Karakteristik dan Pedogenesis Andisol Dataran

advertisement
PEMBAHASAN UMUM
Dari uraian terdahulu ditemukan bahwa di dataran rendah, tanah Andisol terbentuk pada
formasi Qvbj; sedangkan pada formasi Qvbs telah berubah menjadi Inceptisol (Andic
Humitropept, medial, isohipertermik). Terpenuhi sebagai Andisol di dataran rendah Qvbj
karena beberapa sifatnya terutama jumlah gdas volkan, bahan arnorf (Fa, dan Al-amorf),
jumlah pasir (> 30 %), dan retensi P masih cukup tinggi schingga memenuhi kriteria sifat
andik sebagai syarat Andisol. Semenlara pada tanah Inceptisol menunjukkan balrwa jumlah
gelas volkan, Fe- dan Al-am06 retensi P relatif rendah, dan bobot isi relatif tinggi sehingga
tidak memenuhi kriteria sifat andik akibatnya tidak memenuhi syarat sebagai Andisol.
Tingginya jumlah gelas volkan, di samping mineral mudah lapuk lainnya (hiperstin,
amfibol, dan plagioklas) pada Andisol dataran rendah, menunjukkan bahwa pengaruh faktor
bahan induk masih sangat jelas karena mineral-mineral tersebut
adaiah mineral yang
diwariskan dari bahan induk. Berdasarkan analisis rnikropedologi, dalam irisan tipis juga
masih ditemukan fragmen batuan yang merupakan bagian bahan induk yang belum melapuk
y m g masih mengandung banyak mineral (Gambar 62a,b,c). OIeh karenanya dapat dinyatakan
bahwa bahan induk merupaknn faktor utarna terbentuknya Andisol di dataran rendah
Mineral-mineral yang ditemukan dalam tanah Andisol tersebut, terutama gelas volkan
yang merupakan salah satu penciri sifat andik adalah berassl dari bahan induk. Pelapukan
gelas volkan menghasilkan bahan amorf (alofan). Jumlah alofan pada Andisol relatif lebih
tinggi (Gambar 23 dan 30) dibandingkan dengan jumiah alofan pada Inceptisol (Gambar 20
dan 29). Atas dasar gejala tersebut dapat dikemukan bahwa proses pembentukan Andisol
dataran disebabkan oleh adanya proses : (1) pewatisan gelas volkan dari bahan induk dan (2)
pelapukan gelas volkan membentuk bahan amorf (alofan, Fe, dan AI-amorf). Kedua proses
tmsebut &pat digambarkan sebagai berikut :
(1)
(2)
BAHAN INDUK = > GELAS VOLKAN = > ALOFAN
Alofan yang terbentuk menunjukkan berkorelasi sangat nyafa dengan kandungan bahan
organik tanah (r:0.28**).Hubungan ini juga ditunjukkan oleh pedon di punggung bukit yang
mengandung jumlah alofan tin@ juga mengandung jumlah bahan organik relatif tinggi.
Hubungan ini kemungkinan terjadi antara alofan dan bahan organik membentuk suatu ikatan.
Adanya ikatan alofan dan bahan organik dibuktikan oleh munculnya puncak endotermik pada
suhu 300°C pada kurva hasil analisis UI'A. Menurut Wada (1989 ) ikatan alofan dengan
bahan organik dapat melindungi bahan organik dari proses dekomposisi oleh mikroorganisme
tanah sehingga bahan organik dapat bertahan relatif lebih lama dan berperan dalam
menentukan warna hitam pada tanah tersebut. Sementara pedon di cekungan yang
mengandung jumlah alofan rendah karena melapuk menjadi metahaloisit dan yibsit
mernperlihatkan jumlah bahan organik lebih rendah. Oleh hrenanya ikatan alofan dengan
bahan organik merupakan faktor penting dalam pembentukan Andisol dataran rendah. Atas
dasar gejala ini maka pembentukan Andisol di dataran rendah berkaitan erat dengan
pembentukan alofan yang pada gilirannya berhubungan dengan
bahan induk yang
mewariskan gelas volkan cukup tinggi.
Pandangan tersebut berbeda dengan pandangan Mohr dan van Baren (1954) yang
mengemukakan bahwa warna hitam pada horizon permukaan disebabkan oleh pengaruh air
bolak balik yang bersifat alkali. Namun dalam .waktu yang cukup lama (20-50 ribu tahun),
bahan organik tcrscbut besar kcmungkinan telah terdekomposisi jika tidak ada yang
melindunginya. Ternyata jumlah bahan organik masih cukup tinggi, terutama pedon di
punggung bukit yang tinggi jumlah alofannya. Sementara menurut Tan (1960) akumdasi
bahan organik disebabkan oleh pengaruh kelebihan air karena drainage terhambat
Kenyataannya adalah jumlah bahan organik pada pedon di cekungan yang drainasenya
terhambat mernperlihatkan jumlah bahan organik lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
bahan organik pada pedon yang terletak di punggung bukit berdrainase lebih lancar. Oleh
karenanya pandangan ini kurang sesuai, baik berdasarkan hasil penelitian Tan (1960) sendiri
mau pun dibandingkan dengan hasil penelitian ini.
