu waktu yang tepat untuk keluar. 3. Ancaman dari Produk Pengganti Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakterisktiknya berbeda, barang subtitusi dapat memberikan fungsi yang sama. Ancaman produk subtitusi kuat, bilamana konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk subtitusi itu mempunyai harga lebih murah atau mutunya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. 4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Para pembeli dengan kekuatan yang dimilikinya, mampu mempengaruhi perusaha an untuk menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan pesaingnya. 5. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuannya menaikkan harga atau pengurangan mutu produk atau pelayanan. 6. Pengaruh Kekuatan Stakeholder lainnya Berupa kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai pengaruh dan kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholder yang dimaksud, antara lain pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang 27 mempunyai kepentingan lain dan pemegang saham. Pengaruh dari masing-masing stakeholder adalah bervariasi diantara industri yang satu dengan yang lain. 2.4. Pengertian Bank Menurut Kasmir (2004), bank secara sederhana dapat diart ikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana ters ebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau keduanya, menghimpun dan menyalurkan dana. Jadi dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan dan usaha perbankan me liputi tiga kegiatan utama, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Semua kegiatan bank tersebut, harus dikelola secara profesional melalui pengelolaan pemasaran secara terpadu, pemasaran bank perlu dikelola secara matang mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengendaliannya. 2.5. Konsep Pemasaran Bank Menurut Kasmir (2004) bagi dunia perbankan yang merupakan badan usaha yang berorientasi profit, konsep pemasaran yang paling tepat diaplikasikan adalah konsep pemasa ran yang bersifat kemasyarakatan atau paling tidak menggunakan konsep pemasaran. Konsep pemasaran menyatakan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efekti f dan efisien dibandingkan para pesaing sedemikian rupa sehingga dapat mem pertahankan dan mempertinggi kesejahteraan masyarakat. Seperti halnya dengan konsep pemasaran, konsep pemasaran kemasyarakatan yang merupakan konsep yang bersifat kemasyarakatan juga menekankan kepada penentuan kebutuhan, keinginan, dan minat 28 pasar serta memberikan kepuasan sehingga memberikan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Jadi, dalam kedua konsep tersebut jelas tertuang bahwa pelanggan benar -benar harus diperhatikan. Tujuann ya adalah agar pelanggan tetap setia menggunaka n produk atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh bank. Pemasaran bank harus dikelola secara profesional, sehingga kebutuhan dan keinginan pelanggan akan terpenuhi dan terpuaskan. Jadi, pengelolaan pemasaran bank m erupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan par a nasabahnya terhadap produk dan jasa perbankan, baik produk simpanan (giro, tabungan, dan deposito), pinjaman (kredit) atau jasa-jasa bank lainnya. Pada akhirnya kegiatan pemasaran bank diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kei nginan nasabah serta juga akan memberikan kepuasan kepada para nas abahnya. 2.6. Kredit 2.6.1. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dar i kredit adalah kepercayaaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur), percaya bahwa penerima kredit atau (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan yang dapat berupa bara ng, uang atau jasa (Kasmir, 2005). 2.6.2. Unsur-Unsur Kredit Menurut Untung (2005), unsur -unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit dapat dilihat pada Gambar 2. 1. Kepercayaan. Kepercayaan berarti bahwa si pemberi kredit yakin bahwa prestasi yan diberikannya baik dalam ben tuk uang, barang atau jasa akan benar -benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Tenggang waktu, yaitu w aktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 29 3. Degree of risk, yaitu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. 4. Prestasi atau objek kredit itu tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa Kepercayaan Waktu Unsur Kredit Prestasi Resiko Gambar 2, Unsur-Unsur Kredit 2.6.3. Jenis-Jenis Kredit Kredit yang ditawarkan kepada masyarakat luas beragam. Kasmir (2004) mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis kredit yang biasanya diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut yaitu sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi kegunaan, kredit terdiri dari: a. Kredit investasi yaitu kredit yang biasa digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa pemakaiannya u ntuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasi onalnya. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit, kredit terdiri dari: a. Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi investasi. 30 b. Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. c. Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut. 3. Dilihat dari segi jangka waktu, k redit terdiri dari: a. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling la ma satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan mo dal kerja. b. Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dnegan tiga tahun. c. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas tiga sampai lima tahun. 4. Dilihat dari segi jaminan, terdiri dari: a. Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. b. Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. 5. Dilihat dari sektor usaha, jenis kredit terdiri dari kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri , kredit pertambangan, kredit pendidikan, kred it profesi, kredit pendidikan, kredit perumahan, dan sektor-sektor lainnya. 2.6.4. Manfaat Kredit Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut: 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang, dalam arti: a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada p ara pengusaha yang 31 memerlukan untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya. b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan -perusahaan untuk meningkatkan usahanya. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, karena kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro, bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatka n peredaran uang giral. Selain itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran uang karena dengan mendapat kred it, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Selain itu, kredit dapat meningkatkan peredaran barang , baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli barang -barang dari suatu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang. 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, pemenuhan kebutuhan pokok rakyat . Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar dapat diekspor. 32 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusah a dalam arti setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut, namun adakalanya dibatasi oleh bidang permodalan. Bantuan kredit yang diberikan ol eh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan tersebut, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan, dalam arti dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek -proyek baru. 7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional, dalam arti bank -bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberika n bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri. 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan analisis SWOT pada strategi pemasaran produk penjaminan kredit di Perum Sarana Pengembangan Usaha Jakarta, telah diperoleh enam strategi alternatif pemasaran, yaitu strategi S -O seperti market penetration strategy: mempertahankan pelanggan agar tidak beralih ke pesaing, market development strategy : melakukan pendekatan yang lebih intensif dengan nasabah UKMK dan mitra kerja perbankan. Strategi S-T: penguatan ke dalam perusahaan yaitu dengan memperbaiki kondisi dan kinerja semua sumber daya perusahaan dan melakukan deferensiasi pengguna produk UKMK; strategi W -O seperti perluasan jangkauan daerah layanan dengan membuka kantor -kantor cabang baru di daerah-daerah yang belum dijangkau oleh Perum Sarana dan meningkatkan penggunaan TI, serta peningkatan penyertaan modal pemerintah; Strategi W-T seperti menciptakan in ovasi baru produk penjaminan dan sosialisasi produk penjaminan ke berbagai media. Berdasarkan matriks IE, posisi perusahaan berada pada sel I ( grow and build strategy) dan selanjutnya dengan analisis QSPM, untuk memperoleh 33 market development strategy , sebagai salah satu pendekatan yang lebih intensif dengan nasabah UKMK dan mitra kerja perbankan (Dhamayanti, 2008). Menurut Handayani (2006), berdasarkan analisis QSPM diperoleh prioritas utama strategi yang bisa diterapkan di Bank BRI Cabang Bogor yaitu meningkatkan kualitas pelayanan. Strategi peningkatan kualitas pelayanan ini perlu dilakukan dalam hal mempercepatan mempermudah pelayanan kepada para nasabah, serta meningkatkan kemampuan account officer dalam membantu pertumbuhan usaha nasabah. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh strategi pemasaran yang tepat bagi produk kredit pensiunan di Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor. Dalam memasarkan kredit pensiunan ini, diperlukan strategi yang tepat, karena adanya perbedaan karakteristik nasabah a tau calon nasabah untuk produk kredit pada bank umum lainnya. Penelitian ini dilakukan menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE, matriks IE, dan penentuan strategi pemasaran yang tepat dengan menggunakan QSPM. 