EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica, dan Ortosiphon aristatus TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG EMBRIO IKAN ZEBRA (Danio rerio) Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, Novi Arfarita, Noer Aini Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang E-mail: [email protected] Abstract. Hypertension cases in Indonesia are still increasing, including hypertension pregnancy which cause a morbidity to a pregnant mother and fetal abnormality. Decoction combination of Centella asiatica, Imperata cylindrica, and Ortosiphon aristatus or DPAK had been used as anti-hypertension. The aim of this research was to examine the toxic effect of DPAK combination as antihypertension toward alteration of zebrafish (Danio rerio) embryos heart rate frequency. Zebrafish (Danio rerio) embryos at 5,25 hpf of age were treated by various DPAK doses of 217 μg/ml, 591 μg/ml, and 835 μg/ml for 72 hours. The results were then counted and recorded by hand counter and software tracker. Analysis was done using one way ANOVA with significant value of (p<0.05). DPAK combination’s therapy doses of (217 µg/ml) decrease the heart rate by 20% (p< 0.05). MATC dose of 591 μg/ml and LC50 dose of (835 μg/ml) decrease the frequency of heart rate of zebrafish (Danio rerio) embryos heart rate frequency by 28% (p<0.05). Treatment of DPAK combination on therapeutical, MATC, and LC50 doses are suspected to be toxic because they significantly decrease the heart rate frequency of zebrafish (Danio rerio) embryos compared to control group. Keywords. Centella asiatica, Imperata cylindrica, Ortosiphon aristatus, Heart rate, Zebrafish (Danio rerio) embryos. Hipertensi adalah kondisi apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistole diatas 120 dan diastole diatas 80 mmHg.1 Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peningkatan aktivitas saraf simpatis, perubahan hemodinamik, abnormalitas tahanan vaskular, intake tinggi sodium, dan gangguan reseptor adrenergik pada dijantung. faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh pada peningkatan cardiac output dan tahanan perifer.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia angka prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi sekitar 25,8 %. Salah satunya adalah hipertensi yang terjadi pada kehamilan yang dapat menyebabkan morbiditas pada ibu dan gangguan pada janin.1 Berdasarkan penelitian oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, herbal Pegagan (Centella asiatica), akar Alangalang (Imperata cylindrica) dan daun Kumis kucing (Ortosiphon aristatus) memiliki potensi sebagai antihipertensi. Pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa Pegagan memiliki efek sebagai antioksidan, Kumis kucing memiliki efek diuretik, dan Alang-alang sebagai vasodilator. Masing-masing herbal ini sudah digunakan secara empiris sebagai antihipertensi.3 Meskipun telah terbukti bahwa kombinasi DPAK mampu menurunkan tekanan darah dan memiliki kandungan antioksidan yang mampu menurunkan kadar Endothelin 1 aorta tikus model hipertensi.4 Namun penggunaan tanaman herbal apabila dikonsumsi dalam dosis yang berlebih akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, perlu adanya penelitian mengenai berbagai macam efek yang dapat ditimbulkan apabila dikonsumsi dalam dosis yang berlebih dan dalam jangka waktu yang lama.5 Embrio ikan Zebra (Danio rerio) dipilih sebagai hewan coba pada penelitian ini karena memiliki jantung dan sistem vaskularisasi sama dengan manusia.6,29 Selain itu embrio ikan zebra memiliki bentuk yang transparan sehingga memudahkan dalam pengamatan.7Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek toksik kombinasi dekokta Pegagan, akar Alang-alang , dan daun Kumis kucing atau (DPAK) sebagai antihipertesi terhadap perubahan frekuensi denyut jantung Jurnal Kedokteran Komunitas embrio ikan zebra. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membuktikan keamanan efek kombinasi DPAK terhadap denyut jantung janin bila dikonsumsi oleh ibu hamil dalam jangka pendek. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan desain penelitian control group post test only bertujuan untuk mengetahui efek toksik dari kombinasi DPAK terhadap perubahan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zebra fish Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang, pada bulan Juni - Agustus 2015. Ethical Clearance Penelitian ini telah mendapat keterangan kelaikan etik dari penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No. 490/EC/KEPK-S1–PD/09/ 2015. Prosedur Penelitian Pengelompokan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah embrio ikan Zebra (Danio rerio) yang berusia 5.25 hpf. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 embrio ikan zebra yang terbagi dalam empat kelompok yaitu, 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol perlakuan yang diberikan adalah 0.5 ml embrionic medium dan 0,5 ml aquades. Perhitungan frekuensi denyut jantung dilakukan pada jam ke 72 hpf . Pembuatan Dekokta PAK Herbal PAK diperoleh dari Balai Materia Medika, Batu dan telah di sertifikasi dengan nomor 074/385/101.8/2014. Simplisia PAK di ekstraksi dengan menggunakan metode dekoktasi yaitu dengan cara mengekstrasi herbal dengan pelarut aquadest pada suhu 90°C selama 30 menit sambil sesekalinya dilakukan pengadukan setiap 15 menit. Hasil dekoktasi selanjutnya didinginkan dan disaring menggunakan vacum kemudian dipaparkan pada embrio ikan Zebra (Danio rerio). Page | 298 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 Perhitungan Dosis Pemberian dosis herbal menggunakan formula yang telah ditentukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Perbandingan perhitungan dosis kombinasi ketiga herbal daun pegagan : akar alang-alang : daun kumis kucing sebesar 5gr : 5gr : 3gr. Jika pada orang dewasa dengan berat badan 60 kg adalah 13gr/60 kgBB = 217 mg/kgBB sama dengan mg/L maka dosis terapi untuk embrio ikan zebra adalah 217 µg/ml. Dosis LC50 didapatkan dari penelitian Rahmawati (2015). Pemeliharaan dan Pemijahan Ikan zebra dipelihara di akuarium dan diberi makan dengan artemia. Pemijahan dilakukan dengan cara menempatkan ikan jantan dan betina dengan perbandingan 2:1, yaitu 20 ikan zebra jantan dan 10 ikan zebra betina. Ikan dimasukkan ke dalam aquarium tersandart dengan volume air 10 liter.8 Akuarium pemijahan dilengkapi dengan aerator, lampu, dan spwaning trap. Siklus pencahayaan diatur 10 jam gelap dan 14 jam terang.8,9,10 Dan selama pemijahan suhu akuarium dipertahankan pada suhu 25°C–28°C.11 Setelah pemijahan embrio dikumpulkan 30-60 menit setelah periode terang dimulai. Perlakuan dan Pengamatan Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra Embrio ikan zebra yang berusia 5.25 hpf dipapar dengan kombinasi DPAK selama 72 jam. Perlakuan ini dibagi dalam 4 kelompok yaitu KN, P1, P2, dan P3 masing-masing kelompok terdapat 5 embrio. Frekuensi denyut jantung diamati pada jam ke 72 hpf.20,21 Denyut jantung dihitung selama 15 detik kemudian dikalikan 4 dengan menggunakan hand counter untuk mempermudah dan mengurangi bias dalam perhitungan pengamatan denyut jantung embrio digunakan software Tracker. Penghitungan frekuensi denyut jantung dilakukan oleh 3 pengamat dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Analisa Data Data analisa dilakukan dengan menggunakan one-way analysis of varian (ANOVA).12 Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Hewan coba yang digunakan adalah embrio ikan zebra yang berumur 5,25 hpf. Jumlah sampel yang digunakan adalah 20 embrio ikan zebra. Embrio tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol, P1 DPAK dosis terapi (217 μg/ml), P2 DPAK dosis MATC (591 μg/ml), dan P3 DPAK dosis LC50 (835 μg/ml). Masing- masing kelompok terdapat 5 sampel embrio. Tabel 1. Karakteristik Sampel Kelompok Satuan KN P1 P2 P3 Usia hpf 5,25 5,25 5,25 5,25 Jumlah embrio per plate Jumlah embrio per well Lama