Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... GAMBARAN PELAKSANAAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF PASIEN STROKE DI STROKE CENTER RSUD ULIN BANJARMASIN Muhammad Rifqi*, Mohammad Basit1, Sukarlan2 1 Stikes Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi Penulis. Telepon: 081349499028, E-mail: [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kematian kedua tertinggi dan penyebab utama kecacatan di dunia. Pemberian latihan gerak sendi (ROM) bermanfaat untuk mencegah terjadinya kontraktur (kekuatan sendi), mempertahankan stabilitas gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot sehingga terjadi peningkatan kemampuan mobilisasi pada klien stroke yang pada akhirnya mengurangi ketergantungan klien dan beban biaya perawatan dan pengobatan. Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa dari 10 pasien stroke diketahui 3 orang (30%) tidak dapat melakukan range of motions dengan usaha sendiri dan membutuhkan bantuan perawat atau keluarga dan 7 orang (70%) dapat melakukan range of motions dengan usaha sendiri tanpa bantuan perawat. Tujuan: Mengetahui gambaran pelaksanaan range of motion (ROM) pasif pasien stroke Di Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi adalah semua pasien Stroke di Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel sebagian dari populasi yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Hasil: Sebagian besar reponden sebanyak 21 orang (70%) dilakukan Range Of Motion (ROM) Pasif. Simpulan: Gambaran pelaksanaan range of motios (ROM) pasif pasien stroke di Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin sebagian besar dilakukan cukup. Kata Kunci: Range Of Motios (ROM) Pasif, Pasien Stroke 1 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... ABSTRACT Background: Stroke is the second highest death of cused disablement in the world. Giving exercise joint motion (ROM) is useful to prevent contractures (joint force), maintaining the stability of motion, increase muscle strength so as to increase the ability to mobilize the client stroke which ultimately reduces dependency of clients and the costs of care and treatment. Objective: To knowing Descriptions of Range Of Motion (ROM) Pasif to Stroke Patient’s In Ulin Hospital Banjarmasin. Method: This research method is descriptive. The population is all patients Stroke Stroke Center at Hospital Ulin Banjarmasin. Sample some of the population of 30 people. Sampling technique with accidental sampling. Result: The majority of respondents as many as 21 people (70%) do Range Of Motion (ROM) Pasif to Stroke Patient’s In Ulin Hospital Banjarmasin.. Conclusion: Descriptions of Range Of Motion (ROM) Pasif to Stroke Patient’s In Ulin Hospital Banjarmasin is enought. Keywords: Range Of Motion (ROM) Pasif, Stroke Patient’s PENDAHULUAN Di era tinggi, globalisasi dengan kebiasaan beralkohol, kerja merokok, berlebihan, minuman kurang perkembangan teknologi diberbagai bidang berolahraga dan stress, telah menjadi gaya termasuk informasi, manusia modern semakin hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal menemukan sebuah ketidak berjarakan yang kesemua perilaku tersebut dapat merupakan membuat belahan dunia yang satu dengan faktor-faktor penyebab penyakit berbahaya dunia yang lain seakan tampak menyatu seperti jantung dan stroke (Kemenkes RI, sehingga terbentuklah apa yang dinamakan 2015). global village. menyebabkan Ketika informasi era globalisasi semakin Pembangunan berwawasan kesehatan mudah sebagai strategi pembangunan nasional yang diperoleh, negara berkembang dapat segera tercantum dalam Visi Departemen Kesehatan meniru kebiasaan negara barat yang dianggap yaitu “Indonesia Sehat 2025” salah satu cermin pola hidup modern. Sejumlah prilaku misinya seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap saji yang mengandung kadar lemak jenuh orang agar peningkatan derajat kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, 2 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... masyarakat yang setinggi-tingginya dapat Stroke merupakan penyakit yang terwujud, melalui terciptanya masyarakat, paling sering menyebabkan cacat berupa bangsa