Pedoman Pemetaan SPIP

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP
ditugaskan untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP terhadap instansi
pemerintah. Pembinaan yang dilakukan meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi
SPIP,
pendidikan dan
pelatihan SPIP,
pembimbingan dan konsultansi SPIP, dan peningkatan kompetensi auditor aparat
pengawasan intern pemerintah.
Dalam pelaksanaan bimbingan teknis dan konsultansi sesuai mandat PP Nomor 60
Tahun 2008 untuk memenuhi permintaan suatu instansi pemerintah perlu diberikan
panduan dalam pelaksanaannya. Panduan pelaksanaan bimbingan teknis dan
konsultansi dimulai dengan pelaksanaan pemetaan/mapping/diagnostic assessment
(untuk selanjutnya akan digunakan istilah pemetaan) dengan harapan memberikan
gambaran kondisi awal penerapan SPIP pada instansi pemerintah, sehingga dapat
diberikan saran terhadap area yang memerlukan perbaikan dalam meningkatkan
derajat kematangan (maturity) SPIP suatu instansi. Oleh karena itu, agar diperoleh
kesamaan langkah dan kualitas pelaksanaan pemetaan
SPIP, maka diperlukan
suatu pedoman yang akan memberikan gambaran langkah-langkah pelaksanaan
pemetaan SPIP di suatu instansi pemerintah. Pedoman ini merupakan referensi bagi
tim
pemetaan. Dalam pelaksanaan di lapangan
tim pemetaan dapat
mengembangkan pedoman ini sesuai dengan kondisi yang dijumpai di suatu
instansi pemerintah.
B. TUJUAN PEDOMAN PEMETAAN
Tujuan pedoman pemetaan penerapan SPIP di instansi pemerintah adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan gambaran umum tentang pelaksanaan pemetaan SPIP
1
2. Memberikan
panduan bagi
tim pemetaan
dalam
melakukan persiapan
pelaksanaan pemetaan
3. Memberikan panduan dalam pelaksanaan pemetaan
4. Memberikan panduan dalam melaporkan pemetaan
C. RUANG LINGKUP PEDOMAN
Ruang Lingkup pedoman mencakup kegiatan pemetaan SPIP di lingkungan instansi
pemerintah baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah.
D. SISTEMATIKA PEDOMAN
Bab 1
PENDAHULUAN,
Bab ini memberikan gambaran tentang latar belakang, tujuan pedoman
dan ruang lingkup pedoman.
Bab 2
Gambaran Umum
Bab ini menggambarkan tentang pengertian dan tujuan pemetaan,
tahapan dan metodologi pemetaan.
Bab III
Langkah-langkah Pemetaan
Bab ini menggambarkan tentang langkah persiapan, pelaksanaan dan
pelaporan pemetaan.
Bab IV
Penutup
Bab ini memberikan kesimpulan tentang pemetaan dan hal-hal yang
memerlukan perhatian dalam pelaksanaan pemetaan.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PEMETAAN
A. Pengertian dan Tujuan
Pemetaan adalah kegiatan diagnosis yang dilakukan untuk mengetahui kondisi
awal penerapan SPIP pada suatu instansi pemerintah untuk memperoleh
gambaran area-area yang memerlukan perbaikan (area of improvement). SPIP
telah menjadi ketetapan dalam tata urutan perundangan berbentuk Peraturan
Pemerintah, artinya bukan sekedar formalitas saja, karena telah menjadi bagian
dari keinginan pemerintah untuk melengkapi peraturan pelaksana dalam
reformasi sektor keuangan. Sehingga penilaian terhadap kondisi SPIP suatu
instansi pemerintah yang selanjutnya akan menjadi dasar evaluasi, paling tidak
mencakup:

pemahaman atas SPIP,

keberadaan infrastruktur SPIP,

maupun penerapan SPIP pada suatu instansi pemerintah.
Pemahaman SPIP dalam hal ini mencakup: pemahaman SPIP secara
komprehensif dan terintegrasi atas unsur-unsur SPIP dan infrastruktur SPIP
yang terintegrasi.
Keberadaan infrastruktur mencakup antara lain: pedoman, kebijakan dan
prosedur yang terintegrasi dengan unsur-unsur SPIP lainnya, sesuai dengan
proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah terkait dengan
penyelenggaraan SPIP. Keberadaan infrastruktur tersebut harus didukung oleh
implementasi dari infrastruktur SPIP tersebut.
Penerapan SPIP di instansi pemerintah adalah proses yang berjalan dalam
menerapkan SPIP secara bertahap, mulai dari derajat pemahaman (knowing)
sampai pada kematangan penyelenggaraan (performing).
Tujuan pemetaan penerapan SPIP instansi pemerintah adalah sebagai berikut:

Mendapatkan gambaran tingkat pemahaman SPIP di suatu instansi
pemerintah.
3

Mendapatkan gambaran keberadaan infrastruktur SPIP yang terintegrasi
sesuai dengan proses bisnis dan karakteristik instansi pemerintah.

Mendapatkan gambaran kondisi penerapan SPIP instansi pemerintah.

Memberikan saran perbaikan atas kelemahan yang dijumpai dalam
penerapan SPIP di instansi pemerintah.
B. Tahapan
Tahapan pelaksanaan pemetaan merupakan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh tim pemetaan pada saat melakukan kegiatan pemetaan, yang
terdiri dari:
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap pelaporan
Keseluruhan tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
4
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan pemetaan, tim pemetaan perlu melakukan
beberapa langkah persiapan yang mencakup:
a. Penyiapan tim pemetaan dan entry meeting.
b. Pembentukan tim yang akan menjadi rekan kerja (counterpart
ounterpart).
c. Penetapan Kerangka Acuan Kerja (KAK) pemetaan.
d. Presentasi awal berupa pemaparan KAK.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan
laksanaan pemetaan dilakukan melalui langkah-langkah
langkah
sebagai
berikut:

Pemahaman proses bisnis instansi pemerintah
pemerintah.
5

Penetapan responden.

Pemberian Penjelasan dan Penyebaran Kuesioner

Tabulasi dan analisis jawaban kuesioner.

Validasi hasil kuesioner melalui proses wawancara, observasi dan atau
reviu dokumen.

Analisis lanjutan hasil wawancara, observasi dan atau reviu dokumen.

Konfirmasi kelengkapan dan kelayakan informasi.

Pendalaman Tambahan.

Analisa Menyeluruh

Penyusunan simpulan sementara.

Presentasi akhir ke Pimpinan.
3. Tahap Pelaporan
Dalam tahap pelaporan tim pemetaan melakukan penyusunan laporan hasil
pemetaan dengan menggunakan format sebagaimana terlampir.
C. Metodologi
Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan pemetaan
mencakup:

Kuesioner

Wawancara

Reviu dokumen

Observasi
6
BAB III
LANGKAH- LANGKAH PEMETAAN
Sebagaimana
diuraikan
sebelumnya,
tahap
pelaksanaan
pemetaan
sistem
pengendalian intern suatu Instansi Pemerintah meliputi:
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap pelaporan
Langkah-langkah pemetaan secara rinci mengikuti tahapan seperti yang diuraikan di
bawah ini.
A. Tahap Persiapan
1. Pembentukan Tim Pemetaan dan Entry Meeting
Pemetaan dilakukan oleh tim yang para anggotanya memahami SPIP. Tim yang
akan melakukan pemetaan ditetapkan dengan surat tugas yang dikeluarkan oleh
sekurang-kurangnya pejabat eselon 2. Besar kecilnya jumlah tim disesuaikan
dengan ukuran dan kompleksitas instansi yang akan dipetakan.
Di samping tim pemetaan, perlu ditetapkan pula petugas yang akan melakukan
fungsi quality assurance terhadap pelaksanaan pemetaan. Petugas tersebut harus
memiliki pemahaman lebih tentang SPIP dan pemetaan.
Tahapan setelah pembentukan tim pemetaan yang tidak kalah pentingnya adalah
entry meeting. Pada saat ini tim pemetaan harus berhasil menjelaskan kepada
manajemen arti penting SPIP dalam rangka mengawal tujuan yang akan dicapai
instansi pemerintah yang bersangkutan. Oleh karenanya dalam proses entry
meeting ini harus diperhatikan juga dengan siapa kita berhadapan, diupayakan ada
kesesuaian eselonering antara tim pemetaan dengan pejabat instansi pemerintah
yang didiagnosis.
7
2. Penetapan Counterpart
Agar mendapatkan hasil yang optimal dalam pelaksanaan pemetaan, diharapkan
ada peran aktif dari instansi pemerintah yang dipetakan. Untuk itu, setiap instansi
pemerintah perlu didorong untuk membentuk satuan tugas penyelenggaraan SPIP
yang akan menjadi rekan kerja (counterpart) dan pendamping tim pemetaan dalam
pelaksanaan pemetaan. Counterpart dapat terdiri dari beberapa pejabat struktural/
fungsional/ staf yang mewakili unit-unit kerja yang ada di instansi pemerintah
tersebut. Anggotanya harus telah memahami SPIP dan mempunyai motivasi tinggi
dalam melakukan perubahan.
3. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Setelah surat tugas disampaikan dan counterpart dibentuk, tahap persiapan
selanjutnya adalah menyusun kerangka acuan kerja pelaksanaan pemetaan.
Kerangka acuan kerja ini nantinya
akan disampaikan kepada pimpinan instansi
pemerintah untuk mendapat persetujuan.
Rancangan kerangka acuan kerja pemetaan paling tidak memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Latar belakang
Bagian ini antara lain menguraikan alasan perlunya pelaksanaan pemetaan.
b. Tujuan dan manfaat pemetaan
c. Ruang lingkup pemetaan.
Ruang lingkup pemetaan meliputi pemetaan pada tingkat entitas dan aktivitas.
d. Metodologi pemetaan
Metodologi yang digunakan sebagaimana diuraikan pada pedoman ini.
e. Tahapan dan jadwal waktu pemetaan.
Bagian ini menguraikan tahapan/langkah kerja yang akan diambil berikut waktu
pelaksanaannya. Lamanya pemetaan disesuaikan dengan besar kecilnya dan
kompleksitas instansi pemerintah yang dipetakan. Perencanaan waktu agar
memperhitungkan hambatan yang mungkin dihadapi.
f.
Sistematika pelaporan
Sistematika pelaporan sebagaimana diuraikan pada pedoman ini
8
g. Rencana kebutuhan sumber daya
Bagian ini menguraikan kebutuhan sumber daya, antara lain sumber daya
manusia dan dana. Pada bagian ini diuraikan pula instansi pemerintah yang
akan menanggung pembebanan kebutuhan sumber daya.
h. Susunan tim pemetaan
Susunan tim pemetaan merupakan gabungan yang terdiri dari tim fasilitator
pemetaan dan tim counterpart.
Terhadap rancangan kerangka acuan kerja pemetaan, perlu dilakukan pembahasan
bersama di antara tim fasilitator dan tim counterpart.
4. Pemaparan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Setelah
rancangan kerangka acuan kerja pemetaan disepakati di antara tim
pemetaan, selanjutnya rancangan tersebut dipaparkan kepada seluruh jajaran
manajemen dan staf kunci. Jajaran manajemen yang dimaksud disini adalah
pimpinan tertinggi dari suatu organisasi. Dalam hal pemetaan dilakukan oleh pihak
lain di luar instansi pemerintah, maka pimpinan tertinggi dari pihak yang melakukan
pemetaan maupun yang dilakukan pemetaan sangat dihimbau untuk hadir pada
saat pemaparan awal rancangan kegiatan pemetaan di suatu instansi pemerintah.
Pemaparan bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan atas rancangan kerangka
acuan kerja dan memperoleh persamaan persepsi antara tim pemetaan dengan
jajaran manajemen serta staf instansi tentang pelaksanaan pemetaan, sehingga
tujuan pemetaan dapat tercapai dengan optimal. Jika diperlukan, kerangka acuan
kerja dapat diubah sesuai dengan hasil pemaparan.
B. Tahap Pelaksanaan Pemetaan
1.
Pemahaman terhadap Instansi Pemerintah
Langkah pertama dalam tahap pelaksanaan pemetaan adalah memperoleh
pemahaman yang memadai tentang profil instansi pemerintah yang dipetakan.
Pemahaman ini akan membantu tim pemetaan mempercepat pemahaman
terhadap kondisi SPIP yang dipetakan. Informasi yang dibutuhkan untuk
9
memperoleh pemahaman tentang instansi pemerintah tersebut antara lain
meliputi:
a. Tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah
b. Struktur organisasi yang ada
c. Tujuan instansi pemerintah
Tujuan instansi pemerintah dapat tercermin dari visi yang tertuang dalam
rencana stratejik. Pemahaman terhadap tujuan instansi sangat dibutuhkan
mengingat SPIP yang efektif adalah SPIP yang dapat dihubungkan dengan
keberhasilan pencapaian tujuan instansi.
d. Kegiatan utama instansi pemerintah
e. Permasalahan yang dihadapi instansi pemerintah
f. Proses bisnis instansi pemerintah
Tim pemetaan harus memperoleh gambaran yang memadai tentang proses
bisnis instansi pemerintah dan keterkaitan antar unit kerja dalam pelaksanaan
proses bisnis tersebut. Gambaran proses bisnis dituangkan ke dalam bagan alur.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh tim pemetaan dalam kegiatan ini
adalah:

Memperoleh data dan informasi terkait proses bisnis instansi pemerintah

Menentukan
titik
kritis
pada
proses
bisnis
berdasarkan
informasi
permasalahan yang pernah terjadi sebelumnya dan atau analisis atas proses
bisnis dimaksud.

Menentukan beberapa kegiatan utama dalam proses bisnis instansi
pemerintah berdasarkan tingkat risiko.
Seluruh informasi yang dibutuhkan yang diperoleh pada tahapan ini harus
dituangkan ke dalam kertas kerja pemetaan.
2.
Penetapan Responden
Setelah memperoleh gambaran umum mengenai instasi pemerintah yang akan
dipetakan, langkah selanjutnya adalah menetapkan responden yang akan
menjadi sumber untuk penggalian informasi tentang kondisi SPIP di instansi
10
pemerintah tersebut. Pemilihan responden didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
a. Responden untuk pemetaan di kementerian/ lembaga:
1) Manajemen puncak, terdiri dari:

Pimpinan tertinggi instansi terkait.

Seluruh pejabat eselon I apabila jumlahnya tidak lebih dari 30
orang. Apabila jumlah pejabat eselon I lebih dari 30 orang,
pemilihan responden dapat dilakukan dengan cara sampel dengan
jumlah minimal 30 orang.

Seluruh pejabat eselon II apabila jumlahnya tidak lebih dari 30
orang. Apabila jumlah pejabat eselon II lebih dari 30 orang,
pemilihan responden dapat dilakukan dengan cara sampel dengan
jumlah minimal 30 orang.
2) Manajemen lini dan staf, terdiri dari:

Seluruh pejabat eselon III pada masing-masing unit eselon II.

Seluruh pejabat eselon IV pada masing-masing unit eselon II
apabila jumlahnya tidak lebih dari 30 orang. Apabila jumlah pejabat
eselon IV tersebut lebih dari 30 orang, pemilihan responden dapat
dilakukan dengan cara sampel dengan jumlah minimal 30 orang
dan dengan memperhatikan keterwakilan.

Staf dengan jumlah sampel minimal 30 orang pada masing-masing
unit eselon II dan dengan memperhatikan keterwakilan setiap
kelompok. Apabila jumlah staf yang ada kurang dari 30 orang,
maka respondennya adalah seluruh staf yang ada.
3) Inspektorat Jenderal:
Responden adalah unit yang bertanggungjawab melakukan pengawasan
atas instansi pemerintah yang dipetakan.
b. Responden untuk pemetaan di pemerintah daerah:
1) Manajemen puncak, terdiri dari:

Pimpinan tertinggi instansi terkait.
11

Seluruh pejabat eselon II apabila jumlahnya tidak lebih dari 30
orang. Apabila jumlah pejabat eselon II lebih dari 30 orang,
pemilihan responden dapat dilakukan dengan cara sampel dengan
jumlah minimal 30 orang.
2) Manajemen lini dan staf, terdiri dari:

Seluruh pejabat eselon III pada masing-masing unit eselon II.

Seluruh pejabat eselon IV pada masing-masing unit eselon II
apabila jumlahnya tidak lebih dari 30 orang. Apabila jumlah pejabat
eselon IV tersebut lebih dari 30 orang, pemilihan responden dapat
dilakukan dengan cara sampel dengan jumlah minimal 30 orang
dan dengan memperhatikan keterwakilan.

Staf dengan jumlah sampel minimal 30 orang pada masing-masing
unit eselon II dan dengan memperhatikan keterwakilan setiap
kelompok. Apabila jumlah staf yang ada kurang dari 30 orang,
maka respondennya adalah seluruh staf yang ada.
3) Inspektorat:
Responden adalah unit yang bertanggungjawab melakukan pengawasan
atas instansi pemerintah yang dipetakan.
Apa yang dimaksud dengan keterwakilan, adalah terwakilinya masing-masing
kelompok jumlah sampel dalam memenuhi syarat untuk mengambil kesimpulan
populasi. Apabila jumlah staf yang ada kurang dari 30 orang, maka
respondennya adalah seluruh staf yang ada. Untuk sampel yang diambil dari
eselon III dan staf adalah sampel dari eselon II yang juga telah menjadi
responden.
Untuk kegiatan pemetaan yang dilakukan pada instansi pemerintah dengan
tingkatan eselon yang lebih rendah dari yang diuraikan di atas, pemilihan
responden dilakukan dengan cara yang sama.
3. Pemberian Penjelasan dan Penyebaran Kuesioner
Setelah responden ditentukan, tahap berikutnya adalah memberikan penjelasan
secara memadai tentang hal-hal penting terkait pemetaan yang akan
12
dilaksanakan. Penjelasan yang harus diberikan juga meliputi penjelasan atas
kuesioner yang akan dibagikan dan diisi oleh responden. Maksud dari pemberian
penjelasan adalah untuk menghindarkan responden dari ketidakpahaman akan
tujuan pemetaan dan ketidakpahaman dalam mengisi kuesioner. Pemberian
penjelasan kepada responden dapat dilakukan secara bersamaan pada suatu
tempat dan pada waktu yang sama atau dengan cara mendatangi mereka satu
persatu. Cara yang akan ditempuh dalam memberikan penjelasan disesuaikan
dengan kondisi yang dihadapi tim pemetaan.
Setelah tim pemetaan memberikan penjelasan, kuesioner disampaikan kepada
responden untuk diisi. Pengisian dan pengembalian kuesioner yang telah terisi
diupayakan sesegera mungkin.
Setiap kelompok responden mendapat jenis kuesioner tersendiri. Sehingga
terdapat 3 (tiga) jenis kuesioner untuk 3 (tiga) kelompok responden. Kuesioner
untuk eselon I dan II sebagaimana terdapat dalam lampiran 1. Kuesioner untuk
eselon III dan staf sebagaimana terdapat dalam lampiran 2. Kuesioner untuk
inspektorat sebagaimana terdapat dalam lampiran 3. Kuesioner dan tata cara
pengisian
serta penggunaan
kuesioner,
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan dari pedoman ini.
4. Tabulasi dan Analisis Jawaban Kuesioner
Jawaban atas kuesioner yang telah dikumpulkan, ditabulasi, kemudian dianalisis.
Analisis dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Memetakan tingkat pemahaman responden (Pimpinan/Eselon I dan II;
Eselon III/Staff; Internal Auditor) terhadap konsep SPIP dan tingkat
penerapan SPIP pada unit kerja responden.

Data yang digunakan adalah hasil tabulasi terhadap pertanyaan persepsi
pemetaan yang telah ditabulasi

Pemetaan kuesioner persepsi pemetaan SPIP dilakukan dalam 4 tingkatan
(level), yakni:
Tingkat 1
: Menggambarkan bahwa responden belum memahami atau
belum menerapkan SPIP di lingkungan unit organisasi.
13
Tingkat 2
: Menggambarkan bahwa responden baru mulai memahami atau
baru mulai menerapkan SPIP di unit kerjanya.
Tingkat 3
: Menggambarkan bahwa pemahaman atau penerapan SPIP di
lingkungan unit organisasi, sudah memadai.
Tingkat 4
: Menggambarkan bahwa pemahaman atau penerapan SPIP di
lingkungan unit organisasi, sudah sangat baik.
Bentuk peta dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
Pemahaman
Tingkat 4
Tingkat 3
Tingkat 2
Tingkat1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Penerapan
Langkah yang dilakukan untuk menghasilkan peta tersebut di atas
terdapat dalam lampiran 4.
5. Validasi hasil kuesioner melalui proses wawancara, observasi dan atau
reviu dokumen
Validasi dilakukan berdasarkan hasil analisis jawaban atas pertanyaan persepsi
dan identifikasi kelemahannya (red flag).
Alat validasi yang digunakan adalah :
-
Kuesioner Eselon III dan Staff
-
Parameter validasi (87 parameter) lihat lampiran 5
Validasi dilakukan terhadap kelengkapan informasi dan keberadaan infrastruktur,
dilakukan dengan langkah berikut:

Bandingkan jawaban mayoritas responden dengan parameter terkait yang
ada dalam Formulir Parameter Validasi (87 parameter).
14

Berikan tanda informasi mana saja dalam parameter validasi yang belum
dapat diperoleh dari jawaban responden.

