UJI NILAI LC50 DEKOKTA Centella asiatica TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG EMBRIO IKAN ZEBRA (Danio rerio) Karolina Afriyani Kowan, Hardadi Airlangga, Noer Aini Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang E-mail: [email protected] Abstract. Active compounds of Centella asiatica such as polifenol and flavonoid which consist of quarcetin and kaempherol has been researched to be having anti-hypertensive effect. This research aims to know the toxic dose by LC 50 measurement and it’s effect to heart beat frequency of zebra fish embryo (Danio rerio). Danio rerio embryos at 5,25 hour post fertilization (hpf) were treated with decocta Centella asiatica. In observation of value LC50 using a dose of 300 µg/ml, 475 µg/ml, 650 µg/ml, 825 µg/ml, 1000 µg/ml, 1175 µg/ml, 1350 µg/ml then observed at 96 hour post fertilization. Observation heart rate using a dose µg/ml, 377 µg/ml, 621 µg/ml were observed at 72 hour post fertilization. These data then were analyzed using probit analyzed and one way ANOVA with significant value (P<0.05). Exposure dose 300 µg/ml, 475 µg/ml, 650 µg/ml, 825 µg/ml, 1000 µg/ml, 1175 µg/ml, 1350 µg/ml in zebrafish embryos causing death respectively for 0%, 18,3%, 51,6%, 81,6%, 96,6%, 96,6%, 100%. LC50 value was received to be at 621 µg/ml. There is no reduced heart beat of zebra fish embryo exposed with Dca at the dosage of 83 µg/ml and 377 µg/ml, meanwhile the dose of 621 µg/ml can reduce heart rate of zebra fish embryo significantly (p<0.05) by 30%. The value LC50-96 hour decocta Centella asiatica on zebrafish embyos (Danio rerio) was 621 µg/ml and proven to reduce heart rate zebrafish embyos(Danio rerio). Key word : Decocta Centella asiatica, LC50, Frequency heart rate, zebrafish (Danio rerio) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menaggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pengalaman dan keterampilan yang secara turun-temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya1. Selain khasiatnya yang sudah turuntemurun digunakan oleh masyarakat, obat tradisional juga lebih murah dan mudah didapat2. Kandungan bahan alami dalam obat tradisional umunya bersifat seimbang dan saling menetralkan sehingga efek sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan obat sintesis3. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang diakui masyarakat dunia dan menandai kesadaran kembali ke alam (back to nature) untuk mencapai kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami4. Salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional adalah Centella asiatica5. Pegagan mengandung berbagai zat aktif diantaranya asam amino, flavonoid, quercetin, terpenoid, asiaticosida dan minyak atsiri6. Kandungan triterpenoid dalam pegagan dapat merevitalisasi peredaran darah ke otak sehingga aliran darah menjadi lancar, memberi efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental menjadi lebih baik7. Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Shirley tahun 2006, menyatakan bahwa infusa daun pegagan pada dosis terapi mampu menurunkan tekanan darah manusia sehingga dapat digunakan sebagai terapi anti hipertensi8. Masalah Hipertensi merupakan faktor resiko utama pemicu insiden jantung koroner dan penyakit lain seperti stroke dan gagal ginjal9. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari senyawa aktif dari bahan alami untuk terapi anti hipertensi. Ekstrak air Centella asiatica mempunyai potensi sebagai anti oksidan10 karena kandungan zat aktif seperti polifenol dan flavonoid yang terdiri dari quercetin, kaempherol, catechin11 yang mempunyai efek langsung menurunkan tekanan darah12. Dalam penelitian Jurnal Kedokteran Komunitas Intharachatorn tahun 2013, mengatakan kandungan quercetin dalam herbal Centella asiatica pada dosis 32 g/ml dapat menurunkan tekanan darah, dan tidak mempunyai efek pada denyut jantung tikus13. Untuk mengetahui keamanan dari herbal Centella asiatica, maka diperlukan penelitian mengenai berbagai macam