TINGKAT LITERASI MEDIA PADA MAHASISWA (Studi Deskriptif Pengukuran Tingkat Literasi Media Berbasis Individual Competence Framework Pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi USU) Oleh: Rebekka Purba 090904090 ABSTRACT The study is titled “Literacy Media Levels Based on Individual Competence Framework for Communication Science Student”. This research use the descriptive analyse, to describe the fact and character carefully. The aim of this researh is to see how the lieracy media levels on communication science USU student. Theory which is relevan with the research are mass communication and litercay media. All population in this research is 395 people and use 152 sample based on Surakhmat’s sample retraction formula. Retraction sample technic is using proportional stratitified sampling and random sampling that all population have the same oportunity as a sample. This research used a questioner that arranged by indicator based on individual comptence framework. Then, all information and data analysed by singular table used SPSS (Statistical Product Service Solution) 13.0. The result showed that the litercay media communication science USU student levels is medium levels. This result means that the individual knows how to obtain and evaluate the information required, he evaluates the information search strategies, but they must increase their abilityto analyse and evaluated the information. Literacy media educated is so crucial in this mediasaturated era especially for communication science student to make them responsive to all information around them carefully. Keyword: Literacy Media, Individual Communication, Literacy Media Level Competence Framework, Mass PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Media massa dan masyarakat dewasa ini sepertinya sudah menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan lagi. Media massa merupakan salah satu kekuatan yang sangat mempengaruhi manusia di abad ini. Media ada di sekeliling kita, mendominasi kehidupan dan cara berpikir kita bahkan mempengaruhi emosi serta pertimbangan kita. Setelah terjadi perubahan tatanan politik di Indonesia, yang populer dengan sebutan reformasi, dunia media massa mengalami perubahan yang mendasar. Bukan hanya terjadi peningkatan jumlah media massa (cetak dan 1 elektronik) melainkan juga terjadi perubahan sifat dan keragaman isi media massa secara kualitatif. Hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi dan sesak-media (media-saturated world) pada dasarnya membuat setiap orang harus waspada pada setiap informasi yang disampaikan. Akibat dari perkembangan media massa seperti itu, masyarakat Indonesia mesti berhadapan dengan kondisi-kondisi baru, sejalan dengan kebebasan media massa yang dijalankan saat ini. Banyak orang yang khawatir akan informasi yang disampaikan melalui media, sehingga banyak muncul keluhan dari berbagai pihak. Sulit untuk mengubah sebuah format dari produk media yang kini sudah banyak beredar baik itu melalui radio, surat kabar, televisi maupun internet. Sehingga yang diperlukan kini adalah penguatan pada orang-orang yang mengkonsumsi media tersebut melalui sebuah upaya memahami media yang lebih baik yaitu literasi media. Dalam konteks ini, pendidikan media untuk mencapai melek media dapat dipandang sebagai salah satu upaya memberi kekuatan dan titik acuan intelektual yang diperlukan untuk memahami dunia disekitarnya. Dalam kaitannya dengan literasi media, konsep pendidikan ini mempersiapkan masyarakat untuk bisa hidup dalam dunia sesakmedia. Kemudahan mengakses informasi tak akan banyak artinya bila kemudian tidak diimbangi dengan literasi media. Persiapan itu diperlukan karena media massa bukan hanya melaporkan apa yang terjadi melainkan juga mempengaruhi khalayaknya. Literasi media merupakan upaya pembelajaran bagi khalayak media sehingga menjadi khalayak yang berdaya hidup di tengah dunia yang disebut dunia sesak-media (media-saturated) (Iriantara, 2009). Sebelum merancang akan adanya sebuah pendidikan media, penting untuk mengetahui tingkat literasi media dari sebuah khalayak, sehingga kita dapat melihat seberapa pentingnya literasi media itu bagi khalayak. Dan untuk mengukur tingkat literasi media pada seseorang, dapat digunakan berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada Individual Competence Framework (Kerangka kompetensi). Sebuah kerangka yang sudah digunakan untuk mengukur tingkat literasi media pada masyarakat di beberapa negara Eropa. Individual Competence Framework adalah kemampuan seseorang untuk mengggunakan dan memanfaatkan media yang dilihat berdasarkan kompetensi personal (Personal Competence) dan kompetensi sosial (Social Competence) seseorang. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dan pembawa perubahan (agent of change) sesuai dengan poin ketiga dari Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian yang nantinya akan mengabdikan dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara sudah seharusnya memiliki konsep literasi media yang baik dalam menghadapi tantangan perkembangan media massa sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat. Literasi media membuat kita dapat melihat dengan jelas antara batasan dunia nyata dan dunia maya yang diciptakan oleh media. Dan konsep literasi media yang baik dari mahasiswa akan mampu membantu masyarakat untuk memahami informasi yang sehat serta perkembangan media massa secara negatif maupun positif dapat diaplikasikan secara benar dan baik dan bermanfaat bagi khalayak. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan literasi media pada mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan 2 Politik (FISIP) departemen ilmu Komunikasi yang pasti tidak pernah terlepas dari tuntutan untuk menggunakan dan mengakses informasi dari berbagai media massa dan yang nantinya akan bersentuhan dengan kehidupan sosial. Pengukuran tingkat literasi media pada mahasiswa Ilmu Komunikasi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan program-program pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan konsep literasi media di perguruan tinggi pada mahasiswa. Rumusan Masalah Bagaimana tingkat kemampuan literasi media pada mahasiswa FISIP USU departemen Ilmu Komunikasi yang diukur dengan indikator-indikator yg terdapat dalam Individual Competence Framework ? URAIAN TEORITIS Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli ilmu komunikasi. Dari sekian banyak definisi ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institutionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Komunikator terlembagakan Pesan bersifat umum Komunikannya anonim dan heterogen Media massa menimbulkan keserempakan Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Komunikasi bersifat satu arah Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Literasi Media Menurut National Leadership Conference on Media Education menyatakan literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan dalam pelbagai bentuknya. Sementara itu, pasal 52 Undang-undang No.32/2003 tentang Penyiaran memaknai literasi media 3 sebagai “kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat” (Iriantara, 2009:25). Pada sisi lain, pendidikan media merupakan bentuk pemberdayaan khalayak media. Hal ini sesungguhnya terkait dengan tujuan pendidikan media yang tidak lagi bertujuan untuk melindungi khalayak media sebagai konsumen produk yang dihasilkan industri media, tetapi juga mempersiapkan khalayak sebagai konsumen media untuk hidup di dunia yang dunia sosialnya sangat bergantung pada media massa. Karena itu, salah satu prinsip dalam pendidikan media atau literasi media adalah memberdayakan khalayak. Disebut memberdayakan, karena dalam pandangan Brow (Iriantara 2009:13), “literasi media menjadi kompas baru dalam mengarungi dunia media.” Karena, dalam penilaian Brow, “bila orang tidak diberdayakan, maka orang akan menjadi korban media.” Tujuan literasi media adalah memberi kita kontrol yang lebih besar atas interpretasi karena semua pesan media merupakan hasil konstruksi. Berkenaan dengan pemberdayaan khalayak media untuk membangun khalayak yang berdaya tersebut, kita akan kembali melihat tujuan dan aliran pendidikan media untuk mencapai melek-media. Dari sisi tujuan literasi media, ada dua pandangan yang berbeda yang sama-sama memiliki pengaruh di kalangan praktisi pendidikan media/literasi media. Pandangan pertama yang disebut kelompok proteksionis menyatakan, pendidikan media /literasi media dimaksudkan untuk melindungi warga masyarakat sebagai konsumen media dari dampak negatif media massa. Pandangan kedua yang disebut preparasionis yang menyatakan bahwa literasi media merupakan upaya mempersiapkan warga masyarakat untuk hidup di dunia yang sesak-media agar mampu menjadi konsumen media yang kritis. Artinya, dalam pandangan kelompok preparasionis, warga masyarakat secara umum perlu diberi bekal kompetensi melek media untuk bisa mengambil manfaat dari kehadiran media massa. Individual Competence Framework Kemampuan literasi media dapat diukur dengan menggunakan Individual Competence Framework dalam Final Report Study on Assessment Criteria for Media Literacy Levels tahun 2009 yang dilaksanakan oleh European Commision. Sebelumnya framework tersebut digunakan untuk mengukur tingkat literasi media pada masyarakat di negara-negara Uni Eropa. Individual Competence adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memanfaatkan media. Di antaranya kemampuan untuk menggunakan, memproduksi, menganalisis dan mengkomunikasikan pesan melalui media. Individual competence ini terbagi dalam dua kategori: 1. Personal competence, yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan media dan menganalisis konten-konten media. Personal competence ini terdiri dari dua kriteria, yaitu: a. Technical skills, yaitu kemampuan teknik dalam menggunakan media. Artinya, seseorang mampu mengoperasikan media dan memahami semua jenis instruksi yang ada didalamnya. Technical skills ini mencakup beberapa kriteria, yaitu : 4 1) Kemampuan untuk menggunakan komputer dan internet 2) Kemampuan untuk menggunakan media secara aktif 3) Kemampuan menggunakan internet yang tinggi b. Critical understanding, yaitu kemampuan kognitif dalam menggunakan media seperti kemampuan memahami, menganalisis dan mengevaluasi konten media. Kriterianya antara lain: 1) Kemampuan memahami konten dan fungsi media 2) Memiliki pengetahuan tentang media dan regulasi media 3) Perilaku pengguna dalam menggunakan media 2. Social competence, yaitu kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan membangun relasi sosial lewat media serta mampu memproduksi konten media. Social competence ini terdiri dari Communicative abilities, yaitu kemampuan komunikasi dan partisipasi melalui media. Communicative abilities ini mencakup kemampuan untuk membangun relasi sosial serta berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat melalui media. Selain itu communicative abilities ini juga mencakup kemampuan dalam membuat dan memproduksi konten media mengukur tingkat kemampuan literasi media. Communicative abilities ini mencakup beberapa kriteria, yaitu : 1) Kemampuan berkomunikasi dan membangun relasi sosial melalui media. 2) Kemampuan berpartisipasi dengan masyarakat melalui media 3) Kemampuan untuk memproduksi dan mengkreasikan konten media Setelah mengetahui bobot tiap komponen penilaian literasi media tersebut, selanjutnya adalah menganalisis hasil perhitungan kuesioner dan memadukannya dengan bobot masing-masing komponen. Hasil perhitungan tersebut selanjutnya akan menentukan tingkat kemampuan literasi media. Dalam hal ini, tingkat kemampuan literasi media dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu basic, medium, dan advanced. 1. Basic, kemampuan dalam mengoperasikan media tidak terlalu tinggi, kemampuan dalam menganalisis konten media tidak terlalu baik dan kemampuan berkomunikasi lewat media terbatas. Nilai untuk tingkat kemampuan basic ini adalah di bawah 70. 2. Medium, kemampuan mengoperasikan media cukup tinggi, kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi konten media cukup bagus, serta aktif dalam memproduksi konten media dan berpartisipasi secara sosial. Nilai untuk tingkat kemampuan medium ini adalah 70-130 3. Advanced, kemampuan mengoperasikan media sangat tinggi, memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga mampu menganalisis konten media 5 secara mendalam, serta mampu berkomunikasi secara aktif melalui media. Nilai untuk tingkat kemampuan ini adalah di atas 130. METODOLOGI PENELITIAN Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara yang terletak di jalan Prof A.Sofyan No.1 Kampus USU Medan, Sumatera Utara.Dan dalam perkembangannya pada tahun 1994-1997 jurusan Ilmu Komunikasi membuka dua program studi yaitu program studi Public Relations (Humas) dan program studi jurnalistik (Komunikasi Massa). Pada tahun ajaran 2001/2002, berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 2162/ J05/TU/2001 Departemen Ilmu Komunikasi membuka Program Ektensi Ilmu Komunikasi.Setelah berhasil membuka Program Ekstensi, pada tahun ajaran 2004/2005 Departemen Ilmu Komunikasi membuka Program Reguler Mandiri Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin, 2005:36). Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi ataupun peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Departemen Ilmu Komunikasi program reguler S-1 yang masih aktif kuliah di kampus yakni sebanyak 395 orang yang terdiri dari angkatan 2010, 2011 dan 2012 karena angkatan 2009 dan 2008 sudah tidak memiliki mata kuliah lagi dan jarang memiliki aktivitas di kampus.Sampel rumus perhitungan besaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus dari Surakhmat (Riduwan, 2009:100) sebagai berikut: n = 15% + 1000 −𝑁 1000 −100 (50% - 15%) Keterangan : n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah: 1000 −395 n= 15%+ 1000 −100 (50% - 15%) 6 = 15% + (0,672) (35%) = 15%+23,5% = 38,5% Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 38,5% x 395 = 152,07 dibulatkan menjadi 152 orang. Teknik Analisis Data Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai situasi atau kejadian. Data yang terkumpul baik itu data primer maupun sekunder akan disusun dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel tunggal. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis data yang berbentuk analisis tabel tunggal, maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan yang berguna untuk melihat hasil temuan peneliti yang nantinya melalui pembahasan ini dapat ditarik sebuah kesimpulan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, peneliti akan membahas hasil dari penelitian ini melalui indikator-indikator yang terdapat dalam Individual Competence Framework yang terbagi menjadi dua bagian yaitu personal competence dan social competence. Personal competence, yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan media dan menganalisis konten-konten media. Personal competence ini dapat dilihat dari dua kriteria yaitu yang pertama adalah technical skills, yaitu kemampuan teknik dalam menggunakan media. Artinya seseorang mampu mengoperasikan media dan memahami semua jenis instruksi yang ada di dalamnya, yang dapat dilihat dari kemampuan untuk menggunakan komputer dan internet, kemampuan untuk menggunakan media secara aktif dan menggunakan internet yang tinggi. Dalam poin technical skills ini, peneliti melihat kemampuan responden dalam mengoperasikan media sudah cukup baik baik itu melalui internet, televisi, buku, radio maupun bioskop. Walaupun peneliti melihat kecenderungan bahwa responden menggunakan semua media itu sebagai alat hiburan semata. Dapat dilihat dari kurangnya responden dalam membaca berita di surat kabar, lebih banyak membaca komik dan novel dan lebih banyak mengunjungi jejaring sosial ketika membuka internet. Poin kedua dalam personal competence adalah critical understanding, yaitu kemampuan kognitif dalam menggunakan media serta kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mengevaluasi konten media, kriterianya antara lain kemampuan memahami konten dan fungsi media, memiliki pengetahuan tentang media dan regulasi media dan perilaku pengguna dalam menggunakan media. Pada kriteria memiliki pengetahuan tentang media serta regulasinya responden masih sangat kurang, dilihat dari hampir semua responden tidak mengetahui institusi yang mengatur kebijakan penyiaran di televisi dan di internet. Perilaku responden dalam menggunakan media juga masih kurang baik, dapat dilihat dari masih banyaknya responden yang tidak menyertakan hak cipta atau sumber ketika mengutip, serta masih jarangnya responden memeriksa situs sebelum memasukkan data pribadi ke dalamnya. 7 Kriteria kedua dalam Individual Competence Framework ini adalah social competence, kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan membangun relasi sosial lewat media serta mampu memproduksi konten media. Social competence ini terdiri dari communicative abilities, yaitu kemampuan berkomunikasi dan partisipasi melalui media khususnya internet. Communicative abilities ini mencakup beberapa kriteria yaitu kemampuan berkomunikasi dan membangun relasi sosial melalui media, dan kemampuan untuk memproduksi dan mengkreasikan konten media. Pada poin ini tingkat kemampuan responden dalam memanfaatkan media terkhusus internet sudah cukup baik, dapat dilihat dari bagaimana responden membangun relasi melalui akun jejaring sosial walaupun untuk menjalin kerjasama sosial atau kebudayaan responden masih sangat kurang. Setelah itu, peneliti melakukan perhitungan tingkat literasi media sesuai dengan pembobotan yang sudah dibahas pada bab II. Masing-masing komponen dalam individual competence framework memiliki bobot yang berbeda. Dalam individual competence, bobot personal competence adalah 77%. Bobot untuk masing-masing kriteria dalam personal competence terdiri dari critical understanding sebanyak 33% dan technical skills (use) 67%. Pembobotan pada technical skills terdiri dari aktivitas menggunakan komputer (50%), penggunaan ineternet (50%) menonton televisi (20%), mendengarkan radio (10%), membaca surat kabar (25%), menonton ke bioskop (15%), membaca buku (30%), penggunaan paket internet (35%), membaca berita di internet (26%), serta penggunaan internet untuk transaksi bank, pulsa dan tagihan listrik (39%). Peneliti melakukan penghitungan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan yaitu 70 untuk basic, 100 untuk medium dan 130 untuk advanced. Nilai yang ada dikalikan sesuai dengan jawaban responden, dibagi dengan jumlah responden dan dikalikan sesuai dengan bobot yang ada. Sehingga didapatlah hasil perhitungan sebagai berikut: Technical skills = 79,30 x 67% = 53,13 Untuk critical understanding dilihat dari