pengembangan lembar kerja siswa untuk

advertisement
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK
PEMBELAJARAN PERMUTASI DAN KOMBINASI DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMA
KELAS XI
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
DEVY RETNOSARI DEWI
209311423327
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JANUARI 2013
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK
PEMBELAJARAN PERMUTASI DAN KOMBINASI DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI
Oleh:
Devy Retnosari Dewi
Program studi Pendidikan Matematika FMIPA UM
Pembimbing:
(I) Sri Mulyati
Dosen Pendidikan Matematika FMIPA UM
(II) Cholis Sa’dijah
Dosen Pendidikan Matematika FMIPA UM
Abstract: The objective of this development research to produce worksheets for
learning permutations and combinations with contextual approach of valid,
practical and effective. Based on the assessment of validators can be concluded
that the developed of worksheet is valid. Meanwhile, the results of tests on small
group concluded that the worksheets is attractive and learners can work on
worksheets and are able to achieve of the minimum standards mastery.
Therefore, can be concluded that worksheets for learning permutations and
combinations with contextual approach is valid, practical and effective.
Kata Kunci : lembar kerja siswa, kontekstual, permutasi dan kombinasi
Seringkali kita dihadapkan dengan permasalahan yang berhubungan dengan urutan, susunan
ataupun sejenisnya. Dalam kasus tersebut ada 2 jenis susunan yaitu susunan dengan
memperhatikan urutan dan susunan yang tidak memperhatikan urutannya. Contoh untuk
susunan yang memperhatikan urutan. Misal jika terdapat 3 mahasiswa yaitu A,B,C yang akan
dipilih menjadi Ketua, Sekretaris dan Bendahara dengan setiap mahasiswa hanya boleh
dipilih untuk satu jabatan saja maka banyaknya pemilihan yang mungkin terjadi ada 6 yaitu
(A,B,C),(B,C,A),(C,A,B),(C,B,A),(A,C,B) dan (B,A,C). Hal ini karena, untuk hasil pemilihan
(A,B,C) berarti A menjadi Ketua, B menjadi Sekretaris, dan C menjadi Bendahara, hal ini
akan berbeda dengan hasil pemilihan (B,C,A) yang berarti B sebagai Ketua, C sebagai
Sekretaris dan A sebagai Bendahara. Untuk susunan yang tidak memperhatikan urutan adalah
dalam pemilihan lima peserta didik untuk mengikuti lomba renang tingkat kabupaten, hal ini
karena bagaimanapun urutan kelima peserta didik yang terpilih tetap kelima peserta didik itu
yang akan mengikuti lomba. Dalam matematika kasus susunan yang memperhatikan urutan
disebut dengan permutasi, sedangkan yang tidak memperhatikan urutan disebut dengan
kombinasi.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada beberapa peserta didik yang telah
mempelajari materi permutasi dan kombinasi, mereka menganggap bahwa materi permutasi
dan kombinasi merupakan materi yang sulit dan kurang ada penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini mengakibatkan peserta didik kurang termotivasi untuk belajar matematika
terutama tentang permutasi dan kombinasi. Dalam prosesnya, pembelajaran yang melibatkan
peserta didik secara aktif akan memberikan hasil yang lebih efektif apabila guru mampu
memilih suatu pendekatan pembelajaran beserta bahan ajar yang dapat digunakan.
Salah satu pedekatan pembelajaran yang dapat digunakan yaitu dengan pendekatan
kontekstual, sedangkan bahan ajar yang dapat digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa. Untuk
itu, pada penelitian ini mengembangkan Lembar Kerja Siswa untuk pembelajaran permutasi
dan kombinasi dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMA kelas XI. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan LKS untuk pembelajaran
permutasi dan kombinasi dengan pendekatan kontekstual yang valid, praktis dan efektif
sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran untuk melatih peserta didik berpikir
kreatif.
