upaya peningkatan kemampuan berkomunikasi anak melalui

advertisement
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK
MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B
DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN
TAHUN AJARAN 2011 / 2012
NASKAH PUBLIKASI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat
Sarjana S- 1
Pendidikan Anak Usia Dini
DEWI RAHAYU
A 520 080 087
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2011 / 2012
PENGESAHAN
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK
MELALUI METODE BERCAKAP
BERCAKAP-CAKAP
CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA
NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012
Diajukan Oleh
DEWI RAHAYU
A520080087
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Pada Tanggal :
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
1. Dra. Darsinah, SE, M.Si
(
)
2. Drs. HaryonoYuwono,SE
(
)
3. Drs. Ilham Sunaryo, M.Pd
(
)
Surakarta
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan
Drs. H. Sofyan Anif, M. Si
NIK. 547
ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK
MELALUIMETODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA
NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012
Dewi Rahayu, A520080087, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012, 85halaman
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak
melalui metode bercakap-cakap pada kelompok B di RA Nurul Hikmah
Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian
ini adalah siswa kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun
Ajaran 2011/2012 sejumlah 20 anak. Data variabel kemampuan berkomunikasi
dan data pelaksanaan bercakap-cakap. Data kemampuan berkomunikasi
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan sedangkan data
pelaksanaan bercakap-cakap dikumpulkan melalui observasi yang berupa
checklist. Data kemampuan berkomunikasi dianalisis menggunakan analisis
komparatif dan data pelaksanaan bercakap-cakap dianalisis menggunakan analisis
interaktif. Hasil analisis data menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan prosentase kemampuan berkomunikasi dari
prasiklus sampai dengan siklus III, yakni rata-rata kemampuan berkomunikasi
anak pada prasiklus 45,04%, pada siklus I mencapai 55,08%, pada siklus II
mencapai 65%, dan pada siklus III mencapai 75,12%. Dengan demikian metode
bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak
kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci : Kemampuan berkomunikasi, Metode Bercakap-cakap
Pendahuluan
Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai
tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam
perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena disamping
berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain
juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang
lain.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa”Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
1
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan RA
merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan
pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam
tahun.Dimasa Kanak-Kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan
bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa “ golden age ” dimana anak
sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan
aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa.
Menurut Guilford (Hildebrand, 1986:216), untuk membantu perkembangan
kognitif anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui
kegiatan mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.Berbicara sebagai suatu
proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang
bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu
peristiwa penyampaian maksud(ide, pikiran, perasaan)seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan. Menurut Elizabeth Hurlock (1995:176),
bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata
yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Begitu banyak peranan berbicara
pada aspek perkembangan anak. Selain berperan pada kemampuan individunya,
anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian
diri dengan lingkungan sebaya, agar dapat diterima sebagai anggota kelompok.
Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya
anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah,
cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih
banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak
akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan
stimulus dari lingkungan terdekat anak dapat dipahami orang lain.Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Isah Cahyani (2004:65), bahwa "Anak belajar berbicara
dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan
memberikan pelajaran pula terhadap tingkah-laku, ekspresi, dan menambah
perbendaharaan kata.Menurut Berelson dan Stainer(Fajar,2009:32)Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain
melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka dan lain-lain.
Moeslichatoen (2004:91) menuliskan bahwa bercakap-cakap merupakan salah
satu metode pembelajaran di taman kanak-kanak yang dilaksanakan dengan cara
saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal serta
mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif.
Tujuan penelitian ini adalah secara umum untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berkomunikasi anak,secara khusus bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul
Hikmah Ringinharjo Sragen melalui metode bercakap-cakap.
2
Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis adalah supaya menemukan
pengetahuan baru tentang upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi
melalui metode bercakap-cakap dan memperluas wawasan dan pengetahuan
dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak. Sedangkan manfaat
praktisnya yaitu anak didik dapat merasakan betapa besar pengaruh metode
bercakap-cakap dalam upaya peningkatan kemampuan berkomunikasi, bagi guru
dapat memberikan masukan bagi guru bahwa metode bercakap-cakap sangat
membantu dalam rangka peningkatan kemampuan berkomunikasi dalam kegiatan
belajar mengajar, bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk
anak didiknya serta memberikan motivasi yang positif terhadap kemajuan
pembelajaran disekolah.