dan negara Indonesia yang ditandai kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku yang sama (hemiparase) disamping kecacatan- dan kecacatan lainnya. Angka kejadian hemiparase dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan semakin kesehatan yang bermutu, secara adil dan meningkatnya angka kejadian stroke. Jumlah merata, serta memiliki derajat kesehatan yang penderita stroke cenderung meningkat setiap setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia lndonesian (Kemenkes RI, 2015). tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang ini terpisahkan menjadi dari bagian kehidupan yang tidak masyarakat seiring dengan berusia muda dan produktif (Goldszmidt dan Caplan, 2013). kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa meningkat Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang diseluruh Menurut WHO dunia terserang sekitar 500 juta stroke. orang modern. Kesibukan yang luar biasa terutama mengalami stroke. Sedangkan di Inggris di kota besar membuat manusia terkadang lalai sekitar terhadap kesehatan tubuhnya. Pola makan Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap tidak teratur, kurang olahraga, jam kerja tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di berlebihan serta konsumsi makanan cepat saji Amerika. Dari data tersebut menunjukkan sudah yang bahwa setiap 45 menit ada satu orang Amerika Stroke yang terkena serangan stroke. Terdapat kira- menjadi berpotensi kebiasaan menimbulkan (Kemenkes RI, 2015). lazim serangan 250.000 orang. American Heart kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai kecacatan, dari angka ini 3 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas fungsi penyesuaian diri secara maksimal. kehidupan Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi sehari-hari (Goldszmidt dan Caplan, 2013). cedera cerebral lanjut, salah satu program Berdasarkan hasil Riskesdas (2014), prevalensi penyakit stroke di rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien Indonesia stroke yaitu mobilisasi persendian dengan meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus latihan range of motion (Goldszmidt dan stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga Caplan, 2013). kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) Ektremitas atas perlu dilatih karena dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun mempunyai yaitu stroke melakukan aktifitas sehari-hari seperti untuk berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki- makan, mandi, kebersihan diri, berpakaian, laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan toileting, dan lain-lain (Irfan, 2010). Latihan (6,8%) (Kemenkes RI, 2015). ROM sebesar 0,2%. Prevalensi Penderita stroke perlu penanganan fungsi biasanya yang dilakukan penting pada dalam pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan keterbatasan mental. Sebesar 30-40% penderita stroke dapat melakukan beberapa atau semua latihan sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah 6 jam pertama (golden periode), namun baring total atau pasien dengan paralisis apabila dalam waktu tersebut pasien stroke ekstermitas total (Suratun; dkk, 2008). tidak mendapatkan penanganan yang mobilisasi tidak mampu Pemberian latihan gerak sendi (ROM) maksimal maka akan terjadi kecacatan atau bermanfaat untuk mencegah terjadinya kelemahan fisik seperti hemiparese. Penderita kontraktur (kekuatan sendi), mempertahankan stroke post serangan membutuhkan waktu stabilitas gerak sendi, meningkatkan kekuatan yang lama untuk memulihkan dan memperoleh otot sehingga terjadi peningkatan kemampuan 4 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... mobilisasi pada klien stroke yang pada Penanangan selanjutnya tergantung akhirnya mengurangi ketergantungan klien kepada berat dan ringannya akibat dari dan beban biaya perawatan dan pengobatan serangan (Lukman dan Ningsih, 2012). menggunakan metode terapi dengan metode stroke tersebut, misalnya Pemulihan kekuatan otot ekstremitas Bobath adalah mengembangkan reaksi-reaksi atas dan pengembalian kelenturan sendi otomatis (reflek postural normal) yang normal memerlukan rehabilitasi secepat mungkin berdasarkan