efek yang dapat ditimbulkan oleh herbal Centella asiatica jika dikonsumsi dalam dosis yang berlebih dan dalam jangka waktu yang lama. Tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan letal dosis atau sifat toksik adalah LD50 atau LC5014. Selain itu perlu dilakukan uji teratogenik yang merupakan bagian uji toksikologi khusus, dimana mampu memprediksi gangguan tahap awal pada pertumbuhan dan perkembangan janin akibat paparan agen toksik pada janin15. Salah satunya yaitu perubahan denyut jantung yang dapat menggambarkan efek suatu herbal terhadap kondisi jantung hewan coba16. Pengukuran denyut jantung sangat penting untuk mengetahui fungsi jantung karena perubahan denyut jantung dapat menjadi indikasi terjadinya suatu keadaan patologis pada jantung17. Uji nilai LC50 dan uji teratogenik dapat diamati melalui embrio ikan zebra dengan melihat kematian dan perubahan denyut jantung embrio, karena denyut jantung menggambarkan perkembangan pada embrio 18. Embrio ikan Zebra (Danio rerio) banyak digunakan dalam penelitian, hal ini berkaitan dengan sifat fisiologis dan ekotoksikologi dari spesies ini. Keuntungan menggunakan ikan zebra karena ikan zebra ukurannya kecil, mudah beradaptasi dilingkungan yang berbeda, dan dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak19. Embrio ikan zebra juga dapat digunakan sebagai model penelitian toksisitas zat kimia, hal ini berkaitan dengan proses embriogenesis yang cepat dan memiliki struktur tubuh yang transparan, mudah dipelihara dan mewakili data in vivo pada mamalia20,21. Ikan zebra memiliki jantung dan sistem vaskularisasi yang sama dengan manusia22. Pada embrio ikan zebra denyut jantung normal mendekati denyut jantung pada manusia yaitu 120-170 kali per menit23. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi toksisitas akut dari herbal Centella asiatica) dengan menilai LC50 dan menguji efek Page | 148 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 dari herbal tersebut terhadap frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra. METODE PENELITIAN 2.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik secara in vitro dengan metode penelitian control group post test only bertujuan untuk mengetahui efek toksik akut dari dekokta Centella asiatica (DCa) melalui pengamatan kematian (LC50) pada 96 jam paska fertilisasi dan efek terhadap frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra yg dimati pada 72 jam paska fertilisasi. 2.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zebrafish Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang pada bulan April - Juni 2015. 2.3 Ethical clearance Penelitian ini telah mendapat keterangan kelaikan etik dari komisi etik penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada tanggal 10 juni 2015 dengan nomor 343/EC/KEPK-S1-PD/06/2015. 2.4 Prosedur Penelitian Pengelompokan Hewan Coba Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah embrio ikan zebra yang berusia 5,25 jam paska fertilisasi. Pada pengamatan LC50 menggunakan 20 embrio yang terdiri dari 7 kelompok perlakuan sedangkan pada pengamatan frekuensi denyut jantung menggunakan 10 embrio yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan. Embrio ikan zebra ditempatkan pada 24 well plate. Pembuatan Dekokta Centella asiatica (DCa) Herbal Centella asiatica diperoleh dari Balai Materia Medika, Batu dan telah disertifikasi dengan nomor 074/408/101.8/2014. Simplisia di ekstraksi dengan mengggunakan metode dekoktasi yaitu mengekstraksi herbal dengan air pada suhu 90° selama 30 menit 24. Hasil dekoktasi didinginkan dan disaring menggunakan vacum kemudian dipaparkan pada embrio ikan zebra. Karolina Afriyani Kowan, UJI NILAI LC50 DEKOKTA Centella asiatica TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG Perhitungan Dosis Centella asiatica Dosis terapi untuk embrio ikan zebra adalah 83 µg/ml. Dosis LC50 diperoleh dari hasil eksplorasi. Dari eksplorasi di tentukan batas bawah 332 µg/ml dan batas atas 1328 µg/ml, kemudian diperoleh 7 