tingkat literasi media pada mahasiswa

advertisement
TINGKAT LITERASI MEDIA PADA MAHASISWA
(Studi Deskriptif Pengukuran Tingkat Literasi Media Berbasis Individual
Competence Framework Pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi
USU)
Oleh:
Rebekka Purba
090904090
ABSTRACT
The study is titled “Literacy Media Levels Based on Individual Competence
Framework for Communication Science Student”. This research use the
descriptive analyse, to describe the fact and character carefully. The aim of this
researh is to see how the lieracy media levels on communication science USU
student. Theory which is relevan with the research are mass communication and
litercay media. All population in this research is 395 people and use 152 sample
based on Surakhmat’s sample retraction formula. Retraction sample technic is
using proportional stratitified sampling and random sampling that all population
have the same oportunity as a sample. This research used a questioner that
arranged by indicator based on individual comptence framework. Then, all
information and data analysed by singular table used SPSS (Statistical Product
Service Solution) 13.0. The result showed that the litercay media communication
science USU student levels is medium levels. This result means that the individual
knows how to obtain and evaluate the information required, he evaluates the
information search strategies, but they must increase their abilityto analyse and
evaluated the information. Literacy media educated is so crucial in this mediasaturated era especially for communication science student to make them
responsive to all information around them carefully.
Keyword: Literacy Media, Individual
Communication, Literacy Media Level
Competence
Framework,
Mass
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Media massa dan masyarakat dewasa ini sepertinya sudah menjadi dua hal
yang tidak dapat dipisahkan lagi. Media massa merupakan salah satu kekuatan
yang sangat mempengaruhi manusia di abad ini. Media ada di sekeliling kita,
mendominasi kehidupan dan cara berpikir kita bahkan mempengaruhi emosi serta
pertimbangan kita. Setelah terjadi perubahan tatanan politik di Indonesia, yang
populer dengan sebutan reformasi, dunia media massa mengalami perubahan yang
mendasar. Bukan hanya terjadi peningkatan jumlah media massa (cetak dan
1
elektronik) melainkan juga terjadi perubahan sifat dan keragaman isi media massa
secara kualitatif.
Hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi dan sesak-media
(media-saturated world) pada dasarnya membuat setiap orang harus waspada
pada setiap informasi yang disampaikan. Akibat dari perkembangan media massa
seperti itu, masyarakat Indonesia mesti berhadapan dengan kondisi-kondisi baru,
sejalan dengan kebebasan media massa yang dijalankan saat ini. Banyak orang
yang khawatir akan informasi yang disampaikan melalui media, sehingga banyak
muncul keluhan dari berbagai pihak. Sulit untuk mengubah sebuah format dari
produk media yang kini sudah banyak beredar baik itu melalui radio, surat kabar,
televisi maupun internet. Sehingga yang diperlukan kini adalah penguatan pada
orang-orang yang mengkonsumsi media tersebut melalui sebuah upaya
memahami media yang lebih baik yaitu literasi media. Dalam konteks ini,
pendidikan media untuk mencapai melek media dapat dipandang sebagai salah
satu upaya memberi kekuatan dan titik acuan intelektual yang diperlukan untuk
memahami dunia disekitarnya. Dalam kaitannya dengan literasi media, konsep
pendidikan ini mempersiapkan masyarakat untuk bisa hidup dalam dunia sesakmedia. Kemudahan mengakses informasi tak akan banyak artinya bila kemudian
tidak diimbangi dengan literasi media. Persiapan itu diperlukan karena media
massa bukan hanya melaporkan apa yang terjadi melainkan juga mempengaruhi
khalayaknya. Literasi media merupakan upaya pembelajaran bagi khalayak media
sehingga menjadi khalayak yang berdaya hidup di tengah dunia yang disebut
dunia sesak-media (media-saturated) (Iriantara, 2009).