analisa gerakan normal dan setelah stabil perkembangan gerakan normal dan PNF. (Waluyo, 2009). Rehabilitasi yang diberikan Bobath adalah terapi penyembuhan pasien dapat berupa latihan ROM pasif asistif spring didasarkan inhibis aktivitas abnormal refleks, grip sedangkan kondisi pada pasien ekstremitas dianggap atas, latihan ini metode dilakukan oleh pasien dengan bantuan terapis Neuromuscular atau perawat (Lukman dan Ningsih, 2012). rangsagan Perawat sebagai anggota tim kesehatan (Proprioceptive Facilitation) pada meningkatkan PNF proprioseptor kebutuhan yang paling banyak berhubungan dengan sehingga diperoleh pasien dituntut meningkatkan secara terus- (Suratun; dkk, 2008). memberi untuk neuromuskular, reson yang mudah menerus dalam hal pemberian informasi dan Latihan gerakan range of motion dapat pendidikan kasehatan sesuai dengan latar ini diharapakan dapat membantu mobilasasi belakang pasien dan keluarga, selanjutnya pada dilakukan kekuatan otot oleh tim rehabilitasi dokter pasien stroke serta dalam memulihkan bagaimana bergerak rehabilitasi medik, fisioterafis, Ahli terapi nyaman dan aman. Terapi ini dilakukan oleh okupasi, Ahli terapi wicara, Psikolog, Petugas pasien secara efektif dengan bantuan dari sosial medis keluarga atau orang terdekat perawat atau fisioterapi untuk mencapai hasil (Suratun; dkk, 2008). yang optimal (Suratun; dkk, 2008). 5 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... Pasien mengalami yang mengalami immobilisasi apa bila stroke sebanyak 441 orang yang terdiri dari Stroke tidak Non Hemoragik sebanyak 254 orang (39%) dilakukan latihan gerakan range of motion berada di peringkat pertama aktif maka terjadi penurunan masa otot, Hemoragik sebanyak 187 orang (29%) berada berkurangnya kontraktur di peringkat kedua (Rekapitulasi Rekam sehingga mobilisasi pasien menurun dan Medik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin akhirnya Banjarmasin, 2015). terganggu. kekuatan aktivitas otot, sehari-sehari Walaupun sudah menjadi dilakukan Hasil studi pendahuluan dilakukan tetapi tidak memberikan hasil yang optimal Desember 2015 diketahui bahwa dari 10 maka pasien masih melakukannya di rawat pasien laki-laki yang mengalami stroke di inap sampai pada rehabilitasi, hal tersebut bisa Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin. disebabkan oleh banyak faktor salah satunya Mereka penerapan standar gerakan range of motion kelumpuhan pada anggota tubuh yang mereka yang mungkin tidak dilakukan oleh pasien alami sangat mengganggu, menimbulkan rasa (Suratun; dkk, 2008). sakit serta tidak nyaman. 2 orang diantaranya hasil mengatakan senin jika tanggal stroke 21 dan evaluasi mengatakan jika telah mengalami serangan Banjarmasin, jumlah stroke lebih dari dua kali dan ini merupakan penderita Stroke pada tahun 2014 adalah 506 stroke terparah dan terlama yang mereka alami orang yakni perawatan di RSUD catatan hari yang penangan range of motion pasif di unit stroke, Menurut pada dan Stroke yang terdiri dari Stroke Non >1 tahun. Bagian kaki mereka Hemoragik 271 orang (40%) dan Stroke mengalami pengecilan ukuran dibandingkan Hemoragik 235 orang (35%) dan jumlah dengan bagian kaki yang lainnya. Dari 10 penderita Stroke yang pernah dirawat pada pasien stroke diketahui 3 orang (30%) tidak tahun 2015 hingga bulan November adalah dapat melakukan range of motions dengan 6 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... usaha sendiri dan membutuhkan bantuan HASIL perawat atau keluarga dan 7 orang (70%) 1. dapat melakukan range of motions dengan Karakteristik Responden a. Umur Responden usaha sendiri tanpa bantuan perawat. Penelitian ini bertujuan Adapun untuk karakteristik umur responden yang diperoleh berdasarkan mengetahui gambaran pelaksanaan range of hasil penelitian tersaji dalam tabel 1: motios (ROM) pasif pasien stroke di Stroke Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin Center RSUD Ulin Banjarmasin. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode Umur (Tahun) f % <25 tahun 1 3,3 25-50 tahun 7 23,3 51-75 tahun 22 73,3 Jumlah 30 100 deskriptif. Jumlah populasi pasien Stroke dari Tabel 1 menunjukkan bahwa tanggal 4 Maret sampai dengan 2 April tahun responden dengan umur 51-75 tahun 2016 sebanyak 82 orang. Sampel dalam memiliki penelitian ini menggunakan teknik purposive berjumlah 22 orang (73,3%). sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil sampel minimal yaitu sebanyak 30 orang pada b. jumlah terbesar yaitu Jenis Kelamin Responden Adapun karakteristik umur tanggal 4 Maret 2 April tahun 2016 di Stroke responden yang diperoleh berdasarkan Center RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik hasil penelitian tersaji dalam tabel 2: pengumpulan data menggunakan kuesioner Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin yang diinterprstasikan dalam bentuk distribusi frekuensi sederhana. Jenis Kelamin f % Laki-laki 13 43,3 Perempuan 17 56,7 Jumlah 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin 7 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... perempuan memiliki jumlah terbesar PEMBAHASAN yaitu berjumlah 17 orang (56,7%). Hasil penelitian mengenai gambaran 2. Gambaran Pelaksanaan Range Of Motios pelaksanaan range of motios (ROM) pasif (ROM) Pasif Pasien Stroke di Stroke pasien stroke di Stroke Center RSUD Ulin Center RSUD Ulin Banjarmasin Banjarmasin cukup baik sebanyak 21 orang Adapun gambaran pelaksanaan (70,0%), sedangkan gambaran pelaksanaan range of motios (ROM) pasif pasien range of motios (ROM) pasif pasien stroke di stroke di Stroke Center RSUD Ulin Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin kurang Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan sebanyak 9 orang (30,0%). hasil penelitian tersaji dalam tabel 3: Stroke menyebabkan aliran darah ke Tabel 3 Gambaran Pelaksanaan Range Of Motios (ROM) Pasif Pasien Stroke di Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin otak terganggu sehingga terjadi iskemia yang berakibat kurangnya aliran glukosa, oksigen Range Of Motios (Rom) Pasif f % Kurang 9 30 Cukup 21 70 Baik 0 0 Jumlah 30 100 daerah otak mana yang mengalami kekurangan bahwa suplai darah. Gangguan sirkulasi darah pada Tabel 3 menunjukkan dan bahan makanan lainnya ke sel otak. Gejala klinis setiap individu berbeda tergantung gambaran pelaksanaan range of motios arteri (ROM) pasif pasien stroke di Stroke timbulnya Center RSUD Ulin Banjarmasin sebagian hemianopsia dan afasia global (Goldszmidt besar cukup baik sebanyak 21 orang dan Caplan, 2013). (70,0%). serebri media gejala, akan menyebabkan seperti hemiparesis, Gangguan peredaran darah ke otak menimbulkan gangguan pada metabolisme sel neuron dan sel otak karena akan menghambat mitokondria dalam menghasilkan ATP 8 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... (Adenosine Triphosphate), sehingga terjadi otot akan dirusak dan digantikan oleh jaringan gangguan fungsi seluler dan aktivasi berbagai fibrosa dan jaringan lemak. Tahap akhir atropi proses toksik. Hasil akhir kerusakan serebral akibat denervasi serta yang tersisa hanya akibat iskemia adalah kematian sel neuron terdiri dari membran sel panjang dengan maupun berbagai sel lain dalam otak seperti barisan inti sel otot tetapi tanpa disertai sel glia, mikroglia, endotel, eritrosit dan kontraksi leukosit (Suratun; dkk, 2008). membentuk kembali myofibril (Suratun; dkk, Sel jumlahnya saraf sehingga (neuron) tanpa kemampuan untuk 2008). berbagai Penelitian ini menggunakan latihan tersebut range of motion pasif. Indikasi pelaksanaan mengakibatkan penurunan kecepatan hantar latihan range of motion pasif adalah pasien impuls, kemampuan transmisi impuls antar yang tidak mampu atau tidak memungkinkan neuron dan transmisi impuls neuron ke sel untuk menggerakkan bagian tubuh secara aktif efektor, sehingga terganggunya kemampuan seperti kelumpuhan (Lukman dan Ningsih, sistem saraf untuk mengirimkan informasi 2012). Bandy dan Bringgle (Lukman dan sensorik, mengasosiasikan Ningsih, 2012) mengatakan bahwa latihan informasi, memprogram dan memberikan range of motion dapat dilakukan 1-3 kali respons terhadap informasi sensorik (Suratun; sehari. Latihan range of motion selain dapat dkk, 2008). meningkatkan rentang gerak sendi juga dapat neurotransmitter sintesis berkurang dan berkurang. mengenal dan Hal Hilangnya suplai saraf ke otot akan