16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain tidak terbatas pada keluarga, saudara, dan teman. Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukan fakta bahwa semua kegiatan yang dilakukan selalu berhubungan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagai pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Salah satu jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Sebagaimana layaknya konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi interpersonal juga mempunyai banyak definisi dengan persepsi ahliahli komunikasi yang memberikan batas pengertian. Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini 16 17 adalah : (a) spontan dan iformal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel. Dalam bukunya Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal Agus M Hardjana menerangkan Pengertian Komunikasi Interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua orang atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menaggapi secara langsung pula.1 Menurut Devito Komunikasi Interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.2 Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi Hafied Cangara menjelaskan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace bahwa “Interpesonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting.”3 Menurut Deddy Mulyana komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang 1 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Jakarta : Kanisius, 2003. Hal 85 2 Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003. Hal 30 3 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008. Hal 32 18 memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.4 Aktivitas komunikasi interpersonal ini erat kaitannya dalam membangun kedekatan personal atau keintiman antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Karena komunikasi jenis ini dapat memperoleh timbal balik secara langsung, yang mana dalam proses penyampainnya diberikan sedemikian rupa agar menarik minat pendengar dan hal ini membutuhkan proses pendekatan antara komunikator dengan komunikan. Pendekatan inilah yang tumbuh menjadi sebuah keintiman. Dan dari kedekatan itu jugalah timbul niat baik untuk melakukan komunikasi dan untuk bersama-sama mencapai tujuan yang diinginkan. 2.1.2 Proses Komunikasi Interpersonal Proses Komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi. Memang dalam kenyataannya, kita tidak pernah berpikir terlalu detail mengenai proses komunikasi. Hal ini disebabkan, kegiatan komunikasi sudah terjadi secara rutin dalam hidup sehari-hari, sehingga kita tidak lagi merasa perlu menyusun langkah-langkah tertentu secara sengaja ketika akan berkomunikasi. Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari enam langkah yaitu : 1. Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain 4 Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011. Hal 3 19 2. Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan symbol, katakata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya. 3. Pengiriman pesan. Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, sms, email, surat ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang akan digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan 4. Penerimaan pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan 5. Decoding oleh komunikan. Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan symbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung amkna. Dengan demikian, decoding adalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikan tersebut menterjemahkan pesan yang diterima dari komunikator dengan benar, memberi arti yang sama pada symbol-simbol sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator 6. Umpan balik. Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi. Umpan balik ini 20 biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru, sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.5 Dalam penyampaian pesan, komunikator harus mempertimbangkan beberapa faktor agar pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran dan tepat tujuan seperti bagaimana latar belakang komunikan, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan lain sebagainya. Penggunaan bahasa yang tepat juga mempengaruhi komunikan dalam mencerna pesan yang disampaikan. Komunikator juga perlu mempertimbangkan faktor gangguan seperti gangguan internal (kurang pendengaran, kondisi fisik yang sedang sakit sehingga tidak mampu konsentrasi untuk menyimak, ketidaksimpatikan komunikan terhadap komunikator, dan lainnya) serta gangguan eksternal (tempat yang bising, sinyal yang tidak bagus, dan lainnya). 