EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica

advertisement
EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica, dan
Ortosiphon aristatus TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG
EMBRIO IKAN ZEBRA (Danio rerio)
Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, Novi Arfarita, Noer Aini
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
E-mail: [email protected]
Abstract. Hypertension cases in Indonesia are still increasing, including hypertension pregnancy which cause a
morbidity to a pregnant mother and fetal abnormality. Decoction combination of Centella asiatica, Imperata
cylindrica, and Ortosiphon aristatus or DPAK had been used as anti-hypertension. The aim of this research was
to examine the toxic effect of DPAK combination as antihypertension toward alteration of zebrafish (Danio rerio)
embryos heart rate frequency.
Zebrafish (Danio rerio) embryos at 5,25 hpf of age were treated by various DPAK doses of 217 μg/ml, 591 μg/ml,
and 835 μg/ml for 72 hours. The results were then counted and recorded by hand counter and software tracker.
Analysis was done using one way ANOVA with significant value of (p<0.05).
DPAK combination’s therapy doses of (217 µg/ml) decrease the heart rate by 20% (p< 0.05). MATC dose of 591
μg/ml and LC50 dose of (835 μg/ml) decrease the frequency of heart rate of zebrafish (Danio rerio) embryos heart
rate frequency by 28% (p<0.05).
Treatment of DPAK combination on therapeutical, MATC, and LC50 doses are suspected to be toxic because they
significantly decrease the heart rate frequency of zebrafish (Danio rerio) embryos compared to control group.
Keywords. Centella asiatica, Imperata cylindrica, Ortosiphon aristatus, Heart rate, Zebrafish (Danio
rerio) embryos.
Hipertensi adalah kondisi apabila terjadi
peningkatan tekanan darah sistole diatas 120
dan diastole diatas 80 mmHg.1 Hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
peningkatan aktivitas saraf simpatis, perubahan
hemodinamik, abnormalitas tahanan vaskular,
intake tinggi sodium, dan gangguan reseptor
adrenergik pada dijantung. faktor-faktor tersebut
dapat berpengaruh pada peningkatan cardiac
output dan tahanan perifer.2
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia angka
prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi
sekitar 25,8 %. Salah satunya adalah hipertensi
yang terjadi pada kehamilan yang dapat
menyebabkan morbiditas pada ibu dan gangguan
pada janin.1
Berdasarkan penelitian oleh Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman obat
dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu,
herbal Pegagan (Centella asiatica), akar Alangalang (Imperata cylindrica) dan daun Kumis
kucing (Ortosiphon aristatus) memiliki potensi
sebagai
antihipertensi.
Pada
penelitian
sebelumnya dijelaskan bahwa Pegagan memiliki
efek sebagai antioksidan, Kumis kucing memiliki
efek diuretik, dan Alang-alang sebagai
vasodilator. Masing-masing herbal ini sudah
digunakan secara empiris sebagai antihipertensi.3
Meskipun telah terbukti bahwa kombinasi
DPAK mampu menurunkan tekanan darah dan
memiliki kandungan antioksidan yang mampu
menurunkan kadar Endothelin 1 aorta tikus
model hipertensi.4 Namun penggunaan tanaman
herbal apabila dikonsumsi dalam dosis yang
berlebih akan menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan, perlu adanya penelitian
mengenai berbagai macam efek yang dapat
ditimbulkan apabila dikonsumsi dalam dosis yang
berlebih dan dalam jangka waktu yang lama.5
Embrio ikan Zebra (Danio rerio) dipilih
sebagai hewan coba pada penelitian ini karena
memiliki jantung dan sistem vaskularisasi sama
dengan manusia.6,29 Selain itu embrio ikan zebra
memiliki bentuk yang transparan sehingga
memudahkan dalam pengamatan.7Penelitian ini
dilakukan untuk menguji efek toksik kombinasi
dekokta Pegagan, akar Alang-alang , dan daun
Kumis kucing atau (DPAK) sebagai antihipertesi
terhadap perubahan frekuensi denyut jantung
Jurnal Kedokteran Komunitas
embrio ikan zebra. Diharapkan hasil penelitian ini
dapat membuktikan keamanan efek kombinasi
DPAK terhadap denyut jantung janin bila
dikonsumsi oleh ibu hamil dalam jangka pendek.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental
laboratorium dengan menggunakan desain
penelitian control group post test only bertujuan
untuk mengetahui efek toksik dari kombinasi
DPAK terhadap perubahan frekuensi denyut
jantung embrio ikan zebra.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zebra
fish Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Malang, pada bulan Juni - Agustus 2015.