Informasi yang belum diperoleh akan digali melalui langkah berikutnya.

Hubungan antara kuesioner dengan parameter validasi dapat dilihat
dengan memperhatikan tanda asterix (*) pada parameter validasi.
Menggali informasi hasil validasi merupakan kegiatan pengambilan data
tambahan setelah dilakukannya validasi antara kuesioner persepsi pemetaan
dengan parameter pemetaan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara, antara lain:

Wawancara

Observasi

Reviu dokumen
Penggunaan alat untuk menggali informasi hasil validasi sepenuhnya bergantung
pada tim.
Penggalian informasi dilakukan sebagai berikut:
a. Menggali informasi lebih lanjut atas indikasi kelemahan. Hal ini dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:

Pilih responden yang akan diwawancara berdasarkan jawaban yang berbeda.
Kecukupan jumlah responden ditentukan oleh tim.

Gali lebih lanjut informasi penyebab kelemahan dan masukan responden.

Bila perlu, lakukan observasi lapangan dan reviu dokumen.
b. Menggali informasi lebih lanjut atas kelengkapan informasi dan keberadaan
infrastruktur, dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
 Pilih
responden
yang
akan
diwawancara
berdasarkan
kelompok
responden (Eselon I, II, III, dan staff).
 Lakukan wawancara untuk mengidentifikasi keberadaan infrastruktur
berdasarkan parameter validasi yang informasinya belum terpenuhi.
 Bila informasi dari jawaban responden atas kuesioner belum memadai,
lakukan observasi atau penelitian dokumen sesuai kebutuhan.
15
6. Analisis Lanjutan hasil wawancara, observasi dan atau reviu dokumen
Analisis lanjutan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tim pemetaan
berdasarkan informasi tambahan yang diperoleh dari informasi setelah dilakukan
validasi kuesioner pemetaan dengan parameter pemetaan.
Analisis lanjutan ini diharapkan akan menghasilkan informasi tentang simpulan
kondisi SPIP pada instansi yang dipetakan untuk masing-masing unsur dengan
rincian sebagai berikut:

Keberadaan
kondisi
lingkungan
pengendalian
untuk
menunjang
pencapaian tujuan organisasi

Proses penilaian risiko yang telah dilakukan oleh instansi tersebut

Kegiatan pengendalian yang ada – menginventasir apa saja kegiatan
pengendalian yang dimiliki dan upaya yang telah dilakukan (dalam hal ini
mengaitkannya dengan penilaian risiko)

informasi dan komunikasi dalam menunjang pelaksanaan tugas dan
fungsi serta SPIP

efektivitas
pemantauan
sistem
pengendalian
intern
yang
ada
(eksisting)
Pada analisis lanjutan ini diharapkan diharapkan dapat mengambil simpulan
terkait dengan:
a. Area of improvement (AOI) dari tiap parameter SPIP
Simpulan dari tiap parameter akan menghasilkan informasi terkait AOI, baik
yang
terkait
dengan
keberadaan
infrastruktur
maupun
efektivitas
penerapannya.
Berikut ini diberikan contoh penyusunan simpulan AOI tiap parameter, dari
hasil pengumpulan data di bawah ini.
16
Parameter Validasi
Instansi telah melaksanakan kebijakan dan prosedur
pembinaan SDM, sejak rekrutmen
sampai dengan
pemberhentian
mengutamakan
pegawai,
yang
kompetensi, etika dan integritas,
serta mendorong
tercapainya kinerja.
Jenis Dokumen
Hasil
Dokumen formasi berbasis kompetensi/jabatan,
SOP Penerimaan Pegawai / rekrutmen
Uraian Jabatan
SOP pengelolaan pegawai (promosi, mutasi,
remunerasi, dll)
- Panduan, penilaian, dan pelatihan
- SK pemberhentian
-
Reviu Telah ada SK Menteri/Kepala LPNK dan Pedoman
Dokumen
dimaksud
Hasil Wawancara
Tiga
dari
lima
responden
menyatakan
tidak
mengetahui adanya penilaian kinerja individu dan
merasa bahwa mutasi/promosi
tidak berdasarkan
kinerja
Pengujian lanjutan dengan meminta dokumen, secara sampling, terkait dengan
SK mutasi dan remunerasi dikaitkan dengan hasil penilaian kinerja pegawai.
Simpulan atas hasil pengumpulan data tersebut adalah bahwa dari sisi
keberadaan infrastruktur telah terdapat peraturan dan prosedur baku mengenai:
promosi, remunerasi dan pemindahan yang dikaitkan dengan penilaian kinerja.
Namun demikian, dari sisi penerapannya masih kurang efektif sebagaimana
terlihat belum seluruh promosi dan remunerasi dikaitkan dengan kinerja.
Terhadap hal ini akan disarankan rekomendasi untuk menginternalisasikan
kebijakan promosi dan remunerasi.
b. Simpulan penerapan SPIP per unsur
Dengan memperhatikan keterkaitan antar sub unsur dalam satu unsur yang
sama (sebagaimana tertuang pada kolom parameter terkait dalam lampiran 5),
assessor dapat menyusun simpulan penerapan suatu unsur tertentu.
17
Contoh penyusunan simpulan penerapan unsur lingkungan pengendalian.
Dari hasil pengumpulan data terkait keberadaan dan implementasi kebijakan dan
prosedur terkait unsur pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang
tepat,
disimpulkan
bahwa
meski
sudah
ada
infrastruktur
namun
impelementasinya masih belum efektif.
Simpulan tersebut harus dikaitkan dengan hasil pengumpulan data terkait
dengan penerapan pada sub unsur lain yang terkait, seperti:
1) Sub unsur struktur organisasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan,
sehingga pembatasan akses yang akan dilakukan telah memperhatikan
struktur organisasi secara tepat
2) Sub unsur komitmen pada kompetensi, agar delegasi wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai telah memperhatikan
kompetensi pegawai yang ditunjuk
3) Sub unsur penegakan integritas dan nilai etika, agar tidak ada
penyalahgunaan wewenang oleh petugas yang memiliki akses
Jika hasil pengumpulan data terkait ketiga sub unsur lainnya menunjukkan
kondisi-kondisi sebagai berikut:

telah ada struktur organisasi untuk mengelola organisasi

hasil pengumpulan data terkait komitmen pada kompetensi menunjukkan
bahwa belum ada uraian jabatan dan standar kompetensi yang diperlukan
untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab tersebut.

aturan perilaku juga tidak ditegakkan dengan banyaknya pejabat yang
melalaikan tanggung jawabnya tanpa dikenakan sanksi.
Tim assessor dapat menyimpulkan bahwa, secara keseluruhan, penerapan
unsur lingkungan pengendalian belum memadai.
7. Konfirmasi kelengkapan dan kelayakan Informasi
Setelah dilakukan analisis lanjutan atas hasil kuesioner, wawancara dan reviu
dokumen, maka langkah berikutnya adalah melakukan konfirmasi kelengkapan
dan kelayakan informasi. Tujuan langkah ini adalah memberikan keyakinan
18
kepada tim pemetaan bahwa masing-masing butir/hal penting yang ditanyakan
dalam kuesioner telah memadai dari sisi kelengkapan dan kelayakan informasi
sebagai bahan dasar fasilitator dalam melakukan analisis secara menyeluruh.
Pada tahap ini, tim pemetaan memastikan kelengkapan dan kelayakan
informasi dengan bentuk pertanyaan YA dan TIDAK, sebagai filter untuk
penentuan langkah yang harus dilakukan selanjutnya.
Apabila jawaban atas pertanyaan tersebut adalah YA, yang berarti informasi
sudah lengkap dan layak untuk ditarik simpulan khusus atas butir/hal penting
yang termuat dalam kuesioner, maka langkah berikutnya adalah analisis
secara menyeluruh atas seluruh kuesioner.
Informasi yang dianggap lengkap dan layak untuk dibuat simpulan secara
keseluruhan, memenuhi beberapa kriteria antara lain sebagai berikut:
a) Efektivitas SPI – tercapainya 4 tujuan SPIP yaitu
1) Tercapainya organisasi secara efisien dan efektif
2) Keandalan pelaporan keuangan organisasi
3) Organisasi yang dapat mengamankan aset negara
4) Ketaatan organisasi terhadap peraturan perundang-undangan
b) Profil risiko
Informasi yang lengkap dan layak untuk disimpulkan apabila organisasi
memiliki profil atau peta risiko yang pada intinya menggambarkan risikorisiko yang dihadapi organisasi baik risiko tinggi, sedang maupun rendah.
c) Kecukupan kegiatan pengendalian untuk meminimalkan risiko pencapaian
tujuan
Kegiatan pengendalian organisasi mampu mencerminkan kegiatan yang
crucial untuk mengantisipasi sekaligus mengelola risiko yang dihadapi
organisasi.
d) Informasi dan komunikasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
19
Tim pemetaan meyakini informasi yang lengkap apabila menggambarkan
efektivitas informasi dan komunikasi dalam proses pengambilan keputusan.
e) Pemantauan atas berjalannya SPIP
Informasi yang dinyatakan lengkap dan layak apabila tergambar efektivitas
proses pemantauan atas berjalannya SPIP dalam suatu organisasi.
Apabila jawaban atas pertanyaan mengenai kelengkapan dan kelayakan
informasi adalah TIDAK, maka guna memperoleh keyakinan yang memadai,
tim pemetaan melakukan langkah pendalaman tambahan. Pada intinya,
pendalaman tambahan dilakukan oleh tim pemetaan untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa informasi telah lengkap dan layak untuk
diambil
kesimpulan
atas
kondisi
penerapan
SPIP
organisasi
secara
menyeluruh.
8. Pendalaman Tambahan
Pada saat dilakukan langkah konfirmasi kelengkapan dan kelayakan informasi,
jika tim pemetaan belum mendapatkan keyakinan yang memadai, maka
langkah pemetaan berikutnya adalah melakukan Pendalaman Tambahan.
Berikut ini adalah petunjuk bagi tim pemetaan dalam melakukan Pendalaman
Tambahan.
Pendalaman tambahan untuk memperoleh informasi tersebut dapat diperoleh
melalui wawancara atau reviu dokumen. Penggunaan metode pengumpulan
data tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Wawancara
(1)
Contoh pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

Bagaimana pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja atau Rencana Kerja Tahunan (terkait dengan
efisiensi dan efektivitas operasi)?
20

Bagaimana kondisi pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
khususnya terkait dengan pengamanan aset? Apakah banyak
terjadi kehilangan/pencurian atau ketidakjelasan status?

Apa opini BPK atas Laporan Keuangan? Apa penyebabnya?

Seberapa banyak temuan auditor terkait dengan kepatuhan atas
peraturan perundang-undangan? Apa penyebabnya?

Apakah instansi anda memiliki profil atau peta risiko?

Apa saja kegiatan pengendalian yang telah dilakukan oleh
organisasi? Di tingkat entitas dan kegiatan?

Bagaimana tingkat kecukupan kegiatan pengendalian yang ada
untuk meminimalkan risiko tersebut di atas?

Bagaimana tingkat ketersediaan informasi internal dan eksternal
dalam pengambilan keputusan untuk melaksanakan tugas dan
fungsi?

Bagaimana efektivitas komunikasi top-down, bottom up, dan
lintas bagian di internal organisasi?

Bagaimana peran komunikasi eksternal dalam menunjang
pelaksanaan
tugas
dan
fungsi
serta
pencapaian
tujuan
organisasi?

Bagaimana efektivitas pelaksanaan pemantauan berkelanjutan?

Apa peran dari internal auditor/APIP?

Bagaimana
prosentase
pelaksanaan
tindak
lanjut
atas
rekomendasi hasil audit atau evaluasi?
(2)
Wawancara dilakukan terhadap beberapa pejabat kunci yang
paling mengetahui kondisi SPIP di organisasinya.
(3)
Pewawancara mengajukan pertanyaan sesuai dengan yang tertulis
dalam lembar pertanyaan kemudian mencatat jawaban responden
21
secara singkat dan lengkap atau pewawancara dapat merekam
jawaban responden tersebut.
(4)
Pada akhir wawancara, responden dipersilahkan membaca resume
jawaban dan apabila ada ketidaktepatan kalimat atau istilah dapat
segera diperbaiki, sedangkan bila pewawancara melakukan
perekaman,
maka
hasil
rekaman
tersebut
segera
ditranskrip/dibuatkan resumenya untuk dimintakan klarifikasinya.
(5)
Selanjutnya pada dokumen wawancara ditutup dengan tanda
tangan responden sebagai tanda persetujuan atas isi atau kalimat
jawaban.
b) Reviu dokumen
Jika hasil wawancara belum memberikan keyakinan yang memadai bagi tim
pemetaan atas simpulan menyeluruh tentang kondisi SPIP, maka tim dapat
meminta dan melakukan reviu atas dokumen terkait dengan pertanyaanpertanyaan tersebut di atas.
Hasil pendalaman tambahan digunakan untuk bahan analisis secara
menyeluruh di langkah selanjutnya.
9. Analisis Secara Menyeluruh
Setelah langkah pendalaman tambahan, tim pemetaan melakukan analisis
secara menyeluruh yang membuat suatu benang merah yaitu keterkaitan antar
sub unsur dalam satu unsur yang sama, maupun keterkaitan antara unsur
SPIP yang satu dengan unsur lainnya. Langkah ini membantu tim pemetaan
dalam menyusun simpulan penerapan tentang keterkaitan dan keintegrasian
penerapan SPIP dalam organisasi tersebut.
Berikut ini adalah contoh penyusunan simpulan keintegrasian penerapan SPIP:
Diasumsikan bila pada suatu instansi pemerintah, telah dilakukan identifikasi
dan analisis risiko dengan memadai dan diketahui terdapat risiko kehilangan
server computer dan database yang ada di dalamnya, yang berpotensi
menghambat pencapaian tujuan instansi pemerintah. Berdasarkan hasil
22
penilaian risiko, diketahui bahwa risiko tersebut menduduki ranking tinggi untuk
mendapatkan prioritas penanganan.
Untuk meminimalkan risiko kehilangan sumber daya tersebut, instansi
pemerintah dapat menerapkan kegiatan pengendalian berupa pembatasan
akses atas sumber daya. Berdasarkan hasil pengumpulan data terkait
keberadaan dan implementasi kebijakan dan prosedur terkait pembatasan
akses atas sumber daya, dapat disimpulkan bahwa meskipun organisasi
sudah memiliki infrastruktur, namun impelementasinya masih belum efektif.
Simpulan tersebut harus didukung dengan hasil pengumpulan data terkait
dengan penerapan pada unsur lain yang terkait, seperti:
a) Unsur lingkungan pengendalian terkait struktur organisasi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan, sehingga pembatasan akses yang akan dilakukan telah
memperhatikan struktur organisasi secara tepat.
b) Unsur lingkungan pengendalian terkait pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab yang tepat, agar pembatasan akses dapat dilakukan
secara berjenjang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.
c) Unsur lingkungan pengendalian terkait komitmen pada kompetensi, agar
delegasi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai
telah memperhatikan kompetensi pegawai yang ditunjuk.
d) Unsur lingkungan pengendalian terkait penegakan integritas dan nilai etika,
agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh petugas yang memiliki
akses.
e) Unsur kegiatan pengendalian terkait dengan akuntabilitas sumber daya dan
pencatatannya, pembatasan sumber daya perlu dinilai pertanggungjawaban
dan akuntabilitasnya.
f) Unsur Informasi dan komunikasi terkait dengan komunikasi internal, untuk
mengkomunikasikan informasi atas efektivitas pembatasan akses.
g) Unsur pemantauan terkait dengan pemantauan berkelanjutan, untuk
memastikan bahwa pimpinan atau atasan telah memberikan pengarahan
agar pembatasan akses dapat berjalan dengan efektif.
23
Jika hasil pengumpulan dan analisis data terhadap implementasi dari ketujuh
hal tersebut, menunjukkan adanya kelemahan maka, tim assessor dapat
menyimpulkan bahwa :
a) belum terjadi keintegrasian sistem pengendalian intern dalam instansi
pemerintah tersebut, jika kelemahan terkait dengan ketiadaan infrastruktur
(kebijakan dan prosedur), atau
b) sistem pengendalian intern telah terintegrasi namun penerapannya belum
memadai
Berdasarkan
simpulan-simpulan
tersebut
di
atas,
selanjutnya
disusun
rekomendasi yang tepat dan dapat ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah
tersebut. Rekomendasi untuk membangun infrastruktur disarankan atas
simpulan point a dan rekomendasi untuk menginternalisasi kebijakan dan
prosedur yang masih lemah atas simpulan point b.
Hal tersebut adalah contoh, namun pada hakekatnya tim pemetaan di dalam
melakukan langkah analisis secara menyeluruh ini harus menemukan benang
merah yang mengaitkan antara unsur SPIP satu dengan unsur SPIP lainnya.
Sebagai gambaran misalnya kelemahan beberapa sub unsur dalam unsur
lingkungan pengendalian (penegakan integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, dan kepemimpinan yang kondusif) dapat mempengaruhi
peta risiko dalam pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan kondisi
lingkungan pengendalian dan peta risiko tersebut, derajat/kedalaman kegiatan
pengendalian harus dilihat bagaimana tingkat kesesuaiannya dengan kondisi
lingkungan pengendalian dan peta risiko organisasi tersebut.
Dalam melakukan analisis secara menyeluruh, terkait unsur informasi dan
komunikasi, tim pemetaan harus dapat melihat efektivitas penerapan informasi
dan komunikasi dalam proses pengambilan keputusan secara umum maupun
terkait efektivitas pencapaian tujuan. Pertanyaan yang mengarahkan seperti
apakah selama ini sering terdapat permasalahan informasi dan komunikasi
akan membantu tim pemetaan dalam menangkap sinyalemen tidak lancarnya
informasi dan komunikasi dalam organisasi.
24
Terkait unsur pemantauan, tim pemetaan mengaitkan unsur pemantauan ini
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Gambaran kondisi/potret 4 unsur SPIP
lainnya akan berpengaruh terhadap efektivitas pemantauan, juga merupakan
bagian dari benang merah/keterkaitan yang perlu dilihat oleh tim pemetaan.
Jadi analisis secara menyeluruh berupaya memberikan gambaran penerapan
SPIP tidak hanya per unsur, namun memberikan gambaran penerapan SPIP
dalam organisasi tersebut secara keseluruhan.
10. Simpulan Sementara
Setelah dilakukan analisis secara menyeluruh, maka tim pemetaan membuat
simpulan sementara yang terdiri dari 2 bagian pokok sebagai berikut:
a) Simpulan kondisi SPIP organisasi per unsur
Simpulan kondisi organisasi menurut masing-masing unsur SPIP (5 unsur)
disampaikan sesuai hasil analisis lanjutan, yang sudah dilakukan di langkah
sebelumnya (langkah ke-6 huruf b)
b) Simpulan kondisi SPIP organisasi secara menyeluruh.
Simpulan kondisi organisasi secara menyeluruh disampaikan sesuai hasil
analisis secara menyeluruh, yang sudah dilakukan di langkah sebelumnya
(langkah ke-9).
Muatan atau content yang disajikan dalam simpulan sementara adalah bahan
dasar untuk laporan hasil pemetaan penerapan SPIP dengan perbaikan dan
penyempurnaan setelah dipresentasikan kepada pimpinan organisasi.
11. Presentasi Akhir ke Pimpinan
Setelah dilakukan penyusunan simpulan sementara, maka selanjutnya tim
pemetaan
melakukan
presentasi
akhir
ke
pimpinan
instansi
(Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah). Beberapa panduan bagi tim
pemetaan dalam melakukan presentasi akhir adalah sebagai berikut:
a) Presentasi akhir ini merupakan validasi akhir atas simpulan sementara hasil
pemetaan yang sudah dilakukan.
25
b) Tim pemetaan harus memastikan simpulan sementara sudah selesai untuk
dibagikan kepada pimpinan instansi
c) Menyusun bahan pemaparan dengan isi antara lain:
1) Simpulan sementara
2) Saran
3) Kendala dan keterbatasan pemetaan (jika ada)
4) Hal terkait lainnya (jika ada)
d) Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Mengadakan perjanjian terlebih dahulu dengan pimpinan instansi,
mengingat kesibukan pimpinan.
2) Memberikan pemaparan sesuai dengan teknis pemaparan yang baik
3) Memberikan kesempatan kepada pihak yang dilakukan pemetaan
untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut tentang hasil pemetaan
yang telah dilakukan.
C. Penyusunan Laporan
Setelah semua tahap pemetaan dilakukan, maka bagian akhir adalah menyusun
Laporan Hasil Pemetaan berdasarkan hasil simpulan sementara yang diperkaya dan
diperbaiki berdasarkan hasil presentasi akhir yang sudah dilakukan kepada
pimpinan instansi. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban atas telah
selesainya pelaksanaan tugas. Laporan pada dasarnya dapat berbentuk pendek
(bentuk surat) atau panjang (bentuk BAB). Bentuk pilihan laporan disesuaikan
dengan kebutuhan informasi yang akan disampaikan.
Pilihan bentuk laporan tidak mengurangi substansi minimal yang harus dirmuat
dalam laporan yaitu menggambarkan secara ringkas, jelas dan lengkap mengenai
kegiatan yang telah dilakukan, kesimpulan dan saran yang perlu disampaikan.
Format dan isi laporan yang diuraikan di bawah ini terutama adalah untuk laporan
yang disusun dalam bentuk BAB.
Bab ini memberikan petunjuk penyusunan
laporan sebagai acuan bagi tim pemetaan, sehingga laporan dapat memberikan
informasi yang memadai kepada pembaca dengan tepat waktu dan tepat sasaran.
26
Selain itu, pedoman dimaksudkan untuk keseragaman bentuk laporan guna
menjaga konsistensi dan keterbandingan antar laporan.
1. Format laporan
Format laporan yang menjadi pedoman penyusunan laporan disajikan secara
terpisah dalam lampiran 6 pedoman pemetaan ini. Pada dasarnya laporan hasil
pemetaan memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Kondisi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada
tingkat entitas yang diuraikan berdasarkan unsur-unsur SPIP, yang isinya
sebagai berikut
1) Lingkungan Pengendalian
Tim Pemetaan memberikan gambaran/potret kondisi SPIP terkait unsur
lingkungan pengendalian yang pada intinya memuat kondisi/atmosfir
organisasi dikaitkan secara kontekstual kepada pencapaian tujuan
organisasi antara lain:

