1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PERTIWI KECAMATAN KENDAWANGAN Busri Endang, Halida, Ernawati PG-PAUD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak 2013 email: [email protected] Abstract: Based on the findings that : 1 ) Planning learning in enhancing the development of the ability to speak through conversing methods can be categorized as performing well , because teachers make plans that facilitate the delivery of content. 2 ) Implementation of learning in improving the ability to talk through the method of conversing among others: a) Footing environment b ) Footing before playing, c ) Footing while playing, d ) Footing after play. 3 ) Increasing the ability to talk through method conversing in children aged 5-6 years include: speaking with correct pronunciation and the sound increased to 73% . While the child's ability to understand the spoken word sound increased to 73 % . The ability of crafting a good kid in the story reveals increased to 73 % . The results of this study can be concluded that learning in enhancing the development of the ability to speak through conversing methods can be categorized as performing well, because teachers make the planning , implementation and can increase the child's ability to speak to one cycle of 60 % and the cycle 2 increased to 73%. To carry out the study , especially in improving the speech of children aged 5-6 years with the adoption of a conversation, the teacher should be able to design a useful approach in motivating children to learn in order to speak the child's ability to thrive as it should . Keywords : Speech , Conversation Method Abstrak: Berdasarkan hasil penelitian bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap dapat dikategorikan terlaksana dengan baik, karena guru membuat perencanaan yang memudahkan dalam penyampaian materi. 2) Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap antara lain:a) Pijakan lingkungan b) Pijakan sebelum main c) Pijakan saat main d) Pijakan setelah main. 3) Peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun antara lain: berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar meningkat menjadi 73%. Sedangkan kemampuan anak memahami bunyi kata yang diucapkan meningkat menjadi 73%. Kemampuan anak menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita meningkat menjadi 73%. Kata Kunci : Kemampuan Berbicara, Metode Bercakap-cakap U ntuk memaksimalkan perkembangan pada anak usia dini, guru harus dapat memberikan stimulasi agar anak khususnya mengungkapkan ide pikirannya kepada orang dewasa dengan berbicara. Berbicara merupakan respon dari seseorang untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa. Melalui observasi awal 2 diketahui bahwa pada anak usia dini kemampuan berbicara dapat ditingkatkan dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan, namun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan kemampuan berbicara anak belum berkembang dengan baik, dalam hal ini anak masih belum dapat berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar, hal ini dikarenakan anak masih sulit untuk mengolah kata-kata menjadi kalimat sederhana, anak belum faham arti kata yang diucapkan, selain itu anak belum dapat menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita. Dari 15 anak hanya 5 anak saja yang dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik atau 33,3%, dengan rendahnya pesentase tersebut maka perlu dilakukan penanggulangan dalam meningkatkan kemampuan pada anak. Metode bercakapcakap memiliki ikatan yang sangat erat dalam meningkatkan kemampuan berbicara karena dengan bercakap-cakap merupakan kegiatan yang selalu digunakan dalam kegiatan pembelajaran di Taman kanak-Kanak. Kegiatan bercakap-cakap merupakan sebuah kegiatan yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar anak. Selama ini kegiatan bercakap-cakap jarang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan. Guru biasanya hanya mengobservasi beberapa anak yang sedang bercakap-cakap seperti beberapa anak bercakap-cakap saat berjualan sayursayuran dari rumput-rumputan dan anak yang lain membeli sayuran dengan uang berupa daun ketika jam istirahat berlangsung dan tidak pernah memasukkan kegiatan bercakap-cakap ini dalam program pembelajaran. Selain itu dalam kegiatan pembelajaran guru belum optimal mengarahkan anak dalam pengembangan kemampuan berbicara melalui kegiatan yang menarik. Selain itu belum mampu memotivasi pengembangan kemampuan berbicara pada anak dan guru belum optimal dalam membimbing pengembangan kemampuan berbicara pada anak. Metode yang digunakan guru belum efektif dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara. Selain itu media yang digunakan guru belum dapat memotivasi anak dalam mengembangkan ide pikiran. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan, menarik bagi peneliti untuk meneliti tentang peningkatan pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk megekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 2008: 16). Menurut Suhendar dkk, (1992: 16) keterampilan berbicara adalah kemampuan menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain melalui ujaran, yaitu menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan lisan. Menurut Sarah (2003: 40) mengemukakan bahwa “The ability to speak is the ability to utter articulate sounds or words to express, express and communicate thoughts, ideas, and feelings.” Menurut Sabarti (2000: 101) mengemukakan secara sepintas perolehan bahasa untuk dapat bicara terlihat seperti sekedar mempelajari kata-kata. Pada kenyataannya, untuk dapat berbicara dengan baik dan benar, seorang anak harus menguasai empat aspek yang berbeda dari bahasa, yaitu : phonology, semantic, grammar dan pragmatic.Dapat peneiti simpulkan bahwa untuk meningkatkan 3 keterampilan berbicara secara baik dan benar guru harus melatih anak menurut aspek perkembangan berbicara, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur Elizabeth B. Hurlock (dalam Sadulloh, 2010: 5). Sementara itu menurut (Depdiknas, 2007: 6) bahwa “Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar mengenal, memakai, dan menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu perkembangan yang penting adalah aspek perkembangan bahasa. Perkembangan kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan”. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan dimana anak belajar menguasai hal baru pada tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Metode bercakap-cakap Depdiknas, (2007: 11) berupa kegiatan bercakapcakap antara anak dengan guru atau anak dengan anak. Bentuk bercakap-cakap ada 3 bercakap-cakap bebas, bercakap-cakap menurut tema, bercakap-cakap berdasarkan gambar seri. Sedangkan Moeslikhatoen R., (2004: 92) bahwa bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolong atau diaolg. Kegiatan monolong dilakukan didepan kelas anak berdiri atau berbicara dengan duduk di tempatnya. Sebagai pendengar dalam komunikasi antara pribadi sedikitnya ada 3 hal yang harus dilakukan menurut Hetherington & Park (Moeslikhatoen R., 2004: 91) dalam bukunya metode pengajaran di taman kanak-kanak antara lain: a. Mengukur pemahaman yang didengarkan secara pasti b. Bila mengetahui bahwa pesan yang disampaikan itu tidak jelas, ia dapat memberitahukan kepada si pembicara. c. Ia dapat menentukan informasi tambahan yang dibutuhkan agar dapat menerima pesan tersebut. Kesimpulan dari pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakapcakap dalam bentuk tanya jawab antar anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan, dimana satu dengan lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi. Menurut Moeslichatoen R., (2011: 95) dalam bercakap-cakap tiap anak yang terlibat dalam kegiatan itu ingin membicarakan segala sesuatu yang diketahui, dimiliki, dan yang dialami kepada anak lain atau gurunya. Anak ingin membicarakan benda-benda, orang-orang, dan peristiwa yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan . Dalam kegiatan belajar menggunakan metode bercakap-cakap yakni: a. Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa ekspresif : menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan, dan kebutuhan secara lisan. b. Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain. c. Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan guru agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan. 4 d. Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya. e. Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap di adakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain. Penyebaran informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan anak tentang tujuan tema yang ditetapkan guru. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat metode bercakapcakap adalah meningkatkan keberanian anak dalam keterampilan berkomunikasi secara lisan atau verbal dengan orang lain. Bentuk metode bercakap-cakap menurut Depdiknas, (2007: 11) ada tiga bentuk bercakap-cakap antara lain : bercakap-cakap menurut tema, bercakapcakap bebas, dan bercakap-cakap berdasarkan gambar seri. Berikut ini uraian bentuk metode bercakap-cakap: a. Bercakap-cakap menurut tema b. Bercakap-cakap bebas c. Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri Menurut Moeslichatoen (2011:104), langkah-langkah dalam pelaksanaan metode bercakap-cakap bagi anak TK di bagi dalam tiga tahap: a. Kegiatan pra pengembangan Dalam kegiatan pra pengembangan ini terbagi dalam dua persiapan: 1) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang akan digunakan, untuk membantu anak meningkatkan keberanian mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, keinginan, dan sikap dalam kaitan tema yang diperbincangkan dan mendekatkan hubungan antar pribadi kelompok anak dalam kegiatan bercakap cakap. 