Ethical Clearance
Penelitian ini telah mendapat keterangan
kelaikan etik dari penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran
Universitas
Brawijaya
No.
490/EC/KEPK-S1–PD/09/ 2015.
Prosedur Penelitian
Pengelompokan Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini
adalah embrio ikan Zebra (Danio rerio) yang
berusia 5.25 hpf. Jumlah sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah 20 embrio ikan zebra
yang terbagi dalam empat kelompok yaitu, 1
kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan.
Pada kelompok kontrol perlakuan yang diberikan
adalah 0.5 ml embrionic medium dan 0,5 ml
aquades. Perhitungan frekuensi denyut jantung
dilakukan pada jam ke 72 hpf .
Pembuatan Dekokta PAK
Herbal PAK diperoleh dari Balai Materia Medika,
Batu dan telah di sertifikasi dengan nomor
074/385/101.8/2014. Simplisia PAK di ekstraksi
dengan menggunakan metode dekoktasi yaitu
dengan cara mengekstrasi herbal dengan pelarut
aquadest pada suhu 90°C selama 30 menit
sambil sesekalinya dilakukan pengadukan setiap
15 menit. Hasil dekoktasi selanjutnya didinginkan
dan disaring menggunakan vacum kemudian
dipaparkan pada embrio ikan Zebra (Danio rerio).
Page | 298
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
Perhitungan Dosis
Pemberian dosis herbal menggunakan formula
yang telah ditentukan oleh Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional
(B2P2TOOT).
Perbandingan
perhitungan dosis kombinasi ketiga herbal daun
pegagan : akar alang-alang : daun kumis kucing
sebesar 5gr : 5gr : 3gr. Jika pada orang dewasa
dengan berat badan 60 kg adalah 13gr/60 kgBB =
217 mg/kgBB sama dengan mg/L maka dosis
terapi untuk embrio ikan zebra adalah 217 µg/ml.
Dosis LC50 didapatkan dari penelitian Rahmawati
(2015).
Pemeliharaan dan Pemijahan
Ikan zebra dipelihara di akuarium dan diberi
makan dengan artemia. Pemijahan dilakukan
dengan cara menempatkan ikan jantan dan
betina dengan perbandingan 2:1, yaitu 20 ikan
zebra jantan dan 10 ikan zebra betina. Ikan
dimasukkan ke dalam aquarium tersandart
dengan volume air 10 liter.8 Akuarium pemijahan
dilengkapi dengan aerator, lampu, dan spwaning
trap. Siklus pencahayaan diatur 10 jam gelap dan
14 jam terang.8,9,10 Dan selama pemijahan suhu
akuarium dipertahankan pada suhu 25°C–28°C.11
Setelah pemijahan embrio dikumpulkan 30-60
menit setelah periode terang dimulai.
Perlakuan dan Pengamatan Frekuensi Denyut
Jantung Embrio Ikan Zebra
Embrio ikan zebra yang berusia 5.25 hpf dipapar
dengan kombinasi DPAK selama 72 jam.
Perlakuan ini dibagi dalam 4 kelompok yaitu KN,
P1, P2, dan P3
masing-masing kelompok
terdapat 5 embrio. Frekuensi denyut jantung
diamati pada jam ke 72 hpf.20,21 Denyut jantung
dihitung selama 15 detik kemudian dikalikan 4
dengan menggunakan hand counter untuk
mempermudah dan mengurangi bias dalam
perhitungan pengamatan denyut jantung embrio
digunakan software Tracker. Penghitungan
frekuensi denyut jantung dilakukan oleh 3
pengamat dengan pengulangan sebanyak 5 kali.