Kecocokan struktur organisasi dengan tujuan organisasi

Kecocokan gaya kepemimpinan organisasi dengan tujuan organisasi

Komitmen pimpinan organisasi terhadap kompetensi
2) Penilaian Risiko
Tim Pemetaan memberikan gambaran kondisi organisasi terkait unsur
penilaian risiko yang intinya adalah bagaimana kepedulian organisasi
terhadap risiko yang dihadapi, yang memuat pokok-pokok sebagai berikut:

Identifikasi risiko dikaitkan dengan pencapaian tujuan organisasi

Kondisi organisasi dalam melakukan analisis risiko
3) Kegiatan Pengendalian
Tim Pemetaan memberikan gambaran kondisi organisasi terkait unsur
kegiatan pengendalian. terdiri dari 11 sub unsur. Penilaian berdasarkan
potret ke-11 unsur kegiatan pengendalian, walaupun belum dikaitkan
27
dengan risiko pencapaian tujuan (akan diuraikan di poin b, simpulan
kondisi SPIP organisasi secara keseluruhan.
4) Informasi dan komunikasi
Tim Pemetaan memberikan gambaran kondisi organisasi terkait unsur
informasi dan komunikasi yang intinya adalah bagaimana efektivitas
informasi dan komunikasi dalam organisasi dalam mendukung proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
organisasi.
5) Pemantauan
Tim Pemetaan memberikan gambaran kondisi organisasi terkait unsur
pemantauan. Gambaran tersebut berisikan efektivitas proses pemantauan
dalam organisasi dalam baik dari aspek pemantauan berkelanjutan atau
ongoing monitoring maupun aspek evaluasi secara terpisah atau separate
evaluation.
b. Simpulan Kondisi SPIP instansi/organisasi secara keseluruhan
Tim
Pemetaan
membuat
simpulan
kondisi
SPIP
organisasi
secara
keseluruhan dengan membuat keterkaitan/hubungan antara unsur satu
dengan unsur lainnya.
2. Distribusi laporan
Agar Laporan Hasil Pemetaan Penerapan SPIP mempunyai manfaat, distribusi
Laporan Hasil Pemetaan Penerapan SPIP harus disampaikan secara tepat
alamat dan tepat waktu. Oleh karena itu, laporan harus disusun segera setelah
kegiatan pemetaan selesai dilaksanakan dan disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan. Selain itu, laporan akan memberikan masukan yang tepat dalam
pengambilan keputusan apabila laporan disampaikan kepada pihak-pihak yang
terkait secara tepat waktu. Oleh karena itu, Laporan Hasil Pemetaan Penerapan
SPIP yang disusun oleh BPKP sebaiknya didistribusikan, antara lain kepada:
a.
Pimpinan Instansi Pemerintah (Kementrian/Lembaga/Pemda)
28
b.
Bila pemetaan dilakukan pada Intansi setingkat satker, laporan
ditembuskan kepada Menteri/ kepala/ Ketua/ Gubernur atau Pimpinan
lainnya sebagai atasan langsung pimpinan satker.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan pemetaan merupakan kegiatan untuk memotret kondisi awal
penerapan SPIP di suatu instansi pemerintah dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran area-area yang memerlukan perbaikan. Dalam
melalukan pemotretan kondisi penerapan SPIP ini harus disesuaikan dengan
proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah. Oleh karena itu,
hasil pemetaan SPIP akan memberikan gambaran kerangka pengembangan
SPIP di suatu instansi pemerintah yang belum tentu sama dengan instansi
pemerintah lainnya.
Dalam pelaksanaan pemetaan perlu dilakukan penyamaan langkah setiap
tim pemetaan untuk menjaga kualitas
pelaksanaan dan hasil pemetaan.
Terdapat tiga tahapan yang harus diikuti oleh tim pemetaan yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Selanjutnya hasil pemetaan yang
memberikan gambaran area-area yang memerlukan perbaikan dalam
penerapan SPIP tersebut akan digunakan untuk pelaksanaan bimbingan
teknis. Yang patut diingat adalah penerapan SPIP bukan sekedar formalitas
saja yang hanya memperhatikan keberadaan infrastruktur, namun lebih ke
implementasi SPIP tersebut.
B. Lain-lain

Penetapan unit kerja yang akan dilakukan pemetaan SPIP yaitu satu
entitas dan satu tingkatan kegiatan.

Setiap tim pemetaan harus mengikuti secara seksama setiap langkah
dalam tahapan pemetaan.