Landasan Teori
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan
perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan
dan pikiran orang lain.Menurut Webster New Collogiate Dictionary (Fajar,
2009:27) menjelaskan bahwa komunikasi adalah “ suatu proses pertukaran
informasi diantara individu melalui system lambang-lambang, tanda-tanda, atau
tingkah laku”.Sedangkan menurut Berelson & Steiner (Fajar, 2009:27)
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-symbol seperti kata-kata,
gambar, angka-angka, dan lain-lain.Kemampuan dapat diartikan sebagai potensi
seseorang yang dapat melakukan dan menyelesaikan suatu hal dengan baik.
Menurut Wijaya (1992:8), kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Secara umum Kemampuan berkomunikasi dapat diartikan suatu penyampaian
maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain (Depdikbud, 1984/1985:7).Kemampuan berkomunikasi tidak akan lepas dari
keterampilan berbicara. Guntur Tarigan (1981:51) mengemukakan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengeskresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan.Sejalan dengan pendapat diatas, Djago Tarigan (1990:149)
menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan.Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berkomunikasi atau berbicara itu lebih dari sekedar mengucapkan bunyi-bunyi
atau kata-kata, melainkan suatu alat untuk menginformasikan gagasan, ide,
perasaan yang dapat disusun dan dikembangkan sesuai kebutuhan. Anak-anak
yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik pada umumnya memiliki
kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta
tindakan interaktif dengan lingkungannya.
Kemampuan berkomunikasi ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan
berbicara saja tetapi juga terdapat potensi lainnya yang memiliki peranan yang
lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak)
dan kemampuan berkomunikasi. Indikator anak yang mampu berkomunikasi
3
dalam penelitian ini adalah (1) Menunjukkan beberapa gambar yang diminta,(2)
Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri, (3) Berbicara lancar
dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata, (4)
Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut, (5) Mengurutkan
dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar.
Menurut Vygotsky (Moeslichatoen, 2004:18) ada tiga tahap perkembangan
komunikasi pada anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir dengan
bahasa (1) tahap pertama, tahap eksternal merupakan tahap berpikir dengan bahasa
yang di sebut berkomunikasi secara eksternal. Maksudnya, sumber berpikir anak datang
dari luar dirinya. Sumber itu datang dari orang tua atau orang dewasa yang memberi
pengarahan anak dengan cara tertentu (2) tahap kedua, tahap egosentris merupakan
tahap dimana pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara
khas anak berbicara seperti jalan pikiranya. (3) tahap ketiga, tahap berbicara internal.
Disini anak menghayati sepenuhnya proses berpikir. Tahap ini anak memproses
pikiranya dengan pemikiranya sendiri.Dari tiga tahapan diatas anak usia TK berada pada
tahap pertama. Perkembangan komunikasi anak TK pada umumnya masih banyak
dipengaruhi oleh faktor eksternal, artinya anak masih banyak membutuhkan contoh
dan arahan dari orang disekitarnya.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga
meningkat dalam kuantitas, keluasan, dan kerumitanya. Anak usia dini biasanya telah
mampu mengembangkan ketrampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat
orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya,
berdialog, dan bernyanyi. Pengalaman dan situasi yang dihadapi juga akan berarti jika
anak mampu mengguanakan kata-kata untuk menjelaskanya. Oleh karena itu berbahasa
erat hubungannya dengan kemampuan anak.Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan berkomunikasi anak yaitu intervensi keluarga, intervensi lingkungan
(sekolah), gizi, baik gizi fisik maupun gizi mental, dalam Nurlaila, Tienje, dan Iskandar
(2004:25),Dari ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi kemampuan berkomunikasi adalah faktor lingkungan sekolah, beberapa
komponen yang terdapat disekolah antara lain guru, siswa, bahan ajar, media
pembelajaran dan metode belajar. Hal ini saling berkaitan serta sangat berpengaruh
terhadap pengalaman-pengalaman anak selama belajar disekolah.Woolfolk (1995:58)
mengemukakan bahwa, anak dapat belajar bahasa melalui instructional conversation,
yaitu situasi dimana anak belajar melalui interaksi dengan guru atau siswa lainya. Di TK,
bercakap-cakap dapat dikategorikan sebagai instructional conversation. Belajar bahasa
bagi anak akan lebih mudah apabila mereka memiliki lingkungan yang baik serta
mendapat stimulasi yang tepat.
