laporan kasus Apikoektomi Gigi 12 dengan Anestesi Lokal Eka Widiyanta PPDGS-I Prodi Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia PENDAHULUAN Apikoektomi atau reseksi akar adalah tindakan pemotongan ujung akar gigi yang infeksi serta mengkuret seluruh jaringan periapikal yang mengalami nekrotik dan peradangan dengan maksud agar dapat mempertahankan gigi dengan perawatan saluran akar, dapat dilakukan dalam 2 (dua) kali kunjungan atau 1 (satu) kali kunjungan saja. Prosedur ini diperlukan saat peradangan dan infeksi terjadi pada area ujung akar gigi setelah perawatan saluran akar atau perawatan kembali saluran akar gigi (Archer, 1965). Apikoektomi merupakan prosedur bedah yang paling umum dilakukan bertujuan untuk menjamin penempatan suatu bahan penutup/ tumpatan yang tepat di antara periodonsium dengan foramen saluran akar. Apikoektomi pertama kali dilakukan oleh Farrar dan Brophy sebelum tahun 1880; hasilnya kurang baik hingga tahun 1890 saat ditemukannya cara operasi yang lebih baik oleh Rhein yang menganjurkan metode perawatan radikal untuk chronic alveolar abcess. Sejak itu perbaikan teknik operasi terus berkembang dan telah dapat dilakukan oleh dokter gigi biasa. Apikoektomi dilakukan terbatas dan bukan prosedur rutin karena harus mempertimbangkan hal-hal seperti: 1. Banyaknya tulang yang harus dibuang. 2. Tidak selalu mudah dikerjakan pada gigi posterior. 3. Pembengkakan dan nyeri pasca operasi yang kadang-kadang muncul bersamaan saat operasi. Apikoektomi terutama dilakukan untuk membuang iritasi di daerah periapikal seperti granuloma yang besar, kista radikular, perforasi karena kesalahan saat pengisian saluran akar, alasan estetik tertentu (biasanya pada gigi anterior), keadaan saluran akar yang sangat melengkung sehingga pengisiannya tidak dapat dilakukan secara ortograde sehingga memerlukan tindakan pengisian secara retrograde. CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 CDK-190 OK.indd 121 Persentase keberhasilan apikoektomi relatif tinggi. Sommer melaporkan 95% keberhasilan pada lebih dari 100 kasus. Blum mendapati perbaikan tulang normal pada 95-98% dari 200 kasus yang telah dioperasi. Phillips dan Maxmen melaporkan 99% kesuksesan pada lebih dari 600 kasus yang telah dioperasi. Grossmen, Shepard dan Pearson mendapatkan keberhasilan perbaikan tulang komplit mendekati 95% pada gigi yang telah direseksi. Keberhasilan perbaikan tulang pada reseksi akar ditentukan dengan pemeriksaan histologis yang juga telah dilaporkan oleh Aisenberg, Blayney, Blum, Coolidge, Herbert, Hill, Moen, dan lainnya. Vitalitas gigi dapat dievaluasi menggunakan electric pulp test dan test dingin. Ada beberapa metode yang berpengaruh atau digemari dalam pelaksanaan apikoektomi, masing-masing metode tersebut hanya mempunyai perbedaan kecil saja misalnya ada yang mengarah pada pengisian saluran akar lebih dulu sebelum operasi, sementara yang lainnya mengarah pada pengisian saluran akar selama operasi setelah apeks akar tersingkap dan direseksi, ada juga yang mengarah pada pembuatan satu jenis flap saja dan ada juga yang memuat beberapa jenis flap lainnya, ada pula yang mengarah tulang alveolar dengan bone chisels sementara operator lainnya dengan menggunakan bur; ada yang melapisi ujung akar dengan silvernitrate, ada juga yang menempatkan sulfanilamide atau antibiotik di atas luka, ada juga operator lain yang menutup luka hanya dengan benang bedah saja dan sebagainya. (Nurliza, 2004) Apapun metode yang dilakukan hendaknya dipersiapkan baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan (misalnya