Keterlibatan tim counterpart akan membantu tim pemetaan dalam pelaksanaan
pemetaan.
30
KUESIONER ESELON I & II
DALAM RANGKA SURVEI PEMAHAMAN DAN PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Kuesioner ini disusun untuk menilai pemahaman TOP Manajemen terhadap penerapan
Sistem Pengendalian Intern.
1.
2.
3.
4.
5.
Jawab dengan memberikan tanda"√" di “O” pada tempat jawaban yang disediakan
jika daftar isisan merupakan titik – titik maka isilah titik tersebut sesuai dengan
kondisi Bapak/Ibu
Jawaban atas pertanyaan terdiri dari:
 Pemahaman : Mencakup kondisi ideal dan dipahami secara teoritis oleh
responden mengenai topik yang ditanyakan
 Penerapan: Mencakup penerapan yang telah atau sedang dilaksanakan oleh unit
Bapak/Ibu terkait topik yang ditanyakan
Jawaban dapat lebih dari satu, apabila terdapat jawaban yang bertentangan pilihlah
yang paling dominan atau sering dilakukan/terjadi
Jika pernyataan dipandang tidak relevan atau tidak tahu, maka dijawab tidak tahu /
tidak relevan
Atas kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
DATA UMUM
1.
Nama
: .......................................................................
2.
Jabatan
: a. O Eselon 1
b. O Eselon 2
3.
Nama Unit Eselon 1
: .......................................................................
.......................................................................
4.
Nama Unit Eselon 2 *)
: .......................................................................
.......................................................................
*) tidak perlu diisi jika Responden adalah Pejabat Eselon 1
No.
I.
I. A.
Uraian
Pemahaman Penerapan
SIKAP TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN-INSTANSI PEMERINTAH
Bagaimana hubungan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dengan tata kelola organisasi
di Unit Kerja Bapak/Ibu
1) tidak saling berhubungan
O
O
2) SPI merupakan bagian dari tata kelola organisasi
O
O
3) Penerapan SPI bukan merupakan tanggung jawab
O
O
langsung Pimpinan Instansi/Unit Kerja
4) Pelaksanaan SPI telah didelegasikan kepada
O
O
Inspektorat Jenderal.
1
No.
I.B.
Uraian
Pemahaman Penerapan
5) hanya berkaitan dengan sedikit dari tujuan tata
O
O
kelola organisasi
6) merupakan bagian penting dari tata kelola
O
O
organisasi
7) implementasinya merupakan tanggung jawab
O
O
Pimpinan Instansi/Unit Kerja.
8) berkaitan dengan beberapa tujuan dari tata kelola
O
O
organisasi (al; perlindungan terhadap kepentingan
stakeholders dan monitoring kinerja)
9) dipahami sebagai bagian yang paling kritis dalam
O
O
proses tata kelola organisasi.
10) implementasinya merupakan tanggung jawab
O
O
seluruh anggota organisasi
Bagaimana Bapak/Ibu melihat fokus dari Sistem Pengendalian intern:
1) tidak berkaitan dengan tujuan lain dari tata kelola
organisasi (arahan strategi, monitoring kinerja dan
perlindungan terhadap kepentingan stakeholders)
2) berkaitan dengan seluruh tujuan tata kelola
organisasi (arahan strategi, monitoring kinerja dan
perlindungan terhadap kepentingan stakeholders)
3) Tidak tahu / tidak relevan
I.C.
O
O
O
O
O
O
Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern di Unit Kerja Bapak/Ibu
1) Jika organisasi menerapkan Sistem Pengendalian
Intern, maka:
a) secara optimal akan memberikan keuntungan
O
dalam pelaksanaan kegiatan organisasi
b) menjadi kewajiban semua orang dalam organisasi,
O
namun efektivitasnya menjadi tanggungjawab
dari internal auditor
c) merupakan satu bagian utuh dari pelaksanaan
O
suatu kegiatan organisasi
d) dapat memaksimalkan kinerja organisasi
O
O
O
O
O
2) Pimpinan Instansi/Unit Kerja melihat bahwa fokus
O
O
3)
O
O
O
O
O
O
O
O
4)
5)
6)
dari pengendalian intern adalah ketaatan terhadap
peraturan perUU
Langkah
kongkrit
komitment
pelaksanaan
pengendalian intern yang lebih dari pemenuhan
minimal terhadap suatu peraturan tidak perlu
dijelaskan
Dibutuhkan komitmen dan dukungan Pimpinan
Instansi/Unit Kerja untuk mendorong pelaksanaan
Sistem Pengendalian Intern. Namun demikian tidak
perlu dikomunikasikan secara terus menerus melalui
forum resmi organisasi.
Pimpinan Instansi/Unit Kerja memiliki komitmen
yang kuat untuk memberikan contoh penerapan
Sistem Pengendalian Intern yang memadai.
Permasalahan penerapan Sistem Pengendalian Intern
merupakan salah satu agenda yang dibahas disetiap
2
No.
II.
1.
2.
Uraian
rapat pimpinan dan mendiskusikan masalah
Pengendalian intern secara bebas dengan staff.
7) Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman Penerapan
O
O
TANGGUNG JAWAB TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN-INSTANSI
PEMERINTAH
Penanggungjawab implementasi Sistem Pengendalian Intern di Unit Kerja Bapak/Ibu
1) Bagaimana kondisi Tanggungjawab penerapan Sistem
Pengendalian Intern:
a) tidak perlu ditetapkan secara jelas
O
O
b) terdapat pada Internal Auditor
O
O
c) terdapat pada Pimpinan Instansi/Unit Kerja
O
O
d) seluruh anggota organisasi
O
O
2) Dalam penetapan suatu kebijakan, (antara lain:
operasional kegiatan, pelatihan dan pelayanan
publik), kondisi yang ada:
a) tidak
dikaitkan
dengan
tanggungjawab
O
O
pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
b) adakalanya dikaitkan dengan tanggungjawab
O
O
pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
c) selalu dikaitkan dengan tanggung jawab
O
O
pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
d) selalu dikomunikasikan secara periodik melalui
O
O
media internal (buletin, majalah)
e) didukung dengan pendidikan
O
O
f) didukung dengan pelatihan
O
O
g) didukung dengan penjelasan sistem dan
O
O
prosedur
yang
memfasilitasi
penilaian
bagaimana personal seharusnya menjalan
3) Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Bagaimana peranan pengendalian intern di Unit Kerja Bapak/Ibu:
1) Dalam penetapan peranan pengendalian intern:
a) tidak perlu ditetapkan secara formal
O
b) ditetapkan secara formal – pejabat eselon 1 atau
O
2, serta mendelegasikan peran pengendalian
intern kepada Kasubdit atau pejabat fungsional
yang ditunjuk
c) secara formal ditetapkan oleh pejabat eselon 1
O
atau 2 dan dilaksanakan oleh manajemen lini
(Kasubidit/Kabag, Kasubag/Kasie) atau pejabat
fungsional yang ditunjuk
d) secara formal ditetapkan untuk semua pegawai
O
(termasuk dalam uraian jabatan) dan didorong
implementasinya secara formal dengan "on the
job" training.
2) Pejabat yang ditunjuk, secara periodik mereview
O
dan melaporkan penerapan pengendalian intern yang
dilakukannya.
3) Pengendalian Intern adalah suatu proses yang
O
dinamis-Pejabat yang ditunjuk harus selalu meriview
O
O
O
O
O
O
3
No.
Uraian
penerapan
pengendalian
melaporkannya setiap saat.
4) Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman Penerapan
internnya
dan
O
O
3.
Bagaimana sikap Bapak/Ibu terhadap pernyataan atas tanggungjawab pelaksanaan
Pengendalian Intern berikut:
1) Tidak perlu ada pernyataaan tanggungjawab atas
O
O
pelaksanaan pengendalian intern
2) Perlu
adanya
pernyataan
tanggungjawab
O
O
pengendalian intern, tapi tanggungjawabnya telah
didelegasikan kepada internal audit. Karena
pernyataan tersebut tidak hanya milik dari Pimpinan
Instansi/Unit Kerja saja.
3) Ada pernyataan tanggungjawab pengendalian intern
O
O
yang disiapkan dan tanggungjawab melekat di
Pimpinan Instansi/Unit Kerja.
4) pernyataan tanggungjawab merupakan suatu bentuk
O
O
penegasan bahwa pengendalian intern sangat
penting dalam pencapaian tujuan organisasi.
5) Tidak tahu / tidak relevan
O
O
III.
1.
HUBUNGAN DENGAN TUJUAN STRATEGIS ORGANISASI
Bagaimana kaitan antara pengendalian intern dengan visi, misi organisasi dan
tujuan strategis organisasi di Unit Kerja Bapak/Ibu
1) Tidak ada hubungan yang ditetapkan antara
O
O
pengendalian intern dan visi, misi dan tujuan
strategis organisasi
2) Terdapat beberapa usaha yang dilakukan oleh
O
O
internal auditor (Inspektorat Jenderal) dan atau biro
keuangan/perencanaan untuk mengaitkan antara
pengendalian intern dengan visi, misi dan tujuan
strategis organisasi.
3) Pengendalian intern dan visi, misi dan tujuan
O
O
strategis organisasi adalah saling berkaitan.
4) Pengendalian intern dan visi, misi dan tujuan
O
O
strategis organisasi secara dinamis selalu berkaitan.
5) Apabila terdapat perubahan dalam visi, misi dan
O
O
tujuan strategis secara langsung akan mengakibatkan
perubahan dalam sistem pengendalian internnya
6) Tidak tahu / tidak relevan
O
O
IV.
2.
INTEGRITAS DAN ETIKA
Bagaimana usaha Bapak/Ibu dalam mendorong untuk menempatkan dan menjamin
kejujuran, integritas dan etika di Unit Kerja Bapak/Ibu
1) Menjelaskan kepada pegawai baru terkait kebijakan
O
O
umum prilaku yang dapat diterima dalam organisasi
2) Menyusun kode etik yang dinyatakan dan
O
O
disampaikan kepada pegawai baru dalam masa
orientasinya
3) Rencana organisasi telah memasukkan nilai-nilai
O
O
yang mengendalikan operasionalisasinya, tapi kaitan
4
No.
V.
3.
Uraian
Pemahaman Penerapan
antara visi organisasi dan nilai dan etika perilaku
tidak perlu jelas.
4) Jika ada, kode etik selalu:
a.
Direvieu
O
O
b.
dimutakhirkan
O
O
c.
diterbitkan ulang secara periodik
O
O
5) Pemenuhan terhadap kode etik secara periodik
O
O
dinyatakan oleh Pimpinan Instansi/Unit Kerja.
6) Pelatihan terkait Kode Etik dilakukan secara periodik
O
O
7) Visi, nilai dan rencana organisasi diusahakan telah
O
O
menggambarkan etika prilaku organisasi.
8) Dalam Kode Etik yang ditetapkan ditambahkan suatu
O
O
kondisi
"grey
area"
dengan
detail,
yang
dikomunikasikan kepada pegawai, untuk mendukung
kebijaksanaan yang ditetapkan
9) Pelatihan terkait Kode Etik termasuk juga studi kasus
O
O
apabila pegawai menghadapi suatu kondisi yang
dilematis
sehubungan
dengan
ketidaktaatan
terhadap suatu peraturan.
10)Visi, nilai dan rencana organisasi telah disajikan
O
O
dengan mengaitkan semangat dari etika prilaku
organisasi.
11)Tidak tahu / tidak relevan
O
O
INTERNAL DAN EKSTERNAL AUDIT
Bagaimana peran internal audit dalam memberikan kontribusi pelaksanaan
pengendalian intern di Unit Kerja Bapak/Ibu
a. Fokus di aktivitas pengendalian laporan keuangan.
O
b. Secara prinsip memegang peranan dalam "check up"
O
pelaksanaan kegiatan organisasi.
c. Internal audit dalam pelaksanaan kegiatannya tidak
O
jarang menggunakan pendekatan yang konfrontatif.
d. Fokus di ketaatan pada peraturan
O
e. Fokus pada aktivitas pengendalian dan monitoring
O
f. Berperan menggantikan Top Manajemen dalam
O
meriview pelaksanaan sistem pengendalian intern.
g. Dalam pendekatan auditnya sedikit sekali melakukan
O
konsultasi dengan line management.
h. Fokus pada critical succes factor pencapaian tujuan
O
organisasi.
i. Fokus pada operasional kegiatan line manajemen.
O
Utamanya
review
pelaksanaan
fungsi
line
manejemen.
j. Fokus pada pengukuran risiko
O
k. Fokus pada risiko-risiko kunci yang mempengaruhi
O
pada pencapaian tujuan organisasi
l. Lebih
berperan
sebagai
fasilitator
dalam
O
pengembangan risk assessment dan pengendalian
intern dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.
m. Tidak tahu / tidak relevan
O
sistem
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
5
No.
4.
Uraian
Pemahaman Penerapan
Bagaimana peran ekternal audit dalam sistem pengendalian intern di Unit Kerja
Bapak/Ibu
a. External audit hanya terkait dengan pelaporan
O
O
keuangan. Dalam pendekatan auditnya internal
control hanya dilihat secara gambaran luasnya saja.
(tidak mendalam)
b. Kadang-kadang mengevaluasi SPI terutama yang
O
O
terkait dengan laporan keuangan.
c. Kadang-kadang melakukan evaluasi SPI dan dalam
O
O
pelaksanaannya harus mendapat persetujuan melalui
prosedur audit yang disampaikannya.
d. tidak menilai seluruh aspek dari SPI.
O
O
e. Fokus audit adalah pada penilaian pengendalian
O
O
intern organisasi. External Audit memberikan nilai
lebih opini terkait pelaksanaan operasional dari SPI.
f. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
5.
Bagaimana tingkatan keterlibatan ekternal audit dalam aktivitas internal audit di
Unit Kerja Bapak/Ibu
a. Secara formal antara internal dan ekternal audit
O
O
hanya sedikit memiliki hubungan.
b. Hasil audit internal audit hanya sedikit memberikan
O
O
pengaruh atas pendekatan audit ekternal audit.
c. Kadang-kadang (kerjasama setahun sekali atau
O
O
setengah tahun sekali) terdapat kerjasama antara
internal audit dengan ekternal audit sesuai dengan
peran dan tanggungjawab masing-masing.
d. Ekternal audit dalam pelaksanaan auditnya
O
O
terkadang melaksanakan beberapa peran internal
audit.
e. Secara tetap perlu diatur hubungan antara internal
O
O
dan ekternal audit untuk menghilangkan duplikasi
pelaksanaan
f. Terdapat hubungan koordinasi yang erat antara
O
O
internal dan ekternal audit untuk memastikan
efektivitas dalam upaya pelaksanaan audit gabungan
g. Draft
kebijakan
dan
prosedur
mengenai
O
O
pengendalian intern perlu didiskusikan dengan
ekternal audit
h. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
6.
Bagaimana peran Pimpinan Instansi/Unit Kerja dalam monitoring aktivitas organisasi
a. Tidak melakukan peran mereka sebagai pengendali
O
O
organisasi
b. Memonitor beberapa aktivitas organisasi terutama
O
O
tindakan dari middle management.
c. Memeriksa perbedaan pencapaian target (actual vs
O
O
budget)
d. Lebih meningkatkan monitoring aktivitas organisasi
O
O
terutama tindakan dari middle management.
e. Memonitor pencapaian tujuan financial organisasi
O
O
6
No.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
7.
VI.
8.
Uraian
Pemahaman Penerapan
Memonitor ketaatan peraturan
O
O
Memonitor pencapaian tujuan operasional
O
O
Menganalisa prediksi perbedaan pencapaian target
O
O
(actual vs budget)
Memonitor tujuan strategic organisasi
O
O
Mencari penjelasan perbedaan pencapaian target
O
O
(actual vs budget), terutama terkait pencapaian
kinerja organisasi yang tidak sesuai target.
Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Bagaimana efektivitas sistem pengendalian intern di Unit Kerja
a. Kadang-kadang melakukan review atas pelaksanaan
sistem pengendalian intern
b. melakukan review atas pelaksanaan sistem
pengendalian intern setahun sekali/setengah tahun
sekali.
c. pelaksanaan review dilimpahkan kepada internal
audit atau biro keuangan
d. melakukan review atas pelaksanaan sistem
pengendalian intern paling tidak 4 bulan sekali.
e. pelaksanaan review dapat dilakukan oleh internal
audit, Direktur terkait atau biro keuangan.
f. hanya melakukan review atas permasalahan SPI yang
membutuhkan perhatian khusus, atau hanya terkait
penyampaian rekomendasi untuk meningkatkan
efektifitas SPI.
g. dalam sistem pengendalian intern sudah termasuk
mekanisme "self reviewing by top management" prosedur monitoring dan evaluasi atas pelaksaan
sistem
pengendalian
manajemen
secara
berkelanjutan.
h. selalu berusaha meningkatkan pengetahuannya
dalam usaha lebih meningkatkan peran sistem
pengendalian manajemen dalam pencapaian tujuan
organisasi dan menyatukannya dalam kultur
organisasi.
i. Tidak tahu / tidak relevan
Bapak/Ibu
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
KETEPATAN WAKTU DAN RELEVANSI PENYAMPAIAN INFORMASI
Proses yang Bapak/Ibu tetapkan untuk mendapatkan suatu informasi secara tepat
waktu, relevan, termasuk informasi yang sensitive, investigatif dan perilaku yang
tidak pantas
a. Proses penyampaian informasi secara informal
O
O
b. Ditetapkan suatu prosedur untuk memberikan
O
O
keyakinan yang memadai terkait penyampaian
laporan masalah keuangan.
c. Informasi non - financial disajikan secara ad-hoc
O
O
basis. Contoh : Laporan keuangan mungkin disajikan
secara tabel bulanan tapi non financial (laporan
kinerja disampaikan sebagai lampiran saja).
d. Ditetapkan
suatu
prosedur
formal
untuk
O
O
7
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
mendapatkan informasi yang tepat waktu, relevan,
dan reliable, antara lain terkait: laporan monitoring
secara berkelanjutan status dari pelaksanaan sistem
pengendalian intern dan laporan
e. Ditetapkan
suatu
prosedur
formal
untuk
O
O
mendapatkan informasi yang tepat waktu, relevan,
dan reliable secara detail.
f. Menambahkan saluran penyampaian informasi secara
O
O
langsung dari staf/pegawai kepada top manajemen
terkait permasalahan yang perlu perhatian khusus.
g. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Diisi oleh petugas pengumpul data
Pengumpulan data:
Reviu
Tanggal
:
Tanggal
:
Nama
:
Nama
:
Tanda tangan
:
Tanda tangan
:
Input data
Tanggal
:
Nama
:
Tanda tangan
:
8
KUESIONER ESELON III, PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN DAN PEGAWAI
DALAM RANGKA DIAGNOSTIC ASSESSEMENT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Kuesioner ini disusun untuk menilai pemahaman Manajemen Menengah dan Pegawai
terhadap penerapan Sistem Pengendalian.
1.
2.
3.
4.
Jawab dengan memberikan tanda" √ " pada kolom jawaban yang disediakan
Jawaban atas pertanyaan terdiri dari:
 Pemahaman : Mencakup kondisi ideal & dipahami secara teoritis oleh responden
mengenai topik yang ditanyakan
 Penerapan: Mencakup penerapan yang telah atau sedang dilaksanakan oleh unit
Bapak/Ibu terkait topik yang ditanyakan
Jawaban dapat lebih dari satu, apabila terdapat jawaban yang bertentangan pilihlah
yang paling dominan atau sering dilakukan/terjadi
Jika pernyataan dipandang tidak relevan atau tidak tahu, maka dijawab tidak tahu /
tidak relevan
Atas kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
DATA UMUM
1.
Nama
: .......................................................................
2.
Nama Unit Eselon 1
: .......................................................................
.......................................................................
3.
Nama Unit Eselon 2 *)
: .......................................................................
.......................................................................
4.
Nama Unit Eselon 3 *)
: .......................................................................
.......................................................................
*) Tidak perlu diisi jika jabatan responden lebih tinggi
No.
I.
A.
1.
Uraian
Pemahaman Penerapan
FRAMEWORK SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Definisi Sistem Pengendalian Intern (pasal 1 – Definisi SPI)
Apa yang dimaksud Sistem Pengendalian Intern dan ruang lingkupnya di unit kerja
Saudara?
a. Sistem pengendalian intern adalah:
1) suatu aktivitas pengendalian, contoh: otorisasi
O
O
pengeluaran.
2) monitoring kegiatan.
O
O
b. Sistem Pengendalian Intern berkaitan dengan:
1) masalah pelaporan keuangan
O
O
1
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
2) pemenuhan terhadap peraturan per UU
O
O
3) pengendalian risiko
O
O
4) hubungan antara risiko, tujuan organisasi dan
O
O
pengendalian intern.
c. Sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang
terdiri dari satu kesatuan yang terintegrasi dari
faktor-faktor berikut:
1) lingkungan pengendalian
O
O
2) aktivitas pengendalian
O
O
3) penilaian risiko
O
O
4) informasi dan komunikasi
O
O
5) monitoring
O
O
6) pencapaian tujuan organisasi
O
O
d. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
2.
Bagaimana pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern di unit Kerja Saudara?
a. Penerapan pengendalian intern:
1) memberikan keuntungan dalam pelaksanaan
O
kegiatan organisasi secara optimal
2) merupakan kewajiban semua orang dalam
O
organisasi,
namun
efektivitasnya
bukan
merupakan tanggungjawab personal, melainkan
tanggungjawab dari internal auditor
3) satu bagian utuh dari pelaksanaan suatu kegiatan
O
organisasi
4) dapat memaksimalkan kinerja organisasi
O
b. Berbagai tingkat pimpinan melihat bahwa fokus dari
O
pengendalian intern adalah ketaatan terhadap
peraturan perUU
c. Langkah kongkrit dari komitmen pelaksanaan
O
pengendalian intern yang lebih dari pemenuhan
minimal terhadap suatu peraturan tidak perlu
dijelaskan
d. Komitmen dan dukungan dengan pendekatan yang
O
terintegraasi dari berbagai tingkat pimpinan untuk
mendorong pelaksanaan sistem pengendalian intern
juga dibutuhkan. Namun demikian tidak perlu
dikomunikasikan secara konsisten melalui saluran
resmi organisasi
e. Berbagai tingkat pimpinan memiliki komitmen yang
O
kuat untuk menerapkan Sistem Pengendalian Intern
yang baik.
f. Masalah sistem pengendalian intern merupakan salah
O
satu agenda yang dibahas disetiap rapat disetiap
tingkat pimpinan dan mendiskusikan masalah
pengendalian intern secara bebas dengan pegawai.
g. Tidak tahu / tidak relevan
O
B.
3.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Tanggung Jawab Penerapan Sistem Pengendalian Intern (pasal 9 – delegasi
wewenang)
Siapa yang bertanggungjawab terhadap implementasi sistem pengendalian intern di
2
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
unit kerja Saudara dan bagaimana penjelasannya?
a. Tanggungjawab
untuk
menerapkan
sistem
pengendalian intern:
1)
tidak ditetapkan secara jelas
O
O
2)
jarang dimasukkan dalam job discription
O
O
3)
terkadang telah dimasukkan dalam
job
O
O
discription
4)
biasanya dimasukkan dalam job discription
O
O
5)
selalu dimasukkan dalam job discription
O
O
6)
jarang dimasukkan dalam perkiraan kinerja
O
O
(performance appraisals)
7)
terkadang telah dimasukkan dalam perkiraan
O
O
kinerja (performance appraisals)
8)
selalu dimasukkan dalam job discription
O
O
9)
selalu dimasukkan dalam perkiraan kinerja
O
O
(performance appraisals)
10) terdapat pada internal auditor
O
O
11) terdapat pada pimpinan instansi/unit kerja
O
O
12) seluruh anggota organisasi
O
O
13) didukung pendidikan
O
O
14) didukung pelatihan
O
O
15) didukung penjelasan sistem dan prosedur yang
O
O
memfasilitasi penilaian bagaimana personal
seharusnya
menjalankan
tanggungjawab
pelaksanaan pengendalian intern tersebut
b. Dalam penetapan suatu kebijakan, (antara lain:
operasional kegiatan, pelatihan dan pelayanan
publik):
1)
tidak
dikaitkan
dengan
tanggungjawab
O
O
penerapan Sistem Pengendalian Intern
2)
adakalanya dikaitkan dengan tanggungjawab
O
O
pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
3)
selalu dikaitkan dengan tanggung jawab
O
O
pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern.
Tanggungjawab tersebut selalu dikomunikasikan
secara periodik melalui media internal (buletin,
majalah)
4)
selalu
dikaitkan
dengan
tanggungjawab
O
O
pelaksanaan pengendalian internnya
c. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
C.
4.
Proses Manajemen (pasal 7 b dan c – kepemimpinan yg kondusif)
Sampai sejauh mana sistem pengendalian intern, kegiatan identifikasi faktor-faktor
kritis yang mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi dan menyediakan umpan
balik terhadap pencapaian faktor kritis tersebut termasuk dalam sistem/proses
manajemen?
a. Sistem/proses manajemen:
1)
tidak memiliki kontribusi dalam kegiatan
O
O
identifikasi
faktor-faktor
kritis
yang
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi
2)
tidak menyediakan performance feedback
O
O
3
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
dalam kaitan faktor-faktor kritis pencapaian
tujuan organisasi.
3)
secara terbatas menyediakan performance
O
O
feedback dalam kaitan faktor-faktor kritis
pencapaian tujuan organisasi secara relatif.
4)
menyediakan performance feedback secara
O
O
tepat waktu, relevant dan reliable atas
penetapan
faktor-faktor
kritis
untuk
manajemen.
5)
menyediakan performance feedback secara
O
O
tepat waktu, relevant dan reliable untuk
menetapkan
faktor-faktor