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam pelaksanannya, penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan. Terlebih dahulu perlu diketahui faktor -faktor yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan untuk menyusun strategi pemasaran. Langkah awal dari penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan perusahaan saat ini. Hal ini dimaksudkan agar strategi pemasaran yang akan diterapkan mengarah pada pencapaian tujuan akhir yang membantu rencana dan keputusan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah selanjutnya mengetahui perkembangan kredit pensiunan. Kemudian, dilakukan analisis lingkungan pemasaran yang meliputi lingkungan internal dan eksternal. Hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan serta peluang dan ancaman yang ada saat ini, sehingga strategi pemasaran yang akan dihasilkan dapat sesuai. Variabel -variabel internal dan eksternal yang telah diperoleh kemudian diringkas dan dijabarkan dalam matriks IFE dan EFE. Hasil yang berupa total skor dari ked ua matriks tersebut, dipadukan dalam matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan berdasarkan kelompok strategi growth and build, hold and maintain, serta strategi harvest and divest, sehingga diperoleh beberapa alternatif strategi pemasaran. Setelah diperoleh beberapa altern atif strategi pemasaran dari matriks IE, selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan untuk menentukan strategi yang paling tepat sesuai dengan kondisi perushaan saat ini. Dalam tahap pengambilan keputusan saat ini digunakan QSPM sebagai alat analisisnya. Strategi pemasaran yang dihasilkan selanjutnya dikaitkan dengan kondisi perkembangan perkreditan pensiunan. Tahapan dari kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 3. 35 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Cab ang Bogor Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Perkembangan Kredit Pensiunan Analisis Lingkungan Pemasaran Lingkungan Internal: ï‚· STP (Segmentation, Targetting, dan Positioning) ï‚· Bauran Pemasaran 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi 5. SDM 6. Proses 7. Produktivitas dan kualitas 8. Bukti fisik Lingkungan Eksternal: ï‚· Lingkungan Jauh (politik, ekonomi, sosial, teknologi) ï‚· Lingkungan Industri 1. Ancaman masuk pendatang baru 2. Persaingan sesama perusa haan dalam industri 3. Ancaman dari produk pengganti 4. Kekuatan tawar –menawar pembeli 5. Kekuatan tawar menawar pemasok Matriks IFE Matriks EFE Matriks IE QSPM (Pengambilan Keputusan Prioritas strategi) Strategi Pemasaran Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian 36 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Cabang Bogor, bertempat di J l. Raya Pajajaran No. 63 Bogor. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Cabang Bogor merupakan bank yang tetap dapat bertahan, bahkan semakin berkembang, meskipun terdapat persaingan dalam bidang perbankan. Dengan segmen utamanya yaitu pensiunan, BTPN Cabang Bogor menawarkan produk -produk yang beragam, diantaranya kredit b agi pensiunan. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Maret 2010. 3. 3. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penel itian berupa data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data primer diperoleh dari hasil o bservasi atau pengamatan langsung di lokasi perusahaan melalui wawancara dan kuesioner dengan pihak perusahaan yang mengetahui dan memahami kondisi perusahaan dengan baik serta berperan langsung dalam perumusan strategi pemasaran. Wawancara dilakukan mengenai hal-hal yang terkait dengan tujuan penelitian, seperti yang tercantum pada Lampiran 1. Kuesioner memberikan pertimbangan dalam menentukan bobot dan peringkat pada matriks IFE dan EFE, serta menentukan daya tarik rela tif pada QSPM. Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2 . Wawancara dan kuesioner tersebut dilakukan terhadap 5 orang karyawan, yaitu : Branch Sales & Marketing Manager , Credit Support Supervisor, Credit Acceptance Supervisor, PGS Sales & Marketing Supervisor, dan Funding Team Leader. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, dan literatur -literatur dari perusahaan. 3.3.1. Metode pengolahan dan analisis data Pengolahan data dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan konsep manajemen strate gis yang ada. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif untuk menjawab permasalahan dan dalam bentuk studi kasus yaitu pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Cabang Bogor. 37 Menurut David (2002), teknik formulasi strategi terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Input : Tahap meringkas informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. 2. Tahap Pencocokan : Tahap yang terfokus untuk menghasilkan strategi alternatif dengan memadukan faktor internal dan eksternal malalui matriks IE sebagai alat analisisnya. 3. Tahap Keputusan : Dengan menggunakan matirks QSPM diperoleh strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Tabel 1. Matriks Faktor Strategi Internal Faktor-faktor Bobot Rating Skor Strategi Internal Kekuatan: 1 2 Kelemahan: 1 2 Total 1,00 Sumber: David (2002) 3.3.2. Analisis Matriks Evaluasi Internal dan Eksternal (IFE dan EFE) Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam per usahaan, sehingga diketahui faktor-faktor internal perusahaan. Sedangkan matriks EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi peluang dan ancaman utama perusahaan, sehingga diketahui fak tor-faktor eksternal perusahaan. 38 Data yang diperoleh diklasifikasika n secara kualitatif menurut analisis lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, serta analisis lingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi. Penentuan bobot setiap faktor internal dan eksternal, dilak ukan dengan cara mengajukan indentifikasi faktor strategi internal dan eksternal dengan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 2000). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penentuan bobot adalah sebagai berikut: 1. Menuliskan daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting (critical success factors) untuk aspek internal (kekuataan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) pada kolom pertama. 2. Penilaian bobot (weight) setiap faktor stra tegis internal serta variabel dalam struktur industri. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3 d engan keterangan sebagai berikut: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal. 3 = Jika indikator horizontal lebih penti ng daripada indikator vertikal. 3. Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai setiap variabel jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus: Keterangan: ai = bobot variabel ke-i Xi = nilai variabel ke-i 39 i = 1, 2, 3, …, n n = jumlah variabel Total bobot yang harus diberikan harus sama dengan 1,0. Data internal yang diperoleh, kemudia n diklasifikasikan secara kualitatif untuk mengetahui kekuatan da n kelemahan perusahaan, yaitu dengan matriks IFE. Sedangkan data eksternal diklasifikasikan secara kualitatif untuk mngetahui peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan dengan menggunakan matriks EFE. Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Eksternal Faktor-faktor Bobot Rating Skor Strategi Eksternal Peluang 1 2 Ancaman 1 2 Total 1,00 Sumber: David (2002) 3.4. Analisis Matriks Internal eksternal (IE) Menurut David (2002), matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu horizontal/sumbu X , dan total skor EFE pada sumbu vertikal/ sumbu Y. Sel-sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki dampak strategi yang berbeda, yaitu: 1. Sel I, II, atau IV digambarkan sebagai Growth dan Build (tumbuh dan bina). Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif seperti market penetration, market development dan product development. Strategi integrasi seperti backward integration, forward integration, dan horizontal integration. 40 2. Sel III, V atau VII adalah yang terbaik dan dapat dikelola dnegan strategi-strategi Hold dan Maintain pertahankan dan pelihara). Strategi-strategi yang umum dipakai adalah strategi market peneteration dan product development. 3. Sel VI, VIII atau IX adalah strategi Harvest atau Divestiture (panen dan divestasi). SKOR TOTAL IFE Kuat Rata -rata Tinggi SKOR TOTAL EFE 2,0 3,0 4,0 Lemah I II III Grow and Build Grow and Build Hold and Maintain IV V VI Grow and Build Hold and Maintain Harvest and Divestiture VII VIII IX Hold and Maintain Harvest and Divestiture Harvest and Divestiture 3,0 Rata-rata 2,0 Rendah 1,0 Gambar 4. Matriks IE (David, 2002) 3.5. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) digunakan untuk menentukan alternatif strategi pemasaran yang paling baik atau yang menjadi prioritas untuk dijalankan oleh perusahaan. Secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif ( relative 41 attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Contoh matrik s QSPM dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks QSPM Faktor-faktor Alternatif Strategi sukses kritis Bobot Strategi I AS Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber: David (2002) TAS Strategi II AS TAS Strategi III AS TAS 42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) didirikan di Bandung pada tahun 1958, yang pada awalnya bernama Bank Pegawai Pensiunan Militer (BAPEMIL) dengan status usaha sebagai badan perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan untuk membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil. Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan ijin usaha sebagai Bank Tabungan. Pada 1993 status BTPN menjadi Bank Umum. Selanjutnya selama periode 19 97-2008, BTPN mengalami beberapa kali perubahan kepemilikan. Pada 12 Maret 2008 BTPN sukses melakukan go public dengan melepas saham milik pemerintah c.q. PT Perusahaaan Pengelola Aset (PPA) sebesar 28,39%. Pada 14 Maret 2008 TPG Nusantara, S.a.r.l. mengak uisi 71,6% saham BTPN, sehingga menjadi pemegang saham utama. TPG adalah suatu lembaga investasi internasional terkemuka dari Amerika Serikat dengan portofolio aset lebih dari US$60 miliar di berbagai industri, termasuk di sektor keuangan. Di kawasan Asia, TPG telah aktif beroperasi sejak tahun 1994, dan berpengalaman menjadi pemegang saham di berbagai perusahaan sektor keuangan, seperti Korea First Bank, Korea Selatan; Shenzen Development Bank, China; Shiram Finance, India; Taishin Bank, Taiwan dan BankThai, Thailand. TPG juga berperan sebagai investor di 43 banyak perusahaan di berbagai benua, seperti Burger King, Lenovo, Parkway Medical, Texas Utility Company (TXIJ), Utac, dan lain-lain. Selain terus mengembangkan bisnis inti di pangsa pasar pensiunan yang telah menjadi tulang punggung selama lebih dari 50 tahun, pada akhir 2008 BTPN telah mengembangkan usahanya di pangsa pasar Usaha Mikro kecil dan Unit Usaha Syariah. Kini, BTPN dikenal sebagai bank publik skala menengah bereputasi prima dan salah satu bank dengan kinerja keuangan terbaik di Indonesia yang telah meraih berbagai pengakuan dalam bentuk penghargaan dari lembaga terkemuka dan terpercaya. 4.1.2. Visi, Misi dan Nilai-nilai Perusahaan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk mempunyai visi yaitu bersama, kita ciptakan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti. Sedangkan misi dari PT BTPN (Persero) yaitu menjadi bank mass market terbaik, mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia. Mass market yang dimaksud adalah segmen masyarakat berpenghasilan rendah dan segmen usaha mikro dan kecil. Adapun nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan ditunjukan dengan Gambar 5. Gambar 5. Nilai-nilai BTPN 44 4.1.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi di Bank BTPN Cabang Bogor disusun dalam rangka mendukung kegiatan operasional dan meningkatkan efisiensi serta ketahanan menghadapi persaingan perbankan. Hal itu tidak terlepas dengan mutu yang selalu ingin ditingkatkan perusahaan. Setiap jabatan yang ada, terdiri dari job description yang meliputi tugas, wewen ang dan tanggung jawab untuk masing masing jabatan. Bidang kerja pada kantor cabang ini, secara garis besar dibagi menjadi tiga bidang, yaitu operasional, pemasaran (marketing) dan tim khusus pengumpulan dana (funding team). Struktur organisasi selengkapn ya dapat dilihat pada Lampiran 3. Kantor cabang diberikan kewenangan secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Namun demikian, kewenangan tersebut dibatasi oleh kebijakan -kebijakan dari kantor wilayah dan kantor pusat, seperti penetapan suk u bunga, rencana kerja dan anggaran, dan sebagainya. Pendelegasian wewenang dari kantor pusat ke kantor cabang dilakukan secara birokrasi melalui kantor wilayah (region). 4.1.4. Perkembangan Perkreditan Pensiunan Produk kredit mengalami perubahan dala m kurun waktu 20052009. Kredit pensiunan mengalami peningkatan jika dilihat dari total kredit yang disalurkan per tahunnya. Akan tetapi , adapula produk kredit yang mengalami penurunan. Kredit yang ditujukan untuk deposan (Back To B ack/BTB) dan umum tidak dipasarkan kembali, karena kurang diminati oleh nasabah. Hal itu terlihat dari data volume kredit dalam kurun waktu 2005 -2009 yang ditunjukkan pada Tabel 4. 45 Tabel 4. Perkembangan Kredit Bank BTPN Cabang Bogor lima tahun terakhir JUMLAH JENIS NO PEMINJAM 2005 2006 2007 2008 2009 1 Pensiunan 121.246.742.469 195.670.948.967 267.341.529.291 276.813.488.579 323.689.969.949 2 Pegawai aktif 5.111.650.446 6.619.368.993 13.908.594.396 22.561.407.080 21.710.927.928 3 Deposan/BTB 8.765.688 15.250.000 390.300.000 * * 4 Karyawan 2.782.067.200 2.445.755.081 2.277.126.103 1.238.563.117 611.896.371 5 Umum 81.312.000 * * * * JUMLAH 129.230.537.803 204.751.323.041 283.917.549.790 300.613.458.776 346.012.794.248 Sumber: BTPN Cabang Bogor (2009) Keterangan *: produk tidak dipasarkan Kredit pensiunan setiap tahun terjadi peningkatan. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan kredit pensiunan berfluktuatif mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2006 hingga tahun 2008, kredit pensiunan mengalami penurunan ditan dai dengan turunnya presentase sebesar 61,38% pada tahun 2006 menjadi 36,63% pada tahun 2007, dan 3,54% p ada tahun 2008. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 . Pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 16,9%. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Pertumbuhan Kredit Pensiunan (%) 80 60 61.38 40 36.63 20 0 16.9 Pertumbuhan Kredit Pensiunan (%) 3.54 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Kredit Pensiunan 46 Presentase kontribusi kredit pensiunan bervariasi per tahunnya, sebagaimana dilihat pada Gambar 7. Hasil dari perhitungan mengenai kontribusi kredit pensiunan dapat dilihat pada lampiran 1.Pada tahun 2005 sebesar 93,82%, lalu p ada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 95,57%, kemudian p ada tahun 2007 dan 2008 mengalami penuru nan sebesar 94,16% dan 92,08% dan pada tahun 2009 meningkat hingga 93,55%. Kontribusi Kredit Pensiunan (%) 96 95 94 93 92 91 90 95.57 94.16 93.82 93.55 Kontribusi Kredit Pensiunan (%) 92.08 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Gambar 7. Grafik Kontribusi Kredit Pensiunan 4.2. Analisis Lingkungan Internal 4.2.1. Segmentation, Targeting dan Positioning 1. Segmentation Kredit pensiunan yang menjadi produk Bank Tabungan Pensiunan Nasional memiliki segmentasi pensiuna n yang bertempat tinggal di wilayah sekitar Bogor . Pensiunan ini, terdiri dari pensiunan Pegawai Negeri Sipil, pensiunan Kepolisian Republik Indonesia, pensiunan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, veteran, dan janda atau duda dari pensiunan tersebut. Pensiunan ini umumnya berusia di atas 50 tahun. Batas pelunasan kredit pada saat berusia 75 tahun sesuai dengan perjanjian kerjasama d engan pihak asuransi. 47 2. Targeting Pensiunan yang menjadi target pasar dari produk Kredit Pensiunan ini tidak hanya pensiu nan PNS, pensiunan POLRI, pensiunan ABRI; tetapi juga pensiunan BUMN yang memiliki Yayasan Dana Pensiun seperti PT Pertamina, PT PLN, PT Telkom, dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula pensiunan yang berasal dari wilayah luar Bogor, seperti Sukabumi, Cianjur dan sebagainya. Kredit pensiunan ini ditujukan kepada pensiunan yang memerlukan dana lebih besar daripada penghasilan yang diterima ataupun memerlukan dana secara tak terduga. Karena bersifat konsumtif, umumnya pensiunan melakukan kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan pangan, pembayaran sekolah anak, atau perbaikan rumah. Walaupun demikian, adapula yang bersifat produktif, yaitu pensiunan yang menggunakan jenis kredit ini untuk membuka lapangan usaha. 3. Positioning BTPN meyakini adanya peluang untuk mengubah hidup berjuta rakyat dengan melayani segmen mass market di Indonesia, Unique Value Proposition BTPN terletak pada cara pelayanan yang menggabungkan antara misi bisnis dan sosial. Berusia 52 tahun pada 2010, BTPN semakin matan g dan terpercaya karena: a. BTPN terbukti sukses melalui krisis keuangan tahun 1997-1998, serta pada tahun 2008 dan 2009 membukukan kinerja yang baik di tengah gejolak ekonomi yang dinamis. b. Melayani segmen nasabah khusus (Pensiunan dan Usaha MIkro Kecil-UMK) dengan modal bisnis unik namun sederhana. 48 c. BTPN adalah bank non devisa, sehingga di dalam kegiatannya tidak ada resiko fluktuasi valuta asing. d. Jaringan kantor luas, per 31 Desember 2009 telah mencapai 1.030 kantor. e. Peringkat bank ke-16 menurut asset total, peringkat 1 tingkat keuntungan dan efisiensi selama 2 tahun berturut turut, dan per September 2009 peringkat 2 rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio -CAR) sebesar 21,3% dengan rasio kredit bermasalah (Non -Performing Loan-NPL) net 0%. f. Didukung oleh pemegang saham bereputasi internasional, yaitu TPG, USA (melalui TPG Nusantara). g. Mengedepankan prinsip -prinsip Good Corporate Governance dalam setiap aktivitas bisnis yang dilakukan. h. Dikelola secara professional oleh bankir -bankir nasional dengan pengalaman internasional, dan karyawan yang ahli dalam bidangnya, dengan pimpinan. Sesuai dengan misi Bank Tabungan Pensiunan Nasional, yaitu menjadi bank mass market terbaik, mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia; BTPN Cabang Bogor juga ingin menanamkan di benak nasabahnya bahwa BTPN Cabang Bogor merupakan bank yang fokus dan berkomitmen terhadap masyarakat berpenghasilan rendah dan usaha mikro. Hal ini mendukung program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. 