Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian

advertisement
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
GAMBARAN PELAKSANAAN RANGE OF MOTION
(ROM) PASIF PASIEN STROKE DI STROKE CENTER
RSUD ULIN BANJARMASIN
Muhammad Rifqi*, Mohammad Basit1, Sukarlan2
1
Stikes Sari Mulia Banjarmasin
*Korespondensi Penulis. Telepon: 081349499028, E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kematian kedua tertinggi dan penyebab utama
kecacatan di dunia. Pemberian latihan gerak sendi (ROM) bermanfaat untuk mencegah terjadinya
kontraktur (kekuatan sendi), mempertahankan stabilitas gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot
sehingga terjadi peningkatan kemampuan mobilisasi pada klien stroke yang pada akhirnya
mengurangi ketergantungan klien dan beban biaya perawatan dan pengobatan. Hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa dari 10 pasien stroke diketahui 3 orang (30%) tidak dapat melakukan
range of motions dengan usaha sendiri dan membutuhkan bantuan perawat atau keluarga dan 7 orang
(70%) dapat melakukan range of motions dengan usaha sendiri tanpa bantuan perawat.
Tujuan: Mengetahui gambaran pelaksanaan range of motion (ROM) pasif pasien stroke Di Stroke
Center RSUD Ulin Banjarmasin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi adalah semua pasien Stroke di
Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel sebagian dari populasi yang berjumlah 30 orang.
Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.
Hasil: Sebagian besar reponden sebanyak 21 orang (70%) dilakukan Range Of Motion (ROM) Pasif.
Simpulan: Gambaran pelaksanaan range of motios (ROM) pasif pasien stroke di Stroke Center
RSUD Ulin Banjarmasin sebagian besar dilakukan cukup.
Kata Kunci: Range Of Motios (ROM) Pasif, Pasien Stroke
1
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
ABSTRACT
Background: Stroke is the second highest death of cused disablement in the world. Giving exercise
joint motion (ROM) is useful to prevent contractures (joint force), maintaining the stability of
motion, increase muscle strength so as to increase the ability to mobilize the client stroke which
ultimately reduces dependency of clients and the costs of care and treatment.
Objective: To knowing Descriptions of Range Of Motion (ROM) Pasif to Stroke Patient’s In Ulin
Hospital Banjarmasin.
Method: This research method is descriptive. The population is all patients Stroke Stroke Center at
Hospital Ulin Banjarmasin. Sample some of the population of 30 people. Sampling technique with
accidental sampling.
Result: The majority of respondents as many as 21 people (70%) do Range Of Motion (ROM) Pasif
to Stroke Patient’s In Ulin Hospital Banjarmasin..
Conclusion: Descriptions of Range Of Motion (ROM) Pasif to Stroke Patient’s In Ulin Hospital
Banjarmasin is enought.
Keywords: Range Of Motion (ROM) Pasif, Stroke Patient’s
PENDAHULUAN
Di
era
tinggi,
globalisasi
dengan
kebiasaan
beralkohol,
kerja
merokok,
berlebihan,
minuman
kurang
perkembangan teknologi diberbagai bidang
berolahraga dan stress, telah menjadi gaya
termasuk informasi, manusia modern semakin
hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal
menemukan sebuah ketidak berjarakan yang
kesemua perilaku tersebut dapat merupakan
membuat belahan dunia yang satu dengan
faktor-faktor penyebab penyakit berbahaya
dunia yang lain seakan tampak menyatu
seperti jantung dan stroke (Kemenkes RI,
sehingga terbentuklah apa yang dinamakan
2015).
global
village.