kritis
seluruh
organisasi kepada manajemen.
b. Prosedur informal digunakan untuk meyakini bahwa
O
O
identifikasi faktor-faktor kritis telah menjadi bagian
dari proses perencanaan. Faktor-faktor kritis hanya
ditujukan untuk Pimpinan Instansi/Unit Kerja saja.
c. Prosedur formal digunakan untuk meyakini bahwa
identifikasi faktor-faktor kritis telah menjadi bagian
dari proses perencanaan. Faktor-faktor kritis
ditujukan untuk:
1)
Sekjen/Kepala Biro
O
O
2)
Berbagai tingkat pimpinan
O
O
3)
Pegawai
O
O
d. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
D.
5.
Peran Internal Audit – pasal 4 (peran APIP efektif)
Bagaimana peran internal audit dalam memberikan kontribusi pelaksanaan sistem
pengendalian intern unit kerja Saudara?
a. Internal audit fokus pada:
1)
aktivitas pengendalian
2)
pelaporan keuangan
3)
pemenuhan peraturan
4)
pengendalian lingkungan
5)
pengukuran risiko
6)
faktor-faktor kritis (critical succes factor)
pencapaian tujuan organisasi.
7)
Dalam perencanaan auditnya berfokus pada
operasional kegiatan manajemen lini. Utamanya
reviu pelaksanaan fungsi lini manejemen lini.
8)
risiko-risiko
kunci
yang
mempengaruhi
pencapaian tujuan organisasi
b. Secara prinsip memegang peranan dalam "check up"
pelaksanaan kegiatan organisasi. Internal audit dalam
pelaksanaan kegiatannya tidak jarang mengunakan
pendekatan yang konfrontatif.
c. Berperan menggantikan Pimpinan Instansi/Unit Kerja
dalam meriview pelaksanaan sistem pengendalian
intern. Dalam pendekatan auditnya sedikit sekali
melakukan konsultasi dengan management lini.
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
4
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
d. Sebagai fasilitator dalam pengembangan:
1)
risk assessment untuk pencapaian tujuan
O
O
organisasi.
2)
Pengendalian Intern untuk pencapaian tujuan
O
O
organisasi.
e. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
II.
LINGKUNGAN PENGENDALIAN (CONTROL ENVIRONMENT) (pasal 4- lipeng)
Keahlian dan Pengalaman - (pasal 6 komitmen kompetensi)
Apakah berbagai tingkatan Pimpinan di unit kerja Saudara memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang luas terkait tupoksi organisasi?
a. Pimpinan memiliki pengetahuan yang memadai
O
O
tentang tupoksi organisasinya.
b. Disini tingkat perputaran pegawai terlalu cepat yang
O
O
berakibat team manajemen memiliki pengalaman
yang terbatas tentang tupoksi dari organisasi.
c. Pimpinan memiliki pengetahuan yang bagus tentang
O
O
tupoksi organisasi
d. Beberapa dari pegawai/anggota pimpinan telah
O
O
memiliki sedikit pengalaman tentang tupoksi
organisasi yang diterapkan pada Unit Kerja yang
secara teknis sejenis.
e. Pimpinan memiliki pengetahuan yang bagus tentang
O
O
tupoksi organisasi dan memahami tentang prosedur
operasional yang utama (key operational procedures)
f. Beberapa dari pegawai/anggota manajemen telah
O
O
memiliki pengalaman luas tentang tupoksi organisasi
yang diterapkan pada Unit Kerja secara teknis
sejenis.
g. Dalam menjalankan aktivitasnya Pimpinan telah
O
O
mengabungkan pengetahuan tentang praktek-praktek
manajemen yang berlaku umum dengan pengetahuan
tupoksi organisasinya secara detail.
h. Pimpinan merupakan gabungan dari orang-orang yang
O
O
memahami praktek-praktek pengelolaan manajemen
pada umumnya dengan orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang luas tentang organisasinya.
i. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
E.
6.
F.
7.
Manajemen Informasi (pasal 7 d- Kepemimpinan yg kondusif )
Prosedur apa yang ditetapkan manajemen untuk mendapatkan informasi secara
tepat waktu, relevan, termasuk informasi yang sensitif, investigatif dan terkait
perilaku yang kurang baik di unit kerja Saudara?
a. Terdapat sedikit prosedur pelaporan yang ditetapkan,
O
O
tapi tidak ditetapkan secara formal sehingga
orang/pegawai yang seharusnya menyusun laporan
tersebut tidak paham bahwa hal tersebut merupakan
tanggungjawabnya.
b. Prosedur pelaporan telah ditetapkan terutama
O
O
terkait informasi masalah keuangan. Informasi yang
bersifat non finansial hanya disajikan secara
insidentil "ad hoc basis”. Contoh : Informasi
5
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
keuangan disajikan detail per bulan, sedangkan
informasi kinerja non finansial kadang-kadang
dilaporkan namun hanya secara umum.
c. Prosedur pelaporan secara formal telah ditetapkan
oleh Pimpinan untuk mendapatkan informasi secara
tepat waktu, relevan dan reliable, termasuk
didalamnya laporan monitoring status sistem
pengendalian intern dan laporan detail tentang
informasi:
1)
kinerja non keuangan
O
O
2)
non keuangan.
O
O
d. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
G.
8.
Etika dan Integritas (pasal 5 integritas dan etika)
Bagaimana usaha manajemen dalam mendorong untuk menempatkan dan menjamin
kejujuran, integritas dan etika di unit kerja Saudara?
a. Menjelaskan kepada pegawai baru terkait kebijakan
O
O
umum perilaku yang dapat diterima dalam organisasi
b. Menyusun kode etik yang dinyatakan dan disampaikan
O
O
kepada pegawai baru dalam masa orientasinya
c. Kode etik terkait, benturan kepentingan (conflict of
interest), tidak sah (illegal) atau pembayaran yang
tidak seharusnya selalu:
1)
Direviu
O
O
2)
Diupdate (dimutahirkan)
O
O
3)
diterbitkan ulang secara periodik
O
O
d. Pemenuhan terhadap kode etik secara periodik
diumumkan kepada:
1)
seluruh jajaran manajemen
O
O
2)
staf
O
O
3)
pegawai
O
O
e. Pelatihan terkait kode etik:
1)
dilakukan secara periodik
O
O
2)
termasuk juga studi kasus apabila pegawai
O
O
menghadapi kondisi yang dilematis terkait suatu
peraturan
f. Dalam Kode Etik yang ditetapkan ditambahkan suatu
O
O
kondisi abu-abu/tidak jelas (grey area) dengan
detail, yang dikomunikasikan kepada pegawai, untuk
mendukung kebijakan yang ditetapkan
g. Prosedur penerimaan (rekruitment) pegawai baru
O
O
menekankan kepada pemenuhan calon pegawai
terhadap kode etik organisasi yang telah ditetapkan.
h. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
9.
Bagaimana respon Pimpinan terkait permasalahan etika di unit kerja Saudara?
a. Pimpinan sangat memperhatikan (concern) terhadap
permasalahan etika yang timbul:
1)
Tapi penyelesaian/tindakan manajemen untuk
O
O
mengatasi permasalahan berbeda dari satu
sama lainnya tergantung kasusnya.
6
No.
b.
c.
d.
e.
f.
H.
10.
I.
11.
Uraian
Pemahaman Penerapan
2)
aturan umum ditetapkan dipadukan dengan
O
O
etika kebijakan yang ada.
Staf/pegawai
mendorong
manajemen
untuk
O
O
menyelesaikan setiap permasalahan yang berkaitan
dengan pelanggaran prilaku
Manajemen memiliki komitmen yang kuat untuk
menjaga etika dan integritasnya:
1)
siap untuk melakukan investigasi dan mengambil
O
O
tindakan tegas apabila terdapat pelanggaran
kode etik.
2)
ditunjukkan dengan ucapan dan perilakunya.
O
O
Terdapat media komunikasi yang ditetapkan secara
O
O
formal bagi staf/pegawai untuk menanyakan kepada
manajemen tentang permasalahan perilaku yang
tidak baik (improper behaviour)
Berbagai tingkat pimpinan dalam menyusun rencana
O
O
strategis
dan
pengambilan
keputusan
telah
mempertimbangkan faktor etika.
Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Persepsi Manajemen terhadap Sistem Pengendalian Intern (pasal 7. a
kepemimpinan yg kondusif)
Bagaimana hubungan Sistem Pengendalian Intern dikaitkan dengan pencapaian
tujuan organisasi di unit kerja Saudara?
a. Sistem pengendalian intern:
1)
Dalam kondisi tertentu kadang mengakibatkan
O
O
lambatnya proses pengambilan keputusan
2)
Dalam kondisi tertentu kadang menghambat
O
O
pencapaian tujuan organisasi.
3)
dilihat sebagai tanggungjawab dari Internal
O
O
Audit
4)
Dibutuhkan
tapi
kadang
keberadaannya
O
O
menghambat pencapaian tujuan.
5)
Merupakan alat bantu manajemen untuk
O
O
mengurangi risiko dari masalah yang mungkin
terjadi.
6)
Merupakan alat bantu manajemen untuk
O
O
menghindarkan manajemen dari masalah yang
mungkin terjadi.
7)
Dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi
O
O
melalui pengendalian risiko.
b. Sistem pengendalian intern merupakan tanggung
jawab:
1)
Personal.
O
O
2)
Semua orang dalam organisasi.
O
O
c. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Laporan Kelemahan yang Signifikan dari Sistem Pengendalian Intern (pasal 7kepemimpinan yg kondusif)
Bagaimana kelemahan dari sistem pengendalian intern yang signifikan dilaporkan dan
diperbaiki?
7
No.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
III.
J.
12.
Uraian
Pemahaman Penerapan
Tidak
terdapat
semangat/keberanian
untuk
O
O
melaporkan kelemahan signifikan dari sistem
pengendalian intern.
Tanggungjawab
untuk
melaporkan
terjadinya
O
O
kelemahan sistem pengendalian intern tidak
dikomunikasikan dengan baik.
Laporan kelemahan sistem pengendalian intern:
1)
direspon/ditindaklanjuti
O
O
2)
tidak dilihat sebagai suatu hal yang harus segera
O
O
ditindaklanjuti
3)
tindakan perbaikan diusahakan dilaksanakan
O
O
tepat waktu/segera
4)
tindakan perbaikan dengan prioritas
O
O
5)
agar tidak terulang dikemudian hari.
O
O
Melaporkan kelemahan signifikan dari sistem
pengendalian intern:
1)
antara berani (encouraged) atau tidak berani
O
O
(discouraged).
2)
Terdapat keberanian melaporkan yang signifikan
O
O
3)
didorong secara aktif dan dicontohkan oleh
O
O
manajemen.
Tanggungjawab
untuk
melaporkan
terjadinya
kelemahan sistem pengendalian intern:
1)
dikomunikasikan dikalangan tertentu. Misal:
O
O
Internal Audit.
2)
dikomunikasikan pejabat di unit terkait.
O
O
3)
dikomunikasikan seluruh jajaran organisasi
O
O
4)
didukung dengan pelatihan
O
O
5)
didukung dengan prosedur evaluasi kinerjanya
O
O
Tidak tahu / tidak relevan
O
O
PENILAIAN RISIKO (RISK ASSESEMENT) (pasal 16 dan 17 identifikasi dan analisa
risk)
Tugas dan Fungsi
Bagaimana pembagian tugas dan fungsi dikaitkan dengan tujuan strategis organisasi
di unit kerja Saudara?
a. Staf/Pegawai memiliki pemahaman yang terbatas
O
O
tentang tujuan strategis organisasi dan kaitan dengan
tugas dan fungsinya.
b. Pembagian tugas dan fungsi staf/pegawai:
1)
Terkadang telah dikaitkan dengan tujuan
O
O
strategis organisasi
2)
Umumnya telah dikaitkan dengan tujuan
O
O
strategis organisasi.
3)
Biasanya secara jelas dikaitkan dengan tujuan
O
O
strategis organisasi.
4)
Hampir selalu dikaitkan dengan tujuan strategis
O
O
organisasi.
c. Manajemen:
1)
memiliki kepedulian terhadap permasalahan
O
O
strategis yang dihadapi organisasi. Namun
8
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
demikian, pengetahuan tentang issue-issue yang
strategis dan proses utama pelaksanaan tupoksi
masih dibatasi sampai di level manajemen
tingkat bawah.
2)
secara regular melakukan diskusi terkait
O
O
permasalah strategis organisasi dan menjamin
terjadinya koordinasi yang efektif
3)
sangat memahami tujuan strategis organisasi
O
O
dan kaitan tujuan tersebut dengan kegiatan
utama organisasi (tupoksi yang strategis) dan
terutama dengan tugas-tugasnya.
d. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
K.
13.
Menilai Risiko (pasal 17 analisa risiko)
Dalam identifikasi risiko di unit kerja Saudara, risiko apa yang dipertimbangkan,
jangka waktu identifikasi, dan siapa yang bertanggungjawab mengidentifikasinya?
a. Tujuan pengelolaan dana dan dampaknya merupakan
hal yang dipertimbangkan dalam proses pengukuran
risiko:
1)
Hal tersebut merupakan fokus utama dari
O
O
pengendalian risiko.
2)
Permasalahan pemenuhan perundang-undangan
O
O
merupakan hal yang dipertimbangkan dalam
mengidetifikasi risiko.
b. Penilaian risiko:
1)
tidak dimutahirkan (di-update) secara regular.
O
O
2)
selalu dimutahirkan (di-update) mengikuti
O
O
terjadinya perubahan peraturan/Per UU
3)
dimutahirkan (di-update)
apabila terjadi
O
O
perubahan yang penting (signifikan) atas tujuan
pengelolaan, pemenuhan peraturan/Per UU,
dan tujuan operasional organisasi.
4)
merupakan suatu proses yang berkelanjutan,
O
O
dimana proses tersebut telah menjadi bagian
dari proses/kegiatan organisasi.
c. Penilaian risiko (risk assesment) merupakan
tanggungjawab:
1)
internal audit
O
O
2)
bagian perencanaan
O
O
3)
keuangan
O
O
4)
masing-masing di tiap bagian organisasi dan
O
O
akhirnya di Menteri
5)
dan kewajiban dari seluruh elemen di organisasi
O
O
6)
didukung pelatihan
O
O
7)
didukung prosedur evaluasi kinerja.
O
O
d. Seluruh tujuan organisasi mencakup tujuan
O
O
keuangan, ketaatan, pengamanan asset, dan
operasional (financial, compliance, asset dan
operational) merupakan hal yang dipertimbangkan
dalam proses pengukuran risiko. Contoh: terjadinya
perubahan
pola
kerja,
sistem
administrasi
9
No.
Uraian
pengaruhnya
diidentifikasi
terhadap pelayanan
publik.
e. Tujuan stratejik jangka panjang dari analisa risiko
secara regular/kontinyu di perhitungkan kembali,
yaitu penetapan tujuan organisasi dipertimbangkan
dalam proses pengukuran risiko.
f. Tidak tahu / tidak relevan
L.
14.
IV.
M.
15.
Pemahaman Penerapan
O
O
O
O
Mengelola Risiko (pasal 17 – lanjutan analisa risiko)
Tindakan apa yang diambil oleh unit kerja Saudara, apabila suatu risiko telah
diidentifikasi?
a. Terdapat beberapa mekanisme informal untuk
O
O
mengantisipasi risiko yang telah teridentifikasi.
b. Berdasarkan hasil dari penilaian risiko (risk
assesment):
1)
ditetapkan suatu "Rencana Pengelolaan Risiko
O
O
(Risk Management Plan/RMP)
2)
dalam perencanaan telah memuat deskripsi
O
O
risiko, dampak, analisa dan probabilitas
kemungkinan terjadinya, secara detail
c. Rencana pengelolaan risiko dibuat secara periodik
O
O
d. Rencana pengelolaan risiko dibuat:
1)
mempertimbangkan prosedur pelaporan dan
O
O
monitoring
untuk
memastikan
bahwa
pengendalian risiko dijalankan
2)
secara regular
O
O
3)
merupakan bagian dari siklus manajemen
O
O
stratejik
e. Suatu risiko yang teridentifikasi/dikuantifikasi secara
O
O
komprehensif dalam rencana pengelolan risiko,
secara detail menjelaskan faktor-faktor yang bisa
mengakibatkan risiko tersebut terjadi.
f. Kegiatan pengendalian risiko secara kontinyu
O
O
dimonitoring - prosedur monitoring terkait risiko yang
tidak terkendali (uncontrollable risk) juga ditetapkan
untuk meyakini bahwa risiko tersebut tidak naik ke
ambang batas yang tidak dapat diterima.
g. Rencana pengelolaan risiko merupakan bagian dari
O
O
siklus manajemen stratejik/proses perencanaan
organisasi di update secara regular atau ketika ada
perubahan yang signifikan terkait proses pelaksanaan
kegiatan organisasi
h. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
AKTIVITAS PENGENDALIAN (CONTROL ACTIVITIES) (pasal 18 – kegiatan peng)
Prosedur Pengendalian
Sampai sejauh mana disain suatu proses pengendalian dikaitkan dengan penanganan
untuk mengurangi risiko secara bertahap (mitigating risk) di unit kerja Saudara?
a. Pengendalian tidak secara jelas dikaitkan dengan
O
O
risiko - suatu kegiatan yang berisiko rendah kadang
sangat dikendalikan (over controlled), sedangkan
yang berisiko tinggi justru kurang dikendalikan
10
No.
Uraian
(under controlled).
b. Pengendalian terkadang secara jelas dikaitkan
dengan risiko, terutama pengendalian risiko yang
terkait masalah pelaporan keuangan.
c. Pengendalian
umumnya
dikaitkan
dengan
pengendalian risiko terutama masalah pelaporan
keuangan, ketaatan pada peraturan perundangundangan, dan risiko operasional
d. Disain prosedur pengendalian biasanya adalah
berbasis pada semua risiko (all risk based), yang
fokus pada penempatan orang yang tepat, untuk
mengendalikan kegiatan yang memiliki risiko tinggi.
e. Disain prosedur pengendalian secara regular direviu,
untuk meyakini bahwa disain tidak hanya dapat
memitigasi risiko, tapi juga dapat menghilangkannya.
f. Tidak tahu / tidak relevan
16.
Pemahaman Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Bagaimana ruang lingkup dari aktivitas pengendalian, jenis pengendalian yang
ditetapkan, dan karakteristik pengendalian di unit kerja Saudara?
a. Lingkup pengendalian adalah:
1)
Pengendalian atas pelaporan keuangan
O
O
2)
Fokus pada aktivitas yang berdampak pada
O
O
pemenuhan target financial.
3)
Fokus pada aktivitas yang berdampak pada
O
O
pemenuhan pengendalian fisik kas.
4)
Fokus pada aktivitas yang berdampak pada
O
O
pemenuhan pengendalian surat berharga.
5)
Fokus pada aktivitas yang berdampak pada
O
O
pemenuhan pengendalian aset-aset lainnya.
6)
Pengendalian atas pemenuhan peraturan
O
O
perundang-undangan.
7)
Efektifitas dan efisiensi dari operasi organisasi.
O
O
b. Pengendalian umumnya merupakan aktivitas untuk
O
O
melacak/mendeteksi (detective activities)
c. Pengendalian dijalankan sebagai reaksi "reactive
O
O
basis"
d. Pengendalian tidak selalu efektif - sering terjadi
O
O
kesalahan di suatu kegiatan yang telah menjalankan
aktivitas pengendalian
e. Pengendalian diyakini efektif - tapi terkadang masih
O
O
kesalahan di suatu kegiatan yang telah menjalankan
aktivitas pengendalian
f. Pengendalian merupakan paduan dari kegiatan yang
O
O
bersifat pencegahan (preventif) dan pendeteksian
(detective activities)
g. Pengendalian dijalankan dengan mendasarkan pada
O
O
pendekatan yang bersifat proaktif (proactive basis)
tanpa mengesampingkan reaksi (reactive basis).
h. Pengendalian umumnya telah efektif, kesalahan
O
O
jarang terjadi di suatu kegiatan yang telah
menjalankan aktivitas pengendalian
i. Pengendalian dilihat sebagai suatu proses yang
O
O
11
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
secara berkelanjutan selalu disempurnakan
j. Pengendalian di seluruh aktivitas hampir selalu
O
O
efektif, kesalahan hampir tidak pernah terjadi atau
kesalahan yang terjadi tidak material.
k. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
V.
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (INFORMATION DAN COMMUNICATION) (pasal 41)
Informasi
Bagaimana informasi diperoleh manajemen, dan sejauh mana informasi tersebut
membantu manajemen dalam mengendalikan organisasi di unit kerja Saudara?
a. Informasi yang diperoleh:
1)
adalah informasi internal organisasi
O
O
2)
berhubungan dengan informasi keuangan
O
O
3)
umumnya tidak dapat membantu manajemen
O
O
dalam
mengendalikan
organisasi
dan
tanggungjawab pengendalian intern secara
efektif
4)
jarang
dievaluasi
relevansi,
keandalan
O
O
(reliability),
ketepatan
waktu
dan
kecukupannya.
5)
berhubungan dengan informasi operasional
O
O
6)
terkadang
membantu
manajemen
dalam
O
O
mengendalikan organisasi dan tanggungjawab
pengendalian intern secara efektif
7)
terkadang dievaluasi relevansi, keandalan
O
O
(reliability),
ketepatan
waktu
dan
kecukupannya.
8)
secara regular dievaluasi relevansi, keandalan
O
O
(reliability),
ketepatan
waktu
dan
kecukupannya
9)
adalah informasi eksternal organisasi
O
O
10) berhubungan dengan pemenuhan peraturan
O
O
perundang-undangan
11) biasanya dapat membantu manajemen dalam
O
O
mengendalikan organisasi dan tanggungjawab
pengendalian intern secara efektif
12) selalu dapat membantu manajemen dalam
O
O
mengendalikan organisasi dan tanggungjawab
pengendalian intern secara efektif
13) selalu
dievaluasi
relevansi,
keandalan
O
O
(reliability),
ketepatan
waktu
dan
kecukupannya.
b. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
N.
17.
18.
Bagaimana peran Teknologi Informasi (IT) untuk
membantu mengelola kegiatan unit kerja Saudara?
a. Peran IT relatif sedikit dalam membantu mengelola
organisasi
b. Pimpinan hanya sedikit memiliki pemahaman tentang
IT
c. Investasi pengembangan IT cukup
O
O
O
O
O
O
12
No.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
O.
19.
Uraian
Pemahaman Penerapan
IT penting untuk membantu mengelola organisasi
O
O
Pimpinan memiliki pemahaman yang memadai
O
O
tentang IT
Investasi cukup untuk pemeliharaan dan terkadang
O
O
cukup untuk pengembangan IT
IT sangat penting untuk membantu mengelola
O
O
organisasi
Pimpinan memiliki pemahaman yang baik tentang IT
O
O
Pimpinan memiliki komitmen yang kuat untuk
O
O
pengembangan IT dengan menyediakan dana dan
Sumber Daya Manusia
IT merupakan keunggulan kompetitif (competitve
O
O
advantage). Pimpinan memiliki rencana stratejik
untuk pengembangan sistem informasi yang telah
dihubungkan dengan keseluruhan rencana organisasi
Pimpinan memiliki pemahaman yang sangat baik
O
O
tentang IT
Pimpinan memiliki komitmen yang kuat untuk
O
O
pengembangan IT secara berkelanjutan dengan
menyediakan dana dan sumber daya manusia
Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Komunikasi
Bagaimana efektivitas informasi dikomunikasikan dalam unit kerja Saudara?
a. Informasi disampaikan melalui permintaan resmi dari
O
satu unit organisasi ke unit organisasi lainnya
b. Komunikasi cenderung mengalir dari pimpinan ke
O
bawahan (top – down)
c. Komunikasi menggunakan media "memo"
O
d. Staf paham bahwa mereka membutuhkan informasi
O
untuk dikomunikasikan tidak hanya melalui
permintaan resmi, dan sering permintaan informasi
diberikan tanpa permintaan yang spesifik.
e. Komunikasi umumnya mengalir dari atas ke bawah
O
(top – down) dan lintas antara unit organisasi
f. Komunikasi interaktif kadang dilakukan, seperti
O
melalui rapat bulanan
g. Staf mengkomunikasikan informasi dengan berbagai
O
saluran informasi, dan menjamin metode komunikasi
yang dijalankan efektif
h. Komunikasi yang efektif adalah yang mengalir dari
O
atas ke bawah (top – down), sejajar (lateral) dan
dari bawah ke atas (bottom – up)
i. Metode
komunikasi
yang
lebih
bermakna
O
(sophisticated)
terkadang
digunakan,
misal:
workshop untuk membahas suatu masalah yang
penting.
j. Pegawai merasa nyaman berkomunikasi dengan
O
berbagai saluran informasi. Seluruh pegawai
mendapat pelatihan cara berkomunikasi yang baik
secara kontinyu.
k. Metode komunikasi mengutamakan pendekatan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
13
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
interaktif yaitu timbal balik dua arah (two-way
methods)
l. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
20.
Bagaimana pengkomunikasian tujuan stratejik, risiko dan
informasi yang relevan lainnya, antara pimpinan dan
pegawai di unit kerja Saudara?
a. Komunikasi dilakukan top – down
b. Komunikasi formal dan tidak terjadual, misal: surat
dari menteri kepada Sekjen/Kepala Biro
c. Sebagian besar/ umumnya bersifat formal dan
terjadual, misal: pengarahan (briefing) mingguan
d. Kombinasi formal dan informal dan berkelanjutan,
misal: diskusi masalah pekerjaan
e. Komunikasi dilakukan secara partisipatif, misal:
staf/pegawai ikut berpartisipasi dalam diskusi
penetapan tujuan organisasi
f. Tidak tahu / tidak relevan
VI.
P.
21.
MONITORING (pasal 43, 44, dan 45)
Monitoring
Bagaimana berjalannya sistem pengendalian intern di unit kerja
a. Laporan hasil audit oleh pihak eksternal dipercaya
dapat menyediakan laporan yang memadai tentang
monitoring
efektivitas
pelaksanaan
sistem
pengendalian intern.
b. Selain laporan hasil audit oleh pihak eksternal,
internal audit juga memegang peranan dalam proses
monitoring
efektivitas
pelaksanaan
sistem
pengendalian intern.
c. Pimpinan mengambil seluruh tanggungjawab untuk
melakukan review secara periodik terhadap sistem
pengendalian intern.
d. Peran internal audit merupakan suatu kesatuan
proses dalam monitoring efektivitas pelaksanaan
sistem pengendalian intern.
e. Jumlah dan frekuensi reviu yang dilakukan pimpinan
bergantung dari terdapatnya perubahan tujuan
organisasi.
f. Sistem pengendalian intern di monitor oleh
manajemen atasan langsung secara berkelanjutan
(on going basis).
g. Peran internal audit merupakan suatu kesatuan