pemahaman responden akan regulasi penyiaran (20%), regulasi internet (20%), kepemilikan media (20%), memeriksa situs sebelum memasukkan data pribadi (30%), menghubungkan setiap informasi yang ada (40%) pemahaman mengenai perbedaan editorial, iklan, berita, dan opini (15%), mengetahui jam tayang yang layak untuk anakanak (10%) dan pernah melaporkan pelanggaran yang ditemukan di televisi atau di internet (10%) Bobot critical understanding adalah 33%, sehingga didapatlah hasil sebagai berikut: Critical understanding = 92,74 x 33% = 30,60 Jadi, nilai untuk personal competence adalah = (53,13 + 30,60) x 77% = 83,73 x 77% = 64,74 Sementara itu untuk nilai social competence yang indikatornya terdiri dari communicative ability dapat dilihat dari penilaian kepemilikan akun jejaring sosial, penggunaan jejaring sosial untuk berinteraksi dan penggunaannya dalam kerjasama sosial dan budaya. Bobot social competence adalah 23%, sehingga didapatlah hasil perhitungan sebagai berikut: 8 Social competence = 109,17 x 23% = 25,10 Jadi, tingkat literasi media mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU berdasarkan individual competence framework adalah 64,74 + 25,10 = 89,84. Dapat disimpulkan berdasarkan angka yang diperoleh, tingkat literasi media mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU berada pada tingkat medium. Melalui pembahasan di atas mengenai indikator yang sudah dijelaskan serta analisis yang peneliti dapatkan, dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi media mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU program s-1 reguler berada pada tingkat medium. Yang artinya, kemampuan mengoperasikan media sudah cukup baik dan tinggi, kemampuan mengevaluasi dan menganalisa konten media cukup baik serta aktif berpartisipasi secara sosial melaui media walaupun masih ada beberapa hal yang masih kurang sehingga perlu untuk ditingkatkan lagi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Literasi media sebagai sebuah langkah awal untuk cerdas menggunakan media sangat penting untuk dimiliki oleh khalayak sekarang ini mengingat banyaknya ragam media serta informasi yang bermunculan. 2. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dituntut untuk memiliki literasi media yang baik yang artinya cerdas dalam menggunakan media dan menganalisis informasi yang didapat dari media. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi media mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU program reguler S-1 berada di tingkat medium, yang berarti kemampuan untuk mengoperasikan dan menggunakan media, mengevaluasi serta berpasrtisipasi didalam media sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan kembali. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, akan sangat penting bagi setiap orang untuk memiliki literasi media yang baik terkhusus untuk mahasiswa. Diharapkan perguruan tinggi menjadikan literasi media sebagai sebuah mata kuliah ataupun kurikulum bagi mahasiswa dan bagi Departemen Ilmu Komunikasi agar meningkatkan materi mengenai literasi media dalam perkuliahan. 2. Diharapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi, sebagai kaum terpelajar dan intelektual yang sudah mengerti mengenai literasi media dapat membagikan serta mengaplikasikan apa yang sudah didapat selama duduk sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi baik itu di masyarakat maupun dalam pekerjaan serta nilai-nilai positifnya sehingga khalayak dapat cerdas dalam menggunakan dan mengerti informasi yang disampaikan oleh media. 9 3. Kampus sebagai tempat mahasiswa menuntut ilmu dapat dijadikan tempat untuk membagikan mengenai pendidikan media kepada mahasiswa melalui cara-cara yang kreatif dan efektif. 4. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang ingin meneliti dan mengembangkan penelitian tingkat literasi media berbasis Individual Competence Framework. DAFTAR REFERENSI Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Iriantara, Yosal. 2009. Literasi Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Masduki & Nazaruddin, Muzayin. 2008. Media, Jurnalisme dan Budaya Populer. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press Nawawi, Hadari & Hadari, Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Cespur Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial.Bandung: Refika Aditama Singarimbun, Masri. 1998. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Sumber Jurnal: EuropeanCommission. (2009). Study on Assessment Criteria for Media Literacy Levels. Brussels. Lutviah, I.K.2011.Pengukuran Tingkat Literasi Media Berbasis Individual Competence Framework: Studi Kasus Mahasiswa Universitas Paramadina. Jurnal Universitas Paramadina. 10