dosis, dari range batas atas dan bawah. Dosis diperoleh dengan kelipatan 175 yaitu : 300 µg/ml, 475 µg/ml, 650 µg/ml, 825 µg/ml, 1000 µg/ml, 1175 µg/ml , 1350 µg/ml 25. Perhitungan dosis MATC (Maximun Allowable Toxicant Concentration) menggunakan rumus26 dan didapatkan dosis MATC adalah 377 µg/ml. dihitung selama 15 detik kemudian dikalikan 4 dengan menggunakan hand counter. Penghitungan dilakukan oleh 3 orang dengan masing-masing 3 kali pengulangan untuk meminimalisir bias. Pemeliharaan dan Pemijahan Ikan Zebra Ikan zebra dipelihara dan diberi makan dengan artemia setiap hari27. Saat proses pemijahan ikan ditempatkan dalam aquarium pemijahan berukuran 35cm x 22cm x 26 cm dengan perbandingan 13 jantan dan 12 betina. Aquarium pemijahan dilengkapi dengan aerator, lampu, dan spwaning trap. Pencahayaan menggunakan siklus 14 jam terang dan 10 jam gelap. Selama pemijahan suhu dalam aquarium dipertahankan sekitar 25°C-28°C28. HASIL PENELITIAN Karakteristik Populasi Embrio Ikan Zebra Pada Pengamatan Kematian Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah embrio ikan zebra berusia 5,25 jam paska fertilisasi. Masing–masing embrio ditempatkan dalam well plate dengan satu embrio per well. Selama perlakuan embrio diletakkan dalam inkubator pada suhu 27±1°C. Jumlah sampel pada pengamatan LC50 adalah 1260 embrio yang terbagi dalam 7 kelompok perlakuan, yaitu : P1 (300 µg/ml ), P2 (475 µg/ml ), P3 (650 µg/ml ), P4 (825 µg/ml ), P5 (1000 µg/ml ), P6 (1175 µg/ml ), P7 (1350 µg/ml ) tiap kelompok terdapat 3 kali pengulangan, pengamatan dilakukan pada jam ke 96 paska fertilisasi. Jumlah sampel pada pengamatan frekuensi denyut jantung adalah 40 embrio yang terbagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, P1 DCa dosis terapi (83 µg/ml), P2 DCa dosis MATC (377 µg/ml) dan P3 DCa dosis LC50 (621 µg/ml). Embrio dipapar sampai 72 jam paska fertilisasi kemudian dihitung frekuensi denyut jantung dengan menggunakan hand counter. Perlakuan dan Pengamatan Kematian Embrio Ikan Zebra Embrio ikan zebra (Danio rerio) dipapar yang dengan dekokta Centella asiatica pada awal masa gastrulasi (5,25 jam paska fertilisasi) sampai pada 96 jam paska fertilisasi. Embrio ikan zebra diamati berdasarkan kematian setelah dipapar dengan Dekokta Centella asiatica (DCa) pada kelompok P1 (300 µg/ml ), P2 (475 µg/ml ), P3 (650 µg/ml ), P4 (825 µg/ml ), P5 (1000 µg/ml ), P6 (1175 µg/ml ), P7 (1350 µg/ml ). Penilaian kematian pada embrio ditandai dengan koagulasi, tidak terjadi pembentukan ekor dan tidak ada denyut jantung29. Perlakuan dan Pengamatan Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Embrio ikan zebra dipapar dengan dekokta Centella asiatica pada 5,25 jam paska fertilisasi sampai 72 jam paska fertilisasi. Pegamatan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra setelah dipapar dekokta Centella asiatica pada kelompok KN, P1, P2 dan P3. Frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra diamati dan dihitung pada 72 jam paska fertilisasi30. Denyut jantung Analisa Data Data kematian embrio diolah dengan menggunakan analisis probit untuk menghitung nilai LC50 sedangkan untuk analisis frekuensi denyut jantung dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan dengan analisis one way analysis of varian (ANOVA). Nilai LC50 Dekokta Centella asiatica pada Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Prosentase kematian embrio ikan zebra dapat di hitung berdasarkan jumlah rata-rata kematian dalam persen 3 kali pengulangan pada setiap dosis, dapat dilihat pada tabel 1. 