proses dalam monitoring efektivitas pelaksanaan
sistem pengendalian intern.
h. Sistem pengendalian intern di monitor oleh
staf/pegawai secara berkelanjutan (on going basis)
i. Pegawai/staf didorong untuk memiliki keberanian
melakukan
identifikasi
terjadinya
kelemahan
(deficiencies), duplikasi atau gap dalam proses
pengendalian intern.
j. Pimpinan instansi menghendaki seluruh jajaran
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Saudara?
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
14
No.
Uraian
Pemahaman Penerapan
pimpinan
pada
berbagai
tingkatan
untuk
membuktikan efektivitas sistem pengendalian intern.
k. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
Diisi oleh petugas pengumpul data
Pengumpulan data:
Reviu
Tanggal
:
Tanggal
:
Nama
:
Nama
:
Tanda tangan
:
Tanda tangan
:
Input data
Tanggal
:
Nama
:
Tanda tangan
:
15
KUESIONER INSPEKTORAT
DALAM RANGKA DIAGNOSTIC ASSESSEMENT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Kuesioner ini disusun untuk menilai pemahaman Internal Audit/Inspektorat terhadap
penerapan Sistem Pengendalian Intern.
1.
2.
3.
4.
5.
Jawab dengan memberikan tanda"√" di “O” pada tempat jawaban yang disediakan
jika daftar isisan merupakan titik – titik maka isilah titik tersebut sesuai dengan
kondisi Bapak/Ibu
Jawaban atas pertanyaan terdiri dari:
 Pemahaman : Mencakup kondisi ideal & dipahami secara teoritis oleh responden
mengenai topik yang ditanyakan
 Penerapan: Mencakup penerapan yang telah atau sedang dilaksanakan oleh unit
Bapak/Ibu terkait topik yang ditanyakan
jawaban dapat lebih dari satu, apabila terdapat jawaban yang bertentangan pilihlah
yang paling dominan atau sering dilakukan/terjadi
Jika pernyataan dipandang tidak relevan atau tidak tahu, maka dijawab tidak tahu /
tidak relevan
Atas kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
DATA UMUM
1.
Nama
: .......................................................................
2.
Nama Unit Eselon 1
: .......................................................................
.......................................................................
3.
Nama Unit Eselon 2 *)
: .......................................................................
.......................................................................
4.
Nama Unit Eselon 3 *)
: .......................................................................
.......................................................................
*) Tidak perlu diisi jika jabatan responden lebih tinggi
Uraian
No.
I.
Peran, Tanggungjawab dan Strategi
1.
Apakah
Apakah
1)
2)
3)
4)
Pemahaman
Penerapan
peran dan tujuan/sasaran dari Internal Audit pada instansi saudara ?
peran IA telah fokus pada aktivitas berikut ini:
aktivitas pelaporan keuangan
O
O
pemenuhan peraturan
O
O
aktivitas pengendalian
O
O
monitoring tupoksi organisasi.
O
O
1
No.
2.
Uraian
5)
aspek lingkungan pengendalian.
6)
risk assesment
7)
critical success factors pencapaian
tujuan organisasi.
8)
aktivitas organisasi yang berisiko
(key risk areas) mempengaruhi
pencapaian tujuan organisasi.
b. Apakah peran IA telah meliputi kegiatan
berikut ini:
1)
pada prinsipnya adalah melakukan
"check up" pelaksanaan tupoksi
organisasi. Dimana hal tersebut
kadang
manajemen
melihat
sebagai suatu pendekatan yang
confrontational.
2)
adalah
menjalankan
sebagian
peran top manajemen dalam
meyakini
bahwa
sistem
pengendalian intern telah berjalan
dengan baik.
3)
sebagai
fasilitator
dalam
pengembangan (pengukuran risiko)
risk assessment untuk pencapaian
tujuan organisasi.
4)
sebagai
fasilitator
dalam
management
control
untuk
pencapaian tujuan organisasi.
c. Apakah
IA
dalam
perencanaan/
pendekatan
auditnya
telah
melaksanakan langkah-langkah berikut
ini:
1)
sedikit sekali melakukan konsultasi
dengan pihak manajemen.
2)
telah melibatkan pihak manajemen
atau
telah
mengunakan
pendekatan
"customer
focus".
Customer focus tersebut telah
tergambar dalam tupoksi Internal
Audit.
3)
Tugas utama dari Internal Audit
adalah menjalankan fungsi reviu
atas
pelaksanaan
kegiatan
manajemen.
d. Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Bagaimana tupoksi yang telah ditetapkan dalam instansi pemerintah dijalankan ?
a. Apakah penetapan tupoksi IA telah
O
O
memperhatikan aspek-aspek berikut ini:
1)
Tidak terdapat tupoksi yang secara
O
O
formal ditetapkan
2)
Tupoksi ditetapkan secara formal,
O
O
namun
tidak
semua
pihak
2
No.
3.
Uraian
memahami.
3)
Updating tupoksi tidak dilakukan
secara teratur
4)
Tupoksi ditetapkan dalam bahasa
yang tidak semua pihak terkait
dapat memahinya dengan jelas,
termasuk Inspektorat sendiri.
5)
Tupoksi menjelaskan fungsi dan
tanggungjawab
internal
audit
secara jelas
6)
Tupoksi
menjelaskan
fungsi
pengendalian lingkungan
7)
Tupoksi
menjelaskan
fungsi
hubungan dengan eksternal audit
8)
Tupoksi menjelaskan Informasi dan
Teknologi
9)
Tupoksi menjelaskan pengendalian
atas fraud
10) Tupoksi menjelaskan monitoring
11) Tupoksi
menjelaskan
aturan
pelaporan.
12) Tupoksi selalu direviu
13) Tupoksi ditetapkan ulang secara
periodik.
14) Tupoksi dipahami oleh Inspektorat
15) Tupoksi mendapat persetujuan dari
top manajemen.
16) Tupoksi mencantumkan kewajiban
internal audit dalam perencanaan
auditnya untuk selalu berkonsultasi
dengan pihak manajemen.
17) Tupoksi yang ditetapkan selalu
dikomunikasikan dengan pihak
manajemen
dan
memintakan
saran/masukkan
dari
pihak
manajemen untuk perbaikannya
b. Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Sampai dimana tingkat independensi dan akuntabilitas Inspektorat ?
a. Kepada siapa/ institusi mana laporan
pelaksanaan
kegiatan
inspektorat
disampaikan ?
1)
disampaikan kepada salah satu
O
bagian di Inspektorat.
2)
disampaikan kepada Sesma/ Sekda
O
3)
disampaikan kepada jajaran Top
O
Manajemen
4)
menyampaikan
laporan
O
pelaksanaan kegiatannya secara
tahunan
5)
menyampaikan
laporan
O
pelaksanaan kegiatannya setiap
O
O
O
O
O
3
No.
4.
Uraian
setengah tahun sekali atau setiap 4
bulan sekali.
b. Bagaimana gambaran akses Inspektorat
dalam menjalankan tugasnya ?
1)
jarang mendapatkan akses ke top
manajemen
2)
hanya memiliki akses terbatas ke
top manajemen
3)
memiliki akses langsung ke Top
Manajemen
c. Apakah
secara
teratur
Inspektur
melakukan komunikasi dengan jajaran
Top Manajemen terkait rencana strategi
pelaksanaan kegiatannya.
d. Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Bagaimana cara dan bentuk laporan hasil audit Inspektorat disampaikan kepada
Top Manajemen ?
a. Laporan kepada Top Manajemen:
1)
umumnya
dilakukan
secara
O
O
informal
2)
umumnya
top
Manajemen
O
O
menerima laporan yang sifatnya
"good news"
3)
dilakukan secara formal
O
O
4)
dilakukan tidak terjadual (sekali
O
O
dalam setahun).
5)
sedikit
menjelaskan
masalah
O
O
langkah kerja yang dilakukan
6)
sedikit menjelaskan temuan hasil
O
O
audit serta rekomendasi yang telah
disampaikan.
7)
sedikit
rekomendasi
yang
O
O
disampaikan.
8)
disampaikan secara teratur (4
O
O
bulan sekali atau bulanan)
9)
disampaikan secara detail
O
O
10) terdapat perbandingan rencana
O
O
dan realisasi audit
11) terdapat
faktor-faktor
yang
O
O
signifikan
mempengaruhi
lingkungan pengendalian (control
environment)
12) terdapat masalah-masalah dalam
O
O
pengendalian intern lainnya.
13) kaitan antara rekomendasi dengan
O
O
critical success factor
14) kaitan antara rekomendasi dengan
O
O
inherent risknya
15) kaitan antara rekomendasi dengan
O
O
pencapaian tujuan organisasi.
4
No.
5.
Uraian
16) terdapat Cost benefit analysis
17) terdapat pengukuran atas seluruh
aktivitas pengendalian lingkungan
18) terdapat pengukuran atas rencana
kedepan dari kegiatan audit
19) terdapat
pengukuran
kinerja
Inspektorat.
b. Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Bagaimana cara dan bentuk laporan hasil audit Inspektorat disampaikan kepada
line manajemen (Kepala Satuan Kerja/Pimpinan Satgas, Eselon III) ?
a. Laporan kepada line manajemen:
1)
hanya terkait dengan rekomendasi
O
O
yang disampaikan
2)
hanya disampaikan jika audit telah
O
O
selesai dilaksanakan (kurang lebih
sebulan)
3)
disampaikan biasanya kurang dari 1
O
O
bulan
4)
laporan
memuat
eksekutif
O
O
summary
5)
laporan memuat rekomendasi
O
O
6)
laporan memuat tanggapan dari
O
O
pihak manajemen.
7)
apabila tidak tepat waktu hanya
O
O
didasarkan atas suatu hal yang
dapat dipahami.
8)
memuat
penjelasan
mengenai
O
O
faktor-faktor
kritis
yang
mempengaruhi aktivitas lingkungan
pengendalian
9)
laporan
memuat
penjelasan
O
O
mengenai
faktor-faktor
pengendalian intern lainnya
10) laporan
memuat
penjelasan
O
O
mengenai tindak lanjut yang perlu
diprioritaskan.
11) kaitan antara rekomendasi dengan
O
O
critical success factor
12) kaitan antara rekomendasi dengan
O
O
inherent risknya
13) kaitan antara rekomendasi dengan
O
O
pencapaian tujuan organisasi.
14) terdapat Cost benefit analysis
O
O
15) terdapat pengukuran atas seluruh
O
O
aktivitas pengendalian lingkungan
16) terdapat pengukuran atas rencana
O
O
kedepan dari kegiatan audit
17) terdapat komentar atas kinerja
O
O
Inspektorat dari pihak manajemen.
b. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
5
No.
6.
Uraian
Pemahaman
Penerapan
Bagaimana cara risk assesment dilakukan atau menjadi prioritas Inspektorat ?
a. Pelaksanaan
risk
assessment
di
Inspektorat:
1)
dilakukan tidak secara formal.
O
O
2)
audit dilakukan secara uji petik
O
O
pengujian atas suatu transaksi.
3)
Risk assesment telah dilakukan
O
O
secara formal
4)
Risk assesment hasilnya tidak
O
O
dilaporkan
secara
tersendiri
sebagai suatu analisa yang detail
5)
Risiko dianalisa melalui analisa
O
O
suatu
proses
kegiatan
mis;
perputaran pegawai, dan volume
transaksi yang dilakukan.
6)
Aktivitas yang memiliki risiko tinggi
O
O
telah menjadi fokus audit.
7)
dilakukan di tahap perencanaan
O
O
penentuan ruang lingkup audit.
8)
Risk base telah menjadi dasar
O
O
pelaksanaan audit Inspektorat
9)
Inherent risk diperhitungkan dan
O
O
ditetapkan dalam perencanaan
audit.
10) pengendalian risiko diperhitungkan
O
O
dan ditetapkan dalam perencanaan
audit.
b. Keterkaitan antara risk assesment dan
tujuan organisasi:
1)
Risk assesment secara umum
O
O
belum dikaitkan dengan tujuan
organisasi
2)
Risk assesment secara umum telah
O
O
dikaitkan dengan tujuan organisasi
c. Pengukuran Risiko yang dilakukan oleh
O
O
Inspektorat
tidak
dilakukan
komparasi/diperbandingkan dengan hasil
dari pengukuran risiko yang dilakukan
manajemen.
d. Tidak terdapat satu model yang
O
O
ditetapkan dalam melakukan pengukuran
risiko.
e. Hasil
pengukuran
risiko
selalu
O
O
dikomunikasikan dan diperbandingkan
dengan pihak manajemen.
f. Model pengukuran risiko dijelaskan
O
O
kepada pihak manajemen.
g. proses
penetapan
bobot
dalam
O
O
pengukuran risiko dijelaskan kepada
pihak manajemen.
h. Tidak tahu / tidak relevan
O
O
6
No.
II.
7.
8.
Uraian
Pemahaman
Kompetensi dan Pengukuran Kinerja
Bagaimana tingkat kompetensi staf Inspektorat ?
a. Kompetensi Staf Inspektorat:
1)
memiliki keahlian melakukan audit
atas laporan keuangan proyek.
2)
Sebagian besar staf memiliki
pemahaman terbatas atas tupoksi
organisasi.
3)
Melakukan verifikasi atas laporan
keuangan
4)
memiliki keahlian audit kepatuhan
5)
memiliki
kemampuan
berkomunikasi yang baik
6)
memiliki pengetahuan tentang
tupoksi organisasi
7)
memiliki
keahlian
terkait
perencanaan strategis.
8)
memiliki keahlian review ketaatan
terhadap PerUU
9)
memiliki keahlian audit proyek
10) memberikan
pelatihan
kantor
sendiri (PKS) untuk pengembangan
staf yang lainnya.
b. Melakukan audit atas rencana strategis
organisasi belum merupakan kewajiban
dari Inspektorat .
c. Staf Inspektorat dalam penetapan
timnya
secara
kolektif
telah
memperhatikan kemampuan terkait:
1)
Pemeriksaan Internal
2)
Audit berbasis Informasi dan
Teknologi
3)
Akuntansi
4)
Pengendalian Manajemen
5)
Perencanaan Strategic
6)
Pengetahuan Organisasi
7)
Interpersonal dan Communication
skills
8)
Komputer
9)
Managerial leadership.
d. Pelatihan
secara
berkelanjutan
dilakukan:
1)
di kantor sendiri
2)
melalui kursus yang dilaksanakan di
luar kantor (Pusdiklat BPKP atau
Instansi
Lainnya
yang
menyelenggarakan diklat terkait).
e. Tidak tahu / tidak relevan
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
Bagaimana Inspektorat mendapatkan dan mempertahankan orang yang tepat untuk
7
No.
Uraian
melaksanakan tugasnya ?
a. Inspektorat merupakan tempat:
1)
yang tidak dinamis
2)
yang dinamis
3)
yang tidak penuh tantangan.
b. Beberapa orang di Inspektorat telah
menempati posisi yang sama dalam
beberapa tahun.
c. pergantian pegawai:
1)
dilakukan
apabila
terdapat
pegawai yang pensiun
2)
dilakukan
apabila
terdapat
pegawai yang mutasi
3)
diganti dengan orang yang memiliki
kompetensi sama.
d. sistem mutasi di Inspektorat sama
dengan unit lain
e. karir di Inspektorat sama dengan unit
lain
f. sedikit staf dari Inspektorat yang di
mutasi ke unit organisasi lain.
g. Kebijakan rekrutmen pegawai:
1)
Tidak ditetapkan secara formal
2)
ditetapkan secara formal
3)
memiliki kemampuan dasar sebagai
tim audit
4)
memiliki pemahaman pelaporan
keuangan
5)
memiliki pemahaman peraturan
6)
memiliki pemahaman informasi
dan teknologi.
7)
menggambarkan pemahaman yang
luas terhadap fungsi internal audit
8)
memberikan prioritas kepada calon
pegawai yang ahli di bidang
akuntansi/auditing.
9)
Alternatif recruitment pegawai
adalah dari internal organisasi yang
memiliki
kompetensi
sesuai
kebijakan yang telah ditetapkan.
10) memberikan prioritas kepada calon
pegawai yang ahli di bidang
akuntansi/auditing.
Alternatif
recruitment pegawai adalah dari
internal organisasi yang memiliki
kompetensi sesuai kebijakan yang
telah ditetapkan.
11) Kebijakan recruitment pegawai
telah menggambarkan pemahaman
yang luas terhadap fungsi internal
audit, dan memberikan prioritas
Pemahaman
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
8
No.
h.
i.
j.
k.
9.
Uraian
kepada calon pegawai yang ahli di
bidang
akuntansi/auditing.
Alternatif recruitment pegawai
adalah dari internal organisasi yang
memiliki
kompetensi
sesuai
kebijakan yang telah ditetapkan.
Di Inspektorat dalam pengembangan
karir terdapat beberapa aturan yang
berbeda (terkait jabatan fungsional
auditor)
Inspektorat dilihat sebagai tempat yang
prestisius, suatu area dinamis yang
menghasilkan
calon-calon
eksekutif
manajemen.
Internal audit pada dasarnya adalah
inhouse consultancy, sehingga pegawai
yang
direcruit
harus
memahami
operasional organisasi tidak sematamata hanya memiliki kemampuan
akuntansi/auditing. Proses recrutment
memberikan kesempatan yang luas
kepada pegawai di unit lain yang
memiliki kemampuan lebih dibanding
pegawai lain yang sebelumnya telah
dikonsultasikan
kepada
Top
Management.
Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman
Bagaimana kinerja Inspektorat diukur dan dimonitor
a. Inspektorat mengukur kinerjanya sendiri
b. Kinerja diukur berdasarkan perbandingan
antara realisasi dari rencana/anggaran
kegiatan yang telah ditetapkan.
c. Inspektorat mengukur kinerjanya sendiri
secara regular.
d. Pengukuran
kinerja
telah
mempertimbangkan
kaitan
antara
kemampuan mengidentifikasi masalah
dikaitkan dengan kualitas rekomendasi
yang
disampaikan.
Umpan
balik/feedback dari pihak manajamen
hanya terkait hal-hal tertentu saja dan
masih bersifat informal.
e. Inspektorat mengukur kinerjanya sendiri
secara regular dan dalam pengukuran
kinerjanya menerima masukkan dari
pihak manajemen/auditan.
f. Feedback dari pihak manajemen/auditan
dipertimbangkan untuk pengembangan
Key Performance Indicators, dengan
mempertimbangkan misi, tujuan dan
outcames yang ingin dicapai dari
Penerapan
O
O
O
O
O
O
O
O
?
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
9
No.
Uraian
kegiatan audit Itjen.
g. Inspektorat mengukur kinerjanya sendiri
secara regular dan dalam pengukuran
kinerjanya menerima masukkan dari
pihak
manajemen/auditan.Feedback
atas kinerja Inspektorat dari pihak
manajemen juga diterima dari pihak
manajemen secara periodik, tidak hanya
pada saat pengukuran kinerja sedang
dilakukan.
h. Feedback dari pihak manajemen/auditan
dipertimbangkan untuk pengembangan
Key Performance Indicators, dengan
mempertimbangkan misi, tujuan dan
outcames yang ingin dicapai dari
kegiatan audit Itjen.
i. Tidak tahu / tidak relevan
Pemahaman
Penerapan
O
O
O
O
O
O
Diisi oleh petugas pengumpul data
Pengumpulan data:
Reviu
Tanggal
:
Tanggal
:
Nama
:
Nama
:
Tanda tangan
:
Tanda tangan
:
Input data
Tanggal
:
Nama
:
Tanda tangan
:
10
Lampiran 4
LANGKAH PROSES INPUT, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
HASIL JAWABAN KUESIONER
1. Pendahuluan
Input, pengolahan, dan analisis data dilaksanakan dalam satu file berbentuk
excel. Hasil akhir hingga analisis data adalah peta mengenai kondisi K/L yang
diambil datanya.
2. Input Data
 Input data terdapat 2 buah worksheet, yaitu input data untuk pemahaman
dan penerapan yang keduanya terletak pada sudut kiri bawah.
 Input data pemahaman dan penerapan berasal dari kuesioner sesuai
dengan worksheetnya.
 Pada saat diinput, penomoran pada pemahaman dan penerapan harus
sama karena data tersebut berpasangan antara satu dengan lainnya.
 Input data dilakukan dengan menuliskan angka “1” pada sel data excel
untuk kuesioner yang dipilih oleh responden dan biarkan sel berisi angka
“0” untuk kuesioner yang tidak dipilih oleh responden.
 Bagian row adalah pertanyaan sesuai dengan kuesioner, sedangkan
kolom adalah responden
 Standar awal hanya ada satu responden, apabila responden lebih dari
satu orang, maka jumlah kolom untuk responden dapat ditambah sesuai
dengan jumlah responden dengan cara mengkopi penuh satu kolom
(hitamkan dengan mengklik kolom di atasnya kemudian dikopikan ke
kolom sebelah kanan hingga sesuai dengan jumlah responden.
 Dalam daftar isian data hanya ada angka “1” dan “0”, tidak ada lain,
apabila ada data lain maka data lain tersebut tidak terbaca dan membuat
error pada proses pengolahan dan analisis data.
 Jumlah data yang diinput pada pemahaman dan penerapan harus sama
jumlahnya dan nomor yang ada pun berpasangan datanya.
 Apabila telah selesai dapat dilanjutkan ke worksheet pengolahan data
pemahaman dan penerapan.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah proses lanjutan setelah pengisian data selesai
dilaksanakan. Tata cara untuk pengolahan data adalah sebagai berikut:
 Pengolahan data dilaksanakan oleh dua worksheet yaitu worksheet untuk
pengolahan data pemahaman dan penerapan.
 Pengolahan berlangsung secara otomatis atau telah terhubung (link)
dengan input data.
 Apabila kolom untuk responden kurang, maka dapat dilakukan proses kopi
dari kolom responden disebelahnya dan jumlah kolom yang dikopi
disesuaikan dengan jumlah responden pada input data.
 Jumlah responden pada pengolahan data harus sama dengan jumlah
input data, serta jumlah pemahaman dan penerapan juga harus sama.
 Tidak dilakukan perubahan apapun dalam worksheet ini kecuali
penambahan kolom sesuai dengan jumlah responden.
 Apabila telah selesai dapat dilanjutkan ke worksheet ringkasan data untuk
pemahaman dan penerapan.
4. Pengolahan Data Lanjutan
Pengolahan data secara berkelanjutan berbentuk ringkasan data adalah
worksheet yang berguna untuk pengambilan data yang dibutuhkan dalam
membuat peta hasil pemetaan.
 Pengolahan data lanjutan yang menghasilkan ringkasan data akan secara
otomatis terbuat dan telah dihubungkan (link) dengan worksheet
sebelumnya.
 Data yang dihasilkan hanya berbentuk titik – titik simpulan.
 Merupakan data yang digunakan untuk membuat peta hasil pemetaan.
 Tidak perlu melakukan apapun karena data otomatis terbuat.
 Apabila kolom responden kurang maka dapat dibuat dengan cara
mengkopi dari kolom sebelumnya.
5. Peta hasil pemetaan
Peta
hasil pemetaan dapat dibuat dari worksheet ringkasan, namun jika
membutuhkan lebih detil maka dapat diambil dari worksheet pengolahan data.
Tata cara membuat peta hasil pemetaan adalah sebagai berikut:
 Buka worksheet peta (dalam contoh ini adalah peta untuk kesimpulan
secara umum)
 Terlihat adanya gambar peta dengan warna merah, kuning, hijau, dan biru
 Di bawah peta terlihat adanya data, dengan kolom Pemahaman,
Penerapan, dan Blok
 Buatlah persiapan blok data dengan jumlah row yang sesuai dengan
jumlah responden, bila row responden kurang maka dapat ditambah row
dengan melakukan insert row
 Ambil data dari worksheet ”ringkasan pemahaman” di row ”simpulan”
mulai dari awal hingga akhir pada row simpulan, kemudian ”copy”
 Kembali ke worksheet peta kemudian pindahkan data yang tadinya
memanjang dari kiri ke kanan di row menjadi dari atas ke bawah di kolom
pemahaman dengan cara ”paste special” – pilih ”paste values” dilanjutkan
”transpose”.
 Ulangi untuk data penerapan
 Data pemahaman dan penerapan harus berdampingan dan jumlahnya
sama
 Perumusan dalam kolom–kolom selanjutnya hingga kolom blok dilakukan
dengan cara mengkopi perumusan yang berada diatasnya
 Apabila telah selesai, maka akan otomatis angka–angka tersebut
dimasukan ke dalam peta.
 Cara membaca peta (lihat penjelasan tentang analisis jawaban kuesioner)
Peta pemahaman dan penerapan dituangkan dalam warna dengan
penjelasan, sebagai berikut :
1) Warna Merah
:
Menggambarkan
bahwa
pemahaman
dan
penerapan SPIP di lingkungan unit organisasi
masih pada tahap awal.
2) Warna Kuning
:
Menggambarkan bahwa pemahaman SPIP
sudah memadai namun penerapannya masih
pada tahap awal.
3) Warna Hijau
:
Menggambarkan bahwa penerapan SPIP di
lingkungan unit organisasi sudah memadai
walaupun
pemahaman
terdapat
perbedaan
dalam
4) Warna Biru
:
Menggambarkan bahwa penerapan SPIP di
lingkungan unit organisasi sudah sangat baik
walaupun
terdapat
perbedaan
dalam
pemahaman.
 Apabila ingin memperoleh hasil yang lebih terinci, maka proses membuat
peta dapat diulang untuk setiap unsur SPIP, dapat juga dilakukan secara
detil sampai pada setiap pertanyaan.
SIMPULAN UMUM KELEMBAGAAN
1
1
0
0
0
2,86%
0,00%
0,00%
0,00%
0
7
1
0
0,00%
20,00%
2,86%
0,00%
12
11
0
0
34,29%
31,43%
0,00%
0,00%
3
0
0
0
8,57%
0,00%
0,00%
0,00%
1
2
3
4
0
4
2,86%
8
22,86%
23
65,71%
P
E
M
A
H
A
M
A
N
0,00%
1
3
2,86%
8
2
3
22,86%
26
1
8,57%
35
74,29%
35
PENERAPAN
16
45,71%
18
51,43%
1
2,86%
0
0,00%
Pemahaman
Penerapan Pemahaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
2
2
2
3
1
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
4
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
3
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
11
12
13
14
21
22
23
24
31
32
33
34
41
42
43
44
3
12
0
1
0
11
7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
Penerapan
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Sangat Kurang
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Kurang
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Sangat Kurang
Sangat Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Sangat Kurang
Sangat Kurang Baik
Sangat Kurang
Sangat Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Sangat Kurang
Kurang Baik
Kurang Baik
Pemahaman
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Penerapan
2
2
2
3
1
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
4
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
Blok
2
1
1
2
1
2
2
3
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
22
12
12
23
11
23
23
33
23
23
12
22
23
22
22
12
22
22
23
12
12
12
14
22
22
12
12
12
11
11
22
22
12
12
22
35
6. Kesimpulan Analisis Peta Jawaban Kuisioner