2) Kegiatan penyiapan siswa dalam pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap antara lain sebagai berikut: a) Guru mengkomunikasikan kepada siswa tujuan kegiatan bercakapcakap. b) Untuk pemanasan guru mengajak siswa untuk menyanyi lagu sesuai dengan tema yang akan dibicarakan atau macam-macam tepuk. c) Guru memperjelaskan apa yang harus dilakukan anak-anak dalam kegiatan bercakap-cakap yakni keberanian berbicara dan kesangguhan mendengar bicara anak lain. b. Kegiatan pengembangan c. Kegiatan penutup METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, dengan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk pemecahan masalah dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas berkaitan dengan hal-hal yang dihadapi peneliti dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Ciri-ciri penelitian tindakan 5 kelas sebagaimana yang diungkapkan Maryunis (2003: 113) adalah: ”diawali dengan adanya hal-hal yang tidak beres dalam praktek pendidikan, dan dapat juga diawali dengan adanya ide atau gagasan untuk melakukan perbaikan atau perubahan”. Penelitian tindakan ini dilakukan dengan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988: 47), yaitu: ”action reseach is cyclic process of planning, action, observation, and reflection”, atau model yang berdasarkan pada suatu siklus spiral yang terdiri dari empat komponen, yang meliputi: (1) rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observation), (4) refleksi (reflection). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena peneliti bermaksud menggungkapkan semua temuan secara apa adanya. Menurut Nawawi (2007: 63) metode diskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sugiono, 2008:65). Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif untuk menceritakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada saat penelitian terhadap peningkatan kemampuan berbicara anak. Subjek dalam skripsi ini adalah guru 1orang dan anak yang berjumlah 15 anak, dengan kriteria yakni usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan yang mengalami masalah terhadap rendahnya kemampuan berbicara. Metode penelitian tindakan kelas ini menekankan pada suatu kajian yang benar-benar dari situasi alamiah di kelas. Ini sejalan dengan pendapat Asmani (2011: 91) yang menyatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas”. Untuk lebih jelasnya siklus penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada bagan 1. Analisis Data Menurut Wiriaatmadja (2002: 117) ”Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalahmasalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian”. Dalam penelitian hasil observasi baik terhadap guru maupun anak di hitung dengan menggunakan rumus persentase menurut Iskandar (2011: 12) sebagai berikut. F x100 N Keterangan: P : Presentase F : Frekuensi Jawaban N : Jumlah Responden 100 : Bilangan Teta. P% 6 Bagan 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus 2 Pelaksanaan Pengamatan Sumber: Iskandar, 2011 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Siklus ke 1 Pertemuan ke 1 Hasil peningkatan terhadap kemampuan anak dalam berbicara pada indikator: anak berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 26%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 26%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau dengan persentase 26%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase 22%. Hasil peningkatan terhadap kemampuan anak dalam berbicara pada indikator pada indikator anak memahami arti kata yang diucapkan tentang makanan kesukaan dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase sebesar 22%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau dengan persentase sebesar 30%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau dengan persentase 26%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase 22%. Hasil peningkatan terhadap kemampuan anak dalam berbicara pada indikator anak menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase sebesar 22%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 7 anak atau dengan persentase sebesar 30%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau dengan persentase 26%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase 22%. b. Siklus ke 1 Pertemuan ke 2 Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator anak berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 6 anak atau dengan persentase sebesar 40%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau dengan persentase sebesar 30%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%. Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator anak faham arti kata yang diucapkan dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 7 anak atau dengan persentase sebesar 45%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 25%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%. Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator anak dapat menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 6 anak atau dengan persentase sebesar 40%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau dengan persentase sebesar 230%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%. c. Siklus ke 2 Pertemuan ke 1 Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 9 anak atau dengan persentase sebesar 60%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 25%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%, dan tidak ada lagi anak yang dinilai belum berkembang (BB). Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator faham arti kata yang diucapkan dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 9 anak atau dengan persentase sebesar 60%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 25%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%, dan anak yang dinyatakan belum berkembang (BB) sudah tidak ada lagi. Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 10 anak atau dengan persentase sebesar 66%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 3 anak atau dengan persentase sebesar 22%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau dengan persentase 15%, anak yang dinilai belum berkembang (BB) sudah tidak ada lagi. 8 d. Siklus ke 2 Pertemuan ke 2 Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 11 anak atau dengan persentase sebesar 73%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 28%, anak yang dinilai mulai berkembang (MB) dan belum berkembang (BB) sudah tidak ada lagi. Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator faham arti kata yang diucapkan dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 11 anak atau dengan persentase sebesar 73%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 28%, anak yang dinilai mulai berkembang (MB) dan belum berkembang (BB) sudah tidak ada lagi. Hasil peningkatan kemampuan berbicara anak pada indikator menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 11 anak atau dengan persentase sebesar 73%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 28%, anak yang dinilai mulai berkembang (MB) dan belum berkembang (BB) sudah tidak ada lagi. 2. Pembahasan Pembahasan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini untuk membahas permasalahan yang ada sesuai dengan rumusan masalah, adapun pembahasan sebagai berikut. Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan. Menurut Sabarti (2000: 101) mengemukakan secara sepintas perolehan bahasa untuk dapat bicara terlihat seperti sekedar mempelajari kata-kata. Pada kenyataannya, untuk dapat berbicara dengan baik dan benar, seorang anak harus menguasai empat aspek yang berbeda dari bahasa, yaitu : phonology, semantic, grammar dan pragmatic. a) Phonology (fonologi), yaitu pengetahuan tentang bunyi bahasa (sounds of language). Bunyi ini dihasilkan oleh alat ucap. b) Semantic (semantik), yaitu pengetahuan tentang kata-kata dan arti (words meaning). c) Grammar (tata bahasa) yaitu peraturan yang digunakan untuk menggambarkan struktur bahasa (rules of language structure), yang termasuk di dalamnya adalah syntax bagaimana cara mengkombinasikan kata untuk membentuk kalimat yang baik. d) Pragmatic (pragmatik), yaitu syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; bagaimana cara orang mempergunakan bahasa untuk melakukan komunikasi efektif yang disesuaikan dengan pendengar (audience). Perencanaan yang dilakukan guru berdasarkan teori di atas, dimana guru merencanakan berdasarkan phonology (fonologi), semantic (semantik), grammar (tata bahasa), pragmatic (pragmatik). Kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan perkembangan anak usia 5-6 tahun. Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap dapat dikategorikan 9 terlaksana dengan baik, karena guru membuat perencanaan yang memudahkan dalam penyampaian materi, adapu perencanaan yang dilakukan guru antara lain: a) Membuat Rencana Kegiatan Harian, dalam hal ini guru RKH memuat Hasil Pembelajaran yakni anak dapat berbicara tentang jenis-jenis kebutuhan dan memuat Kompetensi Dasar, sesuai dengan Tema adapun tema yang di angkat. b) Memilih bahan main, dalam hal ini guru menentukan media pembelajaran sesuai tema yakni jenis-jenis makanan, minuman, buah-buahan, dan sayuran. c) Metode Pembelajaran yakni metode bercakap-cakap yang digunakan sesuai dengan tema dan langkah-langkah dalam setiap tahap pembelajaran. d) Membuat penilaian hasil belajar yakni membuat penilaian perkembangan kemampuan anak berdasarkan aspek yang diteliti. Alasan perencanaan pembelajaran yang dilakukan untuk memodifikasi pembelajaran agar tidak membosankan bagi anak, dengan demikian maka kemampuan berbicara anak akan meningkat melalui metode bercakap-cakap. Dalam hal ini perencanaan yang dilakukan guru dilihat sangat unik dalam meotivasi perkembangan bahasa anak, guru mengangkat tema yang diminati anak dan menggunakan media nyata sebagai alat dalam menyampaikan materi pembelajaran, hasil belajar yang diharapkan tertuang dalam rencana kegiatan inti pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan. Menurut Moeslichatoen (2004:104), langkahlangkah dalam pelaksanaan metode bercakap-cakap bagi anak TK di bagi dalam tiga tahap: Kegiatan pra pengembangan Dalam kegiatan pra pengembangan ini terbagi dalam dua persiapan: Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang akan digunakan, untuk membantu anak meningkatkan