149 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 Tabel 1. Persentase Mortalitas Embrio 96 jam No Kelompok Perlakuan Jumlah (n) Mortalitas Embrio 96 jam 1 Dosis 300 µg/ml 3 0,00 ± 0,00 2 Dosis 475 µg/ml 3 18,33 ± 2,88 3 Dosis 650 µg/ml 3 51,6 ± 2,88 4 Dosis 825 µg/ml 3 81,66 ± 5,77 5 Dosis 1000 µg/ml 3 96,6 ± 2,88 6 Dosis 1175 µg/ml 3 96,6 ± 2,88 7 Dosis 1350 µg/ml 3 100 ± 0,00 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan 1 dosis 300 µg/ml tidak menyebabkan kematian pada embrio ikan zebra, perlakuan 2 dosis 475 µg/ml menyebabkan kematian embrio ikan zebra sebesar 18,3%, perlakuan 3 dosis 650 µg/ml menyebabkan kematian embrio ikan zebra sebesar 51,6%, perlakuan 4 dosis 825 µg/ml menyebabkan kematian embrio ikan zebra sebesar 81,6%, perlakuan 5 dosis 1000 µg/ml menyebabkan kematian embrio ikan zebra sebesar 96,9%, perlakuan 6 dosis 1175 µg/ml menyebabkan kematian embrio ikan zebra sebesar 96,6%, perlakuan 1350 µg/ml menyebabkan kematian embrio ikan zebra sebesar 100%. Berdasarkan tabel 2 menunjukan hasil probabilty nilai LC50 DCa pada embrio ikan zebra jam ke 96 adalah 621,122 µg/ml. Efek Dekokta Centella asiatica terhadap Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Perbandingan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang dipapar dekokta Centella asiatica (DCa) dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1. Tabel 3. Rerata denyut jantung embrio ikan zebra yang dipapar DCa No 1 2 3 4 Kelompok Kontrol (Tanpa Perlakuan) P1 Dosis terapi 83 µg/ml P2 Dosis MATC 377 µg/ml P3 Dosis LC50 621 µg/ml N 10 10 10 10 Denyut Jantung 206 ± 6,29a 217,86 ± 2,28a 213,06 ± 6,55a 186,66 ± 32,5b Keterangan : a : p ≤ 0.05 berbeda signifikan dengan P3 b : p ≤ 0.05 berbeda signifikan dengan KN, P1 dan P2 Tabel 2. Hasil LC50 Berdasarkan Analisis Probit 95% Confidence Limits for Dosis Waktu 96 Jam Probability ,100 132,937 ,150 226,310 Lower Bound 172,481 -48,438 ,200 300,521 48,725 472,851 ,250 364,187 130,826 530,089 ,300 421,361 203,366 582,678 ,350 474,341 269,413 632,584 ,400 524,614 330,896 681,128 ,450 573,254 389,151 729,325 ,500 621,122 445,194 778,046 ,550 668,991 499,873 828,132 ,600 717,630 553,975 880,482 ,650 767,903 608,327 936,158 ,700 820,884 663,902 996,534 ,750 878,058 722,002 1063,565 ,800 941,724 784,586 1140,319 ,850 1015,934 855,057 1232,264 ,900 1109,308 940,565 1351,112 ,910 1131,860 960,773 1380,262 ,920 1156,360 982,555 1412,102 Page | 150 Estimate Upper Bound 327,285 407,598 Gambar 1. Histogram rerata denyut jantung embrio ikan zebra paska pemberian DCa Keterangan : KN: Kelompok Kontrol (tanpa perlakuan) P1: Kelompok Perlakuan 1 (DCa dosis 83 µg/ml) P2: Kelompok Perlakuan 2 (DCa dosis 377 µg/ml) P4: Kelompok Perlakuan 3 (DCa dosis 621 µg/ml) Berdasarkan histogram diatas menunjukan pemberian DCa pada dosis 83 µg/ml (dosis terapi) dan dosis 377 µg/ml (dosis MATC) tidak menyebabkan penurunan denyut jantung embrio Karolina Afriyani Kowan, UJI NILAI LC50 DEKOKTA Centella asiatica TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG ikan zebra secara signifikan (p≤0.05) dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan pemberian DCa pada dosis 621 µg/ml mampu menurunkan frekuensi denyut jantung sebesar 30%. PEMBAHASAN Karakteristik populasi Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah embrio ikan zebra yang dengan usia 5.25 jam paska fertilisasi, karena pada usia ini setara dengan proses organogenesis pada manusia31. Pertimbangan menggunakan embrio ikan zebra sebagai sampel dalam penelitian karena ikan zebra mempunyai kesamaan gen dengan manusia sebesar 70%32. Ikan zebra mempunyai struktur tubuh yang lengkap dan pertumbuhan yang cepat sehingga dapat digunakan sebagai organisme model dalam penelitian selain itu ikan zebra juga memiliki sistem kardiovaskular, sistem saraf dan sistem pencernaan yang mirip dengan mamalia 33. Embrio ikan zebra bersifat transparan hal ini memudahkan dalam pengamatan perkembangan jantung, analisis denyut jantung selain itu ikan zebra mampu berdaptasi dengan lingkungan dan memiliki ukuran kecil sehingga banyak digunakan sebagai organisme model penelitian. Denyut jantung, potensial aksi (PA), bentuk dan durasi serta gambaran elektrokardiogram pada embrio dan ikan zebra dewasa mirip dengan manusia34. Denyut jantung normal pada embrio ikan zebra mendekati denyut jantung normal pada manusia yaitu 120170 kali per menit23. Sampel yang digunakan dalam pengamatan nilai LC50 ini sebanyak 