menyebabkan
Ketika
informasi
era
globalisasi
semakin
Pembangunan berwawasan kesehatan
mudah
sebagai strategi pembangunan nasional yang
diperoleh, negara berkembang dapat segera
tercantum dalam Visi Departemen Kesehatan
meniru kebiasaan negara barat yang dianggap
yaitu “Indonesia Sehat 2025” salah satu
cermin pola hidup modern. Sejumlah prilaku
misinya
seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap
saji yang mengandung kadar lemak jenuh
orang agar peningkatan derajat kesehatan
yaitu
meningkatkan
kesadaran,
2
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
Stroke
merupakan
penyakit
yang
terwujud, melalui terciptanya masyarakat,
paling sering menyebabkan cacat berupa
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi
oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku
yang sama (hemiparase) disamping kecacatan-
dan
kecacatan lainnya. Angka kejadian hemiparase
dalam
lingkungan
sehat,
memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan
semakin
kesehatan yang bermutu, secara adil dan
meningkatnya angka kejadian stroke. Jumlah
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
penderita stroke cenderung meningkat setiap
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia
lndonesian (Kemenkes RI, 2015).
tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang
Kemajuan peradaban manusia sudah
semakin berkembang pesat di segala bidang
ini
terpisahkan
menjadi
dari
bagian
kehidupan
yang
tidak
masyarakat
seiring
dengan
berusia muda dan produktif (Goldszmidt dan
Caplan, 2013).
kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa
meningkat
Setiap tahun, kurang lebih 15 juta
orang
diseluruh
Menurut
WHO
dunia
terserang
sekitar
500
juta
stroke.
orang
modern. Kesibukan yang luar biasa terutama
mengalami stroke. Sedangkan di Inggris
di kota besar membuat manusia terkadang lalai
sekitar
terhadap kesehatan tubuhnya. Pola makan
Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap
tidak teratur, kurang olahraga, jam kerja
tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di
berlebihan serta konsumsi makanan cepat saji
Amerika. Dari data tersebut menunjukkan
sudah
yang
bahwa setiap 45 menit ada satu orang Amerika
Stroke
yang terkena serangan stroke. Terdapat kira-
menjadi
berpotensi
kebiasaan
menimbulkan
(Kemenkes RI, 2015).
lazim
serangan
250.000
orang.
American
Heart
kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke
yang mempunyai kecacatan, dari angka ini
3
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
40% memerlukan bantuan dalam aktivitas
fungsi penyesuaian diri secara maksimal.
kehidupan
Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi
sehari-hari
(Goldszmidt
dan
Caplan, 2013).
cedera cerebral lanjut, salah satu program
Berdasarkan hasil Riskesdas (2014),
prevalensi
penyakit
stroke
di
rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien
Indonesia
stroke yaitu mobilisasi persendian dengan
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus
latihan range of motion (Goldszmidt dan
stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
Caplan, 2013).
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%)
Ektremitas atas perlu dilatih karena
dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun
mempunyai
yaitu
stroke
melakukan aktifitas sehari-hari seperti untuk
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-
makan, mandi, kebersihan diri, berpakaian,
laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan
toileting, dan lain-lain (Irfan, 2010). Latihan
(6,8%) (Kemenkes RI, 2015).
ROM
sebesar
0,2%.
Prevalensi
Penderita stroke perlu penanganan
fungsi
biasanya
yang
dilakukan
penting
pada
dalam
pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan
keterbatasan
mental. Sebesar 30-40% penderita stroke dapat
melakukan beberapa atau semua latihan
sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah
6 jam pertama (golden periode), namun
baring total atau pasien dengan paralisis
apabila dalam waktu tersebut pasien stroke
ekstermitas total (Suratun; dkk, 2008).
tidak
mendapatkan
penanganan
yang
mobilisasi
tidak
mampu
Pemberian latihan gerak sendi (ROM)
maksimal maka akan terjadi kecacatan atau
bermanfaat
untuk
mencegah
terjadinya
kelemahan fisik seperti hemiparese. Penderita
kontraktur (kekuatan sendi), mempertahankan
stroke post serangan membutuhkan waktu
stabilitas gerak sendi, meningkatkan kekuatan
yang lama untuk memulihkan dan memperoleh
otot sehingga terjadi peningkatan kemampuan
4
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
mobilisasi pada klien stroke yang pada
Penanangan
selanjutnya
tergantung
akhirnya mengurangi ketergantungan klien
kepada berat dan ringannya akibat dari
dan beban biaya perawatan dan pengobatan
serangan
(Lukman dan Ningsih, 2012).
menggunakan metode terapi dengan metode
stroke
tersebut,
misalnya
Pemulihan kekuatan otot ekstremitas
Bobath adalah mengembangkan reaksi-reaksi
atas dan pengembalian kelenturan sendi
otomatis (reflek postural normal) yang normal
memerlukan rehabilitasi secepat mungkin
berdasarkan analisa gerakan normal dan
setelah
stabil
perkembangan gerakan normal dan PNF.