perlakuan Suhu lingkungan Cara pemberian kombinasi dekokta PAK Dosis kombinasi dekokta PAK Ekor 5 5 5 5 Ekor 1 1 1 1 hpf 72 72 72 72 0 26+1 26+1 26+1 26+1 - In vitro In vitro In vitro In vitro µg/ml - 217 591 835 C Keterangan : K0 : Kelompok Kontrol (Tanpa perlakuan) P1 : Kelompok Kombinasi Dekokta PAK Dosis 217 μg/ml P2 : Kelompok Kombinasi Dekokta PAK Dosis 591 μg/ml P3 : Kelompok Kombinasi Dekokta PAK Dosis 835 μg/ml Pada setiap well diletakkan 1 embrio. Pemaparan kombinasi DPAK dilakukan selama 72 jam. Kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan hand counter dan dalam pengamatan video digunakan software Tracker. Adapun ringkasan karakteristik populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Efek Kombinasi Dekokta Pegagan (Centella asiatica), Alang-alang (Imperata cylindrica), dan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) terhadap Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Perbandingan efek kombinasi dekokta Pegagan, Alang-alang, dan Kumis kucing (5:5:3) dengan kelompok kontrol terhadap denyut jantung embrio ikan zebra berdasarkan rerata masingmasing kelompok terangkum pada tabel 2 dan gambar 1. Tabel 2. Tabel rerata denyut jantung embrio ikan zebra yang dipapar DPAK Keterangan : a : Berbeda signifikan, (p < 0,05) dibandingkan dengan P1, P2, dan P3 No Kelompok N Denyut Jantung 1. Kontrol / KN 5 214,4 ± 3,58a 2. P1 (dosis terapi 217 µg/ml) 5 172,8 ± 4,38b 3. P2 (dosis MATC 591 µg/ml) 5 154,4 ± 3,58c 4. P3 (dosis LC50 835 µg/ml) 5 154,4 ± 5,37c b : Berbeda signifikan, (p < 0,05) dibandingkan dengan KN, P2 dan P3 c : Berbeda signifikan, (p < 0,05) dibandingkan dengan KN dan P1 Gambar 1. Histogram rerata frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra setelah pemaparan kombinasi DPAK Dari tabel 2 dan gambar 1 dapat dilihat bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra secara signifikan dibanding kelompok kontrol. Penurunan denyut jantung embrio ikan zebra secara signifikan ditunjukkan pada kombinasi DPAK dosis terapi (217 µg/ml) yaitu sekitar 20% 299 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas dibanding kelompok kontrol. Sedangkan pada pemberian kombinasi DPAK dosis MATC (591 µg/ml) dan LC50 (835 µg/ml) juga didapatkan penurunan denyut jantung embrio ikan zebra secara signifikan sekitar 28% dibanding kelompok kontrol. PEMBAHASAN Karakteristik Populasi Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah embrio ikan zebra (Danio rerio) yang berusia 5.25 hpf.12,13,28 Embrio ikan zebra digunakan sebagai hewan coba dikarenakan memiliki sifat transparan sehingga hal ini memudahkan dalam pengamatan perkembangan jantung, selain itu mudah diamati di mikroskop, perkembanganya cepat, embrio berkembang diluar tubuh sehingga mudah untuk diteliti, memiliki sistem kardiovaskuler, saraf dan sistem pencernaan, dan 70-80% DNA memiliki kemiripan dengan manusia.7,14,15 Denyut jantung ikan zebra dewasa normalnya mencapai 120-170 kali per menit hampir mendekati denyut jantung manusia.16 Sedangkan pada penelitian Kowan (2015) disebutkan rerata denyut jantung embrio ikan zebra pada kelompok kontrol negatif mencapai 206 kali per menit. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 embrio ikan zebra yang terbagi dalam empat kelompok yaitu, 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Perhitungan denyut jantung dilakukan pada jam ke 72 hpf karena pada usia tersebut jantung ikan zebra sudah terbentuk sempurna dan lebih memudahkan saat dilakukan perhitungan denyut jantung.17 Dalam perhitungan denyut jantung digunakan handcounter dan untuk memeprmudah pengamatan dan mengurangi bias digunakan software Tracker. Perhitungan dilakukan oleh 3 pengamat dan dilakukan pengulangan perhitungan sebanyak 3 kali. Kondisi lingkungan dibuat seperti di habitatnya untuk meminimalisir bias sehingga dapat memberikan hasil yang baik pada setiap perlakuan. Pada saat perlakuan embrio ditempatkan dalam inkubator dengan suhu 26±1°C.8,9,10 Pemberian