keberanian mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, keinginan, dan sikap dalam kaitan tema yang diperbincangkan dan mendekatkan hubungan antar pribadi kelompok anak dalam kegiatan bercakap-cakap. Kegiatan penyiapan siswa dalam pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap antara lain sebagai berikut: a) guru mengkomunikasikan kepada siswa tujuan kegiatan bercakapcakap. b) Untuk pemanasan guru mengajak siswa untuk menyanyi lagu sesuai dengan tema yang akan dibicarakan atau macam-macam tepuk. c) Guru memperjelaskan apa yang harus dilakukan anak-anak dalam kegiatan bercakapcakap yakni keberanian berbicara dan kesangguhan mendengar bicara anak lain. Kegiatan pengembangan Kegiatan penutup Setelah percakapan berlangsung misalnya 20 menit, maka tiba saatnya guru membimbing anak-anak untuk merangkum hasil percakapan yang dilaksanakan. Kegiatan ini dapat meningkatkan perbendaharaan kata dengan bertambahnya kosa kata baru yang diperoleh dari hasil percakapan, serta berani menungkapkan gagasan, ide, perasaan dan keinginan. Teori di atas, dapat menjadi gambaran untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia 5-6 tahun melalui metode bercakap-cakap. Pelaksanaan pembelajaran dalam 10 meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap antara lain:a) Pijakan lingkungan yakni mengatur letak media pembelajaran serta meja dan kursi. b) Pijakan sebelum main yakni membuka pembelajaran dengan do’a dan salam, mengadakan kegiatan pembukaan (menyanyi, bersyair dan lain sebagainya), mengecek kehadiran anak, menyampaikan apersepsi tentang kegiatan yang telah lalu dan mengaitkan kegiatan pada hari ini, membagi kelompok belajar, menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. c) Pijakan saat main yakni mengajak anak untuk berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar, memahami arti kata yang diucapkan, d) Pijakan setelah main yakni memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan ide pikiran, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyatakan kesulitan dalam belajar, menutup pelajaran dengan do’a dan salam. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan tema kebutuhanku. Keunikan yang peneliti temui dalam penelitian ini adalah anak terlibat langsung dalam penggunaan media dan anak sangat aktif dalam berbicara dengan kegiatan bercakap-cakap Peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan setelah dilakukan tindakan. Menurut Moeslichatoen R., (2004: 95) dalam bercakap-cakap tiap anak yang terlibat dalam kegiatan itu ingin membicarakan segala sesuatu yang diketahui, dimiliki, dan yang dialami kepada anak lain atau gurunya. Anak ingin membicarakan benda-benda, orang-orang, dan peristiwa yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan . Dalam kegiatan belajar menggunakan metode bercakap-cakap yakni: meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa ekspresif : a) menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan, dan kebutuhan secara lisan. b) Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain. c) Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan guru agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan. Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya. Dengan seringnya kegiatan bercakap-cakap di adakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain. Penyebaran informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan anak tentang tujuan tema yang ditetapkan guru. Untuk mengetahui peningkatan anak dalam bericara maka dalam penelitian ini peneliti berpandangan pada teori di atas, dan membuat indikator penilaian yang sesuai dengan perkembangan anak. Peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun antara lain: berbicara dengan lafal yang baik dan benar pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 26%, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat menjadi 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 60%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 73%. 11 Sedangkan kemampuan anak memahami arti kata yang diucapkan pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 30%, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat menjadi 45%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 60%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 73%. Kemampuan anak menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan cerita pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 22%, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat menjadi 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 66%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 73%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa kemampuan berbicara dapat ditingkatkan melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kecamatan Kendawangan. Secara khusus dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan pengembangan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap dapat dikategorikan terlaksana dengan baik, karena guru membuat perencanaan yang memudahkan dalam penyampaian materi, adapun perencanaan yang dilakukan guru antara lain: a) Membuat Rencana Kegiatan Harian, dalam hal ini guru RKH memuat Hasil Pembelajaran yakni anak dapat berbicara tentang jenis-jenis kebutuhan dan memuat Kompetensi Dasar, sesuai dengan Tema yang di angkat. b) Memilih bahan main, dalam hal ini guru menentukan media pembelajaran sesuai tema yakni jenis-jenis makanan, minuman, buah-buahan, dan sayuran. c) Metode Pembelajaran yakni metode bercakap-cakap yang digunakan sesuai dengan tema dan langkah-langkah dalam setiap tahap pembelajaran. d) Membuat penilaian hasil belajar yakni membuat penilaian perkembangan kemampuan anak berdasarkan aspek yang diteliti. 2. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap antara lain:a) Pijakan lingkungan yakni mengatur letak media pembelajaran serta meja dan kursi. b) Pijakan sebelum main yakni membuka pembelajaran dengan do’a dan salam, mengadakan kegiatan pembukaan (menyanyi, bersyair dan lain sebagainya), mengecek kehadiran anak, menyampaikan apersepsi tentang kegiatan yang telah lalu dan mengaitkan kegiatan pada hari ini, membagi kelompok belajar, menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. c) Pijakan saat main yakni mengajak anak untuk berbicara dengan lafal dan bunyi yang benar, memahami bunyi kata yang diucapkan dan menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita, d) Pijakan setelah main yakni memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan ide pikiran, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyatakan kesulitan dalam belajar, menutup pelajaran dengan do’a dan salam. 3. Peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bercakap-cakap pada anak usia 5-6 tahun antara lain: anak dalam berbicara dengan lafal dan bunyi yang bemnar pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 26%, pada siklus 1 pertemuan 2 12 meningkat menjadi 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 60%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 73%. Sedangkan kemampuan anak dalam memahami arti kata yang diucapkan pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 30%, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat menjadi 45%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 60%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 73%. Kemampuan anak menyusun kata yang baik dalam mengungkapkan isi cerita pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 22%, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat menjadi 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 66%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 73%. Saran Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan anak dalam bercakap-cakap, hendaknya: 1. Guru dapat merencanakan isi dengan mengaitkan tema dan sub tema yang dipilih. 2. Guru dapat mengupayakan tindakan bantuan pada anak yang masih belum dapat melakukan kegiatan bercakap-cakap melalui langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita. 3. Untuk meningkatkan kemampuan bercakap-cakap guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak dengan memetakan pikiran anak sesuai dengan tema, seperti: a. Mengarahkan anak dalam bercakap-cakap dengan mengungkapkan pengalamannya dalam kata-kata. b. Mengarahkan anak untuk bercakap-cakap dengan menggabungkan kata-kata menjadi kalimat sederhana. DAFTAR PUSTAKA Ahmad dan Ahmadi, (1995). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Laksana Dayarti Umi dan Susetyo (2002).Metode Pembelajaran PAUD. Surabaya: Materi Diklat Pamong PAUD Dervarics, Charles (2005). Rural Children Lag in Early Chilhood Education Skill. Washington DC: Population Reference Bureau Depdiknas (2007). Metode Pembelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Hart, B (1999). The Social Word of Children Learning to Talk. Florida State Univerity Joice dan Weil (1992). Curriculum Improvement, Decision Marking and Process. Boston: Ally and Bacon, Inc 13 Iskandar (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pess Moeslichatoen, R (2011). Dasar-Dasar Pendidikan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rieneka Cipta Morrison, G.S (2012). Contemporary Curriculum K-8. Washington DC: US Goverment Printing Office Muslich, Masnur (2011). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Permendiknas. (2009). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional(http: //www. Permendiknas. go.id/download/ standar kompetensi. doc, diakses 10 Oktober 2009). PPL FKIP PG-PAUD Universitas Tanjungpura Pontianak 2012 Pribadi, Benny A (2011) Model Desain Pembelajaran. Jakarta: Dian rakyat Sadulloh, Uyoh (2010). Pedagogik. Bandung: ALFABET, CV Sugiono (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET, CV Tarigan, Henry Guntur (2009). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: ANGKASA Trianto (2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Publiser UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wiraatmadja, Rochiati (2002) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta