PERANCANGAN IC DECODER PERAGA MATRIKS 7 x 5 CMOS MENGGUNAKAN PROGRAM MIKROWIN Tibyani1 dan Agung Darmawansyah2 ABSTRACT In general, it is only one decoder integrated circuit used for decoding binary to decimal in the seven segment display, while needed five decoder IC for one matrix display (7 column x 5 line). ). This is not efficient and makes the area of the PCB large. This research is intended to analysis and design a Decoder Integrated Circuit (IC) by using CMOS Technology that is functioned for 7x5 matrix display. To test the design specification and to measure dimension of the circuit components is used PSPICE and EWB programs. For drawing the layout of integrated circuit design is used Microwind program. The first step is determining the specification and circuit types that suitable to the process parameter of the integrated decoder circuit. The next step, is manually evaluating the relation between the forms and dimensions of the simulated circuit components. The optimal results of the calculation and simulation that appropriate with the expected specification are followed by illustrating the layout of the integrated decoder circuit. The simulation result of this operational amplifier shows that the specification similar to that which is expected. The output high voltage (VOH) is 4,5V, input high voltage (VIH) is 2,8 V, output low voltage is (VOL) 0,4V and input low voltage (VIL) is 2,3V, and power dissipation about 0,146mW. Keywords: integrated circuit, specification, dissipation ABSTRAK Secara umum satu IC decoder dipergunakan untuk menyandikan bilangan biner ke desimal pada satu komponen peraga tujuh segmen sedangkan untuk satu peraga matriks 7x5 diperlukan lima keping IC decoder. Hal ini kurang efisien dan menyebabkan luas PCB semakin besar. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan merancang sebuah IC decoder berteknologi CMOS yang difungsikan untuk menyandikan (decod) peraga matrik 7 (kolom) x 5 (baris). Digunakan progam PSPICE dan EWB untuk menguji spesifikasi rangkaian dan ukuran dimensi komponen. Sedangkan penggambaran tata-letak IC Decoder yang dirancang menggunakan program Mikrowin. Langkah pertama adalah menentukan spesifikasi dan tipe rangkaian sesuai dengan parameter proses yang ada di dalam IC decoder CMOS. Langkah berikutnya mengevaluasi secara manual hubungan bentuk dimensi antar komponen di dalam rangkaian. Hasil yang optimal didapatkan dari perhitungan dan simulasi berdasarkan spesifikasi digambarkan berupa tata-letak suatu IC decoder. Simulasi dari IC Decoder CMOS menunjukkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan. Spesifikasi karakteristik transfer tegangan menghasilkan tegangan output keadaan tinggi (VOH) 4,5V, tegangan input keadaan tinggi (VIH) 2,8V, tegangan input keadaan rendah (VIL) 2,3V, tegangan output keadaan rendah (VOL) 0,4V. Desipasi daya yang dihasilkan sebesar 0,146mW. Kata kunci: rangkaian terintegrasi, spesifikasi, desipasi 1 Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 2 71 1. PENDAHULUAN Rangkaian terintegrasi CMOS dan TTL sangat populer sejak awal ditemukan, karena mudahnya komponen ini diterapkan menjadi rangkaianrangkaian yang diharapkan. Kini dengan kepopuleran rangkaian terintegrasi ini, membuat banyak perusahaan semikonduktor membuat ribuan aplikasi spesifik rangkaian elektronika. Dewasa ini dengan teknologi dibidang elektronika mengalami perkembangan yang eksponensial. Kepesatannya perkembangan tersebut tidak hanya disebabkan oleh adanya tuntutan agar peralatan elektronika yang dihasilkan mempunyai unjukkerja yang tinggi, tetapi juga harus mempunyai dimensi yang kecil. Tuntutan tersebut dapat dipenuhi jika rangkaian dibuat dalam bentuk terintegrasi. Pada rangkaian terintegrasi semua komponen tidak dapat dipisahkan secara fisis, ribuan komponen dibuat pada satu chip. Semua divais mempunyai temperatur yang hampir sama, dengan demikian berbagai kelebihan tersebut rangkaian terintegrasi menjadi lebih handal dibanding komponen