Analisa Data
Data analisa dilakukan dengan menggunakan
one-way analysis of varian (ANOVA).12
Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Sampel
Hewan coba yang digunakan adalah embrio ikan
zebra yang berumur 5,25 hpf. Jumlah sampel
yang digunakan adalah 20 embrio ikan zebra.
Embrio tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu
kelompok kontrol, P1 DPAK dosis terapi (217
μg/ml), P2 DPAK dosis MATC (591 μg/ml), dan P3
DPAK dosis LC50 (835 μg/ml). Masing- masing
kelompok terdapat 5 sampel embrio.
Tabel 1. Karakteristik Sampel
Kelompok
Satuan
KN
P1
P2
P3
Usia
hpf
5,25
5,25
5,25
5,25
Jumlah
embrio per
plate
Jumlah
embrio per
well
Lama
perlakuan
Suhu
lingkungan
Cara
pemberian
kombinasi
dekokta
PAK
Dosis
kombinasi
dekokta
PAK
Ekor
5
5
5
5
Ekor
1
1
1
1
hpf
72
72
72
72
0
26+1
26+1
26+1
26+1
-
In vitro
In vitro
In vitro
In vitro
µg/ml
-
217
591
835
C
Keterangan :
K0 : Kelompok Kontrol (Tanpa perlakuan)
P1 : Kelompok Kombinasi Dekokta PAK Dosis 217
μg/ml
P2 : Kelompok Kombinasi Dekokta PAK Dosis 591
μg/ml
P3 : Kelompok Kombinasi Dekokta PAK Dosis 835
μg/ml
Pada setiap well diletakkan 1 embrio. Pemaparan
kombinasi DPAK dilakukan selama 72 jam.
Kemudian dilakukan penghitungan dengan
menggunakan hand counter dan dalam
pengamatan video digunakan software Tracker.
Adapun ringkasan karakteristik populasi
penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Efek Kombinasi Dekokta Pegagan (Centella
asiatica), Alang-alang (Imperata cylindrica), dan
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) terhadap
Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra
(Danio rerio).
Perbandingan efek kombinasi dekokta Pegagan,
Alang-alang, dan Kumis kucing (5:5:3) dengan
kelompok kontrol terhadap denyut jantung
embrio ikan zebra berdasarkan rerata masingmasing kelompok terangkum pada tabel 2 dan
gambar 1.
Tabel 2. Tabel rerata denyut jantung embrio
ikan zebra yang dipapar DPAK
Keterangan :
a : Berbeda signifikan, (p < 0,05) dibandingkan
dengan P1, P2, dan P3
No
Kelompok
N
Denyut Jantung
1.
Kontrol / KN
5
214,4 ± 3,58a
2.
P1 (dosis terapi 217
µg/ml)
5
172,8 ± 4,38b
3.
P2 (dosis MATC 591
µg/ml)
5
154,4 ± 3,58c
4.
P3 (dosis LC50 835
µg/ml)
5
154,4 ± 5,37c
b : Berbeda signifikan, (p < 0,05) dibandingkan
dengan KN, P2 dan P3
c : Berbeda signifikan, (p < 0,05) dibandingkan
dengan KN dan P1
Gambar 1. Histogram rerata frekuensi denyut jantung embrio
ikan zebra setelah pemaparan kombinasi DPAK
Dari tabel 2 dan gambar 1 dapat dilihat bahwa
pada kelompok perlakuan terjadi penurunan
frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra
secara signifikan dibanding kelompok kontrol.
Penurunan denyut jantung embrio ikan zebra
secara signifikan ditunjukkan pada kombinasi
DPAK dosis terapi (217 µg/ml) yaitu sekitar 20%
299 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
dibanding kelompok kontrol. Sedangkan pada
pemberian kombinasi DPAK dosis MATC (591
µg/ml) dan LC50 (835 µg/ml) juga didapatkan
penurunan denyut jantung embrio ikan zebra
secara signifikan sekitar 28% dibanding kelompok
kontrol.