1260 embrio yang terdiri dari 7 kelompok perlakuan, setiap perlakuan terdapat 20 embrio dengan 3 kali pengulangan, embrio akan ditempatkan dalam well plate, dengan masing-masing well berisi 1 embrio, pengamatan dilakukan dibawah mikroskop. Jumlah sampel yang digunakan pada pengamatan denyut jantung embrio ikan zebra sebanyak 40 embrio yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan masing-masing kelompok terdapat 10 embrio ikan zebra menurut OECD 201329. Perhitungan denyut jantung dilakukan pada 72 jam paska fertilisasi karena pada usia tersebut jantung ikan zebra sudah terbentuk sempurna dan lebih memudahkan saat dilakukan perhitungan denyut jantung, perhitungan denyut jantung dilakukan oleh 3 orang30. Pada saat perlakuan embrio ditempatkan dalam inkubator pada suhu optimal dimana ikan zebra dapat berkembang dengan baik, yaitu pada suhu 27±1°C35. Dekokta Centella asiatica dipapar pada embrio ikan zebra selama 96 jam untuk pengamatan LC50 dan 72 jam pada pengamatan frekuensi denyut jantung. Selama perlakuan dekokta Centella asiatica diganti setiap 24 jam hal ini bertujuan agar mengurangi terjadinya bias akibat kontaminasi dari lingkungan. Nilai LC50 Dekokta Centella asiatica pada Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Berdasarkan hasil analisis probit nilai LC50 dekokta Centella asiatica 96 jam pada embrio ikan zebra adalah 621 µg/ml. Nilai ini termasuk dalam kategori toksisitas ringan berdasarkan tingkat dayaracun nilai LC50 96 jam yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel. 4 Tingkat daya Racun Berdasarkan Nilai LC50 -96 jam36 Nilai LC50-96 jam Tingkat Daya Racun <1 mg/L Sangat Tinggi 1-10 mg/L Tinggi 10-100 mg/L >100 mg/L Sedang Ringan Pada dosis ini menyebabkan 50% kematian hewan uji. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa dekokta Centella asiatica aman digunakan sebagai terapi. Toksisitas Centella asiatica diduga karena adanya zat aktif quercetin dan flavonoid. Quercetin dapat menyebabkan gangguan pada membran sel yang bekerja dengan cara meningkatkan permeabilitas kapiler dan menggangu kerja kanal ion sehingga terjadi gangguan transport ion Na+ dan K+ maka akan terjadi peningkatan kadar Na+ dalam intrasel37. Peningkatan kadar Na+ dalam intrasel akan menarik air ke dalam sel sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan sel dan dapat meningkatkan konsentrasi Ca2+ di sitosol38 konsentrasi Ca2+ di sitosol yang berlebih menimbulkan berbagai efek selular diantaranya Ca2+ dapat masuk ke dalam mitokondria dan menyebabkan kekurangan ATP melalui penghambatan proses respirasi mitokondria, jika terdapat kekurangan O2, maka metabolisme enrgi 151 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas akan berubah menjadi glikolisis anaerob, pembentukan asam laktat yang akan berdisosiasi menjadi laktat dan H+ dan menimbulkan asidosis di sitosol39. Keadaan ini menggangu kerja enzim di intrasel sehingga menghambat proses glikolisis yang merupakan sumber ATP. Jika kekurangan energi berlanjut, sel akan cenderung mengalami kerusakan oksidatif, sehingga mekanisme sel dalam melawan radikal bebas sangat bergantung pada ketersediaan ATP, hal ini akan memicu terjadinya kerusakan pada membra sel yang akan berujung pada kematian sel39 Flavonoid mempunyai efek toksik karena memiliki potensi sebagai senyawa yang bersifat prooksidan. Dalam dosis kecil flavonoid berfungsi sebagai antioksidan40. Jika digunakan dalam dosis berlebih flavonoid dapat bersifat sebagai prooksidan41 yang nantinya akan memicu radikal bebas sehingga terjadi peningkatan stres oksidatif yang mengakibatkan terjadinya peroksiodasi lipid dimana terjadi pemutusan rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel42 selain itu peningkatan stres oksidatif juga dapat berdampak pada kerusakan DNA yang mana jika terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan kerusakan sel bahkan sampai kematian sel melalui mekanisme induksi apoptosis sel37. Kerusakan DNA mendorong terjadinya apoptosis melalui