Perbedaan tingkat perkembangan Andisol dan Inceptisol di dataran rendah juga
berhubungan dengan umur formasi geologi. Meskipun kedua tanah tersebut terletak pada
umur geologi pleistosen, namun tanah Andisol terletak pada formasi Qvbj yang berumur
relatif lebih muda dan bahan induk berbentuk aliran breksi; sedangkan tanah lnceptisol
terletak pada formasi Qvbs relatif lebih tua dan bahan induk berbentuk tuff (Cameron et al.
1982). Berdasarkan umur maka proses pembentukan tanah pada formasi Qvbs telah
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan tanah pada formasi Qvbj sehingga tanah pada
formasi Qvbs telah mengalami perkembangan lebih lanjut (Inceptisol) dibandingkan dengan
tanah pada formasi Qvbj (Andisol). Perbedaan ini ditunjukkan oleh jumlah bahan amorf (At,
Fe amorf), retensi P, retensi air 15 bar, gelas volkan relatif lebih rendah sedangkan jumlah
185
mineral kristalin (haloisit, gibsit, dan goetit/hematit) lebih tinggi pada tanah dataran rendah
formasi Qvbs daripada tanah dataran rendah formasi Qvbj. Akibatnya tanah di dataran rendah
fonnasi Qvbs telah mengatami perubahan dari Andisol menjadi Incepiisol karena sifat-sifat
tersebut tidak memenuhi lagi kriteria sifat andik sebagai syarat Andisol. Perbedaan tingkat
perkembangan tanah tersebut juga dapat dihubungkan dengan sifat' bahan induk dimana
bahan induk pada formasi Qvbs adalah tuff, sedangkan pada Qvbj adalah aliran breksi. Tuff
adalah abu volkan yang terkonslidasi; sedanykan
campuran abu volkan dan +men
diran breksi adalah yang merupakan
batuan (Foster, 1969 ). Bahan tuff pada fonnasi Qvbs
berukuran relatif lebih halus; sedangkan bahan pada Qvbj berukuran lebih kasar. Akibatnya
adalah proses perkembangan tanah pada formasi Qvbs relatif lebih cepat dibandingkan dengan
tanah pada formasi Qvbj. Kedua faktor (umur dan sifat bahan induk) tersebut memungkinkan
di dataran rendah formasi Qvbj terbentuk tanah Andisol dan pada formasi Qvbs telah berubah
menjadi Inceptisol.
Perkembangan tanah pada formasi Qvbs sesuai dengan perkembangan tanah di Pulau
Jawa yang dilaporkan oleh Subardja dan Buurman (1980) dan Minir (1983). Mereka
menemukan bahwa di tempat rendah ( < 700 m dm1 ) terbentuk Inceptisol; sedangkan di
tempat yang lebih t i n e terbentuk Andisol. Namun perkembangan tanah tersebut berbeda
dengan tanah pada formasi Qvbj dimana di dataran rendah terbentuk Andisol. Perbedaan
perkembangan tanah yang berasal dari bahan volkan antara Pulau Jawa dan tanah pada
formasi Qvbj di Sumatera Utara kemungkinan berhubungan dengan beberapa faktor ant&
lain: (I) tanah di Pulau Jawa berkembang dari bahan induk andesit-basalt sedangkan di
Sumatera Utara adalah dasit-andesitik dan (2) curah hujan di Pulau Jawa relatif lebih tin@
dibandingkan dengan curah hujan di Sumatera Utara. Menurut laporan Tan (1960). curah
hujan di Jawa Barat (540 m dml) adalah rata-rata 4889 d t a h u n ; sedangkan di Sumatera
Utara adalah rata-rata 2847 mmltahun. Bahan induk andesit-basalt mengandung m i n d
mudah lapuk lebih tinggj dan kwarsa
rendah, sedangkan
bahan induk dasit-andesitik
mengandung mineral mudal lapuk relatif rendah dan kwarsa tinggi. Tingginya jumlah mineral
mudah lapuk pada bahan induk andesit-basalt dan dipengmhi oleh curah hujan tinggi
mendukung proses pelapukan (misalnya hidrolisis basa-basa) berlangsung lebih intensif
sehingga pelapukan lebih cepat. Akibatnya sifat-sifat tanah penciri sifat andik lebih cepat
berubah ke sifat bukan andik sehingga tidak memenuhi syarat sebagai Andisol.