2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam, beberapa di antaranya : a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini sesering berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkuk-kan badan, menanyakan kabar kesehatan kepada patner komunikasinya, dan 5 Ibid hal. 10-12 21 sebagaianya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari oralg lain sebagi pribadi yang tertutup, dingin, dan cuek. Apabila diamati lebih serius, orang yang berkomunikasi dengan tujuan sekedar mengungkapkan perhatian kepada orang lain ini, bahkan terkesan hanya basa-basi, meskipun bertanya, tetapi sebenarnya tidak terlalu berharap akan jawaban atas pertanyaan itu. b. Menemukan diri sendiri Seseorang melakukan komunkasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Peribahasa mengatakan, “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, namun kuman di seberang lautan tampak.” Artinya seseorang tidak mudah melihat kesalahan dan kekurangna pada diri sendiri, namun mudah menemukan pada orang lain. Maka terjadi proses belajar banyak sekali tentang diri maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan keapada kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk menganal jati diri, atau dengan kata lain menemukan diri sendiri. c. Menemukan Dunia Luar Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi 22 penting dan actual. Misalnya komunikasi interpersonal dengan seorang dokter mengantarkan seseorang untuk mendapatkan informasi tentang penyakit dan penangananny. Komunikasi dengan seorang sopir taksi, diperoleh informasi tentang jalur perjalanan di kota yang sering macet. Jadi, dengan komunikasi interpersonal diperolehlah informasi, dan dengan informasi itu dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya tidak diketahui. Jadi komunkasi merupakan “jendela dunia”, karena dengan berkomunikasi dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar. d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memeliahra hubungan baik dengan lain. Pepatah mengatakan, “mempunyai seorang musuh terlalu banyak, mempunyai seribu teman terlalu sedikit”. Maksudnya kurang lebih, bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu bekerja sama dengan orang lain. Semain banyak teman yang dapat diajak bekerja sama, maka semakin lancarlah pelaksanaan kegaiatan dalam hidup sehari-hari. Sebaliknya apabila seroang saja sebagai musuh, kemungkinan akan menjadi kendala. e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang keapda orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidsak langsung 23 (dengan menggunakan media. Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap. Contoh, melalui komunikasi interpersonal seorang ayah menginginkan agar ada perubahan sikap dan perilaku anaknya sehingga sang anak meningkatkan intensitas belajar, dan mengurangi ketergantugan “kutak-kutik” hand-phone dan internet. f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Berbicara dengan teman mengenai acara perayaan hari ulang tahun, berdiskusi mengenai olahraga, bertukar ceritacerita lucu adalah merupakan pembicaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu. Di samping itu juga dpaat mendatangkan kesenangan, karena komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasa rileks, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi 24 Komuniaksi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi ( mis communication) dan salah interpretasi ( mis interpretatioan) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Mengapa? Karena dengan komunikasi interpersonal dapat dilakuakn pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi. h. Memberikan bantuan (konseling) Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Dalam kehidupan sehari-hari, di kalangan masyarakat pun juga dapat dengan mudah diperoleh contoh yang menunjukan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat dipaiaki sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang lain yang memerlukan.6 Komunikasi antarpribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Kerangka pengetahuan, nilai-nilai kepercayaam dan sisfat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komuniaksi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (over lapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, 6 Ibid hal 19-21 25 mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkunganny. Derajat hubungan antarpribadi turut mempengaruhi keluasan (breadth) dari informasi yang dikomunikasikan dan kedalam (depth) hubungan psikologis seseorang.7 2.2 Komunikasi Kelompok Dean C. Barnlund dan Fanklyin S. Haiman dalam Goldberg dan Larson (1974: 6-9) mengembangkan komunikasi antarpribadi menjadi komunikasi kelompok. Caranya, dengan memusatkan pada kesadaran akan kehadiran orang lain dan pemahanan tentang proses kelompok. Tipe komunikasi kelompok ini melibatkan dua atau lebih individu secara fisik berdekatan. Pelibatan itu juga dalam hal menyampaikan serta menjawab pesan-pesan secara verbal maupun non verbal. Komunikasi antarpribadi dan kelompok memiliki perbedaan tipis bila dilihat dari kadar spontanitas, struktur, kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran, relativitas, sifat permanen kelompok dan identitas diri.8 2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Michael Burgoon (1978:224) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai berikut “Group communication is the face to face interaction of three of more individuals, for a recognized pupose such as information sharing, self maintainance, or problem solving, such that the member are able to recall 7 8 Ibid hal 37 Wiryanto, Pengantar ilmu komunikasi, Jakarta : PT Grasindo. 2004. Hal 46 26 personal characteristics of the other members accurately”. (komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.)9 Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah oran gyang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication); jika jumlahnya banyak yang berarti kelompok besar (large group communication).10 2.2.2 Keikutsertaan Individu dalam Kelompok Keikutsertaan individu menjadi anggota kelompok disebabkan alasanalasan, sebagai berikut : 1. Perhatian dan keikutsertaan individu ditumbuhkan oleh solidaritas kelompok 2. Perubahan sikap akan lebih mudah terjadi apabila individu berada dalam satu kelompok, selanjutnya keputusan-keputusan kelompok akan lebih 9 Ibid Hal 46 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT Citra Aditya Bakti. 2003 Hal76 10 27 mudah diterima dan dilaksanakan apabila individu terlibat dalam pengambilan keputusan 3. Kepercayaan besar yang diberikan kepada kelompok.11 Jaringan komunikasi kelompok merupakan perangkat hubungan yang menunjukan lingkaran pergaulan antara individu satu dengan yang lainnya, atau anggota-anggota kelompok dalam membicarakan isu-isu tertentu. Hubungan di antara individu-individu dan klik-klik (clique) mengenai isu-isu itu dapat ditelusuri dari pertanyaan “siapa berinteraksi dengan siapa?” individu berdiskusi mengenai isu-isu dengan siapa, dan sesering apakah mereka mendiskusikan isuisu tersebut?. 2.2.3 Karakteristik Unik Komunikasi Kelompok 1. Kepribadian kelompok Kelompok memiliki kepribadian kelompok sendiri, berbeda dengan kepribadian individu para anggotanya. Anda di rumah dikenal pendiam, berbicara seperlunya saja. Namun, setelah berada di dalam kelompok anda menjadi oran gyang suka berbicara, mencurahkan isi hati dengan penuh gairah. 2. Norma Kelompok Norma di dalam kelompok mengindentifikasikan anggota kelompok itu berprilaku. Misalnya, tentang cara-cara yang menurut 11 Wiryanto, Op.Cit Hal 47-48 28 pertimbangan kelompok adalah benar. Sebagai contoh, bagaimana para santri di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, bergaul denga berprilaku secara islam, sesuai ajaran yang benar, yang dikembangkan Ustad Abu Bakar Ba’asyir Napier dan Gershenfeld mengemukakan bahwa para anggota kelompok akan menerima norma kelompok, apabila : 1. Anggota kelompok menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok 2. Pentingnya keanggotaan kelompok 3. Kelompok bersifat kohesif, yakni anggotanya berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya 4. Keanggotaan seeorang dalam suatu kelompok semakin penting 5. Pelanggaran kelompok dihukum dengan reaksi negatif dari kelompok 3. Kohesivitas Kelompok Kohesivitas merupakan kekuatan yang saling tarik menarik di antara anggota-anggota kelompok. Ibaratnya, sepiring nasi di antara butirbutirnya saling melekat. Faktor- Faktor yang menentukan Kohesivitas kelompok antara lain: 29 1. Perilaku normative yang kuat ketika individu diidentifikasikan ke dalam kelompok yang diikuti. 