metode pembelajaran menanamkan nilai moral

advertisement
METODE PEMBELAJARAN MENANAMKAN NILAI MORAL
PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK ANGKASA
Tri Lidya Mandasari, Sri Lestari, dan Purwanti
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan
E-mail: [email protected]
Abstrak: Menanamkan pembelajaran nilai moral pada anak sejak dini merupakan
hal yang penting bagi anak. Harmainy dalam Wibowo (2012 : 28) menyatakan
bahwa,”Pendidikan nilai moral itu sebaiknya dimulai sejak anak fase usia dini.
Usia itu, lanjut Leonardy, terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. sebagai calon pendidik mesti menanamkan potensi
yang baik pada anak didiknya”.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di
TK Angkasa Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber
data terdiri dari 2 orang guru di kelompok anak usia 4-5 tahun, 10 orang anak, dan
10 orang tua murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penanaman nilai
moral yang digunakan adalah sebagai berikut: bercerita, bermain, bercakap-cakap,
dan pemberian tugas. Metode yang sering digunakan adalah bercakap-cakap dan
pemberian tugas.Metode penanaman nilai moral tersebut ternyata dapat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku anak, dari yang tidak baik menjadi baik.
Kata kunci: Metode, Menanamkan nilai moral
Abstract: Embedding learning moral values in children from an early age is
important for children. Harmainy in Wibowo (2012: 28) states that, "The moral
value education should begin early age phases children. Age, continued Leonardy,
proved decisive in a child's ability to develop its potential. as prospective educators
must instill good potential in their students. "This study aims to describe the
teaching methods in instilling moral values in children aged 4-5 years in
kindergarten Space Kubu Raya. This study uses qualitative methods. Data sources
consisted of 2 teachers in the group of children aged 4-5 years, 10 children and 10
parents. The results showed that the method of cultivation of moral values that are
used are as follows: storytelling, playing, chatting, and administration tasks.
Method often used is conversing and giving tugas.Metode planting the moral values
it can affect the child's behavior changes, from bad to good.
Key words: Method, Instilling moral values
N
ilai moral perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini melalui metode-metode
yang menyenangkan bagi anak dan tidak membuat anak cepat bosan. Guru
sebagai pendidik mesti kreatif mencari ide untuk memilih metode yang tepat dalam
menanamkan nilai moral kepada anak. Nilai moral perlu ditanamkan pada anak
sejak dini dikarenakan agar kelak anak tidak memperlakukan orang lain secara
1
kasar, berbicara tidak sopan, dan tidak melawan guru. Menurut Isjoni (2009 : 86-94)
mengungkapkan bahwa, “Ada beberapa metode yang dapat diterapkan di TK.
Metode tersebut meliputi metode bercerita, metode bermain, metode bercakapcakap dan metode pemberian tugas”. Metode pembelajaran tersebut dapat
digunakan dalam pembinaan nilai moral pada anak. Misalnya dengan metode
bercerita.
Hasil pengamatan awal penelitian lakukan di TK Angkasa terdapat 10 dari
20 anak yang masih kurang memperhatikan atau mengikuti doa bersama, berbicara
kurang sopan dan ketika guru menasehati kepada anak, anak tersebut malah
melawan gurunya. Misalnya ketika guru mengajak anak-anak doa bersama masih
ada terdapat anak yang tidak mau mengikuti doa bersama atau ketika diminta untuk
megulangi kembali berdoa, anak-anak masih ada yang mau main sendiri dan
mengganggu temannya. Bahkan ketika berbicara kepada teman-temannya pun
masih berbicara yang seronoh atau yang kotor seperti menyebutkan “setan dan
bodoh”, dan ketika guru menasehati anak tersebut, malah anak tersebut melawan
gurunya. Hal ini terlihat cenderung kurang afektif karena kurangnya tenaga guru,
sehingga guru kesulitan untuk menenangkan anak-anak serta memperhatikan anakanak satu per satu dan yang tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa, berbicara dan
melawan guru. Selain itu guru di TK Angkasa tersebut belum sepenuhnya
menggunakan metode pembelajaran dengan tepat.
Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian
yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk
memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. aspek masalah yang akan
dikaji,dimana pertanyaan peneliti sebagai berikut: (1) Bagaimana perencanaan
pembelajaran guru dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (2)
Bagaimana metode yang digunakan oleh guru dalam menanamkan nilai moral pada
anak, (3) Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai
moral pada anak usia 4-5 tahun, (4) Bagaimana nilai moral pada anak usia 4-5
tahun, (5) Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam menanamkaan nilai
moral anak pada usia 4-5 tahun.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mendeskripsikan metode
pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK
Angkasa Kubu Raya. (1) Untuk mendeskripsikan perencanaan metode pembelajaran
dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (2) Untuk
mendeskripsikan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak
usia 4-5 tahun, (3) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran dalam
menanamkan nilai moral pada anak, (4) Untuk mendeskripsikan nilai moral pada
anak usia 4-5 tahun, (5) Untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi guru dalam
menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun.
menanaman nilai moral dalam penelitian ini adalah upaya guru untuk
meningkatkan nilai moral pada anak yang lebih baik. Dalam membimbing dan
mengembangkan potensi anak usia dini perlu memilih metode yang tepat. Pemilihan
metode yang dilakukan pendidik atau guru semestinya dilandasi alasan yang kuat
dan faktor-faktor pendukungnya seperti karakteristik tujuan kegiatan dan
karakteristik anak yang diajar. Karakteristik penanaman nilai moral pada anak, guru
disini mengenalkan peraturan dan menanamkan sikap disiplin pada anak,
2
Mengenalkan mana yang baik dan buruk, mengenalkan kepada anak sopan santun,
berdoa bersama, mengucapkan salam, menaati peraturan sekolah, bersikap manis
ketika mendengarkan guru bercerita, mengucapkan kata terimakasih kepada guru
maupun orang lain, menggunakan kata manis seperti maaf, permisi, tolong serta
mengenalkan anak pada dunia sekitar dalam kehidupan sehari-hari.
metode pembelajran nilai moral dalam penelitian ini adalah Metode-metode
yang memungkinkan anak dapat melakukan hubungan atau sosialisasi dengan yang
lain akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Melalui kedekatan
hubungan guru dan anak, seorang guru akan dapat mengembangkan kekuatan
pendidik yang sangat penting. Dalam pelaksanaan penanaman nilai moral pada anak
usia dini banyak metode yang dapat digunakan oleh guru. Namun sebelum memilih
dan menerapkan metode yang ada perlu diketahui bahwa guru harus memahami
metode yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya
keberhasilan penanaman nilai moral. Penggunaan salah satu metode penanaman
nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau
kemampuan seorang guru dalam menerapkannya. Metode dalam penanaman nilai
moral kepada anak usia dini sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bercakapcakap, bermain, dan pemberian tugas.
