UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011 / 2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S- 1 Pendidikan Anak Usia Dini DEWI RAHAYU A 520 080 087 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2011 / 2012 PENGESAHAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP BERCAKAP-CAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012 Diajukan Oleh DEWI RAHAYU A520080087 Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada Tanggal : Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji 1. Dra. Darsinah, SE, M.Si ( ) 2. Drs. HaryonoYuwono,SE ( ) 3. Drs. Ilham Sunaryo, M.Pd ( ) Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan Drs. H. Sofyan Anif, M. Si NIK. 547 ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUIMETODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012 Dewi Rahayu, A520080087, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 85halaman Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012 sejumlah 20 anak. Data variabel kemampuan berkomunikasi dan data pelaksanaan bercakap-cakap. Data kemampuan berkomunikasi dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan sedangkan data pelaksanaan bercakap-cakap dikumpulkan melalui observasi yang berupa checklist. Data kemampuan berkomunikasi dianalisis menggunakan analisis komparatif dan data pelaksanaan bercakap-cakap dianalisis menggunakan analisis interaktif. Hasil analisis data menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan prosentase kemampuan berkomunikasi dari prasiklus sampai dengan siklus III, yakni rata-rata kemampuan berkomunikasi anak pada prasiklus 45,04%, pada siklus I mencapai 55,08%, pada siklus II mencapai 65%, dan pada siklus III mencapai 75,12%. Dengan demikian metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Kata kunci : Kemampuan berkomunikasi, Metode Bercakap-cakap Pendahuluan Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan RA merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.Dimasa Kanak-Kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa “ golden age ” dimana anak sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Guilford (Hildebrand, 1986:216), untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud(ide, pikiran, perasaan)seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. Menurut Elizabeth Hurlock (1995:176), bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Begitu banyak peranan berbicara pada aspek perkembangan anak. Selain berperan pada kemampuan individunya, anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian diri dengan lingkungan sebaya, agar dapat diterima sebagai anggota kelompok. Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak dapat dipahami orang lain.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Isah Cahyani (2004:65), bahwa "Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan memberikan pelajaran pula terhadap tingkah-laku, ekspresi, dan menambah perbendaharaan kata.Menurut Berelson dan Stainer(Fajar,2009:32)Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka dan lain-lain. Moeslichatoen (2004:91) menuliskan bahwa bercakap-cakap merupakan salah satu metode pembelajaran di taman kanak-kanak yang dilaksanakan dengan cara saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal serta mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Tujuan penelitian ini adalah secara umum untuk mengetahui peningkatan kemampuan berkomunikasi anak,secara khusus bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen melalui metode bercakap-cakap. 2 Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis adalah supaya menemukan pengetahuan baru tentang upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui metode bercakap-cakap dan memperluas wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak. Sedangkan manfaat praktisnya yaitu anak didik dapat merasakan betapa besar pengaruh metode bercakap-cakap dalam upaya peningkatan kemampuan berkomunikasi, bagi guru dapat memberikan masukan bagi guru bahwa metode bercakap-cakap sangat membantu dalam rangka peningkatan kemampuan berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar, bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk anak didiknya serta memberikan motivasi yang positif terhadap kemajuan pembelajaran disekolah. Landasan Teori Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.Menurut Webster New Collogiate Dictionary (Fajar, 2009:27) menjelaskan bahwa komunikasi adalah “ suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui system lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”.Sedangkan menurut Berelson & Steiner (Fajar, 2009:27) Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-symbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.Kemampuan dapat diartikan sebagai potensi seseorang yang dapat melakukan dan menyelesaikan suatu hal dengan baik. Menurut Wijaya (1992:8), kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Secara umum Kemampuan berkomunikasi dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7).Kemampuan berkomunikasi tidak akan lepas dari keterampilan berbicara. Guntur Tarigan (1981:51) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengeskresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Sejalan dengan pendapat diatas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi atau berbicara itu lebih dari sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata, melainkan suatu alat untuk menginformasikan gagasan, ide, perasaan yang dapat disusun dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Anak-anak yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berkomunikasi ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan berbicara saja tetapi juga terdapat potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi. Indikator anak yang mampu berkomunikasi 3 dalam penelitian ini adalah (1) Menunjukkan beberapa gambar yang diminta,(2) Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri, (3) Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata, (4) Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut, (5) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar. Menurut Vygotsky (Moeslichatoen, 2004:18) ada tiga tahap perkembangan komunikasi pada anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir dengan bahasa (1) tahap pertama, tahap eksternal merupakan tahap berpikir dengan bahasa yang di sebut berkomunikasi secara eksternal. Maksudnya, sumber berpikir anak datang dari luar dirinya. Sumber itu datang dari orang tua atau orang dewasa yang memberi pengarahan anak dengan cara tertentu (2) tahap kedua, tahap egosentris merupakan tahap dimana pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara khas anak berbicara seperti jalan pikiranya. (3) tahap ketiga, tahap berbicara internal. Disini anak menghayati sepenuhnya proses berpikir. Tahap ini anak memproses pikiranya dengan pemikiranya sendiri.Dari tiga tahapan diatas anak usia TK berada pada tahap pertama. Perkembangan komunikasi anak TK pada umumnya masih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, artinya anak masih banyak membutuhkan contoh dan arahan dari orang disekitarnya. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan, dan kerumitanya. Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan ketrampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Pengalaman dan situasi yang dihadapi juga akan berarti jika anak mampu mengguanakan kata-kata untuk menjelaskanya. Oleh karena itu berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan anak.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak yaitu intervensi keluarga, intervensi lingkungan (sekolah), gizi, baik gizi fisik maupun gizi mental, dalam Nurlaila, Tienje, dan Iskandar (2004:25),Dari ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi adalah faktor lingkungan sekolah, beberapa komponen yang terdapat disekolah antara lain guru, siswa, bahan ajar, media pembelajaran dan metode belajar. Hal ini saling berkaitan serta sangat berpengaruh terhadap pengalaman-pengalaman anak selama belajar disekolah.Woolfolk (1995:58) mengemukakan bahwa, anak dapat belajar bahasa melalui instructional conversation, yaitu situasi dimana anak belajar melalui interaksi dengan guru atau siswa lainya. Di TK, bercakap-cakap dapat dikategorikan sebagai instructional conversation. Belajar bahasa bagi anak akan lebih mudah apabila mereka memiliki lingkungan yang baik serta mendapat stimulasi yang tepat. Metode bercakap-cakap dalam mengembangkan pembelajaran bahasa di Taman Kanak-Kanak sering disamakan dengan metode Tanya jawab, padahal ada perbedaan diantara keduanya yaitu pada metode bercakap-cakap interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik,atau antara anak dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik percakapan dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam percakapan tersebut guru bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya atau mengekspresikan secara lisan.Depdikbud 1998 (Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.6) metode bercakap-cakap adalah suatu cara 4 penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak. Menurut Moeslichatoen (2004:92) menuliskan bahwa bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog.Sedangkan menurut Hilderbrand 1986 (Moeslichatoen R, 2004:26) bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif. Lain pula menurut Gordon & Browne 1985 ( Moeslichatoen R, 2004:26) Mengatakan bahwa becakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekspresif dalam suatu situasi. Moeslichatoen dalam buku metode pengajaran di TK (2004:91) mengatakan “Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara. Kesimpulannya, pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakapcakap dalam bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi. Moeslichatoen