METODE PEMBELAJARAN MENANAMKAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK ANGKASA Tri Lidya Mandasari, Sri Lestari, dan Purwanti Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan E-mail: [email protected] Abstrak: Menanamkan pembelajaran nilai moral pada anak sejak dini merupakan hal yang penting bagi anak. Harmainy dalam Wibowo (2012 : 28) menyatakan bahwa,”Pendidikan nilai moral itu sebaiknya dimulai sejak anak fase usia dini. Usia itu, lanjut Leonardy, terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. sebagai calon pendidik mesti menanamkan potensi yang baik pada anak didiknya”.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data terdiri dari 2 orang guru di kelompok anak usia 4-5 tahun, 10 orang anak, dan 10 orang tua murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penanaman nilai moral yang digunakan adalah sebagai berikut: bercerita, bermain, bercakap-cakap, dan pemberian tugas. Metode yang sering digunakan adalah bercakap-cakap dan pemberian tugas.Metode penanaman nilai moral tersebut ternyata dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku anak, dari yang tidak baik menjadi baik. Kata kunci: Metode, Menanamkan nilai moral Abstract: Embedding learning moral values in children from an early age is important for children. Harmainy in Wibowo (2012: 28) states that, "The moral value education should begin early age phases children. Age, continued Leonardy, proved decisive in a child's ability to develop its potential. as prospective educators must instill good potential in their students. "This study aims to describe the teaching methods in instilling moral values in children aged 4-5 years in kindergarten Space Kubu Raya. This study uses qualitative methods. Data sources consisted of 2 teachers in the group of children aged 4-5 years, 10 children and 10 parents. The results showed that the method of cultivation of moral values that are used are as follows: storytelling, playing, chatting, and administration tasks. Method often used is conversing and giving tugas.Metode planting the moral values it can affect the child's behavior changes, from bad to good. Key words: Method, Instilling moral values N ilai moral perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini melalui metode-metode yang menyenangkan bagi anak dan tidak membuat anak cepat bosan. Guru sebagai pendidik mesti kreatif mencari ide untuk memilih metode yang tepat dalam menanamkan nilai moral kepada anak. Nilai moral perlu ditanamkan pada anak sejak dini dikarenakan agar kelak anak tidak memperlakukan orang lain secara 1 kasar, berbicara tidak sopan, dan tidak melawan guru. Menurut Isjoni (2009 : 86-94) mengungkapkan bahwa, “Ada beberapa metode yang dapat diterapkan di TK. Metode tersebut meliputi metode bercerita, metode bermain, metode bercakapcakap dan metode pemberian tugas”. Metode pembelajaran tersebut dapat digunakan dalam pembinaan nilai moral pada anak. Misalnya dengan metode bercerita. Hasil pengamatan awal penelitian lakukan di TK Angkasa terdapat 10 dari 20 anak yang masih kurang memperhatikan atau mengikuti doa bersama, berbicara kurang sopan dan ketika guru menasehati kepada anak, anak tersebut malah melawan gurunya. Misalnya ketika guru mengajak anak-anak doa bersama masih ada terdapat anak yang tidak mau mengikuti doa bersama atau ketika diminta untuk megulangi kembali berdoa, anak-anak masih ada yang mau main sendiri dan mengganggu temannya. Bahkan ketika berbicara kepada teman-temannya pun masih berbicara yang seronoh atau yang kotor seperti menyebutkan “setan dan bodoh”, dan ketika guru menasehati anak tersebut, malah anak tersebut melawan gurunya. Hal ini terlihat cenderung kurang afektif karena kurangnya tenaga guru, sehingga guru kesulitan untuk menenangkan anak-anak serta memperhatikan anakanak satu per satu dan yang tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa, berbicara dan melawan guru. Selain itu guru di TK Angkasa tersebut belum sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. aspek masalah yang akan dikaji,dimana pertanyaan peneliti sebagai berikut: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran guru dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (2) Bagaimana metode yang digunakan oleh guru dalam menanamkan nilai moral pada anak, (3) Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (4) Bagaimana nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (5) Apa saja kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam menanamkaan nilai moral anak pada usia 4-5 tahun. Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mendeskripsikan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya. (1) Untuk mendeskripsikan perencanaan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (2) Untuk mendeskripsikan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (3) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak, (4) Untuk mendeskripsikan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun, (5) Untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun. menanaman nilai moral dalam penelitian ini adalah upaya guru untuk meningkatkan nilai moral pada anak yang lebih baik. Dalam membimbing dan mengembangkan potensi anak usia dini perlu memilih metode yang tepat. Pemilihan metode yang dilakukan pendidik atau guru semestinya dilandasi alasan yang kuat dan faktor-faktor pendukungnya seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik penanaman nilai moral pada anak, guru disini mengenalkan peraturan dan menanamkan sikap disiplin pada anak, 2 Mengenalkan mana yang baik dan buruk, mengenalkan kepada anak sopan santun, berdoa bersama, mengucapkan salam, menaati peraturan sekolah, bersikap manis ketika mendengarkan guru bercerita, mengucapkan kata terimakasih kepada guru maupun orang lain, menggunakan kata manis seperti maaf, permisi, tolong serta mengenalkan anak pada dunia sekitar dalam kehidupan sehari-hari. metode pembelajran nilai moral dalam penelitian ini adalah Metode-metode yang memungkinkan anak dapat melakukan hubungan atau sosialisasi dengan yang lain akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, seorang guru akan dapat mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting. Dalam pelaksanaan penanaman nilai moral pada anak usia dini