ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN
IKTERUS DERAJAT III DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD dr. SLAMET GARUT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Untuk Melengkapi Sebagian Syarat
Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
RAHAYU DWI LESTARI
NIM. 13DB277124
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, WR.WB
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi atas Taufik, Rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus Dengan Ikterus Derajat
III RSUD dr. Slamet Garut “.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya
kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis
menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :
1.
Dr. H. Zulkarnaen SH., MH, selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah
Ciamis
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani, S.ST., M.KM, selaku ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Ayu Endang P S.ST, selaku pembimbing I dan penguji II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Sri Utami Asmarani S.ST, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
H Rudi Kurniawan, S,Kep., Ners., M.Kep, selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini.
7.
Direktur RSUD dr. Slamet Garut yang telah memberikan ijin untuk
penyusunan kasus komprehenisif ini.
8.
Bidan-bidan di RSUD dr. Slamet Garut yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9.
Ny. A yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
v
10. Kedua orangtua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Saudari-saudari Asrama Putri 22 yang telah memberikan dukungan dan ikut
membantu dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir
12. Seseorang yang selalu mendukung dengan do’a dan kasih sayang dalam
semangat perjalanan hidup ini
13. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT,
amin.
Nasrumminalloh wa fathul qarib.
Wassalamualaikum WR.WB
Ciamis,
Mei 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS DERAJAT III
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD dr. SLAMET GARUT1
Rahayu Dwi Lestari2Ayu Endang Purwanti3Sri Utami Asmarani4
INTISARI
Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupan neonates,
dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat 60% bayi cukup bulan dan
80% bayi kurang bulan. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir
adalah ensefalopati bilirubin (lebih di kenal sebagai kern ikterus). Ensefalopati
bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonates yang paling berat. Selain
memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala
sisaberupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan dysplasia dental yang
sangat mempengaruhi kualitas hidup.
Tujuan penulisan karya ini memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ikterus Derajat III dengan menggunakan
pendekatan proses manajemen Kebidanan. Asuhan kebidanan pada Neonatus
dengan Ikterus Derajat III ini dilakukan selama 6 hari, dari mulai tanggal 17 maret
2016 sampai 22 Maret 2016 di ruang perinatologi RSUD dr. Slamet Garut.
Dari hasil penulisan studi kasus ini, penulis mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada neonates dengan
ikterus derajat III. Kesimpulan dari hasil dari hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan pada neonatus dengan ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet Garut
dilaksanakan cukup baik
Kata Kunci
: Ikterus Neonatorum Patologis
Kepustakaan : 18 (2005-2014), 10 Media Elektronik
Halaman
: i-xii, 60 halaman, 9 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
INTISARI .....................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan ......................................................................................
4
D. Manfaat ....................................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori ....................................................................
6
1. Bayi Baru Lahir ..................................................................
6
2. Ikterus ...............................................................................
8
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 20
C. Konsep Dasar Kebidanan pada Neonatus................................ 23
D. Landasan Hukum ..................................................................... 30
E. Tinjauan Islam Mengenai Bayi Baru Lahir ................................ 31
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian................................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Pengkajian ................................................ 32
C. Subjek yang Dikaji .................................................................... 33
D. Jenis Data yang digunakan ...................................................... 33
viii
E. Instrumen Pengkajian............................................................... 33
F. Tinjauan Kasus ........................................................................ 34
BAB IV
PEMBAHASAN ........................................................................... 44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rumus Kramer .............................................................................
13
Tabel 2.2 Pedoman Pengelolaan Ikterik Menurut Waktu Timbulnya
dan Kadar Bilirubin .......................................................................
20
Tabel 3.1 Pemeriksaan Apgar Score ............................................................
35
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Derajat Kremer Ikterus .............................................................
xi
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Time Schedule
Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Pra Penelitian
Lampiran 5 Persetujuan Responden
Lampiran 6 Format Pengkajian Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Lampiran 7 Lembar Kartu Bimbingan
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
berwarna kuning (Hidayat, 2008). Ikterus suatu gejala yang sering ditemukan
pada bayi baru lahir kejadian ikterus pada bayi baru lahir (BBL) dikemukakan
bahwa kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% pada
bayi kurang bulan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Penyebab ikterus pada bayi
baru lahir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : kekurangan protein yang
tidak mencukupi jumlah enzim sehingga kemampuan enzim untuk
melakukan konjugasi dan eksresi bilirubin berkurang, peningkatan kadar
bilirubin berlebihan, pemberian ASI yang belum mencukupi (Nursalam,
Susilaningrum, Utami, 2005).
Berdasarkan penelitian Word Healt Organitation diseluruh dunia,
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan angka kematian
neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun (Manuba, 2010).
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia angka
kematian ibu (AKI) melonjak drastis dari 228 per 100.000 kelahiran hidup
(0,288%) di tahun 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (0,359),
sedangkan AKB hanya turun sedikit, dari 34 per 1.000 kelahiran hidup
(3,4%) tahun 2007 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (3,2%) (Depkes ,
2012 b)
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup (1,9%). Padahal Indonesia berkomitmen sesuai dengan
Demokrasi Millenium Development Goals AKI dan AKB menjadi1/3 dari
keadaan tahun 2000 yaitu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
(0,102%) pada tahun 2015. (Depkes , 2012 a).
Jumlah AKI dan AKB di Provinsi Jawa Barat masih tinggi yakni
mencapai 321,15 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut kepala bidang bina
pelayanan kesehatan Dinas Provinsi Jawa Barat dr.niken Budiastuti, MM, AK
mengatakan di Jawa Barat jumlah AKB mencapai 40,87 per 1000 kelahiran
hidup (Depkes Jawa Barat, 2014 )
1
2
Lebih dari ¾ (tiga perempat) dari semua kematian bayi terjadi pada
periode neonatus. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, premature, berat
badan lahir rendah, ikterus, diare, meningitis dan malnutrisi (Depkes , 2012
a).
RSUD dr. Slamet Garut merupakan rumah sakit tipe C, terletak di
Kabupaten Garut. Menurut data yang di peroleh dari rekam medik RSUD dr.
Slamet Garut dari mulai bulan Januari 2015 sampai bulan Desember 2015
tercatat ada 81 bayi yang mengalami ikterus patologis.
Masalah utama yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, tetanus, masalah pemberian makan
dan infeksi. Adapun infeksi yang sering timbul pada bayi adalah meningitis,
tetanus neonaturum, infeksi tali pusat, infeksi saluran kemih, ikterus
neonatus (Prawihardjo, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Rosyada pada
tanggal 10 April 2013 di RS PKU Yogyakarta dari bulan Januari sampai
Desember 2012 angka kejadian ikterus sebanyak 203 bayi, untuk jumlah
bayi dengan ikterus fisiologis sebanyak 127 bayi dan ikterus patologis
sebanyak 96 bayi.