kombinasi dekokta Pegagan, akar Alang-alang, dan daun Kumis kucing (DPAK) diberikan dengan perbandingan dosis 5:5:3. Dipaparkan pada embrio selama 72 Page | 300 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 jam dan selama perlakuan, DPAK diganti setiap 24 jam, hal ini bertujuan agar mengurangi terjadinya bias akibat kontaminasi dari lingkungan. Penggunaan hewan coba embrio ikan zebra mempunyai beberapa kelemahan yaitu ukurannya kecil, rentan mengalami kerusakan, pemberian paparan secara in vitro tidak representatif pada manusia, sehigga perlu pengembangan lebih lanjut penggunaan hewan coba yang bersifat vivipar.14,18 Efek Pemberian Kombinasi DPAK terhadap Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra (Danio rerio). Penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra pada pemberian kombinasi DPAK secara signifikan terjadi pada dosis terapi, MATC, dan dosis LC50. Dosis 217 µg/ml merupakan dosis terapi yang aman digunakan. Dosis 591 µg/ml pada perlakuan merupakan dosis MATC (Maximum Allowable Toxicant Concentration) yaitu dosis tertinggi yang dapat dikonsumsi dan dapat ditoleransi oleh tubuh. Sedangkan dosis 835 µg/ml adalah dosis Lethal Concentration (LC50) yaitu dosis yang menyebabkan kematian pada 50% populasi dari hewan coba dan pada perlakuan dosis tersebut termasuk dalam toksik sedang . Nilai LC50 jam ke 72 pada embrio ikan zebra didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati in publishing (2015). Penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra secara signifikan ditunjukkan pada kombinasi DPAK dosis terapi (217 µg/ml) yaitu sekitar 20% dibanding kelompok kontrol. Sedangkan pada pemberian kombinasi DPAK dosis MATC (591 µg/ml) dan LC50 (835 µg/ml) juga didapatkan penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra secara signifikan sekitar 28% dibanding kelompok kontrol. Hal ini didukung pada penelitian pohon DPAK pada pemberian kombinasi DPAK dosis MATC dan LC50 dapat menurunkan kemampuan daya tetas embrio ikan zebra sekitar 60% hingga 75% (Rahmawati 2015 in publishing). Penelitian lain pada dekokta Centella asiatica pada dosis LC50 (621 µg/ml) mampu menurunkan frekuensi denyut jantung embrio ikan Zebra (Danio rerio) dibawah normal.20 Sedangkan pada penelitian dekokta Imperata cylindrica dosis MATC (640 µg/ml) dan dosis LC50 (2.335 µg/ml) dapat menurunkan daya Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica tetas embrio ikan Zebra sebesar 20% dan 50% dibandingkan kelompok kontrol.21 Pada penelitian yang dilakukan oleh Ruslin et al (2013) didapatkan bahwa ekstrak methanol akar Alangalang pada dosis 90 mg/kgBB dapat menurunkan frekuensi denyut jantung tikus wistar hipertensi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitian Matsubara et al (1999) daun Kumis kucing (Ortosiphon aristatus) diketahui sebagai antihipertensi yang mampu menurunkan tekanan darah karena memiliki efek sebagai diuretik dan beta blocker. Namun demikian masih belum ada penelitian yang melaporkan efek herbal Kumis kucing terhadap penurunan frekuensi denyut jantung. Penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra pada kelompok perlakuan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah dosis yang diberikan, lamanya waktu paparan, bahan aktif yang terkandung dalam kombinasi DPAK, dan hewan coba yang digunakan.24 Pada kondisi normal pengaturan denyut jantung diatur oleh medula oblongata. Denyut jantung dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan perlambatan heart rate.30 Kondisi depolarisasi ditimbulkan oleh aliran pembukaan kanal Na+ dan Ca2+ sehingga menyebabkan ion Na+ dan Ca2+ di dalam intrasel meningkat. Sebaliknya aliran masuk Ca2+ melalui pembukaan kanal Ca2+ yang lebih lambat menghasilkan fase datar, dan repolarisasi disebabkan aliran K+ melalui kanal K+.31 Senyawa aktif yang terkandung didalam DPAK seperti flavonoid, quercetin dan Methylripariochromene A diduga memiliki efek terhadap penurunan frekuensi denyut