2. Lamanya menjadi anggota kelompok. Semakin lama seseorang menjadi anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang tinggi. 4. Pemenuhan Tujuan Individu memiliki tujuan yang pararel dengan tujuan kelompoknya. Oleh karena itu anggota-anggota kelompok berusaha untuk mencapai keberhasilan tujuan kelompok dan menghindari kegagalan tujuan kelompok 5.Pergeseran Resiko Keputusan yang diambil kelompok akan lebih besar mengandung risiko daripada keputusan itu diambil oleh satu anggota kelompok. Hal ini disebabkan adanya penyebaran tanggung jawab yang terjadi di dalam proses pengambilan keputusan kelompok.12 2.3 Identitas Diri Dilihat dari sudut pandang etimologi bahwa identitas itu berasal dari bahasa inggris yaitu “identity” yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda 12 Loc. Cit. Hal 49 - 50 30 atau jati diri.13 Dari perspektif Erikson tentang identitas yaitu mengacu pada rasa yang satu adalah sebagai pribadi dan sebagai kontributor untuk masyarakat.14 Secara terminologi terdapat dua sumber pengertian seperti pendapat Arnold Dashefsky, bahwa pertama, aturan-aturan sosial yang menjelaskan definisi dari tingkah laku tertentu dan sejarah hidup seseorang. Kedua, dua orang yang satu dengan orang-orang yang lainnya berdasarkan konsepsi mereka dari identitas mereka masing-masing. Dengan lebih lugas dan tegas, Simpson dan Weiner mendefinisikan identitas sebagai kesamaan dari seseorang atau hal-hal sepanjang waktu dalam semua keadaan;kondisi atau fakta bahwa seseorang atau dirinya tersebut adalah dirinya dan bukan yang lain.15 Setiap orang mempunyai kebutuhan dalam hidupnya salah satu yang cukkup penting adalah ‘kebutuhan akan identitas’, yaitu suatu kebutuhan untuk dapat mengatakan kepada orang lain bahwa “saya adalah saya” bukan “saya adalah yang kamu inginkan”, berdasarkan identitas diri ini setiap orang mempunyai derajat kesadaran diri dan pengetahun tentang kemapuankemapuannya. Identitas diri merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah dirinya sebenarnya dan bagaimanakah perannya dalam kehidupan nanti. 13 PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah, Pendidikan Kewarganegaraan;Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta : IAIN Jakarta Press.2000.Hal 1 14 Justin T.Sokol, “Identity Development Throughout The Lifetime; An Eximanition of Eriksonian Theory”, Graduate Journal of counseling Psychology, Vol 1, Iss. 2, 2009 Hal 142 15 Loc. Cit. Hal 2 31 Panuju dan Umami menjelaskan bahwa identitas merupakan suatu persatuan yang terbentuk dari asas-asas, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan dan tinjauannya keluar dirinya.16 Identias diri adalah ciri-ciri atau tanda-tanda khas yang dirasa atau diyakini benar oleh seseorang mengenai dirinya sebagai seorang individu 17 Istilah identitas diri diapakai secara beragam oleh orang awam maupun oleh para ahli, Fearon merangkum berbagai pengertian dientitas diri dari pada ahli antara lain : 1. Menurut Hogg dan Abraham identitas diri adalah konsep yang digunakan oleh orang-orang untuk menyatakan tentang siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana meeka berhubungan dengan orang lain 2. Menurut Jenkis identitas diri merujuk pada cara yang digunakan oleh individu dan kelompok dilihat dari hubungan sosial mereka dengan kelompok lain 3. Menurut wendt identitas diri adalah pengertian dan harapan yang relatif spesisfik dan stabil tentang diri 4. Menurut Taylor Identitas diri didefinisikan sebagai komitmen dan identifikasi yang menyediakan kerangkan yang memungkinkan seseorang 16 17 Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja, Yogyakarta : Tiara Wicana. 2005 Hal 87 Gulo Kartono, Kamus Psikologi, Bandung : CV Pionir Jaya. 2003 Hal 216 32 untuk mencoba memilih, mengevaluasi apa yang baik, penting, memungkinkan dilakukan atau apa yang pantas dan tepat atau sebaliknya 5. Identitas diri adalah cara yang digunakan seseorang dalam menampilkan dirinya sebagai individu yang berbeda aau khas dibandingkan orang lain18 Fearon menyimpulkan tiga pengertian dasar yang seirang digunakan oleh para ahli dalam mendefinisikan identitas diri , yaitu : a. Keanggotaan dalam sebuah komunitas yang menyebabkan seseorang merasa terlibat, termotivasi, berkomitmen dam menjadikannya rujukan atau pertimbangan dalam memilih dan memutuskan sesuatu berdasarkan hal yang normatif. Terbentuknya identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif oleh interaksi seorang dengan lingkungan sosial. Identitas diri yang diguankan seseorang untuk menjelaskan tentang diri biasanya juga berisikan identitas sosial b. Identitas diri juga merujuk pada konsep abstrak dan relatif dan jangka panjang yang ada dalam pikiran sesoerang tentang siapa dirinya, menjadi “seseorang”. Karena itu identitas diri biasanya juga berisis harga diri seseorang/self esteem. Konsep ini menunjukan bahwa identitas diri merupakan sesuatu yang berperan sebagai motivator perilakuk dan menyebabkan keterlibatan emosional yang mendalam dengan individu tentang apa yang dianggapnya sebagai identitas diri. 18 Fearon James D, What Is Identity (As We Now Use The Word). Stanford University. 