Ikterus apabila tidak di kelola dengan baik dapat menyebabkan
kerusakan pada otak bayi. Tanda kerusakan di awali dengan letargi, layuh
dan malas minum dan dapat menyebabkan kematian. Setelah beberapa hari
akan menjadi opistotonus, tangisan melengking, dan dapat terjadi kejang
(Prawihardjo, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan Puspita, Sumarno, Susatia pada
tanggal 3 Desember 2006 bahwa tindakan menjemur bayi kuning dibawah
sinar matahari yang biasanya dilakukan oleh ibu-ibu dan juga yang dilakukan
para peneliti ini merupakan hal yang bermanfaat bagi perbaikan kondisi
penderita ikterus. Karena penjemuran yang dilakukan, berdasarkan aturanaturan dari teori-teori yang pernah ada akan menimbulkan efek positif bagi
penderita ikterus neonatorum fisiologis, yaitu dengan menurunkan nilai
rerata tanda ikterus. Dan apabila kegiatan menjemur bayi ini tetap
dilanjutkan, terutama dengan cara-cara yang benar, pada akhirnya akan
terjadi kesembuhan pada penderita tersebut. Dengan semakin berkurangnya
tanda ikterus dan level bilirubin bebas dalam darah. Sehingga pada akhirnya
3
nanti kadar bilirubin bebas dalam darah tetap berada dalam batas normal
dan warna kuning yang tampak pada kulit maupun selaput mukosa lain akan
hilang.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-mu‟minun ayat 12-14
yaitu
Artinya : “dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia itu dari
suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang di simpan) dalam tempat yang kokoh yaitu (rahim) kemudian air
mani itu kami jadikan sagumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan sagumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Maka maha suci Allah
SWT pencipta yang paling baik. Dan Dalam hati mereka ada penyakit, lalu di
tambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan
mereka berdusta”.
Dan surah Al-Baqarah ayat 10 yaitu :
Artinya : “ didalam hati mereka ada penyakitnya, lalu kemudian Allah
menambah penyakitnya”.
Berdasarkan kedua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa proses
terbentuknya manusia tidak hanya karena nidasi yang langsung menjadi
janin, namun melalui beberapa fase yaitu dari segumpal darah sampai
menjadi janin di dalam kandungan kemudian lahir seorang bayi hingga
menjadi manusia dewasa di dunia. Jika terdapat gangguan atau masalah
pada salah satu proses perkembangan dan pertumbuhan manusia seperti
ayat diatas akan terjadi kelainan seperti bayi dengan ikterus sehingga perlu
4
diperhatikan agar tidak terjadi masalah yang serius ikuti dengan ketulian,
dan Allah menciptakan hati di dalam tubuh manusia, kemudian didalam hati
manusia ada penyakitnya seperti halnya penyakit ikterus (Rosyada, 2013).
Mengingat kasus ikterus pada bayi baru lahir dapat menimbulkan
kern ikterus di tandai dengan gejala kerusakan otak serta dapat diikuti
dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental dikemudian hari
(Dewi ,2010). Bayi dengan keadaan ini mempunyai resiko terhadap kematian
atau jika dapat bertahan hidup akan mengalami gangguan perkembangan
neurologis. Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus “Asuhan
Kebidanan pada Neonatus pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Derajat III di
RSUD dr. Slamet Garut” dengan menggunakan manajemen kebidanan
menurut Varney‟‟.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain latar belakang diatas maka perumusan masalah
pada studi kasus ini adalah “bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada neonatus pada Ny. A dengan ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet
Garut dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney ?”.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
neonatus dengan ikterus derajat III sesuai dengan manajement
kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus
a.
Penulis mampu :
1)
Melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun
obyektif pada neonatus dengan ikterus derajat III di RSUD dr.
Slamet Garut.
2)
Menginterprestasikan
data
dan
merumuskan
diagnosa,
masalah, kebutuhan pada neonatus dengan ikterus patologis di
RSUD dr. Slamet Garut.
3)
Mengidentifikasi diagnosa potensial pada neonatus dengan
ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet Garut.
5
4)
Mengidentifikasikan tindakan segera pada neonatus dengan
ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet Garut.
5)
Merencanakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan
ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet Garut.
6)
Melaksanakan perencanaan yang sesuai dengan pengkaji pada
neonatus dengan ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet Garut.
7)
Melakukan evaluasi pada pelaksanaan evaluasi kebidanan
pada neonatus dengan ikterus derajat III di RSUD dr. Slamet
Garut.
b.
Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus
nyata dilapangan pada Neonatus dengan Ikterus Derajat III.
D. Manfaat
1.
Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata untuk menangani pada neonatus dengan ikterus derajat III.
2.
Bagi Profesi
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk
pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan ikterus derajat III.
3.
Bagi Institusi
a.
Rumah Sakit
Dapat Lebih Mempertahankan mutu pelayanan khususnya
asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus derajat III.
b.
Bagi pendidikan
Dapat menambah referensi tentang asuhan kebidanan pada
neonatus dengan ikterus derajat III.
4.
Bagi orang tua pasien
Dapat menambah pengetahuan bagi orang tua pasien untuk lebih
mengenal ciri-ciri ikterus dan cara penanganannya pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1.
Bayi baru lahir
a.
Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu
yang sedang
mengalami
trauma
penyesuaian
diri
bertumbuh kembang dan baru saja
kelahiran
dari
serta
kehidupan
harus
dapat
intrauterine
melakukan
ke
kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010).
Bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan lahir normal 2500 gram sampai 4000 gram (Dewi,
2010).
b.
Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir (Maryanti, 2011).
1)
Berat badan 2500-4000 gram.
2)
Panjang badan lahir 48-52 cm.
3)
Lingkar dada 30-38 cm.
4)
Lingkar kepala 33-35 cm.
5)
Menangis kuat.
6)
Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit.
7)
Pernapasan
80x/menit,
pada
menit-menit
kemudian
menurun
pertama
setelah
cepat
kira-kira
tenang
kira-kira
40x/menit.
8)
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
9)
Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya
telah sempurna.
10) Kuku telah agak panjang dan lemas.
11) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).
12) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
6
7
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.
c.
Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Menurut Wiknjosastro (2010). Klasifikasi bayi baru lahir
menurut usia gestasi, yaitu :
1)
Pre term
:
Kurang dari 37 lengkap (kurang dari 259 hari)
2)
Term
:
Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42
minggu lengkap (259-239 hari)
3)
d.
Post term
:
42 minggu lengkap atau lebih (294 hari)
Komplikasi pada bayi baru lahir
1)
Asfiksia
Asfiksia neonaturum merupakan suatu keadaan pada
bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari dalam tubuhnya (Dewi, 2010).
2)
BBLR
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir
yang berat lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau
sampai dengan 2449 gram (Prawihardjo, 2010).
3)
Tetanus Neonatorum
Penyakit yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan)
yang
disebabkan
oleh
clostridium
tetani,
kuman
yang
mengeluarkan toksin yang menyerang sistem saraf pusat
(Sudarti, 2014).
4)
Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit kuning yang sering
terjadi pada bayi baru lahir (Paullette, 2007).
5)
Meningitis
Merupakan
peradangan
pada
daerah
meningen,
meningitis terdiri atas meningitis tuberkolusis yang disebabkan
oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut non purullen
meningitis (aseptik meningitis), yaitu meningitis yang di
sebabkan oleh virus (Hidayat, 2008).
8
2.
Ikterus
a.
Pengertian
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan
terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem billiary, atau
sistem hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan
bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated) (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata prancis ‘jaune’ yang
berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata
atau jaringa lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning
karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam
sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel
darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum
normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl
bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning
pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan
ditemukan pada minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan
bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan
(aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm) (Winkjoastro, 2007).
b.
Klasifikasi kterus
1)
Ikterus fisiologis adalah :
Ikterus yang terjadi karena metabolisme normal bilirubin
pada bayi baru lahir usia minggu pertama. Peninggian kadar
bilirubin terjadi pada hari ke 2 dan hari ke 3 serta mencapai
puncaknya pada ahari ke 5 sampai ke 7, kemudian menurun
pada hari ke 10-14 (Surasmi, 2008).
Pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, selaput mata
akibat peningkatan kadar bilirubin. Ikterus mulai tampak pada
kadar bilirubin diatas 5mg% dan dimulai dari daerah muka.