Menurut Dinas Pendidikan Nasional (2006), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah
lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS berisi
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diberikan
kepada peserta didik dapat berupa teori atau praktek. LKS merupakan salah satu sarana untuk
membantu dan mempermudah dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan terbentuk
interaksi yang efektif antara peserta didik dengan guru, dan dapat meningkatkan aktifitas
peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar. Lembar Kerja Siswa memuat diantaranya
judul LKS, kompetensi dasar, waktu penyelesaian, bahan/ peralatan yang digunakan,
informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus
dikerjakan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa merupakan
salah satu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-lembaran yang berisi informasi dan
petunjuk kepada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal maupun kegiatan belajar yang
berupa praktek. Sedangkan tujuan penulis dalam pengembangan ini adalah LKS ini dapat
digunakan sebagai salah satu bahan ajar yang mampu meningkatkan kreatifitas peserta didik
dalam menyelesaikan suatu permasalahan khususnya dalam materi permutasi dan kombinasi.
Depdiknas (2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan proses belajar yang diawali dengan guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah
menyadarkan peserta didik bahwa apa yang mereka pelajari sangat berguna dalam kehidupan
nyata mereka sehingga mereka akan memposisikan diri mereka sendiri yang membutuhkan
bekal untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pendekatan kontekstual ada tujuh komponen utama yang dilibatkan (Depdiknas, 2002), yaitu
contructivism (konstruktivisme), inquiry (menemukan,menyelidiki), questioning (bertanya),
learning community (masayarakat belajar), modeling (pemodelan), reflection (umpan balik),
dan authentic assessment (penilaian autentik).
Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan kontekstual yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah LKS yang dikembangkan berorientasi pada pemunculan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan nyata. Konteks masalah yang dimunculkan harus sesuai
dengan konsep materi yang sedang dipelajari. Konteks yang dimaksudkan adalah situasi atau
peristiwa yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Dalam pengembangan LKS dengan
pendekatan kontekstual ini diharapkan peserta didik akan lebih tertarik dan termotivasi untuk
belajar matematika karena mereka merasa dekat dengan konsep matematika dalam
penerapannya di kehidupan nyata.
METODE
LKS pembelajaran matematika pada materi permutasi dan kombinasi dengan
pendekatan kontekstual untuk peserta didik SMA kelas XI dikembangkan dengan model
Thiagarajan (dalam Hobri, 2010:12-15) terdiri dari empat tahap yang dikenal dengan model
4-D (four D model) dengan modifikasi penulis yaitu pada tahap ke-4 disseminate tidak di
laksanakan karena mempertimbangkan keterbatasan waktu dan biaya. Keempat tahap pada
4-D tersebut adalah. (1) Tahap pendefinisian (define), tahap ini bertujuan untuk menetapkan
dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan
batasan materi. Tahap pendefinisian meliputi analisis awal akhir, analisis siswa, analisis
konsep, analisis tugas, dan perancangan awal. (2) Tahap perancangan (design), tahap ini
bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Tahap perancangan terdiri dari empat
langkah yaitu : penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan perancangan awal.
(3) Tahap pengembangan (develop), tahap ini bertujuan untuk menghasilkan draft perangkat
pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari
uji coba. Tahap pengembangan terdiri dari penilaian para ahli yang meliputi validasi isi yang
mencakup semua perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap perancangan
dan uji coba di lapangan. (4) Tahap penyebaran (disseminate) merupakan tahap penggunaan
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada skala lebih luas. Tetapi pada
pengembangan ini tahap penyebaran tidak dilakukan.
Dalam tahapan uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik
dari produk yang dihasilkan. Uji coba produk meliputi: (1) desain uji coba, dalam
pengembangan LKS ini dilakukan uji coba dengan dua tahap yaitu uji coba tahap I tentang
validasi isi terhadap LKS oleh satu dosen matematika dan dua guru matematika SMA dan uji
coba tahap II oleh lima peserta didik SMA kelas XI. (2) Subjek uji coba, subjek uji coba
dalam pengembangan LKS ini adalah sebagai berikut. Subjek uji coba tahap I adalah satu
dosen matematika dengan kriteria minimal telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang S2
dan dua guru matematika SMA dengan kriteria telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang
S1. Subjek uji coba tahap II adalah lima peserta didik dengan kriteria merupakan peserta
didik SMA kelas XI dan/atau belum mempelajari materi tentang permutasi dan kombinasi
dalam proses pembelajaran di kelas. (3) Jenis data, jenis data yang akan digunakan untuk
memvalidasi LKS adalah data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari subjek validasi.