Metode bercakap-cakap dalam mengembangkan pembelajaran bahasa di Taman
Kanak-Kanak sering disamakan dengan metode Tanya jawab, padahal ada
perbedaan diantara keduanya yaitu pada metode bercakap-cakap interaksi yang
terjadi antara guru dengan anak didik,atau antara anak dengan anak bersifat
menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik percakapan dapat bebas
ataupun ditentukan. Dalam percakapan tersebut guru bertindak sebagai fasilitator,
artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam
mengemukakan pendapatnya atau mengekspresikan secara lisan.Depdikbud 1998
(Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.6) metode bercakap-cakap adalah suatu cara
4
penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap
dalam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak.
Menurut Moeslichatoen (2004:92) menuliskan bahwa bercakap-cakap dapat
berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak
melalui kegiatan monolog dan dialog.Sedangkan menurut Hilderbrand 1986
(Moeslichatoen R, 2004:26) bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan
pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif
dan ekspresif. Lain pula menurut Gordon & Browne 1985 ( Moeslichatoen R,
2004:26) Mengatakan bahwa becakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog
atau sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekspresif dalam suatu situasi.
Moeslichatoen dalam buku metode pengajaran di TK (2004:91) mengatakan
“Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi.
Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam
percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara.
Kesimpulannya, pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu cara
penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakapcakap dalam bentuk Tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak,
yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi
antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling mengkomunikasikan
pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang
reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
Moeslichatoen R, (2004:26) menyatakan makna penting bagi perkembangan anak
Taman Kanak-kanak karena bercakap-cakap dapat (1) Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain,(2) Meningkatkan keterampilan
dalam melakukan kegiatan bersama, (3) Meningkatkan keterampilan menyatakan
perasaan, serta menyatakan gagasan pendapat secara verbal, (4) Membantu
perkembangan dimensi sosial, emosional dan kognitif, terutama bahasa.
Menurut Nurbiana Dhieni,dkk (2007:7.7) Kelebihan dari metode bercakap-cakap
antara lain (1) Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan
pendapatnya, (2) Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasannya,
(3) Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena
topik/tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian dan
lingkungan anak, (4) Mengembangkan cara berfikir kritis dan sikap hormat atau
menghargai pendapat orang lain, (5) Anak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan belajarnya pada taraf yang lebih tinggi.
Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2007:7.8) Kelemahan dari metode bercakapcakap antara lain (1) Membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) Memerlukan
ketajaman dalam menangkap inti pembicaraan, (3) Dalam prakteknya, percakapan
akan selalu didominasi oleh beberapa orang saja.
Depdikbud 1998 (Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.9) Ada tiga bentuk penggunaan
metode Becakap-cakap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
pengembangan bahasa di Taman Kanak-kanak yaitu (1) Bercakap-cakap Bebas,
Becakap-cakap bebasa adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan oleh
seorang guru dengan seorang anak atau sekelompok anak taman kanak-kanak
dalam membahas berbagai topik yang berkaitan dengan pembelajaran di Taman
Kanak-kanak, (2) Becakap-cakap menurut Pokok Bahasan, Bercakap-cakap
5
menurut pokok bahasan adalah kegiatan percakapan antara guru dengan anak
didik, dengan pokok bahasan yang telah ditetapkan, (3) Bercakap-cakap
Berdasarkan Gambar Seri, Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri adalah suatu
kegiatan percakapan yang dilakukan guru kepada anak dengan bantuan buku
bergambar yang ceritanya berseri, biasanya terdiri dari 4 seri. Gambar seri 1
sampai dengan ke 4 tersebut saling berkaitan dan merupakan rangkaian sebuah
cerita atau sebuah informasi.