Ikterus fisiologis ini biasanya timbul pada usia 2-7 hari, dan
menghilang pada umur 10-14 hari, bayi masih aktif, menyusu
9
kuat, umumnya tidak memerlukan penanganan khusus dan
dapat rawat jalan. Asuhan untuk ikterus fisiologis
(Soepardan, 2008) :
a)
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI lebih sering (minimal
setiap 3 jam)
b)
Jaga agar bayi tetap hangat
c)
Rujuk apabila di temukan ikterus non-fisiologis, berikut ini :
(1) Timbul pada jam 24 pertama kehidupan
(2) Kuning menetap ± 14 hari
(3) Kuning melewati pusat
(4) Tinja seperti dempul
Ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari hari ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati
kadar kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi
menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas
pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu
pertama atau selambat lambatnya 10 hari pertama (Surasmi,
2008).
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
biasanya ikterus di katakan fisiologis bila (Winkjosastro, 2006) :
a)
Timbul pada hari kedua dan ketiga
b)
Kadar bilirubin indirek sesudah 2 x 24 jam tidak melewati
15 mg%. pada neonatus cukup bulan dan dan 10% pada
neonatus kurang bulan.
c)
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tak melibihi 5mg%
perhari.
d)
Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1mg%.
e)
Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
Dapat
dimengerti
bahwa
walaupun
ikterusnya
mempunyai dasar etikologi yang fisiologi kadar bilirubinnya
dapat
meningkat
sedemikian
rupa
hiperbilirubinemia (Prawirohardjo, 2010).
sehingga
di
sebut
10
2)
Ikterus Patologis
Ikterus patologis, yaitu ikterus yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologis ini misalnya jenis
bilirubin,
saat
timbul
dan
menghilangnya
ikterus
dan
penyebabnya (Prawihardjo, 2010).
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang di
sebut hiperbillirubinemia. Ikterus patologis mempunyai tanda
sebagai berikut (Dewi, 2010) :
a)
Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
b)
Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL
atau bayi kurang bulan > 10 mg/dL.
c.
c)
Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
d)
Kadar bilirubin direk > 1 mg/dL.
e)
Ikterus menetap pada usia > 2 minggu.
f)
Terdapat faktor risiko.
Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi
baru lahir, karena (Faser dan Cooper, 2011):
1)
Hemolisis yang di sebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih
banyak dan berumur lebih pendek.
2)
Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi
kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh,
ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
3)
Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari
gangguan fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibar asidosis, hipoksia dan
infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom criggler-najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein.
Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake”
bilirubin ke sel hepar.
11
4)
Gangguan transportasi karena kurangnya
albumin
yang
mengikat bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin
kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini
dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole.
Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak.
5)
Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver
(karena infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat
terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan
di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
d.
Penyebab Ikterus
Ikterus dapat disebabkan oleh (Irawati, 2013) :
1)
Kurangnya asup dari ASI pada awal-awal proses menyusui
karena
produksi
yang
masih
rendah
sehingga
terjadi
peningkatan penyerapan bilirubin direk di dalam usus.
2)
Pada bayi bayi yang diberi ASI terjadi peningkatan penyerapan
bilirubin direk di dalam usus karena kandungan yang terdapat
di ASI. Apabila bayi tampak sehat, berat badan bertambah, dan
tidak adanya gangguan lain maka pemberian ASI dapat
diteruskan dan tidak berbahaya.
e.
Tanda dan gejala ikterus fisiologis (Surasmi, 2008)
1) Gejala akut
Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus
pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
2) Gejala kronik
Tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi
hipertonus
dan
opistonus
(bayi
yang
selamat
biasanya
menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gangguan pendengaran, paralysis sebagai otot mata dan
dysplasia dentalis).
12
Gejala utamanya adalah kuning dikulit, konjungtiva dan
mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
a)
Dehidrasi, asupan kalori tidak adekuat (misalnya kurang
minum, muntah-muntah).
b)
Pucat, sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis,
ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi
G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
c)
Trauma
lahir,
bruising,
shefalhematom
(perdarahan
kepala), perdarahan tertutup lainnya.
d)
Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat
disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat.
e)
Letargi dan gejala sepsis lainnya.
f)
Petekiae (bintik merah dikulit). Sering dikaitkan dengan
infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis.
g)
Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) sering
berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital,
penyakit hati.
h)
Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa).
i)
Omfalitis (peradangan umbilikus).
j)
Hipotiroidisme (defisiensi aktifitas tiroid).
k)
Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus
koledokus).
l)
f.
Feses dempul disertai urine warna coklat.
Faktor Resiko
Faktor resiko timbulnya ikterus neonatorum (Surasmi, 2008) :
1)
Faktor Maternal
a)
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,
Yunani)
2)
b)
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
c)
ASI
Faktor Perinatal
a)
Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b)
Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
13
3)
g.
Faktor Neonatus
a)
Prematuritas
b)
Factor genetic
c)
polisitemia
Derajat dan Daerah Ikterus
Untuk pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam
cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan
diamati untuk menghilangkan warna, karena pengaruh sirkulasi
daerah (Prawihardjo, 2010). Dibawah ini dapat dilihat gambar
pembagian derajat dan daerah ikterus.
1)
Derajat I
:
Kepala sampai leher.
2)
Derajat II
:
Kepala, badan sampai umbilicus.
3)
Derajat III
:
Kepala, badan sampai paha.
4)
Derajat IV
:
Kepala, badan, paha sampai lutut.
5)
Derajat V
:
Kepala, badan, semua ekstremitas sampai
ujung jari.
Gambar 2.1 Derajat Kremer Ikterus
Sumber : Prawirohardjo, (2010)
Tabel 2.1 Rumus Kramer
Daerah
1
2
3
Luas Ikterus
Kepala dan leher
Daerah 1 (+) Badan bagian atas
Daerah 1,2 (+) Badan bagian
bawah dan tungkai
4
Daerah 1, 2, 3 (+) Lengan dan
kaki di bawah dengkul
5
Daerah 1, 2, 3, 4 (+) Tangan dan
kaki
Sumber : Prawirohardjo, (2010)
Kadar Bilirubin (mg/dL)
5
9
11
12
16
14
h.
Patofisiologi (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
1)
Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari
pemechan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin
reduktase, dan agen pereduksi non enzimatik dalam system
retikuloendotelial.
2)
Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi
diambil oleh protein intraseluler “Y Protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatic dan adanya
ikatan protein.
3)
Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin
yang larut dalam lemak, tak terkonjugasi, non polar (bereaksi
indirek)
4)
Bilirubin yang patologik tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24
jam pertama kelahiran, sedangkan untuk bayi dengan ikterus
fisiologis antara 3-5 hari setelah kelahiran
i.
Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obsterti sebelumnya sangat
membantu dalam menegakan diagnosis hiperbilirubinemia pada
bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah,
riwayat transfuse tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya.
Disamping itu factor resiko kehamilan dan persalinan juga berperan
dalm diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Factor
resiko itu antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat
yang diberikan kepada ibu selama hamil/persalinan, kehamilan
dengan diabetes mellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi
intranatal, dan lain-lain (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah
lahir atau setelah beberapa hari kemudian. Pada bayi dengan
peninggian bilirubin indirek, kulit tampak berwarna kuning terang
sampai jingga, sedangkan pada penderita dengan gangguan
obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini
sangat sulit dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi
sendiri (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
15
Ikterus fisiologis dalam keadaan normal, kadar bilirubin
indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl dan akan
meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam. Dengan
demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai
puncak antara hari ke 2-4 dengan kadar bilirubin 5-6 mg/dl untuk
selanjutnya menurun samapi kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl
antara hari ke 5-7 kehidupan (Paullette, 2007).
Hiperbilirubin patologis. Makna hiperbilirubin terletak pada
insiden kernikterus yang tinggi, berhubung dengan kadar bilirubin
serum yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi
dengan berat badan lahir rendah akn memperlihatkan kernikterus
pada kadar yang lebih rendah 10-15 mg/dl (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
j.