banyak metode yang dapat digunakan oleh guru. Namun sebelum memilih dan menerapkan metode yang ada perlu diketahui bahwa guru harus memahami metode yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan penanaman nilai moral. Penggunaan salah satu metode penanaman nilai moral yang dipilih tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah atau kemampuan seorang guru dalam menerapkannya. Metode dalam penanaman nilai moral kepada anak usia dini sangatlah bervariasi, diantaranya bercerita, bercakapcakap, bermain, dan pemberian tugas. Pendidikan nilai moral adalah suatu program pendidikan yang mengorganisasikan dan menyerdehanakan sumber-sumber nilai moral yang disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. Durkheim (2002 : 18) menyatakan bahwa, on the one hand in order to show clearly the nature of moral education at this period be led to indicate how it completes, and carries on from familial education , on the other hand, to understand what it must later become, it will suffice to project our thinking into the future taking account of differences in age and situation.Yang artinya adalah di satu sisi untuk menunjukkan dengan jelas sifat pendidikan moral pada periode ini dipimpin untuk menunjukkan bagaimana itu selesai, dan menjalankan dari pendidikan keluarga, di sisi lain, untuk memahami apa yang nanti harus menjadi, itu akan cukup untuk proyek pemikiran kita ke masa depan dengan mempertimbangkan perbedaan usia dan situasi Pendidikan nilai moral harus dibangun sejak dini. Dengan menyadari bahwa nilai moral adalah sesuatu yang sangat sulit diubah, maka tidak ada pilihan lain bagi orang tua kecuali membentuk karakter nilai moral anak sejak dini (Munir, 2010:10). Saat usia dini, lebih mudah membentuk nilai moral anak. Sebab, ia lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk nilai moral yang positif. Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya. Moral adalah pola perilaku seseorang yang mengajarkan baik dan buruknya tingkah laku manusia seperti yang berakhlak baik, jujur, sopan, adil dan disiplin. Moral juga merupakan satu seperangkat keyakinan suatu masyarakat yang berkaitan dengan karakter atau kelakuan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Kohlberg dalam Wibowo (2012 : 32) menyatakan bahwa: 3 Waktu yang tepat untuk pendidikan moral ditanamkan, ketika anak-anak masih berada dalam tingkat perkembangan moralnya; yaitu dimulai dari usia 5 tahun hingga umur 17 tahun. Pada fase ini, anak-anak memerlukan orang lain untuk menuntun mereka. Oleh karena itu, pendidikan moral sebaiknya ditanamkan pada fase ini melalui proses belajar mengajar atau transfer pengetahuan. Majid dan Andayani (2011 : 31 ), ada tiga tahap moral sebagai berikut (1) Moral KnowingWilliam Kilpatrick (dalam Majid dan Andayani, 2011:31), “Menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral Knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan(moral Doing)”.(2) Moral Loving atau Moral Feeling Moral Loving merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter, penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri, yaitu:Percaya diri (self asteem), Kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), Cinta kebenaran (loving the good), Pengendalian diri (self control), Kerendahan hati (humility)Bersikap adalah merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada kemungkinan dilanjutkan dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar Hernowo dalam Majid dan Andayani (2011 : 33 ) (3) Moral Doing / Acting Fitrah manusia sejak kelahirannya adalah kebutuhan dirinya kepada orang lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang kecuali ada kehadiran orang lain. Setelah dua aspek tadi terwujud, maka moral Acting sebagai outcome akan dengan mudah muncul dari para siswa. Namun, merujuk kepada tesis Ratna Megawangi, bahwa karakter moral adalah tabiat yang lansung disetir dari otak, maka ketiga tahap tadi perlu disuguhkan kepada siswa melalui cara-cara yang logis, rasional, dan demokrasi. Sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter nilai moral bukan topeng.Pemahaman mengenai arti moral akan ikut menentukan isi perilaku atau tingkah laku manusia. Bagi pengikut paham yang mengartikan moral untuk menjadikan seseorang bermoral, maka isi moral itu merupakan pilihan yang beranggapan paling tepat untuk mengantarkan seseorang hidup bermasyarakat ( Zuriah, 2011 : 23). Moral merupakan suatu nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini sifatnya masih relatif terbatas. Seseorang anak belum mampu menguasai nilai-nilai yang abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik buruk. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, moral sudah harus dikenalkan dan di tanamkan sejak dini, supaya nantinya anak menjadi terbiasa dan sudah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta anak akan mudah hidup di lingkungan bermasyarakat dalam pengenalan diri, percaya diri, kerendahan hati dan berperilaku yang baik bagi masyarakat. Moral merupakan nilai yang sangat penting untuk diajarkan dan dibiasakan kepada peserta didik. Moral menyangkut masalah tentang benar dan salah maupun baik dan buruk. Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral. 4 Pendidikan karakter di dalamnya tercermin akan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu, pendidikan demikian ini harus betul-betul diperhatikan. Jangan sampai pendidikan yang di ajarkan berdampak kurang baik bagi peserta didik. Anak-ank harus dididik berdasarkan moral-moral yang berlaku di negeri ini melalui pendidikan karakter dan berbudaya bangsa (Fadillah dan Khorida, 2013 : 38).Piaget dalam Slavin (2009 : 69) mengemukakan bahwa menamai tahap pertama perkembangan moral sebagai “moralitas heteronom”. Hal itu juga disebut tahap “realisme moral atau “moralitas paksaan”. Herteronom berarti tunduk pada aturan yang diberlakukan orang lain. Selama periode ini, anak-anak kecil terus-menerus dihadapakan pada orang tua dan orang dewasa lain apa yang tidak boleh dilakukan. Pelanggaran aturan yang diyakini akan membawa hukuman otomatis dan orang yang jahat pada akhirnya akan dihukum. Tahap kedua dinamakan moralitas otonom atau “moralitas kerja sama”. Lawrence Kohblberg dalam Fadillah dan Khorida (2013 : 69)menyatakan bahwa, Salah satu tahap berkaitan dengan perkembangan moral adalah tahap prakonvensional untuk usia 2-8 tahun. Pada tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikendalikan oleh imbalan atau hadiah dan hukuman eksternal. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat, dan apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan. Berdasarkan paparan yang di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Sebagai orang tua atau dewasa harus memberi contoh yang baik seperti membiasakan diri bersikap baik di depan anak-anak, misalnya berdoa bersama-sama, mencuci tangan, berbagi dalam cerita, menjaga kebersihan, bersikap sopan santun, mengucapkan terimakasih dan mengucap maaf ketika kita berbuat salah. Dengan begitu anak pasti meniru kebiasaan orang dewasa ataupun orang tua. METODE Metode yang digunakan oleh penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi satu orang guru dan satu kepala sekolah, orang tua murid, dan anak-anak yang masih kurang dalam menanamkan atau membiasakan diri dengan nilai moral. Adapun fokus permasalahan dalam subjek penelitian ini adalah anak-anak yang masih kurang dalam berperilaku atau pembiasaan diri dalam nilai moral. Subjek dalam penelitian adalah anak yang usia 4-5 tahun yang masih menunjukan gejala-gejala yang tidak mencerminkan nilai moral. Sehingga dalam penelitian ini sumber data atau informan berjumlah 22 orang yang terdiri dari 1 guru yang mengajar di kelompok anak usia 4-5 tahun, 1 kepala sekolah, 10 orang tua, dan 10 anak yang menunjukan sikap-sikap yang kurang dalam menanamkan nilai moral. Penelitian mendeskripsikan atau menggambarkan hasil pengamatan dan wawancara. Jadi yang akan diteliti adalah segala aktifitas yang berlangsung di TK seperti proses belajar, kegiatan guru mengajar, kegiatan anak belajar, dan aktifitas lain yang sedang berlangsung di TK Angkasa Kubu Raya. Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiono (2010 : 1) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan 5 data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Berdasarkan teori di atas dapat di simpulkan bahwa metode penelitian kualitatif ini merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan data yang telah di kumpulkan oleh peneliti sebagai data 36 mengukur status variabel yang diteliti, sedangkan peneliti menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret obyek yang diteliti menjadi jelas dan bermakna. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak diperoleh melalui angka-angka atau prosedur statistik lainnya, tetapi berupa kata-kata dan gambar dalam pengumpulan datadatanya, serta data tersebut mengandung makna yakni makna yang sebenarnya. Penelitian ini dilaksanakan di TK Angkasa yang beralamat di JL.Arteri Supadio Kubu Raya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik studi dokumenter. Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap 1 guru dari kelompok anak usia 5-6 tahun dan 1 kepala sekolah di TK Angkasa Kubu Raya dan 10 orang tua dan 10 anak pada usia 4-5 tahun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti melakukan observasi partisipasi aktif terhadap anak-anak yang berusia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya serta mengamati keadaan sebenarnya yang terjadi di TK tersebut. Kemudian peneliti melakukan teknik studi dokumenter dengan mempelajari bahan-bahan dokumen terkait informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data dari hasil penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data berupa panduan wawancara untuk guru sejumlah 10 pertanyaan, panduan wawancara untuk orang tua anak yang bermasalah sejumlah 5 pertanyaan, serta panduan observasi dalam bentuk daftar cek (check list) terhadap 10 anak yang bermasalah dalam nilai moral dan 1 guru yang mengajar di kelompok usia 4-5 tahun. Adapun alat yang digunakan dalam teknik studi dokumenter berupa rapor perkembangan anak, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, serta fotofoto kegiatan anak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data secara interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Model analisis data tersebut ditunjukkan pada gambar berikut: Data display Data collection Data Reduction Conclusion : drawing / verifying (Sumber: Sugiyono, 2008:338) 6 Reduksi Data (Data Reduction) Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemeriksaan kembali data-data yang sudah terkumpul baik dari hasil wawancara, catatan lapangan, maupun daftar cek. Data-data yang telah dikumpulkan akan direduksi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hasil penelitian. Aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dimaksudkan untuk menyusun segala informasi yang diperoleh agar mempermudah peneliti menganalisis data-data yang sudah terkumpul. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and Verification) Bila telah didukung dengan data-data yang telah dianalisis dengan jelas, maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini. Untuk mengarah pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik yang berasal dari hasil wawancara, hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil dokumentasi yang didapatkan pada saat melaksanakan kegiatan di lapangan. Peneliti melakukan uji keabsahan data melalui triangulasi sumber, teknik, dan member check sampai data jenuh. Untuk triangulasi sumber, ketika melakukan wawancara untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berinteraksi sosial anak yang bermasalah pada kelompok usia 5-6 tahun yang telah ditetapkan sebagai subyek kasus penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas, guru pendamping dan orang tua anak tempat penulis melakukan penelitian. Sedangkan untuk triangulasi teknik, selain menggunakan metode wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap anak yang telah ditetapkan sebagai subyek kasus tersebut ketika ia beraktivitas di TK serta mendokumentasikan perilaku yang tampak pada anak. Dalam hal ini, setelah peneliti memperoleh data-data mengenai metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun,khususnya yang diperoleh melalui kegiatan wawancara, peneliti akan meminta kesepakatan (member check) kepada informan mengenai data-data yang telah diberikan untuk selanjutnya dianalisis oleh peneliti sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di TK Angkasa Kubu Raya dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral guru melakukan persiapan sehari sebelumnya, hal ini dikarenakan agar keesokan harinya guru sudah siap untuk mengajarkan pada anak. Adapun persiapan yang dilakukan oleh guru yaitu membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan menyiapkan media yang digunakan oleh guru dalam metode bercerita, bermain 7 yaitu boneka, bola kaki dan balok. Peneliti melihat guru dalam pembelajaran menanamkan nilai moral guru menggunakan keempat metode. Metode tersebut ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. RKH yang dibuat sudah sesuai dengan tema yang berlangsung pada saat itu, indikator yang terdapat didalam RKH juga sudah dibuat sesuai dengan usia perkembangan anak dan kebutuhan anak. Dari pengamatan yang peneliti lakukan selama 5 kali pertemuan terlihat bahwa dalam merencanakan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun guru kelompok A mempersiapkannya sehari sebelumnya yaitu pada saat anak-anak pulang sekolah atau setelah jam pelajaran selesai. Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan pembelajaran mengenai nilai moral yaitu dimulai dari guru membuat RKH yang sesuai dengan tema dan indikator yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, mempersiapkan ruang kelas, menyiapkan media seperti alat praga boneka dan balok, menyiapkan buku paket dan sumber buku untuk pemberian tugas maupun bercerita. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di TK Angkasa Kubu Raya dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral guru melakukan persiapan sehari sebelumnya, hal ini dikarenakan agar keesokan harinya guru sudah siap untuk mengajarkan pada anak. Adapun persiapan yang dilakukan oleh guru yaitu membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan menyiapkan media yang digunakan oleh guru dalam metode bercerita, bermain yaitu boneka, bola kaki dan balok. Peneliti melihat guru dalam pembelajaran menanamkan nilai moral guru menggunakan keempat metode. Metode tersebut ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dalam menggunakan pembalajaran nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini dikarenakan kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut. Dari 20 anak masih terdapat 70% anak yang masih kurang dalam bersikap manis dan sopan, 50% anak masih kurang bisa meminta izin apabila mau meminjam barang teman dan mau menjaganya, 60% anak masih kurang mengucapkan terimakasih kepada teman atau orang lain yang telah membantu, 40% anak masih kurang menggunakan kata maaf ketika melakukan kesalahan , 20% masih kurang berdoa bersama, 70% anak masih kurang memberi makanan ketika teman tidak membawa bekal, 50% anak masih kurang menggunakan kata-kata manis seperti permisi, 40% anak masih kurang mengucapkan sala seperti assalammualaikum, selamat pagi, selamat siang. kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam metode pembelajaran menanamkan nilai moral yaitu kemampuan anak dalam bersikap manis dan sopan saat mendengarkan guru bercerita dan saat guru menjelaskan keempat metode tersebut. Sehingga ada beberapa anak yang mudah memahami dan yang lama untuk memahaminya. Hambatan lainya adalah kurangnya fokus perhatian anak pada saat guru memulai kegiatan keempat metode tersebut, mereka malah asyik bermain sendiri, jalan-jalan dan berbicara bersama teman lainnya. Sehingga penjelasan yang guru berikan tidak sepenuhnya didengar oleh anak. Tahap pelaksanaan tersebut sudah dilakukan keempat metode. Selain itu dalam melaksanakan pembelajaran nilai moral guru menggunakan beberapa metode. Metode tersebut yaitu metode bercerita, meteode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. Adapun 8 pelaksanaan keempat metode tersebut yaitu : (1)Metode bercerita langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercerita yaitu guru mengatur posisi anak, guru memperlihatkan buku cerita dan alat praga ketika menggunakan alat praga, disini guru menyampaikan judul ceritanya “bertamsya ke gunung” kemudian guru memulai cerita dengan gayanya dan intonasi suara yang menarik bagi anak. Setelah guru selesai bercerita guru menjelaskan kepada anak tentang pesan-pesan dari cerita yang terkait nilai moral seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan, mengenal ciptaan Tuhan dan menjaga kelestarian hutan. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Masitoh (2005 : 10.12) bahwa, langkahlangkah yang dilakukan guru pada saat kegiatan bercerita yaitu mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, mengatur tempat duduk anak, kegiataan pembukaan, pengembangan cerita, menetapkan tekhnik bertutur yang akan digunakan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi bercerita. Kesimpulan Metode bercerita merupakan metode yang efektif untuk menanamkan nilai moral pada anak usia dini. Dalam bercerita guru harus memperhatikan kondisi anak agar cerita yang dibawakan mampu menarik perhatian anak. Dengan perhatian yang cukup baik dari siswa, maka pesan moral yang akan disampaikan oleh guru lebih mudah diserap anak. Dalam menggunakan metode bercerita untuk menanamkan nilai moral kepada anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, diantaranya adalah: cerita yang dibawakan harus memuat pesan moral yang akan disampaikan oleh guru, tema-tema cerita yang disampaikan kepada anak jangan monoton, olah vokal dan wajah dalam bercerita perlu diperhatikan, dalam bercerita digunakan alat peraga. Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi menjadi dua yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga. Di TK Angkasa Kubu Raya, guru bercerita menggunakan alat peraga yaitu buku cerita dan boneka. Seperti yang diungkapkan Dhieni (2005), buku cerita dan boneka tergolong dalam alat peraga tidak langsung. Kelebihan dalam menggunakan media ini adalah membantu anak dalam berimajinasi sebab anak akan melihat barang tersebut mirip seperti aslinya. (2) Metode bercakap-cakap Dalam langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakapcakap yaitu Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, Langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakap-cakap bebas dengan sesuai tema yaitu langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakapcakap yaitu guru mengatur posisi anak, mengajak anak untuk berkomunikasi langsung atau bercakap-cakap tentang kabar anak kemudian berkomunikasi dengan anak mengenai kegiatan hari ini, serta guru dapat menyelipkan kalimat pesan moral dalam bercakap seperti kita harus bersyukur kepada Tuhan dan sayang terhadap cipataan Tuhan seperti tanaman, hutan. hal ini sejalan Menurut Gatot Ardiansyah(2011), Mengkondisikan anak-anak untuk dapat duduk dengan nyaman dan tertib, Mulailah mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang anak untuk bercakap-cakap, Guru mulai melaksanakan kegiatan bercakap-cakap dengan anakanak, Guru memberi kesempatan agar anak dapat menceritakan tentang kejadian disekitarnya sesuai dengan paertanyaan, Apabila guru menemukan anak yang belum dapat mengucapkan kalimat dengan baik dan benar (kalimat sederhana), guru hendaknya berusaha memperbaiki secara bijaksana dan bagi yang pasif diberi 9 dorongan atau motivasi, Guru dapat melakukan kegiatan evaluasi dari kegiatan percakapan tersebut. Kesimpulannya dengan bercakap-cakap anak bisa berkomunikasi langsung dengan teman maupun dengan orang lain yang baik. Perkembangaan anak dalam bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan baik serta dapat penanaman dirinya terhadap nilai moral sudah baik. Anak akan mudah berbicara sopan, manis, dan terbiasa berkomunikasi dengan bersikap yang baik. Dalam bercakap-cakap guru harus terampil dalam menyampaikan kepada anak seperti bahasa tubuh yang diperagakan, gambar-gambar yang akan dipergakan itu akan memudahkan anak untuk tertarik memahami penjelasan dari guru. Dengan perhatian yang cukup baik dan perckapan yang menarik itu memudahkan anak untuk menyerap pesan nilai moral dalam metode percakapan yang disampaikan oleh guru. (3) Metode bermain Langkah-langkah pertama yang dilakukan oleh guru ialah kesiapan anak, kesiapan halaman dan media yang akan digunakan sesuai dengan tema, mengeluarkan media yang akan dimainkan, cara memainkannya, membagi anak menjadi berkelompok dan membuat ketertarikan anak dalam bermain, melihat proses anak dalam memainkan balok estafet . hal ini sejalan dengan menurut Masitoh (2005 : 9.12) bahwa, langkah kegiatan bermain yaitu kegiatan menyiapkan ruang, menyiapkan bahan main, kegiatan membagi tugas, kegiatan cara memainkannya, kegiatan bekerjasama dalam bermain. Dengan metode bermain ini akan membuat anak lebih senang dan lebih bebas mengekspresikan dirinya dalam bermain karena dengan bermain anak-anak dapat berkomunikasi dengan teman, bekerjasama dengan teman dan anak dapat terlatih kesabarannya dalam bermian. Hal ini senada dengan yang dikatakan Menurut Gordon & Browne dalam Isjoni (2009 : 87) bahwa, “Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri”. Kesimpulannya bermain meruapakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang ersifat nonserius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam kegiataan yang secara imajinatif ditransformasikan sepadan dengan dunia orang dewasa. Dengan metode permainan dan perhatian guru terhadap anak dalam bermain itu memudahkan anak lebih tertarik dan senang serta memudahkan anak meyerap dalam pesan nilai moral disaat anak sedang bemain. (4) Metode pemberian tugas Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru ialah kesiapan anak dalam kelas, mencontohkan tugas yang akan diberikan oleh guru, membagikan tugas tersebut dengan tertib satu persatu serta tanya jawab kepada anak ketika ada beberapa anak yang belum paham mengenai tugas. Padahal menurut Ninik setianingsi(2013)bahwa, langkah-langkah pelaksanaan pemberian tugas sebelum melakukan kegiatan pemberian tugas guru apersepsi kepada anak untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, menghangatkan anak dan memotivasi anak dalam proses pembelajaran, mengemukakan tata tertib dalam pemberian tugas, guru melatih anak untuk cara mengerjakannya, guru melihat atau memonitor kepada anak selama proses pembelajaran, Guru disini memberikan tugas mewarnai gambar pohon dan menjelaskan warna pohon itu apa, tanahnya warna apa yang cocok. Dikaitkan dengan nilai moral dalam pemberian tugas ini ialah kesabaran anak dalam mewarnai, saling membantu 10 10 kepada temannya ketika temannya tidak tauhu warna tanah atau pohon, ketelitian anak dalam mewarnai dan memadukan warna dengan rapi dan bagus serta dapat membuat semangat anak dalam mewarnai gambar. Kesimpulannya dengan metode pemberian tugas ini merupakan hal yang dengan sengaja dikerjakan oleh anak yang mendapatkan tugas. Guru memberi tugas yang diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung dari gurunya. Guru sudah memberikan tugas yang baik dan sudah melihat proses anak dalam mengerjakan tugas darinya. Begitu juga dengan anak dapat menyelesaikan dengan secara nyata dan menyelesaikan sampai tuntas. Dalam guru memberikan metode pemberian tugas ini guru lebih mudah menanamkan nilai moral kepada anak dalam bentuk tugas, dan anak mudah menyerap serta mengerti pesan yang disampaikan oleh guru melalkui pemberian tugas. Pelaksanaa dari keempat metode tersebut belum sepenuhnya sesuai yang dilakukan oleh anak mengenai nilai moral yang didukung dengan indikator yang menurut permen 58 tahun 2009 perkembangan usia 4-5 yaitu sebagai berikut: (1) Mengenal tuhan melalui agama yang dianut (2) Meniru gerakan beribadah (3) Mengucapkan doa sebelum dan ses(4) udah melakukan sesuatu Mengenalkan perilaku baik, sopan dan bu (5) ruk Membiasakan dri berperilaku baik (6) Mengucapkan salam dan membalas salam. Hasil wawancara dengan guru meneganai metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya. Guru yang mengajar dikelompok A ini diketahui bahwa sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan RKH atau membuat RKH yang disesuaikan dengan tema serta disesuaikan mencakup indikator dalam menanamkan nilai moral sesuai dengan usia 4-5 tahun, mempersiapkan media yang sesuai dengan metode yang digunakan seperti alat praga bercerita boneka tangan dan metode bermain yaitu balok, dan plastisin. Sedangkan metode bercakap-cakap hanya percakapan guru seputar kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan nilai moral dan pemberian tugas guru disini hanya mempersiapkan buku LK maupun buku gambar. Persiapan tersebut