diskret. Ada dua macam teknologi yang digunakan, yaitu teknologi bipolar dan teknologi MOS. Pada awalnya pengolahan dilakukan dengan teknologi bipolar untuk menghasilkan jenis IC TTL (Transystor-Transystor Logic), sedangkan teknologi MOS kelebihannya utamanya adalah kerapatan divais dan disipasi dayanya yang rendah atau dikenal dengan IC low power, sehingga banyak digunakan untuk pengolahan sinyal digital. Kini banyak dibutuhkannya teknologi MOS untuk pembuatan rangkaian digital dan rangkaian analog, hal tersebut untuk 72 menekan dimensi chip yang kecil, biaya produksi dan unjukkerja yang tinggi rangkaian secara keseluruhan. Pada penelitian ini akan dirancang rangkaian terintegrasi CMOS yang difungsikan sebagai decoder komponen peraga jenis matriks. IC CMOS decoder yang telah dipasarkan hanya mampu untuk digunakan pada peraga seven segmen sehingga apabila peraga berupa matriks komponen tersebut tidak dapat digunakan. Kondisi ideal mencakup banyak aspek diantaranya; VTC (Voltage Transfer Characteristic), propagation delay yang kecil, dan disipasi daya yang kecil. Untuk mendapatkan suatu kondisi yang ideal, maka dalam analisis menggunakan parameter – parameter yang berpengaruh dalam proses perancangan. Semua parameter akan dieliminasi pada suatu parameter paling utama yaitu nilai rasio L/W dari CMOS. Berdasarkan latar belakang diatas tersebut di atas, perancangan rangkaian terintegrasi MOS decoder. Masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: • Bagaimana analisis dan perancangan rangkaian terintegrasi decoder berteknologi CMOS? • Bagaimana perhitungan manual rangkaian terintegrasi yang direncanakan? • Bagaimana pembuatan tata-letak rangkaian terintegrasi dengan simulasinya? • Berapa ukuran rangkaian terintegrasi CMOS yang telah dibuat oleh rancangan yang ditentukan? 2. LANDASAN TEORI 2.1. Model Sinyal Besar MOS Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 Gambar 1. Transistor NMOS dengan prategangan (Sumber: Hodges D.A., 1987: 48.) Analisis sinyal besar transistor MOS bagi sinyal yang berubah secara lambat, digunakan misalnya transistor NMOS dengan menganggap sumber dibumikan dengan prategangan VGS, VDS dan VBS seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Bila VGS lebih besar dari VT, terdapat sebuah kanal (saluran) penghantar dan VDS menyebabkan arus hanyut I mengalir dari drain (penguras) ke source (sumber). Tegangan VDS menyebabkan prategangan balik (reverse bias) yang besar pada penguras ke badan dari pada yang ada pada sumber ke badan, jadi terdapat lapisan deplesi (pengosongan) yang lebih lebar pada penguras, dengan menganggap bahwa penurunan tegangan sepanjang saluran kecil sehingga tegangan ambang dan lebar lapisan pengosongan kira-kira konstan sepanjang saluran. Pada jarak y sepanjang saluran, tegangan terhadap sumber adalah V(y) dan tegangan gerbang ke saluran pada titik ini adalah (VGS - V(y)), dengan menganggap tegangan ini melebihi tegangan ambang VT sehingga muatan yang diinduksikan persatuan luas dititik y saluran adalah Q1(y) = COX [VGS - V(y) - VT ] .....(1) Resistans dR saluran sepanjang dy dR = dy Wµ n Q1 ( y ) .....(2) dengan W adalah lebar transistor tegak lurus terhadap Gambar 1 dan µn adalah mobilitas atau kelincahan rata-rata elektron di dalam saluran. Mobilitas adalah perbandingan kecepatan pembawa (elektron atau lubang) dengan medan elektris yang menyebabkan gerakan. Satuan dimensinya adalah cm/s dibagi V/cm. Untuk tujuan desain rangkaian MOS, mobilitas paling baik dipakai sebagai parameter yang dapat diatur untuk menyesuaikan karakteristik I-V transistor yang diukur. Untuk melanjutkan analisis penghantaran transistor MOS, penurunan tegangan dV sepanjang saluran dy adalah dy dV = IxdR = dy .....(3) Wµ nQ1 ( y ) Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 73 Substitusi persamaan (2.1) ke dalam persamaan di atas dan sedikit penyusunan memberikan hasil sebagai berikut I dy = W µn COX [VGS - V - VT ] dV .....