Pencegah Ikterus pada Bayi
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara
pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah
sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia (kekurangan
oksigen) pada janin didalam rahim. Pada masa persalinan, jika
terjadi hipoksia misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan
lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak
lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar
jam 7 sampai jam 8 pagi setiap hari selama 15 – 30 menit dengan
membuka pakaiannya, 15 menit dalam posisi terlentang dan 15
menit dalam posisi tengkurap. Pengawasan antenatal yang baik
Menghindari obat yang dapat meningkatan ikterus pada bayi pada
masa kehamilan dan kelahiran misalnya : sulfafurazal, novobiosin,
oksitosin dll, Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah
cairan kalori yang mencukupi. Pemberian minum sedini mungkin
akan meningkatkan mortilitas usus dan juga menyebabkan bakteri
di introduksi ke usus (Surasmi, 2008).
k.
Penatalaksanaan Ikterus Patologis
Menurut
Wiknjosastro
(2007),
perencanaan
asuhan
kebidanan yang diberikan kepada bayi dengan ikterus patologis :
1)
Observasi keadaan umum dan tanda vital.
16
2)
Foto terapi menggunakan lampu 20 watt sebanyak 8-10 buah
yang disusun secara paralel dengan jarak antara lampu dan
bayi kurang lebih 40 cm dilakukan selama 6 jam terapi dan 6
jam istirahat.
3)
Periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium
setiap 8 jam sekali atau paling tidak sekali dalam 24 jam.
4)
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memberikan
terapi selanjutnya.
5)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi ASI dan cairan.
Pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Salah
satu Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir yang berkualitas
adalah asi ekslusif sebagaimana menurut islam perintah
menyusui sudah di jelaskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 233
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusunan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya, janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
17
karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Sedangkan
menurut
Rukiyah
dan
Yulianti,
(2010)
penatalaksanaan terapeutik ikterus patologis adalah :
1)
Fotorerapi
Ikterus klinis dan hiperbilirubin indirek akan berkurang
kalau bayi dipaparkan sinar dalam spectrum cahaya yang
mempunyai intensitas tinggi. Bilirubin akan menyerap cahaya
secara maksimal dalam batas wilayah warna biru (mulai 400470 mm). Bilirubin dalam kulit akan menyerap energi cahaya,
yang melalui fotoisomerasi mengubah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersifat toksik menjadi isomer-isomer terkonjugasi yang di
keluarkan
ke
empedu
dan
melalui
otosensitisasi
yang
melibatkan oksigen dan mengakibatkan reaksi oksidasi yang
menghasilkan
produk-produk
pemecahan
yang
akan
diekskresikan oleh hati dan ginjal tanpa memerlukan konjugat.
Indikasi
fototerapi
hanya
setelah
dipastikan
adanya
hiperbilirubin patologi. Dalam perawatan bayi dengan terapi
sinar, yang perlu diperhatikan :
a)
Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat
seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.
b)
Kedua mata dan kemaluan harus ditutupi dengan penutup
yang
dapat
memantulkan
cahaya
agar
tidak
membahayakan retina mata dan sel reproduksi.
c)
Bayi diletakan 8 inci dibawah sinar lampu, jarak ini
dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energy
yang optimal.
d)
Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 8 jam agar
bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
18
e)
Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
f)
Kadar biirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
g)
Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada
bayi dengan hemolisis.
h)
Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine,
feses
dan
muntah
diukur,
dicatat
dan
dilakukan
pemantauan tanda dehidrasi.
i)
Pengawasan ASI/Nutrisi.
j)
Lamanya terapi sinar dicatat.
Efek terapi sinar tidak bergantung pada beberapa
arah penyinaran, tetapi pada jumlah energi cahaya yang
dapat menyinari kulit neonatus. Oleh karena itu, walaupun
menggunakan penyinaran searah (sumber cahaya tunggal)
tetapi posisi pasien diubah dalam jangka waktu tertentu
dan energi cahaya yang baik akan diperoleh hasil yang
optimal. Energy cahaya optimal yang dapat menyebabkan
eliminasi bilirubin maksimum ialah yang mempunyai
gelombang sianar 350-470 nanometer (nm). Besarnya
gelombang sinar dapat diukur dengan alat iridasi meter,
jarak antar sumber cahaya dan bagian tubuh yang disinari
mempengaruhi energi cahaya yang optimal diperoleh oleh
neonatus.
Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang
mendapat terapi sinar adalah :
(1) Peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur.
Energi cahaya fototerapi dapat meningkatkan
suhu
lingkungan
dan
menyebabkan
peningkatan
penguapan melalui kulit, terutama bayi prematur atau
berat
lahir
sangat
rendah.
Keadaan
ini
dapat
diantisipasi dengan pemberian cairan tambah.
(2) Frekuensi defaksi meningkat.
Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan
meningkatkan pembentukan enzim laktase yang dapat
meningkatkan
peristaltik
usus.
Pemberian
usus
19
dengan kadar laktase rendah akan mengurangi
timbulnya diare.
(3) Timbul kelainan kulit di daerah muka, badan dan
ekstremitas.
Kelainan ini akan segera hilang setelah terapi
diberikan.
„
(4) Peningkatan suhu tubuh.
Beberapa neonatus yang mendapat terapi
sinar, menunjukan kenaikan suhu tubuh, keadaan ini
dapat disebabkan karena suhu lingkungan yang
meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh
bayi.
(5) Kadang ditemukan kelainan seperti gangguan minum,
letargi dan iritabilitas.
Kelainan ini bersifat sementara dan akan hilang
dengan sendirinya.
2)
Transfusi tukar
Dilakukan untuk mempertahankan kadar bilirubin indirek
dalam serum bayi aterm kurang dari 20mg/dl atau 15 mg/dl
pada bayi kurang bulan. Dapat diulangi sebanyak yang
diperlukan, atau keadaan bayi yang dipandang kritis dapat
menjadi petunjuk melakukan transfusi tukar selama hari
pertama atau kedua kehidupan, kalau peningkatan yang lebih
diduga akan terjadi, tetapi tidak dilakukan pada hari ke empat
pada bayi aterm atau hari ke tujuh pada bayi prematur.Tujuan
dilakukannya transfusi tukar :
a)
Menurunkan kadar bilirubin indirek.
b)
Mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis.
c)
Membuang antibody yang menyebabkan hemolisis.
d)
Mengoreksi anemia.
Sebelum transfusi tukar, label darah harus diperiksa
terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan permintaan dan
tujuan transfusi tukar. Darah yang digunakan usianya harus
20
kurang dari 72 jam. Darah yang akan dimasukan harus
dihangatkan terlebih dahulu, dua jam sebelum transfusi tukar
bayi dipuasakan, bila perlu dipasang pipa nasogastrik, lalu bayi
dibawa ke ruang aseptic untuk menjalani prosedur transfusi
tukar. Hal yang harus diperhatikan selama transfuse tukar :
a)
Neonatus harus dipasang alat monitor kardio-respirasi.
b)
Neonatus
dipuasakan
bila
perlu
dipasang
selang
nasogastrik.
c)
Neonatus dipasang infus.
d)
Suhu tbuh dipantau dan dijaga dalam batas normal.
e)
Disediakan peralatan resusitasi.
Tabel 2.2 Pedoman pengelolaan ikterik menurut waktu
timbulnya dan kadar bilirubin.
