APIKOEKTOMI Dipresentasikan pada Saresehan Ilmiah untuk Peringatan Program Pendidikan Spesialis Bedah Mulut Indonesia yang ke-35 Oleh : Lucky Riawan, drg., Sp. BM NIP. 131 567 579 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2007 Judul : Apikoektomi Penyusun : Lucky Riawan, drg., Sp.BM NIP : 131 567 579 Bandung, Januari 2007 Mengetahui, Kepala Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Tis Karasutisna, drg., Sp.BM) NIP. 130 779 427 ABSTRACT Periapical surgery (apicectomy) was the alternative technique to prevent loss anterior teeth because of the pulp lession, peroapical lession and to protected aesthetic problem. Periapical surgery treatment indicated for correcting of failed root canal treatment, removing of large lesions believed to be cysts, or the performing of singlevisit root canal treatment. Indeed, on occasion, a surgical approach is clearly indicated, but few situations exist in which surgery is required. Other modalities, such as root canal treatment or retreatment, may be preferred. However, when surgery is required, it must adhere to basic endodontic principles, that is, the assessing and obtaining of adequate debridement and obturation of the canal or canals. Root canal treatment is generally a successful procedure if the problem is accurately diagnosed and careful technique endodontic used. i ABSTRAK Salah satu upaya untuk mempertahankan kehilangan gigi anterior akibat suatu kerusakan pada jaringan pulpa dan periapikal yaitu dengan cara bedah periapikal (apikoektomi), sehingga tidak terjadi problema dalam estetik. Bedah periapikal adalah suatu prosedur pemotongan akar gigi bagian apikal yang terinfeksi dan penguretan jaringan nekrosis dan jaringan yang meradang pada daerah periapikal gigi. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kegagalan perawatan endodontik, untuk saluran akar yang bengkok, obstruksi saluran akar, pembuangan jaringan patologis. Sekalipun demikian prognosis dari tindakan bedah periapikal sangat tergantung pada prosedur perawatan endodontiknya. Bedah periapikal yang berulang-ulang tidak dapat menghilangkan sumber dari kegagalan perawatan endodontik dan akibatnya prosedur ini seringkali mengalami kegagalan meskipun prosedur pembedahan telah dilakukan dengan sebaik mungkin. Prosedur ini baru akan berhasil dengan baik bila saluran akar gigi diisi dengan baik dan benar. ii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis persiapkan untuk melengkapi syarat dalam memperoleh Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan dan hambatan yang penulis kenaikan pangkat dalam kepegawaian negeri sipil.hadapi, meskipun demikian berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini dapat terlaksana dengan baik. Akhirnya kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Ilmu Kedokteran Gigi umumnya bagi pembaca yang menaruh minat pada khususnya. Bandung, November 2008 Penulis iii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii 1. Penduhuluan 1 2. Indikasi dan Kontra Indikasi 1 3. Pemeriksaan sebelum melakukan tindakan Apikoektomi 2 4. Pemeriksaan Radiologis 3 5. Metoda Apikoektomi 3 6. Prosedur Apikoektomi 4 Instruksi Pasca Bedah 10 Komplikasi 10 KESIMPULAN 11 DAFTAR PUSTAKA 12 iv APIKOEKTOMI 1. Pendahuluan Apikoektomi adalah suatu prosedur pemotongan akar gigi bagian apikal yang terinfeksi dan penguretan jaringan nekrosis dan jaringan yang meradang pada daerah periapikal gigi (Archer,1975). Apikoektomi pertama kali dilakukan oleh Farrar dan Brophy sebelum tahun 1880 dan sejak itu terus dilakukan penyempurnaan teknik pembedahan hingga saat ini. Masa lalu apikoektomi merupakan perawatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada perawatan endodontik, sehingga sering teknik ini dilakukan berulang-ulang pada gigi yang sama sehingga menyebabkan hanya sedikit akar yang tersisa atau bahkan tidak ada akar lagi yang tertinggal. Apikoektomi yang berulang-ulang tidak dapat menghilangkan sumber dari kegagalan perawatan endodontik dan akibatnya prosedur ini seringkali mengalami kegagalan meskipun prosedur pembedahan telah dilakukan dengan sebaik mungkin. Prosedur ini baru akan berhasil dengan baik bila saluran akar gigi diisi dengan baik dan benar. Gambar : pengisian saluran akar yang berlebih 2. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi apikoektomi menurut Grossman (Archer,1975, Dym,2001) adalah : a. Kerusakan yang luas jaringan periapikal, tulang atau membran periodontal yang mengenai sepertiga atau lebih apeks akar gigi. b. Pada apeks agar gigi terdapat kista. c. Instrumen saluran akar patah pada sepertiga akar atau saluran tersumbat oleh batu pulpa dan lain-lain. d. Perforasi pada sepertiga saluran akar. 1 e. Pada gigi yang muda dimana apeks belum tertutup sempurna dan pengisian saluran akar sukar mendapatkan hasil yang baik karena saluran akar berbentuk terompet. f. Bahan pengisi saluran akar patah dan masuk ke jaringan periapikal dan merupakan suatu iritan. g. Saluran akar telah dirawat dan diisi dengan baik tetapi masih terdapat periodontitis apikalis. h. Saluran akar yang sangat melengkung dengan daerah rerefraksi. i. Resorbsi internal dan eksternal pada akar gigi. j. Overfilling pada pengisian saluran akar. k. Fraktur sepertiga apikal dengan kematian pulpa. l. m. Tidak dapat didapatkan perbenihan negative pada perawatan endodontik. Adanya kelainan pada daerah periapikal gigi yang telah memakai mahkota dowel, mahkota dan jembatan, dll. Kontraindikasi menurut Grossman : (Archer, 1975) a. Bila pemotongan ujung akar dan kuretase mengakibatkan dukungan tulang alveolar menjadi sangat berkurang. b. Gigi dengan saku periodontal yang dalam dan kegoyangan gigi yang berat. c. Terdapat periodontal abses. d. Pada daerah yang sukar dicapai karena pandangan kurang luas. e. Traumatik oklusi tidak dapat diperbaiki. a. Telah berulang kali dilakukan apikoektomi. b. Terdapat penyakit-penyakit umum yang juga merupakan kontraindikasi untuk dilakukan pembedahan. 3. Pemeriksaan sebelum melakukan tindakan Apikoektomi a. Anamnesa Hal-hal yang harus ditanyakan sewaktu mengadakan anamnesa adalah mengenai kesakitan gigi atau trauma diwaktu lalu. memberikan bayangan apakah suatu pembengkakan Pertanyaan ini disebabkan oleh neoplasma, abses, atau kista dan berapa lama terjadi pembengkakan, juga mengenai perasaan sakitnya. Kemudian apakah gigi tersebut pernah dirawat oleh dokter gigi dan berapa kali kunjungan serta apakah menderita penyakit umum lainnya. b. Pemeriksaan objektif Dilakukan inspeksi gigi yang akan dilakukan apikoektomi, seperti perkusi dan palpasi serta test kegoyangan gigi 2 4. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat secara klinis, pada roentgen dapat dilihat : a. Panjang akar gigi Pada pemeriksaan dapat diketahui apakah panjang akar memenuhi syarat untuk dilakukan apikoektomi. Pada akar pendek, tidak dapat dilakukan apikoektomi karena akar akan menjadi lebih pendek sehingga kurang memberi dukungan. b. Saluran akar gigi Saluran akar bisa dilihat apakah kecil, besar, lurus, bengkok atau ada penyumbatan pada saluran akarnya, misalnya batu pulpa pada sepertiga apikal maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan apikoektomi. Juga dapat dilihat adanya saluran tambahan pada saluran akar tersebut. c. Keadaan akar gigi Pada pemeriksaan keadaan akar gigi kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilihat adalah : akar bengkok, akar belum terbentuk sempurna, adanya eksponasi waktu melakukan “reaming” dan resorbsi akar. d. Keadaan membran periodontal Harus dilihat apakah membran periodontal sudah terkena peradangan atau belum. Apabila gambaran radiologis berbeda dengan normal, maka kemungkinan sudah terjadi suatu proses patologis. e. Kelainan-kelainan Periapikal Secara radiologist kelainan periapikal ini bisa dilihat sebagai adanya daerah “rarefaction” di daerah periapikal. Untuk itu harus dibedakan apakah itu suatu kista, granuloma atau abses. 