Sungguhpun tanah dl dataran rendah formasi Qvbj masih tergolong sebaga~Andisol,
namun beberapa sifat tanahnya antara lain bobot isi, retensi air I S bar, retensi P, susunan
mineral liat, C-organik, jumlah basa dapat ditukar, dan bahan amorf (alofan, Fe, Al-amorf)
sangat berbeda dengan Andisol di dataran tinggi dan cenderung menyerupai sifat tanah
Inceptisol. Gejala ini menunjukkan bahwa tanah AndisoI dataran rendah mempunyai
kecenderungan akan berubah ke jenis tanah lain, seperti Incqtisol Gejala perubahan tersebut
ditunjukkan oleh ( I ) meningkatnya bobot isi yang berkaitan dengan peningkatan jumlah liat
dan menurunnya jumlah bahan organik tanah dan (2) menurunnya retensi air I5 bar dan
retensi P yang berhubungan dengan
berkurangnya jumlah alofan, bahan organik dan
meningkatnya jumlah haloisit/metahaloisit dan gibsit. Perubahan sifat-sifat tersebut juga
mempunyai kecenderungan terhadap penurunan kualitas tanah Atas dasar gejala-gejala
tersebut maka perubahan sifat-sifat yang mungkin terjadi terhadap Andisol dataran tinggi
(alofan, bahan organik, Fe- dan Al-amorf, retensi P, retensi air 15 bar, gelas volkan tinggi,
bobot isi adalah rendah), Andisol dataran rendah (alofan, bahan organik, Fe- dan Al-amorf,
retensi P, retensi air 15 bar relatif rendah, sedangkan gelas volkan dan bobot isi tinggi), dan
Inceptisol (alofw, bahan organik, Fe- dan Al-amorf, retensi P, retensi air 15 bar relatif
rendah, gelas volkan sedangkan jumlah liat dan bobot isi tinggi) adalah sebagai berikut
dataran tingg
dataran rendah
(Peralihan ke
Inceptisol)
Meskipun ikatan alofan dan bahan organik dapat melindungi bahan organik, namun jumlah
bahan organik pada tanah Andisol dataran rendah relatif lebih rendah dibandingkan dengan
bahan organik pada Andisol dataran tinggi. Jumlah bahan organik Andisol dataran rendah
tersebut juga cenderung berkurang karma faktor yang mendukung proses pelapukan sangat
merungkinkan, misalnya suhu tinggi. Rendahnya bahan organik tanah pada Andisol dataran
rendah berhubungan terutama dengan tingginya bobot isi dan rendahnya retensi air tanah
Tingginya suhu dan rendahnya tingkat kelembaban tanah sangat mendukung tqadinya
kekeringan yang bersifat tidak dapat balik terhadap masa tanah, terutama alofan dan bahan
organik. Proses ini dapat merusak sifat fisik dan kimia tanah sehingga kualitas tanah menurun
Dalam ha1 ini, selain pengendalian kelembaban tanah, penambahan bahan organik baik melalui
siklus rotasi tanaman maupun penambahan pupuk organik menjadi sangat penting
diperhatikan dalam tindakan praktis. Rotasi tanaman, selain dapat menambah jumlah bahan
organik tanah, juga sangat berperan dalam hal: (1) memperkecil fluktuasi suhu tanah, (2)
mengendalikan iklim mikro lebih stabil, (3) melindungi penylruh cahaya matahari langsung ke
permukaan tanah, dan (4) mengurangi laju evaporasi.
Keadaan ini dapat menghindari
danlatau memperlambat proses perubahan sifat-sifat tanah Andisol dataran rendah ke arah
penurunan kualitas tanah.
Penggunaan alat mekanisasi pertanian (pengoiahan tanah dan pemanenan hasil) terhadap
tanah Andisol dataran rendah telah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Gejala ini
ditunjukkan oleh meningkatnya bobot isi dan tingkat kekerasan tanah. Dalam hubungannya
dengan
tanaman, peristiwa tersebut telah menunjukkan pengaruh kurang baik dimana
perkembangan akar tanaman telah mengalami hambatan.
Beberapa laporan (Pangudijatno, 1961; LPT, 1976a,b; Adiwiganda, 1991) mengemukan
bahwa Andisol (Andosol) pada formasi Qvbj terdapat pada ketinggian berkisar 40 - 200 m
dm1 sedangkan
pada ketinggian
;
. 200
m dm1 adalah Inqtiuol. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tanah pada ketinggian 200
-
550 m dm1 pada formasi Qvbj juga
memenuhi syarat sebagai Andisol. Sifat-sifat Andisol tersebut lebih
menyerupai Andisol
dataran tinggi tetapi banyak mengandung fiagmen batuan.
Andisol dataran rendah, selain perubahan sifat-sifat tanah yang cenderung kepada
p e n m a n kuditas tanah, di masa yang akan datang tanah tersebut juga mempunyai
kecenderungan menghadapi permasalahan yang berkenaan dengan keterlanjutan hngsinya
sebagai alat produksi pertanian. Masalah tersebut adalah pengalihan penggunaan tanah ke
bukan pertanian. Penggunaan tanah k e bukan pertanian dapat dihubungkan dengan kebijakan
pengembangan wilayah kota dan pemukiman penduduk. Ancaman terhadap keterlanjutan
tanah ini sebagai areal pertanian yang produktif juga telah terbukti dengan telah digunakan
sebagian areal tersebut untuk pembangunan perkantoran dan pemukirnan penduduk. Untuk
mengantisipasi hal tersebut kebijakan dalam penyusunan tata ruang yang berkaitan dengin
pengembangan
kota
dan
pemukiman
penduduk
mempertahankan fingsi tanah sebagai areal produktif.
menjadi
sangat penting untuk
Download