Pendidikan nilai moral adalah suatu program pendidikan yang
mengorganisasikan dan menyerdehanakan sumber-sumber nilai moral yang
disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan.
Durkheim (2002 : 18) menyatakan bahwa, on the one hand in order to show clearly
the nature of moral education at this period be led to indicate how it completes, and
carries on from familial education , on the other hand, to understand what it must
later become, it will suffice to project our thinking into the future taking account of
differences in age and situation.Yang artinya adalah di satu sisi untuk menunjukkan
dengan jelas sifat pendidikan moral pada periode ini dipimpin untuk menunjukkan
bagaimana itu selesai, dan menjalankan dari pendidikan keluarga, di sisi lain, untuk
memahami apa yang nanti harus menjadi, itu akan cukup untuk proyek pemikiran
kita ke masa depan dengan mempertimbangkan perbedaan usia dan situasi
Pendidikan nilai moral harus dibangun sejak dini. Dengan menyadari bahwa
nilai moral adalah sesuatu yang sangat sulit diubah, maka tidak ada pilihan lain bagi
orang tua kecuali membentuk karakter nilai moral anak sejak dini (Munir, 2010:10).
Saat usia dini, lebih mudah membentuk nilai moral anak. Sebab, ia lebih cepat
menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental
berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk
nilai moral yang positif. Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat
menentukan apakah ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan
apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam
pekerjaannya.
Moral adalah pola perilaku seseorang yang mengajarkan baik dan buruknya
tingkah laku manusia seperti yang berakhlak baik, jujur, sopan, adil dan disiplin.
Moral juga merupakan satu seperangkat keyakinan suatu masyarakat yang
berkaitan dengan karakter atau kelakuan apa yang seharusnya dilakukan manusia.
Kohlberg dalam Wibowo (2012 : 32) menyatakan bahwa:
3
Waktu yang tepat untuk pendidikan moral ditanamkan, ketika anak-anak masih
berada dalam tingkat perkembangan moralnya; yaitu dimulai dari usia 5 tahun
hingga umur 17 tahun. Pada fase ini, anak-anak memerlukan orang lain untuk
menuntun mereka. Oleh karena itu, pendidikan moral sebaiknya ditanamkan pada
fase ini melalui proses belajar mengajar atau transfer pengetahuan. Majid dan
Andayani (2011 : 31 ), ada tiga tahap moral sebagai berikut (1) Moral
KnowingWilliam Kilpatrick (dalam Majid dan Andayani, 2011:31), “Menyebutkan
salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah
memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral Knowing) adalah karena ia tidak
terlatih untuk melakukan kebaikan(moral Doing)”.(2) Moral Loving atau Moral
Feeling Moral Loving merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi
manusia berkarakter, penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang
harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri, yaitu:Percaya diri (self
asteem), Kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), Cinta kebenaran (loving
the good), Pengendalian diri (self control), Kerendahan hati (humility)Bersikap
adalah merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada
kemungkinan dilanjutkan dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang
bertanggung jawab, kukuh dan bernalar Hernowo dalam Majid dan Andayani
(2011 : 33 ) (3) Moral Doing / Acting Fitrah manusia sejak kelahirannya adalah
kebutuhan dirinya kepada orang lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang kecuali
ada kehadiran orang lain. Setelah dua aspek tadi terwujud, maka moral Acting
sebagai outcome akan dengan mudah muncul dari para siswa. Namun, merujuk
kepada tesis Ratna Megawangi, bahwa karakter moral adalah tabiat yang lansung
disetir dari otak, maka ketiga tahap tadi perlu disuguhkan kepada siswa melalui
cara-cara yang logis, rasional, dan demokrasi. Sehingga perilaku yang muncul
benar-benar sebuah karakter nilai moral bukan topeng.Pemahaman mengenai arti
moral akan ikut menentukan isi perilaku atau tingkah laku manusia. Bagi pengikut
paham yang mengartikan moral untuk menjadikan seseorang bermoral, maka isi
moral itu merupakan pilihan yang beranggapan paling tepat untuk mengantarkan
seseorang hidup bermasyarakat ( Zuriah, 2011 : 23).
Moral merupakan suatu nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini sifatnya
masih relatif terbatas. Seseorang anak belum mampu menguasai nilai-nilai yang
abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik buruk.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, moral sudah harus
dikenalkan dan di tanamkan sejak dini, supaya nantinya anak menjadi terbiasa dan
sudah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta anak akan
mudah hidup di lingkungan bermasyarakat dalam pengenalan diri, percaya diri,
kerendahan hati dan berperilaku yang baik bagi masyarakat.
Moral merupakan nilai yang sangat penting untuk diajarkan dan dibiasakan
kepada peserta didik. Moral menyangkut masalah tentang benar dan salah maupun
baik dan buruk. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa moral adalah berkenaan
dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila
bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika
perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan
dikatakan jelek secara moral.
4
Pendidikan karakter di dalamnya tercermin akan nilai-nilai kebaikan dan
kebenaran. Oleh karena itu, pendidikan demikian ini harus betul-betul diperhatikan.
Jangan sampai pendidikan yang di ajarkan berdampak kurang baik bagi peserta
didik. Anak-ank harus dididik berdasarkan moral-moral yang berlaku di negeri ini
melalui pendidikan karakter dan berbudaya bangsa (Fadillah dan Khorida, 2013 :
38).Piaget dalam Slavin (2009 : 69) mengemukakan bahwa menamai tahap pertama
perkembangan moral sebagai “moralitas heteronom”. Hal itu juga disebut tahap
“realisme moral atau “moralitas paksaan”. Herteronom berarti tunduk pada aturan
yang diberlakukan orang lain. Selama periode ini, anak-anak kecil terus-menerus
dihadapakan pada orang tua dan orang dewasa lain apa yang tidak boleh dilakukan.
Pelanggaran aturan yang diyakini akan membawa hukuman otomatis dan orang
yang jahat pada akhirnya akan dihukum. Tahap kedua dinamakan moralitas otonom
atau “moralitas kerja sama”. Lawrence Kohblberg dalam Fadillah dan Khorida
(2013 : 69)menyatakan bahwa, Salah satu tahap berkaitan dengan perkembangan
moral adalah tahap prakonvensional untuk usia 2-8 tahun. Pada tahap ini anak tidak
memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikendalikan oleh
imbalan atau hadiah dan hukuman eksternal. Anak-anak taat karena orang-orang
dewasa menuntut mereka untuk taat, dan apa yang benar adalah apa yang dirasakan
baik dan apa yang dianggap menghasilkan.