4.2.2. Analisis Bauran pemasaran (Marketing Mix) A. Produk (Product) Produk kredit pensiunan yang ditawarkan BTPN Cabang Bogor merupakan kredit yang ditujukan kepada para pensiunan yang masih menerima gaji melalui kantor pos di seluruh Indonesia. Sehingga pembayaran tagihan dari kredit tersebut dipotong dari gaji yang diterima oleh peminjam 49 (pensiunan). Kredit bernilai Rp 1.000.000 - Rp 100.000.000 atau lebih, dengan jangka waktu pengembalian hingga 10 tahun, yaitu maksimal pada saat peminjam berumur 75 tahun , sesuai dengan usia pensiun yang ditanggung oleh pi hak asuransi. Berdasarkan data perkembangan volume dana yang berhasil disalurkan di Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor selama lima tahun terakhir, maka dapat dilihat bahwa pinjaman untuk pensiunan mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 sebesar R p 121.246.742.269 dan Rp 323.689.969.949 pada tahun 2009. Dari keseluruhan total kredit yang disalurkan oleh B TPN Cabang Bogor, sebagian besar merupakan kredit pensiunan. Dilihat dari besarnya presentase dari tingkat kontribusi tersebut, kredit pensiunan i ni merupakan salah satu produk unggulan bagi BTPN Cabang Bogor. B. Harga (Price) Penetapan keputusan harga yaitu penetapan tingkat suku bunga yang digunakan BTPN Cabang Bogor terhadap kredit pensiunan, ditentukan oleh Divisi Treasury kantor pusat BTPN. Dalam hal ini kantor cabang tidak diberikan wewenang untuk menaikan atau pun menurunkan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan oleh kantor pusat BTPN. Penetapan tingkat suku bunga tersebut berdasarkan kondisi makro ekonomi, diantaranya yaitu inflasi, dana piha k ketiga, dan overhead cost. Dilihat dari tingkat suku bunganya, jika dibandingkan dengan tiga kompetitor utamanya yaitu BRI, Bank Jabar dan Bank Saudara; tingkat suku bunga yang digunakan BTPN pada produk kredit pensiunnya, terbilang tinggi. Pada tingkat suku bunga progressive saat ini, untuk pinjaman jangka waktu 1 sampai 3 tahun sebesar 0,89%, jangka waktu 3 sampai 5 50 tahun sebesar 1,2%, dan 1,4% untuk jangka waktu 6 hingga 10 tahun. C. Lokasi dan Tata Letak (Place) Kegiatan fungsional dari Bank Tabungan Pen siunan Nasional Cabang Bogor dilakukan di Jl. Raya Pajajaran No. 63 Bogor. Lokasi ini strategis, yaitu berada dekat dengan mitra kerja BTPN yaitu PT Taspen dan Kantor Pos. Hal ini untuk memudahkan pelaksanaan operasional perusahaan. Pendirian sebuah kantor cabang, ditentukan oleh PO (Project Officer) melalui Surat Keputusan direksi. PO akan mencari lokasi kantor yang tepat. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan lokasi tersebut yaitu daerah pusat bisnis, strategis dengan nasabah dan mitra kerja, dan harga yang sesuai. Pada prosesny a, PO akan melakukan studi kelayakan terhadap lokasi tersebut, dan kemudian memberikan usulan serta diputuskan oleh direksi. Sedangkan layout dari kantor telah ditentukan oleh pusat, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Seperti halnya kantor cabang BTPN yang tersebar di seluruh Indonesia, BTPN Cabang Bogor juga memiliki kantor cabang pembantu dan kantor kas. Ja ringan kantor BTPN di wilayah Bogor meliputi Kantor Cabang Bogor, Kantor C abang Pembantu Cibinong, Kantor Ka s Ciawi, Kantor Kas Leuwiliang, Kantor Kas Cisarua, Kantor Kas Kedung Halang, dan Kantor Kas Cimanggis. D. Promosi (promotion) Promosi yang dilakukan oleh BTPN Cabang Bogor antara lain meliputi: 1. Periklanan (advertising) Promosi yang dilakukan oleh BTPN Caban g Bogor melalui iklan antara lain adalah promosi radio setempat di kota Bogor, surat kabar lokal, dan pemasangan billboard 51 di lokasi yang strategis. Tidak hanya itu, perusahaan juga menyediakan brosur-brosur tentang produk kredit pensiunan itu, pelaksanaan undian berhadiah bagi peminjam pensiunan, maupun program -program lain yang diselenggarakan bagi para pensiunan. 2. Promosi penjualan (sales promotion) Promosi penjualan yang dilakukan BTPN Cabang Bogor terhadap salah satu produknya, yaitu kredit pensiunan antara lain memberikan hadiah atau souvenir kepada nasabah baru serta mengadakan undian bagi seluruh peminjam (pensiunan). Tidak hanya itu, perusahaan juga memiliki program Pensiun Sehat dan Sejahtera. Program ini ditujukan untuk memfasilitasi pensiunan dala m menghadapi masa tuanya, terutama dalam bidang kesehatan. Pada awal bulan, BTPN menyediakan sosialisasi kesehatan seperti menjaga asam urat, pencegahan kepikunan (demensia), dan sebagainya. Tidak hanya itu, bekerjasama dengan PT Pertamina Bina Medika dan Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia, para pensiunan diberikan fasilitas untuk memeriksakan kesehatannya oleh dokter yang telah disiapkan. Diadakan awal bulan karena BTPN Cabang Bogor umumnya dipenuhi oleh nasabah pensiunan yang ingin mengambil gaji atau pun melakukan traksaksi kredit. 3. Publisitas (publicity) Kegiatan publisitas yang dilakukan BTPN Cabang Bogor adalah dengan kegiatan-kegiatan mensponsori yang ataupun dilakukan mengadakan bersama dengan instansi-instansi pemerintah, berkaitan dengan pensiu nan. Hal ini juga menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk mensosialisasikan produk kredit pensiunan bagi para pensiunan maupun calon pensiunan. Kegiatan 52 dilaksanakan dengan mengumpulkan target dari data pensiunan yang dimiliki oleh Yayasan Pensiunan dari berbagai institusi, misalnya Yayasan Pensiunan PT Pertamina (Persero). 4. Penjualan pribadi (personal selling) Personal selling yang dilakukan oleh tim marketing dari kredit pensiunan di BTPN Cabang Bogor terbagi atas empat tahapan yang dilakukan rutin setiap bulannya. Berikut merupakan tahapan kegiatan berdasarkan urutan mingguannya. ï‚· Minggu 1: Job hunting, yaitu menawarkan kredit bagi nasabah-nasabah yang mengunjungi kantor BTPN Cabang Bogor. ï‚· Minggu 2: Forest hunting atau door to door, yaitu dengan menyebarkan brosur-brosur di tempat-tempat strategis. ï‚· Minggu 3: Direct mail, yaitu mengirimkan brosur melalui surat kepada nasabah atau calon nasabah. ï‚· Minggu 4: Door to door, yaitu dengan mengunjungi target untuk menawarkan dan menjelaskan aplikasi yang ditawarkan. E. Orang/SDM (People) Jumlah karyawan pada BTPN Cabang Bogor adalah 125 orang. Pada umumnya, karyawan tersebut berlatar belakang pendidikan S1 dan D3. Pada kegiatan operasionalnya, BTPN Cabang Bogor juga menerima magang bagi siswa Sekolah Menengah Umum. Berdasarkan fungsi kerja, SDM yang terdapat di BTPN Cabang Bogor secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu operasional, pemasaran dan funding team. Masing- 53 masing bagian dipimpin oleh kepala bagian yang professional di bidangnya. Sesuai dengan tujuan perusahaan yang ingin memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan pelanggan, BTPN Cabang Bogor berusaha meningkatkan kinerjanya dengan memberikan pelatihan bagi para karyawan sesuai dengan bidang kerjanya. Pelatihan yang dilakukan antara lain yaitu pelatih an service excellent, pelatihan kepemimpinan, dan sebagainya. Dengan adanya pelatihan tersebut, akan menjadikan sumber daya manusia (SDM) dari BTPN Cabang Bogor lebih berkualitas dan berorientasi pada pelayanan. F. Proses (Process) Proses transaksi di BTPN Ca bang Bogor dimulai pada pukul 08.00 pagi hingga 16.00 setiap harinya. Namun pada awal bulan yaitu 4 hari pertama, pelayanan dilakukan lebih awal yaitu pukul 04.00 pagi, 05.00, 06.00, dan 07.00 pagi. Hal tersebut dikarenakan besarnya volume transaksi pada t anggal tersebut, dimana para pensiunan mengambil gaji bulanan. Pensiunan yang datang ke BTPN Cabang Bogor pun dari berbagai daerah di wilayah sekitar Bogor, seperti Sukabumi, Cianjur, dan sebagainya. Perusahaan memberikan fasilitas yang lebih pada awal bulan tersebut. Proses registrasi pemberian kredit pensiunan di mulai dengan menunjukkan bukti Kartu P ensiun, Surat Keputusan Pensiun, struk gaji, Kartu Tanda Penduduk domisili, Kartu Keluarga, dan foto diri. Setelah itu dilakukan verifikasi uang pensiunnya melalui pemeriksaan nomor pensiun dengan tehnik wawancara, dan survei tempat tinggal calon peminjam. Kemudian, membuka rekening tabungan untuk penerimaan gaji dan transaksi pemotongan gaji tiap bulan. Namun hal tersebut tidak menjadi suatu keharusan. Peminja m dapat pula tetap menerima gaji di kantor pos terdekat. Negosiasi 54 pinjaman berkaitan dengan jumlah pinjaman dan jangka waktu pengembalian pinjaman. Selanjutnya, diadakan perjanjian melalui penandatanganan surat perjanjian. Setelah dilakukan pemeriksaan kembali semua data yang menjadi syarat pinjaman oleh bagian administrasi, peminjam sudah dapat menerima uang pinjaman. Proses peminjaman ini, mulai dari registrasi hingga pencairan uang pinjaman, dapat berlangsung antara 20 menit atau kurang dari satu jam. J umlah yang dapat dipinjam pun bervariasi, dapat melebihi Rp 100 juta. Pengembalian pun maksimal pada saat peminjam berusia 75 tahun sesuai ketentuan penjanjian pihak BTPN Cabang Bogor dengan pihak asuransi. G. Produktivitas dan Kualitas Dalam melakukan pelayanan, BTPN Cabang Bogor berorientasi pada kualitas pelayanan yang cepat dan memuaskan (service excellent). Hal tersebut tercermin dari sistem pembayaran gaji pensiunan dan pemberian pinjaman yang mulai dilakukan pada pukul 04 .00 pagi di awal bulan, serta kecepatan pemberian keputusan kredit. Dari segi produktivitas dan kualitas, BTPN Cabang Bogor menjadi pilot project dalam hal funding business centre (penghimpunan dana) untuk region Jakarta-Bogor. Dilihat dari kualitas aset, lending Non Performing Loan berkisar 0,5%. Hal tersebut berarti kredit bermasalah terbilang kecil. Selain itu, sistem online yang diterapkan pun menjadi penilaian tersendiri, karena hal tersebut akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas, sehingga produktivitas dan kualitas pun akan lebih baik. Adapun upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas dari segi peningkatan kompetensi, karyawan sebagai aset perusahaan, harus dikelola 55 dengan diberikan baik. Untuk pelatihan meningkatkan misalnya pada kinerja Learning karyawan, Institute, Operation Fundamental Traning , dan kursus Bahasa Inggris. H. Bukti fisik (physical evidence) Bank Tabungan Pensiunan Nasional, khususnya Cabang Bogor, merupakan institusi yang telah mendapatkan rekomendasi dari berbagai instans i dan lembaga lainnya sebagai bank yang memiliki mutu jasa atas kredit pensiunan yang baik. Hal tersebut ditandai dengan penerimaan beberapa penghargaan, seperti Best Performance Banking 2008 oleh Perbanas, Golden Trophy Award 2008 dari Majalah InfoBank, The Best Bank 2008 dari Majalah Investor, Banking Efficiency Award 2008 dari harian Bisnis Indonesia, Banking Efficiency Award 2009 dari harian Bisnis Indonesia, dan Golden Trophy Award 2009 dari majalah InfoBank. Bentuk pengakuan keberadaan Bank Tabungan Pensiunan Nasional sebagai bank yang patut diperhitungkan dalam dunia perbankan, membuat citra p erusahaan semakin baik di mata investor dan masyarakat. Tingkat kepercayaan para pensiunan akan produk BTPN, seperti kredit pensiunan, akan semakin tinggi. 