Data kuantitatif merupakan data yang berupa skor penilaian terhadap LKS yang diberikan
pada subjek uji coba pada tahap I dan subjek uji coba pada uji coba tahap II sesuai dengan
kriteria penilaian pada angket yang nantinya akan dianalisis kevalidannya. Data kualitatif
merupakan data yang berupa komentar atau saran terhadap LKS dari subjek uji coba pada
tahap I. Sedangkan data kualitatif dari subjek uji coba pada tahap II berupa komentar atau
saran terhadap LKS serta jawaban terhadap aktivitas pada LKS. (4) Instrumen pengumpulan
data, instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data direncanakan adalah pada uji
coba tahap I berupa lembar validasi dan pada uji coba tahap II berupa angket dan jawaban
terhadap aktivitas pada LKS. Instrumen yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan uji
validitas yaitu berupa lembar validasi oleh subjek uji coba tahap I. Kriteria untuk uji validitas
ini meliputi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. (5) Teknik analisis data. Untuk
menganalisis data kualitatif digunakan analisis kualitatif, sedangkan untuk menganalisis data
kuantitatif digunakan analisis statistik yang merupakan perhitungan prosentase skor angket.
Adapun pedoman perhitungan prosentase skor angket (Diadaptasi dari Sugiyono,2007:137)
∑
Keterangan:
p
= prosentase penilaian
∑
= jumlah poin penilaian dari subjek uji coba
n
= banyaknya subjek uji coba
k
= skor penilaian tertinggi
Apabila data hasil uji coba menunjukkan bahwa prosentase kurang dari 55 % maka
LKS direvisi dengan memperhatikan komentar dan saran yang diberikan oleh subjek uji coba.
Berikut adalah Tabel Kriteria Validitas Analisis Prosentase yang dapat dijadikan pedoman
penilaian.
Prosentase
Kriteria Validitas
Keterangan
85 – 100
Sangat valid
Tidak perlu revisi
70 – 84
Valid
Tidak perlu revisi
55 – 69
Cukup valid
50 – 54
Kurang valid
0 – 49
Tidak valid
(diadaptasi dari Purwanto 2005:70)
Tidak perlu revisi
Perlu revisi
Revisi total
Untuk analisis hasil pengerjaan LKS oleh peserta didik minimal 3 peserta didik hasil
pengerjaannya memenuhi standar ketuntasan belajar (berdasarkan standar ketuntasan belajar
dari sekolah) yaitu 75% dari nilai tertinggi, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik
telah menguasai materi dalam LKS, sedangkan untuk analisis angket oleh peserta didik jika
lebih dari 50% peserta didik memberi tanggapan sama maka hal ini dijadikan dasar untuk
melakukan revisi atau tidak.
HASIL
Penyajian data dalam penulisan ini terdiri dari 2 macam, yaitu penyajian data hasil
validasi perorangan dan penyajian data hasil uji coba kepada kelompok kecil. Penyajian data
hasil validasi perorangan yang terdiri dari dosen matematika dan guru matematika diambil
dari lembar validasi. Sedangkan penyajian data hasil uji coba kepada kelompok kecil yaitu
lima peserta didik diambil dari angket dan hasil pengerjaan LKS.
Berdasarkan hasil validasi oleh subjek uji coba tahap I menunjukkan bahwa hasil
perhitungan setiap aspek penilaian berada pada selang 70% - 84% atau 85% - 100% yang
merupakan kriteria valid atau sangat valid. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa LKS yang
dikembangkan sudah valid. Ada validator yang mengomentari mengenai penggunaan pilihan
kata yang kurang tepat , ada juga yang mengomentari yaitu pada bagian uji kompetensi
soalnya perlu ditambah lagi, dan tidak mengharuskan bahasa yang digunakan dalam LKS
sesuai dengan EYD. Selain itu, ada validator yang menyarankan yaitu penggunaan notasi
jangan rancu dan harus konsisten, serta perhatikan dalam merumuskan indikator dan tujuan
pembelajaran.