Berdasarkan paparan yang di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dapat
terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Sebagai orang tua atau
dewasa harus memberi contoh yang baik seperti membiasakan diri bersikap baik di
depan anak-anak, misalnya berdoa bersama-sama, mencuci tangan, berbagi dalam
cerita, menjaga kebersihan, bersikap sopan santun, mengucapkan terimakasih dan
mengucap maaf ketika kita berbuat salah. Dengan begitu anak pasti meniru
kebiasaan orang dewasa ataupun orang tua.
METODE
Metode yang digunakan oleh penelitian ini ialah penelitian kualitatif.
Sumber data dalam penelitian ini meliputi satu orang guru dan satu kepala sekolah,
orang tua murid, dan anak-anak yang masih kurang dalam menanamkan atau
membiasakan diri dengan nilai moral. Adapun fokus permasalahan dalam subjek
penelitian ini adalah anak-anak yang masih kurang dalam berperilaku atau
pembiasaan diri dalam nilai moral. Subjek dalam penelitian adalah anak yang usia
4-5 tahun yang masih menunjukan gejala-gejala yang tidak mencerminkan nilai
moral. Sehingga dalam penelitian ini sumber data atau informan berjumlah 22 orang
yang terdiri dari 1 guru yang mengajar di kelompok anak usia 4-5 tahun, 1 kepala
sekolah, 10 orang tua, dan 10 anak yang menunjukan sikap-sikap yang kurang
dalam menanamkan nilai moral. Penelitian mendeskripsikan atau menggambarkan
hasil pengamatan dan wawancara. Jadi yang akan diteliti adalah segala aktifitas
yang berlangsung di TK seperti proses belajar, kegiatan guru mengajar, kegiatan
anak belajar, dan aktifitas lain yang sedang berlangsung di TK Angkasa Kubu Raya.
Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut
Sugiono (2010 : 1) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
5
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan teori di atas dapat di simpulkan bahwa metode penelitian kualitatif ini
merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan data yang telah
di kumpulkan oleh peneliti sebagai data
36 mengukur status variabel yang diteliti,
sedangkan peneliti menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret obyek yang
diteliti menjadi jelas dan bermakna. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang tidak diperoleh melalui angka-angka atau prosedur
statistik lainnya, tetapi berupa kata-kata dan gambar dalam pengumpulan datadatanya, serta data tersebut mengandung makna yakni makna yang sebenarnya.
Penelitian ini dilaksanakan di TK Angkasa yang beralamat di JL.Arteri Supadio
Kubu Raya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan
data yaitu teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik studi dokumenter.
Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap 1 guru dari kelompok anak usia
5-6 tahun dan 1 kepala sekolah di TK Angkasa Kubu Raya dan 10 orang tua dan 10
anak pada usia 4-5 tahun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini.
Selanjutnya peneliti melakukan observasi partisipasi aktif terhadap anak-anak yang
berusia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya serta mengamati keadaan sebenarnya
yang terjadi di TK tersebut. Kemudian peneliti melakukan teknik studi dokumenter
dengan mempelajari bahan-bahan dokumen terkait informasi yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Data dari hasil penelitian ini diperoleh melalui alat
pengumpulan data berupa panduan wawancara untuk guru sejumlah 10 pertanyaan,
panduan wawancara untuk orang tua anak yang bermasalah sejumlah 5 pertanyaan,
serta panduan observasi dalam bentuk daftar cek (check list) terhadap 10 anak yang
bermasalah dalam nilai moral dan 1 guru yang mengajar di kelompok usia 4-5
tahun. Adapun alat yang digunakan dalam teknik studi dokumenter berupa rapor
perkembangan anak, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, serta fotofoto kegiatan anak.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data secara interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Model
analisis data tersebut ditunjukkan pada gambar berikut:
Data display
Data collection
Data Reduction
Conclusion :
drawing / verifying
(Sumber: Sugiyono, 2008:338)
6
Reduksi Data (Data Reduction)
Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemeriksaan kembali data-data yang
sudah terkumpul baik dari hasil wawancara, catatan lapangan, maupun daftar cek.
Data-data yang telah dikumpulkan akan direduksi untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai hasil penelitian. Aspek yang direduksi dalam penelitian
ini adalah metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada usia 4-5
tahun di TK Angkasa Kubu Raya.
Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data dimaksudkan untuk menyusun segala informasi yang diperoleh agar
mempermudah peneliti menganalisis data-data yang sudah terkumpul.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and Verification)
Bila telah didukung dengan data-data yang telah dianalisis dengan jelas,
maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian
ini. Untuk mengarah pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari hasil
analisis data, baik yang berasal dari hasil wawancara, hasil observasi, catatan
lapangan, dan hasil dokumentasi yang didapatkan pada saat melaksanakan kegiatan
di lapangan.
