Perbandingan Efektivitas antara Reseksi dan TACE pada Pasien Karsinoma Hepatosellular BCLC C: Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti Oleh Dr. Julfreser Sinurat DIVISI HEPATOBILIAR DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FKUI/RSCM JUNI 2015 1 Daftar isi 1. Latar Belakang……………………………………………………1 2. Ilustrasi kasus……………………………………………………..3 3. Pertanyaan Klinis…………………………………………………4 4. Metodologi………………………………………………………..4 5. Telaah kritis………………………………………………………6 6. Hasil………………………………………………………………7 7. Diskusi…………………………………………………………...11 8. Kesimpulan………………………………………………………12 9. Daftar Pustaka……………………………………………………13 2 Latar Belakang Karsinoma Hepatoseluler (KHS) merupakan keganasan yang paling sering ke 6 di seluruh dunia, dan merupakan penyebab kematian yang semakin meningkat. Kebanyakan KHS terjadi sebagai akibat hepatitis B dan Hepatitis C. Di negara barat saat ini semakin banyak kasus KHS yang terjadi tanpa hepatitis melainkan perlemakan hati non alkoholik seiring semakin banyaknya angka obesitas dan sindrom metabolik.1,2 Diagnosis KHS saat ini semakin berkembang dengan kemajuan berbagai modalitas yang ada. Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis KHS terdiri dari radiologi, biopsi, dan serologi alfafetoprotein (AFP). Pemeriksaan Ultrasound merupakan pilihan diagnostik untuk skrining, karena cost-effective , banyak tersedia, dan aman untuk pasien. Panduan yang ada saat ini menyatakan pasien yang memiliki risiko tinggi agar dilakukan pemeriksaan USG tiap 6 bulan. Pemeriksaan radiologi dapat menegakkan diagnosis KHS tanpa biopsi jika ditemukan gambaran khas pada radiologi. Pemeriksaan radiologi ini membutuhkan pemeriksaan kontras yaitu dengan CT scan dan MRI dinamis. Gambaran yang khas berupa adanya uptake pada fase arterial diikuti wash out pada fase vena dan delayed. AFP telah lama digunakan dalam diagnosis HCC, namun data terakhir menunjukkan bahwa spesifisitasnya rendah sebagai dasar diagnosis. Pada kasus pasien dengan nodul dengan gambaran yang tidak khas pada CT Scan dan MRI harus menjalani biopsi untuk memastikan diagnosis.1,2,3 Beberapa pilihan terapi saat ini tersedia untuk pasien dengan KHS, dan dapat dikategorikan sebagai kuratif atau paliatif. 3 terapi yang potensial kuratif adalah radiofrequency ablation (RFA), Transplantasi hati, dan reseksi tumor. KHS merupakan suatu kondisi dengan heterogenisitas yang beragam serta pilihan terapi yang komplek, sehingga penangan yang optimal memerlukan tim multidisiplin. The Barcelona clinic Liver cancer staging system (BCLC) merupakan sistem staging yang paing banyak digunakan dalam menilai prognosis dan memilih terapi yang sesuai untuk HCC. Secara garis besar reseksi surgikal atau transplantasi hati merupakan terapi lini pertama pada pasien dengan HCC dini, sementara pada pasien asimptomatik dengan intermediate stage pilihannya adalah kemoembolisasi. Sementara pada pasien tahap lanjut atau dengan penyakit ekstrahepatik ekstensif, kebanyakan hanya memiliki kesintasan 3 bulan sehingga pada pasien tersebut pilihan terapi adalah mengatasi nyeri dan gejala 3 serta meningkatkan kualitas hidup. Sistem staging yang lainnya yaitu cancer of Liver Italian program, Okuda Stage, French Staging system.1,2,3 KHS lanjut (KHS BCLC C) merupakan suatu kategori penyakit yang ditentukan dengan radiologi, tampilan klinis dan parameter fungsi hati. Klasifikasi ini terdiri dari beragam kondisi pasien yang terdiri dari berbagi kondisi klinis yang berbeda beda. Terapi utama adalah sorafenib yang merupakan inhibitor multi kinase dengan efek anti proliferatif dan anti angiogenesis. Cara kerja sorafenib adalah dengan menghambat serine-threonine kinase Raf-1 dan B-Raf dan aktivitas reseptor tyrosine kinase dari vascular endothelial growth factor receptors 1, 2, dan 3 serta platelet-derived growth factor receptor B. Terapi dapat diberikan hingga terjadi progresivitas penyakit atau terjadi efek samping yang berat. Efek samping yang dapat terjadi berupa lemas, diare, hand-foot syndrome, perdarahan, hipertensi, dan hepatotoksisitas.3,4 Reseksi surgikal merupakan pilihan pertama pada HCC stadium dini tanpa sirosis atau tanpa adanya hipertensi portal. Kriteria untuk reseksi telah mengalami perubahan, dan saat ini kriterinya termasuk pada pasien dengan tumor dengan diameter kurang dari 3 cm, nilai bilirubin yang normal dan tanpa adanya hipertensi portal. Pada pasien tanpa sirosis kesintasan 5 tahun dapat dicapai pada sekitar 60-75% pasien. Pasien dengan multiple nodul merupakan kandidat yang tidak ideal untuk reseksi karena sering memiliki metastasis intrahepatik. Meskipun secara tehknik dapat dilakukan, reseksi multiple tumor harus dinilai kasus per kasus. Adanya invasi vascular akan secara signifikan menurunkan angka kesintasan dari 50% menjadi sekitar 10%. Pada pasien yang menjalani reseksi hati, sekitar 43%-65% dalam 2 tahun akan mengalami tumor yang rekuren, dan 70% akan terjadi KHS yang rekuren. Prediktor pre operasi yang dapat menggambarkan recurrent free survival adalah child-pugh, fungsi hati, derajat fibrosis, nilai bilirubin total, nilai trombosit, hipertensi portal, adanya invasi vascular baik mikroskopik maupun makroskopik, serta tumor burden ( jumlah dan ukuran tumor). Mortalitas operasi sekitar 4% hingga 4,7% , dengan sebagian besar kematian pada pasien dengan sirosis hati dan tumor burden yang besar.2,3 Aliran darah pada tumor KHS yang paling utama berasal dari arteri hepatika, hal ini yang menjadi dasar terapi pada Transarterial chemoembolization (TACE). TACE secara selektif akan mengoklusi aliran darah pada tumor dan secara bersamaan dilakukan pemberian kemoterapi dan zat radioaktif. Agen kemoterapi yang dapat digunakan berupa doksorubisim, 4 cisplatin atau epirubicin. TACE dapat menjadi pilihan terapi pada pasien yang bukan kandidat transplantasi hati atau reseksi atau dengan tumor yang terlalu besar untuk ablasi lokal. Kriteria TACE adalah fungsi hati yang masih baik, tidak ada metastasis ekstrahepatik atau invasi vaskuler. Sekitar 35-40% pasien akan mendapatkan penurunan 25% ukuran tumor setelah TACE. Pada suatu meta analisis dari 6 studi acak terkontrol didapatkan pasien yang mendapat TACE akan memiliki kesintasan yang meningkatkat 2 tahun dibandingkan pasien yang hanya mendapat terapi suportif.1,2,3 ILustrasi Kasus Pasien tn. I, Usia 49 tahun dating dengan keluhan rasa nyeri pada daerah ulu hati sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan menusuk-nusuk, hilang timbul, dan semakin lama semakin memberat. Nyeri tidak berhubungan dengan makanan dan juga tidak menjalar. Pasien juga mengeluhkan rasa begah, perut cepat kenyang, mual dan muntah disangkal. BAB dan BAK normal. Deman disangkal. Pasien juga mengeluhkan terdapat penurunan berat badan sekitar 20 kg dalam waktu 6 bulan. Tidak ada riwayat sakit kuning sebelumnya, riwayat sakit kuning pada keluarga disangkal. Pasien diketahui kencing manis sejak 1 tahun yang lalu, saat ini minum obat glimepiride 1 x 2 mg. Pada pemeriksaan fisik didaptkan pasien compos mentis, tampak sakit sedang, dengan TB; 165 cm, BB 65 Kg. konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik. Paru dan jantung dalam batas normal. Abdomen datar, lemas, bising usus normal, hepar teraba membesar 5 jari bawah prosesus xiphoideus. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb; 17,5g/dL, Leukosit 7900/ul, trombosit 225.000/uL, PT 12,6 (11,1), aPTT 46,0 (34,5), SGOT 80 U/L, SGPT 31 U/L, Gamma GT 315 U/L, alkali fosfatase 202 U/L, albumin 4,2g/dL, globulin 3,3 g/dL, Bilirubin Total 1,12 mg/dL , Bilirubin direk 0,34 mg/dL, Bilirubin indirek 0,78 mg/dL, ureum 23 mg/dL, kreatinin 0,9 mg/dL, Gula darah puasa 127 mg/dL, natrium 139 mEq/L, Kalium 4,9mEq/L. HbsAg reaktif. Hasil USG abdomen didapatkan nodul multiple di lobus hati kiri suspek hepataoma. Dari CT Scan abdomen 3 fase didapatkan lesi hipodens, batas tidak tegas yang menyangat pada fase arteri dan makin menyangat pada fase vena serta wash out pada fase delayed disegmen 2,3 dan 4 hepar dengan 5 ukuran 19,92 x 14 x 9,6 cm serta tampak thrombus vena porta dengan ukuran 2,77x 2,18 x 2,03 cm. Pada pasien ditegakkan masalah HCC BCLC C dengan cancer pain, Hepatitis B kronis, dan Diabetes mellitus Tipe 2. Pertanyaan Klinis Pada pasien dengan KHS BCLC C bagaimana perbandingan terapi reseksi dengan TACE dalam hal kesintasan? Metodologi Pencarian jurnal dilakukan dengan menggunakan mesin pencari PubMed pada tanggal 18 Juni 2015 dengan menggunakan kata kunci “((((BCLC C HCC) OR HCC with portal Vein Trombus) AND TACE) AND Resection) AND survival”.. Penapisan awal dilakukan dengan memasukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kami hanya mengikutsertakan studi pada pasien dewasa yang ditulis dalam bahasa Inggris. Penapisan berikutnya dikerjakan dengan membaca abstrak masing-masing artikel untuk menilai apakah studi tersebut menjawab pertanyaan penelitian kami. Tabel 1 . Pencarian jurnal Database Strategi pencarian Pubmed BCLC C HCC) OR HCC with portal Vein Thrombus) AND TACE) AND Resection) AND survival 6 Hits Artikel yang dipilih 46 3 46 artikel 34 artikel lengkap 12 artikel di ekslusi karena hanya berupa abstrak 31 artikel di ekslusi karena tidak menjawab pertanyaan klinis 3 artikel disertakan dalam telaah ambar 1. kritis Gambar 1. Flowchart pemilihan artikel Ketiga artikel yang dimasukkan dalam telaah klinis adalah : 1. Liu PH, Lee YH, Hsia CY, Hsu CY, Huang YH, Chiou YY, dkk. Surgical resection versul transarterial chemoembolization for hepatocellular carcinoma with portal vein thrombosis: A propensity Score analysis.2014.5 2. Liu PH, Hsia CY, Lee YH, Hsu CY, Huang YH, Su CW, dkk. Surgical resection versus transarterial chemoembolization for BCLC stage C Hepatocelluler Carcinoma. 2015.6 3. Peng ZW, Guo RP, Zhang YJ, Lin XJ, Chen MS, Lau WY. Hepatic Resection versus transcatheter Arterial chemoembolization for treatment of Hepatocelluler Carcinoma with portal vein tumor thrombus.2012.7 7 Telaah Kritis Studi tersebut kemudian ditelaah dengan menggunakan kriteria validitas dan relevansi dari Center of Evidence Based Medicine (CEBM) Kriteria Liu2014 Liu Peng 2015 2012 + + + Pemantauan yang cukup lengkap dan panjang + + + Kriteria luaran yang objektif + + + Penyesuaian untuk faktor-faktor prognostik + + - Total nilai validitas 4 4 3 Domain + + + Dampak klinis + + + Total nilai aplikabilitas 2 2 2 Sampel representatif yang jelas dan berada pada bilitas Aplika- Validitas tahap yang sama dalam perjalanan penyakit mereka Tabel 2 . Rangkuman Studi Variabel Liu 20145 Liu 20156 Peng 20127 Jumlah Peserta Total 316 326 603 TACE 108 163 402 Reseksi 108 163 201 Populasi studi BCLC C HCC Randomisasi Tidak HCC dengan thrombus vena porta Tidak HCC dengan thrombus vena porta Tidak Propensity model Ya Ya matching Primary out come Kesintasan Kesintasan Kesintasan Kesintasan SR median kesintasan 64 bulan, TACE 32 SR vs TACE 1 thn : 85% vs 76% Median kesintasan Reseksi vs TACE : 8 bulan SR vs TACE 1 thn : 84% vs 71% 3 thn: 69% vs 50% 5 thn :59% vs 35% 3 tahun :76% vs 48% 5 tahun: 54% vs 34% 20±1,8 vs 13,1±0,6 bulan Reseksi vs TACE 1 thn : 42% vs 14,1% 3 thn :11,1 vs 37,8% 5 thn: 7,3% vs 0,5% Hasil Pada studi yang dilakukan liu dkk tahun 2014, dilakukan studi kohort retrospektif dengan masa pengummpulan pasien antara tahun 2002 hingga november 2012 pada pasien-pasien KHS dengan thrombus vena porta pada Taipei Veterans General Hospital yang menjalani reseksi surgikal atau TACE sebagai terapi utama dalam tatalaksana. Dari 934 pasien, sebanyak 247 pasien menjalani terapi reseksi dan 180 pasien menjalani TACE, sisanya dengan transplantasi, RFA, PAIT/PEIT, dan tatalaksana lainnya. Dari pasien yang menjalani reseksi dan TACE dilakukan pemilihan propensity score model untuk memilih pasien yang masuk dalam studi, didapatkan pada 108 pasien pada masing-masing kelompok. Median kesintasan pasien yang menjalani reseksi 64 bulan, dibandingkan dengan TACE hanya 32 bulan. Dengan perbandingan kesintasan 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun antara pasien dengan reseksi dan TACE adalah 84 % vs 71%, 69% vs 50%, 59% vs 35%. 5 9 Gambar 2. Perbandingan kesintasan pada pasien dengan reseksi dan TACE pada seluruh pasien dan pada pasien yang dalam studi propensity model.5 Pada studi lainnya Liu dkk 2015, melakukan studi perbandingan antara reseksi dan TACE pada pasien KHS dengan BCLC C. Studi dilakukan dengan mengumpulkan data pasien pada Taipei Veterans General Hospital pada tahun 2002 hingga 2013, dengan KHS BCLC C yang menjalani reseksi dan TACE sebagai pengobatan utama. Dari studi ini didapatkan 1227 pasien dengan KHS BCLC C, dari jumlah tersebut 264 pasien menjalani reseksi, 389 menjalani TACE, sementara sisanya dengan sorafenib sebanyak 171 pasien, RFA 117 pasien, transplantasi 4 pasien, dan lain-lainy sebanyak 282 pasien. Dari pasien yang menjalani TACE dan reseksi, dengan propensity model dipilih 163 pasien pada masing-masing kelompok yang akan dimasukkan dalam studi. Selama median follow up 23±22 bulan didapatkan 47 pasien (29%) pasien pada kelompok reseksi meninggal, sementara 65 pasien (40%) pada kelompok TACE. Kesintasan pasien 1, 3, 5 tahun antara reseksi dan TACE adalah 85% vs 76%, 76% vs 48%, 54% vs 34%. 