PEMBAHASAN
Karakteristik Populasi
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini
adalah embrio ikan zebra (Danio rerio) yang
berusia 5.25 hpf.12,13,28 Embrio ikan zebra
digunakan sebagai hewan coba dikarenakan
memiliki sifat transparan sehingga hal ini
memudahkan
dalam
pengamatan
perkembangan jantung, selain itu mudah diamati
di mikroskop, perkembanganya cepat, embrio
berkembang diluar tubuh sehingga mudah untuk
diteliti, memiliki sistem kardiovaskuler, saraf dan
sistem pencernaan, dan 70-80% DNA memiliki
kemiripan dengan manusia.7,14,15 Denyut jantung
ikan zebra dewasa normalnya mencapai 120-170
kali per menit hampir mendekati denyut jantung
manusia.16 Sedangkan pada penelitian Kowan
(2015) disebutkan rerata denyut jantung embrio
ikan zebra pada kelompok kontrol negatif
mencapai 206 kali per menit.
Jumlah sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah 20 embrio ikan zebra yang
terbagi dalam empat kelompok yaitu, 1 kelompok
kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Perhitungan
denyut jantung dilakukan pada jam ke 72 hpf
karena pada usia tersebut jantung ikan zebra
sudah terbentuk sempurna dan lebih
memudahkan saat dilakukan perhitungan denyut
jantung.17 Dalam perhitungan denyut jantung
digunakan
handcounter
dan
untuk
memeprmudah pengamatan dan mengurangi
bias digunakan software Tracker. Perhitungan
dilakukan oleh 3 pengamat dan dilakukan
pengulangan perhitungan sebanyak 3 kali.
Kondisi lingkungan dibuat seperti di
habitatnya untuk meminimalisir bias sehingga
dapat memberikan hasil yang baik pada setiap
perlakuan. Pada saat perlakuan embrio
ditempatkan dalam inkubator dengan suhu
26±1°C.8,9,10 Pemberian kombinasi dekokta
Pegagan, akar Alang-alang, dan daun Kumis
kucing (DPAK) diberikan dengan perbandingan
dosis 5:5:3. Dipaparkan pada embrio selama 72
Page | 300
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
jam dan selama perlakuan, DPAK diganti setiap
24 jam, hal ini bertujuan agar mengurangi
terjadinya bias akibat kontaminasi dari
lingkungan.
Penggunaan hewan coba embrio ikan
zebra mempunyai beberapa kelemahan yaitu
ukurannya kecil, rentan mengalami kerusakan,
pemberian paparan secara in vitro tidak
representatif pada manusia, sehigga perlu
pengembangan lebih lanjut penggunaan hewan
coba yang bersifat vivipar.14,18
Efek Pemberian Kombinasi DPAK terhadap
Frekuensi Denyut Jantung Embrio Ikan Zebra
(Danio rerio).
Penurunan frekuensi denyut jantung embrio ikan
zebra pada pemberian kombinasi DPAK secara
signifikan terjadi pada dosis terapi, MATC, dan
dosis LC50. Dosis 217 µg/ml merupakan dosis
terapi yang aman digunakan. Dosis 591 µg/ml
pada perlakuan merupakan dosis MATC
(Maximum Allowable Toxicant Concentration)
yaitu dosis tertinggi yang dapat dikonsumsi dan
dapat ditoleransi oleh tubuh. Sedangkan dosis
835 µg/ml adalah dosis Lethal Concentration
(LC50) yaitu dosis yang menyebabkan kematian
pada 50% populasi dari hewan coba dan pada
perlakuan dosis tersebut termasuk dalam toksik
sedang . Nilai LC50 jam ke 72 pada embrio ikan
zebra didapatkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati in publishing (2015).
Penurunan frekuensi denyut jantung
embrio ikan zebra secara signifikan ditunjukkan
pada kombinasi DPAK dosis terapi (217 µg/ml)
yaitu sekitar 20% dibanding kelompok kontrol.