Sebelum merancang akan adanya sebuah pendidikan media, penting untuk
mengetahui tingkat literasi media dari sebuah khalayak, sehingga kita dapat
melihat seberapa pentingnya literasi media itu bagi khalayak. Dan untuk
mengukur tingkat literasi media pada seseorang, dapat digunakan berdasarkan
indikator-indikator yang terdapat pada Individual Competence Framework
(Kerangka kompetensi). Sebuah kerangka yang sudah digunakan untuk mengukur
tingkat literasi media pada masyarakat di beberapa negara Eropa. Individual
Competence Framework adalah kemampuan seseorang untuk mengggunakan dan
memanfaatkan media yang dilihat berdasarkan kompetensi personal (Personal
Competence) dan kompetensi sosial (Social Competence) seseorang.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual dan pembawa perubahan (agent of
change) sesuai dengan poin ketiga dari Tridharma Perguruan Tinggi yaitu
pengabdian yang nantinya akan mengabdikan dirinya bagi masyarakat, bangsa
dan negara sudah seharusnya memiliki konsep literasi media yang baik dalam
menghadapi tantangan perkembangan media massa sehingga dapat memberikan
kontribusi yang baik bagi masyarakat. Literasi media membuat kita dapat melihat
dengan jelas antara batasan dunia nyata dan dunia maya yang diciptakan oleh
media. Dan konsep literasi media yang baik dari mahasiswa akan mampu
membantu masyarakat untuk memahami informasi yang sehat serta
perkembangan media massa secara negatif maupun positif dapat diaplikasikan
secara benar dan baik dan bermanfaat bagi khalayak. Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan
literasi media pada mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
2
Politik (FISIP) departemen ilmu Komunikasi yang pasti tidak pernah terlepas dari
tuntutan untuk menggunakan dan mengakses informasi dari berbagai media massa
dan yang nantinya akan bersentuhan dengan kehidupan sosial. Pengukuran tingkat
literasi media pada mahasiswa Ilmu Komunikasi ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam mengembangkan program-program pendidikan yang berkaitan dengan
peningkatan konsep literasi media di perguruan tinggi pada mahasiswa.
Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kemampuan literasi media pada mahasiswa FISIP USU
departemen Ilmu Komunikasi yang diukur dengan indikator-indikator yg terdapat
dalam Individual Competence Framework ?
URAIAN TEORITIS
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang
dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya
terhadap mereka. Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah
dikemukakan oleh para ahli ilmu komunikasi. Dari sekian banyak definisi ada
benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik).
Komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang
berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh
ciri khas institutionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang
sebenarnya). Komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Komunikator terlembagakan
Pesan bersifat umum
Komunikannya anonim dan heterogen
Media massa menimbulkan keserempakan
Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Komunikasi bersifat satu arah
Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Literasi Media
Menurut National Leadership Conference on Media Education
menyatakan literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi
dan mengkomunikasikan pesan dalam pelbagai bentuknya. Sementara itu, pasal
52 Undang-undang No.32/2003 tentang Penyiaran memaknai literasi media
3
sebagai “kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat”
(Iriantara, 2009:25). Pada sisi lain, pendidikan media merupakan bentuk
pemberdayaan khalayak media. Hal ini sesungguhnya terkait dengan tujuan
pendidikan media yang tidak lagi bertujuan untuk melindungi khalayak media
sebagai konsumen produk yang dihasilkan industri media, tetapi juga
mempersiapkan khalayak sebagai konsumen media untuk hidup di dunia yang
dunia sosialnya sangat bergantung pada media massa. Karena itu, salah satu
prinsip dalam pendidikan media atau literasi media adalah memberdayakan
khalayak. Disebut memberdayakan, karena dalam pandangan Brow (Iriantara
2009:13), “literasi media menjadi kompas baru dalam mengarungi dunia media.”
Karena, dalam penilaian Brow, “bila orang tidak diberdayakan, maka orang akan
menjadi korban media.”