(4) Dengan menganggap VT tidak berubah terlalu besar sepanjang saluran. Integritas ruas kiri sepanjang saluran dari y=0 sampai L dan ruas kanan dalam regangan dari V=0 sampai VDS serta substitusi parameter transkonduktans proses k' yang didefinisikan sebagai, k' = µn COX. saluran yang diinduksikan Q1 menurun di dekat penguras. Persamaan (1) menunjukkan bahwa Q1 pada ujung penguras mendekati nol bila VDS mendekati VGS - VT. Bila VDS sama dengan atau melebihi VGS - VT, maka saluran disebut dijepit putus (pinched off). Kenaikan VDS di atas tegangan kritis ini menghasilkan perubahan kecil pada I, dan persamaan (6) tidak lagi berlaku. Nilai I di daerah ini didapat dengan memasukkan VDS = VGS - VT dalam persamaan (6), sehingga memberikan : Maka didapat : I= L V DS 0 0 I ∫ dy = Wk ' I = k' W L ∫ (V GS − V − VT )dV VGS ≥ VT ; 2 VDS ( ) V − V V − GS .....(5) T DS 2 VGS ≥ VT ; VDS ≤ (VGS - VT) Dengan sedikit penyederhanaan rangkaian menghasilkan : W 2 I = L 2(VGS − VT )VDS − VDS .....(6) 2 VGS ≥ VT : VDS ≤ (VGS - VT) k' [ ] Persamaan di atas melukiskan karakteristik arus-tegangan (I - V) transistor MOS dengan anggapan terdapat sebuah saluran yang berkesinambungan dari sumber ke penguras. Bila nilai VDS naik, muatan 74 W L (V − V )2 GS T 2 k' [ ] .....(7) VDS ≥ (VGS - VT) Untuk transistor yang bekerja pada daerah yang disebut daerah jenuh (saturation region), karena I pada penguras telah mencapai batas pada tingkat yang diberikan oleh persamaan (7). Dimensi transistor pada kondisi ini dapat diketahui melalui persamaan berikut : W 2 .I = .....(8) L k ' (VGS − VT ) 2 VGS ≥ VT ; VDS ≥ (VGS - VT) Arus penguras sebuah transistor MOS pada daerah jenuh dalam kenyataannya tidak sepenuhnya bebas dari VDS, karena lapisan pengosongan pada penguras melebar bila VDS naik, jadi memendekkan nilai L yang efektif secara elektris. Juga terdapat kopling elektrostatis yang berarti antara penguras dan muatan lincah dalam saluran, Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 Tabel 1. Tabel kebenaran kombinasi logika input dengan karakter angka (pin output) Gambar 2. Pengaruh parameter modulasi panjang saluran (λ λ) terhadap karakteristik ID - VDS pada transistor NMOS (Sumber: Hodges D.A., 1987: 48.) sehingga kenaikan tegangan penguras menaikkan Q1 di atas nilai yang diberikan oleh persamaan (1). Hal tersebut yang mengakibatkan secara pendekatan empiris arus penguras sesungguhnya diberikan dengan persamaan berikut : W k' L (V − V )2 [1 + λ V ] I = GS T DS 2 [ ] .....(9) dengan parameter modulasi panjang saluran (channel length modulation parameter) λ mempunyai nilai khas antara 0.1 sampai 0,01V-1 dan menunjukkan pengaruh kecil dari VDS pada ID dalam kejenuhan. Pada karakteristik Gambar 2, nampak di bawah putus jepit (pinch-off) transistor MOS ini berperilaku sebagai resistans terkendali tegangan yang tidak linear. Ini dinamakan daerah kerja linear, resistif , trioda atau tak jenuh. Di atas pinch off transistor MOS mendekati sumber arus terkendali tegangan. Untuk transistor NMOS VT adalah negatif dan arus penguras dapat mengalir bahkan untuk VGS = 0. Untuk transistor PMOS semua polaritas tegangan dan arus dibalik. Kombinasi Logika Input 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 Karakter angka 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Decoder adalah rangkaian logika kombinasional yang berfungsi untuk merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Syarat perancangan sebuah decoder adalah m < 2n dimana m adalah kombinasi keluaran dan n adalah jumlah bit masukan (Pucknell D. A. and Eshraghian K., 1988). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel keluaran bebas, tetapi tetap memperhatikan unsur efisiensi rangkaian. Jumlah keluaran yang diinginkan dalam perancangan adalah 35 buah pin. Kombinasi dari pin output akan membentuk karakter angka (0-9). Dengan memperhatikan aturan di atas maka agar rangkaian decoder matrik 7x5 bisa menampilkan 10 macam karakter angka yang telah ditentukan (angka 0-9) maka jumlah pin input rangkaian decoder matrik 7x5 adalah 4 buah pin. Tabel kebenaran yang memperlihatkan hubungan antara kombinasi logika input dengan karakter angka yang ditampilkan pada pin output ditunjukkan dalam Tabel 1. Ketika pin input diberikan kombinasi logika tertentu maka akan menampilkan karakter angka yang bersesuaian dengan logika input tersebut sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 75 3. Gambar 3. Peraga matriks 7 kolom x 5 baris Adapun bentuk tampilan karakter angkaangka yang ditunjukkan dalam Tabel di atas adalah bentuk pin output yang disusun secara matrik (7 baris x 5 kolom = 35 buah pin output) sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3. Agar didapatkan tampilan karakterkarakter angka (dalam bentuk biner) yang ditunjukkan dalam Gambar 3 diperlukan tabel kebenaran yang menghubungkan antara kombinasi logika masukan dengan kombinasi logika keluaran (yang membentuk karakter angka). 3. METODE PENELITIAN 3.1. Materi Penelitian Lingkup materi penelitian ini merancang rangkaian terintegrasi decoder matrik 7 x 5 melalui spesifikasi yang ditentukan melalui kajian atas beberapa data book yang ada, selanjutnya dioptimasikan dengan program simulasi. Studi perancangan ini dibatasi sampai pada gambar tata letak komponen sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Adapun materi kajian terdiri atas empat hal berikut. 1. Perancangan rangkaian serta pemilihan spesifikasi yang diharapkan. 2. Penentuan parameter proses dan aturan penggambaran tata-letak, 76 4. selanjutnya digunakan sebagai perhitungan untuk mendapatkan dimensi komponen-komponen dari rancangan rangkaian terintegrasi decoder CMOS. Optimasi hasil perhitungan melalui program simulator PSPICE 9 dan EWB dengan memberi perintah elemen dan kontrol. Penggambaran sesuai dengan aturan gambar yang dipilih tata-letak rancangan rangkaian terintegrasi penguat kerja yang sesuai dengan hasil pengoptimasian. 3.2. Spesifikasi dan Perancangan Rangkaian Berdasarkan identifikasi masalah melalui studi pustaka dan perbandingan dengan beberapa data book IC decoder, maka diperoleh spesifikasi untuk rancangan rangkaian decoder peraga matrik sebagai berikut: Vdd = 5 volt. Vss = 0 volt VoL = 0 volt-0,4125 volt VOH = 4,588 volt-5 volt VIL = 0 volt-2,038 volt VIH = 2,8625 volt-5 volt Power = 86,573 uW-0,146 mW. Dalam perancangan rangkaian terintegrasi, ada dua jenis parameter yang harus diperhatikan, yaitu parameter proses yang ditentukan oleh ahli silikon (silicon foundry), yaitu tempat rangkaian terintegrasi yang sedang dirancang dan akan diproses. Parameter kedua adalah parameter perancangan yang nilainya dapat ditentukan dan diubah-ubah oleh perancang untuk memenuhi spesifikasi yang direncanakan. Berikut ini adalah tabel parameter proses yang telah dipilih untuk digunakan dalam perencanaan perancangan, yang diambil dari VLSI Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 Design Techniques for Analog and Digital Circuit oleh Geiger dkk (1990): VTP : Tegangan Ambang PMOS dalam V VTN : Tegangan Ambang NMOS dalam V µe : Mobilitas Elektron dalam cm2/V.s µh : Mobilitas Hole dalam cm2/V.s ε OX : Permitivitas dan Ketebalan Dielektrik Gerbang dalam F/cm. t OX : Ketebalan Gerbang Dioksida dalam nm kn : Parameter Transkonduktansi Transistor NMOS kp : Parameter Transkonduktansi Transistor PMOS Prosedur pelaksanaan penelitian secara berurutan diawali dengan identifikasi masalah kemudian melalui studi literatur dan perbandingan dengan IC decoder yang ada pada data book dalam hal ini digunakan acuan dari Texas Instruments, Inc., Maxims, Inc., dan National Semiconductors, Inc., sehingga diperoleh spesifikasi dan rancangan rangkaian. Selanjutnya dengan implementasi persamaanpersamaan yang diperoleh dari landasan teori dan parameter proses, sehingga melalui analisis manual didapat ukuranukuran geometri komponen yang digunakan. Setelah semua komponen telah ditentukan ukurannya, tahap berikutnya melakukan optimasi unjuk kerja IC decoder hasil rancangan dengan menggunakan perangkat-lunak simulator