4.3. Analisis Lingkungan Eksternal 4.3.1. Lingkungan Jauh 1. Faktor Politik Kebijakan politik atau hukum pemerintah berpengaruh terhadap kelanjutan usaha pemasaran kredit pensiunan di BTPN Cabang Bogor. Keadaan politik dan hukum akan mempengaruhi tingkat inflasi re gulasi suku bunga makro. Misalnya tingkat suku bunga naik, akan memperlambat laju pinjaman. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh secara nyata pada penerapan tingkat suku bunga oleh BTPN. Kebijakan lain yang berpengaruh bagi produk kredit pensiunan yaitu 56 APBN mengenai pembayaran gaji pensiunan secara keseluruhan. 2. Faktor ekonomi Keadaan perekonomian Ind onesia akan mempengaruhi perkembangan pemasaran kredit pensiunan yang ditawarkan BTPN Cabang Bogor. Dengan semakin membaiknya keadaan perekonomian, hal terse but mengakibatkan kemajuan bagi BTPN. Secara nasional, kredit pensiunan BTPN mengalami peningkatan mencapai 33%. Dan sebagian besar kredit yang disalurkan BTPN Cabang Bogor merupakan kredit pensiunan. 3. Faktor Sosial Kondisi sosial masyarakat yang cenderung berubah, seperti sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat, tidak berpengaruh secara langsung bagi pemasaran produk kredit pensiunan. Hal itu karena BTPN memberikan kebebasan bagi peminjam untuk mengelola uang pinjamannya secara mandiri. 4. Faktor teknologi Perkembangan teknologi mempengaruhi pemasaran kredit pensiunan. Sistem online akan meningkatkan efisiensi waktu. Sehingga kualitas proses pelayanan terhadap produk kredit pensiunan pun akan lebih efektif dan efisien. 4.3.2. Lingkungan Industri 1. Ancaman Masuk pendatang Baru Kompetitor BTPN dalam memasarkan kredit pensiunan semakin banyak. Hal itu tercermin dari semakin banyaknya pula Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan di daerah daerah. Namun demikian, adanya BPR atau k ompetitor lainnya tidak berpengaruh besar bagi BTPN. Hal itu dikarenakan BTPN Cabang Bogor optimis dengan memberikan jaminan pelayanan yang cepat dan prosedur yang mudah. 57 2. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Dari sekian banyak kompetitor pemasar kredit pensiunan, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Jawa Barat merupakan pesaing terbesar. Hal itu dikarenakan Taspen sebagai lembaga pengelolaan dana pensiunan, akan lebih merekomendasikan kedua bank tersebut. Akan tetapi, dengan keunggulan BTPN dalam segi kualitas pelayana n yang cepat dan mudah, akan mempengaruhi keputusan para pensiunan atau calon nasabah kredit pensiunan lebih memilih BTPN untuk mengelola dana pensiun mereka. 3. Ancaman dari Produk Pengganti Ancaman dari produk pengganti, seperti KPR, Kredit kendaraan bermotor, dan lain-lain yang ditawarkan oleh kompetitor; tidak berpengaruh langsung. Hal tersebut dikarenakan pemberian kebebasan atas pengelolaan dana kredit oleh BTPN Cabang Bogor diserahkan secara mandiri kepada nasabah. Hal ini berkaitan dengan sifat masyarakat di Indonesia, khususnya di Bogor yang cenderung konsumtif. 4. Kekuatan tawar-menawar Pembeli Pembeli yang dalam hal ini adalah nasabah, menjadi objek dalam pemasaran produk kredit pensiunan. Oleh karena itu, BTPN Cabang Bogor perlu menjalin hubungan baik dengan nasabah. Menjaga hubungan baik tersebut dengan memberikan pelayanan yang maksimal dan melakukan penawaran yang intensif. Pelayanan tersebut berkaitan dengan fasilitas dan kenyamanan dalam bertransaksi. Program Pensiun S ejahtera merupakan salah satu kelebihan yan g disediakan bagi nasabah BTPN Cabang Bogor. 5. Kekuatan Tawar menawar pemasok Pemasok bagi operasional BTPN Cabang Bogor adalah mitra kerjanya, seperti Kantor Pos, Taspen dan Yayas an Dana Pensiun. Pemasok berperan memberikan data pensiunan dan 58 menyalurkan dana pensiun (gaji pensiunan) . Selain itu, bekerjasama dengan BTPN Cabang Bogor mensosialisasikan produk kredit pensiunan kepada pensiunan ataupun calon pensiunan. Hubungan baik harus dapat terlaksana dengan baik antara pemasok dan BTPN Cabang Bogor itu send iri. 6. Pengaruh kekuatan Stakeholder lainnya Stakeholder cukup mempengaruhi persaingan dalam industri perbankan. Stakeholder yang paling berperan antara lain pemerintah melalui instansi yang berkaitan dengan dana pensiun. Stakeholder lainnya misalnya investor asing yang mempengaruhi pengambilan keputusan atau kebijakan pada BTPN. 4.4. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, P eluang dan Ancaman Hasil yang didapatkan dari analisis terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal BTPN Cabang Bogor diperoleh beberapa keku atan dan kelemahan yang terdapat pada perusahaan, serta peluang dan ancaman yang dihadapi dalam memasarkan produk kredit pensiunan. 4.4.1. Identifikasi Kekuatan Kekuatan menggambarkan hal yang dimiliki perusahaan yang merupakan keunggulan kompetitif. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka diperoleh beberapa kekuatan yang dimiliki BTPN Cabang Bogor antara lain: 1. Pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia BTPN merupakan salah satu pelopor bank swasta yang melayani kredit kepada pensiunan di Indonesia . Kekuatan ini menimbulkan kesan bahwa Bank Tabungan Pensiunan Nasional sudah sangat berpengalaman di bidangnya yaitu dalam memberikan kredit pensiunan. Sehingga banyak mitra kerja, seperti PT Taspen dan PT Pos, mempercayakan BTPN dalam hal pemotongan angsuran kredit pe nsiunan, maupun dalam pembayaran gaji pensiunan. Dengan adanya kredit pensiunan, BTPN telah membantu program pemerintah dalam 59 hal pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan para pensiunan. 2. Citra perusahaan baik BTPN telah melayani pensiunan lebih dari 50 tahun. Hal ini mempengaruhi citra perusahaan di mata masyarakat. Dengan berorientasi pada pelayanan yang cepat dan memuaskan, BTPN berusaha untuk selalu meningkatkan kinerjanya. Dengan personal approach dan menambah outlet, BTPN berusaha menjangkau pensiun an di berbagai daerah. Dengan semakin berkembangnya BTPN dan diterimanya penghargaan-penghargaan menunjukkan pengakuan atas citra perusahaan yang sangat baik di bidangnya. 3. Memiliki SOP Seluruh kegiatan operasional perusahaan diatur oleh SOP yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. SOP ini meliputi mulai dari tanggung jawab dan tugas masing -masing jabatan, hingga proses pemberian kredit pensiunan. Jika dibandingkan dengan pesaingnya, seperti BPR dan koperasi, BTPN memiliki SOP yang tersusun rapi. Hal ini me njadi kekuatan BTPN dalam memberikan pelayanannya. 4. Kecepatan pemberian keputusan kredit BTPN memberikan pelayanan dengan cepat dalam memberikan keputusan kredit. Mulai dari pengajuan kredit sampai dengan pencairan kredit pensiunan, dapat berlangsung kurang dari satu jam. Jika dibandingkan pesaingnya, BRI dan Bank Jabar; BTPN lebih berpengalaman dalam menangani pensiunan. pelayanannya. Hal tersebut Selain itu, mempengaruhi kedua bank kecepatan tersebut tidak memprioritaskan pada pensiunan sepertinya halnya B TPN. Sehingga proses pemberian keputusan kredit pensiunannya pun akan lebih memakan waktu . 60 5. Jangka waktu pengembalian kredit relatif panjang BTPN memberikan jangka waktu pengembalian kredit yang relatif lebih panjang yaitu 10 tahun. Sedangkan BRI dan Bank Jabar jangka waktunya mencapai 8 tahun. Dengan jangka waktu yang lebih panjang tersebu t, menjadi kekuatan BTPN untuk mempengaruhi keputusan pensiunan memilih BTPN dalam pengajuan kredit. 6. SDM berkualitas dan berorientasi pada pelayanan BTPN sebagai bank yang spesifik melayani pensiunan, berusaha untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal demi kepuasan nasabahnya. Hal itu terkait dengan kualitas SDM yang dimiliki oleh BTPN Cabang Bogor. Oleh karena itu, BTPN mengadakan pelatihan kepada karyawannya secara rutin, sesuai dengan bidangnya agar kualitas SDM tetap terjaga dan lebih baik dari waktu ke waktu. 7. Jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia Jaringan BTPN yang tersebar di seluruh Indonesia, juga menjadi kekuatan bagi BTPN Cabang Bogor dalam memasarkan produk kredit pensiunannya. Kantor yang berjumlah hingga 1.030 merupakan upaya untuk dapat memperluas pasar dan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi. 8. Hubungan baik dengan mitra kerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun Dalam pelaksanaan usahanya , BTPN Cabang Bogor menjalin hubungan baik dengan mitra kerjanya, PT Pos dan PT Taspen. Selain itu, BTPN Cabang Bogor juga bekerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun perusahaan yang berada di wilayah Bogor, seperti Telkom Cabang Bogor dan PLN Cabang Bogor, untuk menyalurkan gaji pensiunan dan melakukan pemotongan angsuran kredit pensiunan instansi-instansi tersebut. dari 61 4.4.2. Identifikasi Kelemahan Kelemahan mencerminkan hal yang tidak dimiliki perusahaan, tetapi perusahaan lain memilikinya. Kelemahan juga dapat b erupa kendala internal perusahaan dalam memasarkan produk. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kelemahan yang terdapat pada BTPN Cabang Bogor, diantaranya: 1. Suku bunga yang relatif tinggi BTPN menetapkan suku bunga yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Bank Jabar. Hal ini merupakan kelemahan BTPN yang dapat menjadi bahan pertimbangan pensiunan memilih kredit di BTPN Cabang Bogor. Perbandingan plafond pinjaman pada BTPN dan Bank Jabar dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Plafond Pinjaman BTPN dan Bank Jabar Jangka waktu pengembalian kredit (dalam % per tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 16,8 16,8 BTPN 10,68 10,68 14,4 14,4 14,4 16,8 16,8 16,8 B. Jabar 9 10 10,5 11 11,5 12 2. 9 9,5 Asuransi pinjaman yang relatif tinggi Pada dasarnya, kelemahan ini berpengaruh terhadap keputusan pengajuan kredit oleh nasabah atau calon nasabah. Besarnya asuransi pinjaman yang dibebankan tergantung pada nominal pinjaman dan jangka waktu pengembalian kredit. Walaupun pihak asuransi yang akan memberikan perlindungan apabila peminjam meninggal dunia; namun tingginya asuransi pinjaman yang dibebankan, berarti semakin besar pula biaya pinjaman yang dikenakan kepada peminjam (pensiunan). 62 3. Diversifikasi produk terhadap pinjaman pensiunan BTPN Cabang Bogor memberikan kebebasan pada peminjam untuk mengelola uang kredit pensiunannya secara mandiri. Hal itu pula yang mendasari tidak beragamnya produk kredit yang ditawarkan. Namun hal tersebut dapat pula menjadi kelemahan, jika dilihat dari beragamnya produk kredit pesaing yang ditawarkan. Untuk sebagian masyarakat, produk yang beragam tersebut, memudahkan dalam melakukan transaksi. 4. Suku bunga yang tidak bisa mengikuti suku bunga global BTPN merupakan bank non de visa, sehingga suku bunga yang dikenakan pun tidak dapat mengikuti tingkat suku bunga global yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, suku bunga yang dikenakan pun akan cenderung lebih tinggi. Hal ini akan mempengaruhi keputusan pengajuan kred it dan akan berpengaruh pula pada keuntungan yang akan diperoleh. 4.4.3. Identifikasi Peluang Peluang menggambarkan faktor yang berasal dari lingkungan eksternal yang memungkinkan perusahaan untuk berkembang, sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Da ri hasil analisis yang telah dilakukan, maka d iperoleh beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh BTPN Cabang Bogor, diantaranya sebagai berikut: 1. Segmen pasar yang besar dan spesifik BTPN sebagai bank yang identik dengan pensiunan menjadikan pesaingnya pun relatif lebih kecil daripada bank umum. Walaupun mulai banyak bank umum lainnya yang menawarkan produk-produk yang ditujukan untuk para pensiunan, BTPN masih melekat di benak masyarakat karena identitasnya sebagai bank pensiunan. Dan kerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun, memungkinkan BTPN untuk lebih dapat menjangkau banyak pensiunan, sehingga pas arnya pun 63 semakin lebih besar. Jumlah pensiunan pun cenderung tetap atau semakin besar tiap waktunya. 2. Perubahan gaya hidup pensiunan Kebutuhan seseorang cen derung meningkat dengan berjalannya waktu. Perubahan jumlah penghasilan yang diterima oleh pensiunan, jika dibandingkan pada saat produktifnya; menyebabkan pensiunan mengajukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhannya ataupun untuk membuka lapangan usaha baru. 3. Pertumbuhan indikator positif Pertumbuhan indikator perbankan nasional yang cenderung positif, mempengaruhi kepercayaan masyarakat yang semakin besar untuk menabung ataupun melakukan pinjaman kepada bank. Hal itu pula mempengaruhi pertumbuhan BTPN yang te rus meningkat dan cenderung stabil, dan berpengaruh pada BTPN dalam memasarkan kredit pensiunnya. Misalnya, pada masa krisis moneter pada tahun 1997, tingkat kepercayaan masyarakat yang menurun, mengakibatkan banyak tabungan yang ditarik dan berkurangnya dari masyarakat yang melakukan transaksi pinjaman. 4. Usaha pemasaran melalui instansi semakin terbuka Kerjasama yang baik dengan mitra kerja akan membuat peluang yang semakin besar untuk memperluas pasar, sehingga usaha pemasaran yang dilakukan akan lebih maksimal. Dengan kemampuan BTPN, instansi -instansi semakin mempercayai BTPN dalam pengelolaan dana pensiun. 5. Besarnya jumlah pensiunan yang berada di wilayah Bogor Berdasarkan hasil wawancara, pensiunan yang berada di sekitar Bogor berkisar 8000 orang dan jumlah pensiunan yang terus bertambah setiap waktunya; menunjukan peluang bagi 64 BTPN. Hal ini pun didukung Bogor sebagai daerah yang tidak jauh dari ibukota, menyebabkan banyak perusahaan yang memiliki Yayasan Dana Pensiun berada di wilayah Bogor. 4.4.4. Identifikasi Ancaman Ancaman adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang harus dihadapi untuk mengurangi dampak yang merugikan perusahaan dalam kegiatan pemasaran produk kredit pensiunan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa ancaman yang dihadapi BTPN Cabang Bogor, yaitu: 1. Brand Image dari pesaing yang kuat Bank Umum seperti Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Tabungan Negara serta Bank Negara I ndonesia, memiliki beragam jenis produk yang ditawarkan kepada nasabah, seperti kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, dan sebagainya. Bank Umum yang memiliki keunggulan dalam segi jasa, menimbulkan brand image yang kuat di benak pesaing. Bank umum yang menawa rkan beragam jenis produk kredit tersebut, merupakan ancaman BTPN dalam memasarkan kredit pensiunan. 2. Masih banyaknya kejahatan perbankan Tingkat Non Performing Loan (NPL) BTPN cenderung kecil, yaitu 0,5%. Namun demikian, banyaknya kejahatan perbankan, seperti pemalsuan SK Pensiun, dan SK Pensiun yang fiktif; merupakan ancaman bagi BTPN dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. 3. Bank lain, BPR dan koperasi yang diberi ijin untuk memberikan kredit sejenis BRI, Bank Jabar, dan Bank Saudara merupakan tiga kompetitor utama dalam memasarkan kredit pensiunan. Selain itu semakin banyaknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi yang melayani pensiunan, pun menjadi ancaman BTPN dalam menjangkau pensiunan di sekitar Bogor. 65 4. Turn over kredit nasabah rendah Umur pensiunan yang umumnya tergolong sudah tidak produktif atau berusia lan jut, mengakibatkan kecilnya perputaran kredit yang dilakukan. Perputaran itu semakin kecil dengan lamanya jangka wakt u pengembalian kredit yang ditawarkan BTPN, yaitu hingga 10 tahun. Hal ini merupakan ancaman bagi BTPN, karena harus lebih agresif dalam mencari nasabah yang baru. 4.5. Perumusan Strategi Pemasaran Kredit pensiunan di BTPN Cabang Bogor 4.5.1. Tahap Input A. Analisis Matriks Internal Factor Evaluastion (IFE) Matriks IFE disusun berdasarkan identifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, dimana faktor strategis dari lingkungan internal yang diperoleh dirangkum dalam sebuah tabel Internal Factor Evaluation (IFE). Bobot (weight) dan peringkat (rating) atas faktor -faktor strategis internal, diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 5 orang karyawan, yaitu : Branch Sales & Marketing Manager, Credit Support Supervisor, Credit Acceptance Supervisor, PGS Sales & Marketing Supervisor, dan Funding Team Leader. Hasil pengisian kuesioner dan perhitungan bobot tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Dan hasil pengisian kuesioner dan perhitungan peringk at dapat dilihat pada Lampiran 6. Kemudian dari hasil pembobotan dan peringkat tersebut dilakukan perhitungan untuk mene ntukan nilai rata-ratanya. Adapun hasil perhitungan dari matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa BTPN Cabang Bogor memiliki kekuatan utama yaitu citra perusahaan yang sangat baik dengan skor 0,395. Kekuatan utama ini tentunya harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan demi mendukung 66 keberlangsungan perusahaan. Selain kekuatan utama tersebut, BTPN Cabang Bogor juga memiliki kekuatan yaitu memiliki hubungan yang baik dengan mitra kerj a dan kerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun dengan skor sebesar 0,381, kecepatan pemberian keputusan kredit dengan skor 0,360, jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dengan skor 0,355, SDM yang berkualitas dan berorientasi pada pelayanan dengan skor sebesar 0,346, memiliki standar SOP dengan skor 0,330, jangka waktu pengembalian kredit yang relatif panjan g 0,309, dan terakhir adalah kekuatan yang memiliki skor terkecil sebesar 0,262 yaitu BTPN sebagai salah satu pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia . Tabel 6. Hasil Perhitungan Matriks Internal Factor Evaluation No Faktor Internal Kekuatan Bobot Rating Skor 1. Pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia 0,073 3,60 0,262 2. Citra perusahaan baik 0,099 4,00 0,395 3. Memiliki SOP 0,097 3,40 0,330 4. Kecepatan pemberian keputusan kredit 0,095 3,80 0,360 5. Jangka waktu pengembalian kredit relat if panjang 0,086 3,60 0,309 6. SDM berkualitas dan berorientasi pada pelayanan 0,091 3,80 0,346 7. Jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia 0,089 4,00 0,355 8. Hubungan baik dengan mitra kerjasama dengan Yayasan dana Pensiun Kelemahan 0,100 3,80 0,381 1. Suku bunga yang relatif tinggi 0,058 1,40 0,081 2. Asuransi pinjaman yang relatif tinggi 0,058 1,40 0,082 3. Diversifikasi produk terhadap pinjaman pensiunan 0,083 1,80 0,149 4. Suku bunga yang tidak bisa mengikuti suku bunga global Total 0,072 2,00 0,144 1,00 3,193 67 Skor (nilai) total dari faktor-faktor internal BTPN Cabang Bogor adalah sebesar 3,193. Nilai tersebut memiliki arti bahwa posisi BTPN Cabang Bogor secara internal adalah kuat, karena berada di atas nilai rataannya 2,50. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa faktor internal BTPN Cabang Bogor relatif kuat dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mampu mengatasi kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam kegiatan pemasarannya. Adapun faktor yang menjadi kelemahan utama adalah suku bunga yang diterapkan o leh BTPN relatif tinggi dengan skor 0,081. Faktor kelemahan pada posisi kedua adalah asuransi pinjaman yang relatif tinggi dengan skor 0,082. Faktor kelemahan pada posisi ketiga dan keempat yaitu suku bunga yang tidak bi sa mengikuti suku bunga global dengan skor 0,144, dan diversifikasi produk terhadap pinjaman pensiunan dengan skor 0,149. B. Analisis matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor eksternal yang dihadapi perusahaan. Matriks EFE disusun berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi lingkungan eksternal perusahaan diperoleh beberapa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Masing masing faktor tersebut dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat (rating) melalui kuesioner. Perhitungan bobot hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 7 , dan perhitungan peringkat pada Lampiran 8 . Dari hasil pembobotan dan peringkat (rating) tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai rata-ratanya. Hasil perhitungan dari matriks EFE dapat dilihat pada pada Tabel 7. 68 Tabel 7. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) No Faktor Eksternal Peluang Bobot Rating Skor 1. Segmen pasar yang besar dan spesifik 0,129 4,00 0,517 2. Perubahan gaya hidup pensiunan 0,078 2,40 0,187 3. Pertumbuhan indikator positif 0,114 3,40 0,387 4. Usaha pemasaran melalui instansi semakin terbuka 0,119 3,40 0,406 5. Besarnya jumlah pensiunan yang berada di wilayah Bogor 0,132 3,80 0,501 Ancaman 1. Brand image dari pesaing yang kuat 0,140 2,80 0,393 2. Masih banyaknya kejahatan perbankan 0,094 2,60 0,246 3. Bank lain, BPR dan koperasi yang diberi ijin untuk memberikan kredit sejenis 0,104 2,20 0,229 4. Turn over kredit nasabah rendah 0,089 2,20 0,196 Total 1,000 3,061 Berdasarkan data pada Tabel 7, dihasilkan total skor yaitu 3,061. Ini menunjukan bahwa BTPN Cabang Bogor mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Dari total nilai tersebut dapat disimpulkan perusahaan berada pada posisi kuat dengan total skor terbobot lebih tinggi dari nilai rataan 2,50. Peluang utama yang dimiliki BTPN Cabang Bogor adalah segmen pasar yang besar dan spesifik dengan skor 0,517. Di posisi kedua adalah besarnya jumlah pensiunan yang berada di wilayah Bogor dengan skor 0,501. Usaha pemasaran melalui 69 instansi semakin terbuka, menempati urutan ketiga dengan skor 0,406. Sedangkan posisi ketiga dan keempat yaitu pertumbuhan indikator positif dengan skor 0,387, dan pertumbuhan gaya hidup pensiunan dengan skor 0,187. Ancaman utama yang dihadapi oleh BTPN Cabang Bogor adalah brand image dari pesaing yang kuat dengan skor 0,393. Masih banyaknya kejahatan perbankan menempati posisi kedua dengan skor 0,246 . Ancaman dari bank lain, BPR dan koperasi yang diberi ijin untuk memberikan kredit sejenis, menempati posisi ketiga dengan skor 0,229 , sedangkan pada posisi keempat ditempati oleh turn over kredit nasabah rendah dengan skor 0,196. 4.5.2. Tahap pencocokan (matching stage) Tahapan berikutnya dalam perumusan strategi adalah tahap pencocokan, yaitu perumusan strategi berdasarkan hasil analisis dan identifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang telah diperoleh. Pada tahap pencocokan, digunakan model matriks IE. Matriks Internal Eksternal (IE) merupakan penggabungan dari hasil skor terbobot dari matriks IFE dan matriks EFE (Lampiran 9). Dari hasil analisis faktor internal yang menggunakan matriks IFE diperoleh skor terbobot 3,193. Sedangkan hasil analisis faktor eksternal dengan menggunakan matriks EFE diperoleh skor terbobot 3,061. Berdasarkan dari hasil skor tersebut, jika dipadukan hasil dari matriks IFE dan hasil dari matriks EFE ke dalam matriks IE, BTPN Cabang Bogor dalam pemasaran produk kredit pensiunannya berada pada sel 1 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. 70 SKOR TOTAL IFE Kuat SKOR TOTAL EFE 4,0 Rata -rata 3,193 Lemah 2,0 3,0 Tinggi I II III 3,061 Grow and Build Grow and Build Hold and Maintain IV V VI Grow and Build Hold and Maintain Harvest and Divestiture VII VIII IX Hold and Maintain Harvest and Divestiture Harvest and Divestiture 3,0 Rata-rata 2,0 Rendah 1,0 Gambar 8. Hasil Matriks IE Dari posisi pemasaran kredit pensiunan oleh BTPN yang berada di sel I tersebut, maka diperoleh empat alternatif strategi yang dapat dilakukan. Strategi tersebut adalah strategi market penetration, strategi market development, strategi product development, dan strategi konsolidasi internal atau penguatan ke dalam. 4.5.3. Tahap Keputusan (decision stage) Tahap akhir dari perumusan strategi pemasaran yaitu pemilihan strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis Quantitative Strategic Plan ning Matrix (QSPM) berdasarkan hasil dari analisis IE. 71 Faktor-faktor yang terdapat dalam matriks QSPM merupakan faktor strategis internal dan eksternal yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan analisis Matriks Internal Eksternal (IE), di peroleh empat alternatif strategi untuk dianalisis dengan menggunakan QSPM. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh lima responden, dan dilakukan perhitungan QSPM (Lampiran 10,11,12 dan 13), maka strategi terbaik yang harus diprioritaskan dan diterapkan adalah konsolidasi internal (penguatan ke dalam), yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti SDM, modal dan teknologi informasi dengan tujuan memenangkan persaingan dan tetap dapat bertahan. Strategi terbaik ini bernilai Total Attractiveness Score (TAS) tertinggi sebesar 6,3918 (Lampiran 14). Selanjutnya strategi-strategi tersebut dapat diperingkatkan sebagai berikut : I. Strategi konsolidasi internal, yaitu strategi dengan memanfaatkan semua kekuatan yang dimiliki BTPN Cabang Bogor dan terus mempertahan kan dan mengoptimalkan kekuatan dan menangkap peluang yang ada. Strategi ini bernilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,3918. II. Market penetration strategy , yaitu berusaha mempertahankan nasabah kredit pensiunan agar tidak beralih ke pesaing, melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Hal ini dengan menjaga kepercayaan (citra) dengan memberikan pelayanan yang baik. Strategi ini akan lebih maksimal jika didukung iklan dan publisitas yang gencar tentang produk pensiunan yang dipasarkan BTPN Cabang Bogo r. Strategi ini bernilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,2589. III. Market development strategy , yaitu memperluas pasar dengan menambah potensi pasar lama dengan pasar yang baru, dengan menjual produk dan jasa yang sama. Hal ini dapat dimanfaatkan melakukan pendekatan intensif dengan nasabah kredit pensiunan BTPN Cabang Bogor dan mitra kerja. 72 Strategi ini bernilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,0368. IV. Product development strategy , yaitu menyediakan produk kredit untuk pensiunan yang berag am untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Strategi ini bernilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 4,8055. 4.6. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, B TPN Cabang Bogor dapat melakukan strategi konsolidasi internal. Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki, sebagai aset perusahaan yang akan berperan dalam kegiatan pemasaran kredit pensiunan oleh perusahaan. Upaya peningkatan kualitas SDM ini dapat dilakukan pada saat recruitment maupun menyediakan pelatihanpelatihan bagi karyawan sesuai dengan bidangnya , terutama kaitannya dengan SDM yang terlibat dalam kegiatan pemasaran kredit pensiunan. Modal yang semakin besar akan memaksimalkan kegiatan perusahaan, termasuk kegiatan pemasarannya dalam memperkenalkan BTPN Cabang Bogor dan kredit pensiunan kepada masyarakat . Hal ini pun akan mempengaruhi besarnya anggaran untuk melakukan kegiatan promosi. Selain itu, teknologi informasi yang mengikuti perkembangan, akan membuat kegiatan pemasaran y ang dilakukan, lebih efisien dan efektif. Pada market penetration strategy , perusahaan dapat melakukan kegiatan promosi yang lebih gencar. Kegiatan promosi ini meliputi periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), publisitas (publicity), dan penjualan pribadi (personal selling). Perusahaan memperbanyak iklan, sosialisasi dan pendekatan secara pribadi kepada nasabah dan calon nasabah. Hal ini untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang dimiliki, seperti brand image pesaing yang kuat. Kegiatan pemasaran atau promosi ini juga dapat dilakukan dengan melakukan program-program yang lebih beragam bagi nasabah dan menjadi daya tarik bagi calon nasabah kredit. Tidak hanya itu, perusahaan juga berupaya 73 menjaga kepercayaan atau citra dengan memberika n pelayanan yang optimal. Pada alternatif strategi market development, perusahaan melakukan kegiatan promosi terhadap produk kredit pensiunan. Selain itu, perlu adanya kerjasama yang baik dengan mitra kerja untuk dapat menjangkau nasabah atau calon nasabah . Mitra kerja ini yaitu PT Taspen sebagai penyalur dana pensiun, PT Pos, dan instansi -instansi yang memiliki Yayasan Dana Pensiun. Kerjasama ini tidak hanya untuk menyalurkan gaji dan melakukan pemotongan angsuran kredit pensiunan, akan tetapi juga dalam kegiatan promosi, seperti kegiatan sosialisasi produk kredit pensiunan yang ditawarkan oleh BTPN Cabang Bogor. Selanjutnya, pada alternatif strategi yang terakhir, yaitu product development strategy, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menyediakan produk kredit yang beragam untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Jenis produk kreditnya, seperti kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, dan sebagainya. 