aktifasi P53 yang akan mengaktivasi TNF α pada jalur intrinsik. Aktivasi TNF α akan menginduksi caspase 8 dan protein Bcl-2 yang akan merangsang sitokrom C yang merupakan sinyal proapoptosis sehingga akan menginduksi proses apoptosis43. Proses apoptosis maupun nekrosis akan menyebabkan kematian pada sel, organ maupun kematian jaringan pada hewan coba44. Uji toksisitas perlu dilakukan pada hewan coba yang lebih tinngi tingkatannya dari ikan zebra misalnya pada tikus, hal ini berhubungan dengan proses pembuahan pada tikus yang terjadi dalam tubuh induk sehingga menyamai proses perkembagan embrio pada manusia. Selain itu diperlukan uji toksisitas sub kronik dan kronis, hal ini berhubungan dengan penggunaan obat antihipertensi dalam jangka waktu yang lama. Page | 152 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 Efek Dekokta Centella asiatica terhadap Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Penurunan denyut jantung secara signifikan terjadi pada pemberian dekokta Centella asiatica) pada dosis LC50 yaitu 621 µg/ml. Dosis LC50 merupakan dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan coba. Penurunan denyut jantung pada embrio ikan zebra diduga karena adanya beberapa faktor yaitu : jumlah dosis yang diberikan, lamanya waktu paparan, dan bahan aktif yang terkandung dalam dekokta Centella asiatica45. Pada penelitian Husein 2015, menyatakan bahwa pemberian dekokta Centella asiatica pada dosis 621 µg/ml menyebabkan kelainan pada organ jantung embrio ikan zebra yaitu edema perikardium46. Edem pericardium pada embrio ikan zebra dapat di akibatkan oleh berbagai faktor diataranya sirkulasi yang ireguler seperti vaskular statis dan penurunan denyut jantung 47. Penurunan denyut jantung pada embrio ikan zebra diduga karena adanya senyawa aktif quercetin, hal ini terbukti dalam penelitian Kim et al 2006 yang meyatakan bahwa quercetin mempunyai efek terhadap penurunan denyut jantung48. Senyawa flavonoid juga diduga mempunyai efek terhadap penurunan denyut jantung melalui mekanisme menghambat kerja saraf simpatis dan meningkatkan kerja dari saraf parasimpatis16 penurunan frekuensi denyut jantung disebabkan karena kerja dari reseptor serabut muskarinik (efek kronotropik negatif). Reseptor serabut muskarinik akan berikatan dengan asetilkolin sehingga akan meningkatkan influx K+ menuju intrasel yang akan diikuti dengan penurunan efflux Ca+2 dari ekstraselular sehingga terjadi hiperpolarisasi dan penurunan depolarisasi yang nantinya akan mempengaruhi kerja dari SA Node sehingga sulit untuk mencapai threshold dan menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi denyut jantung42. Penelitian ini menunjukan pada dosis terapi 83µg/ml diduga tidak menyebabkan penurunan denyut jantung pada embrio ikan zebra sehingga aman digunakan, namun diperlukan data tambahan mengenai keamanan DCa menggunakan hewan coba yang lebih tinggi tingkatannya31. Pada perhitungan frekuensi denyut jantung peneliti menggunakan metode Karolina Afriyani Kowan, UJI NILAI LC50 DEKOKTA Centella asiatica TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG perhitungan yang subyektif dimana perhitungan denyut jantung menggunakan hand counter dengan 3 orang pengamat, hal ini dapat berpengaruh pada hasil perhitungan pada masing-masing pengamat. Karena itu dibutuhkan alat atau software yang dapat mendukung sehingga dapat menimimalisir bias. KESIMPULAN Nilai LC50 pada embrio ikan zebra adalah 621 µg/ml dan termasuk kategori tosisitas ringan. Pemberian Dekokta Centella asiatica dosis 621 µg/ml (dosis LC50) menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran penelitian ini untuk pengembangan lebih lanjut, adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek toksik dekokta Centella asiatica pada hewan coba yang lebih tinggi tingkatannya dari ikan. 2. Perlu dilakukan penelitian uji toksisitas sub kronik dan kronis pada ikan dewasa. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan software khusus untuk menghitung denyut jantung embro ikan zebra. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. DAFTAR PUSTAKA 1. Sari, L.O.R. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Progrma studi Farmasi Universitas Jember. Review Artikel. 2006. 2. Hyeronimus S.B. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. 1st ed. Agro Media. Jakarta. 2008. 3. Rifatul . Efek Samping Obat Herbal terhadap Kesehatan Masyarakat. 2009. http://www.smallcrab.com/kesehatan/6 87-efek-sampingpengobatan-herbal. Tanggal Akses 20 Juni 2010. 4. Wijayakusuma, Hembing. Ensiklopedi Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia. Jakarta: Penerbit Prestasi Insan Indonesia. 2000. pp: 1-2. 5. Suhita, N.L, Sudira, I.W, Winaya, I.B. Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat 13. 14. 15. 16. Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral. Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 2013. Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2 Cetakan ke-IV. Trubus Agriwidya. Jakarta. 2006. Prabowo, W. Centella Anti Radang. PT Intisari Mediatama. Jakarta. 2002. Shirley. Pengaruh Infusa Pegagan Terhadap Tekanan Darah Normal Pada Wanita Dewasa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung. 2006. Rahajeng, E. and Tuminah, S. Prevalence of hypertension and its determinants in Indonesia. Review Artikel. 2009. 581(2) Zainol, M.K., Hamid, A., Yusof, S., and Muse, R. Antioxidative activity and total phenolic compounds of leaf, root and petiole of four accessions of Centella asiatica (L.) Urban. Food Chemistry. 2003. 81(4): 575-581. Zainol, M.K. Determination of flavonoids in Centella asiatica (L.) Urban and their utilization in herbal noodles. Serdang, Malaysia: University Putra Malaysia. (Thesis). 2004. Hussin, M., Hamid, A., Mohamad, S., Saari, N., Ismail, M., and Bejo.H.M. Protective effect of Centella asiatica extract and powder on oxidative stress in rats. Food Chemistry. 2007. 100(2): 535541. Intharachatorn, I., Srisawat, R. Antihypertensive Effects of Centella asiatica Extract. Institute of Science, Suranaree University of Technology, Nakhon Ratchasima Province 30000, Thailand. 2013. Sulastry, F. Uji Toksisitas Akut yang diukur dengan Penentuan LD50 Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Terhadap Mencit B ALB/C. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. (Skripsi). 2009. Wirasuta, G.A.M.I., Niruri, R. Buku Ajar Toksikologi Umum. Universitas Udayana. 2007. Vitria, S. EFEK KOMBINASI DEKOKTA Imperata cylindrica, Gynura procumbens, DAN Syzygium polyanthum 153 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. TERHADAP DENYUT JANTUNG EMBRIO Danio rerio. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015. Luca, E.D., Santoro, M.M., Zaccaria, G.M., Morbiducci, U., Hadhoud, M., Rizzo, G. ZebraBeat: a flexible platform for the analysis of the cardiac rate in zebrafish embryos. Department of Molecular Biotechnology and Health Sciences and Molecular Biotechnology Center, University of Torino, Turin, Italy. 2013. Wang S, Liu K, Wang X. Toxicc effect of celastrol on embryonyc development of zebrafish (Danio rerio). Drug Chem Toxicol. 2010. 34(1),61-65. Hallare A.V., Kohler H.R., Triebskorn R. Developmental toxicity and stress protein responses in zebrafish embryos after exposure to diclofenac and its solvent, DMSO. Chemosphere. 2004. 56: 659-666. Chakraborty, C., Hsu, C.H., Wen, Z.H., Lin, C.S., Agoramoorthy, G. Zebrafish : A Complete Animal Model For In Vivo Drug Discovery and Development. Current Drug Metabolism. 2009 ;10(2): 116-124. Zebrafish assays for drug toxicity screening. 2006.(Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub med/16866609), diakses 14 maret 2014. Warrens, K.S, Baker, K, Fishman, MC. The slow mo mutation reduces pacemaker current and heart rate, and heart rate in adult zebrafish. AmJ Physiol Heart Circ Physiol. 2001. Isogal, S, Horiguchi,M, Weinstein, B.M. The vascular anatomy of developing zebrafish: an atlas of embryonic and early larval development. Dev Biol. 2001. Li, H.B., Jiang, Y., Wong, C.C., Cheng, K.W., Chen, F. Evaluation of two methods for the extraction of antioxidants from medical plants. Anal Bioanal Chem. 2007. 