tentunya disiapkan sehari sebelumnya atau pada saat pembelajaran selesai. Hal ini dikarenakan agar keesokan harinya tidak keteteran. Dalam pembelajaran nilai moral guru disini menggunakan keempat metode, seperti metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. pembelajaran dalam menanamkan nilai moral yaitu guru mengajak anakanak berbaris didepan kelas untuk bernyanyi dan menggerakkan anggota tubuh. Setelah selesai guru mengajak anak-anak masuk ke kelas sambil salaman kepada gurunya. Kemudian guru mengucapkan salam, guru melakukan apersepsi dengan menanyakan kabar anak dan menyakan pada anak tadi sebelum pergi sekolah anakanak pamitan atau salaman sama orang tua nggak. Pada saat menyakan pamitan dan salam kepada orang tua, guru langsung menjelaskan kepada anak sebelum berangkat kesekolah kita harus berpamitan atau salam kepada kedua orang tua kita karena kita sayang kepada kedua orang tua kita. kemudian guru menyampaikan tema “alam semesta” pada hari itu dan bercakap-cakap tentang alam semesta seperti 11 menjelaskan bahwa matahari, bulan, langit, tumbuh-tumbuhan adalah ciptaan tuhan dan memberikan pesan kepada anak-anak bahwa kita sebagai manusia kita harus bersyukur. Setelah itu guru memberikan tugas yaitu mewarnai gambar matahari dan langit. Sebelum guru memberikan tugas terlebih dahulu guru menjelaskan kepada anak seperti ini gambar apa ya? Kemudian guru menjelaskan bahwa matahari dan langit itu ciptaan Tuhan. Maka dari itu kita mensyukuri kepada Tuhan bahwa kita diberi matahari dan langit. Setelah pemeberian tugas dilakukan guru mengajak anak-anak bermain estafet balok. Sebelum bermain langkah-langkah yang dilakukan guru yaitu guru membagi anak secara berkelompok, guru menjelaskan cara bermainnya, kemudian guru mencontohkan cara bermainnya. Setelah bermain selesai guru menjelaskan kepada anak mengenai bermain estafet balok bahwa dengan bermain itu kita harus kerjasama dengan teman, bermainnya harus teliti dan sabar. Setelah selesai guru mengajak anak mencuci tangan dan masuk kelas untuk makan bersama. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mengenai metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak yaitu masih banyak anak terlihat belum bersikap manis dan sopan saat mendengarkan guru atau orang lain bercerita. Hal ini dikarenakan kurangnya kebiasaan guru dalam menggunakan metode bercerita. Sehingga ketika guru memberi metode bercerita kepada anak, anak-anak kurang antusias dalam mendengarkan guru. Masih terlihat anak-anak berbicara dan mengajak temannya bermain. Waktu yang dipergunakan oleh guru juga terlalu berlebihan sehingga membuat anak mudah bosan dan muali bermain sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya pendekatan guru terhadap anak satu persatu dan kurangnya guru memperhatikan waktu. Sehingga Guru selalu menggunakan metode bercakapcakap, metode bermain dan pemberian tugas. Guru yang mengajar dikelompok A ini diketahui bahwa sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan RKH atau membuat RKH yang disesuaikan dengan tema serta disesuaikan mencakup indikator dalam menanamkan nilai moral sesuai dengan usia 4-5 tahun, mempersiapkan media yang sesuai dengan metode yang digunakan seperti alat praga bercerita boneka tangan dan metode bermain yaitu balok, dan plastisin. Sedangkan metode bercakap-cakap hanya percakapan guru seputar kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan nilai moral dan pemberian tugas guru disini hanya mempersiapkan buku LK maupun buku gambar. Persiapan tersebut tentunya disiapkan sehari sebelumnya atau pada saat pembelajaran selesai. Hal ini dikarenakan agar keesokan harinya tidak keteteran. Dalam pembelajaran nilai moral guru disini menggunakan keempat metode, seperti metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. Hasil wawancara dengan kepala sekolah Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala sekolah mengenai metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral bahwa guru-guru di TK Angkasa menggunakan metode bercerita, metode bercakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. mempersiapkan pembelajaran guru mempersiapkannya setelah jam pelajaran selesai atau pada saat anak-anak pulang sekolah. Yaitu dengan membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan bahan main yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas.Dalam pembelajaran dalam menanamkan nilai moral 12 ini guru disini menggunakan keempat metode yaitu metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain, metode pemberian tugas, agar mudah menjelaskan pada anak tentang nilai moral. Selama kegiatan berlangsung guru dapat menanamkan niali moral kepada aank, seperti menasehati mengaitkan dengan permainan. Melalui cara ini anak diharapkan dapat berkembang dan memahami dengan baik nilai moral. Karena dengan metode ini guru dengan mudah dalam menanamkan nilai moral pada anak serta anak dapat memahami. Guru tersebut juga menggunakan alat praga seperti metode bercerita guru menggunakan boneka dan buku cerita. Sedangkan metode bermain guru menggunakan balok dan plastisin. kesulitan yang dihadapi adalah tingkah laku anak yang berbeda-beda masih terlihat ketika guru menjelaskan atau memulai metode tersebut anak-anak masih berjalanjalan. Sehingga masih terdapat anak-anak yang belum benar-benar memahami tentang nilai moral maupun metode yang dipergunakana oleh guru. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus memberikan perhatian yang lebih pada anak yang belum bisa saat guru menggunkan metode dan kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cara mendekati anak dan mengajarkannya secara perlahan. Data hasil observasi terhadap anak pada usia 4-5 tahun Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dalam menggunakan pembalajaran nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini dikarenakan kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut. Dari 20 anak masih terdapat 70% anak yang masih kurang dalam bersikap manis dan sopan, 50% anak masih kurang bisa meminta izin apabila mau meminjam barang teman dan mau menjaganya, 60% anak masih kurang mengucapkan terimakasih kepada teman atau orang lain yang telah membantu, 40% anak masih kurang menggunakan kata maaf ketika melakukan kesalahan , 20% masih kurang berdoa bersama, 70% anak masih kurang memberi makanan ketika teman tidak membawa bekal, 50% anak masih kurang menggunakan kata-kata manis seperti permisi, 40% anak masih kurang mengucapkan sala seperti assalammualaikum, selamat pagi, selamat siang. Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas hasil peniliti di TK Angkasa Kubu Raya yang mencakup hasil perencanaan dan pelaksanaan metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di TK Angkasa Kubu Raya dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral guru melakukan persiapan sehari sebelumnya, hal ini dikarenakan agar keesokan harinya guru sudah siap untuk mengajarkan pada anak. Adapun persiapan yang dilakukan oleh guru yaitu membuat RKH, menyiapkan ruang kelas, dan menyiapkan media yang digunakan oleh guru dalam metode bercerita, bermain yaitu boneka, bola kaki dan balok. Peneliti melihat guru dalam pembelajaran menanamkan nilai moral guru menggunakan keempat metode. Metode tersebut ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas. RKH yang dibuat sudah sesuai dengan tema yang berlangsung pada saat itu, indikator yang terdapat didalam RKH juga sudah dibuat sesuai 13 dengan usia perkembangan anak dan kebutuhan anak. Menurut Panduan Pelaksanaan PPL FKIP UNTAN (2012 : 52) bahwa, komponen rencana pembelajaran pada bagian perumusan tujuan pembelajaran yaitu RKH membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar. Namun di dalam merencanakan pembelajaran (RKH) tersebut guru tidak mencantumkan standar kompetensi dan kompetensi standar. Hal ini terlihat ketika peneliti melihat langsung RKH yang dibuatan oleh guru. Tahap pelaksanaanya sudah baik yang dilakukan oleh guru, guru sudah melaksanakan sesuai dengan perencanaan RKH yang dibuat dan menggunakan media yang telah dipersiapkan. Tahap pelaksanaan tersebut sudah dilakukan keempat metode. Selain itu dalam melaksanakan pembelajaran nilai moral guru menggunakan beberapa metode. Metode tersebut yaitu metode bercerita, meteode bercakap-cakap, metode bermain dan metode pemberian tugas Pelaksanaa dari keempat metode tersebut belum sepenuhnya sesuai yang dilakukan oleh anak mengenai nilai moral yang didukung dengan indikator yang menurut permen 58 tahun 2009 perkembangan usia 4-5 yaitu sebagai berikut: (1) Mengenal tuhan melalui agama yang dianut (2) Meniru gerakan beribadah (3) Mengucapkan doa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu (4) Mengenalkan perilaku baik, sopan dan buruk (5) Membiasakan dri berperilaku baik (6) Mengucapkan salam dan membalas salam.Nilai moral anak Setelah dilihat oleh peneliti yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi disini peliti melihat nilai moral anak belum berkembang dengan sebaiknya. Dalam menggunakan pembalajaran nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini dikarenakan kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut. Dari 20 anak masih terdapat 70% anak yang masih kurang dalam bersikap manis dan sopan, 50% anak masih kurang bisa meminta izin apabila mau meminjam barang teman dan mau menjaganya, 60% anak masih kurang mengucapkan terimakasih kepada teman atau orang lain yang telah membantu, 40% anak masih kurang menggunakan kata maaf ketika melakukan kesalahan , 20% masih kurang berdoa bersama, 70% anak masih kurang memberi makanan ketika teman tidak membawa bekal, 50% anak masih kurang menggunakan kata-kata manis seperti permisi, 40% anak masih kurang mengucapkan sala seperti assalammualaikum, selamat pagi, selamat siang. Nilai moral anak disini masih kurang hal ini dikarenakan guru kurang afektif terhadap anak dan guru kurang pendekatan terhadap anak . Padahal menurut Kohlberg(http://nheya-nia.blogspot.com/2012/02/pengembangan-nilai-dan-moralmelalui.html) berpendapat bahwa, tugas utama guru adalah memberi kontribusi terhadap proses perkembangan moral anak. Tugas guru disini adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran menanamkan nilai moral anak Berdasarkan hasil pengamatan peneliti lakukan selama 5 kali pertemuan, terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam metode pembelajaran menanamkan nilai moral yaitu kemampuan anak dalam bersikap manis dan sopan saat mendengarkan guru bercerita dan saat guru menjelaskan pembelajaran kepada anak seperti guru bercerita masih terlihat anak-anak kurang fokus dan bermain sendiri. Sehingga ada beberapa anak yang mudah memahami 14 dan yang lama untuk memahamin penjelasan dari guru. Hambatan lainya adalah kurangnya fokus perhatian anak pada saat guru memulai kegiatan keempat metode tersebut, mereka malah asyik bermain sendiri, jalan-jalan dan berbicara bersama teman lainnya. Sehingga penjelasan yang guru berikan tidak sepenuhnya didengar oleh anak. Padahal menurut Daud (2010) menjelaskan bahwa, “Konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi”. Kemampuan yang dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya adalah kemampuan bahasa, moral, kognitif, motorik, sosio-emosional, mengasah imajinasi, menumbuhkan semangat berprestasi dan melatih konsentrasi. (1) Kemampuan bahasa Anak dapat memperluas kosa kata dan berlatih untuk berbicara mengungkapkan apa yang dipikirkannya, misalnya saja anak-anak menyebutkan kata assalamualaikum, saya bisa bu, maaf bu, sayang ibu. (2) Kemampuan moralAnak dapat mengetahui serta memahami apa dampak yang ditimbulkan jika anak melakukan hal yang tidak pantas untuk dilakukan, sehingga tertanam pemahaman anak untuk melakukan hal yang baik. (3) Kemampuan kognitif Melalui keempat metode tersebut anak mampu berhitung permainan dan mengenal banyaknya warna, huruf dan mampu menyusun permainan menjadi bentuk rumah yang indah dalam permainan balok maupun permainan lainnya. (4) Kemampuan motorik Kemampuan motorik halus anak juga dapat dikembangkan yaitu seperti yang dilakukan marshel meremuk kertas dan menggunting dengan hati-hati pada saat makan. (5) Kemampuan sosio-emosional Anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam hal berinteraksi, berkerja sama serta peduli dengan temannya. Seperti metode cerita yang diceritakan oleh guru tentang “ si buaya yang rakus”.Mengasah imajinasi Melalui keempat metode tersebut anak dapat berimajinasi tentang dampak yang buruk ketika dilakukan akan menimbulkan akibatnya. Namun sebaliknya ketika