Bilirubin
<24 jam
24-48 jam
49-72 jam >72 jam
(mg/dl)
<5
Pemberian
makanan
yang dini
5-9
Terapi sinar Kalori cukup
bila
hemolysis
10-14
Transfuse
Terapi sinar
tukar
bila
hemolisis *
15 – 19
Transfusi
Transfuse
Terapi
+
tukar *
tukr
bila sinar
hemolisis
>20
Transfusi
tukar +
Sumber : (Prawirohardjo, 2010)
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampiran dalam
rangkaian
tahapan
logis
untuk
pengambilan
keputusan
yang
berfokuspada klien (Simatupang, 2008)
2.
Manajemen kebidanan menurut Varney (7 langkah) meliputi (Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
21
a.
Langkah I: Tahap Pengumpulan Data.
Pada langkah pertama ini semua informasi yang akurat dan
lengkap dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, pemeriksaan
tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
b.
Langkah II: Interpretasi Data.
Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasi sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah
yang
spesifik.
Rumusan
diagnosis
dan
masalah
keduanya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.
c.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada
dan bersiap mencegah diagnosis/masalah potensial bila terjadi.
Dalam langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
d.
Langkah IV: Menetapkan Konsultasi dan Kolaborasi.
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau
dokter segera melakukan konsultasi atau melakukan penanganan
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses penatalaksanaan kebidanan.
e.
Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan
ditentukan
oleh
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah
ini, informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
22
f.
Langkah VI: Pelaksanaan rencana.
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang
telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lain.
g.
Langkah VII: Evaluasi.
Pada langkah ke tujuh ini, bidan mengevaluasi keefektifan
asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang
pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai dengan diagnosis
dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang benar dan
efektif pelaksanaannya.
3.
Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dalam bentuk SOAP.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
subjektif, O adalah data objektif, A adalah analysis/asesment, dan P
adalah planning. Merupakan Catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat. Prinsip dan metode SOAP ini merupakan proses
pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan (Saputra, 2014).
a.
S (Data Subjektif).
Data
subjektif
(S),
merupakan
pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut halen verney langkah pertama
(pengkajian data), terulang data yang di peroleh melalui anamnesis.
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya
yang dicatat sebagai kutipan langsungatau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis.
b.
O (Data Objektif).
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut helen varney pertama (pengkaji data). Terutama
data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukan ke data objektif ini. Data ini akan
23
memberikan bukti gejal klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnose.
c.
A (assesment).
A (analysis/assesment), merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif
dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
objektifmaka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Analisis merupakan pendokumentasian manajemen menurut
Helen Varney langkah kedua, ketiga, dan keempat sehingga
mencakup
hal-hal
berikut
ini
diagnosis/masalah
kebidanan,
diagnosis/masalah potensi untuk antisipasi diagnosis/masalah
potensial. Kebutuhan tindakan harus segera diidentifikasi menurut
kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi
dan tindakan merujuk klien.
d.
Penatalaksanaan.
Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisi dan interpensi data. Rencana asuhan ini
bertujuan
untuk
mengusahakan
tercapainya
kondisi
pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Meskipun secara istilah, P adalah palnning/perencanaan
saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain P
dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut helen varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Dalam planing ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu
tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil untuk menilai
efektifitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan (Saputra, 2014).
C. Konsep dasar kebidanan pada neonatus
1.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Manajemen / asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran,
24
dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran. Asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan
terstandar pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat dari
selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah
dilahirkan (Muslihatun, 2010).
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir, adalah terlaksananya asuhan segera / rutin pada bayi
baru lahir termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosis,
mengidentifikasi
masalah
dan
kebutuhan
bayi,
mengidentifikasi
diagnosisdan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan
asuhan (Saputra, 2014).
2.
Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan
Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir varney karena
metode
dan
pendekatannya
sistematik
dan
analitik
sehingga
memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.
Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
menurut Hellen Varney (Muslihatun, 2010) adalah sebagai berikut :
a.
Langkah I Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara 27
anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang menurut Varney (Muslihatun, 2010).
Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan
obyektif adalah sebagai berikut (Muslihatun, 2010) :
1)
Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Data
tersebut
dapat
ditentukan
oleh
perawat
secara
independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
a)
Identitas Pasien.
Identitas pasien meliputi :
25
(1) Nama
Untuk mengetahui nama bayi.
(2) Umur
Untuk
mengetahui
umur
bayi
yang
nantinya
disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Pada kasus ikterus derajat III ini terjadi pada bayi
berumur 24 jam pertama (Dewi, 2010).
(3) Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi laki-laki atau
perempuan.
b)
Identitas Penanggung Jawab
(1) Nama Orang Tua.
Untuk mengetahui nama orang tua bayi sebagai
penanggung jawab.
(2) Umur Orang Tua
Untuk mengetahui berapa umur orang tua. Dikaji untuk
mengetahui adanya faktor resiko persalinan.
(3) Jenis Kelamin
Dikaji untuk mengetahui jenis kelamin
(4) Agama
Untuk mengetahui kepercayaan orang tua yang
berhubungan dengan pemberian dukungan spiritual
sesuai kepercayaan.
(5) Pendidikan
Untuk
mengetahui
tingkat
intelektual
yang
berhubungan dengan intelektual orang tua yang
berhubungan dengan pemberian KIE.
(6) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi orang tua
berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi
kebutuhan nutrisi.
(7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal orang tua pasien.
c)
Keluhan Utama pada Bayi
26
Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan ikterus
adalah proses pengkajian kondisi pasien pada saat datang
yaitu dengan keluhan pada hari kedua setelah lahir bayinya
tampak kuning, sehingga timbul kecemasan pada orang
tua (Winkjosastro, 2006).
d)
Pola Nutrisi : dikaji untuk mengetahui pola nutrisi bayi
Apakah bayi minum ASI atau susu formula, dan biasanya
pada bayi dengan ikterik malas menyusu dan tidak mau
menghisap.
2)
Data Obyektif
Data
obyektif
adalah
data
yang
diperoleh
dari
pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien guna menegakkan
diagnosa. Menurut Dewi (2010) pemeriksaan bayi meliputi
pemeriksaan sebagai berikut :
a)
Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah
keadaan umum bayi baik atau tidak, dan biasanya bayi
ikterik keadaan umumnya tampak lemas.
(2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
S : dikaji untuk mengetahui suhu bayi apakah normal
yaitu 36,5°C-37,5°CNatau tidak, dan biasanya pada
bayi ikterik terjadi hipotermi.
N : dikaji untuk mengetahui nadi bayi apakah terjadi
brakikardi
atau
takikardi
normalny
yaitu
120-
160x/menit.
R : dikaji untuk mengetahui pernafasan bayi apakah
normal apa tidak. normalnya yaitu 40-60x/menit.
b)
Pemeriksaan Fisik
Menurut Hidayat (2008), pemeriksaan fisik secara
sistematis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis
yang dimulai dari kepala sampai kakai (head to toe)
pemeriksan fisik sistematis :
(1) Kepala : Ada/tidak caput atau chepal hematom.
27
(2) Muka : Simetris/tidak simetris / nampak kekuningan.
(3) Mata : Sklera dan konjungtiva normal, tampak
kekuningan.
(4) Telinga : simetris, ada bagian kanan dan kiri.
(5) Mulut : Ada atau tidak ada labiopalatoskizis.
(6) Hidung
:
Ada
atau
tidak
ada
polip,
nampak
kekuningan.
(7) Leher : Ada atau tidak ada pembesaran kelenjar,
nampak kekuningan.
(8) Dada : Simetris atau tidak bagian kanan kiri.
(9) Perut : Kembung atau tidak kembung.
(10) Abdomen : kembung atau tidak kembung.
(11) Tali pusat : Terbungkus kassa steril atau tidak.
(12) Punggung : Ada spina bifida atau tidak, nampak
kekuningan.
(13) Ekstremitas : Lengkap atau tidak, nampak kekuningan.