R, (2004:26) menyatakan makna penting bagi perkembangan anak Taman Kanak-kanak karena bercakap-cakap dapat (1) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain,(2) Meningkatkan keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama, (3) Meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan gagasan pendapat secara verbal, (4) Membantu perkembangan dimensi sosial, emosional dan kognitif, terutama bahasa. Menurut Nurbiana Dhieni,dkk (2007:7.7) Kelebihan dari metode bercakap-cakap antara lain (1) Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan pendapatnya, (2) Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasannya, (3) Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena topik/tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian dan lingkungan anak, (4) Mengembangkan cara berfikir kritis dan sikap hormat atau menghargai pendapat orang lain, (5) Anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan belajarnya pada taraf yang lebih tinggi. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2007:7.8) Kelemahan dari metode bercakapcakap antara lain (1) Membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) Memerlukan ketajaman dalam menangkap inti pembicaraan, (3) Dalam prakteknya, percakapan akan selalu didominasi oleh beberapa orang saja. Depdikbud 1998 (Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.9) Ada tiga bentuk penggunaan metode Becakap-cakap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pengembangan bahasa di Taman Kanak-kanak yaitu (1) Bercakap-cakap Bebas, Becakap-cakap bebasa adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan oleh seorang guru dengan seorang anak atau sekelompok anak taman kanak-kanak dalam membahas berbagai topik yang berkaitan dengan pembelajaran di Taman Kanak-kanak, (2) Becakap-cakap menurut Pokok Bahasan, Bercakap-cakap 5 menurut pokok bahasan adalah kegiatan percakapan antara guru dengan anak didik, dengan pokok bahasan yang telah ditetapkan, (3) Bercakap-cakap Berdasarkan Gambar Seri, Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan guru kepada anak dengan bantuan buku bergambar yang ceritanya berseri, biasanya terdiri dari 4 seri. Gambar seri 1 sampai dengan ke 4 tersebut saling berkaitan dan merupakan rangkaian sebuah cerita atau sebuah informasi. Depdikbud 1998 (Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.17) Bercakap-cakap dengan gambar seri memiliki tujuan secara khusus yaitu memupuk kesanggupan meletakkan antara tanggapan-tanggapan dan menarik kesimpulan.Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal. Sebelum bercakap-cakap guru memberikan kesempatan dengan anak untuk; (1) menetapkan tujuan dan tema kegiatan dengan menggunakan metode bercakapcakap; (2) menetapkan bentuk percakapan yang dipilih yaitu monolog atau dialog; (3) menetapkan bahan dan alat yang diperlukan.Setelah guru bermusyawarah dengan anak kemudian guru menyusun langkah selanjutnya. Prosedur-prosedur pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap yaitu; (1) guru menarik perhatian dan minat siswa dalam kegiatan bercakap-cakap; (2) mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercakap-cakap; (3) melaksanakan kegiatan bercakap-cakap dibawah bimbingan guru dan pengaturan lalu lintas percakapan; (4) guru menutup percakapan.Dari pernyataan diatas bercakap-cakap dapat mngeksplorasi berbagai potensi yang dimiliki anak, sebagaimana mengarah pada indikator pencapaian dalam penelitian ini sebagai berikut; (1) menunjukkan beberapa gambar yang diminta; (2) bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas; (3) berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata; (4) mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut; (5) mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar. Kerangka Pemikiran Kemampuan berkomunikasi dapat dikenalkan sedini mungkin di Taman Kanakkanak. Sebab kemampuan berkomunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi masih banyak yang belum menerapkan metode yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, yaitu dengan bercakap-cakap. Metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat anak-anak antusias untuk belajar.Kemampuan berkomunikasi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah.Bercakap-cakap termasuk metode yang melibatkan anak secara aktif untuk mengungkapkan ide, gagasan dan kebutuhan anak secara verbal. Bercakap-cakap juga dapat meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif, menyatakan pendapat, perasaan, keinginan, dan kebutuhan secara lisan. Bercakap-cakap memerlukan skenario serta alat dan bahan yang akan digunakan oleh anak, sehingga sebelum kegiatan di lakukan, guru atau pendidik harus menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan oleh anak.Metode bercakap- 6 cakap merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak. Karena dengan bercakap-cakap anak dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif,sehingga akan terjalin percakapan yang baik. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak pada kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011-2012”. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menurut Wardani, dkk (2004:13) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga prestasi hasil belajar siswa meningkat. Sedangkan menurut Kemmis (1993:3) penelitian tindakan kelas adalah sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam pendidikan dengan maksud meningkatkan kemantapan rasionalitas dari pratek-praktek social maupun pendidikan, pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut, situasi pelaksanaan praktekpraktek pembelajaran.Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat refleksif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru tetap, dan peneliti. Hal ini dilakukan untuk menyamakan pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan , pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Guru dan kepala sekolah bekerjasama menyatakan pendapat serta berusaha bersama-sama memperbaiki proses pembelajaran yang sejalan guna memperbaiki proses pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya. Kreatifitas guru sangat berperan dalam menentukan keberhasilan penyampaian materi pembelajaran kepada anak untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat atau mendapatkan data yang diperlukan. Pembuatan instrument disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan.Menurut Maleong (1996:4) , dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Selain itu kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, sekaligus perencana, pengumpul data, analisis penafsir data, dan pada akhirnya dia menjadi pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah (1)Pedoman Observasi, adapun pedoman penyusunan 7 instrumen pedoman observasi adalah sebagai berikut (a) Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berkomunikasipada anak, (b)Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan yang menunjukkan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika melaksanakan kegiatan, (c) Menentukan deskriptor butir amatan dengan pemberian skor, (d) Menuliskan indikator dan diskriptor ke dalam format pedoman observasi yang terdiri dari nama anak, tema, subtema, kelompok, semester, butir amatan, deskriptor butir amatan, jumlah deskriptor amatan, tempat dan tanggal pengamatan, (e) Melakukan pencatatan hasil observasi dengan memberi tanda checklist. (2) Catatan Lapangan, catatan lapangan adalah pengematan yang berupa pengamatan tentang semua peristiwa yang dialami dalam penelitian. Catatan lapangan ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode bercakap-cakap yang di evaluasi pada saat refleksi. Indikator Penelitian Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun indikator pencapaian setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan berkomunikasi anak mencapai 55% pada siklus I, 65% pada siklus II, 75% pada siklus III. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komparatif dan teknik analisis interaktif. Teknik analisis komparatif yaitu membandingkan rata-rata pencapaian kemampuan berkomunikasi persiklus dengan indikator kemampuan berkomunikasi setiap siklus. Sedangkan teknik analisis interaktif dilakukan dengan melihat pedoman kemudian diambil kesimpulan. Dari kesimpulan diambil kelebihan dan kekurangannya. Hasil ini kemudian dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan selanjutnya.Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan data hasil observasi anak adalah sebagai berikut (1) Memberikan nilai atau skor pada setiap descriptor, (2) Membuat tabulasi nilai observasi kemampuan berkomunikasi anak, (3) Menghitung prosentase pencapaian kemampuan berkomunikasi setiap anak, (4) Menghitung rata-rata prosentase kemampuan berkomunikasi dalam satu kelas. Hasil Penelitian Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi pra siklus yaitu dengan melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan komunikasi anak sebelum dilaksanakan tindakan. dengan menerapkan metode bercakap-cakap. Penelitian tindakan ini laksanakan pada kelompok B dengan jumlah murid 20 anak. Hasil pengamatan sebelum tindakan diperoleh rata-rata prosentase kemampuan komunikasi anak diperoleh 45,04%. Pada siklus I yaitu anak mampu menunjukkan gambar yang diminta, cerita tentang gambar yang telah disediakan, dan mampu berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata. Berdasarkan hasil tabulasi (lampiran 7) diperoleh rata-rata prosentase pembelajaran bercakap-cakap anak dalam 1 kelas sebesar 55,08%. Prosentase tersebut sudah mencapai hasil 8 kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus I yaitu ≥ 55%. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi anak tidak merata. Tujuh anak yang belum mencapai kemampuan dan 13 anak sudah mencapai kemampuan sesuai dengan skor maksimal yang ditentukan peneliti. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Karena merasa target penelitian belum tercapai, peneliti melanjutkan melaksanakan siklus II. Berdasarkan hasil tabulasi (lihat lampiran 8) diperoleh rata-rata prosentase peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam 1 kelas sebesar 65%. Prosentase tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus II yaitu ≥65%.Anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti yaitu 65% masih ada 5 anak. Komunikasi anak sudah baik dan mampu mencapai butir amatan yang mencapai skor sesuai yang ditargetkan peneliti. Berdasarkan hasil tabulasi (lihat lampiran 9) diperoleh rata-rata prosentase peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam 1 kelas sebesar 75,12%. Prosentase tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus III yaitu ≥75%.Pada siklus III ini dalam melakukan kegiatan anak-anak terlihat sangat senang mengikuti kegiatan pembelajaran, karena sebisa mungkin guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menarik bagi anak. Walaupun masih ada beberapa anak yang belum memperhatikan penjelasan dari guru. Anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti yaitu 75% masih ada 2 anak. Prosentase terendah yang dicapai pada siklus III adalah 83%, sedangkan prosentase tertinggi yang dicapai anak adalah 92%. Prosentase pembelajaran bercakap-cakap pada siklus III ini sudah meningkat, yaitu mencapai 75,12%. Hasil prosentase ini sudah dikatakan meningkat 20,04% dibandingkan dengan siklus I yang baru mencapai 55,08%. Sehingga kemampuan berkomunikasi anak sudah baik dan mampu mencapai butir amatan yang mencapai skor sesuai dengan yang ditargetkan peneliti. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi anak mengalami peningkatan.Prosentase kemampuan berkomunikasi dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan hanya sebesar 10,04%, hal ini dikarenakan pada siklus I anak masih dalam proses pengenalan metode, alat dan media yang digunakan di siklus I, komunikasi anak dalam bercakap-cakap belum maksimal, masih kurang berani mengungkapkan ide dan gagasan sendiri. Prosentase peningkatan kemampuan berkomunikasi dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 10,08%, hal ini dikarenakan anakanak sudah mampu mengenal metode bercakap-cakap, mampu menggunakan alat dan media dengan baik, anak mampu menunjukkan gambar yang diminta, anak sudah berani menceritakan tentang gambar yang disediakan, anak mampu 9 berbicara lancar, anak mampu mendengarkan, menceritakan dan mampu mengurutkan isi gambar seri. Prosentase kemampuan berkomunikasi anak dari siklus II ke siklus III mengalami penurunan yaitu hanya mengalami peningkatan sebesar 10,04%, hal ini dikarenakan anak-anak sudah mulai merasa jenuh dengan kegiatan yang diberikan sehingga daya konsentrasi anak sudah menurun, ramai sendiri, dan beberapa anak kurang memperhatikan guru.Peningkatan yang ditunjukkan disetiap siklusnya tidak menunjukkan suatu kestabilan. Prosentase peningkatan sebelum tindakan sampai dengan siklus I peningkatannya hanya mencapai 10,04%. Hal ini disebabkan karena anak belum terbiasa menggunakan metode bercakap-cakap, dimana sebelumnya jarang sekali diberikan kegiatan bercakap-cakap menggunakan gambar seri. Pada siklus III peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ≥75%. Hal ini sudah bisa dikatakan meningkat karena prosentase rata-rata kelas melebihi yang ditargetkan yaitu sebesar 75,12%.Siklus I sampai dengan siklus II peningkatan prosentase mencapai 10,08%, ini terjadi karena pada siklus II anak mulai senang mengikuti kegiatan bercakap-cakap, serta adanya reward untuk setiap anak. Pada siklus II ini peneliti mentargetkan tingkat pencapaian prosentase ≥65%. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi setiap anak dalam kegiatan bercakap-cakap tidak sama. Hal ini dibuktikan masih ada beberapa anak yang sampai pada siklus II belum mampu memcapai prosentase yang ditentukan oleh peneliti. Adapun jumlah anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti sebanyak 2 anak. Namun hal ini tidak menjadi masalah mengingat kemampuan anak berbeda-beda. Selain itu rata-rata prosentase dalam 1 kelas sudah meningkat yaitu sebesar 75,12%. Adapun anak yang mengalami peningkatan kurang yaitu FEA dan CRY, karena FEA ini merupakan anak yang memiliki daya tangkap kurang dan lambat dalam belajar, sedangkan CRY merupakan anak yang kurang memiliki keberanian. Adapun anak yang mengalami peningkatan biasa yaitu DN, LFNM, ZA, FM dan ARM, karena sebagian besar anak ini pada dasarnya kemampuan belajarnya baik namun ketika proses pembelajaran berlangsung senang ramai dan tidak memperhatikan guru sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal.Adapun anak yang mengalami peningkatan drastis yaitu AEE, ALA, ASW, CO, JOM, KAP, RAA, RAZ, SNH, DK, WHY, dan FN merupakan anak yang mempunyai kemampuan belajar baik dan mempunyai daya konsentrasi baik ketika proses pembelajaran berlangsung.Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka penelitian ini telah mendukung adanya penelitian yang dilakukan oleh Masnur Muslich (2002) menyimpulkan bahwa dengan metode bercerita dapat meningkatkan kosa kata anak usia dini, terkait dengan wawasan dan pendapat guru pendidikan anak usia dini dalam pembelajaran kosa kata, semua guru berpendapat bahwa pembelajaran kosa kata sangat penting karena perbendaharaan kata bagi anak diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari dengan teman dan kepada orang lain. Semakin banyak anak mengenal kosa kata, semakin mudah anak berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dan gagasannya kepada orang lain. 10 Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Kesimpulan Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru kelas kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen tahun ajaran 2011/2012, dengan guru melakukan perbaikan pembelajaran antara lain proses kegiatan pembelajaran dipusatkan kepada siswa, siswa terlibat aktif dalam kegiatan, guru bertindak sebagai fasilitator dan tidak mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase kemampuan berkomunikasi pada setiap siklusnya yaitu Prosentase kemampuan berkomunikasi anak sebelum tindakan adalah 45,04%, Prosentase kemampuan berkomunkiasi anak setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 55,08%, Prosentase kemampuan berkomunikas anak pada siklus II setelah tindakan meningkat menjadi 65%, Prosentase kemampuan berkomunikasi anak pada siklus III setelah tindakan meningkat menjadi 75,12%.Bertolak dari uraian tersebut diatas, dapatdisimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan demikian penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan penelitian ini menyimpulkan bahwa metode bercakapcakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak, maka guru pendidik diharapkan member kebebasan pada anak dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode bercakap-cakap. Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan, maka dalam usaha untuk peningkatan kemampuan berkomunikasi anak melalui metode bercakap-cakap diajukan sejumlah saran yaitu (1) kepada kepala sekolah dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi atau masukan bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak, (2) kepada guru kelas hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat, menarik, dan menyenangkan agar dapat mendorong minat anak dalam mengikuti pembelajaran serta tujuan dapat tercapai dengan baik,guru hendaknya menerapkan metode ini, (3) kepada orang tua hendaknya selalu memberikan motivasi dan stimulus pada anak,sehingga terpenuhinya rasa ingin tahu anak,(4) kepada peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa, tetapi dengan materi dan pendekatan yang berbeda. 11 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara _______________, 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara ________________, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktekn(Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta Dhieni, Nurbiana, dkk, 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta :Universitas Terbuka. Fajar Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu Hadisetyo. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Didik Melalui Metode Bercerita pada Kelompok B di Taman Kanak Kanak Aisyiyah VII Purnamandala Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo. Penelitian Tindakan Kelas. http://hadistyo.wordpress.com/2009/11/14/penelitian-tindakan-kelasmeningkatkan-kemampuan-berbahasa-lisan-anak-didik-melalui-metodebercerita-pada-kelompok-b-di-taman-kanak-kanak-aisyiyah-viipurnamandala-kecamatan-wonosobo-kabupaten-wonosobo/.Diakses tanggal 10 Desember 2012 Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE – UII Masitoh, dkk, 2004. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka. Moeslichatoen R, 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta : PT Rineka Cipta. Muslich, Masnur, 2009. Melaksanakan PTK itu mudah ( Classroom Action Research ). Jakarta: Bumi Aksara Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. Nasution, 2003. Metode Research(Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nur Aeni, 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Rakhmat, Jalaluddin, 2011. Psikologi Komunikasi . Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Sanjaya. Wina, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Predana Media Group. Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfa Beta. Sukardi Dewa Ketut, 2004. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tadzirotun, Musfiroh, 2008. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Wardani dkk, 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka 12