Data hasil uji coba pada kelompok kecil diperoleh dari hasil pengerjaan LKS oleh
peserta didik dan jawaban peserta didik pada angket. Dengan menggunakan teknik analisis
data hasil pengerjaan LKS oleh peserta didik yang telah diuraikan sebelumnya diketahui
bahwa nilai kelima subjek uji coba telah memenuhi standar ketuntasan LKS yaitu 75% dari
nilai tertinggi. Angket peserta didik dianalisis menggunakan teknik analisis jika minimal 3
peserta didik menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama maka hasil jawaban peserta
didik tersebut yang dijadikan patokan apakah aspek yang ditanyakan direvisi atau tidak.
Berdasarkan hasil analisis pada angket peserta didik disimpulkan bahwa LKS yang
dikembangkan menarik tetapi ada dua aspek yang dikeluhkan peserta didik yaitu mengenai
bahasa yang digunakan dan tingkat kesulitan soal. Oleh karena itu, dilakukan revisi pada
beberapa bagian LKS yang dikeluhkan sulit oleh peserta didik.
Hasil Revisi Setelah Uji Coba Kelompok Kecil
Sebelum Revisi
Lengkapilah tabel berikut untuk
mengetahui kemungkinan kata yang bisa
terbentuk:
Perhatikan gambar berikut
Posisi 1
Posisi 2
A
Sesudah Revisi
Lengkapilah tabel berikut untuk
mengetahui semua kemungkinan kata
yang bisa terbentuk jika huruf yang
sama dianggap berbeda:
Perhatikan gambar berikut
Posisi 1
Posisi 2
A
E
B
B
D
C
C
Posisi 3
A
E
D
E
B
B
D
C
C
Posisi 4
Posisi 3
C
B
B
A
E
D
Posisi 4
C
A
C
B
D
A
C
B
D
E
D
A
E
E
D
A
E
Dari kedua jawaban kalian diatas,
apakah ada posisi duduk yang sama lagi
selain yang ada pada gambar? Sebutkan
salah satunya dan jelaskan mengapa?
Dari kedua jawaban kalian diatas, coba
sebutkan posisi duduk kelima siswa
tersebut yang berbeda dengan gambar
diatas?
Selanjutnya untuk mengetahui banyak
jabat tangan yang terjadi lengkapi tabel
berikut:
Orang yang berjabat
Keterangan
tangan
Selanjutnya untuk mengetahui banyak
jabat tangan, coba buatlah daftar
pasangan orang yang berjabat tangan:
Sama
Berdasarkan tabel yang telah kalian isi
ada berapa jabat tangan yang melibatkan
Berdasarkan daftar yang kalian buat ada
berapa jabat tangan yang melibatkan
orang yang sama (kombinasi)
......................... jabat tangan.
orang yang sama (kombinasi)
......................... jabat tangan.
PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data yang diperoleh dari subjek uji coba menunjukkan bahwa untuk
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran dan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi yang
dipelajari. Dalam prosesnya, pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif akan
memberikan hasil yang lebih efektif apabila guru mampu memilih suatu pendekatan
pembelajaran dan melaksanakannya dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga
harus mampu menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan peserta didik yaitu LKS dengan pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual dapat digunakan khususnya dalam proses pembelajaran
materi permutasi dan kombinasi karena dengan pendekatan kontekstual menyajikan suatu
permasalahan yang dekat dengan kehidupan sehari- hari peserta didik sehingga lebih mudah
memahami dan menyadari pentingnya belajar matematika terutama materi permutasi dan
kombinasi karena banyak dijumpai permasalahan dalam kehidupan yang merupakan
penerapan dari materi tersebut. Dengan cara ini peserta didik akan lebih termotivasi untuk
belajar permutasi dan kombinasi sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna bagi
peserta didik.
Dalam pendekatan kontekstual proses pembelajarannya menekankan kepada
keterlibatan dan partisipasi peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dalam Lembar Kerja
Siswa (LKS) peserta didik akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan
dengan materi yang diberikan. Dengan menggunakan LKS dalam pembelajaran akan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk ikut aktif dalam
pembelajaran. Untuk itu, guru bertanggung jawab penuh dalam memantau peserta didik
dalam proses pembelajaran.