Depdikbud 1998 (Nurbiana Dhieni,dkk 2007:7.17) Bercakap-cakap dengan
gambar seri memiliki tujuan secara khusus yaitu memupuk kesanggupan
meletakkan antara tanggapan-tanggapan dan menarik kesimpulan.Bercakap-cakap
merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang saling
mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal. Sebelum
bercakap-cakap guru memberikan kesempatan dengan anak untuk; (1)
menetapkan tujuan dan tema kegiatan dengan menggunakan metode bercakapcakap; (2) menetapkan bentuk percakapan yang dipilih yaitu monolog atau dialog;
(3) menetapkan bahan dan alat yang diperlukan.Setelah guru bermusyawarah
dengan anak kemudian guru menyusun langkah selanjutnya.
Prosedur-prosedur pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap yaitu; (1) guru menarik
perhatian dan minat siswa dalam kegiatan bercakap-cakap; (2)
mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercakap-cakap;
(3) melaksanakan kegiatan bercakap-cakap dibawah bimbingan guru dan
pengaturan lalu lintas percakapan; (4) guru menutup percakapan.Dari pernyataan
diatas bercakap-cakap dapat mngeksplorasi berbagai potensi yang dimiliki anak,
sebagaimana mengarah pada indikator pencapaian dalam penelitian ini sebagai
berikut; (1) menunjukkan beberapa gambar yang diminta; (2) bercerita tentang
gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas; (3)
berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata;
(4) mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut; (5)
mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar.
Kerangka Pemikiran
Kemampuan berkomunikasi dapat dikenalkan sedini mungkin di Taman Kanakkanak. Sebab kemampuan berkomunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan tetapi masih banyak yang belum menerapkan metode yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak, yaitu dengan bercakap-cakap. Metode
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat anak-anak antusias
untuk belajar.Kemampuan berkomunikasi dapat di pengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan, keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekolah.Bercakap-cakap termasuk metode yang melibatkan anak
secara aktif untuk mengungkapkan ide, gagasan dan kebutuhan anak secara
verbal. Bercakap-cakap juga dapat meningkatkan keberanian anak untuk
mengaktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif, menyatakan pendapat, perasaan, keinginan, dan kebutuhan secara lisan.
Bercakap-cakap memerlukan skenario serta alat dan bahan yang akan digunakan
oleh anak, sehingga sebelum kegiatan di lakukan, guru atau pendidik harus
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan oleh anak.Metode bercakap-
6
cakap merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi pada anak. Karena dengan bercakap-cakap anak dapat
mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara
ekspresif,sehingga akan terjalin percakapan yang baik.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari
suatu permasalahan yang timbul. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang
telah diuraikan diatas, maka diperoleh hipotesis tindakan yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu “penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi anak pada kelompok B di RA Nurul Hikmah
Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011-2012”.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menurut Wardani, dkk
(2004:13) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga prestasi hasil
belajar siswa meningkat. Sedangkan menurut Kemmis (1993:3) penelitian
tindakan kelas adalah sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang
dilakukan oleh partisipan dalam pendidikan dengan maksud meningkatkan
kemantapan rasionalitas dari pratek-praktek social maupun pendidikan,
pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut, situasi pelaksanaan praktekpraktek pembelajaran.Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat refleksif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi dimana
praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.Penelitian dilakukan secara
kolaboratif antara kepala sekolah, guru tetap, dan peneliti. Hal ini dilakukan untuk
menyamakan pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan , pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Guru dan kepala sekolah
bekerjasama menyatakan pendapat serta berusaha bersama-sama memperbaiki
proses pembelajaran yang sejalan guna memperbaiki proses pembelajaran yang
lebih baik dari sebelumnya. Kreatifitas guru sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan penyampaian materi pembelajaran kepada anak untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat atau
mendapatkan data yang diperlukan. Pembuatan instrument disusun sebelum
peneliti terjun ke lapangan.Menurut Maleong (1996:4) , dalam penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama. Selain itu kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit, sekaligus perencana, pengumpul data, analisis penafsir data, dan
pada akhirnya dia menjadi pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian ini instrumen
yang digunakan adalah (1)Pedoman Observasi, adapun pedoman penyusunan
7
instrumen pedoman observasi adalah sebagai berikut (a) Menentukan indikator
yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berkomunikasipada anak, (b)Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan
yang menunjukkan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika
melaksanakan kegiatan, (c) Menentukan deskriptor butir amatan dengan
pemberian skor, (d) Menuliskan indikator dan diskriptor ke dalam format
pedoman observasi yang terdiri dari nama anak, tema, subtema, kelompok,
semester, butir amatan, deskriptor butir amatan, jumlah deskriptor amatan, tempat
dan tanggal pengamatan, (e) Melakukan pencatatan hasil observasi dengan
memberi tanda checklist. (2) Catatan Lapangan, catatan lapangan adalah
pengematan yang berupa pengamatan tentang semua peristiwa yang dialami
dalam penelitian. Catatan lapangan ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan metode bercakap-cakap yang di evaluasi pada saat refleksi.