Peneliti melakukan uji keabsahan data melalui triangulasi sumber, teknik,
dan member check sampai data jenuh. Untuk triangulasi sumber, ketika melakukan
wawancara untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan berinteraksi sosial anak yang bermasalah pada kelompok usia 5-6
tahun yang telah ditetapkan sebagai subyek kasus penelitian, peneliti melakukan
wawancara dengan wali kelas, guru pendamping dan orang tua anak tempat penulis
melakukan penelitian. Sedangkan untuk triangulasi teknik, selain menggunakan
metode wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap anak yang telah
ditetapkan sebagai subyek kasus tersebut ketika ia beraktivitas di TK serta
mendokumentasikan perilaku yang tampak pada anak. Dalam hal ini, setelah
peneliti memperoleh data-data mengenai metode pembelajaran dalam menanamkan
nilai moral pada anak usia 4-5 tahun,khususnya yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara, peneliti akan meminta kesepakatan (member check) kepada informan
mengenai data-data yang telah diberikan untuk selanjutnya dianalisis oleh peneliti
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di TK Angkasa Kubu Raya
dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pembelajaran dalam menanamkan
nilai moral guru melakukan persiapan sehari sebelumnya, hal ini dikarenakan agar
keesokan harinya guru sudah siap untuk mengajarkan pada anak. Adapun persiapan
yang dilakukan oleh guru yaitu membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan
menyiapkan media yang digunakan oleh guru dalam metode bercerita, bermain
7
yaitu boneka, bola kaki dan balok. Peneliti melihat guru dalam pembelajaran
menanamkan nilai moral guru menggunakan keempat metode. Metode tersebut
ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode
pemberian tugas. RKH yang dibuat sudah sesuai dengan tema yang berlangsung
pada saat itu, indikator yang terdapat didalam RKH juga sudah dibuat sesuai
dengan usia perkembangan anak dan kebutuhan anak. Dari pengamatan yang
peneliti lakukan selama 5 kali pertemuan terlihat bahwa dalam merencanakan
pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun guru
kelompok A mempersiapkannya sehari sebelumnya yaitu pada saat anak-anak
pulang sekolah atau setelah jam pelajaran selesai. Hal-hal yang perlu dipersiapkan
untuk kegiatan pembelajaran mengenai nilai moral yaitu dimulai dari guru
membuat RKH yang sesuai dengan tema dan indikator yang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan anak, mempersiapkan ruang kelas, menyiapkan
media seperti alat praga boneka dan balok, menyiapkan buku paket dan sumber
buku untuk pemberian tugas maupun bercerita. Berdasarkan pengamatan yang
peneliti lakukan di TK Angkasa Kubu Raya dapat disimpulkan bahwa dalam
merencanakan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral guru melakukan
persiapan sehari sebelumnya, hal ini dikarenakan agar keesokan harinya guru sudah
siap untuk mengajarkan pada anak. Adapun persiapan yang dilakukan oleh guru
yaitu membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan menyiapkan media yang
digunakan oleh guru dalam metode bercerita, bermain yaitu boneka, bola kaki dan
balok. Peneliti melihat guru dalam pembelajaran menanamkan nilai moral guru
menggunakan keempat metode. Metode tersebut ialah metode bercerita, metode
bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, dalam menggunakan pembalajaran nilai moral pada anak
kelompok A ini masih belum meningkat hal ini dikarenakan kurangnya afektif guru
dalam menggunakan metode tersebut. Dari 20 anak masih terdapat 70% anak yang
masih kurang dalam bersikap manis dan sopan, 50% anak masih kurang bisa
meminta izin apabila mau meminjam barang teman dan mau menjaganya, 60%
anak masih kurang mengucapkan terimakasih kepada teman atau orang lain yang
telah membantu, 40% anak masih kurang menggunakan kata maaf ketika
melakukan kesalahan , 20% masih kurang berdoa bersama, 70% anak masih kurang
memberi makanan ketika teman tidak membawa bekal, 50% anak masih kurang
menggunakan kata-kata manis seperti permisi, 40% anak masih kurang
mengucapkan sala seperti assalammualaikum, selamat pagi, selamat siang.
kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam metode pembelajaran menanamkan nilai
moral yaitu kemampuan anak dalam bersikap manis dan sopan saat mendengarkan
guru bercerita dan saat guru menjelaskan keempat metode tersebut. Sehingga ada
beberapa anak yang mudah memahami dan yang lama untuk memahaminya.
Hambatan lainya adalah kurangnya fokus perhatian anak pada saat guru memulai
kegiatan keempat metode tersebut, mereka malah asyik bermain sendiri, jalan-jalan
dan berbicara bersama teman lainnya. Sehingga penjelasan yang guru berikan tidak
sepenuhnya didengar oleh anak. Tahap pelaksanaan tersebut sudah dilakukan
keempat metode. Selain itu dalam melaksanakan pembelajaran nilai moral guru
menggunakan beberapa metode. Metode tersebut yaitu metode bercerita, meteode
bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. Adapun
8
pelaksanaan keempat metode tersebut yaitu : (1)Metode bercerita langkah-langkah
yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercerita yaitu guru mengatur
posisi anak, guru memperlihatkan buku cerita dan alat praga ketika menggunakan
alat praga, disini guru menyampaikan judul ceritanya “bertamsya ke gunung”
kemudian guru memulai cerita dengan gayanya dan intonasi suara yang menarik
bagi anak. Setelah guru selesai bercerita guru menjelaskan kepada anak tentang
pesan-pesan dari cerita yang terkait nilai moral seperti tidak boleh membuang
sampah sembarangan, mengenal ciptaan Tuhan dan menjaga kelestarian hutan. Hal
ini senada dengan yang dikatakan oleh Masitoh (2005 : 10.12) bahwa, langkahlangkah yang dilakukan guru pada saat kegiatan bercerita yaitu
mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, mengatur tempat duduk anak,
kegiataan pembukaan, pengembangan cerita, menetapkan tekhnik bertutur yang
akan digunakan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi
bercerita. Kesimpulan Metode bercerita merupakan metode yang efektif untuk
menanamkan nilai moral pada anak usia dini. Dalam bercerita guru harus
memperhatikan kondisi anak agar cerita yang dibawakan mampu menarik perhatian
anak. Dengan perhatian yang cukup baik dari siswa, maka pesan moral yang akan
disampaikan oleh guru lebih mudah diserap anak. Dalam menggunakan metode
bercerita untuk menanamkan nilai moral kepada anak, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru, diantaranya adalah: cerita yang dibawakan harus memuat
pesan moral yang akan disampaikan oleh guru, tema-tema cerita yang disampaikan
kepada anak jangan monoton, olah vokal dan wajah dalam bercerita perlu
diperhatikan, dalam bercerita digunakan alat peraga. Bentuk-bentuk metode
bercerita terbagi menjadi dua yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan
alat peraga. Di TK Angkasa Kubu Raya, guru bercerita menggunakan alat peraga
yaitu buku cerita dan boneka. Seperti yang diungkapkan Dhieni (2005), buku cerita
dan boneka tergolong dalam alat peraga tidak langsung. Kelebihan dalam
menggunakan media ini adalah membantu anak dalam berimajinasi sebab anak
akan melihat barang tersebut mirip seperti aslinya. (2) Metode bercakap-cakap
Dalam langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakapcakap yaitu Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, Langkah-langkah yang guru
lakukan dalam melaksanakan metode bercakap-cakap bebas dengan sesuai tema
yaitu langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakapcakap yaitu guru mengatur posisi anak, mengajak anak untuk berkomunikasi
langsung atau bercakap-cakap tentang kabar anak kemudian berkomunikasi dengan
anak mengenai kegiatan hari ini, serta guru dapat menyelipkan kalimat pesan moral
dalam bercakap seperti kita harus bersyukur kepada Tuhan dan sayang terhadap
cipataan Tuhan seperti tanaman, hutan. hal ini sejalan Menurut Gatot
Ardiansyah(2011), Mengkondisikan anak-anak untuk dapat duduk dengan nyaman
dan tertib, Mulailah mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang anak untuk
bercakap-cakap, Guru mulai melaksanakan kegiatan bercakap-cakap dengan anakanak, Guru memberi kesempatan agar anak dapat menceritakan tentang kejadian
disekitarnya sesuai dengan paertanyaan, Apabila guru menemukan anak yang
belum dapat mengucapkan kalimat dengan baik dan benar (kalimat sederhana),
guru hendaknya berusaha memperbaiki secara bijaksana dan bagi yang pasif diberi
9
dorongan atau motivasi, Guru dapat melakukan kegiatan evaluasi dari kegiatan
percakapan tersebut.