6 10 Gambar 3. Perbandingan Kesintasan pasien reseksi dan TACE pada pasien KHS BCLC C6 Studi yang dilakukan oleh Peng dkk pada tahun 2012 juga membandingkan kesintasan antara reseksi dan TACE. Studi dilakukan dengan kohort restrospektif pada pasien KHS dengan thrombus vena porta di Cancer center of the Sun Yat- sen University antara desember 2002 hingga desember 2007. Didapatkan sebanyak 201 pasien KHS dengan thrombus vena porta menjalani reseksi, dan untuk pembanding grup TACE, diambil dari 1798 pasien KHS dengan thrombus vena porta yang menjalani TACE sebagai terapi utama dengan perbandingan 1:2, dengan sistem matching. Pada penelitian ini Trombus vena porta dibagi menjadi 4 tipe yaitu Tipe I: thrombus tumor pada cabang segmental vena porta atau diatasnya, tipe II: thrombus pada vena porta kanan atau kiri, tipe III: thrombus pada vena porta utama, tipe IV : thrombus pada vena mesenterika superior . Median kesintasan pada pasien dengan reseksi adalah 20±1,8 bulan, sedangkan pada kelompok TACE adalah 13,1±0,6 bulan.7 11 Tabel 3. Perbandingan kesintasan diantara reseksi dan TACE oleh Peng dkk7 12 Diskusi Pada studi The sorafenib Hepatocelluler carcinoma Assesment Randomimized Protocol (SHARP) yang dilakukan bruix dkk, menunjukkan median kesintasan pasien KHS BCLC C yang mendapat terapi sorafenib adalah 9,7 bulan, dibandingkan 7 bulan pada yang mendapat placebo.8 Gambar 4. Kesintasan KHS BCLC C yang mendapat sorafenib atau placebo.8 Pada penelitian yang dilakukan oleh Cheng dkk, pada tahun 2009 yang menilai efikasi dan keamanan sorafenib pada pasien didaerah Asia-pasifik pada KHS lanjut, yang dilakukan pada 271 pasien dari 23 pusat kesehatan di China, Korea Selatan, serta Taiwan, didapatkan hasil median kesintasan 6,5 bulan pada pasien yang diterapi dengan sorafenib, dan hanya 4,2 bulan pada pasien yang diberikan placebo.9 Sorafenib merupakan pengobatan yang diindikasikan pada pasien-pasien dengan KHS BCLC C yang berdasarkan BCLC staging sistem menunjukkan pasien dengan performance status 1-2, terdapat thrombus vena porta, atau keterlibatan kelenjar getah bening atau terdapatnya metastasis, dengan Child Pugh A-B. Sorafenib dari berbagai studi menunjukan adanya peningkatan survival dibandingkan pasien yang mendapat placebo, dengan median survival 9 bulan. Namun melihat kategori KHS BCLC C yang sangat beragam tampilan klinisnya, beberapa 13 pusat pelayanan diluar negeri mulai melakukan tindakan seperti reseksi dan TACE pada pasien KHS BCLC C. Pada penelitian yang dilakukan Liu 2015 dan Liu 2015 menunjukkan bahwa pasien dengan KHS BCLC C dan dengan thrombus vena porta tidak hanya memiliki pilihan sorafenib, namun banyak juga yang menjalani reseksi atau TACE sebagai terapi utamanya. Pada Kedua studi ini reseksi diindikasikan pada pasien dengan tumor yang terdapat pada kurang dari 3 segmen hati, dengan Child Pugh A, dan tanpa adanya keterlibatan vena porta utama atau metastasis jauh, Sementara TACE dilakukan pada pasien yang tidak memungkinkan atau menolak reseksi, transplantasi , dengan fungsi hati yang masih baik serta tidak adanya keterlibatan vena porta utama atau metastasis jauh. Dari kedua studi diatas