5. Metoda Apikoektomi Ada dua metoda apikoektomi (Archer, 1975, Dym, 2001) a. Apikoektomi dengan satu tahap (one stage operation). Pada prosedur ini, preparasi biomekanis, sterilisasi, pengisian saluran akar dan tindakan apikoektomi dilakukan dalam sekali kunjungan. Cara ini dibagi dua : 1. Pengisian saluran akar pra bedah (pre-resection filling technique) 2. Pengisian saluran akar pasca bedah (post-resection filling technique) b. Apikoektomi dengan dua tahap (two stage operation) Pada prosedur ini tahap pertama dilakukan perawatan endodontik baru kemudian beberapa hari atau minggu dilakukan apikoektomi. 3 6. Prosedur Apikoektomi Ada dua tahap prosedur tindakan apikoektomi yaitu : a. Tahap perawatan endodontik Urutan tahap ini adalah (Archer, 1975) : 1) Anestesi, pada umumnya diberikan anestesi lokal. Untuk apikoektomi dengan satu tahap, anestesi diberikan pada waktu perawatan endodontik. 2) Pemasangan rubber dam. 3) Pengulasan bahan antiseptik pada gigi tersebut dan rubber dam. 4) Pembukaan ruang pulpa, pembuangan atap kamar pulpa dan perluasan ruang pulpa. Isi kamar pulpa diambil dan kamar pulpa dibersihkan. 5) Masukkan file no. 1 ke dalam saluran akar sampai menjumpai hambatan, biasanya pada daerah dentinosemental junction (kira-kira 1,5 mm dari apek gigi). Kemudian dibuat radiografi gigi tersebut dengan jarum file pada tempatnya. File dipegang dengan hemostat forceps pada ujung insisal atau ujung bonjol bukal, kemudian diambil dari saluran akar. Panjang file tersebut diukur dalam millimeter. Untuk mendapatkan panjang saluran akar yang sebenarnya dapat digunakan rumus : DS x SF = S DF DS = panjang jarum dalam saluran SF = panjang saluran dalam foto DF = panjang jarum di foto S = panjang saluran akar sebenarnya. Kemudian semua alat saluran akar disesuaikan dengan panjang sebenarnya dengan memakai stop. 6) Saluran akar dilebarkan dan diirigasi dengan hydrogen peroksida dan natrium hipokhlorit bergantian. Kemudian saluran akar dikeringkan dengan absorbent point. 7) Masukkan gutta-percha cone ke dalam saluran akar sehingga keluar 1-2 mm dari apeks gigi. Buat radiografi untuk melihat kepasannya dalam saluran akar dan kemudian gutta-percha dari dalam saluran. 4 8) Pelapisan dinding saluran akar dengan semen saluran akar dari Grossman. Gutta-percha dilapisi dengan semen dan dimasukkan ke dalam saluran akar, tarik sedikit 1-2 mm kemudian masukkan lagi berulang-ulang sebelum ditempatkan pada posisi akhir. 9) Lakukan kondensasi lateral dengan gutta-percha tambahan dengan bantuan “spreader” dan “plugger” agar pengisian dapat hermetis. Kemudian buat radiografi kembali. 10) Kelebihan gutta-percha dibagian koronal dipotong,kemudian ditutup dengan semen base. 11) “rubber dam” diangkat. Bila dilakukan pengisian saluran akar prabedah , setelah dilakukan prosedur pembedahan, sebagian gutta-percha diambil dan diisi dengan amalgam atau silver cone secara retrograde. Bila dilakukan pengisian saluran akar pasca bedah, maka daerah luka disumbat dengan kasa, saluran akar dilebarkan dan dihaluskan lalu diirigasi, dikeringkan, diisi dengan semen saluran akar kemudian diisi dengan guttapercha cone. b. Tahap pembedahan Menurut Archer urutan pembedahan adalah : (Archer,1975; Birn, 1975; Dym,2001) 1) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada rongga mulut. 2) Lakukan anestesi lokal. Gambar : Penyuntikan anestesi lokal 5 3) Tentukan pola insisi pada permukaan labial mukosa mulut, yaitu dengan menggunakan penggaris bedah yang ditempatkan pada permukaan labial gigi yang bersangkutan dengan ukuran yang mendekati panjang gigi. Kemudian dengan ujung periosteal elevator yang tumpul digambar apeks pada jaringan dan juga pola dari insisi. Gambar : Desian flap semilunar 4) Lakukan insisi semilunar dari apeks gigi sebelah mesial gigi tersebut, ke arah garis gusi dan ke apeks gigi sebelah distal. Bila terdapat kerusakan tulang yang luas lebih baik digunakan insisi trapesium. Gambar : Insisi Semilunar 6 Gambar : Insisi dilakukan pada tulang sehat Gambar : Garis insisi pada tengah-tengah papilla interdental Gambar : Alas flap lebih lebar dari puncak flap 7 5) Flap diangkat keatas dan ditahan oleh retraktor. Gambar : Flap yang dibuat adalah flap muko periosteal 6) Tulang labial dibuka dengan bur. Gambar : Pembuangan tulang dengan bur 7) Potong apeks akar dengan bur fissure, jangan lebih dari sepertiga akar. 8 Gambar : Pemotongan apeks akar dengan bur 8) Lakukan kuretase jaringan patologi hingga bersih. 9) Haluskan tepi tulang dan ujung akar. 10) Penutupan apikal gigi dengan amalgam Gambar : Penutupan apikal gigi dengan amalgam 11) Irigasi luka dengan saline steril. 12) Lakukan penjahitan. Gambar : Penutupan/penjahitan luka 9 Insrtuksi pasca bedah 1. Jangan menarik atau mengangkat bibir karena ingin melihat hasil pembedahan yang telah dilakukan. 2. Gunakan kompres es pada bagian luar bibir 20 menit tiap 1,5 jam untuk satu hari pertama setelah operasi. 3. Mulai hari kedua, kumur-kumur dengan air garam hangat tiga kali sehari (terutama setelah makan). 4. Jangan mengunyah makanan keras dengan gigi tersebut selama satu minggu. 5. Jangan menyikat daerah operasi selama satu minggu, tetapi gigi lainnya disikat seperti biasa. 6. Untuk empat hari pertama dianjurkan diet makanan lunak. 7. Pasien dianjurkan untuk kembali keesokan harinya untuk kontrol dan 5-7 hari kemudian untuk buka jahitan. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah : (Dym,2001; Petterson, 2003) 1. Perdarahan Perdarahan dapat terjadi selama operasi (perdarahan primer) atau beberapa jam sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahan sekunder). Perdarahan tersebut dapat terjadi oleh sebab lokal atau sistemik. Hal ini dapat dihindari dengan pemeriksaan yang teliti sebelum pembedahan dilakukan. Penanggulangan perdarahan setelah pembedahan adalah pertama-tama dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan gaas yang dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan luka atau pemberian coagolation promoting agent atau absorble hemostatik agent seperti gelatin sponge, thrombin, oxidized selulosa dan lain-lain. Apabila tindakan tersebut tidak dapat mengatasi perdarahan sebaiknya konsulkan ke bagian penyakit dalam. 2. Pembengkakkan Pembengkakkan biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Pembengkakkan karena trauma dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantong es atau kain dingin. 3. Rasa sakit yang berlebihan Rasa sakit yang berlebihan umumnya jarang terjadi. Untuk hal ini diberikan obat-obat analgesik, obat kumur anti septik yang hangat. 10 4. Infeksi Untuk mencegah infeksi, penderita dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat kumur antiseptik atau larutan garam. Apabila infeksi telah terjadi tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka. Diberikan pula obat antibiotik. Drainase harus dilakukan apabila terjadi proses supurasi. KESIMPULAN Apikoektomi merupakan suatu tindakan pemotongan ujung akar gigi dengan maksud agar dapat mempertahankan gigi dengan perawatan saluran akar. Dalam melakukan tindakan harus diperhatikan indikasi dan kontra indikasi. Pengetahuan anatomi dan keterampilan yang baik dari operator menjamin keberhasilan apikoektomi. 11 DAFTAR PUSTAKA 1. Archer W.H., 1975, Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed., W.B. Saunders 2. Birn H and Winther J.E., Pedoman dalam Minor Surgery. UI Press 3. Dym H., 2001, The Impacted Canine, in Atlas of Minor Oral Surgery, W.B. Saunders Co., Toronto 4. Peterson L.J., 1998, Principles of Management of Impacted Teeth in Peterson L.J., et al (editor), Conpemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed., St. Louis, Mosby Yearbook inc. 5. Peterson L.J., 2003, Contemporary Oral Maxillofacial Surgery, 4th ed., Mosby yearbook inc. 12