74 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1). Perkreditan pensiunan di BTPN Cabang Bogor mengalami peningkatan jika dilihat dari volume kredit. Kredit pensiunan menjadi produk unggulan BTPN Cabang Bogor. Presentase tingkat pertumbuhan dan kontribusi produk kredit pensiunan berfluktuatif dalam lima tahun terakhir. 2). Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Bogor adalah pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia, citra perusahaan baik, memiliki SOP, kecepatan pemberian keputusan kredit, jangka waktu pengembalian kredit relatif panjang, SDM berkualitas dan bero rientasi pada pelayanan, jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia, serta hubungan baik dengan mitra kerja dan kerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun. Sedangkan faktor-faktor internal yang menjadi k elemahan adalah suku bunga yang relatif tinggi, asuransi pinjaman yang relatif tinggi, diversifikasi produk terhadap pinjaman pensiunan, dan suku bunga yang tidak bisa mengikuti suku bunga global. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang adalah segmen pasar yang besar dan spesifik, perubahan gaya hid up pensiunan, pertumbuhan indikator perbankan positif, usaha pemasaran melalui instansi semakin terbuka, dan besarnya jumlah pens iunan yang berada di wilayah Bogor. Sedangkan faktor -faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah brand image dari pesaing yang sangat kuat, masih banyaknya kejahatan perbankan, bank lain, BPR dan koperasi yang diberi ijin untuk memberikan kredit sejenis, dan turn over kredit nasabah rendah. 3). Prioritas alternatif strategi pemasaran dari hasil penelitian ini, yaitu strategi konsolidasi internal, strategi market penetration, strategi market development dan strategi product development. 75 2. Saran 1). Berdasarkan alternatif strategi terpilih, BTPN Cabang Bogor dapat meningkatkan kualitas SDM, dengan melakukan pelatihan -pelatihan. Selain itu, peningkatan modal atau anggaran bagi promosi akan memaksimalkan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, teknologi informasi yang mengikuti perkembangan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja. 2). Kegiatan pemasaran kredit pensiunan oleh Bank T abungan Pensiunan Nasional untuk lebih dilakukan secara intens if. Perusahaan memperbanyak iklan, sosialisasi dan pendekatan secara pribadi kepada nasabah dan calon nasabah. Kegiatan pemasaran atau promosi ini juga dapat dilakukan dengan program-program yang lebih beragam bagi nasabah dan menjadi daya tarik bagi calon nasabah kredit. Pensiunan yang umumnya cenderung memiliki perubahan kegiatan, menyebabkan timbulnya masalah seperti kepercayaan diri. BTPN Cabang Bogor dapat m elakukan sosialisasi untuk masalah masalah yang cenderung dimiliki oleh para pensiunan, sesuai dengan misi BTPN. Media seperti buletin bagi para pensiunan dapat menjadi pilihan yang dapat dilakukan. 3). Selain melakukan kegiatan promosi produk kredit pens iunan, perlu adanya kerjasama yang baik dengan mitra kerja untuk dapat menjangkau nasabah atau calon nasabah. Kerjasama ini juga dalam kegiatan promosi, seperti kegiatan sosialisasi produk kredit pensiunan yang ditawarkan oleh BTPN Cabang Bogor. 4). Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menyediakan produk kredit yang beragam untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Jenis produk kreditnya, seperti kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor, dan sebagainya. 76 DAFTAR PUSTAKA Angipora, M. P. 2002. Dasar -dasar Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. David. F. R. 2002. Manajemen Strategis Konsep (Terjemahan). PT. Prenhallindo, Jakarta. Dhamayanti, R. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Produk Penjaminan Kredit. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekono mi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Handayani, G. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hasan, A. 2009. Marketing. Medpress, Yogyakarta. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kinnesr, T. L. dan Taylor. 2000. Strategic Management. PT Elex Media Kompetindo, Jakarta. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjema han). PT Prenhallindo, Jakarta. Lovelock, C. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa (Edisi Bahasa Indonesia). PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta. Payne, A. 1993. The Essence of Services Marketing : Pemasaran Jasa (Terjemahan). Penerbit Andi, Yogyakarta. Porter, M. 1993. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Rangkuti, F. 2005. Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H. 2005. Strategic Management In Action . PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Untung,B. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. http://bi.go id. [20 Januari 2010] www.btpn.com [19 Maret 2010] 77 MATRIKS PENENTUAN BOBOT FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Faktor-faktor Strategis Internal Pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia (A) Citra perusahaan sangat baik (B) Memiliki standar SOP (C) Kecepatan pemberian keputusan kredit (D) Jangka waktu pengembalian kredit yang relatif panjang (E) SDM berkualitas dan berorientasi pada pelayanan ( F) Jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia (G) Hubungan baik dengan mitra kerja dan kerjasama dengan Yayasa n Dana Pensiun (H) Suku bunga yang relatif tinggi (I) Asuransi pinjaman yang relatif tinggi (J) A B Faktor-faktor strategis Eksternal Segmen pasar yang besar dan spesifik (A) Perubahan gaya hidup pensiun an (B) Pertumbuhan indikator perbankan positif (C) Usaha pemasaran melalui instansi semakin terbuka (D) Besarnya jumlah pensiunan yang berada di wilayah Bogor (E) Brand image dari pesaing yang sangat kuat (F) Masih banyaknya kejahatan perbankan (G) C D A E B F C G D H E I J F G 78 PENENTUAN STRATEGI TERPILIH Faktor Strategis Strategi 1 1 2 3 Strategi 2 4 1 2 3 Strategi 3 4 1 2 3 Strateg 4 1 2 3 Kekuatan Pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia Citra perusahaan sangat baik Memiliki standar SOP Kecepatan pemberian keputusan kredit Jangka waktu pengembalian kredit relatif panjang SDM berkualitas dan berorientasi pada pelayanan Jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia Hubungan baik dengan mitra kerja dan kerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun Kelemahan Suku bunga yang relatif tinggi Asuransi pinjaman yang relatif tinggi Diversifikasi produk terhadap pinjaman pensiunan Suku bunga yang tidak bisa mengikuti suku bunga global PENENTUAN STRATEGI TERPILIH Faktor Strategis Strategi 1 1 Peluang Segmen pasar yang besar dan spesifik Perubahan gaya hidup pensiunan Pertumbuhan indikator perbankan positif Usaha pemasaran melalui instansi semakin terbuka Besarnya jumlah pensiunan yang berada di wilayah Bogor Ancaman Brand image dari pesaing yang sangat kuat Masih banyaknya kejahatan perbankan Bank lain, BPR dan koperasi yang diberi ijin untuk memberikan kredit sejenis Turn over kredit nasabah rendah 2 3 Strategi 2 4 1 2 3 Strategi 3 4 1 2 3 Strateg 4 1 2 79 Faktor Strategis Kekuatan Pelopor bank pensiunan swasta di Indonesia Citra perusahaan sangat baik Memiliki standar SOP Kecepatan pemberian keputusan kredit Jangka waktu pengembalian kredit relatif panjang SDM berkualitas dan berorientasi pada pelayanan Jaringan tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia Hubungan baik dengan mitra kerja dan kerjasama dengan Yayasan Dana Pensiun Kelemahan Suku bunga yang relatif tinggi Asuransi pinjaman yang relatif tinggi Diversifikasi produk terhadap pinjaman pensiunan Suku bunga yang tidak bisa mengikuti suku bunga global Peluang Segmen pasar yang besar dan spesifik Perubahan gaya hidup pensiunan Pertumbuhan indikator perbankan positif Usaha pemasaran melalui instansi semakin terbuka Besarnya jumlah pensiunan yang berada di wilayah Bogor Ancaman Brand image dari pesaing yang sangat kuat Masih banyaknya kejahatan perbankan Bank lain, BPR dan koperasi yang diberi ijin untuk memberikan kredit sejenis Turn over kredit nasabah rendah Total Bobot Strategi 1 AS TAS Strategi 2 AS TAS Strategi 3 AS TAS Strategi 4 AS TAS 0.073 0.099 0.097 0.095 0.086 0.091 0.089 3.2 3.4 3 3.8 3 3.2 3.6 0.2331 0.3353 0.2914 0.3603 0.2572 0.2915 0.3196 2.4 4 2.6 3.4 3.4 3.6 3.8 0.1748 0.3945 0.2526 0.3223 0.2915 0.3279 0.3373 2.6 2.6 2.2 2.6 2.6 2.8 2.6 0.1894 0.2564 0.2137 0.2465 0.2229 0.2550 0.2308 2.6 3.2 3.4 3.6 2.8 3.6 3.8 0.1894 0.3156 0.3303 0.3413 0.2401 0.3279 0.3373 0.100 3.6 0.3607 3.6 0.3607 2.8 0.2805 3.6 0.3607 0.058 0.058 0.083 3.2 3.4 2.6 0.1844 0.1986 0.2150 3.4 3.2 2.8 0.1960 0.1869 0.2316 2.2 2.4 2.4 0.1268 0.1402 0.1985 3 2.8 2.8 0.1729 0.1635 0.2316 0.072 2.4 0.1729 2.4 0.1729 1.8 0.1297 2.4 0.1729 0.129 0.078 0.114 0.119 3.4 2 3.2 3.4 0.4392 0.1556 0.3644 0.4061 3.4 2.2 3.2 3 0.4392 0.1711 0.3644 0.3583 2.6 2.2 2.8 2.4 0.3358 0.1711 0.3189 0.2867 3.4 2.2 3.4 3.4 0.4392 0.1711 0.3872 0.4061 0.132 3.8 0.5014 3.8 0.5014 2.6 0.3431 4 0.5278 0.140 0.094 3 2.2 0.4208 0.2078 2.4 2 0.3367 0.1889 2 1.6 0.2806 0.1511 3.2 3.2 0.4489 0.3022 0.104 0.089 3 2.6 0.3125 0.2311 6.2589 2.4 2 0.2500 0.1778 6.0368 2.4 2 0.2500 0.1778 4.8055 3 2.4 0.3125 0.2133 6.3918 80 Organization Structure Region Jakarta – Bogor Senior Regional Head Jakarta Branch Head Bogor Regional Operating Head Branch Operating Manager Teller Supervisor Operation Supervisor Operation Supervisor Teller Customer Service HR & Administrasi Back Office Branch Sales & Marketing Management Credit Support Supervisor Credit Admin Custody Credit Acceptance Supervisor Credit Acceptance Credit Customer Service PGS S Marke Salles & O