menunjukkan bahwa reseksi dan TACE masih dapat dilakukan secara selektif pada pasien dengan KHS BCLC C, dengan hasil reseksi memberikan kesintasan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok TACE. Namun secara umum jika dibandingkan dengan terapai sorafenib, baik reseksi maupun TACE memberikan hasil kesintasan yang lebih baik.5,6 Studi yang dilakukan Peng dkk, pada tahunn 2012 juga menunjukan bahwa reseksi dan TACE secara umum memberikan hasil kesintasan yang lebih baik dibandingkan sorafenib. Dan Reseksi dibandingkan TACE akan memberikan kesintasan yang lebih. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa lokasi terdapatnya thrombus vena porta berhubungan dengan kesintasan dengan hazard ratio (HR)=1,223;95% CI 1.035-1,445; p0,018. Dengan Trombus vena porta tipe I memiliki kesintasan yang lebih baik dibanding tipe II,III,dan IV, dan tipe II lebih baik dibanding tipe III dan IV.7 Kesimpulan KHS BCLC C merupakan suatu kondisi klinis dengan beragam tampilan klinis yang berbeda, dengan terapi paliatif sorafenib. Dengan beragamnya tampilan klinis pasien, banyak pusat pelayanan yang maju mulai melakukan reseksi dan TACE pada pasien KHS BCLC C dengan keterlibatan thrombus vena porta. Dari studi yang ditelaah didapatkan bahwa reseksi memberikan kesintasan yang lebih baik dibangkan TACE pada KHS BCLC C. Dan secara umun memberikan survival yang lebih baik dibandingkan dengan terapi sorafenib. 14 Namun data studi yang ada hanya merupakan studi kohort, sehingga penelitian randominasi terkontrol lanjutan perlu dilakukan untuk dapat mengubah panduan pelayanan saat ini. Daftar Pustaka 1. Bruix J, Sherman M. Management of Hepatocelluler Carcinoma: An Update. Hepatology 2011;53:1020-22 2. Bodzin AS, Busuttil RW. Hepatocelluler Carcinoma: Advances in Diagnosis, management, and long term outcome. Worl J hepatol 2015;7:1157-67 3. Waghray A, Murali AR, Menon KVN. Hepatocelluler carcinoma: From Diagnosis to treatment. World J Hepatol 2015; 7(8): 1020-9 4. Di Marco V, De Vita F, Koskinas J, Semela D, Toniutto p, Verslype C. Sorafenib : from Literature to Clinical Practice, Annals of Oncology 2013;24 (2):ii30-7 5. Liu PH, Lee YH, Hsia CY, Hsu CY, Huang YH, Chiou YY, et al. Surgical resection versul transarterial chemoembolization for hepatocellular carcinoma with portal vein thrombosis: A propensity Score analysis. Ann Surg oncol 2014;21:1825-33 6. Liu PH, Hsia CY, Lee YH, Hsu CY, Huang YH, Su CW,et al. Surgical resection versus transarterial chemoembolization for BCLC stage C Hepatocelluler Carcinoma. J surg. Oncol 2015;111:404-9 7. Peng ZW, Guo RP, Zhang YJ, Lin XJ, Chen MS, Lau WY. Hepatic Resection versus transcatheter Arterial chemoembolization for treatment of Hepatocelluler Carcinoma with portal vein tumor thrombus. Cancer 2012;118:4725-36 8. Bruix J, Raoul JL, Sherman M, mazzaferro V, Bolondi L, Craxi A. Efficacy and safety of Sorafenib inj patient with advanced hepatocellular carcinoma:Subanalysis of a phase III trail. Journal of hepatology 2012;57:821-29 9. Cheng AL, Kang YK, Chen Z, Tsao TJ, Qin S, Kim JS,et al. efficacy and safety of sorafenib in patients in the Asia-Pacific region with adwvanced Hepatocellular carcinoma: a phase III randomized, double blind, Placebo-control trial. Lancet oncol 2009;10:25-34 15