(Waluyo, 2009). Rehabilitasi yang diberikan
Bobath adalah terapi penyembuhan pasien
dapat berupa latihan ROM pasif asistif spring
didasarkan inhibis aktivitas abnormal refleks,
grip
sedangkan
kondisi
pada
pasien
ekstremitas
dianggap
atas,
latihan
ini
metode
dilakukan oleh pasien dengan bantuan terapis
Neuromuscular
atau perawat (Lukman dan Ningsih, 2012).
rangsagan
Perawat sebagai anggota tim kesehatan
(Proprioceptive
Facilitation)
pada
meningkatkan
PNF
proprioseptor
kebutuhan
yang paling banyak berhubungan dengan
sehingga
diperoleh
pasien dituntut meningkatkan secara terus-
(Suratun; dkk, 2008).
memberi
untuk
neuromuskular,
reson
yang
mudah
menerus dalam hal pemberian informasi dan
Latihan gerakan range of motion dapat
pendidikan kasehatan sesuai dengan latar
ini diharapakan dapat membantu mobilasasi
belakang pasien dan keluarga, selanjutnya
pada
dilakukan
kekuatan otot
oleh
tim
rehabilitasi
dokter
pasien
stroke
serta
dalam
memulihkan
bagaimana bergerak
rehabilitasi medik, fisioterafis, Ahli terapi
nyaman dan aman. Terapi ini dilakukan oleh
okupasi, Ahli terapi wicara, Psikolog, Petugas
pasien secara efektif dengan bantuan dari
sosial medis keluarga atau orang terdekat
perawat atau fisioterapi untuk mencapai hasil
(Suratun; dkk, 2008).
yang optimal (Suratun; dkk, 2008).
5
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
Pasien
mengalami
yang
mengalami
immobilisasi
apa
bila
stroke
sebanyak 441 orang yang terdiri dari Stroke
tidak
Non Hemoragik sebanyak 254 orang (39%)
dilakukan latihan gerakan range of motion
berada di peringkat pertama
aktif maka terjadi penurunan masa otot,
Hemoragik sebanyak 187 orang (29%) berada
berkurangnya
kontraktur
di peringkat kedua (Rekapitulasi Rekam
sehingga mobilisasi pasien menurun dan
Medik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
akhirnya
Banjarmasin, 2015).
terganggu.
kekuatan
aktivitas
otot,
sehari-sehari
Walaupun
sudah
menjadi
dilakukan
Hasil
studi
pendahuluan
dilakukan
tetapi tidak memberikan hasil yang optimal
Desember 2015 diketahui bahwa dari 10
maka pasien masih melakukannya di rawat
pasien laki-laki yang mengalami stroke di
inap sampai pada rehabilitasi, hal tersebut bisa
Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin.
disebabkan oleh banyak faktor salah satunya
Mereka
penerapan standar gerakan range of motion
kelumpuhan pada anggota tubuh yang mereka
yang mungkin tidak dilakukan oleh pasien
alami sangat mengganggu, menimbulkan rasa
(Suratun; dkk, 2008).
sakit serta tidak nyaman. 2 orang diantaranya
hasil
mengatakan
senin
jika
tanggal
stroke
21
dan
evaluasi
mengatakan jika telah mengalami serangan
Banjarmasin, jumlah
stroke lebih dari dua kali dan ini merupakan
penderita Stroke pada tahun 2014 adalah 506
stroke terparah dan terlama yang mereka alami
orang
yakni
perawatan di RSUD
catatan
hari
yang
penangan range of motion pasif di unit stroke,
Menurut
pada
dan Stroke
yang terdiri dari Stroke Non
>1
tahun.