merangsang sirkulasi darah, menjaga menyebabkan otot tidak lagi menerima sinyal elastisitas otot dan mengurangi rasa nyeri kontraksi (Lukman dan Ningsih, 2012). yang dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran otot yang normal Kemampuan rentang gerak sendi siku sehingga terjadi atropi, sebagian besar serat responden sesudah dilakukan latihan ROM 9 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... pasif dan aktif didapatkan hasil rata-rata secara ekstensi, setelah dilakukan latihan kemampuan fleksi range of motion pasif dan aktif. Data maupun ekstensi sesudah dilakukan latihan kemampuan rentang gerak ekstensi dan fleksi ROM pasif dan aktif terjadi perubahan. Pada tersebut menunjukkan bahwa rata rata klien rentang sendi gerak fleksi terjadi peningkatan tidak lagi termasuk dalam kategori kontraktur sudut rentang gerak. Sedangkan pada rentang ringan tetapi masih mengalami keterbatasan sendi gerak ekstensi terjadi penyempitan sudut sendi untuk bergerak sesuai dengan rentang rentang gerak. gerak normal (Lukman dan Ningsih, 2012). rentang sendi gerak Pengukuran rentang gerak sendi siku Kontraktur merupakan salah satu pada penderita stroke secara fleksi setelah penyebab terjadinya penurunan kemampuan dilakukan ROM pasif dan aktif pada tiap pasien penderita stroke dalam melakukan kelompok perlakuan mengalami peningkatan rentang gerak sendi. Kontraktur diartikan derajat sudut sendi siku. Hasil penelitian sebagai hilangnya atau menurunnya rentang tersebut menunjukkan bahwa 100% klein gerak sendi, baik dilakukan secara pasif mengalami peningkatan rentang gerak sendi maupun aktif karena keterbatasan sendi, siku setelah dilakukan latihan range of motion fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit pasif dan aktif. Pengukuran rentang gerak (Goldszmidt dan Caplan, 2013). Miller (1995) sendi siku pada penderita stroke secara mengemukakan bahwa salah satu kondisi yang ekstensi setelah dilakukan ROM pasif dan menyebabkan terjadinya kontraktur adalah aktif pada tiap kelompok perlakuan mengalami paralisis. Paralisis (kelumpuhan) merupakan penurunan derajat sudut sendi siku. Hasil salah satu gejala klinis yang ditimbulkan oleh penelitian tersebut menunjukkan bahwa 100% penyakit stroke (Lukman dan Ningsih, 2012). responden mengalami perubahan rentang Paralisis disebabkan karena hilangnya gerak sendi siku secara fleksi dan penurunan suplai saraf ke otot sehingga otak tidak mampu 10 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... untuk menggerakkan ekstremitas, hilangnya motion suplai saraf ke otot akan menyebabkan otot konservatif (Lukman dan Ningsih, 2012). tidak lagi menerima sinyal kontraksi yang Latihan range of motion adalah latihan dengan dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran menggerakkan otot yang normal sehingga terjadi atropi. Serat mencapai otot akan dirusak dan digantikan oleh jaringan menyebabkan rasa nyeri. Tipe latihan range of fibrosa dan jaringan lemak. Jaringan fibrosa motion ada 3 macam yaitu latihan range of yang menggantikan serat otot selama atrofi motion akibat denervasi memiliki kecenderungan (Goldszmidt dan Caplan, 2013). untuk terus memendek selama berbulan bulan, yang disebut kontraktur. semua rentangan pasif, aktif persendian hingga penuh asistif tanpa dan aktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa otot sebagian besar usia penderita stroke untuk menyebabkan penurunan aktivitas pada sendi kelompok latihan ROM pasif maupun aktif sehingga sendi akan mengalami kehilangan sebagian besar berusia antara 51-75 tahun. cairan sinovial dan menyebabkan kekakuan Insiden stroke meningkat seiring dengan sendi. Kekakuan sendi dan kecenderungan otot bertambahnya usia, setelah usia 55 tahun untuk memendek menyebabkan penurunan risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat rentang gerak pada sendi (Goldszmidt dan tiap dekade. Prevalensi meningkat sesuai usia Caplan, 2013). yaitu 0,8% pada kelompok usia 18-44 tahun, Penanganan secara Atropi merupakan salah satu penanganan konservatif merupakan salah satu penanganan yang bisa diberikan pada pasien dengan kontraktur. 