Kesimpulannya dengan bercakap-cakap anak bisa berkomunikasi langsung
dengan teman maupun dengan orang lain yang baik. Perkembangaan anak dalam
bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan baik serta
dapat penanaman dirinya terhadap nilai moral sudah baik. Anak akan mudah
berbicara sopan, manis, dan terbiasa berkomunikasi dengan bersikap yang baik.
Dalam bercakap-cakap guru harus terampil dalam menyampaikan kepada anak
seperti bahasa tubuh yang diperagakan, gambar-gambar yang akan dipergakan itu
akan memudahkan anak untuk tertarik memahami penjelasan dari guru. Dengan
perhatian yang cukup baik dan perckapan yang menarik itu memudahkan anak
untuk menyerap pesan nilai moral dalam metode percakapan yang disampaikan
oleh guru. (3) Metode bermain Langkah-langkah pertama yang dilakukan oleh guru
ialah kesiapan anak, kesiapan halaman dan media yang akan digunakan sesuai
dengan tema, mengeluarkan media yang akan dimainkan, cara memainkannya,
membagi anak menjadi berkelompok dan membuat ketertarikan anak dalam
bermain, melihat proses anak dalam memainkan balok estafet . hal ini sejalan
dengan menurut Masitoh (2005 : 9.12) bahwa, langkah kegiatan bermain yaitu
kegiatan menyiapkan ruang, menyiapkan bahan main, kegiatan membagi tugas,
kegiatan cara memainkannya, kegiatan bekerjasama dalam bermain. Dengan
metode bermain ini akan membuat anak lebih senang dan lebih bebas
mengekspresikan dirinya dalam bermain karena dengan bermain anak-anak dapat
berkomunikasi dengan teman, bekerjasama dengan teman dan anak dapat terlatih
kesabarannya dalam bermian.
Hal ini senada dengan yang dikatakan Menurut Gordon & Browne dalam
Isjoni (2009 : 87) bahwa, “Bermain merupakan kegiatan yang memberikan
kepuasan bagi diri sendiri”.
Kesimpulannya bermain meruapakan bermacam bentuk kegiatan yang
memberikan kepuasan pada diri anak yang ersifat nonserius, lentur dan bahan
mainan terkandung dalam kegiataan yang secara imajinatif ditransformasikan
sepadan dengan dunia orang dewasa. Dengan metode permainan dan perhatian guru
terhadap anak dalam bermain itu memudahkan anak lebih tertarik dan senang serta
memudahkan anak meyerap dalam pesan nilai moral disaat anak sedang bemain. (4)
Metode pemberian tugas Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru ialah kesiapan
anak dalam kelas, mencontohkan tugas yang akan diberikan oleh guru,
membagikan tugas tersebut dengan tertib satu persatu serta tanya jawab kepada
anak ketika ada beberapa anak yang belum paham mengenai tugas. Padahal
menurut Ninik setianingsi(2013)bahwa, langkah-langkah pelaksanaan pemberian
tugas sebelum melakukan kegiatan pemberian tugas guru apersepsi kepada anak
untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, menghangatkan anak dan
memotivasi anak dalam proses pembelajaran, mengemukakan tata tertib dalam
pemberian tugas, guru melatih anak untuk cara mengerjakannya, guru melihat atau
memonitor kepada anak selama proses pembelajaran,
Guru disini memberikan tugas mewarnai gambar pohon dan menjelaskan
warna pohon itu apa, tanahnya warna apa yang cocok. Dikaitkan dengan nilai moral
dalam pemberian tugas ini ialah kesabaran anak dalam mewarnai, saling membantu
10
10
kepada temannya ketika temannya tidak tauhu warna tanah atau pohon, ketelitian
anak dalam mewarnai dan memadukan warna dengan rapi dan bagus serta dapat
membuat semangat anak dalam mewarnai gambar.
Kesimpulannya dengan metode pemberian tugas ini merupakan hal yang
dengan sengaja dikerjakan oleh anak yang mendapatkan tugas. Guru memberi tugas
yang diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
petunjuk langsung dari gurunya. Guru sudah memberikan tugas yang baik dan
sudah melihat proses anak dalam mengerjakan tugas darinya. Begitu juga dengan
anak dapat menyelesaikan dengan secara nyata dan menyelesaikan sampai tuntas.
Dalam guru memberikan metode pemberian tugas ini guru lebih mudah
menanamkan nilai moral kepada anak dalam bentuk tugas, dan anak mudah
menyerap serta mengerti pesan yang disampaikan oleh guru melalkui pemberian
tugas.
Pelaksanaa dari keempat metode tersebut belum sepenuhnya sesuai yang
dilakukan oleh anak mengenai nilai moral yang didukung dengan indikator yang
menurut permen 58 tahun 2009 perkembangan usia 4-5 yaitu sebagai berikut: (1)
Mengenal tuhan melalui agama yang dianut (2) Meniru gerakan beribadah (3)
Mengucapkan doa sebelum dan ses(4) udah melakukan sesuatu Mengenalkan
perilaku baik, sopan dan bu (5) ruk Membiasakan dri berperilaku baik (6)
Mengucapkan salam dan membalas salam.
Hasil wawancara dengan guru meneganai metode pembelajaran dalam
menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu
Raya.
Guru yang mengajar dikelompok A ini diketahui bahwa sebelum memulai
kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan RKH atau membuat RKH yang
disesuaikan dengan tema serta disesuaikan mencakup indikator dalam menanamkan
nilai moral sesuai dengan usia 4-5 tahun, mempersiapkan media yang sesuai dengan
metode yang digunakan seperti alat praga bercerita boneka tangan dan metode
bermain yaitu balok, dan plastisin. Sedangkan metode bercakap-cakap hanya
percakapan guru seputar kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan nilai moral dan
pemberian tugas guru disini hanya mempersiapkan buku LK maupun buku gambar.