Tujuan literasi media adalah memberi kita kontrol yang lebih besar atas
interpretasi karena semua pesan media merupakan hasil konstruksi. Berkenaan
dengan pemberdayaan khalayak media untuk membangun khalayak yang berdaya
tersebut, kita akan kembali melihat tujuan dan aliran pendidikan media untuk
mencapai melek-media. Dari sisi tujuan literasi media, ada dua pandangan yang
berbeda yang sama-sama memiliki pengaruh di kalangan praktisi pendidikan
media/literasi media. Pandangan pertama yang disebut kelompok proteksionis
menyatakan, pendidikan media /literasi media dimaksudkan untuk melindungi
warga masyarakat sebagai konsumen media dari dampak negatif media massa.
Pandangan kedua yang disebut preparasionis yang menyatakan bahwa literasi
media merupakan upaya mempersiapkan warga masyarakat untuk hidup di dunia
yang sesak-media agar mampu menjadi konsumen media yang kritis. Artinya,
dalam pandangan kelompok preparasionis, warga masyarakat secara umum perlu
diberi bekal kompetensi melek media untuk bisa mengambil manfaat dari
kehadiran media massa.
Individual Competence Framework
Kemampuan literasi media dapat diukur dengan menggunakan Individual
Competence Framework dalam Final Report Study on Assessment Criteria for
Media Literacy Levels tahun 2009 yang dilaksanakan oleh European Commision.
Sebelumnya framework tersebut digunakan untuk mengukur tingkat literasi media
pada masyarakat di negara-negara Uni Eropa.
Individual Competence adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
dan memanfaatkan media. Di antaranya kemampuan untuk menggunakan,
memproduksi, menganalisis dan mengkomunikasikan pesan melalui media.
Individual competence ini terbagi dalam dua kategori:
1. Personal competence, yaitu kemampuan seseorang dalam
menggunakan media dan menganalisis konten-konten media. Personal
competence ini terdiri dari dua kriteria, yaitu:
a. Technical skills, yaitu kemampuan teknik dalam menggunakan
media. Artinya, seseorang mampu mengoperasikan media dan
memahami semua jenis instruksi yang ada didalamnya. Technical
skills ini mencakup beberapa kriteria, yaitu :
4
1) Kemampuan untuk menggunakan komputer dan internet
2) Kemampuan untuk menggunakan media secara aktif
3) Kemampuan menggunakan internet yang tinggi
b. Critical understanding, yaitu kemampuan kognitif dalam
menggunakan media seperti kemampuan memahami, menganalisis
dan mengevaluasi konten media. Kriterianya antara lain:
1) Kemampuan memahami konten dan fungsi media
2) Memiliki pengetahuan tentang media dan regulasi media
3) Perilaku pengguna dalam menggunakan media
2. Social competence, yaitu kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi dan membangun relasi sosial lewat media serta
mampu memproduksi konten media. Social competence ini terdiri
dari Communicative abilities, yaitu kemampuan komunikasi dan
partisipasi melalui media. Communicative abilities ini mencakup
kemampuan untuk membangun relasi sosial serta berpartisipasi
dalam lingkungan masyarakat melalui media. Selain itu
communicative abilities ini juga mencakup kemampuan dalam
membuat dan memproduksi konten media mengukur tingkat
kemampuan literasi media. Communicative abilities ini mencakup
beberapa kriteria, yaitu :
1) Kemampuan berkomunikasi dan membangun relasi sosial
melalui media.
2) Kemampuan berpartisipasi dengan masyarakat melalui
media
3) Kemampuan untuk memproduksi dan mengkreasikan
konten media
Setelah mengetahui bobot tiap komponen penilaian literasi media tersebut,
selanjutnya adalah menganalisis hasil perhitungan kuesioner dan memadukannya
dengan bobot masing-masing komponen. Hasil perhitungan tersebut selanjutnya
akan menentukan tingkat kemampuan literasi media. Dalam hal ini, tingkat
kemampuan literasi media dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu basic, medium,
dan advanced.