LKS yang dikembangkan memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut, (1) sebagai
bahan ajar yang dapat dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran, (2) menambah
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan LKS,
(3)melibatkan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, (4) memudahkan peserta
didik dalam mempelajari dan mendalami konsep, (5) melatih peserta didik berfikir lebih
kreatif dalam menemukan berbagai strategi pemecahan masalah, (6) memantapkan konsep
yang dimiliki peserta didik, (7) memberi kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan
dan mengembangkan sendiri konsep yang dipelajari, (8) meningkatkan minat peserta didik
untuk belajar. Sementara itu, kekurangan LKS ini adalah sebagai berikut, (1) untuk
menyususn LKS yang baik tidaklah mudah. Hal ini diperlukan keahlian dan keterampilan
yang memadai, (2) LKS dikembangkan dengan kontekstual, sehingga guru harus mampu
merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep materi dengan mempertimbangkan
pengalaman yang dialami peserta didik dan dengan lingkungan hidup peserta didik, (3) bukan
merupakan satu-satunya sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,
(4) pengembangan LKS dibatasi untuk materi permutasi dan kombinasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil pengembangan LKS pembelajaran matematika pada materi permutasi dan
kombinasi dengan pendekatan kontekstual untuk peserta didik SMA kelas XI ini
dikembangkan dengan model Thiagarajan (dalam Hobri, 2010:12-15) terdiri dari empat tahap
yang dikenal dengan model 4-D (four D model) dengan modifikasi penulis. Keempat tahap
tersebut adalah define, design, develop, dan disseminate. Untuk tahap disseminate tidak
dilakukan karena mempertimbangkan keterbatasan waktu dan biaya.
Berdasarkan uraian validator yang telah diuraikan sebelumnya semua aspek penilaian
terhadap LKS dinyatakan valid. Selain itu, berdasarkan hasil uji coba tahap II oleh lima
peserta didik dapat disimpulkan bahwa LKS hasil pengembangan menarik dan memanfaatkan
permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dekat dengan peserta
didik, serta membuat peserta didik lebih percaya diri dalam mengerjakan soal sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Selain itu, kelima peserta didik mampu mengerjakan
permasalahan yang dimunculkan dalam LKS dan mencapai Standar Ketuntasan Minimal
yang ditentukan yaitu 75% dari nilai tertinggi. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa LKS yang
dikembangkan sudah valid, praktis, dan efektif.
Saran
Bagi guru SMA disarankan untuk dapat memanfaatkan LKS ini sebagai alternatif
pembelajaran matematika pada materi permutasi dan kombinasi. Sebaiknya LKS ini
digunakan pada peserta didik yang berkemampuan rata-rata ke atas karena rangkaian
kegiatan yang ada dalam LKS ini menuntut peserta didik untuk menemukan suatu konsep.
Meskipun demikian LKS ini juga dapat diterapkan pada peserta didik yang berkemampuan
rendah dengan syarat guru harus selalu memfasilitasi peserta didik saat mengerjakan LKS.
Adapun saran pengembangan LKS lebih lanjut adalah sebagai berikut, (1)
pengembangan LKS dengan menggunakan masalah kontekstual sudah saatnya mulai
dikembangkan agar pembelajaran saat ini lebih mengarah pada konstruktivistik, (2)
pengembangan LKS ini hanya terbatas pada materi permutasi dan kombinasi. Oleh karena
itu, diharapkan ada tindak lanjut pengembangan LKS untuk materi yang lain, (3) bagi
pengembang yang lain, disarankan untuk mengujicobakan LKS ini kepada peserta didik
dalam kelompok sedang maupun kelompok besar agar dapat lebih diketahui tingkat
keefektifannya.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas.2002. Pendekatan Kontekstual ; Contextual Teaching and Learning. Jakarta:
Direktorat PLP.
Depdiknas.2006.Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional.
Hobri,H.2010.Metodologi Penelitian Pengembangan(Aplikasi Pada Penelitian Pendidikan
Matematika).Jember:Pena Salsabila.
Purwanto,Edy.2005.Evaluasi Proses dan Hasil Dalam Pembelajaran.Malang:UM Press.
Sugiyono.2007.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D.Bandung:Alfabeta
Download