jantung melalui mekanisme penghambatan pada aktivitas sistem saraf simpatis dan meningkatkan sistem saraf parasimpatis.25 Senyawa flavonoid dan quercetin diduga mempunyai efek terhadap penurunan frekuensi denyut jantung melalui mekanisme peningkatan aktivitas saraf simpatis melalui pembukaan kanal K+ sehingga mengaktivasi protein G, yang akan menghambat adenil siklase dan menyebabkan tidak dapat diubahnya ATP menjadi CAMP, hal inilah yang diduga menyebabkan terjadinya penutupan kanal Ca2+ dan Na+. Akibatnya kadar ion Ca2+ dan Na+ didalam sel jantung menurun sehingga terjadi proses repolarisasi. Akibat proses tersebut akan mempengaruhi kerja dari SA Node untuk mencapai threshold, yang berakibat terjadinya penurunan frekuensi denyut jantung.26,27 Pada daun Orthosiphon aristatus, senyawa aktif yang paling dominan adalah Methylripariochromene A yang mempunyai efek diuretik melalui mekanisme menurunkan K+ dan Na+ di ekstrasel sehingga K+ di intrasel meningkat. Kondisi ini menyebabkan repolarisasi terjadi secara terus menerus sehingga Na+ harus dalam jumlah banyak untuk menyebabkan kondisi depolarisasi, yang selanjutnya akan berpengaruh dalam penurunan frekuensi denyut jantung. 23 Apabila kondisi ini terjadi pada jangka panjang tanpa adanya mekanisme perbaikan hal ini akan berakibat pada kerusakan maupun disfungsi organ.27 Pada penelitian ini metode perhitungan frekuensi denyut jantung masih menggunakan hand counter dan dalam pengamatannya digunakan software Tracker yang bertujuan untuk memperlambat denyut jantung sehingga memudahkan pengamatan dan perhitungan. Untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian ini diperlukan software khusus dalam perhitungan frekuensi denyut jantung. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan pemberian kombinasi dekokta daun Pegagan (Centella asiatica), akar Alang-alang (Imperata cylindrica), dan daun Kumis kucing (Ortosiphon aristatus) dosis MATC (591 µg/ml) dan dosis LC50 (835 µg/ml) diduga toksik, karena pada dosis tersebut lebih kuat dalam menurunkan frekuensi denyut jantung embrio ikan Zebra (Danio rerio) dibandingkan dosis terapi (217 µg/ml). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran penelitian ini adalah: 1. Penelitian untuk mengetahui efek toksik kombinasi dekokta daun Pegagan (Centella asiatica), akar Alang-alang (Imperata cylindrica) dan daun Kumis kucing (Ortosiphon aristatus) subkronis 301 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas dan kronis terhadap frekuensi denyut jantung pada embrio ikan zebra. 2. Penelitian untuk mengetahui efek toksik DPAK yang dipaparkan subkronis dan kronis hewan coba vivipar. 3. Penelitian molecular docking untuk mengetahui mekanisme kerja PAK terhadap reseptor β1. 4. Perlu software khusus yang mampu mengukur frekuensi denyut jantung yang lebih spesifik dibanding software yang telah digunakan pada penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Visintin, C., Mugglestone, M. A., Almerie, M. Q., Nherera, L. M., James, D., & Walkinshaw, S. National Institute for Health and Clinical Excellece. The management of hypertensive disorders during pregnancy. Centre for Clinical Practice at NICE to produce guidelin.es. NHS Evidence. Level 1A, City Tower, Piccadilly Plaza, Manchester. 2010 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009 3. Kemenkes RI. Vademekum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1, Edisi revisi, Jakarta. 2012. 4. Ramadhani, B.Y, Zakiya R, Aini, N. Efek Dekoktasi Pegagan, Alang-alang dan Kumis Kucing terhadap Jumlah ET-1 Endothel Aorta Tikus Model Hipertensi (DOCA-NaCl). Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015 5. Muslimin L, Wicaksena B, Setiyawan, Ari N, Sukesi H, Surachman H. Kajian potensi pengembangan pasar jamu. Badan penelitian dan pengembangan perdagangan dalam negeri. 2012. 6. Warrens, K.S., Baker, K., Fishman, M.C. The slow mo mutation reduces pacemaker current and heart rate, and heart rate in adult zebrafish. AmJ Physiol Heart Circ Physiol. 