anak melalukan hal sebaliknya maka dapat berimajinasi pujian dari guru maupun orang lain seperti anak ini rajin dan pintar. Keunikan yang dimiliki oleh anak ketika pada saat proses pembelajaran dimulai yaitu anak-anak sering bertanya kepada guru disaat guru bercerita tentang kehidupan sehari-hari anak mudah menyerap apa yang di alaminya juga dalam kehidupan sehari-harinya, seperti anak menyayangi keluarga, sayang kepada ciptaan tuhan. Bahkan beberapa anak ada yang mewarnai gambar dan menggambar sesuka hatinya hanya untuk memperlihatkan kepada orangtuanya. Oleh sebab itu dalam menanamkan nilai moral kepada anak guru harus diperhatikan kembali agar kemampuan anak dalam menanamkan nilai moral berjalan dengan baik dan terbiasa dalalm kehidupan sehari-harinya. Melalui keempat metode tersbut guru maupun orangtua dapat mengkomunikasikan serta mengembangkan kemampuan yang seharusnya yang diajarkan untuk anak usia dini. Pemilihan metode tersebut sudah tepat dan sesuai dengan teori untuk memudahkan anak memahami tentang arti pentingnya nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena berdampak untuk masa depan anak kelak yang lebih maju dan berkembang 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan di TK Kemala Bhayangkari 14 Sungai Raya maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Dapat ditarik kesimpulan oleh peneliti sebagai berikut: (1) Perencanaan pembelajaran dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun di TK Angkasa Kubu Raya guru meliputi pembuatan RKH, tema, menyiapkan ruang kelas, menyiapkan bahan main atau media. (2) Metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran nilai moral pada anak usia 4-5 tahun yaitu metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode bermain, metode pemberian tugas. Sebelum memulai guru menentukan tema dan media untuk kegiatan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru sudah baik dalam mempersiapkannya. Namun dalam penggunaannya guru masih kurang kreatif dalam mengembangkan metode tersebut. (3) Pelaksanaan metode tersebut terdiri dari empat yaitu:a)Metode bercerita langkah-langkahnya guru lakukan dalam melaksanakan metode bercerita yaitu guru mengatur posisi anak, guru memperlihatkan buku cerita dan alat praga ketika menggunakan alat praga, disini guru menyampaikan judul ceritanya “bertamsya ke gunung” kemudian guru memulai cerita dengan gayanya dan intonasi suara yang menarik bagi anak. Setelah guru selesai bercerita guru menjelaskan kepada anak tentang pesan-pesan dari cerita yang terkait nilai moral seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan, mengenal ciptaan Tuhan dan menjaga kelestarian hutan. b)Metode bercakap-cakap langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakap-cakap yaitu Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, langkah-langkah yang guru lakukan dalam melaksanakan metode bercakap-cakap yaitu guru mengajak anak untuk berkomunikasi atau bercakap-cakap tentang kabar anak kemudian berkomunikasi dengan anak mengenai kegiatan hari ini. C)Metode bermain pertama yang dilakukan oleh guru ialah kesiapan anak, kesiapan halaman dan media yang akan digunakan sesuai dengan tema, mengeluarkan media yang akan dimainkan, cara memainkannya, membagi anak menjadi berkelompok dan membuat ketertarikan anak dalam bermain, melihat proses anak dalam memainkan balok estafet. d)Metode pemberian tugas Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru ialah kesiapan anak dalam kelas, mencontohkan tugas yang akan diberikan oleh guru, membagikan tugas tersebut dengan tertib satu persatu serta tanya jawab kepada anak ketika ada beberapa anak yang belum paham mengenai tugas.e) Nilai moral anak Setelah dilihat oleh peneliti yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi disini peliti melihat nilai moral anak belum berkembang dengan sebaiknya. Dalam menggunakan pembalajaran nilai moral pada anak kelompok A ini masih belum meningkat hal ini dikarenakan kurangnya afektif guru dalam menggunakan metode tersebut.f) Kesulitan yang dihadapi oleh guru kelompok A dalam menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun yang dilihat oleh peneliti ialah guru kesulitan dalam mengatasi anak ketika sedang menggunakan metode bercerita karena anak-anak kurang antusias untuk mendengarkan cerita dari guru tersebut. Guru juga sering mengeluh melihat tingkah laku anak ketika anak-anak sering tidak bisa diberitahu atau dinasehati pada saat proses pembelajaran dimulai. Dikarenakan anak-anak 16 yang terlalu ramai dan guru kelas ada 1 membuat pembelajaran tersebut kurang afektif. Saran Sesuai dengan kesimpulan diatas, selanjutnya sebagai sumbangan pemikiran kepada TK Angkasa Kubu Raya untuk masukan dari hasil penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1)Diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menggunakan metode-metode yang menanamkan nilai moral pada anak usia 4-5 tahun yang sesuai dengan RKH, teori serta sesuai dengan indikator perkembangan menurut permen 58 tahun 2009. (2) Diharapkan guru bisa selalu memperhatikan atau memantau anak satu persatu terhadap nilai moral anak serta selalu menanamkan nilai moral anak sejak dini. (3) Perlunya sekolahan menambahkan tenaga pendidik sebab sangat tidak efektif jika guru hanya satu orang dalam kelas dibandingkan dengan jumlah anak yang mencakup 20 anak. Sebaiknya maksimal itu 1 guru menangani 10 anak, sehingga mengatur dan mengolah kelas lebih efektif dan efisien. (4) Diharapkan agar guru lebih kreatif dalam memanfaatkan fasilitas yang ada di TK Angkasa Kubu Raya. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2003). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas. Durkheim, Emile. (2002). Moral Education. New York: Free Press Of Glencoe. Isjoni. (2009). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: ALFABETA. Sugiono. (2010).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Kohlberg.(2012).(http://nheya-nia.blogspot.com/2012/02/pengembangan-nilai-danmoral-melalui.html),diunduh pada tanggal 20 juni 2013 Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Masitoh, Heny Djoehaeri dan Ocih Setiasih. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Zuriah, Nurul. (2011). Pendidika Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara 17