(14) Genetalia : Laki-laki : Testis sudah turun atau belum
,Perempuan : Labia mayor sudah menutupi labia minor
atau belum.
(15) Anus : atresia ani atau tidak.
(16) Refleks : ada tidaknya refleks glabellar, refleks rooting,
refleks sucking, refleks swallowing, refleks tonikneck,
refleks morro, refleks graps, refleks babynsky, refleks
gallant.
b.
Langkah II Interpretasi Data
Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yan benar. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik.
1)
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
dalam lingkup kebidanan menurut Varney (Soepardan, 2008)
Diagnosa : By. Ny.X umur.......jam dengan ikterus patologis.
28
Data Dasar
a)
Data Subyektif :
(1) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal.......
(2) Ibu mengatakan ini anak yang ke.......
(3) Ibu mengatakan belum bisa minum dengan baik
b)
Data Obyektif (Dewi, 2010) :
(1) Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital
pada bayi meliputI nadi, respirasi dan suhu.
(2) Pemeriksaan
inspeksi
meliputi
:
kepala,
dada,
umbilicus sampai paha berwarna kuning.
(3) Pemeriksaan reflek lemah yang terdiri dari reflek
morro, reflek sucking, reflek rooting.
(4) Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hb, golongan
darah serta kadar bilirubin dalam darah (Prawiroharjo,
2005). Pada ikterus derajat III kadar bilirubin > 11
mg/dl.
2)
Masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian dan diagnosa.
Masalah yang sering dijumpai pada bayi ikterus adalah
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan
kadar bilirubin dalam darah (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3)
Kebutuhan
Hal-hal
yang
dibutuhkan
oleh
pasien
dan
belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. Kebutuhan-kebutuhan yang
harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah
oksigen
sesuai
terapi,
pemberian
terapi
yang
cukup,
mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga
supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan hangat (Marmi
dan Rahardjo, 2012).
c.
Langkah III Diagnosa Potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda
dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu
29
pasien untuk mengatasi dan mencegah. Masalah potensial pada
bayi baru lahir dengan ikterus akan muncul apabila kadar bilirubin
semakin meningkat yang akan menyebabkan potensial terjadi
gangguan pemenuhan cairan, potensial terjadi infeksi, potensial
terjadi kern ikterus (Marmi dan Rahardjo, 2012).
d.
Langkah IV Antisipasi
Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah
potensial dan merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potensial tidak terjadi. Antisipasi menurut Prawiroharjo,
(2006) untuk tanda ikterus derajat III pada kasus ini antara lain :
1)
Penurunan
kadar
bilirubin
dengan
cara
mempercepat
metabolism dan pengeluaran bilirubin dengan pemberian agaragar, early feeding, pemberian fenobarbital
2)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
3)
Pemberian terapi sinar untuk mengubah bilirubin menjadi
bentuk yang tidak
toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan
sempurna melalui ginjal dan traktus digestifus
4)
e.
Kolaborasi dengan dokter anak.
Langkah V Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi
(Soepardan, 2008). Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus yaitu :
1)
Observasi keadaan umum dan tanda vital.
2)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan.
3)
Foto Terapi menggunakan lampu 20 watt sebanyak 8-10 buah
yang disusun secara parallel dengan jarak antara lampu dan
bayi kurang lebih 40 cm dilakukan selama 6 jam terapi dan 6
jam istirahat.
4)
Periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium
setiap 8 jam sekali atau paling tidak sekali dalam 24 jam.
5)
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memeberikan
terapi selanjutnya
30
f.
langkah VI Pelaksanaan (Implementasi)
Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien
(Soepardan, 2008).
1.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital.
2.
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
3.
Melakukan foto terapi menggunakan lampu 20 watt sebanyak
8-10 buah yang disusun secara paralel dengan jarak antara
lampu.
g.
Langkah VII evaluasi
Sebuah perbandingan antara hasil yang aktual dengan hasil
yang diharapkan. Dilakukan penelitian apakah rencana tindakan
asuhan yang telah disusun dapat terlaksana dan terpenuhi
kebutuhannya meliputi kebutuhan terpenuhi, kadar bilirubin atau
derajat ikterik menurun, kondisi umum baik, atau kuat, dan bayi
tidak kesulitan dalam menyusu (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
D. Landasan Hukum
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang ijin dana penyelenggaraan praktik
bidan, yaitu :
1.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan meliputi :
a.
Pelayanan kesehatan ibu.
b.
Pelayanan kesehatan anak.
c.
Pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan
dan
keluarga
berencana.
2.
Pasal 11
a.
Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud pasal 9 nomer
2 diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak, balita dan anak pra
sekolah.
b.
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
31
1)
Melakukan asuhan bayu baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin k1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
2)
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk.
3)
Penanganan kegawat daruratan, dilanjut dengan perujukan.
4)
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
5)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
6)
Pemberian konseling dan penyuluhan.
7)
Pemberian surat keterangan kelahiran.
8)
Pemberian surat keterangan kematian.
E. Tinjauan Islam Mengenai Bayi Baru Lahir
Tindakan pada bayi adalah bersegera mengadzaninya ditelinga kanan
dan mengqomatinya pada telinga kiri sebagai bukti kasih sayang dan
menjaga kesucian agar terpelihara, dikhawatirkan dewasanya nanti jika tidak
diadzani dan diqomati pertumbuhan jiwanya akan terganggu dan cenderung
mengikutu hawa nafsu.
Dalam hadits Imam At-Tarmidzi dengan Sanad Dha‟if dari Abi Rafi‟
berkata :‟‟ saya meihat Rasulullah S.A.W beradzan ditelinga Hasan bin Ali
waktu dia dilahirkan oleh Fatimah R.A binti Muhammad (Albani, 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian
Metode
yang
digunakan
dalam
melakukan
pengkajian
untuk
mengumpulkan data pada kasus asuhan kebidanan pada neonatus Ny.A
dengan ikterus derajat III dengan teknik wawancara dan melakukan
observasi.
1.
Wawancara
Wawancara
yaitu
suatu
metode
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden)
atau berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Pada kasus ini wawancara atau Tanya jawab dilakukan dengan
keluarga klien.
2.
Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana antara lain
meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada
kasus ini observasi dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dilakukan
dari ujung rambut sampai ujung kaki dan alat yang di gunakan yaitu
stethoscope, penlight, metline, thermometer, timbangan berat badan,
buku tulis, pulpen dan jam tangan.
B. Tempat dan Waktu Pengkajian
1.
Tempat Pengkajian
a.
RSUD dr. Slamet Garut.
b.
Rumah pasien Kp. Pentas sari RT/RW 03/04 Desa Sukalila
Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
2.
Waktu Pengkajian
Pengkajian dilakukan mulai 17 Maret sampai 22 Maret 2016.
32
33
C. Subjek yang dikaji
Subjek studi kasus adalah seseorang yang akan dikenai kegiatan studi
kasus (Notoatmodjo, 2010), subjek dari studi kasus ini adalah bayi Ny. A
dengan ikterus derajar III di RSUD dr. Slamet Garut.
D. Jenis Data yang digunakan
Jenis data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer
dan data sekunder.
1.
Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari objek
pengkajian oleh pengkaji perorangan atau organisasi (Riwikdodo, 2007).
Penulis mengambil data primer yaitu dengan tanya jawab langsung
pada pasien.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
orang melakukan pengkajian dan sumber yang telah ada (Riwikdodo,
2007). Data yang diambil secara tidak langsung dimana penulis
mendapat data rekam medik RSUD dr. Slamet Garut.