1. Basic, kemampuan dalam mengoperasikan media tidak terlalu tinggi,
kemampuan dalam menganalisis konten media tidak terlalu baik dan
kemampuan berkomunikasi lewat media terbatas. Nilai untuk tingkat
kemampuan basic ini adalah di bawah 70.
2. Medium, kemampuan mengoperasikan media cukup tinggi, kemampuan
dalam menganalisis dan mengevaluasi konten media cukup bagus, serta
aktif dalam memproduksi konten media dan berpartisipasi secara sosial.
Nilai untuk tingkat kemampuan medium ini adalah 70-130
3. Advanced, kemampuan mengoperasikan media sangat tinggi, memiliki
pengetahuan yang tinggi sehingga mampu menganalisis konten media
5
secara mendalam, serta mampu berkomunikasi secara aktif melalui media.
Nilai untuk tingkat kemampuan ini adalah di atas 130.
METODOLOGI PENELITIAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara yang terletak di jalan
Prof A.Sofyan No.1 Kampus USU Medan, Sumatera Utara.Dan dalam
perkembangannya pada tahun 1994-1997 jurusan Ilmu Komunikasi membuka dua
program studi yaitu program studi Public Relations (Humas) dan program studi
jurnalistik (Komunikasi Massa). Pada tahun ajaran 2001/2002, berdasarkan Surat
Keputusan Rektor No. 2162/ J05/TU/2001 Departemen Ilmu Komunikasi
membuka Program Ektensi Ilmu Komunikasi.Setelah berhasil membuka Program
Ekstensi, pada tahun ajaran 2004/2005 Departemen Ilmu Komunikasi membuka
Program Reguler Mandiri
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yang
bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan
apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran
tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin, 2005:36). Penelitian
deskriptif hanyalah memaparkan situasi ataupun peristiwa penelitian, tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera
Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Departemen Ilmu Komunikasi program
reguler S-1 yang masih aktif kuliah di kampus yakni sebanyak 395 orang yang
terdiri dari angkatan 2010, 2011 dan 2012 karena angkatan 2009 dan 2008 sudah
tidak memiliki mata kuliah lagi dan jarang memiliki aktivitas di kampus.Sampel
rumus perhitungan besaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus dari Surakhmat (Riduwan, 2009:100) sebagai berikut:
n = 15% +
1000 −𝑁
1000 −100
(50% - 15%)
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah:
1000 −395
n= 15%+ 1000 −100 (50% - 15%)
6
= 15% + (0,672) (35%)
= 15%+23,5%
= 38,5%
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 38,5% x 395 = 152,07 dibulatkan
menjadi 152 orang.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan
gambaran mengenai situasi atau kejadian. Data yang terkumpul baik itu data
primer maupun sekunder akan disusun dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel
tunggal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisis data yang berbentuk analisis tabel tunggal,
maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan yang berguna untuk melihat hasil
temuan peneliti yang nantinya melalui pembahasan ini dapat ditarik sebuah
kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, peneliti akan membahas hasil dari
penelitian ini melalui indikator-indikator yang terdapat dalam Individual
Competence Framework yang terbagi menjadi dua bagian yaitu personal
competence dan social competence. Personal competence, yaitu kemampuan
seseorang dalam menggunakan media dan menganalisis konten-konten media.
Personal competence ini dapat dilihat dari dua kriteria yaitu yang pertama
adalah technical skills, yaitu kemampuan teknik dalam menggunakan media.
Artinya seseorang mampu mengoperasikan media dan memahami semua jenis
instruksi yang ada di dalamnya, yang dapat dilihat dari kemampuan untuk
menggunakan komputer dan internet, kemampuan untuk menggunakan media
secara aktif dan menggunakan internet yang tinggi. Dalam poin technical skills
ini, peneliti melihat kemampuan responden dalam mengoperasikan media sudah
cukup baik baik itu melalui internet, televisi, buku, radio maupun bioskop.