Persiapan tersebut tentunya disiapkan sehari sebelumnya atau pada saat
pembelajaran selesai. Hal ini dikarenakan agar keesokan harinya tidak keteteran.
Dalam pembelajaran nilai moral guru disini menggunakan keempat metode, seperti
metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian
tugas. pembelajaran dalam menanamkan nilai moral yaitu guru mengajak anakanak berbaris didepan kelas untuk bernyanyi dan menggerakkan anggota tubuh.
Setelah selesai guru mengajak anak-anak masuk ke kelas sambil salaman kepada
gurunya. Kemudian guru mengucapkan salam, guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan kabar anak dan menyakan pada anak tadi sebelum pergi sekolah anakanak pamitan atau salaman sama orang tua nggak. Pada saat menyakan pamitan dan
salam kepada orang tua, guru langsung menjelaskan kepada anak sebelum
berangkat kesekolah kita harus berpamitan atau salam kepada kedua orang tua kita
karena kita sayang kepada kedua orang tua kita. kemudian guru menyampaikan
tema “alam semesta” pada hari itu dan bercakap-cakap tentang alam semesta seperti
11
menjelaskan bahwa matahari, bulan, langit, tumbuh-tumbuhan adalah ciptaan tuhan
dan memberikan pesan kepada anak-anak bahwa kita sebagai manusia kita harus
bersyukur. Setelah itu guru memberikan tugas yaitu mewarnai gambar matahari dan
langit. Sebelum guru memberikan tugas terlebih dahulu guru menjelaskan kepada
anak seperti ini gambar apa ya? Kemudian guru menjelaskan bahwa matahari dan
langit itu ciptaan Tuhan. Maka dari itu kita mensyukuri kepada Tuhan bahwa kita
diberi matahari dan langit. Setelah pemeberian tugas dilakukan guru mengajak
anak-anak bermain estafet balok. Sebelum bermain langkah-langkah yang
dilakukan guru yaitu guru membagi anak secara berkelompok, guru menjelaskan
cara bermainnya, kemudian guru mencontohkan cara bermainnya. Setelah bermain
selesai guru menjelaskan kepada anak mengenai bermain estafet balok bahwa
dengan bermain itu kita harus kerjasama dengan teman, bermainnya harus teliti dan
sabar. Setelah selesai guru mengajak anak mencuci tangan dan masuk kelas untuk
makan bersama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mengenai metode pembelajaran
dalam menanamkan nilai moral pada anak yaitu masih banyak anak terlihat belum
bersikap manis dan sopan saat mendengarkan guru atau orang lain bercerita. Hal ini
dikarenakan kurangnya kebiasaan guru dalam menggunakan metode bercerita.
Sehingga ketika guru memberi metode bercerita kepada anak, anak-anak kurang
antusias dalam mendengarkan guru. Masih terlihat anak-anak berbicara dan
mengajak temannya bermain. Waktu yang dipergunakan oleh guru juga terlalu
berlebihan sehingga membuat anak mudah bosan dan muali bermain sendiri. Hal ini
dikarenakan kurangnya pendekatan guru terhadap anak satu persatu dan kurangnya
guru memperhatikan waktu. Sehingga Guru selalu menggunakan metode bercakapcakap, metode bermain dan pemberian tugas. Guru yang mengajar dikelompok A
ini diketahui bahwa sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan
RKH atau membuat RKH yang disesuaikan dengan tema serta disesuaikan
mencakup indikator dalam menanamkan nilai moral sesuai dengan usia 4-5 tahun,
mempersiapkan media yang sesuai dengan metode yang digunakan seperti alat
praga bercerita boneka tangan dan metode bermain yaitu balok, dan plastisin.
Sedangkan metode bercakap-cakap hanya percakapan guru seputar kehidupan
sehari-hari disesuaikan dengan nilai moral dan pemberian tugas guru disini hanya
mempersiapkan buku LK maupun buku gambar. Persiapan tersebut tentunya
disiapkan sehari sebelumnya atau pada saat pembelajaran selesai. Hal ini
dikarenakan agar keesokan harinya tidak keteteran. Dalam pembelajaran nilai moral
guru disini menggunakan keempat metode, seperti metode bercerita, metode
bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala sekolah mengenai metode
pembelajaran dalam menanamkan nilai moral bahwa guru-guru di TK Angkasa
menggunakan metode bercerita, metode bercakap, metode bermain dan metode
pemberian tugas. mempersiapkan pembelajaran guru mempersiapkannya setelah
jam pelajaran selesai atau pada saat anak-anak pulang sekolah. Yaitu dengan
membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan bahan main yang akan digunakan
dalam pembelajaran di kelas.Dalam pembelajaran dalam menanamkan nilai moral
12
ini guru disini menggunakan keempat metode yaitu metode bercerita, metode
bercakap-cakap, metode bermain, metode pemberian tugas,
agar mudah
menjelaskan pada anak tentang nilai moral. Selama kegiatan berlangsung guru
dapat menanamkan niali moral kepada aank, seperti menasehati mengaitkan dengan
permainan. Melalui cara ini anak diharapkan dapat berkembang dan memahami
dengan baik nilai moral. Karena dengan metode ini guru dengan mudah dalam
menanamkan nilai moral pada anak serta anak dapat memahami. Guru tersebut juga
menggunakan alat praga seperti metode bercerita guru menggunakan boneka dan
buku cerita. Sedangkan metode bermain guru menggunakan balok dan plastisin.
kesulitan yang dihadapi adalah tingkah laku anak yang berbeda-beda masih terlihat
ketika guru menjelaskan atau memulai metode tersebut anak-anak masih berjalanjalan. Sehingga masih terdapat anak-anak yang belum benar-benar memahami
tentang nilai moral maupun metode yang dipergunakana oleh guru.
Untuk mengatasi hal tersebut guru harus memberikan perhatian yang lebih
pada anak yang belum bisa saat guru menggunkan metode dan kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan cara mendekati anak dan mengajarkannya secara
perlahan.
Data hasil observasi terhadap anak pada usia 4-5 tahun
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dalam menggunakan pembalajaran
nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini dikarenakan
kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut. Dari 20 anak masih
terdapat 70% anak yang masih kurang dalam bersikap manis dan sopan, 50% anak
masih kurang bisa meminta izin apabila mau meminjam barang teman dan mau
menjaganya, 60% anak masih kurang mengucapkan terimakasih kepada teman atau
orang lain yang telah membantu, 40% anak masih kurang menggunakan kata maaf
ketika melakukan kesalahan , 20% masih kurang berdoa bersama, 70% anak masih
kurang memberi makanan ketika teman tidak membawa bekal, 50% anak masih
kurang menggunakan kata-kata manis seperti permisi, 40% anak masih kurang
mengucapkan sala seperti assalammualaikum, selamat pagi, selamat siang.
Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas hasil peniliti di TK Angkasa Kubu Raya yang
mencakup hasil perencanaan dan pelaksanaan metode pembelajaran dalam
menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di TK Angkasa Kubu Raya
dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pembelajaran dalam menanamkan
nilai moral guru melakukan persiapan sehari sebelumnya, hal ini dikarenakan agar
keesokan harinya guru sudah siap untuk mengajarkan pada anak. Adapun persiapan
yang dilakukan oleh guru yaitu membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan
menyiapkan media yang digunakan oleh guru dalam metode bercerita, bermain
yaitu boneka, bola kaki dan balok. Peneliti melihat guru dalam pembelajaran
menanamkan nilai moral guru menggunakan keempat metode. Metode tersebut
ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode
pemberian tugas. RKH yang dibuat sudah sesuai dengan tema yang berlangsung
pada saat itu, indikator yang terdapat didalam RKH juga sudah dibuat sesuai
13
dengan usia perkembangan anak dan kebutuhan anak. Menurut Panduan
Pelaksanaan PPL FKIP UNTAN (2012 : 52) bahwa, komponen rencana
pembelajaran pada bagian perumusan tujuan pembelajaran yaitu RKH membuat
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Namun di dalam merencanakan
pembelajaran (RKH) tersebut guru tidak mencantumkan standar kompetensi dan
kompetensi standar. Hal ini terlihat ketika peneliti melihat langsung RKH yang
dibuatan oleh guru.
Tahap pelaksanaanya sudah baik yang dilakukan oleh guru, guru sudah
melaksanakan sesuai dengan perencanaan RKH yang dibuat dan menggunakan
media yang telah dipersiapkan. Tahap pelaksanaan tersebut sudah dilakukan
keempat metode. Selain itu dalam melaksanakan pembelajaran nilai moral guru
menggunakan beberapa metode. Metode tersebut yaitu metode bercerita, meteode
bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas
Pelaksanaa dari keempat metode tersebut belum sepenuhnya sesuai yang
dilakukan oleh anak mengenai nilai moral yang didukung dengan indikator yang
menurut permen 58 tahun 2009 perkembangan usia 4-5 yaitu sebagai berikut: (1)
Mengenal tuhan melalui agama yang dianut (2) Meniru gerakan beribadah (3)
Mengucapkan doa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu (4) Mengenalkan
perilaku baik, sopan dan buruk (5) Membiasakan dri berperilaku baik (6)
Mengucapkan salam dan membalas salam.Nilai moral anak Setelah dilihat oleh
peneliti yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi disini peliti melihat
nilai moral anak belum berkembang dengan sebaiknya. Dalam menggunakan
pembalajaran nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini
dikarenakan kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut. Dari 20
anak masih terdapat 70% anak yang masih kurang dalam bersikap manis dan sopan,
50% anak masih kurang bisa meminta izin apabila mau meminjam barang teman
dan mau menjaganya, 60% anak masih kurang mengucapkan terimakasih kepada
teman atau orang lain yang telah membantu, 40% anak masih kurang menggunakan
kata maaf ketika melakukan kesalahan , 20% masih kurang berdoa bersama, 70%
anak masih kurang memberi makanan ketika teman tidak membawa bekal, 50%
anak masih kurang menggunakan kata-kata manis seperti permisi, 40% anak masih
kurang mengucapkan sala seperti assalammualaikum, selamat pagi, selamat siang.
Nilai moral anak disini masih kurang hal ini dikarenakan guru kurang afektif
terhadap anak dan guru kurang pendekatan terhadap anak . Padahal menurut
Kohlberg(http://nheya-nia.blogspot.com/2012/02/pengembangan-nilai-dan-moralmelalui.html) berpendapat bahwa, tugas utama guru adalah memberi kontribusi
terhadap proses perkembangan moral anak. Tugas guru disini adalah
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir, mempertimbangkan dan
mengambil keputusan
Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran menanamkan nilai
moral anak Berdasarkan hasil pengamatan peneliti lakukan selama 5 kali
pertemuan, terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam metode
pembelajaran menanamkan nilai moral yaitu kemampuan anak dalam bersikap
manis dan sopan saat mendengarkan guru bercerita dan saat guru menjelaskan
pembelajaran kepada anak seperti guru bercerita masih terlihat anak-anak kurang
fokus dan bermain sendiri. Sehingga ada beberapa anak yang mudah memahami
14
dan yang lama untuk memahamin penjelasan dari guru. Hambatan lainya adalah
kurangnya fokus perhatian anak pada saat guru memulai kegiatan keempat metode
tersebut, mereka malah asyik bermain sendiri, jalan-jalan dan berbicara bersama
teman lainnya. Sehingga penjelasan yang guru berikan tidak sepenuhnya didengar
oleh anak. Padahal menurut Daud (2010) menjelaskan bahwa, “Konsentrasi belajar
adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan
dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi”.
Kemampuan yang dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran dalam
menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya
adalah kemampuan bahasa, moral, kognitif, motorik, sosio-emosional, mengasah
imajinasi, menumbuhkan semangat berprestasi dan melatih konsentrasi. (1)
Kemampuan bahasa Anak dapat memperluas kosa kata dan berlatih untuk berbicara
mengungkapkan apa yang dipikirkannya, misalnya saja anak-anak menyebutkan
kata assalamualaikum, saya bisa bu, maaf bu, sayang ibu. (2) Kemampuan
moralAnak dapat mengetahui serta memahami apa dampak yang ditimbulkan jika
anak melakukan hal yang tidak pantas untuk dilakukan, sehingga tertanam
pemahaman anak untuk melakukan hal yang baik. (3) Kemampuan kognitif Melalui
keempat metode tersebut anak mampu berhitung permainan dan mengenal
banyaknya warna, huruf dan mampu menyusun permainan menjadi bentuk rumah
yang indah dalam permainan balok maupun permainan lainnya. (4) Kemampuan
motorik Kemampuan motorik halus anak juga dapat dikembangkan yaitu seperti
yang dilakukan marshel meremuk kertas dan menggunting dengan hati-hati pada
saat makan. (5) Kemampuan sosio-emosional Anak dapat mengembangkan
kemampuannya dalam hal berinteraksi, berkerja sama serta peduli dengan
temannya. Seperti metode cerita yang diceritakan oleh guru tentang “ si buaya
yang rakus”.Mengasah imajinasi Melalui keempat metode tersebut anak dapat
berimajinasi tentang dampak yang buruk ketika dilakukan akan menimbulkan
akibatnya. Namun sebaliknya ketika anak melalukan hal sebaliknya maka dapat
berimajinasi pujian dari guru maupun orang lain seperti anak ini rajin dan pintar.