1999 Hal 4-5 33 c. Identitas diri bukan hanya terdiri sesuatu yang “terbentuk” tapi juga termasuk potensi dan status bawaan sejak lahir, misalnya jenai kelamin dan keturunan Berdasarkan beberapa pengertian identitas diri di atas, dapat disimpulkan bahwa identitas diri merupakan sebuah terminologi yang cukup luas yang dipakai seseorang untuk menjelaskan siapakah dirinya. Identitas diri dapat berisi atribut fisik, keanggotaan dalam satu komunitas, keyakinan, tujuan, harapan, prinsip moral atau gaya sosial. Meski seringkali terbentuk secara tidak sadar, namun identitas diri merupakan sesuatu yang disadari dan diakui individu sebagai sesuatu yang menjelaskan tentang dirinya dan membuatnya berbeda dari orang lain.19 Dalam pengertian lain identitas diri adalah susunan gambaran diri anda sebagai seseorang.20 Ketika anda menanyakan pertanyaan ini, “siapakah saya?” anda meneliti bahasan mengenai identitas diri. Teori-teori yang berfokus pada pelaku komunikasi akan selalu membawa identitas diri ke sejumlah tingkatan, tetapi identitas berada dalam lingkup budaya yang luas dan manusia berbeda dalam menguraikan diri mereka sendiri. Misalnya di afrika, identitas sering kali dipahami sebagi sebuah hasil dari pencarian keseimbangan dalam hidup dan sebagian bergantung kepada kekuatan yang didapatkan manusia dari leluhur mereka. Di Asia, identitas sering kali didapatkan bukan melalui usaha perorangan, tetapi melalui usaha kolektif kelompok dan timbal balik antarmanusia. Dalam 19 Ibid Hal 21-23 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. 2009. Hal 130 20 34 budaya yunani, identitas dipahami sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan seseorang melihat diri bertentangan atau berbeda dengan identitas yang lain.21 Menurut Michael Hecht dan koleganya, dalam teori komunikasi tentang identitas tergabunglah ketiga konteks budaya berikut: individu, komunal, dan publik. Menurut teori tersebut, identitas merupakan penghubung utama antara individu dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi. Tentu, identitas anda adalah “kode” yang mendefiisikan keanggotaan anda dalam komunitas yang beragam, kode yang terdiri dari symbol-simbol, seperti bentuk pakaian dan kepemilikan; dan kata-kata, seperti deskripsi diri atau benda yang biasanya anda katakan; dan makna yang anda dan orang lain hubungkan terhadap benda-benda tersebut.22 Hect juga menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana akan dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Kedua dimensi tersebut berinteraksi dalam rangkaian empat tingkatan atau lapisan. 1. Tingkatan pertama adalah personal layer, yang terdiri dari rasa akan keberadaan diri anda dalam situasi sosial. Dalam situasi tertentu seperti kita sedang bermain dengan teman, mendekati dosen untuk membicarakan nilai, atau berpergian dengan keluarga, anda melihat diri anda dalam kondisi-kondisi tertentu. 21 22 Ibid hal 130 Ibid hal 131 35 2. Tingkatan kedua adalah enactment layer atau pengetahuan orang lain tentang diri anda berdasarkan pada apa yang anda lakukan, apa yang anda miliki, dan bagaimana anda bertindak. Penampilan anda adalah symbolsimbol aspek yang lebih mendalam tentang identitas anda serta orang lain akan mendifinisakn dan memahami anda emlalui penampilan tersebut. 3. Tingkatan ketiga dalam identitas diri adalah relational atau siapa diri anda dalam kaitannya dengan individu lain. Identitas dibentuk dalam interaksi anda dengan mereka. Anda dapat melihat dengan sangat jelas identitas hubungan ketika anda merujuk diri anda secara spesifik sebagai mitra hubungan, seperti ayah, suami istri rekan kerja. 