Bagian
kaki
mereka
Hemoragik 271 orang (40%) dan Stroke
mengalami pengecilan ukuran dibandingkan
Hemoragik 235 orang (35%) dan
jumlah
dengan bagian kaki yang lainnya. Dari 10
penderita Stroke yang pernah dirawat pada
pasien stroke diketahui 3 orang (30%) tidak
tahun 2015 hingga bulan November adalah
dapat melakukan range of motions dengan
6
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
usaha sendiri dan membutuhkan bantuan
HASIL
perawat atau keluarga dan 7 orang (70%)
1.
dapat melakukan range of motions dengan
Karakteristik Responden
a. Umur Responden
usaha sendiri tanpa bantuan perawat.
Penelitian
ini
bertujuan
Adapun
untuk
karakteristik
umur
responden yang diperoleh berdasarkan
mengetahui gambaran pelaksanaan range of
hasil penelitian tersaji dalam tabel 1:
motios (ROM) pasif pasien stroke di Stroke
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Stroke di RSUD
Ulin Banjarmasin
Center RSUD Ulin Banjarmasin.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan metode
Umur (Tahun)
f
%
<25 tahun
1
3,3
25-50 tahun
7
23,3
51-75 tahun
22
73,3
Jumlah
30
100
deskriptif. Jumlah populasi pasien Stroke dari
Tabel 1 menunjukkan bahwa
tanggal 4 Maret sampai dengan 2 April tahun
responden dengan umur 51-75 tahun
2016 sebanyak 82 orang. Sampel dalam
memiliki
penelitian ini menggunakan teknik purposive
berjumlah 22 orang (73,3%).
sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil
sampel minimal yaitu sebanyak 30 orang pada
b.
jumlah
terbesar
yaitu
Jenis Kelamin Responden
Adapun
karakteristik
umur
tanggal 4 Maret 2 April tahun 2016 di Stroke
responden yang diperoleh berdasarkan
Center RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik
hasil penelitian tersaji dalam tabel 2:
pengumpulan data menggunakan kuesioner
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Stroke
di RSUD Ulin Banjarmasin
yang diinterprstasikan dalam bentuk distribusi
frekuensi sederhana.
Jenis Kelamin
f
%
Laki-laki
13
43,3
Perempuan
17
56,7
Jumlah
30
100
Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden
dengan
jenis
kelamin
7
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
perempuan memiliki jumlah terbesar
PEMBAHASAN
yaitu berjumlah 17 orang (56,7%).
Hasil penelitian mengenai gambaran
2. Gambaran Pelaksanaan Range Of Motios
pelaksanaan range of motios (ROM) pasif
(ROM) Pasif Pasien Stroke di Stroke
pasien stroke di Stroke Center RSUD Ulin
Center RSUD Ulin Banjarmasin
Banjarmasin cukup baik sebanyak 21 orang
Adapun
gambaran
pelaksanaan
(70,0%), sedangkan gambaran pelaksanaan
range of motios (ROM) pasif pasien
range of motios (ROM) pasif pasien stroke di
stroke di Stroke Center RSUD Ulin
Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin kurang
Banjarmasin yang diperoleh berdasarkan
sebanyak 9 orang (30,0%).
hasil penelitian tersaji dalam tabel 3:
Stroke menyebabkan aliran darah ke
Tabel 3 Gambaran Pelaksanaan Range Of Motios (ROM) Pasif
Pasien Stroke di Stroke Center RSUD Ulin
Banjarmasin
otak terganggu sehingga terjadi iskemia yang
berakibat kurangnya aliran glukosa, oksigen
Range Of Motios
(Rom) Pasif
f
%
Kurang
9
30
Cukup
21
70
Baik
0
0
Jumlah
30
100
daerah otak mana yang mengalami kekurangan
bahwa
suplai darah. Gangguan sirkulasi darah pada
Tabel
3
menunjukkan
dan bahan makanan lainnya ke sel otak. Gejala
klinis setiap individu berbeda tergantung
gambaran pelaksanaan range of motios
arteri
(ROM) pasif pasien stroke di Stroke
timbulnya
Center RSUD Ulin Banjarmasin sebagian
hemianopsia dan afasia global (Goldszmidt
besar cukup baik sebanyak 21 orang
dan Caplan, 2013).