Keunikan yang dimiliki oleh anak ketika pada saat proses pembelajaran
dimulai yaitu anak-anak sering bertanya kepada guru disaat guru bercerita tentang
kehidupan sehari-hari anak mudah menyerap apa yang di alaminya juga dalam
kehidupan sehari-harinya, seperti anak menyayangi keluarga, sayang kepada
ciptaan tuhan. Bahkan beberapa anak ada yang mewarnai gambar dan menggambar
sesuka hatinya hanya untuk memperlihatkan kepada orangtuanya.
Oleh sebab itu dalam menanamkan nilai moral kepada anak guru harus
diperhatikan kembali agar kemampuan anak dalam menanamkan nilai moral
berjalan dengan baik dan terbiasa dalalm kehidupan sehari-harinya. Melalui
keempat metode tersbut guru maupun orangtua dapat mengkomunikasikan serta
mengembangkan kemampuan yang seharusnya yang diajarkan untuk anak usia dini.
Pemilihan metode tersebut sudah tepat dan sesuai dengan teori untuk memudahkan
anak memahami tentang arti pentingnya nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini karena berdampak untuk masa depan anak kelak yang lebih maju dan
berkembang
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan di TK Kemala Bhayangkari
14 Sungai Raya maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dan catatan lapangan. Dapat ditarik kesimpulan oleh peneliti sebagai
berikut: (1) Perencanaan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak
usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya guru meliputi pembuatan RKH, tema,
menyiapkan ruang kelas, menyiapkan bahan main atau media. (2) Metode yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran nilai moral pada anak usia 4-5 tahun yaitu
metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain, metode pemberian
tugas. Sebelum memulai guru menentukan tema dan media untuk kegiatan proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru sudah baik dalam mempersiapkannya. Namun
dalam penggunaannya guru masih kurang kreatif dalam mengembangkan metode
tersebut. (3) Pelaksanaan metode tersebut terdiri dari empat yaitu:a)Metode
bercerita langkah-langkahnya guru lakukan dalam melaksanakan metode bercerita
yaitu guru mengatur posisi anak, guru memperlihatkan buku cerita dan alat praga
ketika menggunakan alat praga, disini guru menyampaikan judul ceritanya
“bertamsya ke gunung” kemudian guru memulai cerita dengan gayanya dan
intonasi suara yang menarik bagi anak. Setelah guru selesai bercerita guru
menjelaskan kepada anak tentang pesan-pesan dari cerita yang terkait nilai moral
seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan, mengenal ciptaan Tuhan dan
menjaga kelestarian hutan. b)Metode bercakap-cakap langkah-langkah yang guru
lakukan dalam melaksanakan metode bercakap-cakap yaitu Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan
metode bercakap-cakap yaitu guru mengajak anak untuk berkomunikasi atau
bercakap-cakap tentang kabar anak kemudian berkomunikasi dengan anak
mengenai kegiatan hari ini. C)Metode bermain pertama yang dilakukan oleh guru
ialah kesiapan anak, kesiapan halaman dan media yang akan digunakan sesuai
dengan tema, mengeluarkan media yang akan dimainkan, cara memainkannya,
membagi anak menjadi berkelompok dan membuat ketertarikan anak dalam
bermain, melihat proses anak dalam memainkan balok estafet. d)Metode pemberian
tugas Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru ialah kesiapan anak dalam kelas,
mencontohkan tugas yang akan diberikan oleh guru, membagikan tugas tersebut
dengan tertib satu persatu serta tanya jawab kepada anak ketika ada beberapa anak
yang belum paham mengenai tugas.e) Nilai moral anak Setelah dilihat oleh peneliti
yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi disini peliti melihat nilai
moral anak belum berkembang dengan sebaiknya. Dalam menggunakan
pembalajaran nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini
dikarenakan kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut.f)
Kesulitan yang dihadapi oleh guru kelompok A dalam menanamkan nilai moral
pada anak usia 4-5 tahun yang dilihat oleh peneliti ialah guru kesulitan dalam
mengatasi anak ketika sedang menggunakan metode bercerita karena anak-anak
kurang antusias untuk mendengarkan cerita dari guru tersebut. Guru juga sering
mengeluh melihat tingkah laku anak ketika anak-anak sering tidak bisa diberitahu
atau dinasehati pada saat proses pembelajaran dimulai. Dikarenakan anak-anak
16
yang terlalu ramai dan guru kelas ada 1 membuat pembelajaran tersebut kurang
afektif.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, selanjutnya sebagai sumbangan pemikiran
kepada TK Angkasa Kubu Raya untuk masukan dari hasil penelitian ini, penulis
ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1)Diharapkan guru dapat
lebih kreatif dalam menggunakan metode-metode yang menanamkan nilai moral
pada anak usia 4-5 tahun yang sesuai dengan RKH, teori serta sesuai dengan
indikator perkembangan menurut permen 58 tahun 2009. (2) Diharapkan guru bisa
selalu memperhatikan atau memantau anak satu persatu terhadap nilai moral anak
serta selalu menanamkan nilai moral anak sejak dini. (3) Perlunya sekolahan
menambahkan tenaga pendidik sebab sangat tidak efektif jika guru hanya satu
orang dalam kelas dibandingkan dengan jumlah anak yang mencakup 20 anak.
Sebaiknya maksimal itu 1 guru menangani 10 anak, sehingga mengatur dan
mengolah kelas lebih efektif dan efisien. (4) Diharapkan agar guru lebih kreatif
dalam memanfaatkan fasilitas yang ada di TK Angkasa Kubu Raya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.
Jakarta: Depdiknas.
Durkheim, Emile. (2002). Moral Education. New York: Free Press Of Glencoe.
Isjoni. (2009). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: ALFABETA.
Sugiono. (2010).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Kohlberg.(2012).(http://nheya-nia.blogspot.com/2012/02/pengembangan-nilai-danmoral-melalui.html),diunduh pada tanggal 20 juni 2013
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Masitoh, Heny Djoehaeri dan Ocih Setiasih. (2005). Strategi Pembelajaran TK.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Zuriah, Nurul. (2011). Pendidika Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara
17
Download