4. Tingkatan keempat adalah communal, yang diikat kepada kelompok atau budaya yang lebih besar. Tingkat identitas ini sangat kuat dalam banyak budaya asia, misalnya, ketika identitas seseorang dibentuk terutama oleh komunitas yang lebih besar daripada oleh perbedaan individu di antara manusia dalam komunikasi. Kapan pun anda memperhatikan apa yang dipikirkan dan dilaksanakan oleh komunitas anda, maka anda menyesuaikan diri pada tingkatan identitas anda tersebut.23 Pengetahuan kita tentang diri bervariasi pada kontinum identitas personal dan sosial. Pada identitas personal, seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan atribut atau trait yang membedakan diri dengan orang lain dan hubungan interpersonal yang dimiliki. Sedangkan pada identitas sosial, seseorang 23 Ibid hal 131-132 36 akan mendifinisan dirinya berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial atau atribut yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok (Vaughan dan Hogg, 2002)24 Menurut Brewer dan Gardiner (1996), tiga bentuk diri yang menjadi dasar bagi seseorang dalam mendefinisikan dirinya adalah sebagai berikut : 1. Individual Self, yaitu diri yang didefinisikan bedasarkan trait pribadi yang membedakan dengan orang lain. Contohnya, “saya adalah seorang pekerja keras yang pantang menyerah ketika menghadapi tantangan”; 2. Relational self, yaitu diri didefinisikan berdasarkan hubungan interpersonal yang dimiliki dengan orang lain. Contohnya, “saya temannya anak mantan presiden”; 3. Collective self, yaitu diri didefinisikan berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial; contoh : “ saya mahasiswa UMB angkatan tahun 2011”.25 Selain bergantung pada latar belakang budaya, cra kita mendifinisikan diri begantung pula pada situasi dan kontkes sosial (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Salah satu contoh situasi dan kontek sosial yang berpengaruh adalah hubungan yang kita miliki dengan orang lain. Sebagi contoh, apabila ada seseorang yang berasal dari kelompok minoritas berada di tengah-tengah kelompok mayoritas orang itu akan lebih kuat dalam mendifinisikan dirinya 24 25 Sarlito W Sarwono, Psikologi Sosial, Jakarta : Salemba Humanika, 2009. Hal 56 Ibid hal 56 37 berdasarkan kareakteristik minoritasny, seperti “saya satu-satunya perempuan yang menjadi pilot pesawat tempur” atau “saya mahasiswa asia yang kuliah diperguruan tinggi yang didominasi mahasiswa asing” atau “saya mahasiswa daerah”.26 2.4 Pengertian Ulama Ulama adalah orang yang tahu atau yang memiliki pengetahuan ilmu agama dan ilmu pengetahuan kealaman yang dengan pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut dan tunduk kepada Allah SWT. Kata ulama merupakan bentuk jamak dari ‘alim atau ‘alim, yang keduanya berarti “yang tahu” atau “yang mempunyai pengetahuan”.27 Di dalam Al-Qur’an kata ualma ditemukan pada dua tempat. Pertama, dalam surat Fatir ayat 28 yang artinya: “sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama” jika ayat ini dihubungkan dengan ayat sebelumnya (ayat 27), pengertian ulama pada tersebut adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu kealaman atau imu kauniyyah. Kedua, dalam surat Asy-Syu’ara’ ayat 196 dan 197, yang artinya “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?” Di sini, arti ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan agama. Dari kedua ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa ulama adalah orang yang memiliki 26 Ibid hal 56-57 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 5, Jakarta : PT Ichtiar baru Van Hoeve, 1994. Hal 120 27 38 pengetahuan tentang ilmu kealaman dan ilmu agama, dan pengetahuan yang dimilikinya itu dipergunakan untuk mengantarkannya pada rasa khassyah (takut atau tunduk) kepada Allah SWT.28 Di Indonesia, istilah ualam atau alim ulama yang semua dimaksudkan sebagai bentuk jamak, berubah pengertiannya menjadi bentuk tunggal. Pengertian ulama juga menjadi lebih sempit karena diartikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan ilmu keagamaan dalam bidang fikih. Di Indonesia, ulama identik dengan fukaha. Bahkan dalam pengertian awam sehari-hari, ulama adalah fukaha dalam bidang ibadah saja.29 Betapapun semakin sempitnya pengertian ulama dari dahulu smpai sekarang, namun cirri khasnya tetap tidak bisa dilepaskan, yakni ilmu pengeatahuan yang dimilikinya itu diajarkan dalam rangka khasyyah (adanya rasa takut atau tunduk kepada Allah SWT). Oleh karena itu, seorang ulama harus orang Islam. Seseroang yang beru memiliki ilmu keagamaan (keislaman) seperti para ahli ketimur-an (*orientalis) tidak dikatakan ulama. 28 29 Ibid hal 120-121 Ibid Hal 121