Indikator Penelitian
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun
indikator pencapaian setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan berkomunikasi
anak mencapai 55% pada siklus I, 65% pada siklus II, 75% pada siklus III.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
komparatif dan teknik analisis interaktif. Teknik analisis komparatif yaitu
membandingkan rata-rata pencapaian kemampuan berkomunikasi persiklus
dengan indikator kemampuan berkomunikasi setiap siklus. Sedangkan teknik
analisis interaktif dilakukan dengan melihat pedoman kemudian diambil
kesimpulan. Dari kesimpulan diambil kelebihan dan kekurangannya. Hasil ini
kemudian dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan selanjutnya.Adapun
langkah-langkah untuk mendapatkan data hasil observasi anak adalah sebagai
berikut (1) Memberikan nilai atau skor pada setiap descriptor, (2) Membuat
tabulasi nilai observasi kemampuan berkomunikasi anak, (3) Menghitung
prosentase pencapaian kemampuan berkomunikasi setiap anak, (4) Menghitung
rata-rata prosentase kemampuan berkomunikasi dalam satu kelas.
Hasil Penelitian
Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi pra
siklus yaitu dengan melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan
komunikasi anak sebelum dilaksanakan tindakan. dengan menerapkan metode
bercakap-cakap.
Penelitian tindakan ini laksanakan pada kelompok B dengan jumlah murid 20
anak. Hasil pengamatan sebelum tindakan diperoleh rata-rata prosentase
kemampuan komunikasi anak diperoleh 45,04%.
Pada siklus I yaitu anak mampu menunjukkan gambar yang diminta, cerita
tentang gambar yang telah disediakan, dan mampu berbicara lancar dengan
menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata. Berdasarkan hasil
tabulasi (lampiran 7) diperoleh rata-rata prosentase pembelajaran bercakap-cakap
anak dalam 1 kelas sebesar 55,08%. Prosentase tersebut sudah mencapai hasil
8
kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus
I yaitu ≥ 55%. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi anak tidak merata. Tujuh anak yang belum mencapai kemampuan dan
13 anak sudah mencapai kemampuan sesuai dengan skor maksimal yang
ditentukan peneliti. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk menindaklanjuti
permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi anak.
Karena merasa target penelitian belum tercapai, peneliti melanjutkan
melaksanakan siklus II.
Berdasarkan hasil tabulasi (lihat lampiran 8) diperoleh rata-rata prosentase
peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam 1 kelas sebesar 65%. Prosentase
tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang ditargetkan
peneliti pada pelaksanaan siklus II yaitu ≥65%.Anak yang belum mampu
mencapai target yang ditentukan peneliti yaitu 65% masih ada 5 anak.
Komunikasi anak sudah baik dan mampu mencapai butir amatan yang mencapai
skor sesuai yang ditargetkan peneliti.
Berdasarkan hasil tabulasi (lihat lampiran 9) diperoleh rata-rata prosentase
peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam 1 kelas sebesar 75,12%.
Prosentase tersebut telah mencapai hasil kemampuan dari skor maksimal yang
ditargetkan peneliti pada pelaksanaan siklus III yaitu ≥75%.Pada siklus III ini
dalam melakukan kegiatan anak-anak terlihat sangat senang mengikuti kegiatan
pembelajaran, karena sebisa mungkin guru berusaha menciptakan suasana belajar
yang menarik bagi anak.
Walaupun masih ada beberapa anak yang belum memperhatikan penjelasan dari
guru. Anak yang belum mampu mencapai target yang ditentukan peneliti yaitu
75% masih ada 2 anak. Prosentase terendah yang dicapai pada siklus III adalah
83%, sedangkan prosentase tertinggi yang dicapai anak adalah 92%. Prosentase
pembelajaran bercakap-cakap pada siklus III ini sudah meningkat, yaitu mencapai
75,12%. Hasil prosentase ini sudah dikatakan meningkat 20,04% dibandingkan
dengan siklus I yang baru mencapai 55,08%. Sehingga kemampuan
berkomunikasi anak sudah baik dan mampu mencapai butir amatan yang
mencapai skor sesuai dengan yang ditargetkan peneliti.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat
diketahui
bahwa
kemampuan
berkomunikasi
anak
mengalami
peningkatan.Prosentase kemampuan berkomunikasi dari prasiklus ke siklus I
mengalami peningkatan hanya sebesar 10,04%, hal ini dikarenakan pada siklus I
anak masih dalam proses pengenalan metode, alat dan media yang digunakan di
siklus I, komunikasi anak dalam bercakap-cakap belum maksimal, masih kurang
berani mengungkapkan ide dan gagasan sendiri.
Prosentase peningkatan kemampuan berkomunikasi dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 10,08%, hal ini dikarenakan anakanak sudah mampu mengenal metode bercakap-cakap, mampu menggunakan alat
dan media dengan baik, anak mampu menunjukkan gambar yang diminta, anak
sudah berani menceritakan tentang gambar yang disediakan, anak mampu
9
berbicara lancar, anak mampu mendengarkan, menceritakan dan mampu
mengurutkan isi gambar seri.
Prosentase kemampuan berkomunikasi anak dari siklus II ke siklus III mengalami
penurunan yaitu hanya mengalami peningkatan sebesar 10,04%, hal ini
dikarenakan anak-anak sudah mulai merasa jenuh dengan kegiatan yang diberikan
sehingga daya konsentrasi anak sudah menurun, ramai sendiri, dan beberapa anak
kurang memperhatikan guru.Peningkatan yang ditunjukkan disetiap siklusnya
tidak menunjukkan suatu kestabilan. Prosentase peningkatan sebelum tindakan
sampai dengan siklus I peningkatannya hanya mencapai 10,04%. Hal ini
disebabkan karena anak belum terbiasa menggunakan metode bercakap-cakap,
dimana sebelumnya jarang sekali diberikan kegiatan bercakap-cakap
menggunakan gambar seri. Pada siklus III peneliti mentargetkan tingkat
pencapaian prosentase ≥75%. Hal ini sudah bisa dikatakan meningkat karena
prosentase rata-rata kelas melebihi yang ditargetkan yaitu sebesar 75,12%.Siklus I
sampai dengan siklus II peningkatan prosentase mencapai 10,08%, ini terjadi
karena pada siklus II anak mulai senang mengikuti kegiatan bercakap-cakap, serta
adanya reward untuk setiap anak. Pada siklus II ini peneliti mentargetkan tingkat
pencapaian prosentase ≥65%.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi setiap
anak dalam kegiatan bercakap-cakap tidak sama. Hal ini dibuktikan masih ada
beberapa anak yang sampai pada siklus II belum mampu memcapai prosentase
yang ditentukan oleh peneliti. Adapun jumlah anak yang belum mampu mencapai
target yang ditentukan peneliti sebanyak 2 anak. Namun hal ini tidak menjadi
masalah mengingat kemampuan anak berbeda-beda. Selain itu rata-rata prosentase
dalam 1 kelas sudah meningkat yaitu sebesar 75,12%.
Adapun anak yang mengalami peningkatan kurang yaitu FEA dan CRY, karena
FEA ini merupakan anak yang memiliki daya tangkap kurang dan lambat dalam
belajar, sedangkan CRY merupakan anak yang kurang memiliki keberanian.
Adapun anak yang mengalami peningkatan biasa yaitu DN, LFNM, ZA, FM dan
ARM, karena sebagian besar anak ini pada dasarnya kemampuan belajarnya baik
namun ketika proses pembelajaran berlangsung senang ramai dan tidak
memperhatikan guru sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal.Adapun anak
yang mengalami peningkatan drastis yaitu AEE, ALA, ASW, CO, JOM, KAP,
RAA, RAZ, SNH, DK, WHY, dan FN merupakan anak yang mempunyai
kemampuan belajar baik dan mempunyai daya konsentrasi baik ketika proses
pembelajaran berlangsung.Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka
penelitian ini telah mendukung adanya penelitian yang dilakukan oleh Masnur
Muslich (2002) menyimpulkan bahwa dengan metode bercerita dapat
meningkatkan kosa kata anak usia dini, terkait dengan wawasan dan pendapat
guru pendidikan anak usia dini dalam pembelajaran kosa kata, semua guru
berpendapat bahwa pembelajaran kosa kata sangat penting karena perbendaharaan
kata bagi anak diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari dengan teman dan
kepada orang lain. Semakin banyak anak mengenal kosa kata, semakin mudah
anak berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dan gagasannya kepada orang
lain.