Sedangkan pada pemberian kombinasi DPAK
dosis MATC (591 µg/ml) dan LC50 (835 µg/ml) juga
didapatkan penurunan frekuensi denyut jantung
embrio ikan zebra secara signifikan sekitar 28%
dibanding kelompok kontrol. Hal ini didukung
pada penelitian pohon DPAK pada pemberian
kombinasi DPAK dosis MATC dan LC50 dapat
menurunkan kemampuan daya tetas embrio ikan
zebra sekitar 60% hingga 75% (Rahmawati 2015
in publishing). Penelitian lain pada dekokta
Centella asiatica pada dosis LC50 (621 µg/ml)
mampu menurunkan frekuensi denyut jantung
embrio ikan Zebra (Danio rerio) dibawah
normal.20 Sedangkan pada penelitian dekokta
Imperata cylindrica dosis MATC (640 µg/ml) dan
dosis LC50 (2.335 µg/ml) dapat menurunkan daya
Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
tetas embrio ikan Zebra sebesar 20% dan 50%
dibandingkan kelompok kontrol.21 Pada
penelitian yang dilakukan oleh Ruslin et al (2013)
didapatkan bahwa ekstrak methanol akar Alangalang pada dosis 90 mg/kgBB dapat menurunkan
frekuensi denyut jantung tikus wistar hipertensi
secara signifikan dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Pada penelitian Matsubara et al (1999)
daun Kumis kucing (Ortosiphon aristatus)
diketahui sebagai antihipertensi yang mampu
menurunkan tekanan darah karena memiliki efek
sebagai diuretik dan beta blocker. Namun
demikian masih belum ada penelitian yang
melaporkan efek herbal Kumis kucing terhadap
penurunan frekuensi denyut jantung.
Penurunan frekuensi denyut jantung
embrio ikan zebra pada kelompok perlakuan
diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jumlah dosis yang diberikan, lamanya waktu
paparan, bahan aktif yang terkandung dalam
kombinasi DPAK, dan hewan coba yang
digunakan.24
Pada kondisi normal pengaturan denyut
jantung diatur oleh medula oblongata. Denyut
jantung dipengaruhi sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Sistem saraf simpatis dengan
epinefrin
dan
norepnefrin
sebagai
neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan
heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis
melalui nervus vagus menyebabkan perlambatan
heart rate.30 Kondisi depolarisasi ditimbulkan
oleh aliran pembukaan kanal Na+ dan Ca2+
sehingga menyebabkan ion Na+ dan Ca2+ di dalam
intrasel meningkat. Sebaliknya aliran masuk Ca2+
melalui pembukaan kanal Ca2+ yang lebih lambat
menghasilkan fase datar, dan repolarisasi
disebabkan aliran K+ melalui kanal K+.31
Senyawa aktif yang terkandung didalam
DPAK seperti flavonoid, quercetin dan
Methylripariochromene A diduga memiliki efek
terhadap penurunan frekuensi denyut jantung
melalui mekanisme penghambatan pada
aktivitas sistem saraf simpatis dan meningkatkan
sistem saraf parasimpatis.25
Senyawa flavonoid dan quercetin diduga
mempunyai efek terhadap penurunan frekuensi
denyut jantung melalui mekanisme peningkatan
aktivitas saraf simpatis melalui pembukaan kanal
K+ sehingga mengaktivasi protein G, yang akan
menghambat adenil siklase dan menyebabkan
tidak dapat diubahnya ATP menjadi CAMP, hal
inilah yang diduga menyebabkan terjadinya
penutupan kanal Ca2+ dan Na+. Akibatnya kadar
ion Ca2+ dan Na+ didalam sel jantung menurun
sehingga terjadi proses repolarisasi. Akibat
proses tersebut akan mempengaruhi kerja dari
SA Node untuk mencapai threshold, yang
berakibat terjadinya penurunan frekuensi denyut
jantung.26,27
Pada daun Orthosiphon aristatus, senyawa
aktif
yang
paling
dominan
adalah
Methylripariochromene A yang mempunyai efek
diuretik melalui mekanisme menurunkan K+ dan
Na+ di ekstrasel sehingga K+ di intrasel meningkat.