(70,0%).
serebri
media
gejala,
akan
menyebabkan
seperti
hemiparesis,
Gangguan peredaran darah ke otak
menimbulkan gangguan pada metabolisme sel
neuron dan sel otak karena akan menghambat
mitokondria
dalam
menghasilkan
ATP
8
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
(Adenosine Triphosphate), sehingga terjadi
otot akan dirusak dan digantikan oleh jaringan
gangguan fungsi seluler dan aktivasi berbagai
fibrosa dan jaringan lemak. Tahap akhir atropi
proses toksik. Hasil akhir kerusakan serebral
akibat denervasi serta yang tersisa hanya
akibat iskemia adalah kematian sel neuron
terdiri dari membran sel panjang dengan
maupun berbagai sel lain dalam otak seperti
barisan inti sel otot tetapi tanpa disertai
sel glia, mikroglia, endotel, eritrosit dan
kontraksi
leukosit (Suratun; dkk, 2008).
membentuk kembali myofibril (Suratun; dkk,
Sel
jumlahnya
saraf
sehingga
(neuron)
tanpa
kemampuan
untuk
2008).
berbagai
Penelitian ini menggunakan latihan
tersebut
range of motion pasif. Indikasi pelaksanaan
mengakibatkan penurunan kecepatan hantar
latihan range of motion pasif adalah pasien
impuls, kemampuan transmisi impuls antar
yang tidak mampu atau tidak memungkinkan
neuron dan transmisi impuls neuron ke sel
untuk menggerakkan bagian tubuh secara aktif
efektor, sehingga terganggunya kemampuan
seperti kelumpuhan (Lukman dan Ningsih,
sistem saraf untuk mengirimkan informasi
2012). Bandy dan Bringgle (Lukman dan
sensorik,
mengasosiasikan
Ningsih, 2012) mengatakan bahwa latihan
informasi, memprogram dan memberikan
range of motion dapat dilakukan 1-3 kali
respons terhadap informasi sensorik (Suratun;
sehari. Latihan range of motion selain dapat
dkk, 2008).
meningkatkan rentang gerak sendi juga dapat
neurotransmitter
sintesis
berkurang
dan
berkurang.
mengenal
dan
Hal
Hilangnya suplai saraf ke otot akan
merangsang
sirkulasi
darah,
menjaga
menyebabkan otot tidak lagi menerima sinyal
elastisitas otot dan mengurangi rasa nyeri
kontraksi
(Lukman dan Ningsih, 2012).
yang
dibutuhkan
untuk
mempertahankan ukuran otot yang normal
Kemampuan rentang gerak sendi siku
sehingga terjadi atropi, sebagian besar serat
responden sesudah dilakukan latihan ROM
9
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
pasif dan aktif didapatkan hasil rata-rata
secara ekstensi, setelah dilakukan latihan
kemampuan
fleksi
range of motion pasif dan aktif. Data
maupun ekstensi sesudah dilakukan latihan
kemampuan rentang gerak ekstensi dan fleksi
ROM pasif dan aktif terjadi perubahan. Pada
tersebut menunjukkan bahwa rata rata klien
rentang sendi gerak fleksi terjadi peningkatan
tidak lagi termasuk dalam kategori kontraktur
sudut rentang gerak. Sedangkan pada rentang
ringan tetapi masih mengalami keterbatasan
sendi gerak ekstensi terjadi penyempitan sudut
sendi untuk bergerak sesuai dengan rentang
rentang gerak.
gerak normal (Lukman dan Ningsih, 2012).