2,7% pada kelompok usia 45-64 tahun dan 8,1% pada kelompok usia 65 tahun. Stroke adalah suatu penyakit Penanganan konservatif adalah penanganan gangguan fungsi otak yang terjadi secara tiba yang menggunakan pengobatan opsional tanpa tiba dan cepat dapat menimbulkan cacat atau melibatkan tindakan operasi. Latihan range of kematian yang disebabkan karena gangguan 11 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... perdarahan otak. Jika sudah lama menderita Hasil kuesioner menunjukkan bahwa stroke, lama kelamaan dapat bersifat kronis sebagian kecil responden tidak melakukan akan terjadi kerusakan gangguan otak, maka “Satu tangan Anda memegang lengan pasien akan pada pada sendi siku. Tangan yang lain” sebanyak 3 serta orang (10%) dan tidak melakukan “Sangga mengakibatkan anggota gerak, kelumpuhan gangguan bicara, gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan lengan darah, sebagian besar kasus stroke terjadi lengan” sebanyak 5 orang (16%), sedangkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 orang sebagian besar melakukan “Pegangan lengan (56,7%), pasien sedangkan responden laki-laki berjumlah 13 orang (43,3%). Hasil tepat letakkan diatas bantal pergelangan dibawah tangan” sebanyak 28 orang (93,3%) dan melakukan mengungkapkan “Satu tangan Anda memegang tangan pasien bahwa serangan stroke memang lebih banyak didekat sendi bahu” sebanyak 27 orang (90%). terjadi penelitian pasien, pada pria dibandingkan wanita UCAPAN TERIMAKASIH (Goldszmidt dan Caplan, 2013). Pernyataan Dalam kesempatan ini, peneliti banyak Lewis ini didukung oleh penelitian yang mendapat bantuan, bimbingan, dan motivasi dilakukan Sikawin (2013) yang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari hati mengungkapkan bahwa di Indonesia, stroke yang terdalam peneliti mengucapkan terima pada pria lebih banyak 30% dibanding wanita. kasih kepada pembimbing I dan pembimbing Penelitian lain yang mendukung hasil II, Direktur RSUD Ulin dan Kepala Unit penelitian ini adalah hasil survey ASNA Stroke Center serta seluruh Petugas Kesehatan (1995) yang menunjukkan bahwa penderita di RSUD Ulin Banjarmasin, kedua orang tua pria lebih banyak daripada wanita, yaitu pria dan saudara-saudaraku serta teman-teman 238 (57%) dan wanita 117 (43%) (Lukman seangkatan dan seperjuangan yang telah dan Ningsih, 2012). memberikan semangat dan bantuan. 12 Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif... DAFTAR PUSTAKA Alway, D dan Cole, W. J. 2012. Esensial Stroke untuk Layanan Primer. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Goldszmidt, J. A dan Caplan, R. L. 2013. Stroke Esensial Edisi Kedua: Komplikasi Terkait Stroke, Kontroversi dalam Tata Laksana Stroke, Pengurangan Risiko Serebrovaskular dan Kardiovascular, Uji Coba Klinis dan Kumpulan Foto. Jakarta: Indeks. Kemenkes RI. 2015. Pembangunan Nasional: Menuju Indonesia Sehat 2025. Jakarta: Direktorat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. . Infodantin: Stroke. Jakarta: Direktorat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kahn, E. L. 2006. Robot-assisted reaching exercise promotes arm movement recovery in chronic hemiparetic stroke: a randomized controlled pilot study. Journal of Rehabilitation Research & Development: Volume 43, Number 5, Pages 619-630 August/September 2006. Departement Of Veterans Affairs. Morton, G. P, Fontaine. D, Hudak, M. C dan Gallo, M. B. 2013. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Histolik Edisi 8 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rekapitulasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. 2015. Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Kejadian Stroke Tahun 2015. Banjarmasin: RSUD Ulin. Sikawin, C. A. 2013. Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke di BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013. Universitas Sam Ratulangi Manado. Suratun, H, Manurung, S dan Raenah. E. 2008. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lukman dan Ningsih, N. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Mardati, L. 2014. Perbedaan range of motion spherical grip dan cylindrical grip terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Edisi 12. STIKES Telogorejo Semarang. 13