mengetahui bentuk anatomi akar, panjang akar dan lokasi lesi yang semuanya dapat diketahui dengan bantuan rontgen foto), seleksi kasus dengan tepat sehingga operasi yang dilakukan dapat berjalan lancar dan berhasil sesuai dengan yang diinginkan. TINJAUAN PUSTAKA Bedah endodontik dapat dilakukan pada keadaan-keadaan seperti: tidak dapat dilakukan pembuangan jaringan patologik dengan endodontik konvensional, jika tidak mungkin dibersihkan dan mengisi seluruh saluran akar dari mahkota seperti pada saluran akar yang bengkok, juga untuk menanggulangi kegagalan atau kecelakaan perawatan konvensional dan lain-lain. Salah satu prosedur bedah endodontik adalah apikoektomi atau reseksi akar gigi. Apikoektomi adalah pemotongan bagian ujung akar bertujuan menyingkirkan atau mengangkat jaringan yang diperkirakan dapat menjadi patologis. Grossman (1995) mengatakan bahwa reseksi akar adalah penyingkiran satu atau lebih akar dari gigi molar satu atas, Weine (1882) memberikan pengertian reseksi akar sebagai penyingkiran satu akar atau lebih dari gigi berakar banyak, Filipowicz (1984) menyatakan bahwa reseksi akar adalah tindakan pemisahan satu atau dua akar dari gigi (molar) namun mahkota tetap dipertahankan utuh. Apikoektomi adalah prosedur pembedahan minor yang dimaksudkan untuk mengangkat jaringan infeksi pada apek/ ujung akar gigi yang mati atau post perawatan saluran akar yang gagal. (http://www.austinoms/Apikoectomy.htm.2004). Beberapa pengertian di atas menjelaskan bahwa apikoektomi adalah tindakan pemotongan ujung akar agar dapat mempertahankan gigi dengan perawatan saluran akar sehingga gigi tidak perlu dicabut. Gambar 1. Lokasi Infeksi Apikal 121 03/02/2012 13:52:22 laporan kasus INDlKASI DAN KONTRA INDlKASI Dalam perawatan endodontik tidak semua gigi dapat dirawat dengan cara reseksi akar, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang harus dipenuhi untuk keberhasilan operasi. Bila lesi periapikal sudah terlalu besar maka gigi tersebut tidak lagi diindikasikan untuk reseksi, melainkan untuk pencabutan/ekstraksi. Pertimbangan /syarat yang harus dipenuhi untuk apikoektomi: (Gutmann et al, 1992) 1. Lesi periapikal yang meliputi apeks gigi, tidak lebih dari 1/3 panjang akar seluruhnya, karena jika lebih gigi dikhawatirkan menjadi mobil dan akan menganggu gigi tetangganya. 2. Saluran akar tidak berlekuk-lekuk sehingga dapat dibersihkan sampai ke apeks. 3. Tidak ada resorpsi tulang alveolus yang mengelilingi akar gigi tersebut ; kedudukan gigi masih kuat di dalam tulang alveolar. 4. Oral hygiene pasien baik, agar reseksi akar tidak sia-sia karena akhirnya harus diekstraksi akibat karies. Indikasi apikoektomi : 1. Fraktur akar. 2. Kegagalan terapi endodontik konvensional. 3. Resorpsi yang melibatkan daerah furkasi pada gigi yang berakar ganda. 4. Perforasi akar atau daerah furkasi yang diikuti dengan gejala-gejala akut. 5. Destruksi intensif jaringan periapikal, tulang atau periodontal membran yang melibatkan satu-tiga apeks akar. 6. Apeks akar dikelilingi kista (gigi dengan kelainan periapikal seperti kista, granuloma). 7. Patahnya instrumen di saluran apikal atau saluran akar tersumbat oleh pulp stone, molten metal dan lain-lain. 8. Mahkota jacket yang baik dengan kelainan apikal. Kontra indikasi apikoektomi : 1. Lesi periapikal besar yang melebihi 1/3 panjang akar. 2. Gigi bersangkutan menyebabkan oklusi traumatik yang tidak dapat diperbaiki. 3. Pandangan struktur anatomi yang kurang jelas. 