rentang
sendi
gerak
Pengukuran rentang gerak sendi siku
Kontraktur merupakan salah satu
pada penderita stroke secara fleksi setelah
penyebab terjadinya penurunan kemampuan
dilakukan ROM pasif dan aktif pada tiap
pasien penderita stroke dalam melakukan
kelompok perlakuan mengalami peningkatan
rentang gerak sendi. Kontraktur diartikan
derajat sudut sendi siku. Hasil penelitian
sebagai hilangnya atau menurunnya rentang
tersebut menunjukkan bahwa 100% klein
gerak sendi, baik dilakukan secara pasif
mengalami peningkatan rentang gerak sendi
maupun aktif karena keterbatasan sendi,
siku setelah dilakukan latihan range of motion
fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit
pasif dan aktif. Pengukuran rentang gerak
(Goldszmidt dan Caplan, 2013). Miller (1995)
sendi siku pada penderita stroke secara
mengemukakan bahwa salah satu kondisi yang
ekstensi setelah dilakukan ROM pasif dan
menyebabkan terjadinya kontraktur adalah
aktif pada tiap kelompok perlakuan mengalami
paralisis. Paralisis (kelumpuhan) merupakan
penurunan derajat sudut sendi siku. Hasil
salah satu gejala klinis yang ditimbulkan oleh
penelitian tersebut menunjukkan bahwa 100%
penyakit stroke (Lukman dan Ningsih, 2012).
responden
mengalami
perubahan
rentang
Paralisis disebabkan karena hilangnya
gerak sendi siku secara fleksi dan penurunan
suplai saraf ke otot sehingga otak tidak mampu
10
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
untuk menggerakkan ekstremitas, hilangnya
motion
suplai saraf ke otot akan menyebabkan otot
konservatif (Lukman dan Ningsih, 2012).
tidak lagi menerima sinyal kontraksi yang
Latihan range of motion adalah latihan dengan
dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran
menggerakkan
otot yang normal sehingga terjadi atropi. Serat
mencapai
otot akan dirusak dan digantikan oleh jaringan
menyebabkan rasa nyeri. Tipe latihan range of
fibrosa dan jaringan lemak. Jaringan fibrosa
motion ada 3 macam yaitu latihan range of
yang menggantikan serat otot selama atrofi
motion
akibat denervasi memiliki kecenderungan
(Goldszmidt dan Caplan, 2013).
untuk terus memendek selama berbulan bulan,
yang
disebut
kontraktur.
semua
rentangan
pasif,
aktif
persendian
hingga
penuh
asistif
tanpa
dan
aktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
otot
sebagian besar usia penderita stroke untuk
menyebabkan penurunan aktivitas pada sendi
kelompok latihan ROM pasif maupun aktif
sehingga sendi akan mengalami kehilangan
sebagian besar berusia antara 51-75 tahun.
cairan sinovial dan menyebabkan kekakuan
Insiden stroke meningkat seiring dengan
sendi. Kekakuan sendi dan kecenderungan otot
bertambahnya usia, setelah usia 55 tahun
untuk memendek menyebabkan penurunan
risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat
rentang gerak pada sendi (Goldszmidt dan
tiap dekade. Prevalensi meningkat sesuai usia
Caplan, 2013).
yaitu 0,8% pada kelompok usia 18-44 tahun,
Penanganan
secara
Atropi
merupakan salah satu penanganan
konservatif
merupakan salah satu penanganan yang bisa
diberikan pada pasien dengan kontraktur.
2,7% pada kelompok usia 45-64 tahun dan
8,1% pada kelompok usia 65 tahun.
Stroke
adalah
suatu
penyakit
Penanganan konservatif adalah penanganan
gangguan fungsi otak yang terjadi secara tiba
yang menggunakan pengobatan opsional tanpa
tiba dan cepat dapat menimbulkan cacat atau
melibatkan tindakan operasi. Latihan range of
kematian yang disebabkan karena gangguan
11
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
perdarahan otak. Jika sudah lama menderita
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa
stroke, lama kelamaan dapat bersifat kronis
sebagian kecil responden tidak melakukan
akan terjadi kerusakan gangguan otak, maka
“Satu tangan Anda memegang lengan pasien
akan
pada
pada sendi siku. Tangan yang lain” sebanyak 3
serta
orang (10%) dan tidak melakukan “Sangga
mengakibatkan
anggota
gerak,
kelumpuhan
gangguan
bicara,
gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan
lengan
darah, sebagian besar kasus stroke terjadi
lengan” sebanyak 5 orang (16%), sedangkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 orang
sebagian besar melakukan “Pegangan lengan
(56,7%),
pasien
sedangkan
responden
laki-laki
berjumlah 13 orang (43,3%).