388,483-488. Primananda A.P. Efek daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Nilai LC50 dan Efek Teratogenik Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Permadi, I. Toksisitas Dekokta Akar Alang-alang (Imperata cylindrica I.) [Studi In Vivo terhadap Lethal Concentration Page | 154 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. (LC50), Daya Tetas Telur dan Malformasi Embrio Ikan Zebra (Danio rerio)]. (Skripsi). 2014. Reed, Berney & Jennings. Guidance on the hoursing and care of zebrafish, RSPCA. 2011. Matthews, M., Trevarrow, B. & Matthews, J. A virtual tour of the Guide for zebrafish users, Lab Animal. 2002. 31 (3), p34-40. OECD Guidelines for the Testing of Chemical: Fish Embryos Acute toxicity (FET) Test. 2013. Anggraeni, D., Habiba, A., Lyrawati, D. The Effect of Genistein Exposure Time of Zebrafish Cardiac Formation. Laboratorium Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2014. Vol. 28. No.1 Rini, I. W. EFEK RAMUAN DEKOKTA IMPERATA CYLINDRICA, GYNURA PROCUMBENS, DAN SYZYGIUM POLYANTHUM TERHADAP DAYA TETAS EMBRIO IKAN ZEBRA (DANIO RERIO). Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015. Postlethwait, J.H. The zebrafish genome in context: ohnologs gone missing. Journal of Experimental Zoology Part B– Molecular and Developmental Evolution. 2007. 308:563-77. Bakkers, J. Zebrafish as a Model to Study Cardiac Development and Human Cardiac Disease. Hubrecht InstituteKNAW & University Medical Center Untrecht and Interuniversity Cardiologi Institute of The Netherlands. 2011. Verkerk, O.A., Remme, A.C. Zebrafish: a novel research tool for cardiac (patho) electrophysiology and ion channel disorders. Department of Anatomy, Embryology, and Physiology, Academic Medical Center, University of Amsterdam. Review Article. 2012. Bilotta, J.,Saszik, S., Delorenzo, A.S and Hardesty, H.R. Establishing and maintaining a low-cost zebrafish breeding and behavioural research facility, Behaviour Research Methods, Karolina Afriyani Kowan, UJI NILAI LC50 DEKOKTA Centella asiatica TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. Instruments and Computers. 1999. 31 (1), p178-184. Spence, R., Jordan, W.C., smith, C. Genetic analysis of male reprod. uctive succes in relation to destiny in the zebrafish (Danio rerio). Fronties in Zoology. 2006. 3,p5 Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2007. Buckman, R.F., Badellino, M.M., Goldberg, A. Pathophysiology of hemorrhagic hypovolemia and shock. Trauma Quarterly . 1992. 8: 4, 12-27. Silbernagl, S., Lang, F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 2006. Hamid, A.A., Aiyelaagbe, O.O., Usman, L.A., Ameen, O.M., Lawal, A. Antioxidant : its Medidal and Pharmacological Applications. African Journal of pure and applied chemistry. 2010. vol.4(8).pp.142151. Simamora, A. Flavonoid dalam Apel dan Antioksidannya. Bagian Kimia, Fakultas Kedokteran UKRIDA. 2008. Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. 2000. Hongmei, Z. Extrinsic and Intrinsic Apoptosis Signal Pathway Review. 2012. Review Article. 4-24. Robbin dan Kumar. Buku Ajar Patologi Robbin Volume 2. Edisi 7 oleh Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbin. dipublikasi oleh Elsevier Inc. New York, USA. 2003. Soemirat, J. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada). 2005. Husein, S.N.A. Efek Toksik Dekokta Centella asiatica Terhadap Daya Tetas dan Malformasi Organ Embrio Danio rerio. Fakultas kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015. Melek, K., Ugur, S.B., Ayper, B.P. The Effect of Zinc Chloride during Early Embryonic Development in Zebrafish (Brachydanio rerio). Turkish journal of Biology. 2013. (37):158-164. 48. Kim, M.J., Lee, H.J., Wiryowidagdo, S & Kim, H.K. Antihypertensive in Spontaneously Hypertensive Rats.journal of Medicine Food. 2006. 9(4):578-590. 155 | Page