yaitu program SPICE. Jika hasil simulasi sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan, tahap akhir adalah dengan mengunakan program Microwind dilakukan penggambaran tata-letak komponen-komponen dengan mengacu pada buku hand-out perancangan tataletak rangkaian terintegrasi dari VLSI Design Techniques for Analog and Digital tersebut di atas. Perancangan IC CMOS decoder Matrik 7x5, dapat ditentukan berdasarkan karakteristik yang terdapat dalam gerbang dasarnya. Agar tabel kebenaran yang telah disusun dalam Tabel 2 bisa diaplikasikan dalam bentuk rangkaian logika, maka perlu adanya penerjemahan tabel kebenaran tersebut ke dalam persamaan logika. Persamaan logika yang akan dibuat adalah persamaan logika yang dapat memberikan setiap keluaran berlogika high untuk kombinasi logika masukan yang bersesuaian. Metode yang digunakan untuk menyusun persamaan logika yaitu metode Sum of Product (SOP) dan (Product of Sum). Persamaan logika untuk setiap keluaran dirumuskan sebagai berikut : L1 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L2 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L3 = 1 L4 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L5 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L6 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) (I 0 + I1 + I 2 + I 3 ) L7 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L8 = I 0 I 1 I 2 I 3 L9 = I 0 I 1 I 2 I 3 L10 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 77 L11 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L32 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L12 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L33 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L13 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L34 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L14 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L35 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L15 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) (I 0 + I1 + I 2 + I 3 ) L16 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L17 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) Dari persamaran di atas dapat disusun gerbang logika yang digunakan dalam penyusunan IC decoder untuk peraga matriks. Gambar 4 menunjukkan gerbang-gerbang logika tersebut. ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L18 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L19 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) L20 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I1 I 2 I 3 L21 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L22 = I 0 I 1 I 2 I 3 L23 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L24 = I 0 I 1 I 2 I 3 L25 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) (I 0 + I1 + I 2 + I 3 ) L26 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I1 I 2 I 3 + I 0 I1 I 2 I 3 L27 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 L28 = I 0 I 1 I 2 I 3 L29 = I 0 I 1 I 2 I 3 L30 = ( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 )( I 0 + I 1 + I 2 + I 3 ) (I 0 + I1 + I 2 + I 3 ) L31 = I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I 1 I 2 I 3 + I 0 I1 I 2 I 3 78 3.3. Parameter proses yang digunakan dalam perancangan. Dalam merancang suatu IC CMOS terdapat beberapa ketetapan dasar yang telah diketahui nilai dan satuannya. Nilai-nilai yang menjadi parameter dasar bergantung pada keadaan bahan pembuat transistor. Adapun beberapa parameter dasar tersebut antara lain, • ε OX , merupakan nilai konstanta dielektrik polisilikon Ketetapan untuk ε OX adalah sebesar 2,3 x10 −13 F/cm. • µe , merupakan mobilitas rata-rata elektron dalam saluran antara drain dan source. Ketetapan untuk µe adalah sebesar = 600 cm2/V.s • µh , merupakan mobilitas rata-rata hole dalam saluran antara drain dan source. Ketetapan untuk µh adalah sebesar 250 cm2/V.s . • VTP , merupakan tegangan ambang yang terjadi pada PMOS dengan nilai sebesar -0,9 V. • t OX , Ketebalan oksida Gerbang (Gate) yang besarnya 