4. Keadaan umum pasien jelek, misalnya: pasien DM, nefritis, TBC, anemia dan lain-lain, atau alasan kesehatan lain. 5. Kontraindikasi lanjutan jika setelah pembuangan ujung akar dan pengkuretan, tulang alveolar sudah inadekuat untuk 122 CDK-190 OK.indd 122 mendukung gigi. 6. Periodontitis dengan mobilitas cukup besar (mobilitas kelas III) yang sudah tidak dapat dirawat lagi untuk kestabilan gigi. 7. Terjadi penyatuan akar pada gigi molar. 8. Prognosis dianggap jelek (misalnya, umur pasien lebih dari 50 tahun). Apabila apikoektomi dan pengisian orthograde ataupun retrograde dilakukan sempurna sesuai indikasi maka menurut pemeriksaan klinis dan radiografis antara 79 - 97% berhasil baik. Faktor terpenting untuk hasil yang baik pada apikoektomi/ reseksi ujung akar adalah penutupan saluran akar apikal yang sempurna. Worle dan Wirsching memperoleh hasil baik lebih dari 90% pada 247 akar gigi posterior yang direseksinya. Hasil apikoektomi tidak tergantung pada penghilangan jaringan granulasi tanpa sisa atau pembuangan ujung akar sampai basis lesi apikal, tetapi terletak pada penyingkiran sumber infeksi di saluran akar (Alfred et al 1988). PENATALAKSANAAN Ada 3 (tiga) prosedur dalam apikoektomi : 1. Akar gigi diisi dan langsung direseksi ujung akar gigi dalam satu kali kunjungan. Pada prosedur ini, preparasi, sterilisasi dan pengisian saluran akar dilakukan dalam satu kali kunjungan. 2. Akar gigi diisi,dan beberapa hari kemudian / satu minggu ujung akar gigi direseksi 3. Akar gigi yang direseksi telah menjalani perawatan saluran akar beberapa bulan / tahun yang lalu, pada foto rontgen tampak granuloma periapikal, kista kecil atau kerusakan tulang periapikal yang difus dengan ataupun tanpa drainase sinus (Archer, 1965). Gambar 2. Dua Tipe Insisi Kiri : Insisi trapesium. Insisi ini dibuat pada kasus kerusakan ekstensif tulang labial. Kanan: lnsisi semilunar. lnsisi ini digunakan dalam banyak kasus. (Endodontic Practice 5 th ed, 1960 : 350) Gambar 3. Reseksi Akar 1. Visualisasi apex akar dan insisi. 2. Gum Flap diangkat dan dibuat jendela pada tulang, sehingga apex akar tersingkap. 3. Apex akar di potong dan osseous bed di kuret. 4. Setelah jaringan gingiva di atas tulang dikembalikan ke tempat semula, maka Gum Flap dijahit. (Endodontice Practice 5 th ed, 1960 : 352). Prinsip perawatan apikoektomi adalah membersihkan saluran akar dari debris dan mengisinya sampai ke ujung apeks dengan bahan pengisi saluran akar (Hartono, 1992). Syarat bahan pengisi saluran akar : Kedap terhadap bakteri,tidak toksik, tidak larut, adhesi ke dinding saluran akar, penggunaan mudah dan radiopak. Gambar 4. Pengangkatan Jaringan Nekrotik LAPORAN KASUS YO, mahasiswa 19 tahun datang ke poliklinik Bedah Mulut RS. Dr. Sardjito kiri- CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 03/02/2012 13:52:28 laporan kasus man Poli Gigi dan Mulut pada 15 Desember 2008 dengan keluhan utama ingin mempertahankan gigi 12 yang saluran akarnya sudah dirawat (telah dilakukan pengisian saluran akar). Riwayat penyakit sistemik dan riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal. Pemeriksaan status generalis dan internis dalam batas normal. Status lokalis : Ekstra Oral – tak ada kelainan. Intra Oral : Inspeksi : Gigi 12 post perawatan saluran akar 1 minggu yang lalu, tampak gingiva pada ujung akar gigi tersebut meradang. Palpasi : tidak ada rasa sakit, tidak ada perdarahan. Perkusi : ada rasa sakit . Pemeriksaan penunjang rontgen periapikal: terlihat gambaran radiolusen melingkar pada ujung akar gigi 12 yang memberi kesan gambaran suatu granuloma periapikal (foto 1). Gambar 5 Gambar 9. Pasca-operasi DISKUSI Tujuan apikoektomi adalah untuk mempertahankan