Mengidentifikasi gejala awal potensi permasalahan (red flag).
Identifikasi gejala potensi permasalahan (red-flag) dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut:

Jawaban responden yang berada pada tingkat 1 dan atau 2 (area merah)

Terdapat ketidakkonsistenan yang mencolok antara jawaban kelompok
responden atau ketidakkonsistenan jawaban antar responden dalam
kelompok yang sama.
Misalnya:

Ketidakkonsistenan jawaban antar kelompok responden (kelompok
yang berbeda): Jawaban atas substansi pertanyaan yang sama pada
responden manajemen puncak berada pada tingkat 4, sedangkan
untuk responden manajemen lini pada tingkat 1.

Ketidakkonsistenan jawaban responden dalam kelompok yang sama:
jawaban yang bersifat outlier pada kelompok responden yang sama.

Bila terjadi gejala awal potensi permasalahan (red flag), beri tanda
pada pertanyaan dalam kuesioner sebagai pertanyaan yang akan
digali lebih lanjut informasinya.

Identifikasi jawaban mayoritas atas pertanyaan yang terdapat pada
Kuesioner Eselon III dan Staf yang berada pada Tingkat I dan atau
Tingkat II. Identifikasi dapat dilakukan dengan melihat frekuensi
jawaban terbanyak pada print out kertas kerja tabulasi kuesioner.

Identifikasi responden yang akan diwawancara berdasarkan jawaban
yang berbeda.

Bila jawaban responden tidak mengindikasikan adanya kelemahan,
maka tim memutuskan apakah informasi yang diperoleh masih perlu
digali lebih lanjut atau tidak.
Dokumen
URAIAN
Terkait
I. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
(Pasal 4) “Tone at the Top”
Pimpinan IP telah memiliki komitmen untuk menciptakan / memelihara lingkungan pengendalian, yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan SPI dalam lingkungan kerjanya, melalui:
1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika
Pimpinan IP telah menetapkan aturan perilaku:
- mengatur praktik yang dapat diterima dan tidak dapat diterima,
- benturan kepentingan,
- berkenaan dengan hal-hal yang krusial,
- mengatasi situasi dilematis,
- menjaga citra positif lembaga, dalam urusan kedinasan maupun kemasyarakatan.
2) Seluruh pegawai telah menandatangani pernyataan komitmen untuk menerapkan aturan perilaku/standar
etika dan secara berkala diperbaharui.
1)
Pegawai mengetahui, memahami dengan baik isi aturan perilaku/standar etika, sanksi hukuman terhadap
pelanggaran aturan perilaku/standar etika.
4) Setiap tingkat pimpinan telah memberikan keteladanan penerapan aturan perilaku, dalam tutur kata
maupun dalam tindakan nyata.
Ketentuan yang
relevan,
- Aturan perilaku,
- Dokumen Pakta
Integritas
-
-
Aturan perilaku yang
ditetapkan dengan SE
dibandingkan dengan
sample dokumen
Pakta Integritas
3)
5)
Pekerjaan yang terkait dengan pelayanan publik dilaksanakan dengan etika yang tinggi.
Aturan perilaku yang
ditetapkan dengan
SE,
- Sample dokumen
Pakta Integritas
-
-
Kebijakan/mekanisme
penanganan masalah
1
kepegawaian
6)
Sanksi atas pelanggaran etika telah dikomunikasikan kepada pegawai, penegakan yang tepat atas
pelanggaran aturan perilaku dan pemantauan tindak lanjutnya.
-
SE/SK Pembentukan
Tim Penegakan
Aturan Perilaku,
- Sample SK
Penjatuhan Sanksi
7)
Demi pencapaian tujuan organisasi, pimpinan instansi pemerintah menjelaskan,
mempertanggungjawabkan, dan mendokumentasikan, jika ada kejadian intervensi, pengabaian, ataupun
pengecualian pengendalian intern.
-
8)
Pimpinan instansi pemerintah menghapus kebijakan, penugasan, atau penetapan sasaran yang tidak
realistis, yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
-
2. Komitmen terhadap Kompetensi
9) Uraian jabatan seluruh tingkatan Pimpinan dan seluruh pegawai telah diidentifikasi, ditetapkan, dimonitor,
dan dimutahirkan secara periodik (misalnya melalui proses analisis beban kerja dan analisis jabatan).
-
Sample Notulen
Rapat,
- SE tentang Pedoman
intervensi dan
pengabaian
Renstra,
Renja yang SMART
Uraian Jabatan,
Hasil Analisis
Jabatan,
- Hasil Analisis Beban
Kerja
10)
IP telah menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam IP
-
Uraian Jabatan
11)
IP telah menyusun, menyelenggarakan program pelatihan dan pembimbingan yang berkesinambungan,
dan melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa seluruh pegawai sudah menerima pelatihan yang sesuai
dengan pelaksanaan tugasnya
-
Dokumen Kebijakan
Pengelolaan SDM
2
12)
Pemilihan dan penempatan berbagai tingkatan pimpinan berdasarkan kemampuan manajerial dan
pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah.
(rencana diklat yang
sesuai dengan urjab,
dan pengembangan
kompetensi)
- Kriteria promosi,
mutasi
3. Kepemimpinan yang Kondusif
13) Dalam pengambilan keputusan, Pimpinan IP selalu mempertimbangkan risiko yang telah ditetapkan dalam
peta risiko.
14) Pimpinan IP menerapkan manajemen berbasis kinerja.
15) Pimpinan telah memiliki komitmen kuat terhadap fungsi tertentu dalam penerapan SPIP seperti fungsi
pencatatan dan pelaporan keuangan, manajemen informasi dan penyempurnaannya, pengelolaan
pegawai, pengawasan intern maupun ekstern.
16) Pimpinan IP telah menerapkan akuntabilitas pengelolaan aset dan informasi, dari akses dan penggunaan
yang tidak sah.
17) Telah terjalin interaksi yang intensif antar pejabat pada berbagai tingkatan manajemen.
18) Pimpinan IP memiliki sikap positif dan responsif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program, dan kegiatan.
(misal mendukung penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang konservatif, mengungkapkan semua informasi
yang diperlukan, menghindari penekanan pencapaian hasil jangka pendek, tidak menyampaikan laporan
yang tidak tepat, fakta tidak dibesar-besarkan, dan estimasi anggaran tidak ditinggikan).
19) Dalam IP tidak terjadi mutasi pegawai yang berlebihan di fungsi-fungsi kunci, yang mungkin menunjukkan
adanya masalah pengendalian intern.
(misal: tidak terjadi mutasi pimpinan yang berlebihan berkaitan dengan masalah-masalah pengendalian
intern, pegawai yang menduduki posisi penting tidak mengundurkan diri dengan alasan tidak terduga, tidak
terdapat perputaran pegawai yang tinggi sehingga melemahkan pengendalian intern, tidak terjadi
perputaran pegawai yang tidak berpola mengindikasikan kurangnya perhatian pimpinan Instansi
Pemerintah terhadap pengendalian intern)
3
4. Pembentukan Struktur Organisasi yang sesuai dengan Kebutuhan
Struktur organisasi Instansi Pemerintah telah sesuai dengan tujuan, ukuran dan sifat kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan:
- telah memfasilitasi kebutuhan arus informasi internal instansi (proses bisnis) secara menyeluruh,
- telah mempertimbangkan faktor-faktor dalam menentukan tingkat sentralisasi dan desentralisasi
kebijakan.
21) Struktur organisasi memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab serta telah disosialisasikan
dan dipahami oleh semua pegawai
- Ketentuan
Perundangan (PP,
Perda, Permen dll),
SE pimpinan instansi
Terdapat kebijakan yang memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam Instansi
Pemerintah, untuk memudahkan Pimpinan IP memperoleh informasi pelaksanaan tugas tanggung
jawabnya, saling berkomunikasi, serta pemahaman pegawai terhadap hubungan dan jenjang pelaporan
yang telah ditetapkan.
23) Telah dilaksanakan evaluasi dan penyesuaian secara periodik atas struktur organisasi terhadap
perubahan lingkungan strategis.
- SE/SK pengelolaan
informasi dan
pelaporan
Jumlah pegawai terutama untuk posisi pimpinan telah sesuai kebutuhan, sehingga Pimpinan memiliki
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
- Analisis beban kerja
20)
22)
24)
- Job disc, website,
agenda
- Pertimbangan 2
perubahan SOTK
5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat
25)
Wewenang telah diberikan secara tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya, dimana Pimpinan
bertanggung jawab atas keputusan, menerapkan prosedur pemantauan hasil pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab.
- SE struktur
organisasi, Uraian
jabatan
26)
Pegawai yang diberi wewenang telah memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang
diterimanya terkait pihak lain dalam instansi yang bersangkutan yang diatur dalam uraian tugas setiap
tingkatan manajemen dan dievaluasi kinerjanya.
- SE struktur
organisasi, Uraian
jabatan
4
27)
Pegawai telah memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawabnya dalam penerapan
SPIP:
- diberdayakan untuk mengatasi masalah atau melakukan perbaikan,
- keseimbangan antara pendelegasian tersebut dengan keterlibatan pimpinan yang lebih tinggi.
- SE struktur
organisasi,
- Uraian jabatan
6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia
28)
Instansi telah melaksanakan kebijakan dan prosedur pembinaan SDM, sejak rekrutmen sampai dengan
pemberhentian pegawai, yang mengutamakan kompetensi, etika dan integritas, serta mendorong
tercapainya kinerja.
- Dokumen formasi
berbasis
kompetensi/jabatan,
- SOP Penerimaan
Pegawai / rekrutmen
- Uraian Jabatan
- SOP pengelolaan
pegawai (promosi,
mutasi, remunerasi,
dll)
- Panduan, penilaian,
dan pelatihan
- SK pemberhentian
Instansi telah menerapkan kebijakan penelusuran latar belakang calon pegawai yang memadai dalam
proses rekruitmen.
(mencakup investigasi terhadap calon pegawai sehubungan adanya catatan kriminal, konfirmasi atas
atasan calon pegawai di tempat kerja sebelumnya, dan konfirmasi ijazah pendidikan dan sertifikasi
profesi)
30) Instansi telah menerapkan supervisi periodik atas SDM yang memadai.
(dengan memberikan panduan, penilaian, dan pelatihan di tempat kerja, dan pimpinan memastikan
bahwa pegawai memahami tugas, tanggung jawabnya)
29)
7. Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Efektif
5
Terdapat mekanisme untuk memberikan keyakinan memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
- Piagam Audit, Struktur
efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah, melalui:
Organisasi APIP,
- Independensi APIP yang didukung oleh komitmen dari pimpinan tertinggi
- Standar Kerja/Standar
- APIP menyusun laporan hasil pengawasan, yang memberikan keyakinan memadai pencapaian tujuan
Profesi,
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
- PKPT, Laporan hasil
- Dilakukan telaahan sejawat secara berkala, untuk menjaga mutu hasil pemeriksaan APIP
pengawasan,
- SOP/Pemantauan
tindak lanjut
32) Terdapat mekanisme peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko atas
- PKPT,
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
- Pedoman audit, reviu,
bimtek, dll,
- Laporan hasil
pengawasan dengan
sasaran perbaikan
efektivitas
manajemen risiko
33) Terdapat peran APIP independen dan profesional dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas
- Laporan hasil
tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
pengawasan dengan
sasaran perbaikan
tata kelola
31)
8. Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait
34)
Instansi telah melakukan hubungan kerja yang baik dengan IP yang mengelola anggaran, akuntansi dan - MOU Koordinasi
perbendaharaan, dan yang mekasanakan tanggung jawab pengendalian lintas instansi, sehingga tercipta
mekanisme saling uji dan saling berkoordinasi.
(misal rekonsiliasi data keuangan, pembahasan secara berkala tentang pelaporan keuangan dan
anggaran dengan Departemen Keuangan, pengendalian intern dan kinerja, serta musyawarah
perencanaan pembangunan sesuai ketentuan yang berlaku, rapat koordinasi dengan instansi eksternal
yang bertanggung jawab atas fungsi pengendalian lintas instansi (inspektorat, BPKP, dan BPK).
6
URAIAN
Dokumen Terkait
II. PENILAIAN RISIKO
1. Penetapan Tujuan Instansi Pemerintah Secara Keseluruhan
35) Pimpinan IP sudah menetapkan tujuan Instansi pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan seperti
Renstra dan Renja tahunan
tercantum dalam Renstra dan Renja tahunan, Memenuhi persyaratan program yang ditetapkan dengan peraturan
dan memenuhi kriteria SMART serta dikomunikasikan dengan seluruh pegawai
36) Pimpinan IP menetapkan strategi operasional yang konsisten dengan renstra dan rencana penilaian risiko,
dengan mempertimbangkan sistem penganggaran (antara lain alokasi, prioritas, rancangan secara rinci, asumsi
dasar renstra dan anggaran konsisten saat ini dan sebelumnya.)
37) Tujuan IP secara menyeluruh mempertimbangkan risiko ekstern dan intern, serta struktur pengendalian
penanganan risiko
2. Penetapan tujuan pada tingkat kegiatan
38) Penetapan tujuan pada tingkat kegiatan dengan memperhatikan metode yang lazim, diantaranya adanya tujuan
dan renstra IP (entitas), keterkaitan, relevansi,kriteria pengukuran, sumber daya yang cukup dan partisipasi
seluruh tingkatan pimpinan.
3. Identifikasi Risiko
39) Pimpinan IP menggunakan metodologi identifikasi risiko, baik metode kualitatif maupun kuantitatif yang sesuai
dengan tujuan IP dan tujuan kegiatan dengan ditandai :
 mempertimbangkan prakiraan rencana jangka pendek dan jangka panjang serta renstra
 mempertimbangkan hasil dari temuan audit, hasil evaluasi atau penilaian lainnya,
 risiko yang ada pada tingkat pegawai dan pimpinan tingkat menengah menjadi perhatian pimpinan yang
lebih tinggi.
7
URAIAN
Dokumen Terkait
II. PENILAIAN RISIKO