15 nm. • VTN , merupakan tegangan ambang yang terjadi pada NMOS dengan nilai sebesar 0,8 V Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 Gambar 4. Gerbang logika penyusun IC decoder matrik 7x5 • VDD , merupakan tegangan catu yang diberikan pada rangkaian dengan nilai ketetapan sebesar 5 V. • kn , merupakan Parameter transkonduktansi transistor NMOS dengan nilai sebesar 300µA/V2 • kp merupakan Parameter transkonduktansi transistor PMOS dengan nilai sebesar 120µA/V2 Hal ini disesuaikan dengan nilai yang terdapat pada owner’s manual beserta rule file dalam perangkat lunak Microwind2. pada gerbang dasar ditentukan dengan mempertimbangkan interaksi antara tegangan masukan dan keluaran gerbang. Penentuan W dan L untuk inverter CMOS didasari oleh analisis yang dilakukan pada nilai kR.. Untuk menentukan W dan L pada masingmasing transistor pada gerbang inverter harus dilakukan analisis silang terhadap persamaan berikut: 3.4. Penentuan nilai W dan L transistor. Nilai WP, LP atau nilai W dan L untuk MOSFET tipe-p serta WN, LN atau nilai W dan L untuk MOSFET tipe-n Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 µ n C ox k n kR = = kp µ p C ox Wp L p Wn Ln W ≈ 2,5 x n Lp Ln Wp .....(10) .....(11) 79 Ukuran minimal untuk polisilikon adalah 2 λ sehingga dengan memberikan nilai 2 λ pada Lp dan Ln maka persamaan dapat ditulis menjadi, Wp W ≈ 2,5 x n W p ≈ 2,5 xWn 2λ 2λ Nilai Cox berubah sesuai dengan ketebalan oksida gerbang tox. Pada saat ketebalan oksida gerbang 15 nm sehingga diperoleh nilai Cox ; ε OX 2,3 x10 −13 F / cm C OX = C OX = t OX 15nm C OX = 1,533 x10 −7 F / cm 2 diketahui bahwa, W k n = µ n C ox n Ln Wn kn = Ln µ n C ox Dengan memasukan nilai parameter dasar µn = 600 cm2/V.s dan kn = serta 300µA/V2 −7 2 C OX = 1,533 x10 F / cm didapatkan, Wn kn = L n µ n C ox Wn 300 x10 −6 A / V 2 = Ln (600cm 2 / Vs ).(1,533 x10 − 7 F / cm 2 ) Wn W = 3,2616 = n ≈ 3 Ln Ln Dengan menggunakan persamaan; Wp W ≈ 2,5 x n Lp Ln Wp ≈ 2,5 x3 Wp ≈ 7,5 Wp WN dan LN adalah 6λ : 2λ. Mikrowind menggunakan 0,300 µm,Sehingga nilai W dan L transistor gerbang inverter dasar, M1 WP = 4.80 µm LP = 0.60 µm M2 WN = 1.80 µm LN = 0.60 (4-1) µm Nilai W dan L transistor untuk gerbang NAND dan NOR dasar 3 masukan, M1 WP = 4.80 µm LP = 0.60 µm M2 WP = 4.80 µm LP = 0.60 µm M3 WP = 4.80 µm LP = 0.60 µm M4 WN = 1.80 µm LN = 0.60 µm M5 WN = 1.80 µm LN = 0.60 µm M6 WN = 1.80 µm LN = 0.60 µm Nilai W dan L transistor gerbang NAND dan NOR dasar 2 masukan, M1 WP = 4.80 µm LP = 0.60 µm M2 WP = 4.80 µm LP = 0.60 µm M3 WN = 1.80 µm LN = 0.60 µm M4 WN = 1.80 µm LN = 0.60 µm Penggambaran perancangan transistor berdasarkan gerbang logika untuk penyusunan IC decoder ditunjukkan dalam Gambar 5. 4. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN 4.1. Simulasi IC Decoder Matrik 7x5 Pengujian dilakukan dengan menggunakan program EWB (Electronic Work Bench untuk mengetahui karakter angka yang dibentuk oleh bit-bit keluaran decoder matrik 7x5 untuk tiap kombinasi logika masukan yang bersesuaian. Bit-bit keluaran decoder matrik 7x5 ini dibandingkan dengan tabel kebenaran yang telah dirancang. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan pin-pin (4-3) keluaran rangkaian decoder matrik 7x5 dengan LED yang disusun matrik. Kemudian diamati karakter yang dibentuk oleh kumpulan LED tersebut dan disesuaikan ≈8 Lp Lp Lp Dari hasil diatas dapat diberikan analisis awal, untuk ukuran minimal polisilikon adalah 2λ sehingga perbandingan WP dan LP adalah 16λ : 2λ dan perbandingan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 80 Output Input Tabel 2 Tabel kebenaran decoder matrik I0 I1 I2 I3 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L 10 L 11 L12 L 13 L14 L 15 L16 L 17 L 18 L 19 L 20 L 21 L22 L 23 L 24 L 25 L 26 L 27 L 28 L 29 L 30 L 31 L 32 L 33 L 34 L 35 1 2 0 1 3 Karakter Angka 4 5 6 7 8 9 dengan desimal kombinasi biner masukan rangkaian decoder matrik 7x5. Rangkaian decoder matrik 7x5 beserta pengujian dengan LED ditunjukkan dalam Gambar 