E. Instrumen Pengkajian
Instrument
pengkajian
adalah
alat-alat
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini instrument yang
digunakan penulis yaitu stethoscope, penlight, metline, thermometer,
timbangan berat badan, buku tulis, pulpen dan jam tangan dan
menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
menggunakan alur piker manajemen kebidanan (7 langkah Varney).
34
F.
Tinjauan Kasus
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
DENGAN IKTERUS DERAJAT III DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD dr. SLAMET GARUT TAHUN 2016
Hari, Tanggal Pengkajian : Rabu, 17 Maret 2016
Waktu Pengkajian
: 15.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
Pengkaji
: Rahayu Dwi Lestari
S : Identitas Bayi
Nama bayi
: By Ny A
Umur
: baru lahir
Jenis kelamin
: perempuan
Tanggal lahir
:15 maret 2016
Anak ke
: 6 (enam)
Identitas orang tua
Ibu
Ayah
Nama
: Ny. A
Tn. J
Umur
: 39 Tahun
45 Tahun
Agama
: Islam
Islam
Pendidikan
: SMA
SMA
Pekerjaan
: IRT
Wiraswasta
Alamat
: Kp. Pentas Sari RT/RW 03/04 Desa
Sukalila Kecamatan Cibatu Kabupaten
Garut
Bayi lahir tanggal 15 maret 2016 pukul 08.50 WIB, jenis kelamin
persalinan spontan normal di RSUD dr. Slamet Garut. Kondisi bayi
saat lahir berjenis kelamin perempuan, menangis lemah, warna kulit
kemerahan, gerakan sedikit, dengan BB 2350 gram, LK/LD 30/30 cm,
riwayat kehamilan ibu G6P5A0 hamil 37 minggu. Apgar skor 6-7.
35
Tabel 3.1 Pemeriksaan Apgar Score
Klasifikasi
Apearance (warna kulit)
Pulse (denyut jantung)
Grimace (respon reflek)
Activity (tonus otot)
Respiration(pernafasan)
SCORE
PENILAIAN
MENIT
KE 1
1
2
1
1
1
6
PENILAIAN
MENIT
KE 5
2
2
1
1
1
7
O : Keadaan umum sedang, tangisan kuat, tonus otot lemah, warna kulit
kemerahan, pernafasan 40x/menit, nadi 130x/menit, suhu 36,5°C, BB
2350 gram, PB 47 cm, LK 30 cm, LD 30 cm, LILA 10 cm, kepala : kulit
kepala bersih, rambut berwarna hitam, sutura tidak ada molase, tidak
ada caput sucsadenum, tidak ada cepal hematom, ubun-ubun
cembung, mat : bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
bersih tidak ada pus, refleks glabellar (+), telinga : simetris, ujung atas
telinga sejajar dengan mata, hidung : simetris, tidak ada pengeluaran
abnormal dan polip, mulut : bersih, refleks rooting lemah, refleks
sucking lemah, refleks swallowing (+), tidak ada labio palatoschizis,
leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada
kelenjar tyroid, refleks tonik neck (+), dada : tidak ada retraksi dinding
dada, bunyi jantung regular, aerola coklat,sejajar kiri dan kanan,
abdomen : normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan tali
pusat, genetalia : labia mayora menutupi mabia minora, terdapat
lubang uretra dan lubang vagina, tidak ada kelainan, punggung tidak
ada kelainan, refleks gallant (+), anus : terdapat lubang anus,
mekonium (+), tidak ada kelainan, ekstremitas atas : simetris, jumlah
jari lengkap, kuku tidak sianosis, tidak ada kelainan, refleks graps (+),
ekstremitas bawah : simetris, jumlah jari lengkap, kuku tidak sianosis,
tidak ada kelainan, reflek babynsky (+), warn kulit kemerahan, lanugo
banyak, tidak ada bercak mongol
A :
Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Derajat III
36
P :
Tanggal 15 Maret 2016
Jam : 09.10 WIB
1.
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan, keluarga mengerti.
2.
Mengeringkan bayi menggunakan handuk kering dan selimuti bayi
dengan kain yang bersih dan kering serta penutup kepala.
3.
Pastikan kepala bayi setengah ekstensi
4.
Membersihkan jalan nafas dari mulut < 5 cm dan hidung < 3 cm,
menggunakan suction.
5.
Menjepit tali pusat dengan klem, dan memotong tali pusat dengan
gunting tali pusat dan memasang umbilical klem. Dilakukan.
6.
Menyuntikan vitamin k1 1 mg IM, tidak ada perdarahan.
7.
Memberikan salep mata tetrasiklin 1%, tidak ada reaksi alergi.
8.
Melakukan pencegahan hipotermi dengan memakaikan pakaian
dan membungkus dengan kain yang bersih. Dilakukan.
9.
Menjaga kehangatan bayi. Menyimpan bayi di dalam box
37
Catatan Perkembangan 1
Hari /Tanggal Pengkajian
: 17 Maret 2016
Jam Pengkajian
: 15.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr.Slamet Garut
S :
Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya karena
terlihat Kuning.
O :
Keasan umum sedang, frekuensi jantung 141x/menit, pernafasan
40x/menit, suhu 36,7°C, warna kulit Nampak kuning dari mulai kepala,
Leher, badan sampai paha, tangisan kuat, tonus otot kuat, refleks
rooting dan refleks sucking lemah, tali pusat belum kering.
A :
Neonatus cukup bulan umur 2 hari dengan ikterus patologis
P :
Jam 15.35 WIB
1.
Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang Telah dilakukan kepada bayinya, ibu mengerti.
2.
Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Sudah dilakukan.
3.
Melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
141x/menit, pernafasan 40x/menit, suhu 36,7°C.
4.
Kolaborsi dengan dokter anak untuk pemberian fototerapi, bayi
telah diberikan fototerapi.
5.
Melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasl pemeriksaan
Bilirubin direct
: 3,06 mg%
Bilirubin indirect
: 8,32 mg%
Bilirubin total
: 11,38 mg%
6.
Mengobservasi keadaan umum bayi
7.
Memberikan PASI 30 cc menggunakan dot. PASI telah diberikan
8.
Mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
38
Catatan Perkembangan 2
Hari/Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2016
Jam pengkajian
: 17.00 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S :
Ibu mengatakan bayinya belum ada perkembangan.
O :
Keadaan umum sedang, frekuensi jantung 135x/menit, pernafasan
45x/menit, suhu 37,2°C, refleks menghisap masih lemah, menangis
kuat, tali pusat belum kering, muka, leher, dada, perut dan paha masih
berwarna kuning.
A :
Neonatus cukup bulan umur 3 hari dengan ikterus patologis
P :
Jam 17.05 WIB
1.
Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2.
Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3.
Melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
135x/menit, pernfasan 45x/menit, suhu 37,2°C.
4.
Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
5.
Memberikan PASI sebanyak 30 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
6.
Mengobservasi keadaan bayi.
7.
Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
39
Catatan Perkembangan 3
Hari/Tanggal Pengkajian : 19 Maret 2016
Jam pengkajian
: 16.00 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S :
Ibu mengatakan bayinya masih diberikan fototerapi.
O :
keadaan umum baik, frekuensi jantung 132x/menit, pernafasan
43x/menit, suhu 37,5°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, tali
pusat belum kering, muka, leher, dada sampai umbilicus masih
berwarna kuning.
A :
Neonatus cukup bulan umur 4 hari dengan ikterus patologis.
P :
Jam 16.05 WIB
1.
Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2.
Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3.
Melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
132x/menit, pernfasan 42x/menit, suhu 37,2°C.
4.
Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
5.
Memberikan PASI sebanyak 30 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
6.
Mengobservasi keadaan bayi.
7.
Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
40
Catatan Perkembangan 4
Hari/Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2016
Jam pengkajian
: 16.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S :
Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya, dan masih
terpasang fototerapi.