Risiko IP secara keseluruhan dan pada setiap tingkatan kegiatan penting
40) Penggunaan metodologi tersebut harus dikomunikasikan dengan pegawai yang berkepentingan dan dibahas
dengan jajaran pimpinan,
41) Risiko telah diidentifikasi dengan menggunakan mekanisme yang memadai, dengan mempertimbangkan
perubahan lingkungan strategis eksternal dan internal (eksternal seperti perubahan peraturan, teknologi,
bencana alam, dan internal seperti perubahan kebutuhan, pengurangan pegawai, kecurangan).
42) Penilaian atas faktor lain, yang dapat meningkatkan risiko telah dilaksanakan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang terjadi di masa lalu (seperti kegagalan pencapaian misi, tujuan dan sasaran, pelanggaran
penggunaan dana dan peraturan), serta risiko melekat pada misi dan program
Kertas Kerja Identifikasi
Risiko
4. Analisis Risiko
43) Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak risiko terhadap pencapaian tujuan IP dengan
Kertas Kerja Analisis Risiko
memperhatikan metode, proses dan hasil:
 Metode analisis risiko yang relevan dipergunakan (ada kriteria klasifikasi, melibatkan pimpinan dan
pegawai yang berkepentingan, menetapkan peringkat atau level
 Pimpinan IP menetapkan proses formal dan informal untuk menganalisis risiko berdasarkan kegiatan
sehari-hari
 Risiko relevan dengan tujuan
44) Pimpinan IP menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.
5. Pengelolaan Risiko Selama Perubahan
45) IP memiliki mekanisme antisipasi, identifikasi, dan reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam pemerintahan,
ekonomi, industri, peraturan, operasional, atau kondisi lain yang dapat mempengaruhi tercapainya maksud dan
tujuan IP secara keseluruhan dan tujuan kegiatan.
8
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
1. Penerapan Umum Kegiatan Pengendalian
Renstra, Renja, RKT,
46) Terdapat kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah sesuai dengan
Peraturan per-uu-an
ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. (Not fits for all, sebagai landasan hukum
setiap instansi memiliki kegiatan pengendalian yang tidak bisa disamaratakan dengan instansi lainnya)
instansi.
47) Penyelenggaraan kegiatan pengendalian telah diarahkan pada karakteristik sebagai berikut:
-
kegiatan pokok (core business) Instansi Pemerintah;
melalui proses penilaian risiko;
sifat khusus (specific) Instansi Pemerintah;
kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis (terdapat dokumentasi);
prosedur dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis (terdapat proses internalisasi dan
implementasi di instansi yang bersangkutan); dan
kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai
dan berfungsi seperti yang diharapkan
Peraturan per-uu-an
sebagai landasan hukum
instansi, SOP, Notulen
Rapat, Laporan Monitoring
dan Evaluasi Kegiatan
masing-masing instansi.
2. Reviu atas Kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan
Renstra, Renja, Lakip, DIPA,
48) Terdapat reviu atas kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan tolok
Laporan Bulanan/
ukur kinerja yang ditetapkan pada level instansi, aktivitas/ kegiatan; dengan menggunakan alat berupa target, Triwulanan/ Semester/
anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yang lalu; atau alat lainnya yang sesuai dengan kebutuhan.
Tahunan Realisasi
Pencapaian Target Instansi,
9
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
Notulen Rapat.
3. Pembinaan Sumber Daya Manusia
49) Terdapat pembinaan sumber daya manusia oleh Pimpinan Instansi Pemerintah dengan cakupan:
-
mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada pegawai;
membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi
dan misi; dan
membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan pegawai, sistem
kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian
kinerja, serta rencana pengembangan karir.
Buletin, Leaflet, Kartupos,
Amplop, Spanduk, Web,
Renstra, Renja, Strategi
Pengembangan SDM, SOP
Kepegawaian
4. Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi
Desain Infrastruktur IT,
50) Terdapat kegiatan pengendalian umum pengamanan sistem informasi untuk memastikan akurasi dan
Kebijakan Pengembangan
kelengkapan informasi yang memperhatikan :
IT (Propriotary vs Open
Source), SDLC (Sistem
a. penilaian risiko yang komprehensif,
Development Life Cycle),
b. pengembangan rencana yang jelas,
UAT (User Acceptance
c. penetapan organisasi untuk implementasi,
Test), DBMS (Database
d. penguraian tanggung jawab pengamanan yang jelas,
Manajemen System),
e. implementasi kebijakan yang efektif,
Prosedur Data Konversi,
f. dan pemantauan efektivitas program pengamanan.
Dokumen Integrasi Data,
51) Terdapat kegiatan pengendalian umum pengamanan pengendalian atas akses untuk memastikan akurasi SOP Pengembangan
Sistem Informasi, Standar
dan kelengkapan informasi dengan memperhatikan :
Keamanan SI, Integrasi
10
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
a. klasifikasi sumber daya sistem informasi, identifikasi pengguna yang berhak dan otorisasi akses ke informasi
secara formal,
b. pengendalian fisik dan pengendalian logik untuk mencegah dan mendeteksi akses yang tidak diotorisasi,
c. pemantauan atas akses ke sistem informasi, investigasi atas pelanggaran, serta tindakan perbaikan dan
penegakan disiplin.
(DBMS, TPS, MIS, EIS)
52) Terdapat kegiatan pengendalian umum pengamanan pengendalian atas pengembangan dan perubahan
perangkat lunak aplikasi untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi meliputi :
a. otorisasi atas fitur pemrosesan sistem informasi dan modifikasi program,
b. pengujian dan persetujuan atas seluruh perangkat lunak yang baru dan yang dimutakhirkan,
c. dan penetapan prosedur untuk memastikan terselenggaranya pengendalian atas kepustakaan perangkat
lunak.
53) Terdapat kegiatan pengendalian umum pengamanan pengendalian atas perangkat lunak sistem meliputi :
a. pembatasan akses ke perangkat lunak sistem berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan dokumentasi
atas otorisasi akses,
b. pengendalian dan pemantauan atas akses dan penggunaan perangkat lunak sistem,
c. dan pengendalian atas perubahan yang dilakukan terhadap perangkat lunak sistem
54) Terdapat kegiatan pengendalian umum pengamanan pemisahan tugas meliputi :
a. identifikasi tugas yang tidak dapat digabungkan dan penetapan kebijakan untuk memisahkan tugas tersebut,
b. penetapan pengendalian akses untuk pelaksanaan pemisahan tugas,
c. dan pengendalian atas kegiatan pegawai melalui penggunaan prosedur, supervisi, dan reviu.
55) Terdapat kegiatan pengendalian umum pengamanan kontinuitas pelayanan meliputi :
- penilaian, pemberian prioritas, dan pengidentifikasian sumber daya pendukung atas kegiatan komputerisasi
yang kritis dan sensitif;
- langkah-langkah pencegahan dan minimalisasi potensi kerusakan dan terhentinya operasi komputer;
- pengembangan dan pendokumentasian rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga; dan
- pengujian secara berkala atas rencana untuk mengatasi kejadian tidak terduga dan melakukan
penyesuaian jika diperlukan.
11
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
56) Terdapat kegiatan pengendalian aplikasi pengamanan pengendalian otorisasi meliputi:
a.
b.
c.
d.
pengendalian terhadap dokumen sumber;
pengesahan atas dokumen sumber;
pembatasan akses ke terminal entri data; dan
penggunaan file induk dan laporan khusus untuk memastikan bahwa seluruh data yang diproses telah
diotorisasi
57) Terdapat kegiatan pengendalian aplikasi pengendalian kelengkapan meliputi :
-
pengentrian dan pemrosesan seluruh transaksi yang telah diotorisasi ke dalam komputer; dan
pelaksanaan rekonsiliasi data untuk memverifikasi kelengkapan data.
58) Terdapat kegiatan pengendalian aplikasi pengendalian akurasi; dan
-
penggunaan desain entri data untuk mendukung akurasi data;
pelaksanaan validasi data untuk mengidentifikasi data yang salah;
pencatatan, pelaporan, investigasi, dan perbaikan data yang salah dengan segera; dan
reviu atas laporan keluaran untuk mempertahankan akurasi dan validitas data.
59) Terdapat kegiatan pengendalian aplikasi pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data meliputi :
-
penggunaan prosedur yang memastikan bahwa hanya program dan file data versi terkini digunakan selama
pemrosesan;
penggunaan program yang memiliki prosedur untuk memverifikasi bahwa versi file komputer yang sesuai
digunakan selama pemrosesan;
penggunaan program yang memiliki prosedur untuk mengecek internal file header labels sebelum
pemrosesan; dan
penggunaan aplikasi yang mencegah perubahan file secara bersamaan.
12
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
5. Pengendalian Fisik atas Aset
60)
Terdapat pengendalian fisik atas aset yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah
diimplementasikan dan dikomunikasikan kepada seluruh pegawai:
-
rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik; dan
rencana pemulihan setelah bencana
SOP Procurement, SOP
Penerimaan/ Pencatatan,
SOP Pemeliharaan Aset,
SOP Mutasi Aset, SOP
Penghapusan Aset,
Laporan Bulanan/
Triwulanan/ Semester/
Tahunan Aset.
Infrastruktur: Brankas,
Gudang, Garasi dan bentuk
bangunan lain yang sesuai.
6. Penetapan dan Reviu Indikator dan Ukuran Kinerja
61)
Terdapat reviu indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah mencakup:
-
penetapan ukuran dan indikator kinerja;
reviu dan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja;
evaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan
membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya
dianalisis lebih lanjut.
Surat Keputusan
Penerapan Manajemen
Kinerja, Renstra, Dokumen
Anggaran, Rencana
Kinerja, Struktur Organisasi,
Uraian Jabatan, Surat
Ketetapan Pembagian
Tugas, Standar Kinerja
Individu, LAKIP, DP3,
Angka Kredit
7. Pemisahan Fungsi
13
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
62)
Terdapat pemisahan fungsi yang menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak
dikendalikan oleh 1 (satu) orang yang ditandai dengan pemisahan tanggung jawab dan tugas atas transaksi atau
kejadian terkait dengan otorisasi, persetujuan, pemrosesan dan pencatatan, pembayaran atau pemerimaan dana,
reviu dan audit, serta fungsi-fungsi penyimpanan dan penanganan aset.
Struktur Organisasi, Uraian
Jabatan, Surat Ketetapan
Pembagian Tugas
8. Otorisasi atas Transaksi dan Kejadian yang Penting
63)
Terdapat otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah
dan dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, yang ditandai dengan :
SOP untuk kegiatan
tersebut, Peraturan per-uuan yang berlaku dan
- hanya transaksi dan kejadian signifikan yang dientri adalah yang telah diotorisasi dan dilaksanakan hanya ketentuan pimpinan instansi
pemerintah yang terkait
oleh pegawai sesuai lingkup otoritasnya
- persyaratan otorisasi yang sejalan dengan arahan dan dalam batasan yang ditetapkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan pimpinan Instansi Pemerintah.
9. Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu atas Transaksi dan Kejadian
64)
Terdapat pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian dengan mempertimbangkan:
-
transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera; dan
klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau kejadian.
Manual Akuntansi, Bagan
Akun Standar, Buku Besar/
Buku Pembantu, Bukti
Transaksi, SPJ, Laporan
Bulanan/ Triwulanan/
Semester/ Tahunan
Transaksi
10. Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Pencatatannya
14
URAIAN
Dokumen Terkait/
Infrastruktur yang tersedia
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
65)
Terdapat pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, akses hanya diberikan kepada pegawai
yang berwenang dan pimpinan Instansi Pemerintah melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala
dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti nilai aset, kemudahan dipindahkan, kemudahan ditukarkan.
Aturan pembatasan akses,
Daftar risiko, Struktur
Organisasi, Uraian Jabatan,
Surat Ketetapan
Pembagian Tugas, SOP
untuk kegiatan tersebut
11. Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya
66) Terdapat penetapan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya dengan menunjuk petugas yang
bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya, pimpinan Instansi Pemerintah
melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.
Struktur Organisasi, Uraian
Jabatan, Surat Ketetapan
Pembagian Tugas
12. Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian Intern Serta Transaksi dan Kejadian Penting
67) Terdapat dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting, yang SOP untuk kegiatan
diwujudkan
tersebut.
dengan cara memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi
tersebut, Pedoman
Akuntansi
15
Dokumen Terkait
URAIAN
IV. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
1. Informasi
68) Informasi dari sumber internal dan eksternal yang relevan dengan tugas dan fungsi telah diperoleh dan
disampaikan kepada Pimpinan IP


69) Informasi terkait sudah diidentifikasi, diperoleh, dan didistribusikan kepada berbagai pihak yang memerlukan, 

dalam bentuk dan waktu yang tepat

Notulen rapat staf
Laporan bulanan
Agenda surat
Surat pengantar
Memo
2. Komunikasi
70) Pimpinan IP memastikan terjalinnya komunikasi internal yang efektif, baik formal maupun informal



71) Pimpinan IP memastikan terjalinnya komunikasi eksternal yang efektif, yaitu untuk mengetahui berfungsinya 
pengendalian intern dan meninformasikan mengenai kode etik yang berlaku

3 . Bentuk dan sarana komunikasi
Notulen rapat
Memo
Dokumentasi coffee
morning
Korespondensi dgn
pihak regulator
Pamflet ttg kode etik
72) Pimpinan IP menggunakan berbagai bentuk dan sarana dalam mengkomunikasikan informasi penting, antara lain Buku pedoman
berupa buku pedoman kebijakan, prosedur, surat edaran, memorandum, papan pengumuman, situs internet dan Memo
Papan pengumuman
intranet, rekaman video, e-mail dan arahan lisan kepada pegawai dan lainnya
Situs
Jaringan intranet
Rekaman video
Email
Notulen rapat yang berisi
arahan pimpinan
73) IP mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi untuk meningkatkan kegunaan dan keandalan  Rencana strategis/blue
16
Dokumen Terkait
URAIAN
IV. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
komunikasi informasi secara terus menerus

74) Dukungan pimpinan Instansi Pemerintah terhadap pengembangan teknologi informasi ditunjukkan dengan
komitmennya dalam menyediakan pegawai dan pendanaan yang memadai terhadap upaya pengembangan
tersebut


print sistem informasi
Hasil evaluasi
kecukupan sistem
informasi
Dokumen anggaran
SK Pengelola Sistem
Informasi
Dokumen Terkait
URAIAN
V. PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN
1. Penerapan Umum Pemantauan Berkelanjutan
75) Pimpinan Instansi Pemerintah memiliki strategi pemantauan berkelanjutan yang :
a. Mampu menyediakan umpan balik rutin, pemantauan kinerja, dan mengendalikan pencapaian tujuan


metode untuk menekankan pimpinan program bahwa mereka bertanggungjawab atas SPI dan 
memantau efektivitasnya
b. Meliputi

c. Mampu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang memerlukan reviu dan evaluasi khusus
Kebijakan dan prosedur
terkait evaluasi atau
pemantauan
Perencanaan evaluasi/
pemantauan
Laporan hasil evaluasi/
pemantauan
Notulen rapat evaluasi/
pemantauan
17
Dokumen Terkait
URAIAN
V. PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN
d. Berisi perencanaan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan penting secara berkala
76) Dalam proses melaksanakan kegiatan rutin, pegawai Instansi Pemerintah mendapatkan informasi berfungsinya 
pengendalian intern secara efektif, berupa laporan kinerja dan keuangan (triwulanan),

77) Terdapat kebijakan untuk membandingkan hal-hal terkait:
- data dalam sistem dengan fisik secara berkala
- informasi kegiatan yang didapat dari kegiatan sehari-hari dengan informasi yang didapat dari sistem informasi
- upaya mengatasi masalah atau perbedaan yang dihadapi
78) Adanya komunikasi dengan pihak eksternal (pengguna jasa dan regulator) yang dapat menguatkan data yang
dihasilkan secara internal atau dapat mengindikasikan adanya masalah dalam pengendalian intern.









79) Struktur organisasi dan supervisi memadai dan dapat membantu mengawasi fungsi pengendalian intern, dengan
menempatkan petugas verifikasi.



Laporan Kinerja
triwulanan
Laporan keuangan
trwulanan
BA Pemeriksaan fisik
kas, BMN/D
Laporan kegiatan
Laporan dari SAKPA/
SIMAKBMN
Notulen Rapat
Keputusan terkait
Laporan pengaduan
masyarakat
Surat/bukti penanganan
pengaduan masyarakat
Notulen rapat dengan
regulator (Rapat Dengar
Pendapat)
Bukti/rencana tindak
lanjut penyempurnaan
kebijakan atau prosedur
terkait pengaduan dan
RDP
Struktur organisasi sampai
tingkat staf
Uraian tugas
Hasil verifikasi
18
Dokumen Terkait
URAIAN
V. PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN
80) Pimpinan Instansi Pemerintah mengambil langkah (dalam bentuk kebijakan, prosedur, dan pelaporan) untuk
menindaklanjuti rekomendasi penyempurnaan pengendalian internal yang diberikan oleh aparat pengawasan
intern pemerintah, auditor, dan evaluator lainnya.
81) Rapat dengan pegawai digunakan untuk meminta masukan tentang efektivitas pengendalian intern.





Kebijakan penanganan
rekomendasi hasil
audit/evaluasi
Prosedur penanganan
rekomendasi hasil
audit/evaluasi
Pelapporan tindak lanjut
Notulen hasil rapat
Bukti tindak lanjut hasil
notulen rapat
2. Evaluasi Terpisah
82) Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi pengendalian intern secara terpisah telah memadai, yaitu berdasarkan
hasil penilaian risiko, efektivitas pemantauan berkelanjutan, dan dilakukan saat terjadi reorganisasi instansi
pemerintah
83) Metodologi evaluasi pengendalian intern Instansi Pemerintah haruslah logis dan memadai, yaitu adanya :
perencanaan secara menyeluruh, kriteria evaluasi yang disepakati dengan unit terkait, dokumentasi hasil
evaluasi yang membandingkan rancangan pengendalaian intern dibandingkan dengan pelaksanaannya..







84) Aparat pengawasan intern pemerintah yang melaksanakan evaluasi terpisah memiliki sumber daya, 
kemampuan, dan independensi yang memadai (bertanggung jawab langsung ke pimpinan tertinggi di dalam 

Instansi Pemerintah)
Laporan hasil penilaian
risiko
Kebijakan dan pedoman
audit atau evaluasi
Kebijakan reorganisasi
Program kerja
Pemeriksaan Tahunan
Kesepakatan kriteria
evaluasi
Kertas kerja
Audit/evaluasi
Laporan hasil
audit/evaluasi
Struktur organisasi APIP
Uraian Tugas APIP
Sertifikat JFA dari
auditor APIP
19
Dokumen Terkait
URAIAN
V. PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN
3. Penyelesaian Audit
85) Instansi Pemerintah memiliki mekanisme untuk meyakinkan ditindaklanjutinya temuan audit atau reviu lainnya
dengan segera, yaitu dengan menetapkan penanggung jawab dan batas waktu penyelesaian tindak lanjut.
Prosedur penanganan
tindak lanjut temuan
86) Pimpinan Instansi Pemerintah tanggap terhadap temuan dan rekomendasi audit dan reviu lainnya guna Rencana tindak atas tindak
memperkuat pengendalian intern, yaitu dengan adanya rencana tindak yang disusun untuk menindaklanjuti lanjut temuan
rekomendasi perbaikan pengendalian intern.
87) Instansi Pemerintah menindaklanjuti temuan dan rekomendasi audit dan reviu lainnya dengan tepat, yang
ditandai dengan:.

Adanya daftar temuan dan rekomendasi yang diperbaharui secara realtime.



Secara berkala dilakukan evaluasi atas saldo temuan dan rekomendasi yang belum ditindaklanjuti.


Tindakan atas tindak lanjut temuan dan rekomendasi terkait dilaporkan kepada unit atasan dan instansi 
pengawas bersangkutan

Secara berkala dilakukan pembahasan bersama antara instansi pemerintah dengan auditor/evaluator
tentang kemajuan tindak lanjut


log book entri data
temuan
Laporan/daftar saldo
temuan
Notulen rapat evaluasi
saldo temuan
Laporan tindak lanjut
Notulen Rapat
Pemutakhiran Data
Laporan hasil Gelar
Pengawasan
20
Lampiran Pedoman Pemetaan : Format laporan
FORMAT LAPORAN
Format Laporan Hasil Pemetaan Penerapan SPIP adalah sebagai berikut:
LAPORAN HASIL PEMETAAN PENERAPAN SPIP
PADA INSTANSI ……… TAHUN 200X
SAMPUL DEPAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Dasar Penugasan
D. Ruang Lingkup Penugasan
BAB II GAMBARAN UMUM PEMETAAN
A. Struktur organisasi
B. Tugas Pokok dan Kegiatan
C. Metodologi dan Langkah Kerja
BAB III HASIL PEMETAAN PENERAPAN SPIP PADA INSTANSI XXX
A. KONDISI HASIL PEMETAAN PENERAPAN SPIP ORGANISASI PER
UNSUR
1. Kondisi Penerapan Lingkungan Pengendalian
2. Kondisi Penerapan Penilaian Risiko
3. Kondisi Penerapan Kegiatan Pengendalian
4. Kondisi Penerapan Informasi & Komunikasi
5. Kondisi Penerapan Pemantauan
B. KONDISI HASIL PEMETAAN PENERAPAN SPIP ORGANISASI
SECARA KESELURUHAN (KETERKAITAN ANTAR UNSUR SPIP)
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
LAMPIRAN
ISI LAPORAN
1. RINGKASAN EKSEKUTIF
Berisi pokok-pokok hasil pemetaan, simpulan dan rekomendasi yang perlu
disampaikan oleh penanggungjawab penugasan kepada pemberi tugas
(stakeholder). Istilah yang sering digunakan juga adalah Pengantar.
Ringkasan eksekutif disusun antara 1-2 halaman ditandatangi oleh
Penanggung jawab laporan.
2. BAB I - PENDAHULUAN
Pada BAB ini akan memuat latar belakang, tujuan, ruang lingkup serta
dasar penugasan.
a. Latar Belakang
Latar
belakang
memuat
ringkasan
tentang
tupoksi
Instansi
Pemerintah, pentingnya SPIP dalam membantu keberhasilan Instansi
pemerintah mencapai tujuan serta latar belakang penugasan.
2
b. Tujuan
Untuk memperoleh gambaran yang memadai atas penerapan SPIP di
Instansi Pemerintah.
c. Dasar Penugasan
Berisi dasar penugasan yang diberikan dapat berupa permintaan (by
request) dari Kementerian/ Lembaga/ Instansi Pemerintah atau
Memorandum of Understanding (MoU).
d. Ruang Lingkup Penugasan
Ruang lingkup disesuaikan dengan penugasan antara lain meliputi
periode pemetaan, lingkup penugasan dan keterbatasannya.
3. BAB II- GAMBARAN UMUM PEMETAAN
Berisi hal-hal penting yang dapat memberikan masukan kepada pembaca
mengenai gambaran umum yang ada di dalam Instansi Pemerintah,
antara lain mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dasar Hukum, Tugas Pokok dan Fungsi Instansi
Untuk menggambarkan kegiatan utama Instansi Pemerintah.
b. Struktur Organisasi
Untuk menggambarkan struktur organisasi Instansi.
c. Metodologi Pemetaan
Berisi konsep dan teori yang mendasari penugasan serta langkahlangkah kerja yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan. Dalam
hal ini perlu diungkapkan mengenai alur pikir dan output yang
dihasilkan serta pengecualian yang terjadi saat penugasan.
4. BAB III - HASIL PEMETAAN SPIP
Bab ini menguraikan hasil pemetaan SPIP dengan metodologi yang
ditetapkan. Uraian dapat dikelompokkan dalam:
3
a. Kondisi pemetaan penerapan SPIP per unsur SPIP
(i)
Kondisi Penerapan Lingkungan Pengendalian
Hasil pemetaan atas Kondisi Penerapan Lingkungan Pengendalian
menguraiakan bagaimana pemenuhan atas parameter sesuai
dengan metodologi yang yang digunakan. Uraian kondisi yang ada
harus sampai pada kesimpulan umum seberapa memadai
penerapan setiap sub unsur lingkungan pengendalian, serta
kondisi-kondisi yang memerlukan perbaikan.
(ii)
Penerapan Penilaian Risiko
Hasil
pemetaan
atas
Kondisi
Penerapan
Penilaian
Risiko
menguraiakan bagaimana pemenuhan atas parameter sesuai
dengan metodologi yang yang digunakan. Uraian kondisi yang ada
harus sampai pada kesimpulan umum seberapa memadai
penerapan setiap sub unsur Penilaian Risiko, serta kondisi-kondisi
yang memerlukan perbaikan.
(iii)
Penerapan Kegiatan pengendalian
Hasil pemetaan atas Kondisi Penerapan Kegiatan pengendalian
menguraiakan bagaimana pemenuhan atas parameter sesuai
dengan metodologi yang yang digunakan. Uraian kondisi yang ada
harus sampai
pada kesimpulan umum seberapa memadai
penerapan setiap sub unsur Kegiatan pengendalian serta kondisikondisi yang memerlukan perbaikan.
(iv)
Penerapan Informasi Komunikasi
Hasil pemetaan atas Kondisi Penerapan Informasi Komunikasi
menguraiakan bagaimana pemenuhan atas parameter sesuai
dengan metodologi yang yang digunakan. Uraian kondisi yang ada
harus sampai pada kesimpulan umum seberapa memadai
penerapan setiap sub unsur Informasi Komunikasi, serta kondisikondisi yang memerlukan perbaikan.
(v)
Penerapan Pemantauan
4
Hasil
pemetaan
atas
Kondisi
Penerapan
Pemantauan
menguraiakan bagaimana pemenuhan atas parameter sesuai
dengan metodologi yang yang digunakan. Uraian kondisi yang ada
harus sampai pada kesimpulan umum seberapa memadai
penerapan setiap sub unsur Pemantauan, serta kondisi-kondisi
yang memerlukan perbaikan.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi dapat
disampaikan dalam bentuk deskripsi, tabel dan grafik.
b. Kondisi pemetaan penerapan SPIP secara menyeluruh (keterkaitan
antar unsur SPIP)
Simpulan kondisi SPIP organisasi secara keseluruhan dengan
membuat keterkaitan/hubungan antara unsur satu dengan unsur
lainnya. Laporan di bagian ini memberikan gambaran bagaimana
kondisi setiap unsur saling memiliki keterkaitan satu sama lain
sehingga dapat dilihat benang merah yang dapat menyajikan potret
kondisi penerapan SPIP secara keseluruhan.
5. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan menggambarkan pokok-pokok hasil pemetaan Penerapan
SPIP yang
terdiri
penerapan
per
sub
unsur
dan
gambaran
keterintegrasian penerapan.
b. Rekomendasi berisi saran perbaikan yang harus dijalankan oleh
Instansi Pemerintah dalam rangka memperbaiki Penerapan SPIP serta
rekomendasi atas permasalahan yang ditemukan.
5
Download