Hasil
tepat
letakkan
diatas
bantal
pergelangan
dibawah
tangan”
sebanyak 28 orang (93,3%) dan melakukan
mengungkapkan
“Satu tangan Anda memegang tangan pasien
bahwa serangan stroke memang lebih banyak
didekat sendi bahu” sebanyak 27 orang (90%).
terjadi
penelitian
pasien,
pada
pria
dibandingkan
wanita
UCAPAN TERIMAKASIH
(Goldszmidt dan Caplan, 2013). Pernyataan
Dalam kesempatan ini, peneliti banyak
Lewis ini didukung oleh penelitian yang
mendapat bantuan, bimbingan, dan motivasi
dilakukan
Sikawin
(2013)
yang
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari hati
mengungkapkan bahwa di Indonesia, stroke
yang terdalam peneliti mengucapkan terima
pada pria lebih banyak 30% dibanding wanita.
kasih kepada pembimbing I dan pembimbing
Penelitian
lain
yang
mendukung
hasil
II, Direktur RSUD Ulin dan Kepala Unit
penelitian ini adalah hasil survey ASNA
Stroke Center serta seluruh Petugas Kesehatan
(1995) yang menunjukkan bahwa penderita
di RSUD Ulin Banjarmasin, kedua orang tua
pria lebih banyak daripada wanita, yaitu pria
dan saudara-saudaraku serta teman-teman
238 (57%) dan wanita 117 (43%) (Lukman
seangkatan dan seperjuangan yang telah
dan Ningsih, 2012).
memberikan semangat dan bantuan.
12
Gambaran Pelaksanaan Range of Motion (ROM) Pasif...
DAFTAR PUSTAKA
Alway, D dan Cole, W. J. 2012. Esensial
Stroke untuk Layanan Primer. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Goldszmidt, J. A dan Caplan, R. L. 2013.
Stroke Esensial Edisi Kedua: Komplikasi
Terkait Stroke, Kontroversi dalam Tata
Laksana Stroke, Pengurangan Risiko
Serebrovaskular dan Kardiovascular,
Uji Coba Klinis dan Kumpulan Foto.
Jakarta: Indeks.
Kemenkes RI. 2015. Pembangunan Nasional:
Menuju Indonesia Sehat 2025. Jakarta:
Direktorat
Kementrian
Kesehatan
Republik Indonesia.
. Infodantin: Stroke.
Jakarta:
Direktorat
Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kahn, E. L. 2006. Robot-assisted reaching
exercise promotes arm movement
recovery in chronic hemiparetic stroke: a
randomized controlled pilot study.
Journal of Rehabilitation Research &
Development: Volume 43, Number 5,
Pages 619-630 August/September 2006.
Departement Of Veterans Affairs.
Morton, G. P, Fontaine. D, Hudak, M. C dan
Gallo, M. B. 2013. Keperawatan Kritis:
Pendekatan Asuhan Histolik Edisi 8
Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rekapitulasi Rekam Medik Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin. 2015.
Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin Kejadian
Stroke Tahun 2015. Banjarmasin: RSUD
Ulin.
Sikawin, C. A. 2013. Pengaruh Latihan Range
of Motion terhadap Kekuatan Otot
Pasien Stroke di BLU RSUP Prof Dr. R.
D.
Kandou
Manado
ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor
1. Agustus 2013. Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Suratun, H, Manurung, S dan Raenah. E. 2008.
Seri Asuhan Keperawatan: Klien
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lukman dan Ningsih, N. 2012. Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Salemba Medika.
Mardati, L. 2014. Perbedaan range of motion
spherical grip dan cylindrical grip
terhadap kekuatan otot ekstremitas atas
pada pasien stroke di RSUD Tugurejo
Semarang Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK), Edisi 12. STIKES
Telogorejo Semarang.
13
Download