Walaupun peneliti melihat kecenderungan bahwa responden menggunakan semua
media itu sebagai alat hiburan semata. Dapat dilihat dari kurangnya responden
dalam membaca berita di surat kabar, lebih banyak membaca komik dan novel
dan lebih banyak mengunjungi jejaring sosial ketika membuka internet.
Poin kedua dalam personal competence adalah critical understanding,
yaitu kemampuan kognitif dalam menggunakan media serta kemampuan untuk
memahami, menganalisis dan mengevaluasi konten media, kriterianya antara lain
kemampuan memahami konten dan fungsi media, memiliki pengetahuan tentang
media dan regulasi media dan perilaku pengguna dalam menggunakan media.
Pada kriteria memiliki pengetahuan tentang media serta regulasinya responden
masih sangat kurang, dilihat dari hampir semua responden tidak mengetahui
institusi yang mengatur kebijakan penyiaran di televisi dan di internet. Perilaku
responden dalam menggunakan media juga masih kurang baik, dapat dilihat dari
masih banyaknya responden yang tidak menyertakan hak cipta atau sumber ketika
mengutip, serta masih jarangnya responden memeriksa situs sebelum
memasukkan data pribadi ke dalamnya.
7
Kriteria kedua dalam Individual Competence Framework ini adalah social
competence, kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan membangun relasi
sosial lewat media serta mampu memproduksi konten media. Social competence
ini terdiri dari communicative abilities, yaitu kemampuan berkomunikasi dan
partisipasi melalui media khususnya internet. Communicative abilities ini
mencakup beberapa kriteria yaitu kemampuan berkomunikasi dan membangun
relasi sosial melalui media, dan kemampuan untuk memproduksi dan
mengkreasikan konten media. Pada poin ini tingkat kemampuan responden dalam
memanfaatkan media terkhusus internet sudah cukup baik, dapat dilihat dari
bagaimana responden membangun relasi melalui akun jejaring sosial walaupun
untuk menjalin kerjasama sosial atau kebudayaan responden masih sangat kurang.
Setelah itu, peneliti melakukan perhitungan tingkat literasi media sesuai
dengan pembobotan yang sudah dibahas pada bab II. Masing-masing komponen
dalam individual competence framework memiliki bobot yang berbeda. Dalam
individual competence, bobot personal competence adalah 77%. Bobot untuk
masing-masing kriteria dalam personal competence terdiri dari critical
understanding sebanyak 33% dan technical skills (use) 67%. Pembobotan pada
technical skills terdiri dari aktivitas menggunakan komputer (50%), penggunaan
ineternet (50%) menonton televisi (20%), mendengarkan radio (10%), membaca
surat kabar (25%), menonton ke bioskop (15%), membaca buku (30%),
penggunaan paket internet (35%), membaca berita di internet (26%), serta
penggunaan internet untuk transaksi bank, pulsa dan tagihan listrik (39%). Peneliti
melakukan penghitungan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan yaitu 70
untuk basic, 100 untuk medium dan 130 untuk advanced. Nilai yang ada dikalikan
sesuai dengan jawaban responden, dibagi dengan jumlah responden dan dikalikan
sesuai dengan bobot yang ada. Sehingga didapatlah hasil perhitungan sebagai
berikut:
Technical skills
= 79,30 x 67%
= 53,13
Untuk critical understanding dilihat dari pemahaman responden akan
regulasi penyiaran (20%), regulasi internet (20%), kepemilikan media (20%),
memeriksa situs sebelum memasukkan data pribadi (30%), menghubungkan
setiap informasi yang ada (40%) pemahaman mengenai perbedaan editorial,
iklan, berita, dan opini (15%), mengetahui jam tayang yang layak untuk anakanak (10%) dan pernah melaporkan pelanggaran yang ditemukan di televisi atau
di internet (10%) Bobot critical understanding adalah 33%, sehingga didapatlah
hasil sebagai berikut:
Critical understanding
= 92,74 x 33%
= 30,60
Jadi, nilai untuk personal competence adalah
= (53,13 + 30,60) x 77%
= 83,73 x 77% = 64,74
Sementara itu untuk nilai social competence yang indikatornya terdiri dari
communicative ability dapat dilihat dari penilaian kepemilikan akun jejaring
sosial, penggunaan jejaring sosial untuk berinteraksi dan penggunaannya dalam
kerjasama sosial dan budaya. Bobot social competence adalah 23%, sehingga
didapatlah hasil perhitungan sebagai berikut:
8
Social competence
= 109,17 x 23%
= 25,10
Jadi, tingkat literasi media mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU
berdasarkan individual competence framework adalah 64,74 + 25,10 = 89,84.