6. Untuk mengetahui kebenaran hasil perancangan perlu diketahui terlebih dulu bagaimana tampilan grafik VTC (Voltage Transfer Characteristic) pada hasil simulasi seperti dalam Gambar 7 . Dari tampilan grafik VTC dapat diketahui nilai VOH , VIL, VOL , VIH, dan untuk kemudian dibandingkan kondisi yang lebih baik antara NAND HCMOS dan CMOS. Kondisi ideal untuk tampilan VTC adalah nilai VOH yang semakin mendekati nilai tegangan masukan dan nilai VOL yang mendekati nilai tegangan ground (0V), serta selisih antara nilai VIL dan VIH yang semakin kecil. Pada simulasi VTC, rangkaian diberi masukan DC dengan tegangan catu sebesar 5V. Pada simulasi ini, rangkaian diuji tanpa dan dengan menggunakan beban (CL) Dengan listing program yang benar, dapat menampilan grafik VTC yang benar sehingga aspek– aspek mempengaruhi kondisi ideal decoder dapat terpenuhi. Hasil simulasi VTC ditunjukkan dalam Gambar 7. 4.2. Simulasi tata-letak decoder matrik 7x5 dengan Microwind Pada simulasi awal, diinginkan untuk diketahui keadaan mantap keluaran tata-letak sebuah decoder matrik 7x5 dengan menggunakan program Microwind2. Tata-letak untuk sebuah decoder matrik 7x5 dapat dilihat dalam Lampiran. Simulasi tata-letak dilakukan untuk masing-masing kombinasi logika masukan sebagaimana dirancang dalam tabel kebenaran decoder matrik 7x5 dalam Tabel 2. Untuk masing-masing kombinasi logika masukan tersebut diamati sinyal keluarannya. Hasil pengujian tata-letak dengan menggunakan Mikrowind saat input logika 0 0 0 0 dapat dilihat dalam Gambar 8. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 81 Gambar 5. Transistor PMOS dan NMOS penyusun IC decoder peraga matrik 7 x 5 Gambar 6. Rangkaian decoder matrik 7x5 dengan pin keluaran dihubungkan kombinasi logika input 0-0-0-0 82 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 Gambar 7. Hasil simulasi VTC Gambar 8 Hasil pengujian tata-letak dengan menggunakan Microwind untuk kombinasi logika input 0-0-0-0 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 83 4.3. Perhitungan Nilai VTC dan Noise Margin kp kn Untuk mengetahui noise margin = = rangkaian harus diketahui terlebih dahulu nilai VIH, VIL, VOH dan VOL gerbang logika (VTC). Nilai VIL merupakan nilai tertentu dari tegangan masukan (Vin) yang membuat tegangan keluaran menjadi VOH. Dengan menggunkan persamaan di bawah, diketahui nilai VIL sebagai berikut; 2Vout + VT , p − V DD + k R .VT , n V IL = 1+ k R Dalam perancangan nilai kR merupakan perbandingan antara kn dan kp. dimana nilai ini menetukan kesimetrisan dari suatu grafik karakteristik alih tegangan dan berlaku; Wp W ≈ 2,5 x n Lp Ln Maka sesuai dengan perhitungan dapat ditentukan bahwa nilai kR≈1. dengan mensubstitusi nilai VT,n = 0,8V dan VT,n= - 0,9 maka didapatkan fungsi VIL sebagai fungsi Vout sebagai berikut, V IL = V IL = 2 [ 2 2 (Vout − 13,3Vout + 41,5) 6,6Vout = 30,2775 (2-35) Vout = 4,588 Volt Substitusi nilai Vout = 4,588 volt ke dalam persamaan; VIL = Vout − 2,55 VIL = 4,588 − 2,55 VIL = 2,038 Volt Nilai VIH merupakan nilai tertentu dari tegangan masukan (Vin) yang membuat tegangan keluaran berada pada level tegangan pada VOL. Pada saat ini dapat dihitung; V DD + VT , p + k R .(2Vout + VT , n ) V IH = 1+ k R ] kn 2 = . 2.(Vin − VT , n )Vout − Vout 2 kp (Vin − V DD − VT , p ) 2 2 [ (VIL − VT , n ) 2 kn [ . 2.(V IL − V DD − VT , p )(Vout − VDD ) − (Vout − V DD ) 2 = (Vout − 2,55 − 0,8) 2 84 V DD + VT , p + k R .(2Vout + VT , n ) 1+ k R 5 + (−0,9) + 1.(2Vout + 0,8) V IH = 1+1 V IH = Vout + 2,45 Dengan demikian nilai VIH didapatkan sebesar; = kp ] Vout − 6,7Vout + 11,2225 = V IH = . 2.(Vin − VDD − VT , p )(Vout − VDD ) − (Vout − VDD ) 2 ]= 1 2 2 . 2.(Vout − 11,65Vout − 33,25) − (Vout − 10Vout + 25) 1 1+ k R + (−0,9) − 5 + (1)(0,8) 1+1 [ [ 2 VIL = Vout − 2,55 Dengan mensubstitusikan dimana nilai Vin merupakan nilai VIL maka didapat, kn (Vin − VT ,n ) 2 2 kp (Vout − 3,35) 2 1 . 2.(Vout − 6,65)(Vout − 5) − (Vout − 5) 2 kR Vout − 6,7Vout + 11,2225 2Vout + VT , p − V DD + k R .VT , n 2Vout [ . 