BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun menjadi 5,2% pada tahun 2014. Melambatnya pertumbuhan disebabkan oleh beberapa komponen seperti terjadinya perlambatan ekspor yang terjadi di beberapa sektor komoditas, ketidakpastian geopolitik di beberapa belahan dunia, investasi yang berjalan lebih lambat dari periode sebelumnya, inflasi yang diakibatkan kenaikan harga BBM, serta penurunan tingkat produksi yang diakibatkan oleh tuntutan kenaikan upah minimum wilayah yang disertai dengan demo buruh di beberapa wilayah di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang melambat mengakibatkan dampak buruk di beberapa sektor seperti bertambahnya tingkat pengangguran terbuka, menurunnya jumlah produksi, menurunnya investasi dan persepsi penanam modal. Tingkat pengangguran terbuka ini ditandai dengan tidak bertambahnya lapangan kerja yang dapat menampung jumlah angkatan kerja yang semakin meningkat. Angkatan kerja yang tersedia ternyata tidak memenuhi standar yang dibutuhkan oleh lapangan kerja. Standar angkatan kerja yang ada dinilai masih terlalu rendah dengan tuntutan produktivitas lapangan kerja, ini ditandai dengan kualifikasi pendidikan, latihan, keterampilan dan pengalaman kerja angkatan kerja masih dianggap terlalu rendah. Hal inilah yang menyebabkan lapangan kerja tidak mampu menimbulkan 16 pertambahan produksi yang lebih cepat sehingga penghasilan atau upah minimum tidak mengalami peningkatan. Upah minimum yang diberikan oleh lapangan kerja dianggap tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi tenaga kerja khususnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Besarnya upah minimum seharusnya sejalan dengan tingkat kualifikasi pendidikan, tingkat produktivitas kinerja, lama jam kerja dan laba yang dihasilkan dari tenaga kerja. Namun yang terjadi, angkatan kerja yang tersedia menuntut peningkatan kesejahteraan tanpa menghiraukan kewajiban yang telah menjadi kesepakatan antara tenaga kerja dan lapangan kerja. Pergerakan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan melemah, tingkat pengangguran yang tinggi dan upah minimum yang belum dapat mencukupi kebutuhan mempengaruhi tatanan masyarakat yang dapat digolongkan atas penduduk miskin dan penduduk tidak miskin. Penduduk miskin digolongkan kepada mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Keluarga miskin pada dasarnya terdiri dari keluarga yang tingkat pendapatan dan penghasilan ekonominya adalah relatif rendah. Indikator yang digunakan oleh BPS (2008) rendahnya tingkat penghasilan dan pendapatan ekonomi keluarga atau yang disebut dengan keluraga miskin tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator : 1. Rumah yang tidak permanen, 2. Sempitnya luas tanah yang ditempati, 3. Kualitas kesehatan yang sangat buruk, 4. Lingkungan keluarga yang tidak sehat, 17 5. Kualitas makanan/kalori yang dikonsumsi tidak memadai dari sisi kesehatan, 6. Fasilitas air minum, 7. Fasilitas jamban/WC, 8. Aset keluarga, dan 9. Status tanah tempat tinggal. Indonesia sebagai negara berkembang menunjukkan keanekaragaman yang besar dalam standar hidup dan mempunyai tingkat kesejahteraan material yang rendah. Bagi warga Negara berkembang, dengan pendapatan yang sangat kecil mengharuskan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Banyak warga yang tinggal bersama diruangan yang kecil dengan fasilitas sanitasi yang tidak memadai. Mayoritas penduduknya hidup di pedesaan dengan pekerjaan pertanian yang berat dan memakan waktu yang lama. Kehidupan di negara-negara berkembang seperti Indonesia merupakan perjuangan yang terus menerus melawan situasi kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia sebagai negara berkembang merupakan perhatian yang sangat penting bagi pemerintah. Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu Provinsi terbesar di Indonesia juga mengalami masalah kemiskinan. Walaupun dari tahun ke tahun tingkat penduduk miskin di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, mengalami penurunan akan tetapi jumlahnya masih dalam angka yang besar. Upaya yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan terus dilakukan dan menjadi program prioritas pemerintah. Bantuan langsung tunai sebagai salah satu program nasional belum dapat secara optimal mengurangi angka kemiskinan. Menurut SMERU (Suharto, 2004), kemiskinan memiliki berbagai dimensi antara lain : 18 1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan). 2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi). 3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga). 4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal. 5. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam. 6. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat. 7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan. 8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial. Ada keterkaitan antara kemiskinan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan tingkat pendidikan ketenagakerjaan yaitu dalam hal produktivitas, dengan asumsi semakin tinggi mutu pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas tenaga kerja, yang akan menyebabkan kenaikan upah atau kenaikan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga kerja yang akan mengurangi tingkat pengangguran. Berdasarkan teori dan trend kemiskinan Provinsi Sumatera Utara yang telah dibahas pada latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh-pengaruh kemiskinan dari segi Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Upah Minimum yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara. 19 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ini akan menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 - 2013. Peneliti akan mengemukakan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh Upah Minimum terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara? 4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 - 2013. 2. Menganalisis Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 - 2013. 3. Menganalisis pengaruh Upah Minimum terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 - 2013. 20 4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009-2013? 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di jajaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya terkait masalah kemiskinan. 3. Sebagai informasi terkait perkembangan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. 21