gigi yang sudah mengalami kerusakan jaringan periapikal dengan jalan memotong ujung akar gigi yang terinfeksi. Jaringan periapikal yang terinfeksi pada kasus ini ukurannya masih sangat kecil sehingga tidak menimbulkan perubahan bentuk, baik intra oral maupun ekstra oral. Gambar 6 Operasi apikoektomi pada kasus ini dilakukan dengan pemotongan ujung akar gigi 12 dan kuretasi jaringan pertiapikal yang terinfeksi untuk memastikan semua jaringan infeksi sudah terangkat dengan harapan infeksi tidak tumbuh lagi. Hari ke 7 pasca operasi luka menutup dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi sekunder. Gambar 7 Foto 1. Gambaran radiolusen pada ujung akar gigi 12 Pada dasarnya cara kerja reseksi gigi depan dan gigi belakang adalah sama. Pada gigi depan biasanya dilakukan untuk kepentingan estetis, sedang pada gigi belakang adalah untuk pengunyahan dan oklusi. Hasil laboratorium klinik darah :Hb 14 g/dL, bleeding time: 2 menit, clotting time : 8 menit, gula darah sewaktu : 101 mg/dL Diagnosis: Post perawatan saluran akar dengan granuloma periapikal pada ujung akar gigi 12. Dilakukan apikoektomi ujung akar gigi12 dengan anestesi lokal (Gb.5-8). CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 CDK-190 OK.indd 123 SIMPULAN Reseksi akar merupakan tindakan endodontik bedah yang umumnya dilakukan pada gigi anterior tetapi bisa juga dilakukan pada gigi belakang (posterior) bertujuan untuk mempertahankan gigi agar tidak dicabut. Gambar 8 Gambar 5- 8. Prosedur operasi. Pasca operasi hari ke tujuh baik (Gb.9) Indikasi perawatan adalah jika terjadi kelainan bentuk akar dan kesalahan endodontik, adanya penyakit periapikal dan lain-lain. Keberhasilan perawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jaringan periodontal yang baik, kooperasi pasien, peralatan yang steril, kemampuan operator dan keadaan 123 03/02/2012 13:52:36 laporan kasus lain yang mendukung. Reseksi akar pada satu kali kunjungan menghemat waktu, biaya dan tenaga; reseksi dengan dua kali kunjungan biasanya dilakukan pada pasien anak-anak, pada kasus reseksi dua gigi atau lebih. Reseksi akar bukan prosedur rutin; beberapa hal yang harus dipertimbangkan, di antaranya: keadaan umum pasien, banyaknya tulang yang harus dibuang, pembengkakan dan rasa sakit setelah operasi dan lain sebagainya. Persentase keberhasilan reseksi akar saat ini sudah relatif tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. Alfred LF, James HS, Marwan AR. et al. Clinical and Surgical Endodontics in Practice, JB. Lippincott Co., Philadelphia, 1988: 85 - 101. 2. Archer WH. Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed, vol. I, 1965. pp. 185–9. 3. Filipowicz F, Umstott P, England M. J Endodon 1984: 264-8. 4. Grossman. Ilmu Endodontik dalam Praktek, alih bahasa Rafiah Abyono, 11th. ed. Jakarta : EGC, 1995; 32 - 9. 5. Gutmann JL, Dumsha T, Lovdahl TE et al. Problem Solving in Endodontic 2nd ed. Mosby Year Book, Toronto, 1992: 168 - 73. 6. Hartono R. Estetik dan Prostetik Mutakhir Kedokteran Gigi. Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta. 1992. hal. 47 -53, 7. http://www.austinoms/Apikoectomy htm, 2004, Dental surgery dentist, Italy Parma Reggio Emilia Piacenza Modena Bologna, p. 1-2. 8. http://www.endodovgan.com/images/RERREF_clippedtoothlabeled.jpg.2004,arizona USA. 9. Grossman LI. Endodontic Practice, 5th ed. Philadelphia:Lea & Febiger, 1960 : 340-69. 10. Nurliza C. Reseksi akar vital pada gigi Molar rahang atas, e_USU Repository, 2004. 124 CDK-190 OK.indd 124 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 03/02/2012 13:52:42