2.(Vout − 2,55 − 5 − (−0,9))(Vout − 5) − (Vout − 5) 2 ] (2-34) ] Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 ] [2.(V kp Kn IH ] 2 = − VT ,n )Vout − Vout (VIH − VDD − VT , p ) 2 [2.(V out 2 + 1,65)Vout − Vout ]= 1 (Vout + 2,45 − 5 − ( −0,9)) 2 KR 2 2 =1 2.(Vout + 1,65Vout ) − Vout (Vout − 1,65) 2 1 = Vout 2 + 3,3Vout [ ] = Vout 2 − 3,3Vout + 2,7255 6,6Vout = 2,7255 Volt Dengan mensubstitusikan kembali nilai Vout kedalam Persamaan perhitungan VIH didapat, VIH = Vout + 2,45 VIH = 2,8625 volt. Vout = 0.4125 Dari kalkulasi didapatkan nilai-nilai dari VIH, VIL, VOH dan VOL sebagai berikut, ♦ VOH = 4,588 V saat VIL= 2,038 V ♦ VOL = 0,4125 V saat VIH = 2,8625 V. Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui nilai noise margin dengan perhitungan sebagai berikut, ♦ NM H = VOH − VIH = 4,588V – 2,8625 V = 1,7255 V ♦ NM L = VIL − VOL =2,038 V – 0,4125 V = 1,6255 V 4.4. Penggambaran Tata-letak dengan Program Microwind Proses terakhir yang dilakukan adalah melakukan penggambaran tataletak rangkaian dengan menggunakan program Microwind. Penggambaran dilakukan dengan menggunakan default process Microwind (0.12 µm CMOS Process) dengan λ = 0.12 µm 2 = 0.06µm . Gambar tata-letak rangkaian terintegrasi decoder berdasar susunan polysilikon, defusi n, defusi p dan metal ditunjukkan dalam Gambar 9 (skala 1 : 100), sedangkan Gambar 10 menunjukkan bentuk keping IC decoder peraga matrik 7x5 yang telah diberi pin. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil perancangan dan pengujian terhadap rangkaian gerbang Decoder CMOS yang dirancang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Dari hasil perancangan dan pengujian IC CMOS dekoder matrik 7x5 menggunakan Microwind 2, dapat disimpulkan bahwa: 1. Keluaran tata-letak saat disusun matrik akan menampilkan karakter angka yang sesuai dengan desimal dari kombinasi logika biner pada saluran masukannya. 2. Rangkaian terintegrasi decoder matrik 7x5 ini terdiri dari 162 buah PMOS dan 162 buah NMOS. 3. Rangkaian decoder mempunyai 4 pin masukan dan 35 pin keluaran. 4. Dimensi tata-letak decoder matrik 7x5 adalah 690 µm x 72 µm tanpa pad dan 6675 µm x 5700 µm dengan pad 5.2. Saran 1. Rangkaian terintegrasi decoder hanya mampu menampilkan 10 macam karakter angka (0-9), sehingga diharapkan dapat dirancang suatu decoder yang mampu untuk menampilkan karakter lebih banyak dan terintegrasi. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi perancangan fungsi logika yang lebih kompleks. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 2, Mei 2008 85 Gambar 9. Tata-letak IC decoder matrik 7 x 5 Gambar 10. Bentuk IC decoder matrik 7 x 5 (1987), Analysis and Design of Digital Intregrated Circuits, Depart. of Electrical Engineering and Computer Sciences, University of California, Berkeley. Karki, J. (1999), Effect of Parasitic Capacitance in Op Amp Circuits, Texas Instruments, Inc., DallasTexas. Loveday, G. (1986), Essential Electronics an A to Z Guide, Pitman Publishing Company, New Jersey. Mancini, R. (1999), Feedback Amplifier Analysis Tools, Texas Instruments, Inc., Dallas-Texas. Mancini, R. (1999), Understanding Basic Analog-Circuit Equations, Texas Instruments, Inc., DallasTexas. National Semiconductor Corp (2000), National Operational Amplifiers Data Book, Santa Clara-California,. Pucknell, D. A. and Eshraghian K., 1988, Basic VLSI Design, Systems and Circuits, Prentice-Hall, New Jersey. Rasyid, M. H., 1990, Analysis of Circuit and Electronics Using PSPICE, Prentice-Hall, Singapore. DAFTAR PUSTAKA Faulkenberry, L. M. (1982) An Introduction to Operational Amplifiers with Linier IC Applications, John Wiley & Sons Inc., N.Y. Geiger, R. L., Allen P. E., Noel R. S. (1990), VLSI Design Techniques for Analog and Digital Circuits, McGraw-Hill, Inc., N.Y. Gregorian, R., Temes G. C. (1986), Analog MOS Integrated Circuits for Signal Processing, John Willey and Sons, Inc., New York. Hodges, D. A. and H. G. Jackson Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008 86