Kondisi ini menyebabkan repolarisasi terjadi
secara terus menerus sehingga Na+ harus dalam
jumlah banyak untuk menyebabkan kondisi
depolarisasi, yang selanjutnya akan berpengaruh
dalam penurunan frekuensi denyut jantung. 23
Apabila kondisi ini terjadi pada jangka panjang
tanpa adanya mekanisme perbaikan hal ini akan
berakibat pada kerusakan maupun disfungsi
organ.27
Pada penelitian ini metode perhitungan
frekuensi denyut jantung masih menggunakan
hand counter dan dalam pengamatannya
digunakan software Tracker yang bertujuan
untuk memperlambat denyut jantung sehingga
memudahkan pengamatan dan perhitungan.
Untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian
ini diperlukan software khusus dalam
perhitungan frekuensi denyut jantung.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
pemberian kombinasi dekokta daun Pegagan
(Centella asiatica), akar Alang-alang (Imperata
cylindrica), dan daun Kumis kucing (Ortosiphon
aristatus) dosis MATC (591 µg/ml) dan dosis LC50
(835 µg/ml) diduga toksik, karena pada dosis
tersebut lebih kuat dalam menurunkan frekuensi
denyut jantung embrio ikan Zebra (Danio rerio)
dibandingkan dosis terapi (217 µg/ml).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka saran penelitian ini adalah:
1. Penelitian untuk mengetahui efek toksik
kombinasi dekokta daun Pegagan
(Centella asiatica), akar Alang-alang
(Imperata cylindrica) dan daun Kumis
kucing (Ortosiphon aristatus) subkronis
301 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
dan kronis terhadap frekuensi denyut
jantung pada embrio ikan zebra.
2. Penelitian untuk mengetahui efek toksik
DPAK yang dipaparkan subkronis dan
kronis hewan coba vivipar.
3. Penelitian molecular docking untuk
mengetahui mekanisme kerja PAK
terhadap reseptor β1.
4. Perlu software khusus yang mampu
mengukur frekuensi denyut jantung yang
lebih spesifik dibanding software yang
telah digunakan pada penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Visintin, C., Mugglestone, M. A., Almerie,
M. Q., Nherera, L. M., James, D., &
Walkinshaw, S. National Institute for
Health and Clinical Excellece. The
management of hypertensive disorders
during pregnancy. Centre for Clinical
Practice at NICE to produce guidelin.es.
NHS Evidence. Level 1A, City Tower,
Piccadilly Plaza, Manchester. 2010
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2009
3. Kemenkes RI. Vademekum Tanaman
Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1, Edisi
revisi, Jakarta. 2012.
4. Ramadhani, B.Y, Zakiya R, Aini, N. Efek
Dekoktasi Pegagan, Alang-alang dan
Kumis Kucing terhadap Jumlah ET-1
Endothel Aorta Tikus Model Hipertensi
(DOCA-NaCl).
Fakultas
Kedokteran
Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2015
5. Muslimin L, Wicaksena B, Setiyawan, Ari
N, Sukesi H, Surachman H. Kajian potensi
pengembangan pasar jamu. Badan
penelitian
dan
pengembangan
perdagangan dalam negeri. 2012.
6. Warrens, K.S., Baker, K., Fishman, M.C.
The slow mo mutation reduces
pacemaker current and heart rate, and
heart rate in adult zebrafish. AmJ Physiol
Heart Circ Physiol. 2001
7. Graham E. Corley-Smith, Chinten James,
&
Brandhorst.
Production
of
Androgenetic Zebrafish (Danio rerio).
1999.
Page | 302
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
8. Matthews, M., Trevarrow, B. Matthews,
J. A virtual tour of the Guide for zebrafish
users, Lab Animal 2002. p34-40.
9. Brand, M., Granato, M, Nusslein V, C.
‘Keeping and raising zebrafish’ in
Nusslein-Volhard & Dahm Zebrafish - A
Practical Approach ; Oxford University
Press, Oxford, UK. 2002.
10. Lawrence, C. The husbandry of zebra fish
(Danio rerio). Blackfan Circle, Boston,
02115, U.S.A. 2007. Aquaculture 269 1–
20.
11. Barney R, Maggy J. Guidance on the
housing and care of zebra fish Danio
rerio. 2011.