Dapat disimpulkan berdasarkan angka yang diperoleh, tingkat literasi media
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU berada pada tingkat medium.
Melalui pembahasan di atas mengenai indikator yang sudah dijelaskan
serta analisis yang peneliti dapatkan, dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi
media mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU program s-1 reguler berada pada
tingkat medium. Yang artinya, kemampuan mengoperasikan media sudah cukup
baik dan tinggi, kemampuan mengevaluasi dan menganalisa konten media cukup
baik serta aktif berpartisipasi secara sosial melaui media walaupun masih ada
beberapa hal yang masih kurang sehingga perlu untuk ditingkatkan lagi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Literasi media sebagai sebuah langkah awal untuk cerdas menggunakan
media sangat penting untuk dimiliki oleh khalayak sekarang ini mengingat
banyaknya ragam media serta informasi yang bermunculan.
2. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dituntut untuk memiliki literasi
media yang baik yang artinya cerdas dalam menggunakan media dan
menganalisis informasi yang didapat dari media.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi media
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU program reguler S-1 berada di
tingkat medium, yang berarti kemampuan untuk mengoperasikan dan
menggunakan media, mengevaluasi serta berpasrtisipasi didalam media
sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan
kembali.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
1. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, akan sangat penting bagi
setiap orang untuk memiliki literasi media yang baik terkhusus untuk
mahasiswa. Diharapkan perguruan tinggi menjadikan literasi media
sebagai sebuah mata kuliah ataupun kurikulum bagi mahasiswa dan bagi
Departemen Ilmu Komunikasi agar meningkatkan materi mengenai literasi
media dalam perkuliahan.
2. Diharapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi, sebagai kaum terpelajar dan
intelektual yang sudah mengerti mengenai literasi media dapat
membagikan serta mengaplikasikan apa yang sudah didapat selama duduk
sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi baik itu di masyarakat maupun
dalam pekerjaan serta nilai-nilai positifnya sehingga khalayak dapat cerdas
dalam menggunakan dan mengerti informasi yang disampaikan oleh
media.
9
3. Kampus sebagai tempat mahasiswa menuntut ilmu dapat dijadikan tempat
untuk membagikan mengenai pendidikan media kepada mahasiswa
melalui cara-cara yang kreatif dan efektif.
4. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang ingin
meneliti dan mengembangkan penelitian tingkat literasi media berbasis
Individual Competence Framework.
DAFTAR REFERENSI
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Masduki & Nazaruddin, Muzayin. 2008. Media, Jurnalisme dan Budaya Populer.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press
Nawawi, Hadari & Hadari, Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Cespur
Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial.Bandung: Refika Aditama
Singarimbun, Masri. 1998. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Sumber Jurnal:
EuropeanCommission. (2009). Study on Assessment Criteria for Media Literacy
Levels. Brussels.
Lutviah, I.K.2011.Pengukuran Tingkat Literasi Media Berbasis Individual
Competence Framework: Studi Kasus Mahasiswa Universitas Paramadina. Jurnal
Universitas Paramadina.
10
Download