O :
keadaan umum baik, frekuensi jantung 137x/menit, pernafasan
40x/menit, suhu 37,3°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, tali
pusat sudah kering, muka, leher, dada masih Berwarna kuning.
A :
Neonatus cukup bulan umur 5 hari dengan ikterus patologis.
P :
Jam 16.35 WIB
1.
Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2.
Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3.
Melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
137x/menit, pernfasan 40x/menit, suhu 37,3°C.
4.
Melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium
Bilirubin direct
: 1,56 mg%
Bilirubin indirect
: 6,68 mg%
Bilirubin total
: 8,24 mg%
5.
Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
6.
Memberikan PASI sebanyak 30 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
7.
Mengobservasi keadaan bayi.
8.
Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
41
Catatan Perkembangan 5
Hari/Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2016
Jam pengkajian
: 17.00 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S :
Ibu mengatakan bayinya ada kemajuan dan mulai membaik.
O :
Keadaan umum baik, frekuensi jantung 136x/menit, pernafasan
44x/menit, suhu 37,7°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, muka
masih berwarna kuning.
A :
Neonatus cukup bulan umur 6 hari dengan ikterus patologis.
P :
Jam 17.05 WIB
1.
Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2.
Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3.
Melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
136x/menit, pernfasan 44x/menit, suhu 37,7°C.
4.
Melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium
Bilirubin direct
: 1,0 mg%
Bilirubin indirect
: 5,0 mg%
Bilirubin total
: 6,0 mg%
5.
Pemberian fototerapi 3x6 jam. Terpasang fototerapi.
6.
Memberikan PASI sebanyak 45 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
7.
Mengobservasi keadaan bayi.
8.
Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
42
Catatan Perkembangan 6
Hari/Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2016
Jam pengkajian
: 16.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Ruang Perinatologi RSUD dr. Slamet Garut
S :
Ibu mengatakan bayinya sudah membaik.
O :
keadaan umum baik, frekuensi jantung 131x/menit, pernafasan
46x/menit, suhu 37,4°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, pada
muka sudah tidak terlihat kuning.
A :
Neonatus cukup bulan umur 7 hari dengan riwayat icterus.
P :
Jam 16.35 WIB
1.
Menginformasikan kepada ibu tindakan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan kepada bayinya. Ibu mengerti.
2.
Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, dengan cara
membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering.
Telah di lakukan.
3.
Melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
130x/menit, pernafasan 46x/menit, suhu 37,3°C.
4.
Memberikan PASI sebanyak 45 cc menggunakan dot. Telah
diberikan.
5.
Mengobservasi keadaan bayi.
6.
Fototerapi telah dihentikan sesuai advis dokter anak.
7.
Bayi diperbolehkan pulang.
8.
Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
43
Catatan Perkembangan 7
Hari/Tanggal Pengkajian
: 29 Maret 2016
jam pengkajian
: 08.30 WIB
Tempat Pengkajian
: Rumah Pasien
S :
Ibu mengatakan bayinya semakian membaik, memnangis kuat dan
sering diberikan ASI.
O :
Keadaan umum baik, frekuensi jantung 135x/menit, pernafasan
46x/menit, suhu 37,2°C, refleks menghisap (+), menangis kuat, warna
kulit kemerahan, tonus otot membaik, BB 2530 gram.
A :
Neonatus cukup bulan umur 14 hari fisiologis.
P :
Jam 08.35 WIB
1.
Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan bayinya baik.
2.
Tetap menjaga kehangatan bayi dengan menggunakan baju dan
popok.
3.
Melakukan
135x/menit,
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
denyut
jantung
pernafasan 46x/menit, suhu 37,2°C, berat badan
2530 gram.
4.
Menginformasikan kepada ibu agar sesering mungkin memberikan
ASI kepada bayinya setiap 1-2 jam sekali dan membangunkannya
apabila bayinya tidur terus. Ibu mengerti.
5.
Menginformasikan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya
pada bayi. Ibu mengerti.
6.
Menginformasikan kepada ibu mengenai imunisasi dasar pada
bayi. Ibu mengerti.
Pengkaji
Rahayu Dwi Lestari
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hikmah. (2008). Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al-mu’minun ayat 12-14.
Jakarta: Diponogoro,Cet.
. Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al-baqarah ayat 10. Jakarta:
Diponogoro, Cet. 5.
. Al-Quran dan terjemahnya, QS. Al-baqarah ayat 233. Jakarta:
Diponogoro, Cet. 5.
Albani,
A.A.
Nasirudin.
(2007)
[internet]
tersedia
dalam
https://keluargamuslim.wordpress.com/2007/07/19/hadits-adzan-daniqomah-bagi-bayi-yang-baru-lahir-hadist-lemah/.
Depkes RI. (2012 a). Angka Kematian Bayi di Indonesia. http://www.depkes.go.id
[diaskes 20 oktober 2014].
. (2012 b). Angka Kematian ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN
(internet).
Tersedia
dalam
https://midwifecare.wordpress.com/2012/02/21/sekitar-02-30/. [diaskes 21
Februari 2012].
. (2014) Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat : DepKes.
Dewi, N.L.V. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Fraser, Diana M., Cooper, Margaret A. (2011) Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta :
EGC.
Hidayat, A.A. (2008) Asuhan Neonatus, bayi dan balita. Jakarta : EGC.
Irawati, T.P (2013) Ikterus Fisiologis [internet]. Tersedia dalam
www.kerjanyata.net/faq/4653.ikterus-neonaturum.html.
[diaskes
09
November 2014].
Manuba, IGB.(2007) Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
dan Obstetri Ginekologi Social untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.
. IGB. (2010) Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
dan obstetric Ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta : EGC
Marmi dan Rahardjo, K., (2012) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Maryanti, D. (2011) Buku Ajaran Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : TIM.
Muslihatun, W.F. (2010) konsep dasar asuhan pada neonatus. Yogyakarta:
Fitramaya.
50
51
Norma, I. (2013) Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. S dengan Ikterus Derajat III di
RSUD Assalam Gembolong Sragen [internet]. Tersedia dalam
digikb.Stikeskusumahusada.ac.id. [diaskes 8 Februari 204].
Notoatmodjo, S. (2010) Metode dan Teknik Pengumpulan Data (internet)..
tersedia dalam http//salimafarma.blogspot.com. [diaskes 5 Mei 2011].
Nursalam, Susilaningrum, R., Utami, S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Paulette. (2007). Asuhan Neonatus. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S (2006) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
.(2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Puspitasari, R.D,. Sumarno, Susatia, B. (2006) dalam jurnal Pengaruh Paparan
Sinar Matahari Pagi terhadap Penurunan Tanda pada Ikterus Neonatorum
Fisiologis
[internet].
http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/artikel/view/1252/854 [diaskes 6
Desember 2006].
Riwikdodo. (2007) dalam laila,F. (2013) Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. S
dengan Ikterus Derajat II di RSUD Assalam Gembolong Sragen (internet).
Tersedia dalam digikb.stikeskusumahusada.ac.id. (diaskes 5 Januari
2014).
Rosyada, A.D. (2013) dalam KTI berjudul Askeb Bayi Baru Lahir dengan Ikterus
Patologis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta [internet].
Rukiyah, A.Y., Yulianti, L.Y. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :
Trans Info Medika.
Saputra, L. (2014) Catatan Ringkasan Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Jakarta: Binarupa Aksara Publiser.
Simatupang, E.J. (2008) Manajemen Kebidanan. Jakarta;EGC.
Soepardan, S.H. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sudarti, I.S (2014). Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Risiko Tinggi,
Yogyakarta : Nuha medika.
Surasmi, Handayani. (2008) Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : ECG.
Winkjosastro. (2006) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
. (2007) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Download