12. Akande,M.G., Orn,L., Norrgren L.
Evaluation of the Toxic Effects of
Clozapine in Zebra Fish (Danio rerio)
Embryos with the Fish Embrio Toxicity
Test. International. 2010.
13. Anonymous. OECD Guidelines for the
Testing of Chemical: Fish Embryos Acute
toxicity (FET) Test. 2013.
14. Barbazuk, W.B., Korf, I., Kadavi, C.,
Heyen, J., Tate, S., Wun, E., Bedell, J.A.,
Mcpherson, J. A & Johnson, S. L. The
syntenic relationship of the zebrafish and
human genomes. Genome Research.
2000. 10, 1351-1358.
15. Srivastava, A.K, Mishra, D, Srivastava, S,
& Srivastava, S.K. International Journal of
Pharma and Bio Sciences. 2014. Vol 1.
Hal: 359-363.
16. Milan, D.J., Jones, I.L., Ellinor, P.T., &
MacRae, C.A. In vivo recording of adult
zebrafish
electrocardiogram
and
assessment of drug-induced QT
prolongation. Am. J. Physiol. Heart Circ.
Physiol. 2006. 291, H269–H273.
17. Anggraeni, D., Habiba, A., Lyrawati, D.
The Effect of Genistein Exposure Time of
Zebrafish
Cardiac
Formation.
Laboratorium Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran
Universitas
Brawijaya
Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2014. Vol. 28. No.1
18. Bopp, S.K., Minuzzo, M., & Lettieri, T. The
Zebrafish (Danio rerio): an Emerging
Model Organism in the Environmental
Field. Institute for Environment and
Sustainability. 2006.
Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
19. Rahmawati, Toksisitas akut kombinasi
dekokta pegagan, alang-alang, dan kumis
kucing terhadap daya tetas embrio ikan
zebra pada dosis terapi, MATC, dan LC50,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Malang. (Skripsi). 2015
20. Kowan K, Aini N, Airlangga H. Uji
toksisitas akut dekokta pegagan (centella
asiatica) terhadap nila LC%) dan
Frekuensi denyut jantung embrio ikan
zebra. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Malang. (Skripsi). 2015.
21. Permadi I, Fadli Z, Purnomo Y. Toksisitas
dekokta akar alang-alang (Imperata
cylindrica)
Fakultas
Kedokteran
Universitas Islam Malang. (Skripsi). 2014.
22. Ruslin. Anti-Hypertensive Activity of
Alang-alang Imperata cylindrica (L.)
Beauv. Root Methanolic Extract on Male
Wistar Rat. Int. J. Res. Pharm. Sci. 2005.
4(4), 537-542.
23. Matsubara T, Bohgaki T, Watarai M,
Suzuki H, Ohashi K, & Shibuya H.
Antihypertensive
Actions
of
Methylripariochromene
A
from
Orthosiphon aristatus, an Indonesian
Traditional Medicinal Plant. Biol Pharm
Bull. 1999.
24. Soemirat, J. Toksikologi Lingkungan.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada).
2005.
25. Vitria, S. Efek Kombinasi Dekokta
Imperata
cylindrica,
Gynura
procumbens, dan Syzygium polyanthum
Terhadap Denyut Jantung Embrio Danio
rerio. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Malang. (Skripsi). 2015
26. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem (edisi ke-2).Jakarta. 2001. EGC :
601– 606.
27. Silbernagl, S., Lang, F. Teks & Atlas
Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. 2006.
28. Barney R, Maggy J. Guidance on the
housing and care of zebra fish Danio
rerio. 2011.
29. Bakkers, J. Zebrafish as a Model to Study
Cardiac Development and Human
Cardiac Disease. Hubrecht InstituteKNAW & University Medical Center
Untrecht and Interuniversity Cardiologi
Institute of The Netherlands. 2011.
30. Guyton & Hall, Text Book of Medical
Physiology, Unit XI : Chap. 60, 748-760,
Elevent Edition, Elsevier Saunders Inc.,
Philadelphia, 2006.
Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Ganong. Edisi 22, Jakarta:EGC.
2003.
303 | Page
Download