2001 7. Graham E. Corley-Smith, Chinten James, & Brandhorst. Production of Androgenetic Zebrafish (Danio rerio). 1999. Page | 302 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 8. Matthews, M., Trevarrow, B. Matthews, J. A virtual tour of the Guide for zebrafish users, Lab Animal 2002. p34-40. 9. Brand, M., Granato, M, Nusslein V, C. ‘Keeping and raising zebrafish’ in Nusslein-Volhard & Dahm Zebrafish - A Practical Approach ; Oxford University Press, Oxford, UK. 2002. 10. Lawrence, C. The husbandry of zebra fish (Danio rerio). Blackfan Circle, Boston, 02115, U.S.A. 2007. Aquaculture 269 1– 20. 11. Barney R, Maggy J. Guidance on the housing and care of zebra fish Danio rerio. 2011. 12. Akande,M.G., Orn,L., Norrgren L. Evaluation of the Toxic Effects of Clozapine in Zebra Fish (Danio rerio) Embryos with the Fish Embrio Toxicity Test. International. 2010. 13. Anonymous. OECD Guidelines for the Testing of Chemical: Fish Embryos Acute toxicity (FET) Test. 2013. 14. Barbazuk, W.B., Korf, I., Kadavi, C., Heyen, J., Tate, S., Wun, E., Bedell, J.A., Mcpherson, J. A & Johnson, S. L. The syntenic relationship of the zebrafish and human genomes. Genome Research. 2000. 10, 1351-1358. 15. Srivastava, A.K, Mishra, D, Srivastava, S, & Srivastava, S.K. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 2014. Vol 1. Hal: 359-363. 16. Milan, D.J., Jones, I.L., Ellinor, P.T., & MacRae, C.A. In vivo recording of adult zebrafish electrocardiogram and assessment of drug-induced QT prolongation. Am. J. Physiol. Heart Circ. Physiol. 2006. 291, H269–H273. 17. Anggraeni, D., Habiba, A., Lyrawati, D. The Effect of Genistein Exposure Time of Zebrafish Cardiac Formation. Laboratorium Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2014. Vol. 28. No.1 18. Bopp, S.K., Minuzzo, M., & Lettieri, T. The Zebrafish (Danio rerio): an Emerging Model Organism in the Environmental Field. Institute for Environment and Sustainability. 2006. Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica 19. Rahmawati, Toksisitas akut kombinasi dekokta pegagan, alang-alang, dan kumis kucing terhadap daya tetas embrio ikan zebra pada dosis terapi, MATC, dan LC50, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015 20. Kowan K, Aini N, Airlangga H. Uji toksisitas akut dekokta pegagan (centella asiatica) terhadap nila LC%) dan Frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015. 21. Permadi I, Fadli Z, Purnomo Y. Toksisitas dekokta akar alang-alang (Imperata cylindrica) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2014. 22. Ruslin. Anti-Hypertensive Activity of Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Root Methanolic Extract on Male Wistar Rat. Int. J. Res. Pharm. Sci. 2005. 4(4), 537-542. 23. Matsubara T, Bohgaki T, Watarai M, Suzuki H, Ohashi K, & Shibuya H. Antihypertensive Actions of Methylripariochromene A from Orthosiphon aristatus, an Indonesian Traditional Medicinal Plant. Biol Pharm Bull. 1999. 24. Soemirat, J. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada). 2005. 25. Vitria, S. Efek Kombinasi Dekokta Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum Terhadap Denyut Jantung Embrio Danio rerio. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015 26. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-2).Jakarta. 2001. EGC : 601– 606. 27. Silbernagl, S., Lang, F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 2006. 28. Barney R, Maggy J. Guidance on the housing and care of zebra fish Danio rerio. 2011. 29. Bakkers, J. Zebrafish as a Model to Study Cardiac Development and Human Cardiac Disease. Hubrecht InstituteKNAW & University Medical Center Untrecht and Interuniversity Cardiologi Institute of The Netherlands. 2011. 30. Guyton & Hall, Text Book of Medical Physiology, Unit XI : Chap. 60, 748-760, Elevent Edition, Elsevier Saunders Inc., Philadelphia, 2006. Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22, Jakarta:EGC. 2003. 303 | Page