10
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa metode bercakap-cakap dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul
Hikmah Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
Kesimpulan
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti
dan guru kelas kelompok B di RA Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah
Ringinharjo Sragen tahun ajaran 2011/2012, dengan guru melakukan perbaikan
pembelajaran antara lain proses kegiatan pembelajaran dipusatkan kepada siswa,
siswa terlibat aktif dalam kegiatan, guru bertindak sebagai fasilitator dan tidak
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.Hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan prosentase kemampuan berkomunikasi pada setiap
siklusnya yaitu Prosentase kemampuan berkomunikasi anak sebelum tindakan
adalah 45,04%, Prosentase kemampuan berkomunkiasi anak setelah tindakan pada
siklus I meningkat menjadi 55,08%, Prosentase kemampuan berkomunikas anak
pada siklus II setelah tindakan meningkat menjadi 65%, Prosentase kemampuan
berkomunikasi anak pada siklus III setelah tindakan meningkat menjadi
75,12%.Bertolak dari uraian tersebut diatas, dapatdisimpulkan bahwa hipotesis
yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.
Dengan demikian penggunaan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok B di RA Nurul Hikmah
Ringinharjo Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini menyimpulkan bahwa metode bercakapcakap dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak, maka guru
pendidik diharapkan member kebebasan pada anak dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode bercakap-cakap.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan, maka dalam
usaha untuk peningkatan kemampuan berkomunikasi anak melalui metode
bercakap-cakap diajukan sejumlah saran yaitu (1) kepada kepala sekolah dapat
menggunakan penelitian ini sebagai referensi atau masukan bahwa metode
pembelajaran dengan menggunakan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi pada anak, (2) kepada guru kelas hendaknya
menggunakan metode pembelajaran yang tepat, menarik, dan menyenangkan agar
dapat mendorong minat anak dalam mengikuti pembelajaran serta tujuan dapat
tercapai dengan baik,guru hendaknya menerapkan metode ini, (3) kepada orang
tua hendaknya selalu memberikan motivasi dan stimulus pada anak,sehingga
terpenuhinya rasa ingin tahu anak,(4) kepada peneliti berikutnya dapat melakukan
penelitian yang serupa, tetapi dengan materi dan pendekatan yang berbeda.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
_______________, 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
________________, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktekn(Edisi
Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta
Dhieni, Nurbiana, dkk, 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta
:Universitas Terbuka.
Fajar Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Hadisetyo. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Didik
Melalui Metode Bercerita pada Kelompok B di Taman Kanak Kanak
Aisyiyah VII Purnamandala Kecamatan Wonosobo Kabupaten
Wonosobo.
Penelitian
Tindakan
Kelas.
http://hadistyo.wordpress.com/2009/11/14/penelitian-tindakan-kelasmeningkatkan-kemampuan-berbahasa-lisan-anak-didik-melalui-metodebercerita-pada-kelompok-b-di-taman-kanak-kanak-aisyiyah-viipurnamandala-kecamatan-wonosobo-kabupaten-wonosobo/.Diakses
tanggal 10 Desember 2012
Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE – UII
Masitoh, dkk, 2004. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
Moeslichatoen R, 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Muslich, Masnur, 2009. Melaksanakan PTK itu mudah ( Classroom Action
Research ). Jakarta: Bumi Aksara
Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Karya.
Nasution, 2003. Metode Research(Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.
Nur Aeni, 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Bahasa. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Rakhmat, Jalaluddin, 2011. Psikologi Komunikasi . Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya. Wina, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Predana Media Group.
Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfa Beta.
Sukardi Dewa Ketut, 2004. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Tadzirotun, Musfiroh, 2008. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Wardani dkk, 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
12
Download